Disusun Oleh :
Nama : Lidya Munawarah Siregar
Nim : 1193151026
Kelas : BK Reguler C
10 Abstrak Penelitian
Tujuan Penelitian (1) Mengetahui gambaran resiliensi korban bullying dan
pelaksanaan bimbingan pribadi sosial.
(2) Mengembangkan modul layanan bimbingan pribadi
sosial yang valid, menarik, dan praktis untuk
meningkatkan resiliensi siswa korban bullying.
(3) Mengembangkan modul bimbingan pribadi sosial
yang dapat meningkatkan resiliensi siswa korban
bullying
Subjek Penelitian Peserta didik SMK Negeri 2 Kendari
Abstract: The objectives of the research are: (1) To discover the description of
resilienciesof bullying victims and implementation of social personal guidance, (2) To
develop social personal guidance module which is valid, interesting, and practical to
improve resiliencies of the students as bullying victims (3) To develop social personal
guidance module in improving resiliencies of the students as bullying victims. The study
is Research and Development approach or Borg & Gall development model wich had
been modified with data collection techniques conducted through questionnaire, scale,
and (FGD). The results of the research reveal that (1) Bullying behaviors are still often
discovered, it shows that there are many students who were unable to escape from the
unfortunate situation, so social personal guidance module to improve resiliencies of the
students as bullying victims is very needed in school, (2) The module produced is valid,
interesting, and practical based on the assessment conducted by two of Guidance
Counseling experts. (3) The implementation of social personal guidance module can
improve resiliencies of the students as bullying victims.
Copyright © 2017 Universitas Negeri Makassar.. This is an open access article under the
CC BY- NC-ND license (http://creativecommons.org/licenses/by-nc-nd/4.0/).
83 | Jurnal Psikologi Pendidikan & Konseling Vol. 3
No. 1 Juni 2016
PENDAHULUAN ada yang mampu bertahan dan pulih
secara efektif namun ada pula individu yang
Budaya bullying (kekerasan) atas nama gagal karena tidak berhasil keluar dari situasi
senioritas masih terus terjadi dikalangan yang tidak menguntungkan. Di SMK Negeri 2
peserta didik. Karena meresahkan, pemerintah Kendari, seringkali ditemukan korban bullying
didesak segera menangani masalah ini secara yang tidak mampu untuk keluar dari situasi
serius. Bullying adalah suatu bentuk kekerasan yang tidak menguntungkan tersebut. Siswa
anak (child abuse) yang dilakukan teman yang menjadi korban cenderung menjadi malas
sebaya kepada seseorang (anak) yang lebih masuk ke sekolah, sering bolos, tidak mampu
„rendah‟ atau lebih lemah untuk mendapatkan beradaptasi sebagaimana sebelum menjadi
keuntungan atau kepuasan tertentu. korban, tidak mampu menonjolkan kembali
(Olweus, 1995 dalam Sari & Agung potensi diri, cenderung takut bila akan
2015: 32) men-deskripsikan bullying sebagai berhadapan dengan pelaku bullying, takut
suatu perilaku yang disengaja terjadi berulang- pulang sendiri, dan memilih untuk lebih banyak
ulang dan adanya penyalah-gunaan kekuasaan menyendiri. Menurut Ida dan Komang (2014),
dari pelaku. Siswa yang mendapatkan perilaku dalam penelitiannya, terhadap 176 anak
tersebut umumnya tidak memiliki keberanian sekolah di Bali, korban “bullying” akan
untuk melawan temannya yang lebih kuat mengalami kesulitan dalam bergaul, merasa
sehingga mereka lebih banyak diam ketika takut datang ke sekolah sehingga absensi
dijahili, diejek, atau ketika mendapat kekerasan mereka tinggi dan tertinggal pelajaran, dan
dari temannya (Coloroso, 2007 dalam Sari & mengalami kesulitan berkonsentrasi sehingga
Agung 2015: 32). akan berdampak pada prestasi belajarnya.
Menurut data yang dilansir dari Komisi (Glew, dkk, 2005 dalam Wahyuni & Asra 2014:
Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) bahwa 2) menemukan bahwa siswa yang menjadi
saat ini kasus bullying menduduki peringkat korban bullying memiliki prestasi akademik
teratas pengaduan masyarakat. Dari 2011 yang rendah, merasa tidak aman di sekolah,
hingga agustus 2014, KPAI mencatat 369 merasa tidak memiliki sekolahnya, dan merasa
pengaduan terkait masalah tersebut. Jumlah itu sedih, dibandingkan siswa yang tidak menjadi
sekitar 25% dari total pengaduan di bidang korban bullying.
pendidikan sebanyak 1.480 kasus. Bullying Ketidaksanggupan untuk bangkit dari
yang disebut KPAI sebagai bentuk kekerasan di situasi tidak mengenakkan yang pernah
sekolah, mengalahkan tawuran pelajar, diperoleh korban bullying merupakan sebuah
diskriminasi pendidikan, ataupun aduan masalah yang perlu ditangani secara serius di
pungutan liar (Komisi Perlindungan Anak samping kasus-kasus lain yang terjadi di SMK
Indonesia, 2014). Negeri 2 Kendari. Melalui sentuhan BK, maka
Siswa SMK Negeri 2 Kendari terdiri dari diharapkan siswa mampu bangkit atas
berbagai macam latar belakang kehidupan keterpurukan yang dialaminya. Adapun
yang berpotensi menimbulkan kejadian bullying. fenomena dimana individu mampu untuk keluar
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru BK dari situasi negatif, sehingga ia dapat bangkit
ditemukan bahwa bullying merupakan sebuah dan pulih kembali dikenal dengan istilah
kasus yang sering terjadi. Berdasarkan buku resiliensi oleh Tugade & Fredrikson (Tatyagita
catatan kasus sejak 2012 sampai pertengahan & Handayani 2014: 17).
2015, kejadian bullying di sekolah ini sebanyak Resiliensi berarti kemampuan untuk
87 kasus, seperti mengejek, memanggil teman pulih kembali dari suatu keadaan, kembali ke
dengan nama hewan, memberi label kepada bentuk semula setelah dibengkokkan, ditekan,
teman, memalak, sampai pada kasus atau diregangkan. Secara sederhana resiliensi
pemukulan. Pelanggaran ini merupakan adalah kemampuan individu untuk bangkit
pelanggaran terbanyak kedua selain kasus kembali dari kondisi terpuruk. Terdapat tiga
pelanggaran tata tertib. sumber resiliensi, yaitu I have, I am dan I can.
Bullying yang sering terjadi adalah Resiliensi dapat ditingkatkan ketika dukungan
umpatan verbal seperti caci-maki, menghina diberikan (I have), ketika kekuatan dari dalam
teman, mengancam, memalak, dan ada pula diri seperti kepercayaan diri, sikap yang optimis,
kasus pemukulan. Adapun korban sasaran sikap untuk menghargai dan empati
bullying tidak memandang jenis kelamin, status dikembangkan (I am) dan ketika kemampuan
sosial, maupun tingkatan kelas. Korban interpersonal dan memecahkan masalah
bullying
diperoleh (Grotberg, 2005 dalam literatur ditemukan bahwa melalui
Tatyagita & Muryantinah 2014: 18). pengembangan modul bimbingan pribadi sosial
Sekolah sebagai lingkungan kritis dapat memberikan kontribusi bagi guru BK
memang sangat strategis untuk yang dapat digunakan untuk membantu
membangun resiliensi siswa. Menurut konseli/siswa dalam mengatasi permasalahan
(Benard dalam Prihastuti 2011) kondisi yang dihadapinya terutama terhadap korban
lingkungan yang perlu diperhatikan pendidik bullying. Hal ini sesuai dengan pendapat
dalam membangun resiliensi siswa, yaitu (Prayitno 2009:
provide caring and support (memberikan 26 dalam Yandri, dkk, 2013: 98) yang
perhatian & dukungan), set and menyatakan bahwa “pelayanan konseling
tertuju kepada kondisi pribadi yang mandiri,
communicate high expectations
sukses dan berkehidupan efektif dalam
(menetapkan & mengkomunikasikan kesehariannya”. Berdasarkan kajian literatur
harapan- harapan yang tinggi tapi realistik, yang dilakukan pula ditemukan bahwa modul
sehingga dapat menjadi motivator yang bimbingan sosial mengandung aspek yang
efektif), dan provide opportunities for dapat dikembangkan dalam bentuk panduan
meaningful participation (memberikan pelaksanaan konseling bagi siswa.
kesempatan untuk patisipasi yang
bermakna). METODE
Upaya-upaya yang dilakukan oleh guru
BK di SMK Negeri 2 Kendari untuk Jenis penelitian ini adalah penelitian
meningkatkan resiliensi bagi korban bullying dan pengembangan (research and
adalah melalui mediasi, pemberian nasihat, development). Sugiyono (2012: 407) metode
serta konseling individu. Akan tetapi hal ini tidak penelitian dan pengembangan adalah metode
mampu memberikan hasil optimal, kasus penelitian yang digunakan untuk menghasilkan
bullying masih sering terjadi dan korban produk tertentu dan menguji keefektifan produk
bullying masih kurang mampu untuk keluar dari tersebut. Model pengembangan yang dilakukan
situasi yang tidak mengenakkan tersebut. dalam penelitian ini adalah model
Dibutuhkan suatu inovasi bagi guru BK untuk pengembangan prosedural. Model prosedural
dapat melakukan layanan bagi korban bullying. merupakan model deskriptif yang
Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah menggambarkan alur atau langkah-langkah
dengan mengoptimalkan kembali pelaksanaan prosedural yang harus diikuti untuk
bimbingan pribadi sosial pada korban bullying. menghasilkan suatu produk tertentu (Setyosari,
Yusuf & Nurihsan (2012: 11), menyatakan 2013: 230. Aryani,2014).
bahwa bimbingan sosial pribadi adalah Model pengembangan ini mengacu pada
bimbingan untuk membantu para individu dalam strategi pengembangan yang dikemukakan oleh
memecahkan masalah-masalah sosial pribadi. Borg and Gall (Mulyataningsih, 2014: 163-165)
Berdasarkan hasil wawancara dengan yang terdiri dari 10 tahapan umum, yaitu: 1)
koordinator BK mengenai upaya peningkatan Riset awal dan pengumpumpulan informasi, 2)
resiliensi ditemukan bahwa salah satu Perencanaan, 3) Penyusunan format model
permasalahan yang dimiliki oleh guru BK awal,
adalah kurangnya materi serta pedoman dalam 4) Melakukan uji coba tahap awal, 5)
bentuk modul untuk mengoperasionalkan Melakukan revisi model utama, 6)
bimbingan pribadi sosial. Tidak terdapat modul- Melakukan uji coba lapangan model utama,
modul yang dapat digunakan sebagai pedoman 7) Melakukan revisi model operasioanal, 8)
untuk menjalankan bimbingan pribadi sosial Melakukan uji model operasional, 9)
kepada siswa. Hal ini diperkuat lagi dengan Melakukan revisi model,
fakta bahwa hal-hal yang berkaitan dengan
upaya pengembangan resiliensi korban bullying
10).Mendesiminasikan
merupakan suatu hal yang masih bersifat baru. dan mengimplementasikan produk .
Berdasarkan fenomena di atas, maka
Adapun teknik pengumpulan data yang
perlu adanya sebuah inovasi dalam praktik
digunakan adalah angket, skala dan Focuss
pelayanan BK sebagai upaya dalam
Grup Discussion (FGD). Teknik analisis data
meningkatkan resiliensi bagi siswa korban
yang digunakan untuk mengolah data penelitian
bullying. Upaya tersebut dapat ditempuh
ini adalah dengan menggunakan analisis
melalui pengembangan modul bimbingan
deskriptif.
pribadi sosial untuk meningkatkan resiliensi
siswa korban bullying. Selain itu, berdasarkan
hasil studi HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian Awal dan Pengumpulan Negeri 2 Kendari tersebut pada
Informasi. Adapun aspek-aspek yang dikaji dasarnya bersifat baik. Strategi tersebut
melalui bagian ini meliputi: ditujukan untuk memberikan pemahaman
a) Karakteristik resiliensi siswa. mengenai bagaimana cara hidup dan bergaul
Berdasarkan hasil wawancara dengan secara efektif bagi siswa. Namun jika
koordinator BK SMK Negeri 2 Kendari dicermati pada dasarnya siswa merupakan
diperoleh informasi bahwa kasus bullying individu yang khas dan unik serta memiliki
sering terjadi. permasalahan yang bervariasi. Olehnya itu
Berdasarkan wawancara dengan salah proporsi layanan BK pribadi sosial di sekolah
seorang korban bullying diperoleh informasi harus diseimbangkan dengan layanan-
tambahan bahwa perilaku bullying yang sering layanan BK lainnya agar kebutuhan siswa
terjadi adalah umpatan verbal seperti caci- sebagai sasaran layanan terlayani secara
maki, menghina teman, mengancam, optimal.
memalak, dan ada pula kasus pemukulan. Hal c) Kajian tentang tingkat kebutuhan
ini kemudian menimbulkan efek ketakutan bagi modul. Telah diuraikan sebelumnya bahwa
korban sehingga korban memutuskan untuk BK pribadi sosial di SMK Negeri 2 Kendari
tidak ke sekolah, pulang lebih cepat tanpa izin secara dominan diselenggarakan melalui
dari guru (membolos), atau pun berpura-pura layanan informasi dan penguasaan
sakit agar diizinkan untuk pulang lebih awal.
konten. Kedua bentuk layanan tersebut
Kondisi ini secara tidak langsung
menggambarkan bahwa resiliensi siswa diselenggarakan secara terjadwal di dalam
rendah sehingga siswa membutuhkan jalan kelas. Adapun layanan- layanan lain
keluar untuk mengentaskan permasalahan diselenggarakan secara insidental sesuai
tersebut. dengan kondisi yang terjadi di lingkungan
Berdasarkan hasil wawancara dengan sekolah. Walaupun telah terjadwal dalam
guru BK lain adalah dari sekian banyak korban pelaksanaannya, namun ternyata hasil dari
bullying ada yang mampu bertahan dan pulih penyelenggaraan kegiatan layanan
secara efektif namun ada pula individu yang tersebut belum dapat terlihat secara
gagal. optimal. Salah satu bukti pendukung
Melihat hasil wawancara diatas maka
pernyataan tersebut adalah adanya fakta
semua siswa pun berpotensi menjadi korban
bullying sehingga perlu penanganan khusus bahwa korban bullying tidak mampu
yang dilakukan perlu diberikan kepada semua beresiliensi secara efektif.
siswa. Penanganan tersebut diupayakan agar Berdasarkan hasil penelusuran melalui
semua siswa mampu bangkit dari situasi buruk wawancara kepada guru BK di sekolah ini
setelah menjadi korban bullying. diperoleh informasi bahwa salah satu kendala
b) Strategi pelaksanaan BK pribadi sosial dalam penyelenggaraan BK pribadi sosial
yang secara khusus berkaitan dengan
di Sekolah. Bidang kehidupan pribadi
kemampuan resiliensi adalah tidak adanya
sosial merupakan bidang pengembangan pedoman yang dapat digunakan oleh guru BK
kehidupan dalam BK yang penting untuk dalam mengoperasionalkan materi tentang
dikembangkan di samping bidang lain resiliensi. Pedoman tersebut dianggap penting
seperti belajar dan karir. Bidang pribadi walaupun pada dasarnya guru BK di sekolah
sosial akan mengarahkan siswa agar tersebut telah paham dengan apa yang
mampu hidup secara efektif dengan dimaksud dengan resiliensi. Hal ini
masyarakat luas. mengakibatkan pemahaman tersebut hanya
Adapun materi layanan yang diberikan menjadi sebatas sebuah konsep dan belum
didominasi tentang bagaimana cara bergaul mampu dituangkan dalam pemberian layanan.
dengan efektif atau etika dalam bergaul. Untuk d) Kajian teoritik. Upaya pengkajian
konseling individual, konseling kelompok, dan teoretik ditempuh melalui studi literatur.
bimbingan kelompok dilakukan secara Studi literatur dilakukan melalui
insidental. Strategi ini dilakukan secara pengumpulan bahan mengenai modul
terjadwal karena di SMK Negeri 2 Kendari BK bimbingan pribadi sosial untuk
telah dialokasikan waktu untuk tatap muka meningkatkan resiliensi. Bahan yang
didalam kelas walaupun hanya diberikan waktu
dikumpulkan yakni mengenai pengenalan
satu jam pelajaran.
Pelaksanaan layanan informasi dan terhadap resiliensi dan bagaimana cara
penguasaan konten yang menjadi tulang mengadministrasikannya dalam layanan
punggung strategi BK pribadi sosial di SMK BK. Selain bahan tentang resiliensi,
dikumpulkan pula bahan yang berkaitan
dengan aspek bimbingan pribadi sosial
khususnya berkaitan dengan bullying.
Bahan diperoleh dari bacaan-
bacaan yang termuat di buku baik itu siswa korban bullying. Rumusan materi
buku cetak maupun buku elektronik, jurnal, disusun berdasarkan masalah yang dialami
prosiding, serta karya-karya ilmiah lain yang oleh siswa. Adapun materi-materi pada modul
telah dipublikasikan sebelumnya. bimbingan pribadi sosial untuk meningkatkan
Berdasarkan kajian pada literatur yang resiliensi siswa dikembangkan dari kebutuhan-
diperoleh, ditemukan bahwa upaya kebutuhan siswa adalah sebagai berikut:
pengembangan modul bimbingan pribadi sosial Apakah bullying itu?, Kenalilah dirimu, Percaya
untuk meningkatkan resiliensi siswa korban pada diri sendiri, Belajar berkata tidak, serta
bullying merupakan salah satu upaya yang Menghadapi dan melaporkan pelaku bully.
dapat dilakukan dalam membantu peningkatan Validasi Ahli. Model hipotetik atau draf
resiliensi siswa. modul yang telah dirancang selanjutnya melalui
Pengembangan produk. tahap penilaian atau validasi dari ahli yang
Pengembangan produk yang dimaksudkan kompeten di bidang BK. Tujuan penilaian ini
merupakan hal-hal yang dipersiapkan untuk adalah untuk mengetahui kelayakan konstruk
menyusun modul bimbingan pribadi sosial dan empirik pada produk yang telah dirancang
yaitu: jenis kegiatan pada tahap perencanaan, sebelum diimplementasikan. Uji kesahihan/
materi yang diprogramkan, tenaga yang kevalidan dilakukan dalam dua bentuk, yaitu
dipersiapkan, serta sarana-prasarana yang kesahihan konstruk dilakukan oleh dua orang
diperlukan untuk kegiatan. ahli BK. Sementara itu, uji kesahihan empiris
Setelah mempertimbangkan aspek- dilakukan dengan melibatkan calon pengguna
aspek tersebut maka langkah selanjutnya modul yakni guru BK.
adalah pembuatan modul. Penyusunan modul Uji kesahihan konstruk dilakukan untuk
bimbingan pribadi sosial untuk meningkatkan mengetahui sejauh mana tingkat kesahihan
resiliensi siswa diawali dengan analisis konstruk modul yang dikembangkan.
kebutuhan yang telah diuraikan sebelumnya. Aspek yang dinilai dalam menguji
Setelah diketahui apa saja kebutuhan yang kesahihan konstruk produk yaitu pada aspek
diperlukan oleh siswa terkait dengan kegunaan, kelayakan, ketepatan, dan isi materi.
pengembangan resiliensi siswa, kemudian Untuk setiap aspek diperoleh skor 24
disusun materi sesuai dengan kebutuhan- pada aspek kegunaan, skor 20 pada aspek
kebutuhan yang terkait dengan modul kelayakan, 19,5 pada aspek ketepatan serta
bimbingan pribadi sosial untuk meningkatkan skor 16,5 pada isi materi.
resiliensi
DAFTAR RUJUKAN
SIMPULAN DAN SARAN
Perilaku bullying di SMK Negeri 2
Aryani, F. (2014). Model Character
Kendari masih sering terjadi, ini terlihat dari Development Training ( CDT ) Untuk
masih banyaknya siswa yang tidak mampu Meningkatkan Perilaku. Jurnal
untuk keluar dari situasi yang tidak Pendidikan Dan Pengajaran, 47(1), 21–
menguntungkan
28.
Komisi Perlindungan Anak Indonesia. 2014.
KPAI : Kasus Bullying dan Pendidikan
Karakter, (Online),
(http://www.kpai.go.id/berita/k
pai- kasus-bullying-dan-pendidikan-
karakter/, Diakses 24 Desember
2015).
Prihastuti, (2011). Profil Resiliensi Pendidik
Berdasarkan Resilience Quetient
Test. Fakultas Psikologi UNAIR:
Jurnal Penelitian dan Evaluasi
Pendidikan. 199-214.
Sari, R.N & Agung, I.M (2015). Pemaafan dan
Kecenderungan Perilaku Bullying pada
Siswa Korban Bullying. Fakultas
Psikologi Universitas Islam Negeri
Sultan Syarif Kasim Riau: Jurnal
Psikologi, 11(1), 32-36.
Setyosari, P. (2013). Metode Penelitian dan
Pengembangan (Edisi Ketiga).
Jakarta: Kencana.
Mulayataningsih, E. (2014). Metode
Penelitian Terapan Bidang
Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Tatyagita, R.R.S. & Muryantinah M.H.
(2014). Resiliensi Pada Remaja
Korban Bullying. Fakultas Psikologi
Universitas Airlangga: Jurnal
Psikologi
Kepribadian dan Sosial, 3(1), 15-22.
Yusuf, S. & Nurihsan, J. (2009). Landasan
Bimbingan dan Konseling. Bandung:
PT Remaja Rosdakarya Offset.
Wahyuni. S & Asra. Y.K (2014). Kecenderungan
Anak Menjadi Pelaku dan Korban
Bullying Ditinjau Dari Kualitas Kelekatan
Dengan Ibu Yang Bekerja. Fakultas
Psikologi UIN Suska Riau: Jurnal
marwah, Vol. XIII, 1-20.
Yandri. H, Dkk. (2013). Pengembangan Modul
Bimbingan Dan Konseling Untuk
Pencegahan Bullying di Sekolah.
Jurusan Bimbingan dan Konseling FIP
UNP: Jurnal Jurnal Ilmiah Konseling.
2(1). 98-106.