KONSELING TRAUMATIK
OLEH :
AINNUR FITRIA DARA PUTRI EVA RAHMA IRMA AFRIANI JAEKLIN MEGA HAFNI UMI FADILLAH
2021
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat
dan karunianya penulis dapat menyelesaikan “ Critical Book Report Konseling Traumatik“
pembuatan makalah ini bertujuan sebagai tugas individu mata kuliah . Penulis mengucapkan
terimakasih kepada Ibu Dra. Rahmulyani, M.Pd., Kons yang telah membimbing penulis
dalam pembuatan makalah ini . Makalah ini jauh dari kata sempurna dan masih banyak
kekurangannya seperti pepatah yang mengatakan “tak ada gading yang tak retak “ baik isi
maupun penyusunannya . Atas semua itu dengan rendah hati penulis harapkan kritik dan
saran yang membangun guna menyempurnakan makalah ini . Semoga makalah ini dapat
bermanfaat .
Terimakasih
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................... 1
A. Latar Belakang.................................................................................................................. 1
B. Tujuan ............................................................................................................................... 1
C. Manfaat ............................................................................................................................. 1
BAB IV PENUTUP............................................................................................................... 38
A. Kesimpulan....................................................................................................................... 38
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................ 39
i
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Critical book report adalah hasil kritik atau perbandingan dari satu buku ke buku yang
lainnya tentang suatu topik materi yang pada umumnya di perkuliahan. Penulisan critical book
yang penulis lakukan kali ini adalah untuk membandingkan buku Konseling Kelompok dan
buku pembanding mengenai Panduan Praktik Layanan Konseling Kelompok. Setiap buku yang
dibuat dalam buku tertentu pastilah mempunyai kekurangan dan kelebihan masing masing.
Kelayakan suatu buku dapat penulis ketahui jika penulis melakukan resensi terhadap buku itu
dengan perbandingan terhadap buku lainnya. Suatu buku dengan kelebihan yang lebih dominan
dibandingkan dengan kekurangannya artinya buku itu sudah layak untuk dipakai dan dijadikan
sumber referensi bagi masyarakat luas maupun anak sekolah
B. Tujuan Penulisan
C. Manfaat Penulisan
2
BAB II
BAB 1
PANDEMI CORONA VIRUS DISIEASE (COVID-19) DAN BELAJAR DARI
RUMAH (BDR) DIMASA PANDEMI COVID-19
Setelah mempelajari Bab 1 diharapkan mahasiswa sebagai calon pendamping
konseling traumatik mampu :
1. Menceritakan perkembangan virus covid 19 di dunia
2. Menceritakan perkembangan virus covid 19 di Indonesia
3. Menjelaskan trauma masyarakat terhadap virus covid 19
4. Menyebutkan karakteristik belajar anak Indonesia di masa pandemi
● Perkembangan Virus Covid 19 Di Dunia
Saat ini dunia sedang mengalami suatu permasalahan besar dalam bidang
kesehatan dengan kemunculan Corona Virus Disease (selanjutnya akan
disingkat: Covid-19). Wabah COVID-19 pertama kali dideteksi di Kota Wuhan,
Provinsi Hubei, Tiongkok pada bulan Desember 2019, dan ditetapkan sebagai
pandemi oleh World Health Organization (selanjutnya akan disingkat: WHO)
pada 11 Maret 2020 (WHO Director-General's opening remarks at the media
briefing on COVID-19, 2020). Penyakit Covid-19 paling menular saat orang
yang menderitanya memiliki gejala, meskipun penyebaran mungkin saja terjadi
sebelum gejala muncul (Centers for Disease Control and Prevention, 2020).
Periode waktu antara paparan virus dan munculnya gejala biasanya sekitar lima
hari, tetapi dapat berkisar dari dua hingga empat belas hari. Gejala umum
diantaranya demam, batuk, dan sesak napas.
● Perkembangan Virus Covid 19 Di Indonesia
Di Indonesia sendiri, kasus Covid-19 di Indonesia terungkap usai ada laporan
warga negara Jepang dinyatakan positif. Masalahnya, warga negara Jepang ini
baru saja berkunjung ke Indonesia. Ketika ada informasi bahwa orang Jepang
yang ke Indonesia kemudian tinggal di Malaysia dan dicek di sana positif
3
corona, tim dari Indonesia langsung menelusurinya. Ternyata orang yang
terkena Covid-19 berhubungan dengan 2 orang, Ibu 64 tahun dan putrinya 31
tahun.
Pada tanggal 14 Februari 2020, pasien terinfeksi virus corona berdansa
dengan WNA Jepang. Pasien Berusia 31 tahun ini memang bekerja sebagai guru
dansa dan WNA asal Jepang Ini juga merupakan teman dekatnya. Selang dua
hari, yakni 16 Februari 2020 pasien terkena sakit batuk. Pasien kemudian
melakukan pemeriksaan di rumah sakit terdekat. Namun, saat itu pasien
langsung dibolehkan untuk kembali kerumah atau rawat jalan. Sayang, sakit
yang dideritanya tidak kunjung sembuh. Hingga pada 26 Februari 2020, pasien
dirujuk lagi krumahsakit dan diminta untuk menjalani rawat inap. Pada saat
itulah, batuk yang diderita pasien mulai disertai sesak napas. Pada 28 Februari
2020, pasien mendapatkan telepon dari temannya yang di Malaysia. Dalam
sambungan telepon tersebut, pasien mendapatkan informasi jika WNA Jepang
yang merupakan temannya itu positif terinfeksi virus corona. Hingga saat ini
kasus Covid-19 sudah tercatat di 34 provinsi atau semua provinsi di Indonesia,
dari Aceh hingga Papua.
● Trauma Masyarakat Terhadap Virus Covid-19
BAB 2
BENCANA ALAM
A. Capaian Pembelajaran
4
B. Konsep Bencana Alam
5
Menurut Undang-undang No. 24 Tahun 2007 terdapat tiga jenis bencana, yaitu
bencana alam, bencana non alam dan bencana sosial. Bencana alam adalah bencana
yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaianperistiwa yang disebabkan oleh alam
antara lain berupa gempa bumi, tsunami,gunung meletus, banjir, kekeringan, angin
topan, dan tanah longsor.
Ramli (2010) bencana alam terjadi hampir sepanjang tahun diberbagai belahan
dunia, termasuk di Indonesia. Jenis bencana alam sangat banyak, diantaranya
sebagai berikut :
1. Gempa Bumi
Gempa bumi merupakan peristiwa alam yang belum dapat diprediksi
terjadinya sehingga dapat menimbulkan kerugian material dan merenggut
nyawa manusia (Ayub et al., 2020).
6
Gambar 1. Potret Akibat Gempa Bumi di Mamuju dan Majene, Sulawesi Barat
pada
14 Januari 2021 (Kompas.com).
2. Tsunami
Tsunami berasal dari bahasa Jepang (tsu = pelabuhan, nami = gelombang)
yang dapat diartikan sebagai gelombang pasang. Umumnya, tsunami
menerjang pantai landai. Tsunami diperkirakan terjadi karena adanya
perpindahan badan air yang disebabkan perubahan muka laut secara
vertical dengan tiba-tiba yang disebabkan oleh berbagai faktor, karena
gempa bumi yang berpusat di bawah laut, longsor bawah laut (Ramli,
2010).
7
Gambar 2. Potret Tsunami Aceh 26 Desember 2004 (Investor.id)
4. Banjir
Banjir merupakan bencana alam yang paling dapat diramalkan
8
kedatangannya. Karena berhubungan besar curah hujan. Banjir pada
umumnya terjadi di daratan rendah dan di bagian hilir daerah aliran
sungai. Umumnya berupa delta maupun alluvial. Secara geologis, berupa
lembah atau bentuk cekungan bumi lainnya dengan porositas rendah.
Banjir adalah tanah tergenang akibat luapan sungai, yang disebabkan oleh
hujan deras atau banjir akibat kiriman dari daerah lain yang berada
ditempat yang lebih tinggi (Findayani et al,. 2015).
5. Longsor
Longsor merupakan gejala alam untuk mencapai kondisi kestabilan
kawasan. Seperti halnya banjir, sebenarnya gerakan tanah merupakan
bencana alam yang dapat diramalkan kedatangannya, karena berhubungan
dengan besar curah hujan (Ramli, 2010).
9
Gambar 5. Potret Tanah Longsor di Kab. Sumedang Jawa Barat Pada 09 Januari
2021 (DARILAUT.ID)
10
1. Kecemasan. Kecemasan adalah ketakutan dengan objek, sebab dan alasan,
yang tidak jelas.
2. Stres. Stres adalah kondisi yang dirasakan sangat menekan, mendorong dan
menjadi beban hidup maupun psikologis yang sedemikian berat sehlngga
menekan
fungsi keseimbangan psikologis.
3. Trauma. Trauma adalah memarsecara psikologis.
11
1. Trauma Pada Anak Usia Dini dan Remaja
12
keinginan menyendiri secara berlebihan, tidak ada respon terhadap perhatian
khusus, dan sebagainya.
13
BAB 3
KonselingTraumatik
A. CapaianPembelajaran
1. PengertianKonselingTraumatik
2. TujuanKonselingTraumatik
B. PengertianKonselingTraumatik
Sepanjangmenjalanikehidupan, individuseringdihadapkanpadapersoalan-
persoalankehidupan yang cukuprumitsepertikonflik, kekerasandanperlakukaan – perlakuan
yang tidakmenyenangkan. Selainitu, problematikailmiahsepertibencanaalam juga
dapatmengguncangkehidupanseorangiindividu. Hal
inimembuatgangguanfisikmaupunpsikologispadadiriindividu yang menjadi korban
darikejadian-kejadiantersebut. Konselingtraumatikmerupakansalahsatucara yang
dapatdilakukanuntukmembantuindividutersebutkeluardarisituasiburuk yang dialaminya.
14
hambatandankesulitandalammemenuhikebutuhanseseorang, juga
sebagaiupayameningkatkan mental seseorang (Nurihsan,2009)
Trauma
merupakankeadaandimanaseseorangmengalamigangguanbaikfisikmaupunpsikologisakibatke
jadian/pengalamanyang cukupmengerikandanmembuatmereka
tidakberdaya. Trauma juga seringdikaitkandengankondisiseseorang yang
terpurukakibatpengalamanpahit yang menimpanya. Weaver, Flanellydan Preston, 2003
(dalamNirwana,2012) trauma merupakansuatukejadianfisikatauemosional yang cukupserius
yang
mengakibatkankerusakandanketidakseimbangansecarasubstansialterhadapfisikdanpsikologis
seseorangdalamjangkawaktu yang relatiflama. Sementara trauma
psikisdalampsikologidiartikansebagaianxiety/kecemasanhebatdanmendadakakibatkejadian
di lingkunganindividu yang melampauibataskemampuannyauntukbertahan,
mengatasiataumenghindar.
Dapatdisimpulkan trauma
adalahsuatukeadaandimanaseseorangmengalamigangguanbaikfisikmaupunpsikologisakibatk
15
ejadian/pengalamanyang idakmenyenangkan, menyedihkan, menakutkan,
mencemaskandanmenjengkelkanyang menyebabkan rasa
tidakberdayadandirasakanmengancamdiriindividusecaraterusmenerus.
Hipocampusi
16
Proses terjadinya trauma secaraklinisdijelaskandenganterjadisesuatu yang
ditangkapmelaluiindrapadatubuh (Incoming Sensory) yang masukke thalamus yang
bertugassebagaipenafsirataupenerjemahterhadapinformasikemudiandikirimkankehipocampus
idanAmigdalasecarabersamaan. Pada hippocampus merupakanbagian yang
menyimpanmemorijangkapanjangamigdala. Amigdalabertanggungjawabterhadaprespon yang
harusdikeluarkan, selainituamigdala juga
bertanggungjawabterhadapperilakuuntukbertahanhidupindividudanmelindungidirisehinggater
jadigerakanrekfleksterhadaprespon. Selainituamigdala juga
menyimpanresponterhadapmemoritertentusehinggaindividuakanbergerakotomatisterhadapran
gsangan yang sama. Saat orang memilikikririsdan trauma,
hippocampusitidakdapatberperasidenganbenarsehinggatidakdapatsehinggasaatpemprosesanin
formasikepadaamigdala yang salahmengakibatkanamigdalamemicuhormon adrenalin yang
banyakterhadapperistiwa yang tidakmengancamsekalipun.
Layanankonselingtraumatiksebenarnyadibutuhkanolehindividu yang
pernahmengalamikejadianmenakutkandalamhidupnyadengantujuanuntukmenstabilkanemosi
nya agar bisahidupdengantenang, damaidantentram.
Konselingtraumatikadalahupayakonseloruntukmembantukonseli yang mengalami trauma
melalui proses
hubunganantarpribadisehinggakonselidapatmemahamidirisehubungandenganmasalah trauma
17
yang dialaminyadanberusahauntukmengatasinyajikaterjadiperistiwadikemudianhari
(Nurihsan, 2009).
18
19
BAB 4
A. Capaian Pembelajaran
1. Bimbingan Kelompok
20
Banyak ahli yang merumuskan pengertian bimbingan kelompok, diantaranya
sebagai berikut: Menurut Achmad (Winkel 2006: 17) juga menyatakan bahwa
“Bimbingan kelompok merupakan bantuan yang dilaksanakan dalam situasi kelompok”.
Bimbingan kelompok dapat berupa pencapaian informasi ataupun aktivitas kelompok
membahas masalah-masalah pendidikan, pekerjaan, pribadi dan sosial.
2. Konseling Kelompok
Kelompok adalah berkumpulnya sejumlah orang yang saling berkaitan satu sama
lainnya yang terikat oleh tujuan bersama dalam peranan mereka masing-masing atau
mereka senasib-sepenanggungan.
21
Menurut Tohirin (2013:172) “layanan konseling kelompok dapat dimaknai
sebagai upaya pembimbing atau konselor membantu memecahkan masalah-masalah
pribadi yang dialami masing-masing oleh anggota kelompok melalui kegiatan kelompok
agar tercapai perkembangan yang optimal”.Sedangkan konseling kelompok menurut
Prayitno dan Erman Amti (2004:311) adalah “Layanan konseling perorangan yang
dilaksanakan dalam suasana kelompok dalam suasana yang hangat, terbuka, permisif dan
penuh keakraban”.
22
konseling kelompok merupakan bantuan yang diberikan oleh seorang pendamping atau
konselor kepada anggota kelompok (klien/korban trauma) yang memanfaatkan dinamika
kelompok untuk membantu individu meningkatakan pemahaman individu tentang diri
sendiri dan hubungannya dengan orang lain (berusaha untuk menghasilkan perubahan-
perubahan dalam diri sendiri, tentang sikap dan prilaku berkaitan dengan trauma yang
mungkin sedang dialami oleh anggota kelompok).
3. Konseling Individual
23
defined by NBCC as ‘thepractice of proffesional counseling and information delivery that
occurswhen client and counselor are in separate or remote locations and utilize
electronic means to communicate over the internet.’ This definition would
seem to include Web pages, email, and chat rooms but not telephones and
faxes (Rosemarie S. Hughes, 2000).
4. Layanan Informasi
Selanjutnya Ifdil (2008) menjelaskan bahwa tujuan layanan informasi ada dua
macam yaitu secara umum dan khusus.Secara umum adalah agar terkuasainya informasi
tertentu sedangkan secara khusus terkait dengan fungsi pemahaman (paham terhadap
informasi yang diberikan) dan memanfaatkan informasi dalam penyelesaian masalahnya.
Layanan informasi menjadikan individu mandiri yaitu memahami dan menerima diri dan
lingkungan secara positif, objektif dan dinamis, mampu mengambil keputusan, mampu
mengarahkan diri sesuai dengan kebutuhannya tersebut dan akhirnya dapat
mengaktualisasikan dirinya.
24
kegiatan atau usaha untuk membekali konseli/ korban trauma tentang berbagai macam
pengetahuan atau informasi yang relevan supaya mereka mampu mengambil keputusan
secara tepat dalam kehidupannya untuk pencapaian pengembangan diri secara optimal
guna mencapai kualitas hidup yang lebih baik dengan terbebas dari masalah trauma yang
mungkin dialaminya.
25
2. Cognitive Behavior Therapy(CBT)
CBT digunakan ketika ada distorsi kognitif dan perilaku penghindaran. CBT
dilakukan denganrestrukturisasi kognitif dan exposure. Klien dengan stress trauma yang
memiliki keyakinan negative menggunakan Eye Movement Desensitization and
Reprocessing (EMDR). Selanjutnya setelah secara kognitif tidak ada lagi distorsi kognitif
dilanjutkan dengan exposure. Dalam hal ini melibatkan dukungan sosialnya yaitu teman
atau relasi terdekat untuk mendampinginya selama proses tersebut.
3. Telenursing
Setelah EFT dan rangkaian konseling telah dilakukan, maka masuk pada reentry
phase untuk mengetahui keberhasilan penanganan dengan melihat proses kognitif,
emosional dan kemampuan untuk membuat keputusan sendiri, bertumbuh, berubah dan
memiliki arahan-arahan baru dalam hidupnya. Maka dibutuhkan suatu media untuk
proses penanganan aspek psikologis traumatic yang tidak singkat melainkan merupakan
proses yang relatif panjang. Sehingga perlu dirancang sebuah strategi penanganan
traumatik untuk mengatasi masalah psikologis yang berkelanjutan dengan menggunakan
suatu sistem teknologi modern.
26
nama telenursing. Telenursing berarti pemberian perawatan secara berkelajutan untuk
klien dan biasanya pada mereka dalam kondisi kronik (Hardin, 2001). Telenursing
meliputi pengumpulan data klinik pasien dan penggunaan video-imaging untuk
memberikan perawatan berkelanjutan dan edukasi pada klien.
27
28
Bab 5
Etika Menjadi Pendamping dalamPendampingan Konseling Traumatik
A. Capaian Pembelajaran
Setelah membahas BAB V diharapkan mahasiswa sebagai calon pendamping dalam
Pelaksanaan Konseling Traumatik dapat menjelaskan :
1. Pengertian etika
2. Etika pendamping dalam pelaksanaan konseling traumatik
B. Pengertian Etika
Standar etika itu muncul dari pengakuan individu yang mewakili profesi dan
melakukan upaya-upaya sebagai bentuk penghormatan para anggota profesi tersebut melalui
asosiasi yang menaunginya. Komunikasi serta kinerja yang ada di dalam tubuh organisasi
profesi dikawal dan dipandu oleh standar (kode etik) yang bertindak untuk meminimalkan
atau mencegah hal-hal yang merugikan organisasi profesi itu sendiri, para praktisi profesi,
akademisi atau ilmuwan, serta individu yang dilayani profesi tersebut. Sebuah profesi tanpa
standar etika justru perlu dipertanyakan kredibilitasnya.
Oleh karena itu, konselor harus peka terhadap isu-isu yang berkembang dari ranah
politik dan birokrasi yang mengatur profesionalisasi dalam konseling. Konselor perlu
menaruh kepedulian lebih terhadap standar etika profesional. Konselor perlu dididik seperti
apa praktik yang dianggap diterima dan kompeten dalam bidang konseling secara umum,
maupun praktik konseling secara khusus. Konselor harus tahu kapan dilema etika timbul
29
sehingga mereka dapat membuat keputusan dan etis dalam praktek konseling tersebut. Hal
ini berarti seorang konselor harus sejak awal mengenali kode etik dalam bertindak
agarmelahirkan perilaku yang etis pula dalam setiap pengambilan keputusan. Sehingga mutu
pelayanan bimbingan dan konseling porofesional bisa diwujudkan.
Dapat disimpulkan etika adalah prinsip-prinsip atau aturan mengenai tingkah laku
yang didasarkan pada kaidah standar yang mengatur hubungan antar individu.
Keefektifan konselor berhubungan dengan pengetahuan etik dan tingkah laku mereka
(Welfel dalam Gladding, 2012). Kinerja konselor tercermin pada seberapa besar konselor
tersebut mengamalkan pemahaman etik yang mereka miliki. Seringkali konselor
dihadapkan dengan dilema etis, kontraversi yang muncul akibat perbedaan pemahaman
mengenai standar moralitas seringkali mewarnai praktik konseling. Konselor perlu menaruh
kepedulian lebih terhadap standar etika profesional. Konselor perlu dididik seperti apa
praktik yang dianggap diterima dan kompeten dalam bidang konseling secara umum,
maupun praktik konseling secara khusus. Konselor harus tahu kapan dilema etika timbul
sehingga mereka dapat membuat keputusan dan etis dalam praktek konseling tersebut, hal
ini berarti seorang konselor harus sejak awal mengenali kode etik dalam bertindak sehingga
melahirkan perilaku yang etis pula dalam setiap pengambilan keputusan.
30
Etika Pendamping adalah tata krama untuk bersikap dan berperilaku bagi fasilitator
yang dilandasi nilai-nilai universal ”.
Selanjutnya, dalam bekerja dengan anak-anak, relawan dan organisasi tempat relawan
berafiliasi terikat pada pedoman atau kode etik berperilaku. Beberapa hal yang perlu
dilakukan oleh pendamping dalam konseling traumatik sebagai berikut :
a. Perlakukan setiap anak dengan hormat, sabar, sopan, bermartabat, berintegritas, dan
penuh pertimbangan.
b. Siapkanlah sebuah tempat yang aman untuk berkegiatan dengan anak-anak, seperti
“ruang ramah anak” sesegera mungkin dan lakukan kegiatan yang dapat menormalkan
kehidupan anakanak untuk memberikan mereka rasa aman, terstruktur dan dapat
diprediksi. Sebisa mungkin memberikan kegiatan untuk membantu kembali normal.
c. Lakukan aktivitas yang memberikan kesempatan pada anak untuk mengekspresikan
perasaan atau pengalaman mereka sebanyak mungkin jika anak sudah siap.
d. Hormati budaya dan kebiasaan setempat.
e. Dengarkan anak dan orang dewasa sebelum bertindak. Pastikan kegiatan dilakukan
berdasarkan hasil konsultasi dengan komunitas yang terdampak bencana.
f. Lakukan intervensi yang sesuai dengan tahapan perkembangan anak.
g. Memaksa anak untuk menggambar, bermain, atau mengekspresikan perasaan mereka
terkait peristiwa traumatis bencana yang mereka alami. Memunculkan aspek emosi yang
terlalu dini dapat menimbulkan stres yang bisa membuat kondisi anak bertambah buruk.
Selain itu, melakukan permainan yang terlalu diarahkan atau tidak memberikan ruang
bebas berekspresi, dapat mengurangi kapasitas kontrol/ otonomi yang diperlukan anak
untuk proses pemulihan.
31
h. Menyentuh atau berbicara dengan anak dengan cara yang bernuansa seksual atau tidak
pantas.
i. Memukul, menampar, atau menarik anak untuk mengkontrol atau menghukumnya. j.
Mempermalukan, merendahkan, mengejek, atau mengancam anak.
j. Menerima atau memberikan hadiah dari/kepada anak tanpa sepengetahuan orang tua atau
wali mereka.
k. Merokok ketika berkegiatan dengan anak.
l. Mengkonsumsi alkohol atau berada dibawah pengaruh NAPZA ketika berkegiatan
dengan anak.
Adapun beberapa hal yang perlu diperhatikan jika seseorang menjadi seorang
pendamping dalam pelaksanaan Konseling Traumatik :
32
kaunselor hanyut dalam suasana klien akan sulit memerankan kaunselor yang
profesional, begitu juga bila tidak tepat waktu memberikan arahan ketegasan
maka kaunseling akan tidak efektif. Karena empati ini adalah kemampuan
kaunselor untuk merasakan apa yang dirasakan klien. Ketika seseorang merasa
dirinya hampa, sedih dan tidak tahu harus melakukan apa, maka dukungan orangorang
dan empati itu datang dari professional merupakan hal yang sangat penting.
Rasa percaya menjadi modal awal untuk melakukan proses pendampingan pemberian
dukungan psikososial. Hubungan awal yang terjalin dengan baik akan menjamin
adanya keterbukaan antara anak dan relawan pendamping. Keterbukaan ini akan
membantu relawan menfasilitasi anak dalam mengatasi masalahya atau memenuhi
kebutuhannya. Relawan bisa melakukan beberapa hal dibawah ini untuk membangun
kedekatan dengan anak:
33
Bab 7
Persiapan Pendamping dalam Pendampingan KonselingTraumatik
A. CapaianPembelajaran
Lakukan segala sesuatu yang bisa membuat orang yang mengalami situasi sulit
atau terkenabencana agar dapat merasa aman.
Caranya:
34
Pastikan orang yang memerlukan dukungan dengan membawanya ke tempat yang aman,
halini akan meningkatakan kondisi fisik maupun emosionalnya. Adapun tindakan yang
bisadilakukan adalah sebagai berikut:
Sediakan informasi tentang kegiatan layanan yang tersedia dan bisa diakses.
Informasi yang terpercaya akan menghindarkan orang yang memerlukan dukungan akan
paparan informasi yang menyesatkan atau akan menyebabkan orang yang memerlukan
dukungan merasa sedih yang berlebihan. Informasi ini dapat berupa:
1) Kegiatan dan rencana apa saja yang akan dilakukan oleh pihak-pihak penyedialayanan.
Hal ini akan memberikan dampak positif kepada para orang yangmemerlukan dukungan
karena mereka tidak akan merasa sendiri di situasi yang sulit
2) Layanan-layanan apa yangtersedia dan dapat diakses oleh orang yang
memerlukandukungan. Reaksi-reaksi psikologis setelah mengalami situasi sulit atau
bencana.Tekankan bahwa yang mereka alami merupakan reaksi yang sewajarnya dalam
situasiyang luar biasa (bencana). Dengan memahami reaksi-reaksi ini para orang
yangmemerlukan dukungan tidak akan merasa aneh atau hanya dirilah yang
merasakansituasi sulit ini.
3) Informasi tentang cara-cara yang dapat dilakukan untuk mengatasinya
Ada beberapa kalimat yang perlu dihindari para penyedia layanan PFA saat
menjalinkomunikasi dengan orang yang memerlukan dukungan:
35
b. Fasilitasi Keberfungsian
Dorong orang untuk berfungsi kembali, dalam artian dia bisa berpikir dengan relative
lebih jernih memahami situasi yang terjadi dan apa saja yang dapat dia lakukan untuk
mengatasi masalah yang ada. Cara yang bisa dilakukan untuk memfasilitasi keberfungsian
antara lain:
Setelah bencana terjadi, hal yang ingin kita lakukan adalah kembali 'Normal'.
Kembali normal bukan sekedar berarti kembali ke kondisi yang samaseperti sebelumnya,
tetapi juga kembali dapat menjalani kehidupan sebagai pribadi yang utuh.
Ada beberapa hal yang bisa dilakukan dalam rangka menfasilitasi proses pemulihan,
antaralain adalah:
36
4) Mendiskusikan rencana tindak lanjut
5) Fasilitasi rencana tindak lanjut tersebut.
Perlu disadari bahwa PFA adalah layanan awal dimana tidak semua masalah bisa
diselesaikanoleh seorang penyedia layanan.Oleh karena itu menjadi penting untuk
menghubungkannya ke dalam layanan yang Iebih kolaboratif. Layanan-layanan lain yang
diperlukan antara Iain:
1) Layanan medis
2) Layanan kesehatan mental.
37