Anda di halaman 1dari 23

REKAYASA IDE

PENERAPAN TEORI PERKEMBANAGAN REMAJA DALAM


DUNIA PENDIDIKAN
Dibuat untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Perkembangan Peserta Didik

Dosen pengampu:

Drs. Sorta Simanjuntak,MS

Oleh :

RYO PUTRA SIMAMORA


(714311006)
REGULER B

JURUSAN PENDIDIKAN BISNIS


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan Allah SWT yang telah memberi rahmat karunianya
kepada kami, sehingga dapat menyelesaikan Rekayasa Ide ini. Rekayasa Ide ini dibuat atas
tugas dari Ibu Drs. Sorta Simanjuntak,MS. Mata Kuliah “Perkembangan Peserta Didik” yang
menugaskan kami untuk membuat sebuah Rekayasa Ide mengenai materi “penerapan teori
perkembanagan remaja dalam dunia pendidikan”. Disamping itu sebagai media pembelajaran
kami dalam melengkapi kegiatan perkuliahan.

Pada kesempatan ini, kami mengucakan terimakasih kepada keluarga kami yang
senantiasa selalu mendoakan kami, kepada dosen Mata Kuliah Pengantar Yang Telah
mempercaya tugas Rekayasa Ide tentang materi “penerapan teori perkembanagan remaja
dalam dunia pendidikan ” ini kepada kami. Ucapan terimakasih juga kami tunjukan kepada
seluruh pihak yang telah membantu kami dalam menyelesaikan. Rekayasa Ide ini, yang tidak
biasa kami sebutkan satu persatu, tetapi tidak mengurangi rasa hormat kami.

Saya selalu merasa Rekayasa Ide ini belum sempurna dan masih banyak kekurangan,
oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak akan kami terima dengan lapang hati demi
kesempurnaan Rekayasa Ide ini.

Medan, 7 November, 2018

RYO PUTRA SIMAMORA

(7181143006)

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... 2

DAFTAR ISI...................................................................................................................... 3

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 4

1.1 LATAR BELAKANG ............................................................................................... 4


1.2 TUJUAN.................................................................................................................... 4
1.3 MANFAAT ............................................................................................................... 4

BAB II KAJIAN TEORI .................................................................................................. 6

2.1 KAJIAN TEORI....................................................................................................... 6

BAB III RELEVANSI ...................................................................................................... 13

3.1 METODE PELAKSANAAN................................................................................... 13

BAB IV PENUTUP ........................................................................................................... 19

4.2 KESIMPULAN ........................................................................................................ 19

4.2 SARAN .................................................................................................................... 19

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 20

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Remaja merupakan transisi antara masa kanak-kanak menuju masa dewasa, masa
setengah baya dan masa tua. Remaja juga merupakan tahapan perkembangan yang harus dilewati
dengan berbagai kesulitan. Remaja dalam tugas perkembangannya memiliki beberapa fase,
dengan melihat semakin rumit permasalahanya sehingga dengan mengetahui tugas-tugas
perkembangan remaja dapat mencegah konflik yang ditimbulkan oleh remaja dalam keseharian
yang sangat menyulitkan masyarakat, agar tidak salah persepsi dalam menangani permasalahan
tersebut.
Ada hal yang diharapkan dimiliki oleh remaja dalam mempersiapkan diri memasuki alam
kehidupan masa dewasa, serta memiliki kebutuhan pribadi dalam arti luas. Dari segi individu
dikaitkan dengan perkembangan pikir, sikap, perasaan, kemauan dan perlakuan nyata. Dari segi
lingkungan, ada semacam “tuntutan” dari faktor sosial, religius, nilai-nilai dan norma yang hidup
didalamnya. Tuntutan itu “dikenakan” bagi individu sebagai bagian dari lingkungan itu juga.
Dalam tugas perkembangannya, remaja akan melewati beberapa fase dengan berbagai
tingkat kesulitan permasalahannya sehingga dengan mengetahui tugas-tugas perkembangan
remaja dapat mencegah konflik yang ditimbulkan oleh remaja dalam keseharian yang sangat
menyulitkan masyarakat, agar tidak salah persepsi dalam menangani permasalahan tersebut.
Kumpulan fakta yang diikat oleh suatu hukum tertentu akan menjadi pandangan yang
berlaku umum kemudian disebut sebagai teori. Suatu teori harus memenuhi syarat-syarat
formal (Miller,1989) yaitu :
1. Teori harus masuk akal (logis); didalamnya konsisten artinya tidak ada pernyataan-
pernyataan yang saling bertentangan.
2. Teori secara empiris harus masuk akal; artinya tidak ada pengamatan ilmiah yang
saling berlawanan.

3
3. Teori harus diuji dan bersifat hemat; artinya sedapat mungkin terdiri dari beberapa
konstruk,proposisi.
4. Teori harus mempunyai cakupan ilmu yang cukup luas dan mampu mengintegrasikan
peneliti terdahulu.
Sebuah teori merupakan kumpulan ide yang logis dan saling berhubungan yang
membantu memberi penjelasan dan membuat prediksi.
Sebagai salah satu bidang dari psikologi dan sebagai ilmu, psikologi perkembangan
memiliki teori-teori yang ada sampai sekarang dan dapat digunakan sebagai kerangka acuan
untuk memahami perubahan tingkah laku manusia sesuai dengan perubahan waktu atau
zaman.
Terdapat beberapa teori perkembangan remaja maka dari beberapa dari teori salah
satunya sangat tepat untuk diterapkan sehingga membantu dalam perkembangan remaja itu
sendiri.

1.2 Tujuan

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk pemenuhan tugas rekayasa ide
Perkembangan Peserta Didik, dan juga untuk meningkatkan pandangan bahwa kecakapan dalam
berbahasa inggris itu penting.

1.3 Manfaat

Manfaat dari makalah ini adalah sebagai sumber literasi bagi para pembaca, dan sebagai
solusi terbaik untuk meningkatkan kemampuan dalam berbahasa inggris.

4
BAB II

KAJIAN TEORI

A. PENGERTIAN TEORI PERKEMBANGAN


Teori perkembangan adalah teori yang memfokuskan kepada perubahan-perubahan dan
perkembangan struktur jasmani (biologis), perilaku dan fungsi mental manusia dalam
berbagai tahap kehidupannya, mulai dari konsepsi hingga menjelang kematian. Teori
perkembangan sangat mempengaruhi perkembangan diri seorang individu, kalau baik
perkembangan baiklah individu tersebut. Dengan mempelajari perkembangan masa hidup
maka kita akan mengetahui bagaimana karakteristik perkembangan dan persoalan-persoalan
komtemporer alam perkembangan masa hidup kita sebagai manusia. Seperti bagaimana
karakteristik manusia pada usia anak-anak awal dan persoalan apa sajakah yang berkaitan
dengan usia anak-anak awal.
Keberagaman teori menyebabkan pemahaman perkembangan masa hidup sebagai suatu
usaha yang menantang. Sama seperti ketika kita berpikir mengenai suatu teori yang
memiliki penjelasan benar tentang perkembangan masa hidup, teori lain muncul dan
menyebabkan kita memikirkan ulang kesimpulan sebelumnya. Ingat bahwa perkembangan
masa hidup adalah suatu topik yang kompleks, banayk wajah, dan tidak ada teori tunggal
yang dapat memperhitungkan semua aspeknya. Masing-masing teori menyumbangkan satu
potongan yang penting bagi teka-teki perkembangan masa hidup. Meskipun suatu teori
kadang-kadang tidak sejalan dengan aspek-aspek tertentu dari perkembangan masa hidup,
banyak informasi dalam teori itu saling melengkapi dan bukan saling bertentangan. Yang
secara bersama mengajak kita melihat bentangan total perkembanagn masa hidup.

B. TEORI-TEORI PERKEMBANGAN

1. TEORI PSIKOANALITIS
Bagi para teoritisi psikoanalitis, perkembangan pada dasarnya tidak disadari, yaitu
diluar kedasaran dan sangat diwarnai oleh emosi. Para teoritisi psikoanalitis yakin bahwa
perilaku semata-mata adalah suatau karakteristik permukaan dan untuk benar-benar

5
memahami perkembangan kita harus menganalisis makna simbolis perilaku (symbolic
meanings of behavior) dan kerja pikiran yang paling dalam (inner workings of the mind).
Para teoritisi psikoanalitis juga menekankan bahwa pengalaman-pengalaman sebelumnya
dengan orangtua secara ekstensif membentuk perkembangan kita.
a. Teori Freud
Freud(1856-1939) mengembangkan gagasan-gagasannya tentang teori
psikoanalitis dari pekerjaan dengan para pasien mental. Ia adalah seorang dokter medis
yang mengambil spesialisasi dalam bidang ilmu penyakit syaraf (neurology) .
Freud (1917) yakin bahwa kepribadian memiliki tiga struktur, yaitu :
 Id adalah struktur kepribadian yang terdiri atas naluri (instinct), yang merupakan
gudang energi psikis individu. Dalam pandangan Freud, id tidak sadar secara total;
id tidak memiliki kontak dengan realitas.
 Ego adalah struktur kepribadian menerut Freud yang berurusan dengan tuntutan
realitas. Ego disebut ” badan pelaksana (executive branch)” kepribadian, karena ego
membuat keputusan-keputusan rasional.
 Superego adalah struktur kepribadian Freud yang merupakan badan moral
kepribadian dan benar-benar memperhitungkan apakah sesuatu benar atau salah.
Anggaplah superego sebagai hati nurani (consience) kita.

Ingat bahwa Freud melihat kepribadian seperti suatu gunung es; kebanyakan
kepribadian terdapat dibawah tingkat kesadaran kita, sama seperti bagian terbesar dari
gunung es yang terdapat di bawah permukaan air. Cara ego mengatasi konflik antara
tuntutannya atas realitas, keinginan id, dan hambatan superego, ialah:
 Mekanisme pertahanan (defense mechanisms) , istilah psikoanalitis bagi metode
ketidaksadaran, ego membelokkan atau mendistorsi realitas, dengan demikian
melindunginya dari kecemasan.
 Represi (repression), menurut Freud, ialah mekanisme pertahanan yang paling
kuat dan paling meresap (the most powerful and pervasive); represi bekerja
menolak dorongan-dorongan id yang tidak diinginkan diluar kesadaran dan kembali
ke pikiran tidak sadar.

6
Freud yakin bahwa kita melampaui lima tahap perkembangan psikoseksual dan
bahwa pada setiap tahap perkembangan tersebut kita mengalami kenikmatan pada satu
bagian tubuh lebih daripada bagian tubuh yang lain. Tahapannya ialah :

 Tahap mulut (oral stage) ialah tahap pertama kepribadian Freud, yang berlangsung
selama 18 bulan pertama kehidupan, dalam mana kenikmatan bayi berpusat disekitar
mulut.
 Tahap lubang anus ( anal stage ) ialah tahap kedua kepribadian Freud, yang
berlangsung antar usia 1 dan 3 tahun, dalam mana kenikmatan terbesar anak meliputi
lubang anus atau fungsi pengeluaran/pembersihan yang diasosiasikan dengannya.
 Tahap alat kelamin (phallic stage) ialah tahap ketiga kepribadian Freud, yang
berlangsung antar usia 3 dan 6 tahun.
 Tahap laten/tersembunyi (latency stage) ialah tahap keempat kepribadian Freud,
yang berlangsung antara kira-kira usia 6 tahun dan masa pubertas; anak menekan
semua minat terhadap seks dan mengembangkanketerampilan sosial dan intelektual.
 Tahap kemaluan (genital stage) ialah tahap kelima dan terakhir kepribadian Freud,
yang berawal dari masa pubertas dan seterusnya. Tahap kemaluan adalah suatau
masakebangkitan seksual; sumber kenikmatan seksual sekarang menjadi seseorang
yang berada di luar keluarga.

b. Teori Erikson
Erik Erikson (1902-1994) mengakui sumbangan Freud, tetapi yakin bahwa Freud
salah menilai beberapa dimensi penting pertambangan manusia. Di satu pihak, Erikson
(1950, 1968) mengatakan bahwa kita berkembang dalam tahap-tahap psikososial
(psychosocial stages) , yang berbeda dengan tahap-tahap psikoseksual (psychosexcual
stages) Freud. Di pihak lain, Erikson menekankan perubahan perkembangan sepanjang
siklus kehidupan manusia, sementara Freud berpendapat bahwa kepripadian dasar kita
dibentuk pada lima tahun pertama kehidupan. Dalam teori Erikson, delapan tahap
perkembangan terbentang ketika ketika kita melampaui siklus kehidupan. Masing-masing
tahap terdiri dari tugas perkembangan yang khas yang menghadapkan individu dengan
suatu krisis yang harus dihadapi. Bagi Erikson, krisis ini bukanlah suatu bencana, tetapi

7
suatu titik balik peningkatan kerentanan (vulnerability) dan peningkatan potensi, semakin
berhasil individu mengatasi krisis, akansemakin sehat perkembangan mereka.

 Kepercayaan dan ketidakpercayaan (trust versus mistrust) ialah tahap psikososial


pertama menurut Erikson yang dialami dalam tahunpertama kehidupan. Suatu rasa
percaya menuntut perasaan nyaman secar fisik dan sejumlah kecil ketakutan serta
kekuatiran akan masa depan.
 Otonomi dengan rasa malu dan keraguu-raguan ( autonomy versus shame and
doubt) ialah tahap perkembangan kedua menurut Erikson, yang berlangsung pada
akhir masa bayi dan masa bru mulai berjalan ( 1-3 tahun).
 Prakarsa dan rasa bersalah ( innitiative versus guilt) ialah tahap perkembangan
ketiga menrut Erikson, yang berlangsung selama tahun-tahun prasekolah.
 Tekun dan rasa rendah diri ( industry versus inferiority) ialah tahap
perkembangan keempat menurut Erikson,yang berlangsung kira-kira padatahun-
tahun sekolah dasar.
 Identitas dan kebingungan identitas ( identity versus identity confusion) ialah
tahp perkembangan kelima menurut Erikson, yang dialami individu selama tahun-
tahun masa remaja. Pada masa ini individu dihadapkan dengan penemuan siap
mereka, bagaimana mereka nantinya, dan ke mana mereka menuju dalam
kehidupannya.
 Keintiman dan keterkucilan (intimacy versus isolation) ialah tahap perkembangan
keenam menurut Ericson, yang dialami individu selama tahun-tahun awal masa
dewasa. Pada masa ini, individu menghadapi tugas perkembangan pembentukan
relasi intim dengan prang lain.
 Bangkit dan mandeg (generativity versus stagnation) ialah tahap perkembangan
ketujuh menurut Erikson, yang dialami individu selama pertengahan masa dewasa.
 Integritas dan kekecewaan (intergrity versus despair) ialah tahap perkembangan
kedelapan menurut Erikson, yang dialami individu selama akhir masa dewasa

8
2. TEORI KOGNITIF
Sementara teori-teori psikoanalitis menekankan pentingnya pikiran-pikiran tidak
sadar anak-anak, teori-teori kognitif menekankan pikiran-pikiran sadar mereka. Dua teori
kognitif yang pentiang yaitu:

a. Teori Pieget
Jean Piaget(1896-1980) menekankan bahwa anak-anak membangun secara aktif
dunia kognitif mereka sendiri.; informasi tidak sekedar dituangkan kedalam pikiran
mereka dari lingkungan. Piaget yakin bahwa anak-anak menyesuaikan pemikiran mereka
untuk mencakup gagasan-gagsan baru, karena informasi tambahan memajukan
pemahaman.
Dalam pandangan Pieget, dua proses mendasari perkembangan individu, ialah :
pengorganisasian dan penyesuaian. Untuk membuat dunia kita masuk akal, kita
menggorganisasikan pengamatan-pengamatan dan pengalaman-pengalaman kita, dan
juga meyesuaikan pemikiran kita untuk meliput gagasan baru. Pieget (1954) yakin bahwa
kita menyesuaikan diri dalam dua cara yaitu :
 Asimilasi (Assimilation) terjadi ketika individu menggabungkan informasi baru
kedalam pengetahuan mereka yang sudah ada.
 Akomodasi (accomodation) terjadi ketika individu menyesuaikan diri dengan
informasi baru.

Pieget berpikir bahwa asimilasi dan akomodasi berlangsung sejak kehidupan bayi
yang masih sangat kecil. Bayi yang baru lahir secara refleks mengisap segala sesuatu
yang menyentuh bibirnya (asimilasi), tetapi setelah beberapa bulan pengalaman, mereka
membangun pemahaman mereka tentang dunia secara berbeda. Beberapa obyek, seperti
jari dan susu ibu, dapat diisap, dan obyek lain, seperti selimut yang berbulu halus
sebaiknya tidak diisap (akomodasi).

Pieget juga yajkin bahwa kita melampaui empat tahap dalam memahami dunia.
Tahapan tersebut ialah :

 Tahap sensorimotor (sensorimotor stage), yang berlangsung dari kelahiran-2


tahun, merupakan tahap pertama Pieget. Pada tahap ini, bayi membangun suatu

9
perkembangan tentang dunia dengan mengkoordinasikan pengalaman-
pengalaman sensor (seperti melihat dan mendengar) dengan tindakan-tindakan
motorik fisik- oleh karena itu istilahnya sensorimotor.
 Tahap praoperasional (preoperational stage), yang berlangsung kira-kira dari
usia 2-7 tahun, merupakan tahap kedua Pieget. Pada tahap ini, anak-anak mulai
melukiskan dunia dengan kata-kata dan gambar-gambar.
 Tahap operasional kongkret (concrete operational stage), yang berlangsung
dari usia 7-11 tahun, merupakan tahap ketiga Pieget. Pada tahap ini anak-anak
dapat melaksanakan operasi, dan penalaran logis menggantikan pemikiran
intuitif sejauh pemikiran dapat diterapkan ke dalam contoh-contoh yang spesifik
dan kongkret.
 Tahap operasional formal (formal operational stage), yang tampak dari usia
11-15 tahun, merupakan tahap keempat dan terakhir Pieget. Pada thap ini,
individu melampaui dunia nyata, pengalaman-pengalaman kongkret dan
berpikir secara abstrak dan lebih logis.

b. Pendekatan Pemprosesan Informasi


Pendekatan pemprosesan informasi (information-processing approach)
berkaitan dengan bagaiman individu memproses informasi tentang dunia mereka-
bagaimana informasi masuk kedalam pikiran, bagaimana informasi disimpan dan
disebarkan, dan bagaiman informasi diambil kembali untuk melaksanakan kegiatan-
kigiatan yang kompleks seperti memecahkan masalah dan pikiran.
Kondisi bermula ketika informasi dari dunia dideteksi melalui proses sensor dan
presepsi. Kemudian informasi disimpan, disebarkan, dan didapatkan kembali melalui
proses memori.

3. TEORI PERILAKU DAN BELAJAR SOSIAL


Para behavioris (ahli perilaku) yakin bahwa kita seharusnya hanya menguji apa
yang dapat diamati dan diukur secara langsung. Kira-kira pada waktu yang sama ketika
Freud menginterpretasikan pikiran tidak sadar pasiennya sepanjang pengalaman masa
awal anak-anak, para behavioris seperti Ivan Pavlov dan John B. Watson melaksanakan

10
pengamatan rinci tentang perilaku dilingkungan laboratorium yang terkontrol. Diluar
tradisi teori perilaku (behavioral ) berkembang keyakinan bahwa perkembangan ialah
perilaku yang dapat diamati, yang dipelajari melalui pengalaman dengan lingkungan.
Kedua versi pendekatan perilaku yang menonjol ialah pandangan B.F. Skinner dan teori
belajar sosial.
a. Behaviorisme Skinner
Behaviorisme (behaviorism) menekan studi ilmiah tentang tanggapan perilaku
yang dapat diamati dan determinan lingkungannya. Dalam behaviorisme Skinner,
pikiran, sadar, atau tidak sadar, tidak diperlukan untuk menjelaskan perilaku dan
perkembangan. Bagi Skinner, perkembangan adalah perilaku.
Oleh karena para behavioris yakin bahwa perkembangan dipelajari dan sering
berubah sesuai dengan pengalaman-pengalaman lingkungan. Jelas bahwa pengalaman
yang disusun ulang dapat mengubah perkembangan.

b. Teori Belajar Sosial


Beberapa pakar psikologi yakin bahwa para behavioris pada dasarnya benar
ketika mereka mengatakan perkembangan dipelajari dan dipengaruhi secara kuat oleh
pengalaman-pengalaman lingkungan. Akan tetapi, mereka yakin bahwa Skinner bergerak
terlalu jauh dengan mengatakan bahwa kognisi tidak penting dalam memahami
perkembangan. Teori belajar sosial (social learning theory) ialah pandangan para
pakar psikologi yang menekankan perilaku, lingkungan, dan kognisi sebagai faktor kunci
dalam perkembangan.
Pakar psikologi Amerika Albert Bandura (1977,1986, 1989, 1991, 1994) dan
Walter Mischel(1973,1984) adalah arsitek utama teori belajar sosial versi kontemporer,
yang dinamakan teori belajar sosial kognitif (cognitive social learning theory) oleh
Mischel (1973). Bandura yakin kita belajar dengan mengamati apa yang dilakukan oleh
orang lain. Para toeritisi belajar sosial juga berbeda dari pandangan behavioral Skinner
denganmenekankan bahwa kita dapat mengatur dan mengendalikan perilaku kita sendiri.
Model belajar dan perkembangan terbaru Bandura (19896,1989,1991) meliputi
perilaku, pribadi/orang, dan lingkungan yang bekerja secara interaktif.perilaku dapat

11
memb\pengaruhi kognisi atau sebaliknya, kegiatan kognisi seseorang dapat
mempengaruhi lingkungan, pengaruh lingkungan dapatengubah proses pemikiran orang,
dan seterusnya.
Seperti pendekatan behavioral Skinner, pendekatan belajar sosial menekankan
pentingnya penelitian empiris dalam mempelajari perkembangan anak-anak. Penelitian
ini berfokus pada proses yang menjelaskan perkembangan anak-anak-- faktor-faktor
sosial dan kognitif yang mempengaruhi seperti apa anak-anak itu sendiri.

4. TEORI ETOLOGIS
Kepekaan terhadap jenis pengalaman yang berbeda berubah sepanjang siklus
kehidupan. Adanya atau tidak adanya pengalaman-pengalaman tertentu pada waktu
tertentu selama masa hidup mempengaruhi individu dengan baik diluar waktu
pengalaman-pengalaman itu pertama kali terjadi. Pakar etologi yakin bahwa kebanyakan
pakar psikologi meremehkan pentingnya kerangka waktu khusus ini pada awal
perkembangan dan peran yang kuat yang dimaikan evolusi dan landasan biologis dalam
perkembangan (Charlesworth, 1992; Hinde, 1992).
Etologi lahir sebagai suatu pandangan penting karena pekerjaan para pakar ilmu
hewan Eropa. Khususnya Konrad Lorenz (1903-1989). Etologi (ethology) menekankan
bahwa perilaku sangat dipengaruhi oleh biologi, terkait dengan evolusi, dan ditandai
oleh periode yang penting atau peka.
Seperti para behavioris , para etologis adalah para pengamat perilaku yang teliti.
Tidak seperti para behavioris, para etologis yakin bahwa laboratorium bukanlah setting
yang baik untuk mengamati perilaku; agaknya, mereka mengamati perilaku secara teliti
dalam lingkungan alamiahnya, di rumah, taman bermain, tetangga, sekolah, rumah sakit,
dan lain-lain.

5. TEORI EKOLOGIS
Berbeda dengan teori etologi, Urie Bonfenbrenner (1997) mengajukan suatu
pandangan lingkungan yang kuat tentang perkembangan yang sedang menerima
perhatian yang meningkat. Teori ekologi (ecological theory) ialah pandangan
sosiokultural Bonfenbrenner tentang perkembangan, yang terdiri dari lima sistem

12
lingkungan mulai dari masukan interaksi langsung dengan agen-agen sosial ( social
agents) yang berkembang baik hingga masukan kebudayaan yang berbasis luas. Kelia
sistem teori ekologi Bonfenbrenner ialah :
 Mikrosistem (microsystem) dalam teori ekologi Bonfenbrenner ialah setting
dalam mana individu hidup. Konteks ini meliputi keluarga individu, teman-teman
sebaya, seolah, serta lingkungan. Dalam mikrosistem inilah interaksi yang paling
langsung dengan agen-agen sosial berlangsung- misalnya dengan orangtua,
teman-teman sebaya, dan guru.
 Mesosistem (mesosystem) meliputi hubungan antara beberapa mikrosistem
(microsystem) atau hubungan antara beberapa konteks. Contohnya adala
hubungan antara pengalaman keluarga dan pengalaman sekolah, pelaman
sekolah dengan pengalaman keagamaan , dan pengalaman keluarga dengan
pengalaman teman sebaya.
 Eksosistem (exosystem) dilibatkan ketika pengalaman-pengalaman dalam
sentting sosial lain – dalam mana individu tidak memiliki peran yang aktif –
mempengaruhi apa yang individu alami dalam konteks yang dekat.
 Makrosistem (macrosystem) meliputi kebudayaan dimana individu hidup.
 Kronosistem (chronosystem) meliputi pemolaan peristiwa-peristiwa lingkungan
dan transisi sepanjang rangkaian kehidupan dan keadaan-keadaan sosiohistoris.

6. ORIENTASI TEORI EKLEKTIS


Orientasi teori eklektis ( eclectic theoritical orientation ) tidak mengikuti
salah satu pendekatan teoretis, tetapi lebih memilih dan menggunakan semua yang
dianggap terbaik dari semua teori.

13
BAB III

RELEVANSI

Dari keseluruhan toeri perkembangan yang ada, Orientasi Teori Eklektis adalah teori
yang paling tepat untuk diterapkan dalam proses pembelajaran disebabkan dalam orientasi teori
eklektis hanya mengambil dan menggunakan semua yang dianggap terbaik dari semua toeri.

ORIENTASI TEORI EKLEKTIS

Orientasi teori eklektis (eclectic theoritical orientation) tidak mengikuti salah satu
pendekatan teoretis, tetapi lebih memilih dan menggunakan semua yang dianggap terbaik dari
semua teori.

Salah satu penerapannya adalah dalam bidang bimbingan konseling disekolah.Bentuk


pengajaran yang menggunakan pendekatan eklektik ini adalah menggabungkan elemen-elemen
daripada kedua-dua pendekatan iaitu induktif atau deduktif. Rasional amalan pendekatan induktif
dan deduktif dalam sesi pengjaran dan pembelajaran ialah kerana pelajar-pelajar terdiri daripada
pelbagai aras dan kebolehan. Ada pelajar yang senang atau mudah memahami isi pelajaran jika
diberi contoh dahulu dan ada pula pelajar yang mudah faham jika dibuat generalisasi terlebih
dahulu dan diakhiri pengajaran pada hari itu dengan mengemukakan contoh-contoh bagi
menjelaskan maksud atau konsep sesuatu perkara.

Jika seseorang guru memilih pendekatan deduktif, langkah-langkah pengajaran berikut boleh
digunakan:

1. Guru menerangkan generalisasi/hukum-hukum atau peraturan

2. Guru menggunakan contoh untuk menerangkan generalisasi tersebut

3. Guru mengaitkan contoh dan menjelaskan generaalisasi tersebut.

Pendekatan eklektik merupakan gabungan dari pada dua pendekatan lain yaitu
pendekatan deduktif dan induktif.Pendekatan eklektik bermaksud pengajaran disampaikan

14
dengan menggabungkan semua atau sebahagian dari pada ciri-ciri sesuatu kaedah kedalam
kaedahyangbaru.Pengajaran eklektik juga kemahiran membaca dalam kalangan kanak-kanak.
Pendekatan eklektik digunakan apabila sesuatu pengajaran memerlukan guru menggunakan
berbagaibagai pendekatan tidakhanya dengan penggunaan satu bidang pendekatan yang mirip
kepada satu teori saja.Kata eklektik berarti menyeleksi atau memilih menggunakan teori-teori
atau metode-metode yang cocok dari aneka sumber atau sistem.

Asumsi yang mendasari pendekatan eklektik ini ialah bahwa individu secara berkala
membutuhkan pertolongan professional untuk memahami dirinya sendiri serta situasi-situasinya,
dan mengatasi aneka masalahnya. Pertolongan istimewa ini harus bersifat mendidik. Seorang
konselor eklektik berpendapat bahwa penggunaan sebuah pendekatan tunggal hanya akan
membatasi gerak, di samping itu aneka sumber yang tersedia haruslah dimanfaatkan sebaik-
baiknya untuk memberikan pelayanan terbaik kepada siapa saja yang membutuhkan pertolongan.
Dalam melaksanakan tugasnya, konselor eklektik mengikuti sebuah filsafat dan arah yang
konsisten, sedangkan teknik-teknik yang digunakannya pun dipilih karena sudah teruji bukan
berdasarkan coba-coba belaka. Dengan bekal pengetahuannya tentang persepsi, prinsip-prinsip
pengembangan, prinsip-prinsip belajar dan kepribadian, sang konselor eklektik mengembangkan
sejenis bank metode, lalu memilih yang paling cocok untuk menangani suatu masalah tertentu.

Dalam konseling eklektik, konselor memiliki kebebasan metodologis untuk


menggunakan aneka ktrampilan khusus yang dimilikinya serta memilih cara-cara demi
memberikan pertolongan terbaik bagi konseli. Konseling eklektik menekankan pentingnya
diagnosis dalam memahami seseorang. Para konselor yang mengikuti model ini haruslah
mengenal indikasi-indikasi dari aneka metode yang sudah dikenal luas serta harus mampu
menggunakannya tanpa bias. Sifatnya yang komprehensif menjadikan model ini popular,
sedangkan cakupannya yang luas cocok dengan cita-cita demokratis untuk menolong memenuhi
kebutuhan individual semua (maha) siswa. Untuk menerapkan model eklektik ini maka para
konselor harus diberi bekal persiapan yang lebih luas dan harus ada jalinan yang lebih baik
antara apa yang dikerjakan oleh guru, konselor dan tenaga-tenaga ahli lainnya. Konselor eklektik
sering dipandang sebagai jalan tengah untuk menjembatani polarisasi antara konseling direktif
dan konseling non direktif

15
Aplikasi pendekatan ekliktik. Faktanya para konselor di lembaga pendidikan menengah
dan, pendidikan tinggi pada umumnya bukan psikolog profesional yang berwenang untuk
mengadakan diagnosis psikologis (seperti dituntut oleh Thorne), dan akan mengalami kesulitan
bila sering harus berubah siasat menurut kebutuhan konseli pada setiap saat selama proses
konseling, sistematika Konseling Eklektik ini kiranya tidak dapat mereka terapkan secara
memadai. Namun, gagasan menerapkan suatu sistematika Konseling Eklektik yang tidak
seluruhnya berpegang pada model Thorne, tetap menarik bagi seorang konselor di institusi
pendidikan karena Konselor dapat menyesuaikan pendekatannya dengan jenis masalah yarig
dihadapi konseli, misalnya masalah pilihan program studi dan pekerjaan lebih baik diselesaikan
menurut pola pendekatan Factor masalah perasaan takut dan benci yang bersumber pada
pengalaman belajar negatif lebih baik diselesaikan menurut pola pendekatan behavioristik)
masalah yang bersumber pada pikiran irasional lebih baik diselesaikan menurut pendekatan.
Dengan demikan, konselor tidak menerapkan pola pendekatan yang sama terhadap semua
masalah yang diungkapkan kepadanya. Hal ini sudah mengandung unsur memilih sesuai dengan
kebutuhan konseli, dan sedikit banyak sudah berarti mengambil sikap eklektif. Selain itu melalui
pendekatan ini, Konselor menyadari bahwa tidak semua kasus yang diutarakan kepadanya
mengandung suatu persoalan atau masalah yang memerlukan pembahasan mengenai
penyelesaiannya pada saat sekarang. Misalnya, dapat terjadi bahwa seorang konseli hanya ingin
mendapatkan suatu informasi tentang isi program studi; atau hanya membutuhkan dukungan
moral dalam menghadapi suatu situasi kehidupan yang sulit baginya, namun penyelesaiannya
sebenarnya sudah jelas baginya, seperti kasus remaja putri yang sudah tahu bagaimana harus
bersikap terhadap pacarnya yang mendesak-desak melakukan hal-hal terlarang; atau hanya
membutuhkan konflrmasi atas suatu pilihan yang telah dibuat, seperti kasus mahasiswa yang
sudah rnantap akan memutuskan hubungan dengan pacarnya.

Tujuan layanan konseling adalah menggantikan tingkah laku yang terlalu kompulsif dan
emosional dengan tingkah laku yang bercorak lebih rasional dan lebih konstruktif. Konselor
sebagai psikolog ahli, yang. menguasai berbagai prosedur dan teknik untuk memberikan bantuan
psikologis kepada orang lain, berkompeten untuk mendampingi konseli dalam menyelesaikan
persoalan-persoalan hidup secara tuntas. Konseling eklektik sebagaimana dikembangkan oleh
Thorne dianggap sesuai untuk diterapkan terhadap orang-orang yang tergolong normal, yaitu
tidak menunjukkan gejala-geiala kelainan dalam kepribadiannya atau gangguan kesehatan.

16
mental yang berat. Orang-orang yang normal itu dapat saja menghadapi berbagai persoalan
hidup, yang dapat mereka selesaikan tanpa dituntut perombakan total dalam kepribadiannya.
Dalam hal ini, Konseli sebagai manusia dianggap memiliki dorongan, yang timbul dari dirinya
sendiri, untuk mempertahankan (maintenance) dan mengembangkan dirinya sendiri, seoptimal
mungkin (actualization), namun realisasi dari dorongan dasar ini dapat terhambat karena konseli
belum mempergurtakan kemampuanriya untuk berpikir secara efisien dan efektif.

TAHAP PEMECAHAN MASALAH

Konseli mengutarakan masalah atau persoalan yang dihadapi. Selama tahap ini konselor
mendengarkan dengan sungguh-sungguh sambil menunjukkan pemahaman dan pengertian serta
memantulkan perasaan dan pikiran yang diungkap oleh konseli. Konselor banyak menggunakan
teknik-teknik verbal yang mengandung pengarahan minimal. Konselor berusaha untuk
menentukan apa yang diharapkan konseli dari dirinya. Harapan ini merupakan kebutuhan konseli
pada saat sekarang dan berkaitan dengan tujuan yang akan dicapai dalam proses konseling.
Kebutuhan konseli dapat bermacam-macam, antara lain:

Konseli membutuhkan informasi tentang sesuatu dan dia akan puas setelah mendapat
informasi yang relevan. Tanggapan konselor berupa penjelasan tentang hal yang ditanyakan
kalau dia langsung mengetahuinya, atau berupa penunjukan sumber-sumber informasi yang
relevan.Konseli membutuhkan dukungan moral dalam menghadapi suatu situasi kehidupan yang
sulit baginya. Konseli ingin mencurahkan isi hatinya dan mengurangi beban batinnya dengan
mengutarakan semua kepada seseorang yang dapat mendengar dengan tenang dan bersikap
empati. Tanggapan konselor dapat berupa pemberian semangat dan keberanian
sertapengangkatan hati.Konseli membutuhkan konfirmasi atau suatu pilihan yang telah
dibuatnya. Konselor dapat mempersilakan konseli untuk menjelaskan atas dasar pertimbangan-
pertimbangan apa ditentukan pilihan itu.Konseli membutuhkan bantuan dalam mengatasi
masalah yang dihadapinya, yang memang belum ditemukan cara penyelesaiannya. Kebutuhan ini
menjadi nyata dari ungkapan-ungkapan konseli selama tahap penjelasan masalah.

TAHAPAN KONSELING

1. Tahap eksplorasi masalah

17
Konselor menciptakan hubungan klien, membangun saling kepercayaan, menggali
pengalaman klien pada perilaku lebih dalam,mendengarkan apa yang menjadi perhatian klien
atau menggali pengalaman-pengalaman klien dan merespon isi dari dibicarakan klien

2. Tahap Perumusahan Masalah

Masalah klien baik efeksi,kognisi maupun tingkah laku di perhatikan oleh konselor
setelah itu keduanya merumuskan dan membuat kesepakatan masalah apa yang sedang di hadapi.

3. Tahap Identifikasi Alternatif

Konselor dengan klien mengidentifikasi alternatif-alternatif pemecahan dari rumusan


masalah yabg telah disepakati. Konselor dapat membantu klien menyusun alternatif-alternatif
dan klien memiliki kebebasan memilih alternative yang ada.

4. Tahap Perencanaan

Setelah klien menetapkan pilihan dari sejumlah alternative, selajutnya menyusun rencana
tindakan. Rencana yang baik jika realistic, bertahap, tujuan setiap tahap juga jelas dan dapat
dipahami klien (Rencana bersifat tentatif sekaligus pragmatif.

5. Tahap Tindakan atau Komitmen

Tindakan berati operasionalisai rencana yang disusun. Usaha klien untuk melaksanakan
rencana sangat penting bagi keberhasilan konseling.

6. Tahap Penilaian Umpan balik

Konselor dan klien perlu mendapatkan umpan balik dan penilaian tentang
keberhasilannya. Jika terdapat kegagalan perlu di cari penyebabnya,dan mungkin diperlukan
rencana-rencana baru yang lebih sesuai dengan keadaan klien dan perubahan-perubahan yang di
hadapi kalien.

PROSES KONSELING

1) Tahap Pembukaan

18
Selama proses ini, konselor berusaha untuk menciptakan relasi hubungan antar pribadi
yang baik. Pada awal proses konseling, bila konseli baru mengutarakan masalahnya serta
mengungkapkan semua pikiran dan perasaannya tentang masalah itu, digunakan banyak teknik
verbal yang tidak mengandung pengarahan tegas oleh konselor, seperti ajakan untuk mulai,
refleksi pikiran dan perasaan, klarifikasi pikiran dan perasaan, permintaan untuk melanjutkan,
pengulangan satu-dua kata, dan ringkasan sementara. Namun, dalam keseluruhannya proses
konseling tidak dibiarkan berjalan ala kadamya, tetapi diatur menurut urutan fase-fase penutup.

2) Tahap Penjelasan Masalah

Konseli mengutarakan masalah atau persoalan yang dihadapi. Selama tahap ini konselor
mendengarkan dengan sungguh-sungguh sambil menunjukkan pemahaman dan pengertian serta
memantulkan perasaan dan pikiran yang diungkap oleh konseli. Konselor banyak menggunakan
teknik-teknik verbal yang mengandung pengarahan minimal.Konselor berusaha untuk
menentukan apa yang diharapkan konseli dari dirinya. Harapan ini merupakan kebutuhan konseli
pada saat sekarang dan berkaitan dengan tujuan yang akan dicapai dalam proses konseling.
Kebutuhan konseli dapat bermacam-macam, antara lain:Konseli membutuhkan informasi tentang
sesuatu dan dia akan puas setelah mendapat informasi yang relevan.

Tanggapan konselor berupa penjelasan tentang hal yang ditanyakan kalau dia langsung
mengetahuinya, atau berupa penunjukan sumber-sumber informasi yang relevan.Konseli
membutuhkan dukungan moral dalam menghadapi suatu situasi kehidupan yang sulit baginya.
Konseli ingin mencurahkan isi hatinya dan mengurangi beban batinnya dengan mengutarakan
semua kepada seseorang yang dapat mendengar dengan tenang dan bersikap empati. Tanggapan
konselor dapat berupa pemberian semangat dan keberanian serta pengangkatan hati.Konseli
membutuhkan konfirmasi atau suatu pilihan yang telah dibuatnya. Konselor dapat
mempersilakan konseli untuk menjelaskan atas dasar pertimbangan-pertimbangan apa ditentukan
pilihan itu.

Konseli membutuhkan bantuan dalam mengatasi masalah yang dihadapinya, yang


memang belum ditemukan cara penyelesaiannya. Kebutuhan ini menjadi nyata dari ungkapan-
ungkapan konseli selama tahap penjelasan masalah.

19
3) Tahap Penggalian Masalah

Konselor dan konseli bersama-sama menggali latar belakang masalah, antara lain asal-
usul permasalahan, unsur-unsur yang pokok dan tidak pokok, pihak-pihak siapa saja yang
terlibat, perasaan dan pikiran konseli mengenai masalah yang dihadapi.

4) Tahap Penyelesaian Masalah

Dengan berpegang pada perbedaan antara a choise case dan a change case, konselor dan
konseli membahas persoalan sampai ditemukan penyelesaian yang tuntas dengan mengindahkan
semua data dan fakta.

5) Tahap penutup

Selama tahap ini konselor mengakhiri proses konseling, baik yang masih akan disusul
dengan konseling lain maupun yang merupakan konseling terakhir. (Winkel, 1990:373).

20
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Penerapan Orientasi Teori Eklektis sudah tepat digunakan karna teori ini mengambil sisi
baik setiap teori perkembangannya dan diterapkan dalam dunia pendidikan yang membantu
proses perkembangan remaja

4.2Saran

Diharapkan Seluruh tenaga pendidik melakukan proses pembelajaran dengan membantu


dan membangun siswanya untuk maju dan membantu setiap proses perkembangan para peserta
didik

21
DAFTAR PUSTAKA

Budiman. Arief. 1995. Teori pembangunan dunia ketiga. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Koeswara. E. 1991. Teori-teori kepribadian. Bandung: Eresco

Midgley. James. 2005. Pembangunan Sosiail Perspektif pembangunan dalam kesejahteraan


sosial. Jakarta : Ditperta Depag RI.

Suharto. Edi. 2010. Membangun masyarakat memberdayakan rakyat: kajian strategis


pembangunan kesejahteraan social & pekerjaan social. Bandung: refika aditama.

2012. Hak azasi perempuan: instrument hukum untuk mewujudkan keadilan gender. Jakarta:
yayasan pustaka obor Indonesia.

22

Anda mungkin juga menyukai