Anda di halaman 1dari 6

Jurnal ßIOêduKASI ISSN : 2301-4678

Vol 3 No (2) Maret 2015

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA


MELALUI PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING

Suparman1), Dwi Nastuti Husen2)


1)
Dosen Prodi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Khairun
Email: suparman_bio@yahoo.com. Hp. 085255521040
2)
Mahasiswa Prodi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Khairun
Jl. Bandara Baabullah Kampus 1 Akehuda Kota Ternate Utara

ABSTRAK

Problem Based Learning (PBL) merupakan pembelajaran yang dilakukan dengan menghadapkan
siswa pada permasalahan nyata pada kehidupan sehari-hari, sehingga siswa dapat menyusun
pengetahuannya sendiri dalam memecahakan masalah dan mengupayakan berbagai macam
solusinya, mendorong siswa untuk berpikir kreatif. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk
mengetahui peningkatan berpikir kreatif siswa pada siswa kelas VII-3 SMP Negeri 12 Kota Tidore
Kepulauan melalui penerapan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) pada konsep
pencemaran lingkungan. Metode yang dilakukan berupa Penelitian ini termasuk Penelitian
Tindakan Kelas (PTK). Hasil penelitian menunjukkan bahwa, penerapan model pembelajaran
Problem Based Learning dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif dan hasil belajar siswa.
Hal ini dibuktikan dengan adanya peningkatkan berpikir kreatif dan hasil belajar siswa di siklus I
dan siklus II. Hasil berpikir kreatif siswa pada siklus I adalah 12,9 dengan kategori kreatif
sedangkan pada siklus II meningkat menjadi 15,1 dengan kategori sangat kreatif.

Kata kunci : problem based learning, berpikir kreatif, hasil belajar

Pendidikan merupakan salah satu pilar mental dan perubahan pola pikir siswa
utama dalam mengantisipasi masa depan, sehingga diharapkan proses pembelajaran
pendidikan selalu diorientasikan pada dapat berhasil. Salah satu kemampuan
penyiapan siswa untuk berperan di masa berpikir tingkat tinggi yang dapat digunakan
yang akan datang. Oleh karena itu, untuk menyelesaikan suatu permasalahan
pengembangan sarana pendidikan sebagai adalah keterampilan berpikir kreatif.
salah satu prasyarat utama untuk menjemput Keberhasilan proses pembelajaran
masa depan dengan segala kesempatan dan tidak terlepas dari kemampuan guru
tantangannya (Umar dan La Sulo, 2005). mengembangkan model-model pembelajaran
Pembelajaran merupakan proses yang berorientasikan pada peningkatan
membantu siswa untuk memperoleh intensitas keterlibatan siswa secara efektif di
informasi, ide, keterampilan, nilai, cara dalam proses pembelajaran. Untuk dapat
berpikir, dan cara-cara belajar bagaimana mengembangkan model pembelajaran yang
belajar. Proses pembelajaran harus benar- efektif, maka setiap guru harus memiliki
benar memperhatikan keterlibatan siswa. pengetahuan yang memadai berkenaan
Selama ini, aktivitas pembelajaran di sekolah dengan konsep dan cara-cara
menengah masih menekankan pada mengimplementasikan model-model tersebut
perubahan kemampuan berpikir pada tingkat dalam proses pembelajaran.
dasar, belum memaksimalkan kemampuan Kekurangpahaman seorang guru terhadap
berpikir tingkat tinggi siswa. berbagai kondisi ini, menyebabkan model
yang dikembangkan guru cenderung tidak
Kemampuan berpikir tingkat tinggi
dapat meningkatkan peran siswa secara
juga sangat penting bagi perkembangan

367
Suparman,
Jurnal dan Dwi N. (2015). Peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa
ßIOêduKASI ISSN : 2301-4678
Vol 3 No (2) Maret 2015

optimal dalam pembelajaran, dan pada siswadan hasil belajar siswa kelas VII-3
akhirnya tidak dapat memberikan SMP Negeri 12 Kota Tidore Kepulauan
sumbangan yang besar terhadap pencapaian dengan menggunakan model pembelajaran
hasil belajar siswa (Aunurrahman, 2009). Problem Based Learning (PBL).
Berdasarkan hasil observasi dan METODE PENELITIAN
wawancara dengan guru mata pelajaran Penelitian ini bertempat di SMP Negeri
Biologi SMP Negeri 12 Tidore Kepulauan 12 Kota Tidore Kepulauan pada siswa kelas
didapatkan informasi bahwa dalam VII-3 semester 2 (genap). Waktu penelitian
pembelajaran guru hanya menilai ini dilaksanakan pada tanggal 7 sampai 28
kemampuan kognitif siswa dan belum April 2014 tahun ajaran 2013/2014.
memberdayakan kemampuan berpikir siswa
sehingga siswapun memiliki ketrampilan Jenis penelitian ini adalah Penelitian
berpikir kretaif yang masih rendah dan Tindakan Kelas (PTK), yakni suatu
belum terbimbing untuk berpikir kreatif. penelitian yang meliputi tindakan-tindakan
dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas
Berpikir kreatif merupakan komponen suatu sistem pembelajaran dan praktek-
yang penting untuk kesuksesan seseorang praktek yang terdapat dalam sistem tersebut,
dalam menjalani aktivitas hidup. Berpikir Suwandi (2010) dalam La Fala (2012).
kreatif menjadi penentu keunggulan suatu
bangsa, Mahmudi (2010) dalam Ahmadi Instrumen yang digunakan berupa test
(2012). Kemajuan suatu bangsa tidak lagi soal materi pencemaran lingkungan yang
ditentukan oleh seberapa banyak sumber terintegrasi dengan kemampuan berpikir
daya yang dimiliki oleh bangsa itu, kreatif siswa dalam menjawab soal yang
melainkan ditentukan oleh seberapa kreatif berhubungan dengan materi pencemaran
masyarakat yang ada dalam bangsa tersebut. lingkungan. Teknik analisis dan interpretasi
Siswa-siswa merupakan penerus bangsa data berpikir kreatif siswa yang digunakan
yang sangat menentukan keberadaan bangsa dalam penelitian mengacu pada tabel
di masa depan. berpikir kreatif siswa, dapat disesuaikan
sebagai berikut :
Oleh karena itu, seorang guru
diharuskan tahu seberapa kreatif siswa dalam Tabel 1. Jenjang Berpikir Kreatif Siswa
memecahkan suatu masalah dan dalam Kriteria Kategori
proses pembelajaran guru harus
15-16 Sangat Kreatif
menggunakan strategi atau model
12-14 Kreatif
pembelajaran. Banyak strategi atau model
9-11 Cukup Kreatif
pembelajaran yang digunakan guru pada saat
6-8 Kurang Kreatif
proses pembelajaran di kelas, misalnya
3-5 Tidak Kreatif
model pembelajaran Problem Based
0-2 Sangat Tidak Kreatif
Learning (PBL). (Suryaningsih, 2013)
Problem Based Learning (PBL)
merupakan pembelajaran yang dilakukan Peningkatan antar siklus dilihat dengan
dengan menghadapkan siswa pada membandingkan capaian kemampuan
permasalahan yang nyata pada kehidupan berpikir kreatif rata-rata kelas antara siklus 1
sehari-hari, sehingga siswa dapat menyusun dan siklus berikutnya.
pengetahuannya sendiri dalam memecahkan Data penerapan Problem Based
masalah dan mengupayakan berbagai macam Learning (PBL) dianalisis secara deskriptif
solusinya, serta mendorong siswa untuk berdasarkan aktivitas yang dilakukan oleh
berpikir kreatif (Purnamaningrum, 2012). siswa dan guru dalam pelaksanaan
Penelitian ini bertujuan untuk pembelajaran, dengan rumus:
mengetahui peningkatan berpikir kreatif

368
Jurnal ßIOêduKASI ISSN : 2301-4678
Vol 3 No (2) Maret 2015

% aktivitas siswa =
Indikator yang muncul
𝑥 100% 11,5, dan berpikir merinci (elaborasi) 1,8.
Total muncul
Hasil berpikir kreatif siswa pada siklus I tes
% aktivitas guru =
Indikator yang muncul
𝑥 100% awal adalah 2,6 dengan kategori sangat tidak
Total muncul
kreatif. Berbeda dengan hasil berpikir kreatif
Tabel 2. Presentase aktivitas siswa/guru siswa pada tes akhir siswa yang memiliki
Persentase Aktivitas Taraf jumlah rata-rata kemampuan berpikir kreatif
Siswa/Guru Keberhasilan pada indikator berpikir lancar (fluency) 87,
berpikir luwes (flexibility) 74,1, berpikir asli
81-100 Baik sekali (Originality) 50,5, dan berpikir merinci
61-80 Baik
(elaborasi) 85. Hasil berpikir kreatif siswa
41-60 Cukup
21-40 Kurang
pada siklus I adalah 12,9 dengan kategori
0 – 20 Kurang sekali kreatif. Hal ini menunjukan bahwa berpikir
(Arikunto, 2008 dalam Corebima, Mas’ud & Sundari, kreatif siswa mengalami peningkatan dari tes
2010) awal terhadap tes akhir siklus I.
Data penerapan ini dimaksudkan untuk Menurut Puspitasari (2012),
melihat keterlaksanaan model pembelajaran. kemampuan berpikir kreatif sangat penting
untuk dikembangkan melalui pembelajaran
HASIL DAN PEMBAHASAN sains khususnya biologi sebagai bekal siswa
Tabel 3. Hasil Berpikir Kreatif Siswa Siklus untuk menghadapi tantangan dan rintangan
I dan II di masa mendatang. Kemampuan berpikir
Siklus I Siklus II kreatif merupakan salah satu modal dasar
Kriteria Kategori
Jumlah Present Jumlah Present
yang harus dimiliki oleh siswa untuk
siswa asi (%) siswa asi (%) menghadapi persaingan di era global.
15 – 16 Sangat Kreatif 4 17,39 % 17 73,91 %
12 – 14 Kreatif 15 65,22% 5 21,74 % Kemampuan berpikir kreatif siswa dalam
9 – 11 Cukup Kreatif 4 17,39 % 1 4,35 %
6–8
Kurang Kreatif
0 0% 0 0% pembelajaran perlu dikembangkan untuk
Tidak Kreatif
3–5
0–2
Sangat Tidak 0
0
0%
0%
0
0
0%
0%
mencapai tujuan pendidikan nasional.
Kreatif
Kemampuan berpikir kreatif membentuk
Jumlah 23 100% 23 100% siswa yang mampu mengungkapkan dan
1. Hasil Berpikir Kreatif Siklus I dan mengelaborasi gagasan orisinal untuk
Siklus II pemecahan masalah. Kemampuan berpikir
kreatif yang dikembangkan dalam
Hasil berpikir kreatif siswa pada siklus I, pembelajaran meliputi aspek keterampilan
dari 23 siswa yang mengikuti tes awal berpikir lancar (fluency), keterampilan
terdapat 7 siswa (30,47%) dengan kategori berpikir luwes (flexibility), keterampilan
tidak kreatif dan 16 siswa (69,57%) dengan berpikir orisinal (originality), dan
kategori sangat tidak kreatif, sedangkan pada keterampilan memerinci (elaboration),
tes akhir terdapat 4 siswa (17,39%) dengan Hawadi (2001) dalam Puspitasari (2012).
kategori sangat kreatif, 15 siswa (65,22%)
dengan kategori kreatif, dan 4 siswa Kemampuan berpikir kreatif akan
(17,39%) dengan kategori cukup kreatif memunculkan kreativitas sebagai hasilnya.
dengan empat indikator yaitu : berpikir Kreativitas adalah kemampuan seseorang
lancar (fluency), berpikir luwes (flexibility), untuk melahirkan sesuatu yang baru, baik
berpikir asli (Originality), dan berpikir berupa gagasan maupun karya nyata yang
merinci (elaborasi). relatif berbeda dengan apa yang telah ada
sebelumnya, Ambarjaya (2008) dalam
Pada siklus I tes awal siswa yang Puspitasari (2012).
memiliki jumlah rata-rata kemampuan
berpikir kreatif pada indikator berpikir Selanjutnya Hasil berpikir kreatif siswa
lancar (fluency) 34,4, berpikir luwes pada siklus II, dari 23 siswa yang mengikuti
(flexibility) 11,7, berpikir asli (Originality) tes awal terdapat 3 siswa (13,04%) dengan

369
Wondal, R. (2015). Pengaruh Media Pembelajaran CAI terhadap Hasil Belajar Siswa
Jurnal ßIOêduKASI ISSN : 2301-4678
Vol 3 No (2) Maret 2015

kategori kurang kreatif, 9 siswa (39,13%) 2. Aktivitas Guru


dengan kategori tidak kreatif, dan 11 siswa Berdasarkan hasil observasi aktivitas
(47,83%) dengan kategori sangat tidak guru saat KBM, kemampuan pengelolaan
kreatif, sedangakan hasil berpikir kreatif pembelajaran oleh guru (peneliti) pada siklus
siswa pada tes akhir, dari 23 siswa yang I pertemuan pertama, memperoleh skor
mengikuti tes akhir terdapat 17 siswa sebesar 73,3% dan pada pertemuan kedua
(73,91%) dengan kategori sangat kreatif, 5 memperoleh skor 93,3% yang termasuk
siswa (21,74%) dengan kategori kreatif, dan dalam kategori baik sekali menurut Arikunto
1 siswa (4,35%) dengan kategori cukup (2008) dalam Corebima, Mas’ud dan
kreatif dengan empat indikator yaitu : Sundari (2010). Skor yang diperoleh oleh
berpikir lancar (fluency), berpikir luwes guru pada siklus I ini, menunjukkan bahwa
(flexibility), berpikir asli (Originality), dan
guru (peneliti) telah melaksanakan sebagian
berpikir merinci (elaborasi). besar proses pembelajaran sesuai dengan isi
Pada siklus II tes awal siswa yang rencana pelaksanaan pembelajaran.
memiliki jumlah rata-rata kemampuan Berdasarkan hasil musyawarah guru
berpikir kreatif pada indikator berpikir (peneliti) dengan observer pada tahapan
lancar (fluency) 9,5, berpikir luwes refleksi, ada beberap hal yang perlu
(flexibility) 12, berpikir asli (Originality) diperbaiki dalam pelaksanaan pembelajaran
15,25, dan berpikir merinci (elaborasi) 38. siklus I adalah sebagai berikut :
Hasil berpikir kreatif siswa pada siklus II tes
awal adalah 3,25 dengan kategori tidak 1. Guru dalam memberikan apersepsi
kreatif. Berbeda dengan hasil pada tes akhir kepada siswa masih kurang.
yaitu siswa yang memiliki jumlah rata-rata 2. Penguasaan konsep tentang pencemaran
kemampuan berpikir kreatif pada indikator lingkungan oleh guru belum terlau
berpikir lancar (fluency) 90, berpikir luwes maksimal, perlu ditingkatkan lagi.
(flexibility) 86, berpikir asli (Originality) 84, 3. Guru dalam memberikan motivasi
dan berpikir merinci (elaborasi) 88. Hasil belajar kepada siswa masih kurang, baik
berpikir kreatif siswa pada siklus II tes akhir di awal maupun di akhir pembelajaran.
adalah 15,1 dengan kategori sangat kreatif, 4. Pengelolaan waktu belum baik, sehingga
hal ini menunjukan bahwa berpikir kreatif ada siswa yang belum selesai
siswa pada siklus II mengalami peningkatan. mengerjakan soal tapi waktu
pembelajaran sudah selesai.
Bila memperhatikan Tabel 4.1 terlihat 5. Ada beberapa aspek yang dicantumkan
bahwa banyak siswa yang memiliki dalam lembar observasi, namun guru
kemampuan berpikir kreatif pada siklus II peneliti tidak melaksanakannya.
mengalami peningkatan untuk semua
indikator. Jadi disimpulkan berdasar kriteria Selanjutnya pada siklus II, kemampuan
yang dibuat, secara keseluruhan siswa pengelolaan pembelajaran oleh guru pada
mengalami peningkatan kemampuan berpikir siklus II pertemuan pertama dan kedua
kreatifnya. memperoleh skor 100% yang termasuk
Pembelajaran dengan model problem dalam kategori baik sekali menurut Arikunto
based learning (PBL) dapat meningkatkan (2008) dalam Corebima, Mas’ud dan
berpikir kreatif siswa kelas VII-3 SMP Sundari (2010), skor yang diperoleh oleh
Negeri 12 Kota Tidore Kepulauan pada guru pada siklus II ini, menunjukkan bahwa
aspek atau indikator berpikir lancar guru (peneliti) telah melaksanakan proses
(fluency), berpikir luwes (flexibility), berpikir pembelajaran dengan sangat baik sesuai
asli (Originality), dan berpikir merinci dengan isi rencana pelaksanaan
(elaborasi). pembelajaran sehingga aktivitas guru
mengalami peningkatan siklus I ke siklus II.

370
Jurnal ßIOêduKASI ISSN : 2301-4678
Vol 3 No (2) Maret 2015

3. Aktivitas Siswa KESIMPULAN


Berdasarkan hasil observasi oleh kedua Penerapan model pembelajaran
orang observer (bapak Abd Gafur Problem Based Learning (PBL) pada konsep
Abubakar,S.Pd selaku observer I dan ibu pencemAran lingkungan dapat meningkatkan
Ulfa Umar,S.Pd selaku observer II), berpikir kreatif siswa kelas VII-3 SMP
presentase aktivitas siswa pada siklus I Negeri 12 Kota Tidore Kepulauan. Hasil
pertemuan pertama adalah 71,4% dan pada berpikir kreatif siswa pada siklus I adalah
pertemuan kedua 92,8%. Presentase aktivitas 12,9 dengan kategori kreatif, sedangkan pada
siswa tersebut menunjukkan bahwa, siswa siklus II adalah 15,1 dengan kategori sangat
belum sepenuhnya aktif dalam proses kreatif.
pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
Menurut Daniar (2008), dalam Ahmadi. 2012. Identifikasi Tingkat Berpikir
pelaksanaan kegiatan pembelajaran, terdapat Kreatif Siswa dalam Memecahkan
perilaku siswa yang tidak relevan dengan Masalah Materi Persamaan Garis
KBM, diantaranya kurang memperhatikan Lurus ditinjau dari Kemampuan
penjelasan dari guru, menyelesaikan LKS Matematika Siswa dan Perbedaan
atau pindah tempat duduk untuk melihat Jenis Kelamin. [Skripsi
tugas siswa lain. Menurut peneliti, arahan dipublikasikan]. Universitas Negeri
dan motivasi perlu diberikan agar keaktifan Surabaya. Surabaya
siswa saat pembelajaran menjadi lebih baik
lagi. Hal yang dipaparkan peneliti sesuai Aunurrahman. 2009. Belajar Dan
dengan pendapat dari Nashar (2004), beliau
Pembelajaran. Alfabeta. Bandung
mengemukakan bahwa motivasi belajar yang
dimiliki oleh siswa dalam setiap kegiatan Corebima, D.A.,Mas’ud, A.,dan Sundari.
pembelajaran sangat berperan untuk 2010. Penelitian Tindakan Kelas di
meningkatkan prestasi belajar siswa. Siswa Siapkan Untuk Guru dan Calon
yang bermotivasi tinggi dalam belajar Guru. LepKhair. Ternate
memungkinkan akan memperoleh hasil
belajar yang tinggi pula, artinya semakin Djaali dan Mulyono. 2008. Pengukuran
tinggi motivasinya, semakin intensitas usaha dalam Bidang Pendidikan. Grasindo.
dan upaya yang dilakukan, maka semakin Jakarta
tinggi prestasi yang diperolehnya.
Hake. 2003. Normalisasi Gain. (PDF
Selanjutnya hasil observasi oleh Online). Bandung: Perpustakaan UPI.
kedua orang observer (Bapak Abd. Gafur Diakses 7 Desember 2013.
Abubakar,S.Pd selaku observer I dan Ibu
Ulfa Umar,S.Pd selaku observer II), La Fala, W. 2012. Penerapan Model
presentase aktivitas siswa pada siklus II Pembelajaran Problem Based
pertemuan pertama 92,8% dan pertemuan Instruction untuk meningkatkan
kedua memperoleh skor 100%. Presentase aktivitas dan hasil belajar biologi.
tersebut menunjukkan bahwa, siswa sangat [Skripsi tidak dipublikasikan]. FKIP
aktif dalam proses pembelajaran dan Unkhair. Ternate
motivasi belajar siswa semakin meningkat.
Berdasarkan pembahasan di atas, telah Nashar. 2004. Peranan Motivasi dan
terjadi peningkatan aktivitas dan hasil belajar Kemampuan Awal dalam Kegiatan
pada siklus II. Selain itu, aktivitas guru Pembelajaran. Delia Press. Jakarta
dalam pelaksanaan pembelajaran juga Partadjaja dan Sulastri. 2007. Tes Prestasi,
meningkat dan sudah sesuai dengan rencana Fungsi dan Pengembangan
pelaksanaan pembelajaran.

371
Jurnal ßIOêduKASI ISSN : 2301-4678
Vol 3 No (2) Maret 2015
Wondal, R. (2015). Pengaruh Media Pembelajaran CAI terhadap Hasil Belajar Siswa
Pengukuran Prestasi Belajar. Suryaningsih. 2013. Penggunaan Tabloid
Pustaka Pelajar. Yogyakarta Berbasis PjBL (Project Based
Learning) untuk Meningkatkan Hasil
Puspitasari, Laksmi. 2012. Pengaruh Model Belajar dan Berpikir Kreatif Siswa
Problem Based Learning Terhadap Materi Pengelolaan Lingkungan
Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Kelas VII SMP Negeri 19 Semarang.
Mata Pelajaran Biologi Kelas X SMA [Skripsi dipublikasi]. Universitas
Negeri 2 Surakarta. [Skripsi IKIP PGRI Semarang. Semarang
dipublikasikan]. Universitas Sebelas
Maret. Surakarta Umar, Tirtarahardja dan La Sulo. 2005.
Pengantar Pendidikan. Rineka Cipta.
Slameto. 2003. Faktor-Faktor yang Jakarta
Mempengaruhi Hasil Belajar. (PDF
Online). Perpustakaan UPI.
Bandung. Diakses 7 Desember 2013.

372

Anda mungkin juga menyukai