Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH KONSEP DASAR MANAJEMEN PELATIHAN PENMAS

Disusun Oleh:
Kelompok 4

Naomi Natalia Gultom (1213171015)


Oktavia Margareta Silalahi (1212471006)
Putri Gea Maba Rizky (1213171005)
Putri Wanna Siregar (1211171008)

Mata Kuliah : Manajemen Pelatihan dan Kelembagaan Penmas


Dosen Pengampu : Dr. Yasaratodo Wau, M.Pd.

JURUSAN PENDIDIKAN MASYARAKAT


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
FEBRUARI 2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas Rahmat
dan izin-Nya lah sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini. Adapun
penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah "Manajemen Pelatihan”.
Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu penulis mengharapkan
kritik dan saran yang membangun dari pembaca untuk melengkapi kekurangan makalah ini
guna penyusunan makalah selanjutnnya. Semoga penulisan makalah ini dapat bermanfaat
bagi pembaca. Akhir kata penulis ucapkan terima kasih.

Medan, 18 Februari 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................. 1
A. Latar Belakang .................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................................... 1
C. Tujuan ................................................................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................... 3
A. Pengertian Manajemen Pelatihan Penmas ............................................................ 3
B. Latar Belakang Penting Manajemen Penmas ........................................................ 4
C. Prinsip-Prinsip Pelaksanaan Manajemen Pendidikan Nonformal .......................... 5
D. Fungsi Manajemen Pelatihan ............................................................................... 6
E. Konsep Dasar Manajemen dan Fungsinya ............................................................ 7
F. Macam-Macam Lembaga Pendidikan Luar Sekolah ............................................ 9
BAB III PENUTUP ....................................................................................................... 10
A. Kesimpulan ......................................................................................................... 10
B. Saran ................................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manajemen pelatihan menurut Mujiman adalah pengelolaan program pelatihan yang
menyangkut aspek pengidentifikasian kebutuhan pelatihan, perencanaan desain pelatihan, dan
penetapan metodologi pelatihan, penyusunan bahan pelatihan, pelaksanaan pelatihan,
evaluasi pelatihan, dan penetapan tindak lanjut pelatihan. Hal tersebut merupakan aspek-
aspek standar manajemen pelatihan yang lazim dilaksanakan dalam kegiatan pelatihan.
Pada praktiknya manajemen pelatihan selalu terlibat langsung dalam setiap kegiatan pelatihan
dimana kegiatan pelatihan merupakan siklus kegiatan berkelanjutan yang menurut Pont
adalah analisis kebutuhan pelatihan, perencanaan program pelatihan, penyusunan bahan
pelatihan, pelaksanaan pelatihan dan penilaian pelatihan. Jadi, dalam kegiatan pelatihan
selalu melibatkan manajemen pelatihan.
Dalam pengembangan masyarakat, pelatihan diberikan sebagai upaya untuk
meningkatkan kemampuan dari warga masyarakat dalam menghadapi tuntutan maupun
perubahan lingkungan sekitarnya. Pemberian pelatihan bagi masyarakat bertujuan untuk
memberdayakan, sehingga warga masyarakat menjadi berdaya dan dapat berpartisipasi aktif
pada proses perubahan. Pelatihan dapat membantu orang atau masyarakat untuk menerapkan
ilmu pengetahuan dan kemampuan yang telah dimiliki. Dengan pelatihan juga dapat
menimbulkan perubahan dalam kebiasaan-kebiasaan bekerja masyarakat, perubahan sikap
terhadap pekerjaan, serta dalam informasi dan pengetahuan yang mereka terapkan dalam
pekerjaannya sehari-hari.

B. Rumusan Masalah
1. Pengertian manajemen pelatihan penmas?
2. Latar belakang penting manajemen penmas?
3. Prinsip-prinsip pelaksanaan manajemen pendidikan nonformal?
4. Fungsi manajemen pelatihan?
5. Konsep dasar manajemen dan fungsinya?

C. Tujuan
1. Agar pembaca mengetahui dan memahami manajemen pelatihan pendidikan
masyarakat.

1
2. Untuk menambah wawasan dari pembaca mengenai latar belakang penting
manajemen pendidikan masyarakat.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Manajemen Pelatihan Pendidikan Masyarakat
Pendidikan nonformal juga disebut pendidikan luar sekolah yang merupakan
pendidikan yang terorganisasi di luar sistem pendidikan formal, diselenggarakan secara
tersendiri atau merupakan bagian terpenting dari suatu kegiatan yang lebih luas, yang
ditujukan kepada warga belajar di dalam mencapai tujuan belajar. Sumantri mengartikan
pelatihan sebagai proses pendidikan jangka pendek yang menggunakan cara dan prosedur
yang sistematis dan terorganisir (Wungow, 2016). Pendidikan Nonformal meliputi
pendidikan kecakapan hidup, pendidikan kesetaraan, pendidikan anak usia dini (PAUD),
pemberdayaan, pendidikan keaksaraan, pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja.
Pendidikan kesetaraan meliputi Kejar Paket A, Paket B, dan Paket C. Serta pendidikan lain
yang bertujuan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik seperti: Lembaga Kursus,
Lembaga Pelatihan, Kelompok Belajar, Majelis Taqlim, Sanggar dan lain sebagainya. Salah
satu program pendidikan nonformal yang sasarannya dikategorikan usia dewasa seperti
halnya pelatihan. Konsep pembelajaran yang menggunakan andragogy atau pendidikan orang
dewasa dan pendekatan partisipatif. Makna dari dua pendekatan ini adalah dalam pelaksanaan
pelatihan, peserta pelatihan diasumsikan sebagai orang yang telah memiliki konsep diri,
pengalaman, kesiapan belajar, dan orientasi belajar sehingga mereka dilibatkan dalam setiap
tahapan kegiatan perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.
Pelatihan didefinisikan sebagai berbagai usaha pengenalan untuk mengembangkan
kinerja tenaga kerja pada pekerjaan yang dipikulnya atau juga sesuatu berkaitan dengan
pekerjaannya. Hal ini biasanya berarti melakukan perubahan perilaku, sikap, keahlian, dan
pengetahuan yang khusus atau spesifik. Dan agar pelatihan menjadi efektif maka di dalam
pelatihan harus mencakup suatu pembelajaraan atas pengalaman-pengalaman, pelatihan harus
menjadi kegiatan keorganisasian yang direncanakan dan dirancang di dalam menanggapi
kebutuhan-kebutuhan yang teridentifikasi. (Sofwan, 2013:326). Hamalik menjelaskan
pelatihan adalah suatu proses kegiatan yang meliputi serangkaian upaya yang dilaksanakan
dengan sengaja dalam bentuk transfer bantuan ilmu oleh tenaga ahli kepelatihan dalam kurun
waktu tertentu yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan peserta dalam bidang
pekerjaan berguna untuk meningkatkan keefektifan dan produktivitas dalam pekerjaan
(dalam Aruan, 2013: 566). Dalam pengelolaan pelatihan diperlukan dalam menciptakan
pelatihan yang tersistem dan terkelola dengan baik sehingga tujuan dapat tercapai.
Manajemen berasal dari kata to manage yang artinya mengatur. Pengaturan dilakukan melalui

3
proses dan diatur berdasarkan urutan dari fungsi-fungsi manajemen. Irawan (1997: 5)
mendefinisikan bahwa “Pengelolaan sama dengan manajemen yaitu penggerakkan,
pengorganisasian dan pengarahan usaha manusia untuk memanfaatkan secara efektif material
dan fasilitas untuk mencapai suatu tujuan”.
Koswara (2014: 35) menjelaskan manajemen pelatihan, dalam konteks yang lebih
luas manajemen pelatihan memiliki dimensi tentang bagaimana pengelolaan pelatihan,
supaya pelatihan bisa berjalan dengan baik dan berhasil secara efektif dan efisien.
Manajemen pelatihan secara konsep bisa diartikan “Proses perencanaan, pengorganisasian,
penggerakkan dan Pengevaluasian terhadap kegiatan pelatihan dengan memanfaatkan aspek-
aspek pelatihan untuk mencapai tujuan pelatihan secara efektif dan efisien”. Apabila ditinjau
dari segi evaluasinya pelatihan akan memiliki keberartian yang lebih mendalam. Evaluasi ini
akan memperlihatkan tingkat keberhasilan atau kegagalan suatu program. Beberapa kriteria
yang digunakan dalam evalusi pelatihan akan berfokus pada hasil kkhir. Henry Simamora
(2006: 320), menunjukkan bahwa kriteria yang efektif dalam mengevaluasi pelatihan adalah
Reaksi dari peserta, pengetahuan atau proses belajar mengajar, perubahan perilaku akibat
pelatihan dan hasil atau perbaikan yang dapat diukur. Kriteria tersebut dalam konteks yang
lebih luas dapat dikembangkan untuk mengetahui dampak keberhasilan suatu program
pelatihan yang sudah dilaksanakan.

B. Latar Belakang Pentingnya Pelatihan Pendidikan Masyarakat


Pelatihan adalah proses belajar tetapi ada kebutuhan menyebarkan pengetahuan,
sehingga peserta pelatihan dapat menjadi pelatih juga bagi sekitarnya. Hal yang perlu
diperhatikan pada program pelatihan adalah tindakan korektif untuk peserta guna
meningkatkan produktivitas, keterampilan dan pengembangan program pelatihan.
Pelaksanaan program pelatihan bukan hanya dengan menggunakan metode di dalam kelas,
namun juga di luar kelas yang disebut studi lapangan. Kunjungan lapangan merupakan media
yang penting dalam pembelajaran orang dewasa yang bertujuan untuk mengamati situsasi,
kegiatan, praktik atau menemui obyek tertentu yang tidak dapat dibawa ke kelas dan biasanya
berjangka waktu pendek atau tidak lebih dari tiga jam. Studi lapang untuk melihat secara
langsung penerapan dari teori yang telah didapat di dalam kelas dan biasanya dilakukan
kunjungan ke kantor desa, dan tempat usaha.
Pelatihan sebagai suatu cara yang digunakan untuk memberikan atau meningkatkan
keterampilan yang dibutuhkan untuk melaksanakan pekerjaan sekarang. Program pelatihan
masyarakat ditujukan bagi peserta yang berasal dari unsur Kepala Desa, Sekretaris Desa,

4
ketua Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPMD/LPMK), ketua Badan Permusyawaratan
Desa (BPD), Tim Penggerak PKK Desa, pengurus Badan Usaha Milik Desa pelaku usaha
ekonomi masyarakat, dan peserta lainnya sesuai dengan jenis pelatihan. Program pelatihan
memberikan peningkatan kapasitas peserta pelatihan dalam pengetahuan (knowledge),
ketrampilan (skill), dan sikap (attitude) secara menyeluruh, walaupun memang ditekankan
pada peningkatan ketrampilan, sedangkan peningkatan pengetahuan diperlukan untuk
menunjang pengertian peserta mengenai hal-hal yang mendasari ketrampilan. Nilai sikap
dirangsang dengan mengajak mereka pada lokasi studi lapang, namun nilai sikap ini
memerlukan waktu karena peserta memerlukan adaptasi dan internalisasi terhadap materi
pelatihan.
Mengingat pentingnya proses pembelajaran, maka pelatih masyarakat harus
menjalankan tugasnya dengan baik, mulai dari input pelaksanaan pelatihan (antara lain:
pelatih, peserta, biaya, sarana dan prasarana), sampai pelaksanaan pembelajaran itu sendiri,
sehingga dapat dihasilkan output yang sesuai dengan apa yang ingin dicapai dalam tujuan
pelatihan. Hal tersebut mengisyaratkan bahwa tenaga kediklatan memiliki tugas dan peran
yang penting dalam proses pembelajaran, guna terbentuknya kompetensi peserta diklat.
Tenaga kediklatan mulai dari penyelenggara hingga pelatih dituntut untuk menjalankan
tugasnya secara profesional. Profesionalisme dari sebuah lembaga ditentukan oleh
profesionalisme penyelenggara, karena penyelenggara dianggap memiliki akses dan kontrol
terhadap sumber-sumber yang diperlukan untuk memperlancar penyelenggaraan.

C. Prinsip-prinsip Pelaksanaan Manajemen Pendidikan Nonformal


Prinsip-prinsip pelaksanaan manajemen pendidikan nonformal ini bisa dikategorikan
sangat penting karena perannya melibatkan banyak sumber daya manusia/orang. Dalam
prinsip-prinsip pelaksanaan manajemen pendidikan nonformal ini pada dasarnya sama
dengan prinsip pelaksanaan manajemen pendidikan formal dan informal, maka dari itu
prinsip-prinsip pelaksanaan manajemen pendidikan nonformal yaitu:
1. Pembagian Kerja
Tujuan pembagian kerja adalah agar dengan usaha yang sama dapat diperoleh hasil kerja
yang terbaik yang sesuai dengan bidang keahliannya masing-masing.
2. Wewenang dan Tanggung Jawab
Setiap orang yang telah diserahi tugas dalam sesuatu bidang pekerjaan tertentu dengan
sendirinya memiliki wewenang untuk membantu memperlancar tugas-tugas yang menjadi
tanggung jawab.

5
3. Disiplin
Sebuah usaha yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas kerja yang akan menaikkan mutu
hasil kerja sebuah usaha.
4. Kesatuan Perintah
Kesatuan perintah artinya perintah berada di tingkat pimpinan tertinggi kepada bawahannya.
5. Kesatuan Pengarahan
Meskipun organisasi selalu terdiri atas berbagai bidang, wewenang dan tanggung jawab
seluruh pelaksanaan kegiatan diarahkan pada satu tujuan organisasi.
6. Meletakkan kepentingan perseorangan di bawah kepentingan umum
Prinsip ini berkaitan dengan kepentingan organisasi yang harus didahulukan dari pada
kepentingan pribadi.
Adapun prinsip manajemen yang pada dasarnya yaitu:
1. Prinsip Efesiensi dan Efektivitas
2. Prinsip Pengelolaan
3. Prinsip Pengutamaan Tugas Pengelolaan
4. Prinsip Kepemimpinan yang Efektif
5. Prinsip Kerja Sama

D. Fungsi Manajemen Pelatihan


Pengelolaan program pelatihan berdasarkan manajemen pendidikan non formal
mempunyai fungsi-fungsi tersendiri. Diantaranya dikemukakan oleh D. Sujana (2004) dalam
buku Manajemen Program Pendidikan, bahwa fungsi-fungsi pendidikan luar sekolah yang
direkomendasikan untuk digunakan dalam pengelolaan program pelatihan adalah:
(1) perencanaan (planning), (2) pengorganisasian (organizing), (3) penggerakan (motivating),
(4) pembinaan (conforming) dengan sub-sub fungsi supervisi (supervising), pengawasan
(controlling) dan pemantauan (monitoring), (5) Penilaian (evaluating), dan (6) pengembangan
(developing). Keenam fungsi tersebut berdaur dan berurutan dimulai dari perencanaan dan
diakhiri dengan pengembangan. Pengembangan dapat menjadi titik awal bagi fungsi
perencanaan selanjutnya dalam meningkatkan, memperluas atau menindaklanjuti program
pelatihan.
Dan ada dua fungsi diklat yaitu:
a) Dari segi individu
 Menambah wawasan, pengetahuan tentang perkembangan organisasi baik secara

6
 internal maupun eksternal.
 Menambah wawasan tentang perkembangan lingkungan yang sangat mem-
 pengaruhi kehidupan organisasi.
 Menambah pengetahuan dibidang tugasnya.
 Menambah keterampilan dalam meningkatkan pelaksanaan tugasnya.
 Meningkatkan kemampuan berkomunikasi antara sesama.
 Meningkatkan kemampuan menangani emosi.
 Meningkatkan pengalaman memimpin.
b) Bagi organisasi
 Menyiapkan petugas untuk menduduki jabatan yang lebih tinggi dari jabatan yang
sekarang.
 Penyesuaian terhadap perubahan yang terjadi di lingkungannya.
 Merupakan landasan untuk pengembangan selanjutnya.
 Meningkatkan kemampuan berproduksi/produktivitas.
 Meningkatkan kemampuan organisasi untuk meningkatkan kinerja

E. Konsep dasar manajemen dan fungsinya


Manajemen pelatihan secara konsep bisa diartikan “Proses perencanaan,
pengorganisasian, penggerakkan dan Pengevaluasian terhadap kegiatan pelatihan dengan
memanfaatkan aspek-aspek pelatihan untuk mencapai tujuan pelatihan secara efektif dan
efisien”. Menurut Sudjana (2007: 7) menyatakan bahwa proses manajemen pelatihan dimulai
dengan analisis, yaitu analisis kebutuhan (need analysis) terhadap hal-hal yang akan menjadi
objek pelatihan, kemudian dilanjutkan dengan desain program pelatihan, yaitu langkah
mendesain program-program pelatihan. Tahapan berikutnya adalah pelaksanaan dan
penerapan, yaitu proses pelaksanaan dan Penerapan program-program pelatihan. Kemudian
diakhiri dengan evaluasi yaitu tahap untuk memberikan penilaian dan analisa pengembangan.
Pada setiap tahapan tersebut akan ada proses umpan balik, yang bertujuan untuk mengontrol
efektivitas pelaksanaan dan proses pelatihan.
Perkembangan kebutuhan manusia dari waktu ke waktu juga menuntutperkembangan
berbagai hal yang berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan tersebut. Misalnya metode-
metode, alat, objek, dan lain sebagainya juga secara otomatis menuntut terhadap adanya
perkembangan. Artinya dengan berbagai bentuk perkembangan kebutuhan yang terjadi dalam

7
fenomena kehidupan manusia, akan senantiasa diikuti oleh perubahan berbagai hal yang
berkaitan dengan bagaimana kebutuhan tersebut dapat terpenuhi. Merupakan pola pikir yang
sulit untuk diterima bilamana suatu cara yang digunakan sama dengan sebelumnya, namun
berharap hasil yang berbeda pada fase berikutnya. Oleh karenanya, apabila dalam pemenuhan
kebutuhan hajat hidup sehari-hari mengalami perkembangan, tentunya berbagai hal yang
berkenaan dengan pemenuhan hajat hidup tersebut juga harus senantiasa dikembangkan.
Sehingga terjadi keseimbangan antara kebutuhan yang akan dipenuhi dengan hasil yang dapat
menutupi kebutuhan tersebut.

8
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Manajemen pelatihan adalah pengelolaan pelatihan yang mencakup perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan dan evaluasinya. Manajemen adalah suatu proses kegiatan
yang terancang, terorganisasi, terkoordinasi, yang melibatkan sumber daya manusia (SDM)
dan pemanfaatan sumber daya yang ada guna mencapai tujuan tertentu yang efektif dan
efisien. Dalam pendidikan nonformal para pendidik harus memiliki suatu sikap profesional
untuk memenuhi kebutuhan peserta didik atau warga belajar serta untuk mencapai suatu
tujuan yang diinginkan. Pada manajemen pendidikan nonformal ada empat belas prinsip
pelakasanaan manajemen pendidikan nonformal yang harus dikelola dengan baik dalam
rangka penyelengaraan program pendidikan nonformal.

B. Saran
Penulis menyadari akan kekurangan dalam makalah ini, apabila dalam penulisan
makalah ini terdapat banyak kesalahan mohon maaf. Penulis mengharapkan kritik dan saran
yang konstruktif dari pembaca, untuk itu para pembaca dapat lebih menggali lagi sumber-
sumber lainnya guna penyempurnaan kearah yang lebih baik lagi.

9
DAFTAR PUSTAKA
Andzarini, N., & Sutarto, J. (2020). Manajemen Pelatihan Operator Komputer Tingkat
Lanjutan. Jurnal Eksistensi Pendidikan Luar Sekolah (E-Plus), 5(2).
Rozin, M., Hamamah, H., & Nurhayani, I. (2020). Penataan Konsep dan Manajemen
Pengelolaan Kampung Biru Arema (KBA) Malang Sebagai Kampung Wisata Edukasi
Sejarah. Jurnal ABDINUS: Jurnal Pengabdian Nusantara, 3(2), 271-283.
Sulfemi, W. B. (2019). Modul Manajemen Pendidikan Non Formal.
Wardhani, CH., Sumartono, & M. Makmur. "Manajemen Penyelenggaraan Program
Pelatihan Masyarakat (Studi di Balai Besar Pemberdayaan Masyarakat dan Desa
Kementerian Dalam Negeri di Malang)".
Hasibuan, S P, Menurut Frank, P Sherwood, and H Best. 2000. “Luht4328-M1.” (3): 1–32.
Heru Setiawan. 2018. “Manajemen Pelatihan.” Jurnal Aktualita 9(1): 32–47.
Ii, B A B, and A Manajemen. 2014. “Informational / Technological.” : 9–63.
Moshinsky, Marcos. 1959. 13 Nucl. Phys. No Title‫یییی‬.

10

Anda mungkin juga menyukai