Anda di halaman 1dari 20

Mini riset Filsafat Pendidikan

Peranan Orang Tua Dalam Proses Pembelajaran Anak


Autis di SLB Negeri Autis ( Williem Iskandr Pasar V Medan
Estate)

Dosen Pengampu:
ANIFAH, S.Sos, M.Pd

Oleh:
KELOMPOK 5

 Wahyu Krisman Sahat Tua ( 5193151002 )


 Alfonso Girsang ( 5193351002 )
 Suharni Anjelina Gultom ( 5192451004 )
 Yuliatri Putri Hasibuan ( 5193151006 )
 Rasyid Alhadi Saragih ( 5191151004 )
 Sulthan Ghalib Daulay ( 5193151004 )

PRODI PENDIDIKAN TEKNOLOGI INFORMATIKA DAN KOMPUTER


JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan Kepada Tuhan yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Tugas Miniriset
ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari pengerjaan tugas Tugas Miniriset ini adalah untuk
memenuhi tugas matakuliah Filsafat Pendidikan.

Saya sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita dalam Perkembangan Bakat.Kami menyadari bahwa Tugas Miniriset ini masih
jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun
selalu kami harapkan demi kesempurnaan Tugas Miniriset ini.

Akhir kata, Kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta
dalam penyusunan Tugas Miniriset ini dari awal sampai akhir.Semoga Tuhan yang Maha Esa
senantiasa memberkati segala usaha kita.Amin.

Medan, November 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI

BAB I : PENDAHULUAN.............................................................................................................1
A. Latar Belakang........................................................................................................................1
B. Identifikasi...............................................................................................................................3
C. Rumusan Masalah...................................................................................................................4
D. Tujuan Penelitian....................................................................................................................4
E. Manfaat Peneltian....................................................................................................................4
BAB II : KAJIAN TEORI...............................................................................................................5
A. Profesional Guru.....................................................................................................................5
B. Mutu Pembelajaran..................................................................................................................5
C. Kerangka Berpikir...................................................................................................................6
BAB III : METODE PENELITIAN................................................................................................7
A. Jenis Penelitian........................................................................................................................7
B. Populasi dan Sampel...............................................................................................................7
C. Teknik Penelitian Data............................................................................................................7
D. Teknik Pengumpulan Data......................................................................................................7
BAB IV : PEMBAHASAN.............................................................................................................8
A. Sejarah Berdirinya Sekolah.....................................................................................................8
B. Visi,Misi dan Tujuan...............................................................................................................8
C. Strategi sekolah.......................................................................................................................9
D. Pembbahasan atau Hasil Temuan............................................................................................9
BAB V : PENUTUP......................................................................................................................12
A. Kesimpulan...........................................................................................................................12
B. Saran......................................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................14
LAMPIRAN..................................................................................................................................15

ii
iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan adalah sesuatu yang penting dan menjadi prioritas utama dalam
kehidupan.Pendidikan dapat menjamin terbukanya pola perilaku dan ilmu pengetahuan bagi
setiapmanusia demi mencapai tujuan hidupnya.Untuk itu pendidikan diharuskan dapat dirasakan
oleh setiap manusia dimanapun mereka berada, karena tujuan dari pendidikan adalah
mengeluarkan unsur-unsur kemanusiaan yang sama. Pendidikan haruslah dilakukan secara
maksimal, akan tetapi tidak semua anak dapat berada dalam lingkungan keluarga ataupun
mendapat didikan di sekolah umum. Hal inilah yang dialami oleh anak berkebutuhan khusus
(ABK) yang ada di Indonesia.Anak berkebutuhan khusus (ABK) diartikan sebagai individu-
individu yang mempunyai karakteristik yang berbeda dari individu lainnya yang dipandang
normal oleh masyarakat pada umumnya.Secara lebih khusus anak berkebutuhan khusus
menunjukkan karakteristik fisik, intelektual, dan emosional yang lebih rendah atau lebih tinggi
dari anak normal sebayanya atau berada di luar standar normal yang berlaku di masyarakat.
Sehingga mengalami kesulitan dalam meraih sukses baik dari segi sosial, personal, maupun
aktivitas pendidikan (Bachri,2010). Kekhususan yang mereka miliki menjadikan ABK
memerlukan pendidikan dan layanan khusus untuk mengoptimalkan potensi dalam diri mereka
secara sempurna dalam keterampilan hidup dan berinteraksi sosial.

Untuk itu pelayanan pendidikan sangat diperlukan bagi mereka, untuk dapat menjalani
kehidupannya secara wajar.Pendidikan merupakan salah satu cara untuk mengembangkan
potensi bagi anak berkebutuhan khusus, baik itu pendidikan formal maupun pendidikan
informal.Karena itu pemerintah dituntut agar dapat memberikan kesejahteraan terhadap semua
kalangan melalui penyediaan pendidikan yang layak. Agar dapat menciptakan sumber daya
manusia yang berkualitas yang mampu bersaing dalam pengelolaan sumber daya alam.Terutama
untuk anak yang berkebutuhan khusus yang menyandang kelainan fisik dan mental.Mereka
membutuhkan sekolah khusus untuk mengembangkan sikap dan kemampuan mereka agar dapat
bersaing dengan anak-anak normal.Pendidikan khusus atau pendidikan luar biasa adalah bagian
terpadu dari sistem pendidikan nasional yang secara khusus diselenggarakan bagi peserta didik
yang menyandang kelainan fisik atau mental atau juga kelainan perilaku.

Peran keluarga merupakan unit sosial terkecil yang terdiri dari Ayah, Ibu dan Anak. Di
dalam suatu keluarga peran orang tua sangatlah penting bagi seseorang anak, hal tersebut
dikarenakan dengan peran yang dimiliki oleh orangtua tersebut maka aka dapat mempengaruhi

1
prilaku anak. Ketika anak ingin berprilaku maka anak tersebut akan menyesuaikan prilakunya
dengan prilaku orang – orang disekitarnya. Setiap orangtua tentu akan memiliki perasaan
berbahagia dan bangga bila memiliki anak sehat, cerdas, seperti kebanyakan anak lainya, namun
bagaimana dengan perasaan orangtua yang memiliki anak kebutuhan khusus, bagi orangtua anak
berkebutuhan tersendiri, dan tidak dapat disamaratakan dngan orangtuanya lanya. Sebelum
banyak yang tau adanya sekolah SLB banyak anak ABK yang tidak sekolah, ketika adanya
sosialisasi ke masyarakat baru orangtua yang mempunyai anak ABK ingin menekolahkan
anaknya ke SLB negeri autis orangtua menyadari bahwa anak ABK masih bisa untuk
mendapatkan pendidikan yang layak seperti anak umumnya. Pendidikan berkebutuhan khusus
memberikan kesempatan yang seluasluasnya kepada setiap anak berkebutuhan atau kelainan,
emosional, mental dan sosial untuk memperoleh pendidikan yang bermutu sesuaidengan
kebutuhan dan kemampuanya, layanan khusus adalah pengajaran yang di rancang untuk
merespon karakteristik unik anak yang memiliki kebutuhan khusus yang tidak dapat
diakomodasi, seperti:

1. Anak dengan hambatan komunikasi, interaksi dan bahasa (HMKIB).

2. Anak dengan hambatan persepsi motoric dan mobalitas (HPMM)

3. Anak adalah hambatan emosi dan prilaku (HEP)

4. Anak dengan hamabatan kecerdasan dan akademik (HKA) (Tunanetra, tunarungu-


wicara, tunagrahita, tunadaksa, tunalaras)

Jadi apabila diantara mereka ada yang mengalami ketidak sempurnaan dalam kehidupan
sebagai manusia normal pada umumnya maka, sebalinya mereka telah mendapatkan kelebihan
yang diberikan tuhan. Sebenarnya mereka adalah orang-orang yang memiliki keahlian khusus di
bidang masing-masing. Walaupun keadaan yang yang serba terbatas tetapi mereka ingin
membuktikan pada dunia bahwa dia juga bisa seperti yang lainya “normal”. Keadaan serba
terbatas didalam sistem kerja saraf anak berkebutuhan khusus (tunagrahita) yang dominan,
seperti halnya kesulitan dalam belajar / keterampilan kognitif (pengertian), kesulitan berbahasa,
maupun motoric (gerak reflek), dan hubungan dengan kemasyarakatan atau dengan istilah lain
disebut “ganguan kualitatif”. Pada anak tuna grahita hal itu ddapat kita pahami mungkin

2
disebabkan oleh lebih dari sekedar perkembangan yang lambat, seperti cacat mental, sensorik
atau motoric. Anak adalah titipan tuhan yang maha kuasa, karena itu nasib anak masa depan
anak adalah tanggung jawab kita semua. Tetapi tanggung jawab utama terletak pada orangtua
masing-masing. Orangtualah yang pertama berkewajiban memelihara, mendidik dan
membesarkan anak-anaknya agarmenjadi manusia yang berkemampuan dan berguna. Peran
orangtua selanjutnya adalah memberikan niai-nilai pendidikan kepada anaknya.

Meningkatkan pembelajaran anak kebutuhan khusus sangat di butuhkan bagi mereka


semua karna selama ini mereka yang mempunyai kekurangan fisik tidak dapat mendapatkan
pendidikan yang layak. Pembelajaran sudah ada sejak yang tercantum dalam pembukaan UUD
1995 alenia 4 dan pasal 31 berbunyi “setiap warga Negara Indonesia berhak mendapat
pendidikan dan pengajaran, artinya pendidikan dan pengajaran bukan hanya saja diberikan
kepada warga Negara yang normal melainkan juga kepada warga Negara yang memiliki
kebutuhan khusus seperti yang tertuang dalam UU Sidiknas, No. 20 tahun 2003 pada pasal 5 ayat
2 yang berbunyi warga Negara yang memiliki kelainan fisik, emosioal, mental, intelektual dan
atau sosial berhak memperoleh kebutuhan khusus. Sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan.
Fenomena yang ada di SLB N AUTIS siswa dan siswi sangat berbakat anak selalu di ajarkan
keerampilan dan kesenian yang mereka sukai. Setiap hari anak-anak selalu di ajarkan di setia
bidangnya masing-masing, sampai mereka bisa dan menguasai, sebelum mereka masuk di
sekolah SLB mereka belum bisa memahami apa itu kesenian, olahraga, dan keterampilan. Ketika
orangtua mereka membawanya ke sekolah SLB anak diajarkan dan di bombing dan selalu di beri
pengetahuan sampai akhirnya mereka paham, cara pengajaran harus sabar sebab anak SLB
bukan seperti anak normal, orangtua pun di ikut sertakan dalam pengajaran, sampai anak bisa
memahaminya, sehingga dapat bahwa orangtua harusla lebih berperan aktif dalam
mengembangkan pendidikan dan pembelajaran anak. Dari hal di atas tujuan di lakukannya
penelitian ini adalah ingin mengetahui bagaimana peran orangtua terhadap anak tunagrahita di
SLB Negeri Autis.

B. Identifikasi
Metode Pendidikan adalah metode yang digunakan oleh SLBN Medan dalam
memberikan pendidikan terhadap pertumbuhan kemandirian dan perilaku sosial pada anak
berkebutuhan khusus yang duduk dibangku Sekolah Dasar. Model pendidikan yang diberikan

3
oleh guru-guru yang ada di SLBN Medan yaitu proses pembelajaran yang menggunakan
beberapa media belajar seperti ; gambar-gambar, puzzle, dan benda-benda yang ada disekitar
sekolah. Contohnya ; ketika belajar matematika kepada anak tunagrahita dengan menggunakan
media daun yang ada disekitar halaman sekolah, maka daun tersebut dikumpulkan dan dihitung
berapa jumlah daun yang ada, lalu dijelaskan lagi daun ini warnanya hijau dengan bentuk yang
melengkung. Hal yang sama pun juga diajarkan sama anak berkebutuhan khusus lainnya.
Berbeda dengan anak tunanetra, untuk anak tunanetra awalnya diajarkan dulu cara membaca
braile. Begitu juga dengan anak tunarungu juga diajarkan bahasa isyarat untuk mempermudah
komunikasi.

C. Rumusan Masalah
Berdasarkan dari latar belakang masalah, maka yang menjadi rumusan masalah pada
penelitian ini adalah “Bagaimanamodel pendidikan yang diinternalisasikan guru terhadap anak
berkebutuhan khusus di Sekolah Luar Biasa Authis Negeri Medan ?

D. Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah :

Untuk mengetahui model pendidikan yang diinternalisasikan guru terhadap anak berkebutuhan
khususdi Sekolah Luar Biasa Authis Negeri Medan.

E. Manfaat Peneltian
Manfaat penelitian adalah sesuatu yang sangat diharapkan dan diinginkan ketika
penelitian telah selesai dilakukan. Secara umum manfaat penelitian terbagi menjadi dua yaitu ;

1. Manfaat Teoritis Secara teoritis, hasil penilitian ini diharapkan dapat menambah
wawasan kajian bagi mahasiswa khususmya mahasiswa sosiologi serta dpat menambah
referensi penelitian mengenai pihak-pihak yang membutuhkan yang dapat dijadikan
sebagai perbandingan penelitian selanjutnya
2. Manfaat Praktis Secara praktis, segala bentuk rangkaian kegiatan penelitian ini
diharapkan dapat menambah wawasan dan kemampuan berpikir peneliti dalam
menyususm karya tulis ilmiah.Tulisan ini juga dapat dimanfaatkan dapat menjadi bahan
rujukan penelitian berikutnya yang ingin mengkaji lebih dalam tentang penelitian
mengenai masalah pendidikan anak berkebutuhan khusus.

4
BAB II

KAJIAN TEORI

A. Profesional Guru
Model pendidikan yang diberikan oleh guru-guru yang ada di SLB Authis N Medan yaitu
proses pembelajaran yang menggunakan beberapa media belajar seperti ; gambar-gambar,
puzzle, dan benda-benda yang ada disekitar sekolah. Proses belajarnya juga mengikuti standart
kurikulum yang ada, namun karena ini adalah anak berkebutuhan khusus yang memiliki penyakit
dankemampuan yang berbeda pula, maka standart kurikulum yang berlaku tidak sepenuhnya
diikuti. Dan proses pembelajarannya juga tematik yang artinya semua yang diajarkan saling
berhubungan. Contohnya ; ketika belajar matematika kepada anak tunagrahita dengan
menggunakan media daun yang ada disekitar halaman sekolah, maka daun tersebut dikumpulkan
dan dihitung berapa jumlah daun yang ada, lalu dijelaskan lagi daun ini warnanya hijau dengan
bentuk yang melengkung. Hal yang sama pun juga diajarkan sama anak berkebutuhan khusus
lainnya. Namun sedikit berbeda dengan anak tunanetra, untuk anak tunanetra awalnya diajarkan
dulu cara membaca braile. Begitu juga dengan anak tunarungu juga diajarkan bahasa isyarat
untuk mempermudah komunikasi.

Model pendidikan untuk anak berkebutuhan khusus menurut guru-guru SLB Authis N
Medan adalah pendidikan segregasi. Sistem layanan pendidikan segregasi adalah sistem
pendidikan yang terpisah dari sistem pendidikan anak normal. Pendidikan anak berkebutuhan
khusus melalui sistem segregasi maksudnya adalah penyelenggaraan pendidikan yang
dilaksanakan secara khusus dan terpisah dari penyelenggaraan pendidikan untuk anak normal.
Dengan kata lain anak berkebutuhan khusus diberikan layanan pendidikan pada pada lembaga
pendidikan khusus untuk anak berkebutuhan khusus seperti Sekolah Luar Biasa.

B. Mutu Pembelajaran
Metode scaffolding menurut guru-guru SLB Authis N Serdang Medan yang
mendefenisikan sosialisasi sebagai “a process by which a children learn to be a participant
member of society” yang artinya proses melalui mana seorang anak belajar menjadi seorang
anggota yang berpatisipasi dalam masyarakat. SLB Authis N Medan merupakan dari bentuk

5
sosialisasi sekunder yang artinya Sekolah merupakan sebuah institusi yang memberikan
pengajaran dan pendidikan bagi masyarakat. Saat belajar di sekolah terdapat berbagai macam
tipe perilaku siswa. Maka guru-guru menggunakan metode pendidikan scaffolding untuk anak-
anak berkebutuhan khusus.

Yang dimaksud Metode pengajaran scaffolding adalah pendekatan yang telah lama
digunakan oleh beberapa sekolah luar biasa yang ada diindonesia dan metode pengajaran
scaffolding berhasil membantu siswa dalam mengembangkan bermacam-macam kemampuan,
mulai dari kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik.

C. Kerangka Berpikir
Awal daripada model pendidikan yang diberikan oleh institusi sekolah SLB yaitu dengan
melakukan pengenalan tahap awal, maka institusi pendidikan akan melakukan assesmen yang
artinya komite sekolah harus mengetahui dulu bagaimana riwayat kandungan, riwayat lahir dan
riwayat fisik anak, sehingga komite sekolah dapat menentukan model pendidikan seperti apa
yang akan diberikan kepada anak yang berkebutuhan khusus. Pihak sekolah juga telah membagi
beberapa kelas untuk ABK agar mendapatkan pendidikan sesuai kebutuhan yang akan
diterimanya. Namun yang menjadi kendala adalah anak yang memiliki berkebutuhan khusus
harus menerima pendidikan sesuai kurikulumyang telah berlaku, dan anak juga harus memiliki
tingkatan kelas sesuai dengan umurnya.Maka pihak sekolah membagi beberapa golongan atau
tingkatan kelas untuk ABK.Agar komite sekolah dapat memberikan pendidikan sesuai dengan
kebutuhan masing-masing anak berkebutuhan khusus.Golongan yang dibagikan oleh pihak
sekolah agar mempermudah guru untuk mendidik ABK. Golongan itu terdiri dari beberapa kelas
khusus yang sesuai dengan penyakit yang dideritanya, seperti ; kelas khusus autis atau syndrome
berat, kelas khusus tuna grahita rendah, kelas khusus tunagrahita sedang, kelas khusus tuna
grahita berat, kelas khusus tuna rungu dan kelas khusus tuna daksa.

Maka dari itu sosialisasi pendampingan disekolah ataupun dirumah harus dilaksanakan
secara intens mengingat setiap anak yang berkebutuhan khusus sangatlah membutuhkan
perhatian baik didalam keluarga, lingkungan masyarakat, dan ditempat dia memperoleh
pendidikan.Melalui proses sosialisasi yang diinternalisasikan guru-guru yang ada di SLB Authis
N Medan anak berkebutuhan khusus mampu untuk beradaptasi dengan lingkungan sosial
disekitarnya dan lebih dihargai lagi keberadaannya oleh masyarakat, realitas sosial dilapangan
terlihat anak berkebutuhan khusus dapat berinteraksi dengan baik terhadap guru-guru maupun
teman-teman sebayanya. Bahkan mereka dapat menjalin interaksi kepada masyarakat yang ada
dilingkungan sekitarnya, karena mereka dibiasakan untuk berani berinteraksi dengan orang-
orang yang baru mereka lihat.Dan mereka juga dapat melakukan segala sesuatu hal dengan
mandiri, seperti ;membersihkan ruang kelas, memakai seragam sekolah / berpakaian yang rapi,
makan dengan baik dan berperilaku seperti anak-anak normal lainnya.

6
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif yang mengacu pada
pokok permasalahan actual.Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui masalah-masalah yang
ada di SLB Authis Negeri Medan .Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang
merupakan desain penelitian yang bersifat alamiah, dalam arti peneliti tidak berusaha
memanipulasi seting penelitian, melainkan melakukan studi ke sekolah yang dituju.

Alasan menggunakan metode penelitian kualitatif adalah berdasarkan pendapat Alsa


(2003) yaitu penelitian kualitatif umumnya dipakai apabila peneliti tertarik untuk mengeksplorasi
dan memahami satu permasalahan yang terjadi di ekolah-sekolah.Data yang muncul dalam
penelitian kualitatif ini berbentuk kata-kata, dan bukan rangkaian angka. Cara-cara yang
digunakan peneliti untuk memperoleh data adalah dengan melakukan wawancara langsung
dengan guru-guru SLB Authis Negeri Medan di sekolah tersebut.

B. sabjek dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah Sekolah Luar Biasa Authis Negeri Medan yang
berjumlah 6 orang dengan mwlakukan wawancara di kelas dengan guru-guru Sekolah Luar Biasa
Authis Negeri Medan.Sampel dalam penelitian ini adalah dengan melakukan wawancara terhdap
salah satu murid Sekolah Luar Biasa Authis Negeri Medan tersebut.

7
C. Teknik Penelitian Data

Peneliti menjalin komunikasi yang baik guna memperlancar proses penelitian.


Kemudian peneliti memilih tempat yang sesuai untuk  melakasanakan wawancara agar partisipan
tidak bias dan bebas bercerita. Penelitian berlangsung mulai dari tanggal 3 januari sampai 15
januari 2012.Sebelum melakukan wawancara, peneliti membuat janji untuk mengadakan
wawancara dengan subjek dan mengambil data pribadi yang diperlukan.

D. Teknik Pengumpulan Data


Adapun teknik pengumpulan data yang kami gunakan dalam penelitian ini adalah
dengan melakukan wawancara langsung ke SLB Authis Negeri Medan dengan mewawancarai
guru-guru yang ada di sekolah tersebut.Data yang kami peroleh kami simpan dalam bentuk video
dan secara tertulis di dalam buku catatan yang kami bawa.

BAB IV

PEMBAHASAN

A. Sejarah Berdirinya Sekolah


Pada awalnya Sekolah Luar Biasa Authis Negeri Medan bukan sekolah melainkan Pusat
Pelayanan Authis karena pendidikannya melakukan terapi, yang dididik yaitu anak yang berusia
3 tahun sampai 17 tahu dengan satu guru untuk satu anak.Didirikan pada bulan Januari 2018.Dan
pada 2019 barulah diganti dan diresmikan namanya menjadi Sekolah Luar Biasa Authis Negeri
Medan.

B. Visi,Misi dan Tujuan

a. VISI

Melayani dengan hati,berdedikasi tinggi dan menggali potensi diri anak autis demi masa depan
yang mandiri dan bermanfaat dalam kehidupan.

b. MISI

1. Memberikan pelayanan yang optimal bagi penyandang autis.


2. Menggali potensi diri penyandang autis.

8
3. Melatih kemandirian bagi penyandang autis.
4. Membentuk Kepribadian yang bermanfaat dan berguna bagi masyarakat.
5. Meningkatkan pemahaman pubik mengenai autis dan berbagai pusat informasi dan terapi
autis.

c. Tujuan Sekolah

Melindungi hak-hak anak agar hidup tumbuh kembang dan berpartisipasi secara optimal sesuai
harkat martabat kemannusiaan,serta dilindungi kekerasan dan diskriminasi untuk mewujudkan
anak indonesia yang berkualitas ,berakhlak mulia dan sejahtera.

C. Strategi sekolah

Sekolah Luar Biasa Medan berada di Jl.Williem Iskandar No.9, Medan Estate,
Kec.Percut Sei Tuan, Kab. Deli Serdang, Prov. Sumatera Utara. Dalam sekolah ini kami
menemukan bahwa pembagian kelas nya mulai dari persipapan 1 sampai dengan persiapan 6 dan
Kelas 1 sampai kelas 4 dan masih ada TK yang terdiri dari 2 kelas. Dan ada juga kelas untuk
terapi dengan a kali terapi memakan waktu hingga 15 menit.Semua anak wajib terapi kecuali
kelas 4 . Guru yang ada dalam sekolah ini yaitu 6 orang, siswa laki-laki 60 orang,siswa
perempuan 7 orang, dan rombongan belajar 7 orang. Kurikulum yang digunakan dalam sekolah
ini yaitu kurikulum K-13. Penyelenggaraan kelas yaitu pada saat pagi dengan waktu 6 jam setiap
harinya.

9
D. Pembahasan atau Hasil Temuan
Masalah-Masalah Perilaku Psikososial Yang Seringkali Muncul Pada Anak Adalah:

 Penakut, seperti takut pada binatang, takut pada gelap, kilatan petirdan suara
gemuruhyang menyertainya,takut pada orang asing dan atau rasa takut yang muncul
dalam benak anak berdasarkan fantasi yang dibuatnya sendiri;
 Perilaku agresif, yang tampak pada tindakan-tindakan anak yang cenderung melukai anak
lain, seperti menggigit, mencakar atau memukul. Biasanya perilaku seperti ini muncul
sejak usia 2,5-3 tahun, selanjutnya perilaku tersebut seolah hilang dan berganti dengan
ekspresi mencela, mencaci atau memaki (Jamaris 2006:81);
 Pendiam, menarik diri dan atau rendah diri, perilaku ini disebabkan oleh sikap orang tua
yang terlalu berlebihan dalam mengontrol perilaku anak, yaitu adanya berbagai larangan
yangg pada akhirnya berujung pada pengekangan pada diri anak. Hal ini tampak pada
orangtua yang selalu mengatakan ‘tidak boleh ini, tidak boleh itu...atau jangan begini,
jangan begitu.
 Cara guru dalam mengajarkannya, guru harus tau dulu bagaimana riwayat kandungan,
riwayat lahir, dan perkembangan anak-anak mereka, karena ini kan tunarungu, mengajar
mereka juga gak sulit dek, paling butuh kesabaran sedikit saja karena mereka kebanyakan
masih suka main-main didalam kelas. Proses belajarnya normal seperti anak normal
lainnya, ya tetap saja saya harus bisa mengkuti sejauh mana perkembangan pendidikan
anak-anak saya, contohnya jika guru ada 7 orang anak didik guru itu akan memberikan
tugas matematika, dan kemampuan mereka pasti berbeda-beda, ya itu lah yang harus
guru bisa sesuaikan dengan tingkat kemampuan mereka.

Cara penanggulangan anak autis


Cermat Memilih Terapi
Tiap anak, termasuk anak autis adalah unik. Tidak ada pengobatan yang pasti mendatangkan
manfaat sama jika diterapkan pada semua anak. Berbagai metode pengobatan, bahkan yang
sudah menyebar dari mulut ke mulut atau disiarkan di media, belum tentu tepat bagi setiap anak.
Anda perlu mewaspadai apakah pengobatan yang ditawarkan akan mendatangkan perubahan
yang drastis atau bahkan didasari pada teori serta penelitian yang lemah. Bentuk-bentuk terapi
yang pada umumnya ditawarkan antara lain:
Terapi wicara
Sebagian besar anak dengan autisme mengalami kesulitan berbicara. Pada kasus lain, mereka
bisa berbicara, tapi tidak mampu berinteraksi atau berkomunikasi secara normal dengan orang
lain. Di sinilah pentingnya peranan terapi wicara.

10
Terapi okupasi
Terapi okupasi digunakan untuk memperbaiki perkembangan motorik halus pada anak dengan
autis yang memang banyak mengalami keterlambatan.
Terapi perilaku
Umumnya anak-anak dengan autis merasa sangat sensitif kepada cahaya, suara, dan sentuhan.
Ahli terapi akan membantu menemukan latar belakang perilaku tersebut untuk kemudian
memberikan solusi secara spesifik.
Terapi pendidikan
Program ini melibatkan tim pakar yang menerapkan beragam aktivitas yang meningkatkan
kemampuan komunikasi, sosial, dan tingkah lakunya. Umumnya anak-anak dengan autisme
dapat berkembang dengan program pendidikan yang terarah dan terstruktur dengan baik.
Selain terapi umum di atas, ada rangkaian perawatan alternatif lain yang dapat digunakan untuk
menangani autisme seperti akupuntur dan terapi khelasi untuk pembuluh darah.
Bekerjasama dengan Anggota Keluarga
Anak dengan autis bukan berarti tidak perlu diikutsertakan ke dalam aktivitas sehari-hari
keluarganya. Malah sebaliknya, sangat penting mengajak keluarga untuk membiasakan diri
berinteraksi dengannya. Selain bermanfaat untuk perkembangan si anak, situasi saling
mendukung berperan penting agar Anda, sebagai ayah atau ibu, tidak merasa sendiri.
Berikut ini adalah beberapa kondisi yang dapat dikembangkan di rumah bersama anggota
keluarga:

 Hindari memaksa anak. Anak dengan autisme sering kali tidak mampu
mengomunikasikan kebutuhannya melalui bahasa verbal, namun bisa melalui gerak
tubuh, menunjuk benda, atau bahasa isyarat. Misalnya ketika akan berjalan-jalan, Anda
bisa menyampaikan padanya sambil menunjukkan gambar mobil.

 Jauhkan anak dari contoh perilaku kasar. Anak dengan autisme cenderung meniru
perilaku dan kata-kata orang di sekitarnya.

 Buatlah jadwal kegiatan yang dapat diikuti anak secara rutin untuk membiasakannya
beralih dari satu kegiatan ke kegiatan lain secara terstruktur.

 Biarkan dia tetap memiliki kesempatan untuk meluangkan waktu menyendiri.

Pengobatan
Obat-obatan dapat diberikan untuk meringankan gejala autisme. Dokter biasanya akan
memberikan obat-obatan untuk menangani gejala yang berhubungan dengan autisme
seperti depresi, susah tidur, perilaku agresif, ataupun epilepsi.

11
Penanganan Alternatif untuk Autisme
Terdapat beberapa metode alternatif lain yang dapat Anda coba untuk menangani autisme. Cara-
cara ini belum terbukti secara ilmiah dapat menangani autisme dengan efektif. Sehingga
penerapannya sebaiknya dikonsultasikan terlebih dahulu kepada dokter:
Akupuntur. Meski belum terbukti efektif, akupuntur kadang digunakan sebagai perawatan
penunjang dalam mengurangi gejala autisme.
Pola makan. Meski belum terbukti secara medis, namun Anda sebaiknya mengurangi makanan
yang mengandung zat aditif seperti bahan pengawet dalam pola makan anak. Selain itu, ada
beberapa studi yang menyatakan bahwa beberapa pola makan tertentu bisa membantu
meringankan gejala autis, tapi keefektifannya masih belum terbukti sepenuhnya.
Terapi berbasis sensor. Didasar kan pada teori bahwa anak dengan autisme mengalami
gangguan memproses rangsangan seperti suara dan sentuhan, terapi ini bertujuan untuk
membantu penderita autis dalam mengatur informasi yang diterima dari sensor-sensor tubuhnya.
Terapi kreatif. Terapi seperti musik dan seni dapat mengurangi sensitivitas anak terhadap
rangsangan bunyi dan sentuhan.
Mencari Dukungan
Merawat anak dengan autis membutuhkan banyak perhatian dan kesabaran, hampir tanpa jeda.
Anda perlu terus mencari dukungan dan menguatkan diri sendiri melalui berbagai aspek:
Informasi: lengkapi diri dengan berbagai informasi dari ahli terapi, dokter, guru, atau perawat
tentang perawatan untuk anak Anda. Bekerjasama dengan pihak sekolah juga menjadi faktor
penting agar pola pendidikan dapat sejalan dengan pendidikan di rumah.
Sosial: cari dukungan dari orang-orang yang punya pengalaman sama atau bicara dengan
kenalan sesama ibu dari anak yang hidup dengan autisme. Berkumpul dengan sahabat atau pergi
tanpa anak juga dapat membantu Anda mengambil jarak dan jeda sejenak.
Emosional: mengasuh anak dengan autisme dapat membuat kondisi psikologis Anda sendiri
kelelahan. Anda perlu mengisi ulang energi dengan berlibur sendiri atau dengan pasangan tanpa
mengikutsertakan si kecil. Berbagi cerita dengan orang yang Anda percayai dapat meringankan
beban.
Praktik: berkoordinasi dengan anggota keluarga, teman dekat, atau tetangga yang dapat
membantu Anda dalam kondisi-kondisi darurat.

BAB V

PENUTUP

12
A. Kesimpulan

1. Anak berkebutuhan khusus (ABK) adalah anak-anak yang mengalami keterbatasan atau
hambatan dalam segi fisik, mental-intelektual, maupun sosial emosional, anak
berkebutuhan khusus berpenampilan sama dengan anak normal lainnya tetapi mrmiliki
tindakan-tindakan yang berbeda dengan anak normal misalnya, tidak menyukai suara
keras, suka fokus pada satu benda tertentu saja. Perilaku yang ditunjukkan oleh anak
berkebutuhan khusus umumnya berperilaku yang tidak wajar, berbeda dengan anak-anak
yang normal, suka tertawa sendiri, suka menangis sendiri bahkan tanpa sebab bisa saja
menjerit tiba-tiba, dan juga lebih dominan sulit untuk diatur.
2. Dengan melihat perilaku yang dimiliki oleh anak berkebutuhan khusus tersebut sebaiknya
harus ditangani lebih cepat, karena apabila dibiarkan maka perilaku anak berkebutuhan
khusus tidak adak perkembangan dan bakal lebih sulit lagi untu diperbaiki dan sebaiknya
penangan dilakukan sejak anak masih balita.
3. Pendidikan pada anak berkebutuhan khusus harus dilakukan sejak dini. Dan dalam
pelaksanaannya semua pihak harus mengambil peran masingmasing, baik keluarga, guru
maupun orang-orang yang berada disekitarnya. Pihak tersebut juga harus melakukannya
dengan baik untuk perkembangan tumbuh pada anak berkebutuhan khusus.
4. Orang tua merupakan peran yang paling penting, karena anak lebih sering berada didekat
orang tuanya dan dengan kedekatan antara anak dan orang tua akan membantu anak
untuk berkembang lebih baik lagi.
5. Sekolah merupakan lingkungan kedua setelah lingkungan keluarga, karena disekolah
anak-anak yang berkebutuhan khusus akan berinteraksi langsung dengan guru-guru dan
teman-teman sebayanya, dan dengan begitu anak berkebutuhan khusus akan belajar
bersosialisasi dengan teman-teman dan guru-guru yang baru dikenalnya. Tidak hanya itu,
sekolah juga mengharuskan mereka untuk berinteraksi antara satu dengan yang lainnya,
baik didalam kelas maupun diluar kelas. Sekolah juga merupakan tempat yang tepat bagi
anak-anak yang berkebutuhan khusus yang mengalami hambatan seperti ; tunagrahita,
tunarungu, tunadaksa, tunanetra, tunalaras, dan autis. Mengingat hambatan yang dialami
anak berkebutuhan khusus yang berkaitan dengan berinteraksi sosial dan berperilaku
sosial serta adanya pola kegiatan dan minat yang berulang secara nyata sehingga sekolah
pun menyediakan program bina diri yang dapat membantu anak untuk dapat lebih
mandiri dalam berketerampilan hidup seperti; dapat menyapu dan mengepel, masak,
berpakaian rapi, menjahit, dan sebagainya. Dengan keahlian yang akan dimilikinya
untuk dapat berada ditengah-tengah masyarakat dan dapat membantu anak berkebutuhan
khusus.

13
B. Saran

1. Keluarga khususnya orang tua diharapkan dapat menerima apa adanya kondisi anaknya
serta memberikan prioritas yang sama terhadap pendidikan untuk anak-anaknya. Sebagai
orang tua memiliki anak yang berkebutuhan khususu, diharapkan lebih peduli lagi
terhadap pendidikan serta pengasuhannya, karena orang tua merupakan tokoh utama
yang sangat berperan penting dalam melatih dan membimbing anak berkebutuhan
khusus dan memberikan kasih sayang dalam proses pertumbuhan anak-anak. Tidak hanya
itu, orang tua yang mempunyai anak yang berkebutuhan khusus sebaiknya lebih
memperdalami lagi pengetahuan masalah menangani anak berkebutuhan khusus.
2. Dinas Pendidikan daerah sebaiknya memberikan dan memperhatikan fasilitas bagi
pendidikan anak berkebutuhan khusus. Dengan fasilitas yang baik maka proses
pendidikan akan berjalan dengan baik pula.
3. Pemerintah Daerah harus mempersiapkan lapangan pekerjaan bagi anak berkebutuhan
khusus yang telah mendapatkan pendidikan khusus, agar anak berkebutuhan khusus lebih
percaya diri lagi untuk menunjukkan keahlian yang dimilikinya.
4. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi perkembangan ilmu
pengetahuan di bidang sosiologi, terutama sosiologi keluarga dan sosiologi pendidikan,
serta memberikan informasi mengenai model pendidikan pada anak Anak berkebutuhan
khusus.

14
DAFTAR PUSTAKA

http://repositori.usu.ac.id

http://jurnalmahasiswa.unesa.ac.id/index.php/jurnal-pendidikan-
khusus/article/download/24571/22489

https://www.alodokter.com/mendampingi-anak-dengan-autisme

15
16

Anda mungkin juga menyukai