Anda di halaman 1dari 11

REKAYASA IDE

Penggunaan Media Massa Dengan Baik Sebagai Alat Komunikasi Politik

Untuk memenuhi tugas Geografi Regional Asia Tenggara dan Pasifik

Dosen Pengampu : Drs.Mbina Pinem,M.Si.

OLEH :

IRVI SARI CHAIRUNA PULUNGAN

3173131018

D GEOGRAFI 2017

FAKULTAS ILMU SOSIAL

PENDIDIKAN GEOGRAFI

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

201
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT., Tuhan Yang Maha Esa
karena atas rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas Rekayasa Ide ini
tepat pada waktunya. Adapun tugas ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Geografi
Regional Asia Tenggara dan Pasifik. Selama penyusunan makalah ini, penulis banyak
mengalami berbagai hambatan dan kesulitan. Namun berkat bantuan dan dorongan dari
berbagai pihak, Rekayasa Ide ini dapat terselesaikan. Penulis juga menyadari bahwa dalam
pembuatan Rekayasa ide ini masih jauh dari kata sempurna, maka dari itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar berguna untuk kedepannya. Akhir
kata, penulis mengucapkan terima kasih kepada para pembaca semoga tugas ini bermanfaat
bagi yang membacanya.

Medan, Mei 2019

Penulis

(Irvi Sari Chairuna Pulungan)

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................i

DAFTAR ISI......................................................................................................................ii

RINGKASAN.....................................................................................................................iii

BAB I : PENDAHULUAN................................................................................................1
A. Latar Belakang...............................................................................................................1
B. Tujuan dan Manfaat Penelitian......................................................................................1

BAB II : IDENTIFIKASI PERMASALAHAN..............................................................2


A. Permasalahan Umum.........................................................................................2
B. Identifikasi Permasalahan..................................................................................5

BAB III : PEMBAHASAN................................................................................................7


A. Solusi atau Ide yang ditawarkan........................................................................7

BAB IV : PENUTUP
A. Kesimpulan .............................................................................................................9
B. Saran........................................................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................10

ii
RINGKASAN

Dalam negara demokrasi modern, partai politik sering dianggap sebagai salah satu

atribut negara, karena tidak ada seorang ahlipun yang dapat menolak ekistensinya, karena

partai politik sangat diperlukan kehadirannya bagi Negara merdeka dan berdaulat.

Kesemua fungsi ini diwujudkan melalui pemilihan umum yang diselenggarakan secara

demokrasi, jujur dan adil dengan mengadakan pemberian dan pemungutan suara

secaralangsung, umum, bebas, dan rahasia. Partai politik seharusnya melaksanakan

fungsinya dengan baik sehingga dapat menjadikan suatu Negara yang demokratis, tetapi

pada kenyataannya tidak semua fungsi tersebut telah dilaksanakan oleh partai-partai

politik yang ada. Meingat fungsi partai politik yang begitu penting, sering bahkan

keberadaan dan kinerjanya merupakan ukuran mutlak bagaimana demokrasi berkembang

disuatu Negara. Meskipun ia bukan merupakan pelaksana dan suatu pemerintahan,

namun keberadaannya akan mempengaruhi bagaimana dan arah mana pelaksanaan

pemerintahan dijalankan.

Dalam sistem politik mencakup :

1. Fungsi integrasi dan adaptasi terhadap masyarakat , baik ke dalam maupun ke luar
2. Penerapan nilai-nilai dalam masyarakaat berdasarkan kewenangan
3. Penggunan kewenangan atau kekuasaan, baik secara sah ataupun tidak.

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Media dalam sebuah komunikasi politik mempunyai peranan yang sangat penting karena
merupakan sebagai publisitas politik terhadap masyarakat luas. Tentunya dengan tujuan
khalayak mengetahui agenda politik setelah itu simpati dan menjatuhkan pilihannya kepada
partai tersebut. Siapapun komunikator atau aktivis politik akan berusaha untuk menguasai
media. Tak heran, barang siapa yang telah menguasai media, maka dia hampir memenangi
pertarungan politik. Semenjak kemajuan teknologi dan informasi yang revolusioner, media
cetak maupun elektronik mengantarkan informasi kepada khalayak sangat efektif.
Pemanfaatan media untuk mendongkrak popularitas sebenarnya telah mulai marak dan bebas
sejak Pemilu 1999 dan semakin menguat di Pemilu 2004 hingga Pemilu 2009. Segala
kegiatan yang ada nuansa politik diangkat media bertujuan tak hanya sebagai sarana
publisitas namun juga mempengaruhi khalayak untuk memilihnya.
Oleh sementara pihak media, media massa sering disebut sebagai the fouth estate dalam
kehidupan sosial ekonomi. Hal ini terutama disebabkan oleh peran suatu persepsi tentang
peran yang dapat dimainkan oleh media massa dalam kaitannya dengan pengembangan
kehidupan sosial ekonomi dan poitik masyarakat. Sebagai suatu alat untuk menyampaikan
berita, penilaian atau gambaran umum tentang banyak hal, ia mempunyai kemampuan untuk
berperan sebagai institusi yang dapat membentuk opini publik. Antara lain karena itu, media
massa juga dapat berkembang menjadi kelompok penekan atas suatu idea atau gagasan, dan
bahkan suatu kepentingan atau citra yang ia representasikan untuk diletakkan dalam kontek
kehidupan yang lebih empiris.

B. Tujuan dan Manfaat


Dalam Rekayasa Ide ini tujuan yang dapat diperoleh seperti berikut ;
1. Untuk memenuhi tugas Rekayasa Ide pada mata kuliah Geografi Regional Asia
Tenggara dan Pasifik
2. Memberikan Solusi tentang penanganan masalah politik
3. Menyelesaikan salah satu tugas pokok dari kurikulum KKNI.

2
BAB II
IDENTIFIKASI PERMASALAHAN

Identifikasi Permasalahan

Seperti yang kita ketahui bahwa media massa mempunyai peran yang sangat signifikan dalam
kehidupan manusia. Tak bisa dipungkiri bahwa hampir pada setiap aspek kegiatan manusia,
baik secara pribadi maupun umum, selalu berhubungan dengan aktifitas komunikasi massa.
Hasrat interaksi antar individu atau masyarakat yang tinggi tersebut menemukan salurannya
yang paling efektif dan terandalkan dalam berbagai bentuk media massa, guna saling
berkomunikasi dan bertukar informasi. Dalam perkembangannya, media massa memang
sangat berpengaruh di wilayah kehidupan sosial, budaya, ekonomi, hingga politik. Dari aspek
sosial-budaya, media adalah institusi sosial yang membentuk definisi dan citra realitas serta
dianggap sebagai ekspresi sosial yang berlaku umum; secara ekonomis, media adalah institusi
bisnis yang membantu masyarakat untuk memperoleh keuntungan dari berbagai usaha yang
dilakoni; sedang dari aspek politik, media memberi ruang atau arena pertarungan diskursuf
bagi kepentingan berbagai kelompok sosial-politik yang ada dalam masyarakat demokratis.

Oleh karena begitu vitalnya peran media massa dalam berbagai aspek kehidupan publik,
maka memicu banyak pihak dari golongan politik tertentu yang mencoba memanfaatkan
media massa sebagai alat untuk mencapai tujuannya dan secara hegemonik kerap
memaksakannya kepada publik. Diantara mereka bahkan mampu menguasai media secara
keseluruhan, yakni menjadi pemilik perusahaan media massa. Hal seperti ini juga terungkap
dalam teori ekonomi-politik media yang dikemukakan oleh Golding dan Murdock. Dengan
memakai pendekatan strukturasi Giddens, mereka menguraikan bahwa media massa memang
telah menjelma sebagai industri yang menjual produk berupa informasi untuk dikonsumsi
masyarakat demi memperoleh profit bagi pemiliknya. Pola ini telah menggurita secara global
dalam suatu sistem kapitalisme media, dimana media massa berperan penting sebagai agen
ideologis yang membentuk pola fikir dan memandu perilaku konsumennya. Nilai umum yang
biasanya ditanamkan adalah perihal memacu hasrat konsumsi, pandangan hidup liberal,
melegitimasi wacana investasi dan pasar bebas, hingga memassifkan budaya trend-popular
dan sebagainya.

3
Namun, pendekatan strukturasi ini juga melirik bahwa determinasi kapitalisme global
menjadi satu-satunya penentu nilai-nilai apa yang akan disebar melalui media massa tidaklah
patut diterima begitu saja. Sebab, dalam rantai strukturnya, terdapat agen-agen lokal yang
memiliki peranan aktif dan kreatif dalam proses pengendalian pengaruh media massa
terhadap pembentukan opini publik sesuai dengan kepentingan politis yang hendak dicapai
golongannya (Sunarto, 2009). Sebagai contoh yang paling kasat mata, misalnya ANTV dan
TV One adalah kepunyaan dari Aburizal Bakrie ketua umum partai Golkar, sedangkan Surya
Paloh sebagai ketua umum partai Nasdem merupakan pemilik dari Metro TV dan harian
cetak Media Indonesia Group, kemudian MNC Media Group yang meliputi MNC TV, RCTI,
Global TV, dan harian cetak Sindo berada di bawah kepemilikan Hary Tanoesoedibjo yang
juga menjadi ketua dewan pertimbangan partai Hanura sekaligus ketua umum ormas Perindo.
Ketiga sosok pemilik media massa ini bukanlah pengusaha biasa, namun juga praktisi politik.
Maka, disadari ataupun tidak, ini berdampak pada kecenderungan media tersebut
mengarahkan gagasan politik dan pencitraan tokoh masing-masing ke dalam setiap
pemberitaannya. Pada dasarnya, secara ideal, pemberitaan media massa haruslah sesuai
dengan azas dan prinsip jurnalistik yang berlaku secara universal, yakni menjunjung tinggi
azas objektifitas, akurat, adil, berimbang, dan menegaskan posisi netralitasnya. Selain itu,
wajib hukumnya setiap pelaku jurnalistik dalam pemberitaannya untuk menaati kode etik.
Privatisasi atau kepemilikan pribadi maupun kelompok atas perusahaan media massa
sebenarnya bukanlah masalah, sepanjang pemberitaan yang disebarkan kepada masyarakat
luas senantiasa tunduk pada azas serta prinsip ideal tersebut.

Menjadi masalah kemudian, apabila terjadi penyimpangan terhadap fungsi media sebagai
sarana komunikasi massa yang mengutamakan kepentingan publik, terutama jika hal ini
dilakukan oleh sang pemilik modal itu sendiri. Sebagai pemilik dari suatu perusahaan media,
tentunya mereka memiliki kuasa lebih untuk mengintervensi kebijakan redaksi. Beberapa
pihak yang disebut di atas maupun pihak lain yang mengindikasikan fenomena serupa justru
beralih memanfaatkan situasi ini untuk memuluskan proyek politik pribadi maupun
golongannya saja, sehingga objektifitas pemberitaan sebagai syarat bagi informasi yang
dibutuhkan oleh masyarakat demokratis telah dikesampingkan. Sekarang ini, fenomena
pemanfaatan media massa sebagai alat politik bagi pertarungan kepentingan elit tertentu telah
menjadi gejala umum yang terus menjalar tidak hanya di ranah nasional tetapi juga di daerah.
Berbagai ajang pencitraan yang berlebihan, tendensi sikap yang diskriminatif terhadap
golongan atau tokoh tertentu, serta berbagai upaya pemelintiran substansi pemberitaan pun

4
kerap dengan mudah kita jumpai. Sementara media massa sebagai sarana pemenuhan
informasi paling mainstream justru mulai ditunggangi oleh elit politik tertentu yang
berkepentingan mengarahkan pilihan politik masyarakat kepada apa yang dia munculkan
sebagai pilihan tunggal. Sebagai konsumen informasi, masyarakat tidak boleh terus menerus
pasrah melihat keadaan ini, nalar kritis haruslah dijadikan pedoman setiap menerima
informasi publik dari media manapun. Jangan pula kondisi ini membuat kita menjadi apatis
dan cenderung tak pro aktif mengikuti perkembangan informasi publik, karena justru hanya
akan merugikan kita. Upaya konfirmasi dan komparasi dengan media massa lain tentang
suatu tema pemberitaan yang sama haruslah dijadikan pertimbangan sebelum kita
menentukan kesimpulan sendiri.

Sebagai insan media, tentu hal ini patut kita pikirkan kembali , baik oleh mereka kuli tinta di
lapangan maupun dibalik meja redaksi, mengingat kembali pentingnya berkeras menegakkan
idealisme jurnalis yang menitipkan tanggung jawab objektifitas pemberitaan informasi publik
dengan pedoman tunggal, yakni mengutamakan kepentingan masyarakat umum, bukan
golongan apalagi elit tertentu saja. Berpolitik praktis secara aktif tentu menjadi hak bagi
setiap orang, namun akan lebih bijaksana jika pengusaha pemilik industri media massa lebih
mengedepankan profesionalisme dalam menjalankan bisnisnya. Bukankah perjuangan
politiknya haruslah meraih legitimasi publik secara demokratis, bukan dengan pemaksaan
terselubung seperti yang nampak selama ini.

5
BAB III
PEMBAHASAN

A. Solusi atau Ide yang Ditawarkan

Menurut saya untuk menggunakan media massa dengan baik dalam hal politik yaitu

 Media massa sebagai penyebar luas berita dalam segala hal dans egala bidang,
termasuk di dalam nya dalam bidang politik. Kita sebagai penerima atau
pencari informasi jangan dengan mudah termakan berita yang tidak benar atau
hoax. Kita harus terlebih dahulu menelusuri kebenaran berita tersebut.
 Media massa juga sering digunakan dalam hal kampnye dengan tujuan
mencari dukungan dari masyarakat yang dilakukan perorangan atau kelompok.
Dalam hal ini masing-masing kubu akan menonjolkan kemampuan nya.
Dalam hal ini kita sebagai pengguna media massa harus dapat menyaring
informasi yang masuk, jangan sampai gara-gara penyebaran media ini kita
menjadi terpecha belah.
 Pihak yang menangani media massa harusnya membuat peraturan mengenai
tayangan-tayangan yang tampil dalam media massa, contohnya TV.
 Media massa harus memperhatikan bagian-bagian dari berita yang bersifat
ujaran kebencian dan merusak agar tidak disebar luaskan dan memberi
hukuman bagi yang melanggar.

6
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Menjadi masalah kemudian, apabila terjadi penyimpangan terhadap fungsi media
sebagai sarana komunikasi massa yang mengutamakan kepentingan publik, terutama
jika hal ini dilakukan oleh sang pemilik modal itu sendiri. Sebagai pemilik dari suatu
perusahaan media, tentunya mereka memiliki kuasa lebih untuk mengintervensi
kebijakan redaksi. Beberapa pihak yang disebut di atas maupun pihak lain yang
mengindikasikan fenomena serupa justru beralih memanfaatkan situasi ini untuk
memuluskan proyek politik pribadi maupun golongannya saja, sehingga objektifitas
pemberitaan sebagai syarat bagi informasi yang dibutuhkan oleh masyarakat
demokratis telah dikesampingkan.

B. Saran

Saran saya agar masyarakat dapat menyaring informasi yang di dapatkan dari media
massa.

7
DAFTAR PUSTAKA

http://iinmutmainna.blogspot.com

Utoyo, Bambang. 2006. Geografi: Membuka Cakrawala Dunia untuk Kelas XII SMA/MA Program
IPS. Bandung: Setia Purna Inves.

http://id.beritasatu.com/home/urbanisasi-dan-pertumbuhan-ekonomi-daerah/69579

https://ilmugeografi.com/ilmu-sosial/urbanisasi/amp

Anda mungkin juga menyukai