Anda di halaman 1dari 25

MINI RISET

KEPEMIMPINAN LURAH DI KELURAHAN SUKARAMAI


KECAMATAN BINJAI BARAT, KOTA BINJAI, SUMATERA UTARA

Dosen Pengampu : Prof. Dr. Sahyar M.S., MM & Cr. Hasyim., SE., MM

Disusun Oleh :
IQBAL SUBHAN (8216164001)
KARLINA TRIDOSIA (8216163002)
SITI NURULHUSNA (8216163001)

KELAS : A

JURUSAN AKUNTANSI
PASCA SARJANA UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2022
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ............................................................................... 1
B. Pembatasan masalah..................................................................................... 3
C. Rumusan Masalah ........................................................................................ 4
D. Tujuan penelitian .......................................................................................... 4
E. Manfaat Penelitian ....................................................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................... 5
A. Kepemimpinan dan Etika ............................................................................. 5
B. Pengertian Kelurahan ................................................................................... 7
C. Tinjauan Umum Perubahan Status Desa Menjadi Kelurahan ...................... 8
D. Dana Kelurahan ............................................................................................ 9
BAB III 11METODE PENELITIAN ................................................................ 11
A. Lokasi Penelitian dan waktu penelitian...................................................... 11
B. Populasi Penelitian ..................................................................................... 11
C. Desain Penelitian ........................................................................................ 11
D. Metode Pengumpulan Data ........................................................................ 11
BAB IV HASIL & PEMBAHASAN .................................................................. 13
A. Kepemimpinan lurah Di Kelurahan Sukaramai Kecamatan Binjai Barat ,
Kota Binjai, Sumatera Utara. ............................................................................ 13
B. Kepemimpinan dan Etika Lurah Menurut Pandangan Masyarakat Di
Kelurahan Sukaramai Kecamatan Binjai Barat, Kota Binjai, Sumatera Utara . 15
C. Cara Lurah Selaku Pemimpin Mengatasi Permasalahan yang ada di
kelurahan Sukaramai ......................................................................................... 16
D. Gagasan Mahasiswa Pascasarjana Unimed Angkatan 2021 Jurusan
Akuntansi........................................................................................................... 19
BAB VII PENUTUP............................................................................................ 20
A. Kesimpulan ................................................................................................ 20
DAFTAR PUSTAKA

i
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Kepemerintahan yang baik merupakan suatu tindak lanjut atau evolusi
penyelenggaraan pemerintahan dari perubahan pemerintahan yang baik dalam
suatu bentuk pemerintahan. Kepemerintahan yang baik ini cendrung lebih efektif
dan efisien dalam proses dan tujuannya sehingga dikategorikan sebagai suatu
proses pemerintahan yang baik diterapkan di semua negara karena
kepemerintahan yang baik bisa menyeimbangkan keselarasaan pemerintah dengan
pihak lain di berbagai sektor untuk menciptakan suatu keteraturan di dalam
menjalankan pemerintahan yang baik dan bersih.
Dalam rangka membangun kualitas kinerja pemerintahan yang efektif dan
efisien, diperlukan waktu untuk memikirkan bagaimana mencapai kesatuan
kerjasama sehingga mampu meningkatkan kepercayaan masyarakat. Untuk itu,
diperlukan otonomi serta kebebasan dalam mengambil keputusan mengalokasikan
sumber daya, membuat pedoman pelayanan, anggaran, tujuan, serta target kinerja
yang jelas dan terukur. Pemerintah daerah dalam praktek penyelenggaraan
pemerintahan, pembangunan dan pelayanan publik, harus pula diiringi dengan
penerapan prinsip kepemerintahan yang baik. kepemerintahan yang baik
merupakan proses penyelenggaraan kekuasaan dalam menyediakan barang dan
jasa publik (public goods and services.). Prinsip-prinsip dari kepemerintahan yang
baik adalah prinsip efektifitas (effectiveness), keadilan, (equity), Partisipasi
(participation), Akuntabilitas (accountability), dan tranparansi (transparency).
Pada sisi lain, pemerintah daerah atau lokal sebagai lembaga negara yang
mengemban misi pemenuhan kepentingan publik dituntut pula
pertanggungjawaban terhadap publik yang dilayaninya, artinya pemerintah lokal
harus menjalankan mekanisme pertanggungjawaban atas tindakan dan
pekerjaannya kepada publik yang sering disebut menjalankan prinsip akuntabilitas
(accountability). Dengan menerapkan prinsip-prinsip tersebut, diharapkan dalam
menggunakan dan melaksanakan kewenangan politik, ekonomi dan administratif
dapat diselenggarakan dengan baik. Oleh sebab itu dalam prakteknya, konsep
Kepemerintahan yang baik harus ada dukungan komitmen dari semua pihak yaitu
negara (state)/pemerintah (government), swasta (private) dan masyarakat
(society).
Kepemerintahan yang baik merupakan praktek penyelenggaraan
pemerintahan dalam rangka memberikan pelayanan kepada masyarakat. Dengan
adanya era globalisasi tuntutan akan penyelenggaraan pemerintahan yang baik
adalah suatu keniscayaan seiring dengan meningkatnya pengetahuan masyarakat.
Kepemerintahan yang baik dalam konteksnya merupakan suatu kesepakatan

1
2

menyangkut pengaturan negara yang diciptakan bersama oleh pemerintah,


masyarakat madani, dan swasta. Untuk mewujudkan kepemerintahan yang baik
perlu dibangun dialog antara pelaku-pelaku penting dalam Negara, agar semua
pihak merasa memiliki wewenang dalam mencapai kesejahteraan bersama. Tanpa
kesepakatan yang dilahirkan dari dialog, kesejahteraan tidak akan tercapai karena
aspirasi politik maupun ekonomi rakyat pasti tersumbat. Terdapat beberapa hal
yang perlu diperhatikan oleh pemerintah bahwa masyarakat dapat menilai dan
memilih, bahkan meminta jasa layanan yang lebih baik.
Kelurahan merupakan wilayah kerja lurah sebagai perangkat daerah
kabupaten yang berada di bawah kecamatan dan bertanggung jawab kepada
camat. Kelurahan mempunyai tugas dan fungsi melaksanakan kewenangan
pemerintahan yang dilimpahkan oleh Camat serta melaksanakan tugas
pemerintahan lainnya sesuai ketentuan perundangan yang berlaku. Hubungan
kerja kecamatan dengan kelurahan bersifat hierarki. Pembentukan kelurahan
ditujukan untuk meningkatkan kemampuan penyelenggaraan pemerintahan
kelurahan secara berdayaguna, berhasil dalam pelayanan terhadap masyarakat
sesuai dengan tingkat perkembangan dan kemajuan pembangunan.
Penerapan kepemerintahan yang baik dapat dijadikan sebagai bagian dari
upaya untuk melaksanakan asas-asas demokrasi dan demokratisasi, yang
merefleksikan dijunjung tingginya aspek pemenuhan hak-hak rakyat oleh
penguasa, ditegakannya nilai-nilai keadilan dan solidaritas sosial, serta adanya
penegakan HAM dalam berbagai aspek kehidupan Negara, misalnya dengan
menegakan prinsip Rule Of Law atau supremasi hukum dalam berbagai aspek
kehidupan Negara. kepemerintahan yang baik juga dapat dipandang sebagai suatu
konsep ideologi politik yang memuat kaidah-kaidah pokok atau prinsip-prinsip
umum pemerintahan yang harus dijadikan pedoman dalam menyelenggarakan
kehidupan Negara.
Dalam perspektif Otonomi Daerah, khususnya di Indonesia, penerapan
kepemerintahan yang baik merupakan suatu urgensitas dalam upaya mewujudkan
pemerintahan daerah (local governance) yang efektif, efisien, mandiri serta bebas
korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN). Hal ini didukung pula dengan diberlakunya
UU Nomor 32 Tahun 2004 Tentang pemerintahan Daerah yang akan memberikan
peluang lebih besar bagi terlaksananya asas desentralisasi, dekonsentrasi dan
tugas pembantuan, serta prinsip-prinsip Otonomi Daerah sehingga pemerintah
daerah mampu menyelenggarakan tugas-tugas pemerintahan, pembangunan dan
pelayanan kepada masyarakat (public services) secara optimal dan tidak terlalu
bergantung lagi kepada pemerintah pusat (sentralistik) sebagaimana di era
pemerintahan sebelumnya.
Kenyataan yang dapat dilihat sekarang bahwa sampai saat ini pun
pelaksanaan kehidupan Negara, khususnya dalam konteks pemerintahan daerah di
3

era globalisasi, reformasi, demokratisasi, dan otonomi daerah, justru masih


menghadapi berbagai masalah dalam melaksanakan tugas dan kewenangannya
guna mewujudkan kepemerintahan yang baik secara utuh. Dalam rangka
membangun mewujudkan kepemerintahan yang baik diperlukan waktu untuk
memikirkan bagaimana mencapai kesatuan kerjasama yang mampu meningkatkan
kepercayaan masyarakat,otonomi serta kebebasan dalam mengambil keputusan
mengalokasikan sumber daya, membuat pedoman pelayanan, anggaran, tujuan,
serta target kinerja yang jelas dan terukur. Kelurahan sebagai organisasi
pemerintahan yang paling dekat dan berhubungan langsung dengan masyarakat
merupakan ujung tombak keberhasilan pembangunan kota khususnya otonomi
daerah, dimana kelurahan akan terlibat langsung dalam perencanaan dan
pengembalian pembangunan serta pelayanan. Dikatakan sebagai ujung tombak
karena kelurahan berhadapan langsung dengan masyarakat, oleh karena itu
kelurahan harus mampu menjadi tempat bagi masyarakat untuk diselesaikan atau
meneruskan aspirasi dan keinginan tersebut kepada pihak yang berkompeten
untuk ditindak lanjuti. Disamping itu peran kelurahan di atas menjembatani
program-program pemerintah untuk di sosialisasikan kepada masyarakat sehingga
dapat dipahami dan didukung oleh masyarakat.
Pada era reformasi sekarang ini, kinerja pemerintah mendapat sorotan tajam
dari masyarakat. Dengan adanya kebebasan dalam menyampaikan pendapat
(aspirasinya), banyak ditemukan kritikan yang pedas terhadap kinerja pemerintah,
baik itu secara langsung (melalui forum resmi atau bahkan demonstrasi) maupun
secara tidak langsung (melalui tulisan atau surat pembaca pada media massa).
Kritikan tersebut tanpa terkecuali mulai dari pemerintah pusat sampai ke
pemerintahan terendah yaitu pemerintah kelurahan.
Kelurahan Sukarami Kecamatan Binjai Barat, kota Binjai merupakan objek
mini riset yang akan kami teliti, dikarenakan salah seorang teman kami pernah
melakukan kuliah kerja nyata atau KKN di kelurahan tersebut, yang menjadikan
kami lebih mudah untuk mengakses informasi yang berkenaan dengan kelurahan
tersebut. Dan alasan kami memilih untuk meneliti etika lurah dalam
melaksanakan tugas dan memberikan pelayanan kepada masyarakat dikarnakan
kami ingin melihat etika pemerintah kepada masyarakat, dan kelurahan
merupakan segmen terkecil di pemerintahan dan yang paling terdekat dengan
masyarakat.

B. Pembatasan masalah
Karena keterbatasan tenaga, dana dan waktu, maka tidak semua permasalahan
akan dipecahkan melalui penelitian ini, oleh karena itu penulis membatasi dan
memfokuskan penelitian ini pada kepemimpinan lurah dan Etika Lurah Menurut
Pandangan Masyarakat Di Kelurahan Sukaramai Kecamatan Binjai Barat, Kota
Binjai, Sumatera Utara.
4

C. Rumusan Masalah
Rumusan penelitian yang kami lakukan adalah :
1. Bagaimana kepemimpinan lurah Di Kelurahan Sukaramai Kecamatan
Binjai Barat, Kota Binjai, Sumatera Utara.
2. Bagaiaman etika Lurah Menurut Pandangan Masyarakat Di Kelurahan
Sukaramai Kecamatan Binjai Barat, Kota Binjai, Sumatera Utara.

D. Tujuan penelitian
Tujuan diadakannya penelitian ini adalaha :
1. Untuk melihat kepemimpinan lurah Di Kelurahan Sukaramai Kecamatan
Binjai Barat, Kota Binjai, Sumatera Utara.
2. Etika Lurah Menurut Pandangan Masyarakat Di Kelurahan Sukaramai
Kecamatan Binjai Barat, Kota Binjai, Sumatera Utara.

E. Manfaat Penelitian
Manfaat diadakannya penelitian ini adalaha :
1. Mengetahui kepemimpinan lurah Di Kelurahan Sukaramai Kecamatan
Binjai Barat, Kota Binjai, Sumatera Utara.
2. Mengetahui Etika Lurah Menurut Pandangan Masyarakat Di Kelurahan
Sukaramai Kecamatan Binjai Barat, Kota Binjai, Sumatera Utara.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Kepemimpinan dan Etika


Kepemimpinan merupakan aspek pengelolaan yang penting dalam sebuah
organisasi/lembaga. Menurut Danin (2004;56) Kepemimpinan adalah setiap
perbuatan yang dilakukan oleh individu atau kelompok untuk mengkoordinasi dan
memberi arah kepada individu atau kelompok yang tergabung diwadah tertentu
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Kemampuan untuk
memimpin secara efektif sangat menentukan berhasil atau tidaknya sebuah
organisasi untuk mencapai tujuan. Menurut Hamalik (2001;166) Seorang
pemimpin dalam melaksanakan peran-peran kepemimpinan antara lain: Peran
sebagai katalisator, seorang pemimpin harus menumbuhkan pemahaman dan
kesadaran orang-orang yang dipimpinnya supaya yakin bahwa tindakan yang dia
lakukan adalah untuk kepentingan semua anggota organisasi.

Istilah etika berasal dari kata Yunani ethos yang berarti “adat istiadat” atau
“kebiasaan”. Dalam pengertian ini, etika berkaitan erat dengan kebiasaan hidup
yang baik, tata cara hidup yang baik, baik pada diri seseorang atau masyarakat.
Kebiasaan hidup yang baik ini dianut dan diwariskan dari satu generasi ke
generasi lain. Etika juga dimengerti sebagai refleksi kritis tentang bagaimana
manusia harus hidup dan bertindak dalam situasi konkret tertentu. Etika adalah
filsafat moral, atau ilmu yang membahas dan mengkaji secara kritis persoalan
benar dan salah secara moral, tentang bagaimana harus bertindak dalam situasi
konkret. Roger Crips (1998), memaparkan pengertian etika lebih panjang lebar
sebagai berikut: pertama, etika adalah sistem nilai dan kebiasaan dalam kehidupan
sekelompok orang. Para filsuf mungkin saja memiliki perhatian terhadap sistem
ini, namun biasanya ini dilihat sebagai kajian antropologi. Kedua, etika
dipergunakan untuk merujuk pada moralitas yang meliput gagasan seperti
kebenaran, kesalahan, atau rasa malu dan sebagainya. Satu pertanyaan pokok di
sini adalah bagaimana mengarakterisasikan sistem ini. Apakah suatu sistem moral
dengan fungsi tertentu, seperti untuk memungkinkan hubungan di antara para
individu, atau haruskah ia meliputi perasaan tertentu, seperti kesalahan? Ketiga,
etika dapat merujuk pada prinsip-prinsip moral aktual: “Mengapa anda tidak
mengembalikan buku itu?” “Hanya sesuatu yang etis yang dilakukan dalam
keadaan ini”. Keempat, etika adalah wilayah kajian filsafat terkait dengan studi
etika dalam pengertian lainnya. Penting untuk diingat bahwa etika filosofis tidak
bebas dari wilayah-wilayah lain dari filsafat. Jawaban untuk banyak pertanyaan
etis bergantung pada jawaban-jawaban untuk pertanyaan-pertanyaan dalam
metafisika dan wilayah-wilayah lain. Lebih jauh, para filsuf memiliki perhatian
untuk membangun hubungan antara bidang kehidupan etis dan bidang-bidang

5
6

lainnya. Sebagian filsuf ragu tentang apakah filsafat menyediakan pendekatan


terbaik untuk etika. Dan bahkan seseorang yang mempercayai filsafat memiliki
kontribusi untuk membuat may suggest bahwa justifikasi etis harus merujuk
keluar filsafat kepada kepercayaan-kepercayaan common sense atau contoh-
contoh kehidupan nyata.

Konsep etika dalam tulisan ini lebih cenderung dalam artian moralitas
daripada sebagai filsafat moral. Etika dalam hal ini dipahami sebagai pedoman
bagaimana manusia harus hidup, dan bertindak sebagai orang yang baik. Etika
memberi petunjuk, orientasi, arah bagaimana harus hidup secara baik sebagai
manusia.Di sisi yang lain, etika pemimpin dalam mengelola kekuasaan adalah
satu tuntutan yang mendesak. Kekuasaan seorang pemimpin sangat tergantung
pada keluhuran budinya. Pemimpin harus sepi ing pamrih, yakni tidak boleh
terikat dengan hawa nafsu dan kepentingan-kepentingan duniawi. Pemimpin harus
bersih dari angkara murka agar dapat menjadi heneng, hening, hawas, dan héling
(diam, jernih, awas dan ingat). Budi luhur pemimpin kelihatan dalam cara
pemimpin dimaksud dalam menjalankan kepemimpinannya. Sifat hakiki
kepemimpinan, cara harus halus. Kehalusan kepemimpinan merupakan materi
keaslian kepemimpinan seorang pemimpin. Pemimpin diharapkan dapat mencapai
keadaan sejahtera, adil, dan tentram dalam masyarakat tanpa perlu
mempergunakan cara-cara kasar.

Berbicara tentang kepemimpinan berarti kita tidak dapat melepaskan diri


dari masalah manusia, karena memang yang menjalankan kepemimpinan adalah
manusia itu sendiri. Memiliki pemikiran realistis dalam menghadapi berbagai
proses aktivitas demi pencapaian tujuan organisasi. Jadi unit analisisnya adalah
manusia/individu. Oleh karena itu kepemimpinan tidak akan ada tanpa pemimpin
dan yang dipimpin, keduanya ini adalah manusia yang memiliki potensi
mengarahkan manusia dengan meningkatkan motivasi kerja sumber daya pegawai
di dalam mencapai tujuan organisasi. Masalah kepemimpinan akan selalu hidup
dan berusaha ditelusuri dari satu generasi ke genrasi selanjutnya, guna mencari
formulasi yang lebih aktual dan tepat sehingga dapat diterapkan pada setiap
zamannya. Kepemimpinan merupakan fenomena yang kompleks, dan merupakan
gejala kemanusiaan yang universal (Bass,1981).

Kepemimpinan juga merupakan salah satu topik yang paling banyak


diamati sekaligus fenomena yang paling sedikit dipahami (Burns, 1978). Akhir-
akhir ini masalah kepemimpinan semakin menarik perhatian banyak kalangan,
utamanya dalam kajian manajemen publik, sebab kepemimpinan dilihat dari segi
kualitas memiliki dimensi yang luas dan dari segi kuantitas sangat kurang, akan
tetapi yang menjalankan kepemimpinan memiliki potensi yang lebih dibanding
dengan yang dipimpin. Kepemimpinan tidak hanya berarti pemimpin terhadap
7

manusia, tetapi juga pemimpin terhadap perubahan.Seorang pemimpin tidak


hanya mempengaruhi bawahan, tetapi juga merupakan sebagai sumber inspirasi
dan motivasi bawahannya. Oleh sebab itu definisi dan penafsiran kepemimpinan
semakin beragam dalam perkembangannya.

B. Pengertian Kelurahan
Kelurahan adalah suatu wilayah yang ditempati oleh sejumlah penduduk
yang mempunyai organisasi pemerintahan terendah langsung di bawah camat
tetapi tidak memiliki hak untuk menyelenggarakan rumah tangganya sendiri.
Kelurahan merupakan wilayah kerja Lurah sebagai Perangkat Daerah Kabupaten
atau Kota. Kelurahan dipimpin oleh seorang Lurah yang berstatus sebagai
Pegawai Negeri Sipil. Kelurahan merupakan unit pemerintahan terkecil, kelurahan
memiliki hak mengatur wilayahnya lebih terbatas. Dalam perkembangannya
sebuah Desa dapat diubah statusnya menjadi Kelurahan.
Sesuai dengan Nomer 73 Tahun 2005, Kelurahan adalah wilayah kerja
Lurah sebagai perangkat daerah kabupaten/kota dalam wilayah Kecamatan.
Kelurahan dibentuk di wilayah Kecamatan. Kelurahan merupakan wilayah kerja
lurah sebagai perangkat daerah kabupaten atau kota. Kelurahan dipimpin oleh
seorang lurah yang berstatus sebagai Pegawai Negeri Sipil. Kelurahan merupakan
unit pemerintahan terkecil setingkat dengan desa. Berbeda dengan desa, kelurahan
memiliki hak mengatur wilayahnya lebih terbatas. Dalam perkembangannya,
sebuah desa dapat diubah statusnya menjadi kelurahan, atau
sebaliknya.Berdasarkan Permendagri No. 31 Tahun 2006 tentang Pembentukan,
Penghapusan, dan Penggabungan Kelurahan, dan Permendagri No. 28 Tahun
2006 tentang Perubahan Status Desa Menjadi Kelurahan, maka syarat-syarat
pembentukan suatu kelurahan adalah:

1. Wilayah Jawa dan Bali paling sedikit 4.500 jiwa atau 900 kepala keluarga,
dengan luas paling sedikit 3 km2.

2. Wilayah Sumatra dan Sulawesi paling sedikit 2.000 jiwa atau 400 kepala
keluarga, dengan luas paling sedikit 5 km2.

3. Wilayah Kalimantan, NTB, NTT, Maluku, Papua paling sedikit 900 jiwa atau
180 keluarga, dengan luas paling sedikit 7 km2.

Selain itu, diperlukan kepemilikan kantor pemerintahan, jaringan


perhubungan yang lancar, sarana komunikasi yang memadai, dan fasilitas umum
yang memadai. Kelurahan yang tidak lagi memenuhi kondisi di atas dapat
dihapuskan atau digabungkan dengan kelurahan lain berdasarkan hasil penelitian
dan pengkajian yang dilaksanakan oleh pemerintah daerah kabupaten atau kota
pemekaran kelurahan dapat dilakukan setelah mencapai paling sedikit lima tahun
8

penyelenggaraan pemerintahan di kelurahan tersebut juga digunakan untuk


peningkatan kesejahteraan dan penanggulangan kemiskinan dan peningkatan
pelayanan publik di tingkat kelurahan. Kelurahan yang kondisi masyarakat dan
wilayahnya tidak lagi memenuhi persyaratan dapat dihapus atau digabung.
Pemekaran dari satu Kelurahan menjadi dua Kelurahan atau lebih dapat dilakukan
setelah mencapai paling sedikit 5 (lima) Tahun penyelenggaraan pemerintahan
Kelurahan. Ketentuan lebih lanjut mengenai pembentukkan, penghapusan dan
penggabungan Kelurahan diatur dengan Peraturan Daerah Kabupaten/Kota
dengan berpedoman pada Peraturan Menteri. Kelurahan dipimpin oleh Lurah yang
berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Bupati/ Walikota melalui Camat.
Lurah diangkat oleh Walikota atas usul Camat dari Pegawai Negeri Sipil. Lurah
mempunyai tugas menyelenggarakan urusan Pemerintahan, pembangunan dan
kemasyarakatan. Selain tugas itu, Lurah melaksanakan urusan pemerintahan yang
dilimpahkan oleh Walikota. Urusan Pemerintahan disesuaikan dengan kebutuhan
Kelurahan dengan memperhatikan prinsip efisiensi dan peningkatan akuntabilitas.
Pelimpahan urusan pemerintahan, disertai dengan sarana, prasarana, pembiayaan
dan personil. Pelimpahan urusan pemerintahan ditetapkan dalam peraturan
Walikota dengan berpedoman pada Peraturan Menteri. Dalam melaksanakan
tugas, Lurah mempunyai fungsi : 1) Pelaksanaan kegiatan pemerintahan
Kelurahan, 2) Pemberdayaan masyarakat, 3) Pelayanan masyarakat, 4)
Penyelenggaraan ketentraman dan ketertiban umum, pemeliharaan prasarana dan
5) Fasilitas pelayanan umum, dan pembinaan lembaga kemasyarakatan. Dalam
menyelenggarakan pemerintahan Kelurahan, Lurah dibantu perangkat Kelurahan.
Perangkat Kelurahan terdiri dari Sekretaris Kelurahan dan Seksi Seksi serta
jabatan fungsional. Dalam melaksanakan tugasnya, perangkat Kelurahan
bertanggung jawab kepada Lurah. Perangkat Kelurahan, diisi dari Pegawai Negeri
Sipil yang diangkat oleh Sekretaris Daerah Kabupaten/Kota atas usul Camat.
Ketentuan lebih lanjut mengenai struktur organisasi dan tata kerja Kelurahan
diatur dengan Peraturan Daerah Kabupaten/Kota. Keuangan Kelurahan bersumber
dari : 1) APBD Kabupaten/Kota yang dialokasikan sebagaimana perangkat daerah
lainnya, 2) Bantuan Pemerintah, Pemerintah Provinsi, Pemerintah
Kabupaten/Kota, dan bantuan pihak ketiga

C. Tinjauan Umum Perubahan Status Desa Menjadi Kelurahan


Desa dapat diubah atau disesuaikan statusnya menjadi kelurahan berdasarkan
prakarsa pemerintah desa bersama BPD dengan memperhatikan aspirasi
masyarakat setempat. Aspirasi masyarakat disetujui 2/3 (dua pertiga) penduduk
desa yang mempunyai hak pilih. Dengan beralihnya status desa menjadi
kelurahan, kewenangan desa sebagai suatu kesatuan masyarakat hukum yang
berhak mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan
asal - usul dan adat - istiadat setempat berubah menjadi kewenangan wilayah kerja
9

lurah sebagai perangkat daerah kabupaten dibawah kecamatan. Desa yang


berubah status menjadi kelurahan, lurah dan perangakatnya disi dari Pegawai
Negeri Sipil (PNS) yang S1 memenuhi persyaratan sesuai dengan Peraturan
Perundangan yang berlaku.

Kepala Desa dan Perangkat Desa serta Anggota BPD dari desa yang berubah
statusnya, diberhentikan dengan hormat dari jabatannya dan diberikan
penghargaan sesuai nilai - nilai sosial budaya masyarakat setempat. Tata cara
pemberhentian Kepala Desa dan Anggota BPD akan diatur lebih lanjut dalam
Peraturan Bupati. Adapun syarat – syarat untuk melakukan perubahan status desa
menjadi kelurahan, yaitu : 1. luas wilayah tidak berubah 2. jumlah penduduk
paling sedikit 2.000 jiwa atau 400 Kepala Keluarga 3. sarana dan prasarana
pemerintahan yang memadai bagi terselenggaranya pemerintahan kelurahan 4.
potensi ekonomi berupa jenis, jumlah usaha jasa dan produksi serta
keanekaragaman mata pencarian 5. kondisi sosial budaya masyarakat berupa
keanekaragaman status penduduk dan perubahan nilai agraris ke jasa dan industri
Berdasarkan undang-undang desa, desa dapat berubah status menjadi kelurahan
berdasarkan prakarsa Pemerintah Desa dan Badan Permusyawaratan Desa melalui
Musyawarah Desa dengan memperhatikan saran dan pendapat masyarakat Desa
(Pasal 11 ayat (1) UU No. 6 Tahun 2014 tentang Desa).

Konsekuensi dari perubahan ini maka seluruh barang milik desa dan sumber
pendapatan desa yang berubah menjadi kelurahan menjadi kekayaan/aset
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota yang digunakan untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat di kelurahan tersebut. Begitu pula dengan pendanaan
kelurahan menjadi tanggung jawab Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
Kabupaten/Kota termasuk untuk memberikan dana purnatugas bagi Kepala Desa
dan perangkat Desa yang diberhentikan sebagai akibat perubahan status desa
menjadi kelurahan (Pasal 11 ayat (2) dan penjelasannya UU No. 6 Tahun 2014
tentang Desa).

D. Dana Kelurahan
Dana kelurahan merupakan dana alokasi umum tambahan yang bersumber
dari APBN. Sebanyak 8.122 kelurahan akan mendapat dana alokasi umum
tambahan. Pemerintah telah menganggarkan Rp3 triliun untuk kelurahan dalam
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2019. Dalam
pengalokasiannya, semua kabupaten dan kota penerima akan dikelompokkan
menjadi tiga kategori berdasarkan kualitas pelayanan publik dan dihitung secara
proporsional sesuai jumlah kelurahan pada daerah dimaksud.

Pertama, kategori baik yang dialokasikan untuk 2.805 kelurahan pada 91


kabupaten/kota dengan alokasi Rp352,9 juta per kelurahan. Kedua, kategori perlu
10

ditingkatkan yang dialokasikan untuk 4.782 kelurahan pada 257 kabupaten/kota


dengan alokasi Rp370,1 juta per kelurahan. Ketiga, kategori sangat perlu
ditingkatkan yang dialokasikan untuk 625 kelurahan pada 62 kabupaten/kota
dengan alokasi Rp384 juta per kelurahan. Mekanisme penyaluran dana ini yakni
dari rekening kas umum negara (RKUN) ke rekening kas umum daerah (RKUD)
yang dilakukan dalam dua tahap masing-masing 50% dengan berbasis pada
kinerja pelaksanaan kegiatan. Pencairan tahap pertama mensyaratkan surat
pernyataan dan lampiran rincian komitmen anggaran kelurahan dan
ditandatangani kepala daerah.

Tahap kedua mensyaratkan laporan realisasi penyerapan DAU tambahan


tahap I. Penggunaan dana diarahkan untuk berbagai hal, antara lain pembangunan
sarana dan prasarana kelurahan, serta pemberdayaan masyarakat di kelurahan
untuk meningkatkan kualitas hidup. Selain itu juga digunakan untuk peningkatan
kesejahteraan dan penanggulangan kemiskinan dan peningkatan pelayanan publik
di tingkat kelurahan.
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Lokasi Penelitian dan waktu penelitian


Kelurahan Sukaramai merupakan salah satu kelurahan yang terletak di
Kecamatan Binjai Barat, Kota Binjai, Sumatera Utara. Waktu penelitian ini pada
hari Jum’at 25 Maret 2022.

B. Populasi Penelitian
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (sugiyono, 2011:80). Dengan kata
lain populasi adalah kumpulan dari keseluruh pengukuran, objek, atau individu
yang sedang dikaji. Populasi untuk penelitian ini adalah kepala kelurahan
Sukaramai merupakan salah satu kelurahan yang terletak di Kecamatan Binjai
Barat, Kota Binjai, Sumatera Utara.

C. Desain Penelitian
Data adalah informasi yang diperlukan untuk pengambilan keputusan.
Diperoleh dengan mengukur nilai satu atau lebih variabel dalam sampel atau
populasi, jenis data dapat dibedakan menjadi dua jenis Soeratno (2008:67) yaitu :

1. Data kualitatif, merupakan data yang tidak dapat diukur dalam skala
numerik atau data yang disajikan secara deskriptif atau yang berbentuk
uraian.
2. Data kuantitatif, merupakan data yang disajikan dalam bentuk skala
numerik (angka-angka), namun dalam statistik semua data harus dalam
bentuk angka, maka data kualitatif umumnya dikuantitatifkan agar dapat
diproses.

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana etika kepala kelurahan .


Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang merupakan kelurahanin
penelitian yang bersifat alamiah, dalam arti peneliti tidak berusaha memanipulasi
penelitian, melainkan melakukan studi terhadap suatu fenomena.

D. Metode Pengumpulan Data


Metode yang dilakukan untuk memperoleh data riset ini adalah wawancara
langsung. Yang dimaksud dengan wawancara menurut Sugiyono (2016:317)
wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data untuk menemukan
permasalahan yang harus diteliti dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-
hal dari responden yang lebih mendalam. Yang menjadi fokus dalam wawancara
yaitu:

11
12

1. Sistem Penyelenggaraan Pemerintah kelurahan.


2. Prioritas dalam Pelaksanaan Pembangunan Menggunakan Dana kelurahan
3. Pelaksanaan Program Dana kelurahan
4. Peran Pemerintah Kelurahan dalam Memberikan Sosialisasi Tentang Dana
kelurahan ke Masyarakat
5. Masyarakat Berpartisipasi dalam Mengawasi Penggunaan Dana
Kelurahan.
6. Respon Warga Mengenai Pemberdayaan Melalui Program Dana
Kelurahan
7. Strategi Bapak / Ibu guna mengembangkan potensi kelurahan ini.
8. Permasalahan yang sering dihadapi oleh warga kelurahan. Dan cara kepala
kelurahan bersama masyarakat menyelesaikan masalah tersebut.
9. Masyarakat di kelurahan ini kebanyakan bekerja disektor.
10. Upacara adat / tradisi yang sering dilakukan oleh masyarakat. Dan apasaja
dan biasanya kapan upacara adat / tradisi tersebut dilakukan.
11. Program-program wajib dan rutin yang dilakukan bersama masyarakat.
12. Lurah mewujudkan pola hidup sederhana.
13. Lurah memberikan pelayanan dengan empati, hormat, santun, tanpa
pamrih dan tanpa unsur pemaksaan.
14. Lurah memberikan pelayanan secara cepat, tepat, terbuka dan adil serta
tidak diskriminatif.
15. Lurah tanggap terhadap keadaan lingkungan masyarakat.
16. Lurah berorientasi kepada peningkatan kesejahteraan masyarakat dalam
melaksanakan tugas.
BAB IV
HASIL & PEMBAHASAN

A. Kepemimpinan lurah Di Kelurahan Sukaramai Kecamatan Binjai Barat


, Kota Binjai, Sumatera Utara.
Dari hasil wawancara yang sudah kami lakukan dengan bapak Iwan Hartopo
selaku lurah Sukaramai, kepemimpinan yang baik dipandang penting dan perlu
diimplementasikan kepada masyarakat, dimana lurah harus mampu bertangggung
jawab dan mensejahterakan daerah wilayah kelurahan sehingga dinamika
pembangunan dan kecepatan perubahan lingkungan kearah yang lebih baik di
lingkungan kelurahan bisa terlaksana dilaksanakan. Dinamika yang terjadi
tersebut tentunya memerlukan daya tanggap dari lurah terhadap perubahan yang
terjadi, adanya daya tanggap tentunya memerlukan pengembangan etika lurah.
Etika merupakan pola sikap dan perilaku yang diharapkan dari setiap individu dan
kelompok anggota organisasi, yang secara keseluruhan akan membentuk budaya
organisasi sejalan dengan tujuan organisasi yang sudah dirancang oleh lurah.

Menurut bapak Iwan Hartopo selaku lurah Sukaramai dengan adanya Etika
Lurah dengan nilai-nilai yang terkandung didalamnya sangat bermanfaat untuk
membangkitkan kepekaan dalam melayani kepentingan masyarakat sehingga
kepemimpinandalam perkembangannya dapat terwujudnya pemerintahan yang
bebas korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN). Masalah yang dihadapi oleh lurah di
masa mendatang akan semakin kompleks, karena modernitas masyarakat yang
semakin meningkat telah melahirkan berbagai permasalahan dan harus
diselesaikan, dalam pemecahan masalah sering kali pemerintahan desa
dihadapkan pada situasi yang sulit dan saling berbenturan, untuk itu memerlukan
kepahaman etika dalam pemecahan masalahnya.

Dari hasil wawancara kami dengan bapak Iwan Hartopo selaku lurah
Sukaramai kepemimpinan yang baik dalam sistem penyelenggaraan pemerintah
keluaran mengutamakan kepentingan masyarakat serta menerapakan
profesinalisme, adil dan selalu beritikad mencegah terjadi perpecahan didalam
masyrakat. lurah Sukaramai juga melayani masyarakat sesuai dengan tugas
pokok dan fungsinya secara sopan, ramah dan tidak diskiriminatif.

Sumber bantuan pendanaan kelurahan berasal dari dana alokasi umum tambahan
bantuan pendanaan kelurahan yang bersumber dai APBN dan Dana
Pendampingan yang bersumber dari APBD pada tahun anggaran yang berjalan.
Dari penjelasan lurah sukaramai 2 tahun terakhir ini kelurahan Sukaramai tidak
mendapatkan dana dari pemerintah dikarenakan apabila untuk mendapatkan dana
kelurahan harus mengajukan rancangan perencaan yang sesuai dengan proyek

13
14

yang akan dikerjakan apabila terdapat perselisihan ataupun ketidak sesuaian maka
lurah akan dikenakan sanki. Bapak Iwan Hartopo selaku lurah Sukaramai
menjelaskan karena terdapat banyak resiko untuk mencairkan dana kelurahan dan
ada beberapa persyaratan yang belum bisa terpenuhi maka lurah lebih memilih
untuk tidak mengurus pencairan dana kelurahan.

Lurah juga memberikan penjelasan kepada masyarakat tentang dana desa


yang tidak dicairkan sehingga masyarakat mengerti dan tidak menuduh lurah
memakan uang dana keluarahan. Bapak Iwan Hartopo selaku lurah Sukaramai
menjelaskan didalam masyarakat di bentuk lembaga swadaya masyarakat yang
berfungsi menampung pandangan atau aspirasi masyarakat serta program yang
dilaksanakan, sehingga lembaga masyarakat ini sebagai salah satu organisasi yang
menyuarakan hati masyarakat.
Dari hasil wawancara yang kami lakukan masyarakat berharap dana
keluarahan dapat tersalurkan sehinggan bisa membantu masyarakat terutama di
beberapa sekolah yang terdapat di keluarahan Sukaramai. Masyarakat di
Kelurahan Sukaramai memiliki potensi diantaranya pembuatan makanan ringan
sehingga lurah Sukaramai membentuk team UMKM dan mendukung pendanaan
untuk pengembangan potensi yang dimiliki oleh masyarakat. UMKM yang ada di
kelurahan Sukaramai sudah pernah mendapatkan juara II UP2K seprovinsi
Sumatera Utara. Hadiah yang pernah diperoleh dari beberapa kali perlombaan
salah satunya mesin pembuat kue kipas yang dapat digunakan oleh masyarakat
untuk mendukung potensi yang dimiliki oleh masyarakat di Kelurahan Sukaramai.

Permasalahan yang kerab terjadi di kelurahan Sukaramai yaitu pencurian yang


dilakukan oleh anak-anak sampai dengan usia remaja dikarenakan banyak sekali
remaja di keluarahan Sukaramai memakai Narkoba. Dan permasalahan pembagian
harta gono-gini Sikap yang diambil oleh Lurah Sukaramai terkait dengan
permasalahan pembagian harta gono-gini yaitu memberikan penjelasan secara
kekeluargaan jika masalahnya belum selesai maka akan dibawa kejalur hukum.

Masyarakat di kelurahan ini bekerja di berbagai sektor seperti wirausaha,


petani, kuli bangunan, pekerja kantor dan juga PNS. Sehingga pendapatan
masyarakat di kelurahan Sukaramai bervariasi. Masyarakat di keluarahan
Sukaramai memiliki tradisi satu satun sekali mengadakan kegiatan yang bernama
“Satu Suroh” dimana masyarakat akan berkumpul dan mengundang satu ustad
untuk memberikan pengajian dan mendo’akan kelurahan Sukaramai agar
terhindar dari bahaya marabahaya, dan dilanjutkan dengan makan bersama
sehingga masyarakat di Kelurahan Sukaramai rukun dan damai. Masyarakat di
desa Sukaramai juga memiliki program wajib yaitu setiap minggu di adakan
15

gotong royong untuk membersihkan wilayah keluarahan yaitu pada hari Jum’at.
Serta kegitan olahraga yaitu pada hari rabu dan jum’at.

B. Kepemimpinan dan Etika Lurah Menurut Pandangan Masyarakat Di


Kelurahan Sukaramai Kecamatan Binjai Barat, Kota Binjai, Sumatera
Utara
Berdasarkan hasil wawancara dengan masyarakat kelurahan sukaramai, bapak
iwan hartopo selaku lurah dikelurahan tersebut hidup dengan pola yang
sederhana/ hidup minimalis dengan pola hidup yang dijalani dengan tidak
berlebihan. Konsep hidup sederhana yang dimaksud adalah penampilan bapak
iwan hartopo yang menggunakan pakaian yang sederhana dan tidak berlebihan,
menggunakan celana panjang dan baju yang sopan dan ia mencerminkan dirinya
sebagai tokoh masyarakat yang baik. Setelah itu dari aset yang dimiliki bapak
iwan hartopo seperti rumah, kendaraan, dan alat komunikasi (Handphone) yang
digunakan sangat sederhana sama seperti masyarakat yang sederhana pada
umumnya. Dan jika dilihat dari sikap ataupun etika yang dimiliki pak iwan
hartopo, juga menggambarkan sikap yang sederhana, dapat dibuktikan dari cara
berkomunikasi, etika menerima tamu, dan cara ia memimpin masyarakatnya
dengan menyamaratakan hak dan kewajiban masyarakatnya.

Berdasarkan hasil wawancara dengan masyarakat kelurahan sukaramai, bapak


iwan hartopo memberikan pelayanan dengan empati, hormat, santun, tanpa
pamrih dan tanpa unsur pemaksaan. Dapat dibuktikan dengan adanya inisiatif
yang dibentuk oleh lurah berupa kegiatan pengembangan UMKM, olah raga
senam untuk lansia yang di adakan 2 minggu sekali, dan lurah mendukung
pengembangan keahlian yang dimiliki warga seperti pelatihan menjahit dan
memfasilitasi dalam bidang olahraga.

Dan dari penjelasan yang diberikan masyarakat, pelayanan yang diberikan


secara cepat, tepat, terbuka, adil serta tidak diskriminatif dapat ditunjukkan
dengan sikap lurah yang tidak membeda-bedakan kepentingan warga, baik
kepentingan pribadi maupun kepentingan bersama. Contoh kepentingan pribadi :
lurah sebagai penengah dalam menyelesaikan masalah warga berupa
permasalahan yang berkenaan dengan pembagian harta warisan, dan respon lurah
terhadap kebersihan lingkungan kelurahan tersebut sangat baik dengan
membentuk kegiatan gotong royong setiap sabtu.

Namun jika dilihat dari keadaan lingkungan masyarakat dari segi keamanan
kelurahan sukaramai masih dalam memprihatinkan, dimana lurah belum mampu
sepenuhnya mengatasi keamanan lingkungan, seperti : kasus pencurian yang kelap
terjadi dimana-mana, serta banyaknya penggunaan narkoba dikelurahan tersebut.
Dari penjelesan yang diberikan oleh warga lurah Sukaramai berorientasi untuk
16

mensejahterakan masyarakat secara luas mencakup berbagai tindakan yang


dilakukan lurah untuk mencapai taraf hidup yang lebih baik. Taraf hidup yang
lebih baik ini tidak hanya diukur secara ekonomi dan fisik belaka tapi juga ikut
memperhatikan aspek sosial, mental dan segi kehidupan spritual. Kesejahteraan
pada umumnya yang menjadi orientasi lurah meliputi kesehatan, keadaan
ekonomi, kebahagian dan kualitas masyarakat.

C. Cara Lurah Selaku Pemimpin Mengatasi Permasalahan yang ada di


kelurahan Sukaramai
Permasalahan yang sering terjadi di masyarakat kelurahan Sukaramai dan
Cara mengatasinya adalah sebagai berikut:

1. Tingkat Keamanan
Akibat tindak kriminal dan gangguan keamanan yang terjadi di
masyarakat baik yang berupa pencurian maupun kenakalan remaja, dan
gangguan keamanan lainnya menyebabkan masyarakat merasa belum nyaman
dalam melakukan aktifitas keseharian. Untuk mengantisipasi kejadian tersebut
perlu adanya langkah langkah pencegahan dengan melakukan patroli lapangan
ke wilayah hunian sebagai langkah pencegahan pada pelaku kejahatan. Hal ini
dapat memberikan rasa aman dan nyaman bagi warga masyarakat.
Keterlibatan anggota Linmas dalam upaya pencegahan tindak kejahatan
tersebut adalah penting sebagai antisipasi sehingga masyarakat merasa
nyaman tanpa gangguan karena terjadinya pencurian maupun gangguan
keamanan lainnya Perubahan yang diharapkan adalah peningkatan
kemampuan dengan memberi pembinaan dan pelatihan kepada anggota
Linmas, di samping tugas pokok dan fungsi Linmas adalah menangani
penanggulangan bencana maupun pengamanan Pemilu. Dalam hal ini
koordinasi dengan Camat, Polsek maupun Koramil, dan pihak terkait lainnya
telah dilakukan dalam pelatihan bagi anggota Linmas Kelurahan Gumilir,
dengan pembinaan dan pelatihan tersebut diharapkan anggota linmas lebih
meningkat kemampuannya dalam melaksanakan tugas dilapangan. Kegiatan
penanganan keamanan dan ketertiban masyarakat mengacu pada Permendagri
Nomor 84 Tahun 2014 tentang penyelenggaraanperlindungan masyarakat
dalam Bab IV pasal 21 ayat 1 sebagai berikut :

a) Pemberdayaan Anggota Satlinmas dilakukan untuk meningkatkan


kapasitas anggota Satlinmas dalam pelaksanaan tugas.
b) Mengumpulkan dan menganalisis data dan informasi Satuan
perlindungan masyarakat serta pengamanan swakarsa
c) Menyusun prosedur tetap, petunjuk teknis dan pelaksanaan satuan
perlindungan masyarakat serta pengamanan swakarsa
17

d) Mengidentifikasi dan menyusun usulan sarana dan prasarana


perlindungan masyarakat dan pengamanan swakarsa

Keamaan dalam suatu daerah merupakan hal yang sangat diinginkan oleh
masyarakat, karena di kelurahan Sukaramai sering terjadi pencurian barang
dari rumah warga untuk itu sebaiknya Lurah harus lebih memperhatikan
keamanan lingkungan.
2. Terdapat Remaja yang memakai narkoba
Membangun remaja yang bebas dari penyalahgunaan narkoba harus
didasarkan pada pencermatan terhadap karakteristik pengguna narkoba
sekaligus tindakanyang melatarbelakanginya. Menurut analisis Dr. Graham
Blaine (psikiater), penyebab seseorang mengkonsumsi narkoba tidak hanya
berasal dari keinginan individu itu sendiri akan tetapi juga berasal dari
lingkungan sekitarnya. Semuanya itu jelas akan memburamkan masa depan
keluarga, masyarakat dan bangsa termasuk masa depan remaja itu sendiri.
Logika yang dapat ditarik sangat sederhana. Remaja yang menyalahgunakan
narkoba sudah menjadi generasi yang rusak dan sulit dibenahi. Tubuhnya
tidak lagi fit dan fresh untuk belajar dan bekerja membantu orangtua,
sementara mentalnya telah dikotori oleh niat burukuntuk mencari cara
mendapatkan barang yang sudah membuatnya kecanduan. Bilasudah
demikian, apa yang dapat diharapkan dari mereka. Selanjutnya dan beberapa
studi yang pernah dilakukan, karakteristik pengguna narkoba biasanya adalah
remaja-remaja kita yang “bermasalah”. Bermasalah disini artinya memiliki
beban mental/kejiwaanyang menurut mereka sangat berat dan sulit untuk
ditanggung. Misalnya terlalusering dimarahi orangtua, tidak disukai
lingkungan, merasa bersalah karenaorangtuanya bercerai, tidak mendapat
kasih sayang, prestasi belajar jelek merasa diremehkan teman yang membuat
sakit hati, merasa kurang percaya diri dansebagainya. Keinginan yang besar
ini sedikit banyak dipengaruhi oleh sedikitnyapengetahuan mereka tentang
narkoba, membuat mereka rapuh dan terjebak dalamlingkaran yang
menghancurkan. Untuk menanganinya Ada tiga langkah penting yang perlu
dicoba untuk membangun remaja masa depan yang bebas narkoba, yaitu:

a) Dalam lingkungan keluarga, orangtua berkewajiban memberikan


kasisayang yang cukup terhadap para remajanya. Mereka tidak boleh
cepat marah danmain pukul tatkala sang remaja melakukan kesalahan
baik dalam tutur kata, sikap, maupun perbuatannya, tanpa diberi
kesempatan untuk membela diri.sebaliknya, orangtua harus bersikap
demokratis terhadap anaknya. Anak harusdiposisikan sebagai insan
yang juga membutuhkan penghargaan dan perhatian.Tidak cukup
hanya diperhatikan kebutuhan fisiknya, tetapi juga
18

kebutuhanpsikisnya. Sehingga komunikasi yang hangat antara


orangtua dan anak-anaknyamenjadi langkah utama yang jitu untuk
menjalin hubungan yang harmonis agar sangremaja menjadi tenteram
dan nyaman tinggal di rumah. Jadi mereka tidak membutuhkan
pelampiasan atau pelarian di luar rumah ketika menghadapi persoalan
yang rumit.
b) Dalam lingkungan sekolah, pihak sekolah berkewajiban memberikan
informasi yang benar dan lengkap tentang narkoba sebagai bentuk
antisipasi terhadap pencegahan narkoba. Pihak sekolah juga perlu
mengembangkan kegiatan yang berhubungan dengan penanggulangan
narkoba dalam rangka mencegah dan mengatasi meluasnya
penyalahgunaan narkoba di kalangan pelajar, seperti melakukan
pembinaan dan pengawasan secara rutin terhadap siswa baik dengan
melibatkan pihak lain (kepolisian, komite sekolah, orangtua),
menggiatkan kegiatan ekstrakurikuler yang bermanfaat, serta
mengembangkan suasana yang nyaman dan aman bagi remaja untuk
belajar. Di samping itu pihak sekolah perlu berupaya keras
“menlestarikan” lingkungan sekolah dari peredaran dan
penyalahgunaan narkoba, dengan tidak membolehkan sembarang
orang memasuki lingkungan sekolah tanpa kepentingan yang jelas dan
mencurigakan sekolah dari peredaran dan penyalahgunaan narkoba,
dengan tidak memperbolehkan sembarangan orang memasuki
lingkungan sekolah tanpa kepentingan yang jelas dan mencurigakan.
c) Dalam lingkungan masyarakat, para tokoh agama, perangkat
pemerintahan di semua tingkatan mulai dari Presiden, Gubernur,
Bupati, Camat, Lurah, hingga RT dan RW perlu bersikap tegas dan
konsisten terhadap upaya pencegahan penyalahgunaan narkoba
dilingkungannya masing-masing yang didukung penuh oleh phak
keamanan dan kepolisian. Mereka perlu terus menerus memberi
penyadaran pada seluruh warga masyarakat akan bahaya
mengkonsumsi narkoba tanpa indikasi medik dan pengawasan ketat
dari dokter dalam rangka penyembuhan. Khusus para tokoh
masyarakat dan tokoh agama tidak boleh mengenal lelah dan bosan
menanamkan norma-norma dan kebiasaan yang baik sebagai warga
masyarakat, baik dalam hubungannya dengan sesama manusia
maupun dengan Tuhannya.
d) Untuk mengantisipasi kenakalan remaja yang menggunakan narkoba
sebaiknya lurah mengadakan tes urine rutin bagi warga setiap per 3
bulan, dan apabila terbukti ada pemakai dan pengguna, terkhusus
remaja, maka harus direhabilitasi oleh keluarga yang
19

bersangkutan.Kordinasi yang lebih akrab terhadap aparat kepolisian


maupun tentara dalam penuntasan narkoba di lingkungan sekitar.

Keempat langkah di atas adalah sebuah langkah formal dan normatif.


Namun layak untuk diimplementasikan. Karena tiga lingkungan tersebut yang
menjadi wilayah sehari-hari remaja ketika mencari jati dirinya. Remaja adalah
generasi penerus bangsa yang akan menentukan masa depan keluarga, masyarakat
dan negara. Sebagai generasi penerus, remaja harus memiliki motivasi kuat untuk
belajar dan terus belajar agar kelak akan mampu menjadi generasi yang tidak saja
sehat, cerdas dan terampil, tetapi juga bertaqwa. Kita harus mengambil langkah,
agar keterbelakangan dan keterpurukan bangsa ini tidak semakin dalam ke
depannya karena remaja yang nantinya menjadi pilar tak lagi punya harapan.

D. Gagasan Mahasiswa Pascasarjana Unimed Angkatan 2021 Jurusan


Akuntansi

1. Setiap lurah harus mendapat pelatihan militer secara khusus dari Polda/
Kodam provinsi setempat,yang mana pelatihan bertujuan untuk melatih
kepemimpinan baik secara emosional dan ketangguhan dalam
pertahanan,tidak hanya mempelajari etika ketika memimpin
masayarakat,lurah juga harus mampu memiliki kemampuan bertahan dan
menyerang ,dan melalui pelatihan ini juga lah lurah harus mempunyai
jaringan keamanan,yang nantinya berguna untuk menumpas peredaran
narkoba di wilayah kelurahan yang dipimpinnya.
2. Sistem Posisition Gps karyawan minute to minute yang mana bertujuan
untuk mengetahui setiap posisi pegawai kelurahan untuk mengetahui
profesionalisme pelaksanaan tugas.,sistem ini diperlukan dikarenakan
banyak pegawai yang masih menggunakan waktu bekerja untuk
melakukan hal hal yang tidak penting,melalui system ini nantinya akan
menciptakan kerja yang cepat dan tanggap bagi masyarakat setempat.
Sistem gps pegawai akan diaktifkan apabila jam kerja berlaku,bukan
untuk jam istirahat dan waktu pegawai cuti bekerja.
BAB VII
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kelurahan sukaramai berada di daerah binjai barat yang merupakan bagian
dari kotamadya Binjai, yang mana kelurahan di pimpin oleh lurah yang bernama
Iwan Hartopo. Iwan Hartopo dalam kepemimpinannya memiliki etos kinerja yang
tinggi, Iwan hartopo memiliki sifat rendah hati, peduli terhadap masyarakat,dan
sederhana dalam berpenampilan. Jika ditinjau dari kelurahan sukarame, Iwan
Partopo selalu cepat tanggap terhadap kemajuan kelurahan, misalnya adanya
pengembangan UMKM masyarakat setempat, olah raga senam untuk lansia yang
di adakan 2 minggu sekali, dan lurah mendukung pengembangan keahlian yang
dimiliki warga seperti pelatihan menjahit dan memfasilitasi dalam bidang
olahraga. Iwan Hartopo dalam pelayanan yang cepat, tepat, terbuka, adil serta
tidak diskriminatif dapat ditunjukkan dengan sikap lurah yang tidak membeda-
bedakan kepentingan warga, baik kepentingan pribadi maupun kepentingan
bersama.

Namun jika dilihat dari keadaan lingkungan masyarakat dari segi keamanan,
kelurahan sukaramai masih dalam memprihatinkan, dimana lurah belum mampu
sepenuhnya mengatasi keamanan lingkungan, seperti : kasus pencurian yang kelap
terjadi dimana-mana, serta banyaknya penggunaan narkoba dikelurahan tersebut.
Iwan Partopo dalam penilaian secara keseluruhan merupakan sosok lurah yang
sangat dikagumi oleh masyarakat setempat dan merupakan lurah yang patut
dicontoh oleh lurah lurah lainnya yang ada di indonesia.

20
DAFTAR PUSTAKA

Agoes, S. dan Ardana. 2009. Etika Bisnis dan Profesi. Jakarta: Salemba Empat

Bass, B.M. 1981. Stogdils Handbook of Leadership, A Survey of theory and


research . Revised and Ekspanted Editon: New York: Free Press.
Burns, J.M. 1978. Leadership New York : Harper and Row

Crisp, Roger, “Ethics”, dalam Routledge Encyclopedia of Philosophy, Version


1.0, (London and New York: Routledge, 1998).

Danim, sudarwan, 2004. Motivasi, kepemimpinan dan efektifitas kelompok.


Jakarta; PT. Rineka Cipta
Direktorat Jenderal Bina Keuangan Daerah. 2019. Pengelolaan Dana Kelurahan
Berdasarkan PP No.17 Tahun 2018 dan Permendagri No. 130 Tahun 2018

Hamalik, oemar. 2001. Pengembangan sumberdaya manusia manejemen pelatihan


Ketatanegaraan; pendekatan terpadu jakarta : Bumi Aksara

P. Loina Lalolo. K. 2003.Indikator dan Alat Ukur Prinsip Akuntabiitas,


Transparansi dan Partisipasi. Jakarta
Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 Tentang Kelurahan

Peter Salim dan Yenni Salim. 2002. pengertian-pengelolaan perencanaan-.html


diakses tanggal 18 Februari 2017

Soeratno, Lincolin Arsyad. (2008). Metodologi Penelitian. Yogyakarta : UUP


STIM YKPN.

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif dan R&D. Bandung : Pt.


Alfabeta
Sugiyono. (2016). Penelitian Kualitatif dan R&D. Bandung: Pt. Alfabeta.

Tjahjanulin, Domai. 2002. “Buku Ajar Administrasi Keuangan Daerah”. Fakultas


Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya
DOKUMENTASI

Anda mungkin juga menyukai