Anda di halaman 1dari 42

LAPORAN AKHIR CRITICAL BOOK

REPORT/REVIEW

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN UNTUK PERGURUAN TINGGI

Disusun oleh:

JEREMY MARPAUNG (7213210015)

JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur sayaucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan

rahmat dan berkat-NYA, sehingga saya dapat menyelesaikan critical book review (CBR)

pada mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan. Dalam makalah ini saya menelaah dua buah

buku dengan satu buku utama dan satu buku pembanding.

Dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari petunjuk dan bimbingan serta masukan dari

semua pihak. Untuk itu saya berterimakasih kepada Bapak Parlaungan Gabriel

Siahaan,S.H.,M,Hum. selaku dosen mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan yang

membantu dan memberi pengarahan kepada saya sehingga tugas ini dapat selesai tepat

waktu.

Tak ada gading yang tak retak, begitu juga dengan penulisan makalah ini masih jauh

dari kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan dari

pembaca sekalian. Akhir kata semoga makalah ini bermanfaat bagi kita untuk menambah

wawasan pembaca sekalian.

Medan, 5 maret 2023

Jeremy Marpaung

NIM. 7213210015
DAFTAR ISI
Kata Pengantar........................................................................................................................................

Daftar Isi...................................................................................................................................................
BAB I

PENGANTAR............................................................................................................................................
A. Identitas Biografis Buku Utama..........................................................................................................................

B. Identitas Biografis Buku Pembanding..............................................................................................................


BAB 2

RESUME BUKU.........................................................................................................................................
A. Resume Buku Utama..............................................................................................................................................

B. Resume Buku Pembanding..................................................................................................................................


BAB 3

KEUNGGULAN BUKU..............................................................................................................................
A. Keunggulan Buku Utama......................................................................................................................................

B. Keunggulan Buku Pembanding.........................................................................................................................


BAB 4

KELEMAHAN BUKU.................................................................................................................................
A. Kelemahan Buku Utama.......................................................................................................................................

B. Kelemahan Buku Pembanding...........................................................................................................................


BAB 5

HASIL ANALISIS.......................................................................................................................................
BAB 6

SIMPULAN DAN SARAN.........................................................................................................................


A. Kesimpulan................................................................................................................................................................

B. Saran............................................................................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................................
BAB 1
PENGANTAR

A. Identitas Buku

Buku Utama
Judul Pendidikan Kewarganegaraan Untuk Perguruan Tinggi
Dr.Osbeth Sinaga, M.si, Apiek Gandamana, S.Pd.,M.Pd. dan Tim
Penulis
Dosen Pendidikan Kewarganegaraan
Penerbit CV. Harapan Cerdas

Tahun Terbit 2023

ISBN 978-602-5799-42-6

Jumlah Halaman 170 Hal


Edisi 1

Buku Pembanding
Judul Pendidikan Kewarganegaraan Untuk Perguruan Tinggi

Penulis Sulaiman,MA

Penerbit Yayasan Pena Banda Aceh

Tahun Terbit 2016

ISBN 978-602-1620-46-5

Jumlah Halaman 160 Hal


Edisi 1
B. Relevansi dan kontribusi pemahaman dan pengetahuan mahasiswa
terhadap kajian mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan
Pendidikan kewarganegaraan atau PKN secara umum merupakan bentuk pendidikan yang
mengingatkan akan pentingnya nilai-nilai hak dan kewajiban warga negara supaya mereka
menjadi warga negara yang berpikir tajam dalam hidup bermasyarakat dan bernegara.
PKN memiliki peran penting bagi para generasi muda yang akan menjadi warga negara
sepenuhnya. Sebab PKN mengajarkan sikap saling menghargai keragaman, pembelajaran
kolaboratif, dan kreatifitas. Sebagai suatu metode pendidikan, Pendidikan kewarganegaraan
pada hakikatnya didasarkan pada nilai-nilai yang terkandung di dalam Pancasila sebagai
kepribadian bangsa demi meningkatkan serta melestarikan keluhuran moral dan perilaku
masyarakat yang bersumber pada budaya bangsa yang ada sejak dahulu kala. Nilai-nilai
tersebut diharapkan dapat menjadi cermin bagi warga negara sebagai bentuk jati diri yang
terwujud dalam berbagai tingkah laku di dalam kehidupan keseharian masyarakat. Oleh karena
itu, PKN harus di terapkan sejak di setiap jejang pendidikan sejak usia dini hingga pada
perguruan tinggi demi menghasikan penerus bangsa yang kompeten dan ber akhlak.
BAB 2
RINGKASAN BUKU

Ringkasan Buku Utama :

Bab 1
Hakikat Pendidikan Kewarganegaraan

 Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan


Pendidikan Kewarganegaraan dibentuk oleh dua kata, ialah kata “Pendidikan” dan kata
“kewarganegaraan”. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 Ayat (1) defenisi Pendidikan sebagai berikut :
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. (UU No. 20 Tahun 2003
Pasal 1)
Nu’man somantri (somantri, 2001) mendefenisikan Pendidikan kewarganegaraan sebagai
seleksi dan adaptasi dari lintas ilmu-ilmu sosial, ilmu kewarganegaraan, humaniora, dan
kegiatan-kegiatan dasar manusia yang diorganisasikan dan disajikan secara psikologis dan
ilmiah untuk ikut mencapai tujuan Pendidikan.
Menurut Azis Wahab (Cholisin, 2000:18), Pendidikan kewarganegaraan merupakan media
pengajaran yang meng indonesiakan para siswa secara sadar, cerdas, dan penuh tanggung
jawab. karena itu, program Pendidikan kewarganegaraan memuat konsep-konsep umum
ketatanegaraan, politik dan hukum negara, serta teori umum yang lain yang cocok dengan target
tersebut.
Berdasarkan beberapa pendapat diatas, dapat di simpulkan pengertian Pendidikan
kewarganegaraan adalah mata pelajaran atau mata kuliah yang membentuk peserta dididk
menjadi warga negara yang berkarakter, cerdas, terampil, dan bertanggung jawab sehingga
dapat berperan aktif dalam masyarakat, bangsa, dan negara, sesuai ketentuan Pancasila dan
UUD NRI 1945.

 Landasan Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan


Landasan/ dasar pembelajaran Pendidikan kewarganegaraan di perguruan tinggi adalah :
1. Landasan Idil, yaitu Pancasila
Pancasila merupakan ideologi bangsa Indonesia. Ideologi adalah seperangkat nilai yang
mengarahkan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. ideologi disebut juga dengan “a
guiding principles” atau prinsip yang menuntun. Pancasila bertujuan untuk menciptakan
individu yang memiliki, keimanan, dan ketaqwaan (sila ke-1), rasa kemanusiaan (sila ke-2),
rasa nasionalisme yang menciptakan integrasi bangsa (sila ke-3), selalu mengutamakan
bermusyawarah dalam menyelesaikan permasalahan (sila ke-4), dan menjunjun nilai keadilan
(sila-ke 5).
2. Landasan ilmiah
Setiap warga negara diharapkan dapat berperan aktif dalam masyarakat agar berguna bagi
bangsa dan negaranya, serta mampu mengantisipasi perkembangan dan perubahan zaman di
masa yang akan datang . Untuk itu sangat diperlukan penguasaan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang berlandaskan nilai-nilai keagamaan/spiritual, nilai-nilai moral, nilai-nilai
kemanusiaan, dan nilai kepribadian budaya bangsa Indonesia yang tertuang dalam Pancasila
dan UUD NRI 1945. Tujuan utama Pendidikan kewarganegaraan untuk menumbuhkan
wawasan dan kesadaran bernegara serta membentuk sikap dan perilaku cinta tanah air,
nasionalisme, berkepribadian Indonesia yang berlandaskan Pancasila dan UUD NRI 1945.
3. Landasan Yuridis/Hukum
1. Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia (UUD NRI) 1945
a. Pasal 31 ayat (5) amandemen ke 4 yang berbunyi “pemerintah memajukan ilmu
pengetahuan dan teknologi dengan menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan
persatuan bangsa untuk kemajuan peradaban serta kesejahteraan umat manusia”.
Salah satu sarana untuk mewujudkan tujuan tersebut adalah Pendidikan
kewarganegaraan.
b. Pasal 30 ayat (1) menyatakan bahwa “tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut
serta dalam usaha pembelaan negara”. salah satu cara untuk mewujudkan bela
negara adalah Pendidikan kewarganegaraan
2. UU No 20 Tahun 2003 tentang system Pendidikan nasional (sisdiknas)
a. Pasal 37 ayat (1) menyatakan bahwa “kurikulum Pendidikan dasar dan menengah
wajib memuat Pendidikan agama, Pendidikan kewarganegaraan, dan Bahasa”.
b. Pasal 37 ayat (2) menyatakan bahwa “kurikulum Pendidikan tinggi wajib memuat
agama, Pendidikan kewarganegaraan, dan Bahasa”.
3. UU No 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi
Pasal 35 ayat (3) menyatakan bahwa “kurikulum Pendidikan tinggi wajib memuat mata
kuliah Pendidikan agama, Pancasila, kewarganegaraan dan Bahasa Indonesia”.
4. Keputusan Direktur jenderal Pendidikan Tinggi Kementrian Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 84/E/KPT/2020 tentang pedoman pelaksanaan
Mata kuliah Wajib pada kurikulum Pendidikan Tinggi.

 Tujuan Pendidikan kewarganegaraan


Tujuan Pendidikan kewarganegaraan menurut kosasih Djahiri (1995:10) adalah sebagai
berikut, secara umum tujuan Pendidikan kewarganegaraan harus ajeg dan mendukung
keberhasilan pencapaian Pendidikan nasional. Secara khusus, tujuan Pendidikan
kewarganegaraan yaitu membina moral yang diharapkan diwujudkan dalam kehidupan sehari-
hari yaitu perilaku yang memancarkan iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dalam
masyarakat yang terdiri dari berbagai golongan agama, perilaku yang bersifat kemanusiaan
yang adil dan beradab, perilaku yang mendukung kerakyatan yang mengutamakan kepentingan
Bersama diatas kepentingan perseorangan dan golongan sehingga perbedaan pemikiran
pendapat atau pun kepentingan diatasi melalui musyawarah mufakat, serta perilaku yang
mendukung upaya untuk mewujudkan keadilan sosial seluruh rakyat Indonesia.
Bab II
Identitas Nasional

 Pengertian identitas nasional


Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), "nasional" berarti bersifat kebangsaan;
berkenaan atau berasal dari bangsa sendiri: meliputi suatu bangsa. Dalam konteks pendidikan
kewarganegaraan, identitas nasional lebih dekat dengan arti jati diri yakni ciri-ciri atau
karakeristik, perasaan atau keyakinan tentang kebangsaan yang membedakan bangsa Indonesia
dengan bangsa lain. Apabila bangsa Indonesia memiliki identitas nasional maka bangsa lain
akan dengan mudah mengenali dan mampu membedakan bangsa Indonesia dengan bangsa lain
(Nurwardani et.al, 2016:28).
Identitas nasional yang berasal dari kata "national identity" "dapat diartikan sebagai
"kepribadian nasional" atau "jati diri nasional". Kepriba dian nasional atau jati diri nasional
adalah jati diri yang dimiliki oleh suatu bangsa. Kepribadian atau jati diri bangsa Indonesia
akan berbeda dengan kepribadian atau jati diri bangsa Amerika, Inggris, dan lain-lain.
Kepribadian atau jati diri nasional itu kita adopsi dari nilai-nilai budaya dan nilai-nilai agama
yang kita yakini kebenarannya. Jika ada orang yang mengatakan bahwa bangsa Indonesia
adalah bangsa yang beradab, bangsa yang berbu- daya, bangsa yang beretika, maka itulah yang
kita katakan kepribadian atau jati diri nasional bangsa Indonesia.
Dari beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa identitas nasional (national
identity) adalah kepribadian nasional atau jati diri nasional yang dimiliki suatu bangsa yang
membedakan bangsa satu dengan bangsa yang lain.

 Konsep Bangsa Indonesia


Pengertian bangsa, dalam bahasa Inggris, bangsa berasal dari kata nation, Nation artinya
bangsa, wangsa, atau trah (Jawa). Secara umum pengertian bangsa telah didefinisikan oleh para
ahli mereka mengatakan bahwa pengertian bangsa adalah kumpulan manusia yang biasanya
terikat karena kesatuan bahasa dan wilayah tertentu di muka bumi. Sedangkan pengertian
bangsa menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah orang yang bersamaan asal
keturunan, adat, bahasa, dan sejarahnya, serta berpemerintahan sendiri.
Nation dalam bahasa Indonesia, diistilahkan bangsa, yaitu orang- orang yang bersatu karena
kesamaan keturunan. Sebaliknya, dalam arti bahasa Inggris dapat dicontohkan seperti wangsa,
trah (Jawa), dan marga (Batak), misalnya wangsa Syailendra, trah Mangkunegara, marga
Situmorang. Mereka menjadi satu bangsa karena berasal dari keturunan yang sama.
Bangsa Indonesia adalah bangsa yang majemuk, terdiri dari berbagai suku bangsa, adat
istiadat, bahasa daerah, serta agama yang berbeda-beda. Selain kebudayaan kelompok suku
bangsa, masyarakat Indonesia juga terdiri dari berbagai kebudayaan daerah bersifat
kewilayahan yang merupakan pertemuan dari berbagai kelompok kebudayaan suku bangsa
yang ada di daerah tersebut. Setiap suku bangsa di Indonesia mempunyai kebiasaan hidup yang
berbeda-beda. Demi persatuan dan kesatuan, keanekaragaman ini merupakan suatu kekuatan
yang tangguh dan mempunyai keunggulan dibandingkan dengan negara lainnya. Dengan
semboyan Bhineka Tunggal Ika, keragaman suku bangsa dan budaya merupakan salah satu
modal dasar dalam pembangunan (Pimpinan MPR dan Tim Kerja Sosialisasi MPR Periode
2009-2014 dalam Tukiran Taniredja et al, 2017:19).

 Unsur-unsur pembentuk identitas Nasional


Dilihat dari proses lahirnya identitas nasional, maka identitas
nasional itu sendiri dapat dibagi menjadi 2 (dua) bagian, yaitu:
1. Identitas kesukubangsaan (identity cultural unity) Cultural unity merujuk pada bangsa
dalam pengertian kebudayaan atau bangsa dalam arti sosiologis dan antropologis.
Cultural unity disatukan oleh adanya kesamaan ras, suku, agama, adat budaya,
keturunan, dan daerah asal.
2. Identitas kebangsaan (identity political unity) Political unity merujuk pada bangsa dalam
pengertian politik, yaitu bangsa-bangsa. Kesamaan primordial dapat saja menciptakan
bangsa tersebut untuk bernegara, namun dewasa ini negara yang relatif homogen yang
hanya terdiri dari suatu bangsa tidak banyak terjadi.
Beberapa bentuk identitas nasional Indonesia dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Bendera Negara Sang Merah Putih
2. Bahasa Negara Bahas Indonesia
3. Lambang Negara Garuda Pancasila
4. Lagu Kebangsaan Indonesia Raya
5. Pancasila Sebagai Dasar Negara
6. UUD NRI sebagai konstitusi (hukum dasar) negara
7. Bhinekka Tunggal Ika sebagai semboyan negara
8. Bentuk negara adalah kesatuan Republik Indonesia
9. Konsepsi Wawasan Nusantara
10. Kebudayaan daerah yang telah diterima sebagai kebudayaan nasional.

 Identitas Nasional Indonesia sebagai karakter bangsa


Karakter berasal dari bahasa latin "kharakter", "kharassein", dan "kharax" yang maknanya "tool
for making", "to engrave", dan "pointed stake" yang dalam bahasa Perancis menjadi "caractere"
yang kemudian menjadi bahasa Inggris "character", sedangkan dalam bahasa Indonesia dikenal
"karakter" (Elmubarok dalam Tukiran Taniredja et al, 2017:38). Dalam arti luas karakter berarti
sifat kejiwaan, akhlak, budi pekerti, tabiat, dan watak yang membedakan seseorang dengan
orang lain. Dengan demikian, karakter bangsa dapat diartikan dengan watak atau sifat khas dari
bangsa Indonesia yang membedakan bangsa Indonesia dengan bangsa lainnya.
Bab III
Integrasi Nasional

 Pengertian Integrasi Nasional


Integrasi nasional adalah upaya menyatukan seluruh unsur suatu bangsa dengan pemerintah
dan wilayahnya (Saafroedin Bahar,1998). "Mengintegrasikan" berarti membuat untuk atau
menyempurnakan dengan jalan menyatukan unsur-unsur yang semula terpisah-pisah. Menurut
Howard Wrigins (1996), integrasi berarti penyatuan bangsa-bangsa yang berbeda dari suatu
masyarakat menjadi suatu keseluruhan yang lebih utuh atau memadukan masyarakat-
masyarakat kecil yang banyak menjadi satu bangsa.
Integrasi nasional adalah usaha dan proses mempersatukan perbedaan-perbedaan yang ada
pada suatu negara sehingga terciptanya keserasian dan keselarasan secara nasional. Seperti yang
kita ketahui, Indonesia merupakan bangsa yang sangat besar baik dari kebudayaan ataupun
wilayahnya. Di satu sisi hal ini membawa dampak positif bagi bangsa karena kita bisa
memanfaatkan kekayaan alam Indonesia secara bijak atau mengelola budaya yang melimpah
untuk kesejahteraan rakyat, namun selain menimbulkan sebuah keuntungan, hal ini juga
akhirnya menimbulkan masalah yang baru.

 Pentingnya Integrasi Nasional


Masyarakat yang terintegrasi dengan baik merupakan harapan bagi setiap negara. Sebab
integrasi masyarakat merupakan kondisi yang diperlukan bagi negara untuk membangun
kejayaan nasional demi mencapai tujuan yang diharapkan. Integrasi masyarakat yang
sepenuhnya memang sesuatu yang tidak mungkin diwujudkan, karena setiap masyarakat di
samping membawakan potensi integrasi juga menyimpan potensi konflik atau pertentangan.
integrasi diperlukan guna menciptakan kesetiaan baru terhadap identitas-identitas baru yang
diciptakan (identitas nasional) misalnya Bahasa nasional, symbol negara, semboyan nasional,
ideologi nasional dan sebagainya.
 Perkembangan sejarah Integrasi di Indonesia
1) Model integrasi imperium Majapahit
Model integrasi pertama ini bersifat kemaharajaan (imperium) Majapahit. Struktur
kemaharajaan yang begitu luas ini berstruktur konsentris.

2) Model integrasi kolonial


Model integrasi kedua atau lebih tepat disebut dengan integrasi atas wilayah Hindia
Belanda baru sepenuhnya dicapai pada awal abad XX dengan wilayah yang terentang
dari Sabang sampai Merauke.

3) Model integrasi nasional Indonesia


Model integrasi nasional ini diawali dengan tumbuhnya kesadaran berbangsa khususnya
pada diri orang-orang Indonesia yang mengalami proses pendidikan sebagai dampak
dari politik etis pemerintah kolonial Belanda.

 Strategi Integrasi
Dijelaskan oleh Ditjendikti (2012:190) dalam rangka mengupayakan terwujudnya integrasi
nasional yang mantap ada beberapa strategi yang mungkin ditempuh, yaitu: (1) strategi
asimilasi, (2) strategi akulturasi, dan (3) strategi pluralis.
Ketiga strategi tersebut terkait dengan seberapa jauh penghargaan yang diberikan atas unsur-
unsur perbedaan yang ada dalam masyarakat. Strategi asimilasi, akulturasi, dan pluralis masing-
masing menunjukkan penghargaan yang secara gradual berbeda dari yang paling kurang, yang
lebih, dan yang paling besar penghargaannya terhadap unsur-unsur perbedaan dalam
masyarakat, di dalam upaya mewujudkan integrasi nasional tersebut.

 Integrasi Nasional Indonesia


Dalam upaya mewujudkan integrasi nasional Indonesia, tantangan yang dihadapi datang
dari keduanya. Dalam dimensi horizontal tantangan yang ada berkenaan dengan pembelahan
horizontal yang berakar pada perbedaan suku, agama, ras, dan geografi. Sedangkan dalam
dimensi vertikal tantangan yang ada adalah berupa celah perbedaan antara elite dan massa, di
mana latar belakang pendidikan kekotaan menyebabkan kaum elite berbeda dari massa yang
cenderung berpandangan tradisional. Masalah yang berkenaan dengan dimensi vertikal lebih
sering muncul ke permukaan setelah berbaur dengan dimensi horizontal, sehingga memberikan
kesan bahwa dalam kasus Indonesia dimensi horizontal lebih menonjol daripada dimensi
vertikalnya

Bab IV
Negara dan Konstitusi

 Konsep Negara
Miriam Budiardjo mengemukakan bahwa negara adalah suatu daerah teritorial yang
rakyatnya diperintah (govermed) oleh sejumlah pejabat dan berhasil menuntut dari warga
negaranya ketaatan pada pera- turan perundang-undangannya melalui penguasaan (kontrol)
monopolistis dari kekuasaan yang sah (Budiardjo, 1985:40-41).
Dari sejarawan muslim tokoh yang menjelaskan pengertian negara adalah Abu Zayd 'Abd
al-Rahman ibn Muhammad ibn Khaldun al-Hadrami (Ibnu Khaldun). Negara merupakan suatu
tubuh yang persis keadaannya sebagai tubuh manusia, mempunyai sifat tabiat sendiri,
mempunyai badan jasmani dan rohani, dan mempunyai batas umur sebagai halnya manusia..
Ada masanya lahir dan tumbuh, adapula masanya muda dan dewasa, dan ada masanya tua dan
mati.
Dari kesimpulan beberapa ahli diatas dapat di simpukan bahwa Negara adalah suatu
organisasi tertinggi yang mempunyai wewenang untuk mengatur bahkan dapat memaksa
perihal yang menyangkut kepentingan orang banyak serta mempunyai kewajiban-kewajiban
untuk melindungi dan mensejahterakan masyarakatnya.

 Unsur-unsur Negara
1. Unsur Konstitutif
Unsur konstitutif adalah unsur pembentuk yang harus dipenuhi agar terbentuk negara. Unsur ini
terdiri atas rakyat, wilayah dan pemerintah yang berdaulat.
2. Unsur Deklaratif
Unsur deklaratif adalah unsur yang sifatnya menyatakan, bukan mutlak harus dipenuhi. Unsur
ini terdiri atas tujuan negara, adanya konstitusi, dan pengakuan dari negara lain.

 Teori Terbentuknya Negara


Secara umum, untuk mempelajari asal mula terjadinya negara dapat digunakan pendekatan
teoritis, yaitu suatu pendekatan yang kerangka pemikiran logis yang hipotesanya belum
dibuktikan secara kenyataan.

 Sifat Negara
1. Sifat memaksa
Sifat memaksa artinya bahwa negara mempunyai kekuatan fisik secara legal agar tercapai
ketertiban dalam masyarakat dan mencegah timbulnya anarki.
2. Sifat memonopoli
Monopoli berasal dari kata "mono" yang artinya satu dan "poli" yang artinya penguasa, jika
sifat monopoli dikaitkan dengan negara adalah suatu hak tunggal yang dilakukan oleh negara
untuk berbuat atau menguasai sesuatu untuk kepentingan dan tujuan bersama.
3. Sifat Mencakup Semua
Sifat mencakup semua berarti semua peraturan perundang- undangan yang berlaku (misalnya
keharusan membayar pajak) adalah untuk semua orang tanpa kecuali.

 Tujuan dan Fungsi Negara


Adapun tujuan negara Republik Indonesia terdapat pada alinea ke 4 (empat) Pembukaan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 adalah (1) melindungi segenap
bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia; (2) memajukan kesejahteraan umum; (3)
mencerdaskan kehidupan bangsa; dan (4) ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.
Mac Iver menyatakan bahwa fungsi negara yang pertama adalah memelihara ketertiban.
Ketertiban dipelihara demi perlindungan dan konservasi serta perkembangan. Karena pengaruh
perubahan zaman dan kemajuan teknologi, maka fungsi negara yang tetap dilaksanakan oleh
semua negara adalah fungsi kepolisian dan penyelenggaraan keadilan. Namun sejalan dengan
itu lahir pula fungsi kultural, fungsi kesejahteraan umum, dan fungsi dalam bidang
perekonomian.

 Pengertian Konstitusi
pengertian konstitusi yaitu seperangkat aturan atau hukum yang berisi ketentuan tentang
bagaimana pemerintah dijalankan. Oleh karena itu aturan atau hukum yang terdapat dalam
konstitusi mengatur hal-hal yang sangat mendasar dari suatu negara, maka konstitusi dapat
dikatakan sebagai aturan atau hukum dasar yang dijadikan pedoman dalam penyelenggaran
suatu negara.
 Kedudukan Konstitusi
Kedudukan Konstitusi adalah :
1. Konstitusi sebagai hukum dasar, karena ia berisi aturan dan ketentuan tentang hal-hal
yang mendasar dalam kehidupan suatu negara.
2. Konstitusi sebagai hukum tertinggi, artinya bahwa aturan-aturan yang terdapat dalam
konstitusi, secara hierarki mempunyai kedudukan lebih tinggi terhadap aturan-aturan
lainnya, sehingga aturan-aturan yang lain harus sesuai dengan undang-undang dasar.

 Tujuan dan Fungsi Konstitusi


Berkaitan dengan tujuan dari konstitusi, Muarice Hauriou menyatakan bahwa tujuan konstitusi
adalah untuk menjaga keseimbangan antara ketertiban (order), kekuasaan (gezag), dan
kebebasan (vrijheid) (Asshiddiqie, 2005).

Bab V
Hak Asasi Manusia

 Konsep Warga Negara


Dalam bukunya yang berjudul Civics: Citizen in Action, Turner (1990) menjelaskan bahwa
warga negara adalah anggota dari sekolompok manusia yang hidup atau tinggal di wilayah
hukum tertentu. Adapun hukum tersebut dibuat atau disusun dan diselenggarakan oleh orang-
orang yang meme- rintah atau yang menguasai dengan tujuan untuk mengatur kelompok
masyarakat. Mereka inilah yang selanjutnya disebut sebagai pemerintah atau goverment. Atas
dasar ini, lebih lanjut Turner menegaskan bahwa war- ga negara adalah anggota dari suatu
kelompok yang hidup dalam aturan- aturan pemerintah (a member of a group living under the
rule of a goverment).
 Warga Negara Indonesia
Siapa warga negara Indonesia itu? Secara teoritis, upaya mende- finisikan warga negara dan
siapa yang menjadi warga negara untuk suatu negara tidak mudah. Hal ini suatu kenyataan
karena definisi warga negara untuk suatu negara berbeda dengan definisi warga negara untuk
negara lainnya. Jauh sebelum adanya konsep negara modern, Aristoteles (Barker, 1995: 84-85)
pernah mengantisipasi bahwa "The definition of a citizen is a question which is often disputed;
there is no general agreement on who is a citizen". Namun demikian, ada suatu landasan pikir
yang dapat dijadikan dasar pertimbangan untuk mengetahui pengertian warga negara dan siapa
yang menjadi warga negara. Dasar pertimbangan yang dimaksud adalah konstitusi negara.
Aristoteles menyatakan "different constitutions require different types of good citizen".
Pernyataan ini memberikan indikasi bahwa untuk mengetahui pengertian warga negara serta
siapa yang menjadi warga negara suatu negara tergantung konstitusi yang berlaku di negara
tersebut.

 Asas Kewarganegaraan
Berdasarkan UU No 12 Tahun 2006 asas kewarganegaraan umum terdiri atas 4 asas, yaitu:
(1) asas kelahiran; (2) asas keturunan; (3) asas kewarganegaraan tunggal; dan (4) asas
kewarganegaraan ganda terbatas. Asas kelahiran dan asas keturunan mempunyai pengertian
yang sama dengan yang telah diterangkan di atas tadi. Sedangkan asas kewarga- negaraan
tunggal adalah asas yang menetukan satu kewarganegaraan bagi setiap orang. Asas
kewarganegaraan ganda terbatas adalah asas yang menentukan kewarganegaraan lebih dari satu
bagi anak-anak sesuai dengan undang-undang yang mengaturnya. Jadi kewarganegaraan ini
hanya bisa dimiliki anak anak yang masih berusia dibawah umur 18 tahun setelah anak tersebut
berumur 18 tahun maka ia harus memilih satu dari kewarga- negaraan tersebut.

 Cara Memperoleh dan Kehilangan Kewarganegaraan Indonesia


Dalam literatur hukum di Indonesia, biasanya cara memperoleh status kewarganegaraan
hanya terdiri atas dua cara, yaitu status kewarganegaraan dengan kelahiran di wilayah hukum
Indonesia dan dengan cara pewarga- negaraan atau naturalisasi (naturalization). Dalam praktek
ketatanegaraan di berbagai negara paling tidak terdapat 5 cara untuk memperoleh kewar-
ganegaraan. Di India misalnya telah dikembangkan 5 praktik tersebut sejak tahun 1950, bahkan
di Inggris terdapat 9 (sembilan) kategori kewarga negaraan (Jimly Assiddiqie, 2006: 146).
Adapun 5 (lima) prosedur atau metode perolehan status kewarganegaraan yang dikenal dalam
praktik tersebut adalah :
1. Citizenship by birth
2. Citizenship by descent
3. Citizenship by naturalisation
4. Citizenship by registration
5. Citizenship by incorporation of territo
UU No 12 Tahun 2006 mengatur pula bagaimana cara-cara kehilangan kewarganegaraan.
ketentuan tentang hal terkait ini diatur dalam pasal 23 sebagai berikut :
1. memperoleh kewarganegaraan lain atas kemauannya sendiri.
2. Tidak menolak melepaskan kewarganegaraan lain.
3. dinyatakan hilang kewarganegaraanya oleh presiden atas permohonannya sendiri.
4. masuk kedalam dinas tentara asing tanpa izin terlebih dahulu dari presiden.
5. secara sukarela masuk dalam dinas negara asing.

 Konsep Dasar Hak Asasi Manusia (HAM)


HAM meliputi nilai-nilai ideal yang mendasar, yang tanpa nilai-nilai dasar itu orang
tidak dapat hidup sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai manusia. Penghormatan
terhadap nilai-nilai dasar itu memungkin- kan individu dan masyarakat bisa berkembang
secara penuh dan utuh. HAM tidak diberikan oleh negara atau tidak pula lahir karena
hukum. HAM berbeda dengan hak biasa yang lahir karena hukum atau karena perjanjian.
Jan Materson, anggota komisi HAM PBB merumuskan HAM dalam ungkapan berikut:
"human rights could be generally defines as those right which area inherent in our natural
and without we can't live as human being" atau HAM adalah hak-hak yang melekat diri
manusia, dan tanpa hak itu manusia tidak dapat hidup sebagai manusia (Chamin, 2003:
371).
 Sejarah Hak Asasi Manusia
1. Piagam Madinah (Madinah 622)
Pada masa kenabian, di Kota Madinah disusun sebuah Piagam Madinah (Shahifatul
Madinah atau Mitsaaqu al Madinah). Piagam ini merupakan dokumen kesepakatan
masyarakat Madinah untuk melin dungi dan mejamin hak-hak sesama warga masyarakat
tanpa memandang latar belakang,suku, dan agama.
2. Magna Charta (Inggris 1215)
Di kawasan Eropa, pada tahun 1215 lahir Magna Charta. Piagam ini merupakan
perjanjian antara Raja John dari Inggris dan sejumlah bangsawan. Melalui piagam ini,
raja harus mengakui beberapa hak dari para bangsawan sebagai imbalan untuk
dukungan mereka dalam membiayai penyelenggaraan pemerintah dan kegiatan perang.
3. Declaration of Independence (Revolusi Amerika 1276)
Perkembangan HAM yang lebih modern ditandai dengan lahirnya Declaration of
Independence yang merupakan deklarasi kemerdekaan Amerika dari tangan Inggris
pada 4 Juli 1776. Piagam ini disusun oleh Thomas Jefferson yang bersumber dari ajaran
Montesquieu. Deklarasi ini menekankan pentingnya kemerdekaan, persamaan dan
persaudaraan.
4. Declaration des Droits de'i lhomme et du Citoyen (Revolusi Prancis 1789) Di Prancis,
pada tahun 1789 lahir pernyataan Declaration des Droits de'i lhomme et du Citoyen atau
pernyataan hak-hak manusia dan warga negara. Piagam ini dicetuskan pada permulaan
revolusi Prancis yang mene- kankan perlunya ditegakkan tiga dasar penghormatan
terhadap manusia, yaitu liberty (kemerdekaan), equality (persamaan), dan fraternity
(persau- daraan).

 Prinsip-prinsip Hak Asasi Manusia (HAM)


Prinsip universal, prinsip tidak dapat dilepaskan (inalienable), Prinsip tidak dapat
dipisahkan (indivisible), Prinsip saling tergantung (inter dependent), Prinsip keseimbangan,
Prinsip Partikularisme.

 Ham dalam UUD NRI 1945


Berdasarkan pada tujuan negara sebagai terkandung dalam pembukaan UUD NRI 1945
tersebut, negara Indonesia menjamin dan melin- dungi hak-hak asasi manusia pada warganya
terutama dalam kaitannya dengan kesejahteraan hidupnya baik jasmaniah maupun rohaniah,
antara lain berkaitan dengan hak-hak asasi di bidang politik, ekonomi, sosial, kebu dayaan,
pendidikan, dan agama. Berikut merupakan rincian dari hak-hak asasi manusia yang terdapat
dalam pasal pasal UUD 1945.

Bab VI
Demokrasi

 Konsep Demokrasi
Demokrasi berarti kekuasaan atau pemerintah ada di tangan rakyat. Dalam konteks ini
kekuasaan atau pemerintah tertinggi berada di tangan rakyat dan dijalankan langsung oleh
mereka atau oleh wakil-wakil yang mereka pilih di bawah sistem pemilihan bebas.

 Bentuk Demokrasi
Menurut Budi Juliardi (2016:88-89) menjelaskan, secara teoritis demokrasi yang dianut oleh
negara-negara di dunia terbagi menjadi dua,yaitu:
1. Demokrasi langsung (direct democracy), yaitu paham demokrasi yang mengikutsertakan
warga negaranya dalam permusyawaratan untuk menentukan kebijakan umum dan undang-
undang.
2. Demokrasi tidak langsung (indirect democracy), yaitu paham demokrasi yang dilaksanakan
melalui sistem perwakilan yang biasanya dilakukan melalui pemilihan umum.

 Prinsip-prinsip Demokrasi
Menurut Ranney (1982: 278), ada empat prinsip yang terkait dengan pemerintahan demokrasi,
yaitu: (1) kedaulatan rakyat; (2) persmaan politik; (3) konsultasi kepada rakyat; dan (4) aturan
mayoritas.

 Demokrasi di Indonesia
Demokrasi Indonesia dikatakan demokrasi pancasila, dimana prinsip- prinsip demokrasi
yang dijalankan berdasarkan pada nilai-nilai Pancasila. Demokrasi Pancasila dapat diartikan
secara luas maupun sempit, sebagai berikut:
1. Secara luas demokrasi Pancasila berarti kedaulatan rakyat yang didasarkan pada nilai-
nilai Pancasila baik sebagai pedoman penye- lenggaraan maupun sebagai cita-cita.
2. Secara sempit demokrasi Pancasila berarti kedaulatan rakyat yang dilaksanakan menurut
hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan.

 Pendidikan Demokrasi
Pendidikan demokrasi diartikan sebagai upaya sistematis yang dilakukan negara dan
masyarakat untuk memfasilitasi individu negaranya agar memahami, menghayati,
mengamalkan dan mengembang. kan konsep, prinsip, dan nilai demokrasi sesuai dengan status
dan perannya dalam masyarakat (Udin S. Winataputra, 2001:12). Pada dasarnya, pendi- dikan
demokrasi dapat dilakukan melalui tiga cara, yaitu: warga
1. Pendidikan demokrasi secara formal: pendidikan yang lewat tatap muka, diskusi timbal
balik, presentasi, serta studi kasus.
2. Pendidikan demokrasi secara informal: pendidikan yang lewat tahap pergaulan di rumah
maupun masyarakat, sebagai bentuk aplikasi nilai berdemokrasi sebagai hasil interaksi
terhadap lingkungan sekitarnya dan langsung dapat dirasakan hasilnya.
3. Pendidikan demokrasi secara non formal: pendidikan yang melewati lingkungan
masyarakat secara lebih makro karena pendidikan di luar sekolah memiliki parameter
yang signifikan terhadap pembentukan jiwa seseorang, seperti kelompok masyarakat,
lembaga swadaya, partai politik, pers, dan lain-lain (Budi Juliardi, 2016:101).

Bab VII
Negara Hukum

 Pengertian Negara Hukum


Negara hukum adalah negara yang berdasarkan hukum, kekuasaan negara berdasar atas
hukum, bukan kekuasaan belaka serta pemerintahan negara berdasar pada konstitusi yang
berpaham konstitusionalisme, tanpa hal tersebut sulit disebut sebagai negara hukum. Supremasi
hukum harus mencakup tiga ide dasar hukum, yakni keadilan, kemanfaatan, dan kepastian.
Oleh karena itu di negara hukum, hukum harus tidak boleh mengabaikan "rasa keadilan
masyarakat".
 Konsep Negara Hukum
Konsep negara hukum yang berkembang pada abad 19 cenderung mengarah pada konsep
negara hukum formal, yaitu pengertian negara hukum dalam arti sempit. Dalam konsep ini
negara hukum diposisikan ke dalam ruang gerak dan peran yang kecil atau sempit. Pemerintah
dan unsur- unsur lembaganya dalam menjalankan tugas dan wewenangnya terikat oleh hukum
yang berlaku. Peran pemerintah sangat kecil dan pasif (Ditjendikti, 2012:112).

 Konsep Negara Hukum (Eropa Kontinental)


Teori F.J Stahl Konsep negara hukum Stahl sering disebut negara hukum dalam arti formal.
Stahl berpendapat, bahwa negara hukum haruslah memenuhi empat unsur penting, yaitu: (1)
adanya perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia, (2) pemisahan kekuasaan, (3) setiap
tindakan pemerintahan harus didasarkan pada peraturan perundang-undangan, dan (4) adanya
peradilan administrasi yang berdiri sendiri (Kusnardi dan Ibrahim, 1983:156).

 Konsep Negara Hukum (Anglo Saxon)


Konsep ini dikenal dengna "the rule of law", yang menurut A.V konsep negara hukum
haruslah mengandung tiga unsur, yaitu:
1) Supremacy of law, bahwa dalam suatu negara hukum, hukum mempunyai kedudukan yang
tertinggi.
2) Equality before the law, bahwa dalam negara hukum, kedudukan warga negara, termasuk
pejabat pemerintah, adalah sama, dan tidak ada bedanya di muka hukum.
3) Human Rights, yang terutama ada tiga, yaitu a) The right to personal freedom, (merupakan
hak kemerdekaan pribadi).

 Konsep Negara Hukum (Perumusan para jurist/Hakim Asia Tenggara dan pasifik)
Rumusan konsep negara hukum menurut perumusan para Jurist Asia Tenggara dan Pasifik
(15-19 Februari 1965), sebagaimana tercantum dalam buku "The Dynamics Aspects of the rule
of law in the Modern Age", bahwa syarat rule of law adalah: 1) perlindungan konstitusi dalam
arti bahwa kons- titusi selain menjamin hak-hak individu harus menentukan pula cara prose-
dual untuk memperoleh perlindungan atas hak-hak yang dijamin; 2) badan kehakiman yang
bebas dan tidak memihak; 3) kebebasan untuk menyatakan pendapat; 4) pemilihan umum yang
bebas; 5) kebebasan untuk berseri- kat/berorganisasi dan beroposisi; dan 6) pendidikan civic
(Busroh dan Busroh, 1985: 15-116).

 Makna Indonesia Negara Hukum


Bukti yuridis atas keberadaan negara hukum Indonesia dalam arti material tersebut harus
dimaknai bahwa negara Indonesia adalah negara hukum dinamis, atau negara kesejahteraan
(welfare state), yang membawa implikasi bagi para penyelenggara negara untuk menjalankan
tugas dan wewenangnya secara luas dan komprehensif dilandasi ide-ide kreatif dan inovatif.
Makna negara Indonesia sebagai negara hukum dinamis, esensinya adalah hukum nasional
Indonesia harus tampil akomodatif, adaptif dan progresif. Akomodatif artinya mampu
menyerap, menampung keinginan masyarakat yang dinamis. Makna hukum seperti ini
menggambarkan fungsinya sebagai pengayom, pelindung masyarakat. Adaptif, artinya mampu
menyesuaikan dinamika perkembangan jaman, sehingga tidak pernah usang. Progresif, artinya
selalu berorientasi kemajuan, perspektif masa depan. Makna hukum seperti ini menggambarkan
kemampuan hukum nasional untuk tampil dalam praktiknya mencairkan kebekuan-kebekuan
dogmatika. Hukum dapat menciptakan kebenaran yang berkeadilan bagi setiap anggota
masyarakat.

 Implementasi Hukum di Indonesia sebagai Negara Hukum


Dalam upaya mewujudkan sistem hukum nasional yang bersumber pada Pancasila dan UUD
NRI 1945, bukan hanya diperlukan pembaharuan materi hukum, tetapi yang lebih penting
adalah pembinaan aparatur hukumnya sebagai pelaksana dan penegak hukum. Di negara
Indonesia, pemerintah bukan hanya harus tunduk dan menjalankan hukum, tetapi juga harus
aktif memberikan penyuluhan hukum kepada segenap masyarakat, agar masyarakat semakin
sadar hukum. Dengan cara demikian, akan terbentuk perilaku warga negara yang menjunjung
tinggi hukum serta taat pada hukum (Nurwardani et al. 2016:192).
Untuk menjalankan hukum sebagaimana mestinya, maka dibentuk beberapa lembaga penegak
hukum, yaitu: (1) Kepolisian yang berfungsi utama sebagai lembaga penyidik; (2) Kejaksaan
yang fungsi utamanya sebagai lembaga penuntut; dan (3) Kehakiman yang berfungsi sebagai
lembaga pemutus/ pengadilan.

Bab VIII
Wawasan Nusantara Sebagai Geopilitik Indonesia

 Pengertian Geopolitik
Geopolitik berasal dari bahasa Yunani, dari kata geo dan politik. "geo" berarti bumi dan
"politik" berasal dari kata politeia, berarti kesatuan masyarakat yang berdiri sendiri (negara) dan
teia yang berarti urusan, Sementara dalam bahasa Inggris, politics adalah suatu rangkaian asas
(prinsip), keadaan, cara, dan alat yang digunakan untuk mencapai cita-cita atau tujuan tertentu.
Tindakan, cara dan perilaku masyarakat dipengaruhi oleh kondisi geografi tempat masyarakat
hidup.
Berdasarkan pengertian di atas, geopolitik dapat diartikan sebagai sistem politik atau
peraturan-peraturan dalam wujud kebijaksanaan dan strategi nasional yang didorong oleh
aspirasi nasional geografik (kepentingan yang titik beratnya terletak pada pertimbangan
geografi, wilayah, atau teritorial dalam arti luas) suatu negara, yang apabila dilaksanakan dan
berhasil akan berdampak langsung atau tidak langsung kepada sistem politik suatu negara
(Kaelan dan Zubaidi, 2007:122).

 Sejarah Lahirnya Geopolitik


Konsepsi geopolitik lahir di Jerman pada akhir abad XIX. Semula geoplotik adalah ilmu bumi
politik yang membahas masalah politik dalam suatu negara, namun berkembang menjadi ajaran
yang melegitimasikan hukum ekspansi suatu negara (Budi Juliardi 2016:149). Hal ini tidak
terlepas dari pemikiran para ahli sebagai berikut:
1. Frederich Ratzel (Jerman, 1844-1904), Negara itu seperti organisme yang hidup.
2. Rudolf Kjellen (Swedia, 1864-1922), Negara adalah suatu organisme
3. Karl Haushofer (Jerman 1869-1946), Jika jumlah penduduk suatu wilayah negara
semakin banyak sehingga tidak sebanding lagi dengan luas wilayah, maka negara
tersebut harus berupaya memperluas wilayahnya sebagai ruang hidup (lebensraum) bagi
warga negara.
4. Halford Mackinder (1861-1947) Halford Mackinder mempunyai konsepsi geopolitik
yang lebih startegik, yaitu dengan penguasaan daerah-daerah, “jantung dunia”, sehingga
pendapatnya dikenal dengan teori “daerah Jantung”.

 Paham Geopolitik Indonesia


Pandangan geopolitik bangsa Indonesia yang didasarkan pada nilai- nilai ketuhanan dan
kemanusiaan yang luhur dengan jelas tertuang di dalam Pembukaan UUD NRI 1945. bangsa
Indonesia adalah bangsa yang cinta damai, tetapi lebih cinta kemerdekaan. Bangsa Indonesia
menolak segala bentuk penjajahan, karena tidak sesuai dengan peri kemanusiaan dan peri
keadilan.

 Konsep Dasar Wawasan Nusantara


Wawasan nusantara merupakan cara pandang, cara melihat, cara meninjau bangsa Indonesia
terhadap diri dan lingkungannya. Wawasan ini berkembang berdasarkan sejarah, budaya,
falsafah, keadaan geografis, serta kepentingan bangsa yang bersangkutan. Wawasan nusatara
bagi bangsa Indonesia merupakan pegangan dalam menyikapi permasalahan yang menyangkut
berbagai aspek kehidupan nasionalnya.

 Sifat dan Ciri Wawasan Nusantara


1. Manunggal, maksudnya keserasian dan keseimbangan yang dinamis dalam segenap
aspek kehidupan, baik aspek alamiah maupun aspek sosial.
2. Utuh menyeluruh artinya utuh menyeluru bagi nusantara dan rakyat Indonesia sehingga
merupakan satu kesatuan yang utuh bulat dan tidak dapat dipecah-pecah oleh kekuatan
apapun dan bagaimanapun

 Unsur-unsur Dasar Wawasan Nusantara


1. Wadah/wilayah (countour), segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia.
2. Isi (content), meliputi cita-cita bangsa Indonesia yang tertuang dala pembukaan UUD
NRI 1945.
3. Tata laku (conduct).

 Faktor Kewilayahan yang Mempengaruhi Wawasan Nusantara


Faktor kewilayahan yang mempengaruhi wawasan nusantara (Ditjen dikti, 2012) yaitu:
1) Asas Kepulauan (Archipelagic Principle)
Istilah 'archipelago' adalah wilayah lautan dengan pulau-pulau didalamnya. Arti ini
kemudian menjadi pulau-pulau saja tanpa menyebut unsur lautnya sebagai akibat penyerapan
bahasa barat, sehingga archipelago selalu diartikan kepulauan atau kumpulan pulau.
Lahirnya asas archipelago mengandung pengertian bahwa pulau- pulau tersebut selalu
dalam kesatuan utuh, sementara tempat unsur perairan atau lautan antara pulau-pulau berfungsi
sebagai unsur penghu- bung dan bukan unsur pemisah.
2) Kepulauan Indonesia
Nama Indonesia mengandung arti yang tepat, yaitu kepulauan Indonesia. Dalam bahasa Yunani,
'Indo' berarti India dan 'nesos' berarti pulau. Indonesia mengandung makna spiritual yang
didalam- nya terasa ada jiwa perjuangan menuju cita-cita luhur, negara kesatuan, kemerdekaan
dan kebebasan.

Bab IX
Bela Negara Upaya Mewujudkan Ketahanan Nasional

 Pengertian Ketahanan Nasional


Secara etimologis, istilah ketahanan nasional berasal dari bahasa Jawa yaitu tahan yang
bearti kuat, tangguh, dan ulet. Kata tersebut juga berarti dapat menguasai diri, tidak mudah
menyerah. Ketahanan berarti kekuatan, ketangguhan, dan keuletan dalam kerangka kesadaran.
Kata nasional berasal dari kata bahasa Inggris yaitu Nation yang berarti bangsa yang telah
menegara. Pada tahun 1969 lahir istilah ketahanan nasional yang dirumuskan sebagai: "keuletan
dan daya tahan suatu bangsa yang mengandung kemampuan mengembangkan kekuatan
nasional yang ditujukan untuk menghadapi segala ancaman yang membahayakan kelangsungan
hidup negara dan bangsa Indonesia".

 Sifat-sifat Ketahanan Nasional Indonesia


1. Mandiri
2. Dinamis
3. Manunggal
4. Wibawa
5. Konsultasi dan Kerjasama

 Unsur-unsur ketahanan Nasional Indonesia


Menurut Lemhanas (Lembaga Ketahanan Nasional), konsepsi ketaha- nan nasional Indonesia
meliputi unsur-unsur atau faktor-faktor yang diisti- lahkan sebagai gatra. Gatra Ketahanan
Nasional Indonesia dinamakan Asta Gatra (delapan gatra), yang terdiri dari Tri Gatra (tiga
gatra) dan Panca Gatra (lima gatra). Adapun tri gatra terdiri dari yaitu (1) gatra kedudukan
geografi; (2) gatra keadaan dan kekayaan alam; serta (3) gatra keadaan dan kemampuan
penduduk. Sedangkan panca gatra terdiri dari (1) gatra ideologi; (2) gatra politik; (3) gatra
ekonomi; (4) gatra sosial budaya; serta (5) gatra pertahanan dan keamanan.

 Ketahanan Nasional Indonesia


Konsepsi ketahanan nasional tidak memandang aspek-aspek asta gatra secara terpisah,
melainkan meninjaunya secara berhubungan, dimana aspek yang satu senantiasa berhubungan
erat dengan lainnya, sedangkan keseluruhannya merupakan suatu konfigurasi yang
menimbulkan daya tahan nasional.
Untuk melakukan pengukuran kondisi ketahanan nasional tersebut, saat ini Lemhanas telah
mengembangkan Laboratorium Pengukuran Ketahanan Nasional (Labkurtannas) yang bertugas
mengkaji, menganalisis dan menggambarkan kondisi ketahanan yang nantinya bisa digunakan
sebagai Early Warning System dan Policy Advice bagi pemerintah pusat maupun pemerintah
daerah. Namun demikian, upaya mengkaji ketahanan sebagai kondisi bukan semata-mata
tanggung jawab Lemhanas. Kita sebagai warga negara terutama kaum cendekiawan dapat pula
memberi analisis dan gambaran mengenai kondisi ketahanan suatu wilayah demi kepentingan
kelangsungan hidup bangsa Indonesia.
Ringkasan Buku Pembanding :

Bab 1
Pancasila Sebagai Dasar Negara

A. Pancasila Dalam Pendekatan Filsafat dan Nilai-Nilainya


Pancasila bagi bangsa Indonesia merupakan falsafah bangsa dan pandangan hidup.
Syarbaini (2009) menjelaskan bahwa nilai- nilai Pancasila adalah falsafah hidup atau
pandangan hidup yang berkembang dalam sosial-budaya Indonesia. Nilai Pancasila
dianggap nilai dasar dan puncak atau sari budaya bangsa. Oleh karena itu, nilai ini diyakini
sebagai jiwa dan kepribadian bangsa. Dengan mendasarnya nilai ini dalam menjiwai dan
memberikan watak (kepribadian dan identitas), maka pengakuan atas kedudukan Pancasila
sebagai falsafah bangsa adalah wajar.
Nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila sebagai falsafah bangsa sangat relevan dengan
sosial-budaya bangsa Indonesia. Dengan demikian, kebenaran Pancasila sebagai falsafah
bangsa tidak perlu dipertentangkan lagi dan bersifat mutlak harus ditaati oleh bangsa
Indonesia.
Pancasila pada hakikatnya merupakan suatu nilai. Adapun nilai- nilai yang terkandung
dalam masing-masing sila dari Pancasila adalah sebagai berikut:
1. Nilai ketuhanan
2. Nilai kemanusiaan
3. Nilai persatuan
4. Nilai kerakyatan
5. Nilai Keadilan

B. Makna Nilai-Nilai Yang Terdapat dalam Setiap Nilai Pancasila


1. Ketuhanan Yang Maha Esa. Ketuhanan berasal dari kata Tuhan pencipta seluruh alam.
Yang Maha Esa, berarti Yang Maha Tunggal, tiada sekutu di dalam zat-Nya, sifat-Nya,
dan perbuatan- Nya.
2. Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, adalah kesadaran sikap dan perbuatan yang
didasarkan kepada potensi budi Nurani manusia dalam hubungan dengan norma-
norma dan kesusilaan umumnya, baik terhadap diri sendiri, terhadap sesama manusia,
maupun terhadap alam dan hewan
3. Persatuan Indonesia, adalah perwujudan dari paham kebangsaan Indonesia yang
dijiwai oleh Ketuhanan Yang Maha Esa, serta kemanusiaan yang adil dan beradab.
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan, berarti kekuasaan yang tertinggi berada di tangan rakyat.
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, memiliki makna bahwa keadilan yang
berlaku dalam masyarakat di segala bidang kehidupan, baik materiil maupun spiritual.

C. Landasan Yuridis Pancasila Sebagai Dasar Negara


Pancasila sebagai dasar negara republik Indonesia secara jelas tercantum dalam pembukaan
UUD 1945 pada alinea ke IV. Oleh karena itu segala bentuk peraturan perundang-undangan
yang lahir dikemudikan haruslah berdasarkan Pancasila. Perundang-undangan yang dimaksud,
yaitu; Ketetapan MPR-RI, Undang-undang, Peraturan pemerintah pengganti undang-undang,
Peraturan pemerintah, Keputusan presiden, dan Perauran daerah.

D. Makna Pancasila Sebagai Dasar Negara RI


Pancasila sebagai dasar (falsafat) negara mengandung makna bahwa nilai-nilai yang
terkandung dalam Pancasila menjadi dasar pedoman terhadap penyelenggaraan sistem negara
Indonesia. Sebagaimana telah dijelaskan di atas bahwa nilai-nilai Pancasila pada dasarnya
adalah nilai falsafati yang sangat mendasar. Nilai Pancasila juga bersifat normatif dan menjadi
nilai motivator/penggerak dalam penyelenggaraan sistem negara secara tepat.

E. Pancasila Sebagai Sumber Hukum


Pancasila bagi bangsa Indonesia menjadi landasan hukum yang mengatur tentang tata tertib
hukum negara. Pancasila menjadi sumber dasar dari segala hukum yang ada di negara.
Subandi (2003), menjelaskan bahwa sumber dari tertib hukum Republik Indonesia adalah
pandangan hidup, kesadaran dan cita-cita hukum serta cita-cita moral yang meliputi
suasana jiwa serta watak dari pada bangsa Indonesia, ialah cita-cita mengenai kemerdekaan
individu, kemerdekaan bangsa, perikemanusiaan, keadilan sosial, perdamaian nasional dan
modinal, cita-cita politik mengenai sifat, bentuk, dan tujuan negara, cita-cita moral
mengenai kehidupan kemasyarakatan dan keagamaan sebagai pengejawatahan dari pada
budi nurani manusia.

Bab II
Pancasila Sebagai Ideologi Nasional

A. Ideologi Pancasila
Pancasila sebagai ideologi negara berarti bahwa Pancasila merupakan suatu gagasan
yang berkenaan dengan kehidupan negara. Kehidupan bernegara, seperti yang terurai dalam
Undang-Undang Dasar 1945, menunjukkan bahwa bidang-bidang yang ditangani oleh
negara meliputi ideologi, politik, sosial-budaya, ekonomi, pertahanan, dan keamanan, serta
hak-hak asasi manusia. Ciri khas ideologi Pancasila adalah nilai dan cita-citanya tidak
dipaksakan dari luar, tidak pula diciptakan oleh negara melainkan digali dan diambil dari
kekayaan rohani, moral dan budaya masyarakatnya sendiri. Hal ini pula yang memberikan
ciri bahwa Pancasila sebagai ideologi terbuka.
B. Pancasila Sebagai Ideologi Terbuka
Pancasila sebagai ideologi terbuka memiliki ciri khas tersendiri yaitu nilai-nilai dan
cita-citanya tidak dipaksakan dari luar, akan tetapi digali dan diambil dari kekayaan rohani,
moral, dan budaya masyarakat Indonesia sendiri. Dasarnya dari konsensus masyarakat dan
tidak diciptakan oleh negara, melainkan ditemukan dalam masyarakat sendiri. Oleh karena
demikian ideologi terbuka adalah milik semua rakyat, masyarakat dan dapat menemukan
diri di dalamnya. Ideologi terbuka bukan hanya dapat dibenarkan melainkan dibutuhkan.
Nilai- nilai dasar menurut pandangan negara modern bahwa negara modern hidup dari nilai-
nilai dasar dan sikap-sikap dasarnya.33 Demikian ciri khas Pancasila sebagai ideologi
terbuka.
Ideologi terbuka adalah ideologi yang dapat berinteraksi dengan ideologi lainnya.
Artinya ideologi Pancasila dapat mengikuti perkembangan yang terjadi pada negara lain
yang memiliki ideologi yang berbeda dengan Pancasila dalam berbagai aspek kehidupan
masyarakat. Hal ini disebabkan ideologi Pancasila memiliki nilai-nilai yang meliputi; nilai
dasar, nilai instrumental, dan nilai praksis.

C. Fungsi Ideologi Pancasila


Pentingnya ideologi bagi suatu negara dapat dilihat dari fungsi ideologi itu sendiri.
Adapun fungsi ideologi adalah membentuk identitas atau ciri kelompok atau bangsa.
Ideologi berfungsi sebagai pemersatu bangsa dan juga sebagai pemecahan konflik.
Fungsi dan peran Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara,
yaitu:
1) Pancasila sebagai jiwa bangsa Indonesia.
2) Pancasila sebagai kepribadian bangsa Indonesia.
3) Pancasila sebagai dasar negara republik Indonesia.
4) Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum di Indonesia.
5) Pancasila sebagai pandangan hidup yang mempersatukan bangsa Indonesia.
6) Pancasila sebagai perjanjian luhur Indonesia.
7) Pancasila sebagai cita-cita dan tujuan bangsa Indonesia.
8) Pancasila sebagai moral pembangunan.
9) Pembangunan nasional sebagai pengamalan Pancasila.

Bab III
Pancasila Sebagai Etika Politik

A. Etika, Nilai, Moral, Norma, dan Etika Politik


1. Etika
Secara terminologi, etika adalah cabang filsafat yang membicarakan tentang tingkah laku atau
perbuatan manusia dalam hubungannya dengan baik-buruk. Yang dapat dinilai baik atau
buruk adalah sikap manusia yang menyangkut perbuatan, tingkah laku, gerakan-gerakan, kata-
kata dan sebagainya. Sedangkan motif, watak, suara hari sulit untuk dinilai. Perbuatan atau
tingkah laku yang dikerjakan dengan kesadaran sajalah yang dapat dinilai, sedangkan yang
dikerjakan dengan tak sadar tidak dapat dinilai baik atau buruk.
2. Nilai
Pancasila sebagai ideologi bangsa Indonesia memuat nilai-nilai luhur, menjadi pandangan
hidup dan dasar negara Indonesia. Nilai- nilai Pancasila harus dapat diwujudkan dalam
perilaku politik bangsa Indonesia. Dalam tatanan kehidupan bernegara ada yang disebut
sebagai nila dasar, nilai instrumental, dan nilai praksis.
3. Moral
Moral merupakan ajaran baik dan buruk yang berkaitan dengan perbuatan, aktivitas, dan
kelakuan. Dengan demikian, moral adalah tingkah laku sesorang yang dilakukan seseorang
secara sadar dipandang aspek baik dan buruknya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa,
dan bernegara. Moral sering dihubungkan dengan etika yang membicarakan tata susila dan
sopan santun.
4. Norma
Norma dapat diartikan sebagai sumber hukum. Bangsa Indonesia memiliki dasar sumber
hukum, yaitu Pancasila. Oleh karena demikian, Pancasila menjadi sumber dasar politik
masyarakat dan bangsa Indonesia. Pancasila landasan politik yang demokratis, sebagaimana
diisyaratkan pada sila ke empat.
5. Etika Politik
Fungsi etika politik sebagai pedoman normatif bagi masyarakat untuk bertindak sesuai
dengan norma (aturan) yang telah disepakati. Dengan demikian halnya dengan Pancasila
menjadi norma dasar politik bagi masyarakat Indonesia.

B. Etika Politik Pancasila


Suseno dalam Kaelan (2010) menjelaskan, dalam pelaksanaan dan
penyelenggaraan negara, etika politik menuntut agar kekuasaan dalam negara dijalakan
sesuai dengan:
1) Asas legalitas (letimasi hukum), dijalankan sesuai dengan hukum yang berlaku.
2) Disahkan dan dijalankan secara demokratis (legitimasi demokrasi).
3) Dilaksanakan berdasarkan prinsip-prinsip moral atau tidak bertentangan dengan
(legitimasi moral).
Nilai-nilai Pancasila menjadi asas dasar bagi penyelenggaraan sistem negara.
Pemerintah sebagai pelaku politik di negara harus berdasarkan prinsip moralitas yang
terkandung dalam Pancasila.

C. Implementasi Etika Politik Pancasila


Magnis-Soseno dalam Eko (2012), Pancasila adalah cita-cita dan etika politik (boleh
disebut: ideologi terbuka) bangsa Indonesia di mana “politik” berarti “menyangkut
kehidupan masyarakat, bangsa dan negara sebagai keseluruhan.” Pengakuan Pancasila
sebagai ideologi, pandangan hidup bangsa dan dasar negara memberikan implikasi bahwa
nilai-nilai Pancasila harus di implementasikan dalam sikap masyarakat bangsa Indonesia
dan termasuk perilaku masyarakat Indonesia dalam bidang politik.

Bab IV
Identitas Nasional

A. Pengertian Identitas
Kata identitas berasal dari bahasa inggris identity secara harfiah memiliki arti ciri-ciri,
tanda-tanda atau jatidiri yang pada seseorang atau suatu yang membedakannya dengan
kelompok yang lain. Dalam term antropologi, identitas adalah sifat khas yang
menerangkan dan sesuai dengan kesadaran diri pribadi sendiri, golongan sendiri, kelompok
sendiri, komunitas sendiri, atau negara sendiri. Mengacu pada pengertian ini, identitas tidak
terbatas pada individu semata tetapi berlaku pada suatu kelompok. Ciri khas atau Jatidiri
yang melekat pada setiap individu dan masyarakat, maka menjadi identitas bagi kelompok
masyarakat tersebut.
B. Identitas Nasional
Identitas nasional dan identitas kebangsaan dapat disebutkan sama, karena identitas tersebut
merupakan kesepakatan bersama bangsa-bangsa yang terdapat di dalam negara. Menurut
Wibisono Koento dalam Srijanti, dkk (2007), pada hakikatnya identitas nasional adalah
manifestasi nilai-nilai budaya yang tumbuh dan berkembang dalam aspek kehidupan suatu
bangsa (nation) dengan ciri-ciri khas, dan dengan ciri-ciri yang khas tadi suatu bangsa berbeda
dengan bangsa lain dalam kehidupannya. Selanjutnya Dede Rosya, dkk (2005) memberikan
komentar bahwa bangsa dan nation merupakan suatu badan atau wilayah yang di dalamnya
terhimpun orang-orang yang memiliki persamaan keyakinan dan persamaan lain yang mereka
miliki seperti ras, etnis, agama, dan budaya. Unsur persamaan tersebut dapat dijadikan sebagai
identitas politik bersama untuk menentukan. tujuan bersama. Tujuan bersama ini
direalisasikan dalam bentuk sebuah entitas organisasi atas populasi, geografis, dan
pemerintahan yang permanen yang disebut negara atau state.
Pernyataan tersebut mengisyaratkan bahwa identitas nasional merupakan hal yang
melekat pada suatu bangsa, diikat oleh kebersamaan, yang memiliki cita-cita bersama dan
tujuan yang sama pula. Selanjutnya identitas nasional tersebut melahirkan tindakan atau
Action yang diberi atribut nasional.
Unsur pembentukan identitas nasional :
1. Suku bangsa
2. Agama
3. Kebudayaan
4. Bahasa

 Identitas Nasional Indonesia


1. Bahasa nasional atau bahasa persatuan adalah bahasa Indonesia. Sebagaimana telah
diikralkan pada peristiwa sumpah pemuda tanggal 28 Oktober 1928. Bangsa
Indonesia sepakat bahwa bahasa Indonesia merupakan bahasa nasional sekaligus
sebagai identitas nasional.
2. Bendera negara adalah sang merah putih. Bendera merah putih pertama kali dikibarkan
pada tanggal 17 Agustus 1945, namun telah ditunjukkan pada peristiwa sumpah
pemuda.
3. Lagu kebangsaan adalah Indonesia Raya. Pertama kali dinyanyikan pada tanggal 28
Oktober 1928 sebagai lagu kebangsaan.
4. Lambang negara adalah Garuda Pancasila, yang merupakan burung Khas Indonesia
yang dijadikan sebagai lambang negara.
5. Semboyan negara adalah Bhinneka Tunggal Ika, artinya berbeda- beda tetapi tetap satu
jua.
6. Dasar falsafah negara adalah Pancasila
7. Konstitusi (hukum dasar) negara adalah UUD 1945.
8. Bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berkedaulan rakyat. Bentuk negara
adalah Kesatuan, sementara bentuk pemerintahan republik.
9. Sistem politik yang digunakan adalah Demokrasi (kedaulatan Rakyat).

C. Urgensi Integrasi Nasional


Upaya integrasi nasional sangat urgen sifatnya, upaya ini harus dilakukan oleh
pemerintah dengan strategi pembangunan yang merata. Memperlakukan seluruh wilayah
atau daerah dengan kebijakan tepat. Upaya ini dapat berfungsi untuk memperkuat
nasionalisme masyarakat dan dapat terhindar dari perpecahan. Konflik yang terjadi di
beberapa daerah di Indonesia seperti Aceh dan Papua, adalah cerminan belum terwujudnya
integrasi Nasional dengan baik. Penting untuk diperhatikan bahwa semakin baik pola
integrasi nasional yang dilakukan oleh pemerintah akan berimplikasi terhadap identitas
nasional.

Bab V
Hak dan Kewajiban Warga Negara Terhadap Negara

A. Warga Negara dan Asas Kewarganegaraan


1. Warga Negara
Warga negara adalah orang-orang atau penduduk yang menetap dalam suatu negara.
Kaelan (2007) mendefinisikan warga negara adalah rakyat yang menetap di suatu
wilayah dan rakyat tertentu dalam hubungannya dengan negara, warga negara
mempunyai kewajiban-kewajiban terhadap negara dan sebaliknya warga negara juga
mempunyai hak-hak yang harus diberikan dan dilindungi oleh negara. Dengan
demikian, yang menjadi warga suatu negara adalah orang yang menetap dalam suatu
negara. Namun perlu diperhatikan tidak semua orang yang menetap dalam suatu negara
menjadi warga negara.
2. Asas Kewarganegaraan
a. Asas kelahiran (Ius soli) adalah penentuan status kewarganegaraan berdasarkan
tempat atau daerah kelahiran sesorang.
b. Asas keturunan (Ius sanguinis) adalah pedoman kewarganegaraan berdasarkan
pertalian darah atau keturunan.
c. Asas perkawinan. Penentuan kewarganegaraan dapat didasarkan pada aspek
perkawinan yang memiliki asas kesatuan hukum, yaitu paradigma suami istri atau
ikatan keluarga merupakan inti masyarakat yang mendambakan suasana sejahtera,
sehat dan bersatu.
d. Unsur pewarganegaraan (naturalisasi), dalam naturalisasi ada yang bersifat aktif,
yaitu seseorang dapat menggunakan hak opsi untuk memilih atau mengajukan
kehendak untuk menjadi warga negara dari suatu negara.

B. Hak dan Kewajiban Warga Negara Indonesia


Pengakuan status sebagai warga negara Republik yang diberikan oleh negara Indonesia
mengakibatkan hubungan timbal balik antara negara dengan warga negara. Status ini pula
yang mengakibatkan adanya kewajiban negara terhadap warga negara dan kewajiban warga
negara terhadap negara.
Hak warga negara adalah segala sesuatu yang harus didapatkan warga negara dari
negara (Pemerintah). Sementara kewajiban adalah segala sesuatu yang harus dilaksanakan
oleh warga negara terhadap negara.79 Contohnya, salah satu hak yang harus diperoleh
warga dari negara adalah hak perlindungan hukum, sementara salah satu kewajiban warga
negara terhadap negara adalah menaati hukum negara.
Selanjutnya untuk memperjelas tentang hak dan kewajiban warga negara terhadap negara,
serta hak dan kewajiban negara terhadap warga negara, akan diuraikan secara rinci berikut
ini:
1. Hak dan kewajiban Warga negara terhadap negara
sehubungan dengan hak dan kewajiban negara terhadap warga negara, menurut
Winarno (2014), adalah sebagai berikut:
1) Hak negara untuk ditaati hukum.
2) Hak negara untuk dibela.
3) Hak negara untuk menguasai bumi air dan kekayaan untuk kepentingan rakyat.
4) Kewajiban negara untuk menjamin sistem hukum yang adil.
5) Kewajiban negara untuk menjamin hak asasi warga negara.
6) Kewajiban negara untuk mengembangkan sistem pendidikan nasional untuk
rakyat.
7) Kewajiban negara memberikan jaminan sosial Kewajiban negara memberikan
kebebasan beribadah.

Bab VI
Politik dan Strategi Nasional

A. Landasan Dasar Politik Dan Strategi Politik Nasional


1. Pengertian politik dan strategi nasional
a. Politik
Kata Politik secara etimologis berasal dari bahasa Yunani Politeia, yang akar
katanya adalah polis, berarti kesatuan masyarakat yang berdiri sendiri, yaitu negara dan
teia, bearti urusan. Politik (etimologis) adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan urusan
yang menyangkut kepentingan dari sekelompok masyarakat (negara). Dalam bahasa
Indonesia, politik dalam arti politics mempunyai makna kepentingan umum warga negara
suatu bangsa. Politik merupakan suatu rangkaian asa, prinsip, keadaan, jalan, cara dan alat
yang digunakan untuk mencapai tujuan tertentu yang kita kehendaki. Politics dan policy
memiliki hubungan yang erat dan timbal balik. Politics memberikan asa, jalan, arah, dan
medannya, sedangkan policy memberikan pertimbangan cara pelaksanaan asas, jalan, dan
arah tersebut sebaik- baiknya.

B. Penyusunan Politik Dan Strategi Politik Nasional


Penyusuan politik dan strategi politik nasional dapat dilihat dari sisi tingkatan,
yaitu; supra struktur politik dan infrastruktur. Kedua tingkatan tersebut dijelaskan pada
pembahasan berikut.
1. Supra struktur politik
Menurut Sumarsono, dkk (2005), politik dan strategi nasional yang berlangsung
selama ini disusun berdasarkan sistem kenegaraan menurut UUD 1945. Sejak tahun 1945
telah berkembang pendapat yang menyatakan bahwa jajaran pemerintah dan lembaga-
lembaga yang tersebut dalam UUD 1945 merupakan “suprastruktur politik”.
Adapun yang termasuk dalam lembaga tersebut adalah:
1) Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR)
2) Presiden dan Wakil Presiden
3) Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)
4) Dewan Perwakilan Daerah (DPD)
5) Badan Pemeriksa keuangan (BPK)
6) Mahkamah Agung (MA)
7) Mahkamah Konstitusi (MK)
8) Komisi Yudisial (KY), dan
9) Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
C. Kesuksesan Politik Dan Strategi Politik Nasional
Sesuai dengan tata aturan ketatanegaraan bahwa politik dan strategi nasional
dituangkan dalam bentuk GBHN yang ditetapkan oleh MPR dan pelaksanaannya dilakukan
oleh presiden sebagai
mandataris MPR di era dulu. Sejak reformasi politik pada tahun 2004 pertama kali
pemilihan presiden secara langsung oleh rakyat, system politik dan strategi nasional pun
terjadi perubahan. Politik dan strategi politik nasional sekarang tidak lagi dituangkan atau
dalam bentuk GBHN akan tetapi disebut dengan RENSTRA dibuat dan dijalankan oleh
presiden karena itu RENSTRA merupakan program negara dan amanat rakyat, maka
pemerintah dalam melaksanakannya harus benar-benar bebas dari kolusi, korupsi dan
nepotisme.93 Oleh karena demikian, agar program pemerintah berhasil dan bebas dari
kolusi, korupsi, dan nepotisme, negara butuh pada pelaku atau aparatur negara yang bersih
dan setia mengamalkan nilai-nilai Pancasila.

D. Strategi Politik Nasional Kemendikbud


Strategi pelaksanaan pendidikan nasional kemudian diatur ketentuannya dengan
Sisdiknas No. 20 tahun 2003. Sisdiknas ini menjadi pijakan dan landasan dasar bagi
pemerintah/kementerian pendidikan dalam pengelolaan pendidikan nasional. Selanjutnya,
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 tahun 2013, atas perubahan PP
tentang SNP No. 19 tahun 2009. Salah satu wujud politik dan strategi pemerintah
khususnya di kementerian pendidikan adalah perubahan kurikulum pendidikan nasional,
dari kurikulum 2006, yaitu kurikulum berbasis Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menjadi
kurikulum 2013 (K 13). Kebijakan pemerintah perubahan KTSP menjadi kurikulum 2013
atas dasar analisis kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia dan untuk
meningkatkan SDM Indonesia. Selain itu, terdapat pula pertimbangan aspek karakter
bangsa yang sangat ditekankan pada kurikulum 2013. Sehingga implementasi Kurikulum
2013 diharapkan mampu membangun karakter bangsa.

Bab VII

Konstitusi NKRI

Konstitusi dapat dilihat dalam dua pengertian; luas dan sempit. Konstitusi
dalam pengertian luas adalah keseluruhan dari ketentuanketentuan dasar atau
Konstitusi dapat dilihat dalam dua pengertian; luas dan sempit. Konstitusi
dalam pengertian luas adalah keseluruhan dari ketentuanketentuan dasar atau
Konstitusi dapat dilihat dalam dua pengertian; luas dan sempit. Konstitusi
dalam pengertian luas adalah keseluruhan dari ketentuanketentuan dasar atau
Konstitusi dapat dilihat dalam dua pengertian; luas dan sempit. Konstitusi
dalam pengertian luas adalah keseluruhan dari ketentuanketentuan dasar atau
Konstitusi dapat dilihat dalam dua pengertian; luas dan sempit. Konstitusi
dalam pengertian luas adalah keseluruhan dari ketentuanketentuan dasar atau
Konstitusi dapat dilihat dalam dua pengertian; luas dan sempit. Konstitusi
dalam pengertian luas adalah keseluruhan dari ketentuanketentuan dasar atau
Konstitusi dapat dilihat dalam dua pengertian luas dan sempit. Konstitusi dalam
pengertian luas adalah keseluruhan dari ketentuanketentuan dasar atau hukum dasar.
Sedangkan konstitusi dalam pengertian yang sempit adalah piagam dasar atau undang-
undang dasar (lio constitutionalle) lalah suatu dokumen lengkap mengenal peraturan dasar
negara. Pengertian konstitusi dalam pengertian yang sempit didukung oleh C. F. Strong,
yang mengartikan konstitusi sebagai suatu kumpulan asas-asas yang menyelenggarakan
kekuasaan pemerintah, hak-hak pemerintah, dan hubungan antara pemerintah dan yang
diperintahkan.

Konstitusi biasanya disamakan dengan istilah undang-undang dasar. Terdapat pula


ahli kewarganegaraan yang membedakan dan menyamakan konstitusi dengan UUD.
Misalnya, J. Van Apeldoorn, mengemukakan bahwa konstitusi berbeda dengan undang-
undang dasar Konstitusi adalah memuat peraturan tertulis dan tidak tertulis, sedangkan
undang-undang dasar adalah peraturan tertulis Sementara menurut Sri Sumantri, konstitusi
sama artinya dengan UUD.

Konstitusi pada hakikatnya memiliki tujuan untuk membatasi kewenangan


pemerintah dalam menjamin hak-hak yang diperintah dan merumuskan pelaksanaan
kekuasaan yang berdaulat Dengan adanya konstitusi pemerintah memiliki skop wewenang
yang jelas dan menjadi bagian vang harus dijalankarinya.

Amandemen UUD pada hakikat merupakan wujud perubahan politik dan tuntun
reformasi serta upava penyesuaian UUD derigan perkembangan zaman. Amandemen UUD
teritu harus melalui mekanisme dan prosedur tersendiri. Amandemen atau perubahan UUD
1945 telah dilakukan sebanyak empat kali, yaitu:

1. Amandemen/perubahan ke-1 pada sidang umum MPR, disahkan tanggal 19 Oktober


1999.

2. Amandemen/perubahan ke-2 pada sidang tahunan MPR, disahkan pada tanggal 18


Agustus 2000.
3. Amendemen/perubahan ke-3 pada sidang tahunan MPR, disahkan tanggal 10
November 2001.

4. Amandemen/perubahan ke-4 pada sidang tahunan MPR, disahkan tanggal 10 Agustus


2002.

Bab VIII

Demokrasi Indonesia dan Pendidikan Demokrasi

Istilah demokrasi secara termonilogis berasal dari bahasa Yunani terdiri dari dua kata,
yaitu: demos (rakyat) dan crotein atau critos (kekuasaan dan kedaulatan). Perpaduan kata
demos dan crotein atau critos membentuk kata demokrasi, secara umum memiliki pengertian
sebagai bentuk pemerintahan rakyat (goverment of the people) yang mana kekuasaan
tertinggi terletak di tangan rakyat dan dilakukan secara langsung oleh rakyat melalui wakil
rakyat melalui mekanisme pemilihan yang berlangsung secara bebas.

Upaya penegakan demokrasi atau kedaulatan rakyat tetap dilaksanakan, maka


dibentuklah badan perwakilan rakyat. Kemudian badan inilah yang menjalankan demokrasi.
Demokrasi model ini dikenal dengan demokrasi tidak langsung atau demokrasi perwakilan.
Pada prinsipnya demokrasi tidak langsung tetap pemegang kekuasaan tertinggi.

Perkembangan demokrasi di Indonesia menurut berbagai referensi yang ditemukan


dapat diklasifikasi menjadi empat periode, yaitu; Periode 1945-1959, periode 1959-1965,
periode 1965-1998, dan periode 1998-sekarang.

Udin dalam Winarno (2014) menjelaskan pendidikan demokrasi adalah upaya


sistematis yang dilakukan oleh negara dan masyarakat untuk memfasilitasi individu warga
negara agar memahami, menghayati, mengamalkan, dan mengembangkan konsep, prinsip,
dan nilai demokrasi sesuai dengan status dan perannya di masyarakat.

Mengacu pada pandangah tersebut maka dapat simpulkan bahwa pendidikan


demokrasi harus dikembangkan melalui sosialisasi serius yang dilakukan pemerintah dan
masyarakat secara bersamasama dengan tujuan untuk membekali nilai-nilai demokrasi
kepada masyarakat dan diimplementasikan dalam kehidupan bermasyarakat. Sosialisi
pendidikan demokrasi dapat dilakukan melalui berbagai program, baik program pelatihan dan
melalui pendidikan formal di sekolah. Pemerintah dan masyarakat harus bergerak secara
bersamasama untuk memberikan pendidikan demokrasi kepada masyarakat.

Secara formal formulasi pendidikan demokrasi wajib diinternalisasikan dalam


kurikulum pendidikan di sekolah. Guru dalam segala kegiatan mengajarnya haruslah
membekali dan mentransfer nilai-nilai demokrasi kepada peserta didiknya. Secara
operasional guru dan dosen merupakan penggerak utama di sekolah dan di perguruan tinggi
terhadap pembentukan sikap demokrasi siswa dan mahasiswa. Fuad (2003) menjelaskan,
nilai-nilai demokrasi harus ditanamkan tanpa memandang perbedaan satu sama lainnya dan
saling menghargai dan menghormati antar sesama. Oleh karena demikian, guru dan dosen
harus meningkatkan kualitasnya agar dapat menjadi sosok yang konsisten dan bertanggung
jawab dalam melahirkan generasi bangsa yang demokratis.

Bab IX

Negara Hukum (rol of law) dan HAM

Rule of law adalah suatu doktrin hukum yang mulai muncul abad ke 19, bersama
dengan kelahiran negara konstitusi dan demokrasi. la lahir sejalan dengan tumbuh suburnya
demokrasi dan meningkatkan peran parlemen dalam penyelenggaraan negara dan sebagai
reaksi terhadap absolut yang berkembang sebelumnya. Rule of law merupakan konsep
tentang Common law, di mana segenap lapisan masyarakat dan negara beserta seluruh
kelembagaannya menjunjung tinggi supremesi hukum yang dibangun atas prinsip keadilan
dan egalitarian. Rule of law, adalah rule by the law dan bukan rule by the man. la lahir
mengambil alih dominasi yang dimiliki kaum gereja, ningrat, dan kerajaan. menggeser negara
kerajaan dan memunculkan negara konstitusi yang pada gilirannya melahirkan doktrin rule of
law.

Hakikat negara Indonesia sebagai negara hukum tercantum dalam Pembukaan UUD
1945 alinea IV yang menggambarkan tentang tujuan bernegara. Secara umum negara
berkewajiban melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia,
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan
ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.

Negara Indonesia berdasarkan pada konstitusi dasar menjamin memberikan


perlindungan hukum, keadilan, kesejahteraan, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan negara
juga menjamin terhadap Hak Asasi Manusia. Jaminan hukum yang diberikan negara kepada
rakyat, dapat dilihat secara detil pada pembahasan prinsip-prinsip rule of law, misalnya: (1)
Segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan wajib
menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya (pasal 27 ayat 1); (2)
Dalam Bab X A tentang Hak Asasi Manusia, memuat 10 pasal, antara lain bahwa setiap
orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta
perlakuan yang sama di hadapan hukum (pasal 28 D ayat 1); (3) Setiap orang berhak untuk
bekerja serta mendapat imbalan dan perlakuan yang adil dan layak dalam hubungan kerja
(pasal 28 D ayat 2).

Menurut John Locke, Hak Asasi Manusia (HAM) adalah hak-hak yang diberikan
langsung oleh Tuhan Yang Maha Pencipta sebagai sesuatu yang kodrati. Pengertian hampir
sama diberikan oleh Jan Matenson, HAM adalah hak-hak yang melekat pada manusia, yang
tanpa dengannya manusia mustahil dapat hidup sebagai manusia. Hampir senada dengan
kedua pengertian tersebut menurut Lopa, HAM adalah hak-hak yang diberikan langsung oleh
Tuhan Yang Maha Pencipta (hak-hak yang bersifat kodrati). Oleh karenanya tidak ada
kekuasaan apapun di dunia yang dapat mencabutnya.

Bab X

Wawasan Nusantara Sebagai Geopolitik Indonesia

Wawasan Nusantara adalah cara pandang bangsa Indonesia mengenai diri dan
lingkungannya. Berdasarkan cara pandang tersebut, kita akan mengenali diri kita sebagai
suatu bangsa yang memiliki kesamaan, yaitu ideologi, geografis, dan citacita nasional yang
harus dicapai secara bersama.

Hakikat wawasan Nusantara pada dasarnya adalah keutuhan bangsa dan kesatuan
wilayah nasional. Hal ini merujuk pada rumusan dalam GBHN, yaitu persatuan dan kesatuan
bangsa serta kesatuan wilayah.168 Indonesia bangsa yang besar, beragam, dan memiliki
wilayah yang luas, menjadi potensi/kekuatan untuk mewujudkan persatuan dan kesatuan yang
kokoh dalam NKRI tanpa pecah belah. Semua kekayaan yang terdapat dalam wilayah negara
Indonesia harus dikelola secara tepat untuk kesejahteraan dan keutuhan bangsa.

Frederick Ratzel adalah tokoh ilmu bumi politik yang pertama mengemukakan
tentang geopolitik. Geopolitik ilmu yang mempelajari fenomena politik dari aspek geografi.
Politik suatu negara dipengaruhi oleh konstelasi geografis negara bersangkutan. Geopolitik
memaparkan dasar pertimbangan dari aspek geografi dalam menentukan kebijakan nasional
untuk mewujudkan suatu tujuan. Prinsip geopolitik suatu negara dapat menjadi dasar bagi
perkembangan wawasan nasional bangsa itu. Di Indonesia orang yang pertama memberikan
penjelasan tentang geopolitik dan mengaitkannya dengan bangsa Indonesia adalah Ir.
Soekarno pada pidatonya di hadapan sidang BPUKI tanggal 1 Juni 1945. Inti dari pidato Ir.
Soekarno, bahwa geopolitik bangsa Indonesia adalah satu kesatuan wilayah dari Sabang
sampai Merauke yang terletak antara dua samudra dan dua benua.

Secara geografis Indonesia merupakan negara yang diapit oleh dua samudra; samudra
Hindia dan Pasifik serta dua benua, yaitu benua Asia dan Australia. Indonesia adalah negara
kepulauan yang disebut nusantara (nusa di antara air) dan juga 2/3 wilayahnya adalah
teritorial laut. Artinya sektor kemaritiman lebih besar. Secara formal dalam Pasal 25A UUD
1945 ditetapkan "Negara kesatuan Republik Indonesia adalah sebuah negara kepulauan yang
berciri nusantara dengan wilayah yang batas-batas dan hak-haknya ditetapkan berdasarkan
undang-undang. Dasar inilah Indonesia mengembangkan paham geopolitik nasionalnya,
yakni wawasan nusantara.

Otonomi daerah adalah kewenangan otonom untuk mengatur dan mengurus


kepentingan masyarakat setempat. Pendelegasian kewenangan ditinjau dari visi implementasi
praktis di daerah dapat diselenggarakan menjadi tiga kelompok besar, yaitu pendekatan
legislatif kewenangan politik, pendelegasian kewenangan urusan daerah, dan pendelegasian
kewenangan pengelolaan keuangan.

Secara umum penyelenggaraan sistem negara mengacu pada dua sistem yaitu
sentralisasi dan desentralisasi. Sistem sentralisasi berkaitan dengan penyelenggaraan negara
yang mengacu pada pusat. Sistem ini pada hakikatnya sebagai konsekuensi dari sifat negara
kesatuan. Sementara desentralisasi adalah penyerahan wewenang pemerintahan oleh
pemerintahan pusat kepada daerah otonomi. Sistem desentralisasi pada hakikatnya berkaitan
dengan penyelenggara sistem negara di mana sebagian urusan pemerintah pusat di serahkan
kepada pemerintahan daerah, sehingga pemerintah daerah bertanggung jawab terhadap
pengelolaan baik perencanaan, pembiayaan, peralatan, pengawai, dan lain-lain.

Bab XI
Ketahanan Nasional Sebagai Geostrategis Indonesia

Geostrategi merupakan strategi dalam memanfaatkan konstelasi geografi negara untuk


menentukan kebijakan, tujuan, sarana-sarana untuk mencapai tujuan nasional. Geostrategi
dapat pula dikatakan sebagai pemanfaatan kondisi lingkungan dalam upaya mewujudkan
tujuan politik.
Sementara geostrategi Indonesia adalah strategi dalam memanfaatkan konstelasi
wilayah geografi negara Indonesia untuk menentukan kebijakan, tujuan dan sarana-sarana
untuk mencapai tujuan nasional bangsa Indonesia, Geostrategi Indonesia memberi arahan
tentang bagaimana merancang strategi pembangunan guna mewujudkan masa depan yang
lebih baik, aman dan sejahtera. Oleh karena itu geostrategi Indonesia bukanlah merupakan
geopolitik untuk kepentingan politik dan perang tetapi untuk kepentingan kesejahteraan
dan keamanan. Geostrategi Indonesia juga diartikan sebagai metode untuk mewujudkan
cita-cita proklamasi sebagai yang diamanatkan dalam pembukaan UUD 1945. Ini
diperlukan untuk mewujudkan dan mempertahankan integritas bangsa dalam masyarakat
majemuk dan heterogen berdasarkan Pembukaan dan UUD 1945.
Geostrategi/ketahanan nasional diperlukan dalam menunjang keberhasilan tugas pokok
pemerintahan, seperti tegaknya hukum dan ketertiban terwujudnya kesejahteraan dan
kemakmuran, terselenggaranya pertahanan dan keamanan, terwujudnya keadilan hukum
dan keadilan sosial, serta terdapatnya kesempatan rakyat untuk mengaktualisasikan diri.
Berdasarkan pernyataan tersebut, tujuan geostrategi nasional adalah untuk terwjudnya
keadilan hukum, kesejahteraan, pertahanan dan keamanan nasional.
Fungsi geostrategi/ketahanan nasional Indonesia secara umum adalah sebagai daya
tangkal dari berbagai bentuk ancaman yang dapat mengganggu stabilitas ekonomi, politik,
keamanan dan berbagai bentuk ancaman lain yang dapat mengancam terhadap keutuhan
NKRI.
Mengacu pada bentuk ancaman terhadap NKRI sebagaimana definisi Undang-Undang
No. 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara dan Undang- Undang No. 34 Tahun 2004
tentang Tentara Nasional Indonesia, secara umum bentuk ancaman tersebut ada dua, yaitu:
(1) ancaman fisik, dan (2) nonfisik. Ancaman bentuk fisik dapat berupa serangan militer
negara asing terhadap negara Indonesia. Sementara ancaman nonfisik terkait dengan
persoalan ideologi. ekonomi, dan budaya.
Ketetapan UUD 1945 tersebut mempertegas bahwa setiap warga negara Republik
Indonesia berhak dan wajib dalam hal membela negara. Trisnowaty (2009) menjelaskan,
tidak seorang warga negara pun boleh dihindarkan dari kewajiban ikut serta dalam
pembelaan negara. Pernyataan ini menunjukkan jika secara fisik tidak mampu, maka bela
negara dapat dilakukan secara non fisik.
BAB 3
KEUNGGULAN BUKU

A. Keterkaitan Antar Bab


Keterkaitan antara bab dalam buku ini saling berkaitan satu sama lain dan apa yang dijelaskan
dalam buku ini sudah lengkap karena membahas satu persatu tentang ketatanegaraan semua
topik dalam kedua buku ini saling berkaitan karena dalam kedua buku ini membahas tentang
dasar negara, ideologi, etika, identitas, hak dan kewajiban, politik, hukum, Ham, Geopolitik,
Ketahanan nasional dan masih dalam ruang lingkup yang sama

B. Kemuktahiran isi Buku


Kemuktahiran buku ini tidak perlu diragukan lagi dilihat dari tahun terbitnya dan sumber-
sumbernya, kemudian pembahasan yang dipaparkan oleh penulis dalam kedua buku ini sangat
menyeluruh dan banyak menggunakan pendapat ahli sehingga pembahasannya sangat mudah
dipahami oleh penulis, dan begitu juga untuk buku pembanding kemuktahirannya tidak perlu
diragukan lagi dan isi dari kedua buku ini banyak mencantumkan pendapat ahli yang membuat
pembaca semakin mudah dalam memahami isi buku.

C. Keterkaitan isi Buku


Secara keseluruhan isi dalam buku utama dan buku pembanding saling berkaitan dimana
pembahasan pada buku utam dan buku pembanding memiliki kesimpulan yang sama dan
makna yang sama dalam setiap topik yang dibahas dalam buku tersebut, hanya saja terkadang
ada pendapat ahli dalam setiap pembahasan yang berbeda-beda namun untuk kesimpulan akan
topik bahasannya tetap sama makna nya.
BAB 4
KELEMAHAN BUKU

A. Keterkaitan Antar Bab


Menurut penulis Keterkaitan antara bab pada buku utama dan buku pembanding tidak ada yang
salah dimana didalam kedua buku ini pembahasanya saling berkaitan dan sangat jelas dalam
struktur penulisannya, dan kedua buku ini menjelaskan materi yang saling berhubungan lingkup
pembahasannya dengan Pendidikan kewarganegaraan.

B. Kemuktahiran Isi Buku


Buku utama dari segi penampilan menurut penulis masih bagus, namun pada buku pembanding
buku ini memiliki sampul yang kurang menarik karena tidak berwarna. dan untuk pembahasan
pada buku utama menurut penulis bertele-tele Seperti pada bab II tidak langsun to the point, dan
dalam buku pembanding juga ada penggunaan istilah yang tidak ada penjelasannya seperti pada
bab 5 hal ini membuat penulis menjadi bingung akan maksud dari penjelasan tersebut, dan
materi dalam buku pembanding tidak dilengkapi denganpeta konsep yang mempermudah
pembaca dalam memahami isi buku.

C. Keterkaitan isi Buku


Buku utama menurut penulis materi yang dibahas sudah saling berkaitan, namun pada buku
pembanding, ada materi yang menurut penulis kurang berkaitan yaitu Demokrasi Indonesia dan
Pendidikan demokrasi hal ini menurut penulis tidak berkaitan dengan materi buku utama dan
menurut penulis materi ini tidak relevan untuk dibahas karena kurang berkaitan dengan materi
selanjutnya yang dibahas dalam buku pembanding.

BAB 5
HASIL ANALISIS

Melihat hasil pembahasan akan keunggulan dan kelemahan buku Berdasarkan


pembahasan kedua buku tersebut penulis dapat memberikan teori bahwa Pendidikan
kewarganegaraan memiliki peran yang sangat penting atau strategis bagi masyarakat terkusus
bagi mahasiswa dimana Pendidikan kewarganegaraan ini mengingatkan kita akan pentingnya
nilai-nilai hak dan kewajiban suatu warga negara agar setiap hal yang di kerjakan sesuai dengan
tujuan dan cita-cita bangsa dan tidak melenceng dari apa yang diharapkan karena dinilai
penting.
Belajar Pendidikan kewarganegaraan bukan semata-mata hanya belajar biasa namun
melalui Pendidikan kewarganegaraan dapat menciptakan generasi penerus yang cinta terhadap
tanah air dan membentuk karakter manusia yang sesuai dengan identitas bangsa.
Pendidikan kewarganegaraan diberikan kepada mahasiswa sebagai generasi muda penerus
bangsa untuk memberikan bekal nilai-nilai kebangsaan dan pemahaman komprehensif
mengenai wawasan nusantara, ketahanan nasional, hak dan kewajiban sebagai warga negara,
demokrasi, konstitusi serta HAM dalam menghadapi tantangan globalisasi demi eksistensi
Negara Kesatuan Republik Indonesia.
BAB 6
SIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Setelah membaca dan membandingkan kedua buku Pada dasarnya kedua buku tersebut sangat
baik dan sesuai digunakan untuk Pendidikan kewarganegaraan bagi mahasiswa diperguruan
tinggi, penulis menyarankan kedua buku tersebut dapat dijadikan refrensi untuk bacaan, karena
kelengkapan isi dari kedua buku tersebut sudah baik dan tepat untuk dipelajari

B. Saran
Berdasarkan hasil kelebihan dan kelemahan dari isi buku penulis berharap agar kelebihan
dari setiap buku dapat dipertahankan dan dimanfaatkan ilmunya dengan baik didalam
kehidupan berbangsa dan bernegara, berdasarkan kelemahan buku penulis juga berharap agar
penulis buku dapat merevisi ulang buku tersebut agar dapat sempurna dan memberikan manfaat
agar pembaca mudah dalam memahami isi dari buku tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

 Dr.Osbeth Sinaga.,M.A. 2023. Pendidikan kewarganegaraan untuk perguruan


tinggi. medan:CV.Harapan Cerdas
 Sulaiman. 2016. Pendidikan kewarganegaraan untuk perguruan tinggi. Banda
Aceh: peNa.
Daftar Lampiran

 Lampiran Buku Utama


 Buku Pembanding

Anda mungkin juga menyukai