REPORT/REVIEW
Disusun oleh:
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur sayaucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat dan berkat-NYA, sehingga saya dapat menyelesaikan critical book review (CBR)
pada mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan. Dalam makalah ini saya menelaah dua buah
Dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari petunjuk dan bimbingan serta masukan dari
semua pihak. Untuk itu saya berterimakasih kepada Bapak Parlaungan Gabriel
membantu dan memberi pengarahan kepada saya sehingga tugas ini dapat selesai tepat
waktu.
Tak ada gading yang tak retak, begitu juga dengan penulisan makalah ini masih jauh
dari kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan dari
pembaca sekalian. Akhir kata semoga makalah ini bermanfaat bagi kita untuk menambah
Jeremy Marpaung
NIM. 7213210015
DAFTAR ISI
Kata Pengantar........................................................................................................................................
Daftar Isi...................................................................................................................................................
BAB I
PENGANTAR............................................................................................................................................
A. Identitas Biografis Buku Utama..........................................................................................................................
RESUME BUKU.........................................................................................................................................
A. Resume Buku Utama..............................................................................................................................................
KEUNGGULAN BUKU..............................................................................................................................
A. Keunggulan Buku Utama......................................................................................................................................
KELEMAHAN BUKU.................................................................................................................................
A. Kelemahan Buku Utama.......................................................................................................................................
HASIL ANALISIS.......................................................................................................................................
BAB 6
B. Saran............................................................................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................................
BAB 1
PENGANTAR
A. Identitas Buku
Buku Utama
Judul Pendidikan Kewarganegaraan Untuk Perguruan Tinggi
Dr.Osbeth Sinaga, M.si, Apiek Gandamana, S.Pd.,M.Pd. dan Tim
Penulis
Dosen Pendidikan Kewarganegaraan
Penerbit CV. Harapan Cerdas
ISBN 978-602-5799-42-6
Buku Pembanding
Judul Pendidikan Kewarganegaraan Untuk Perguruan Tinggi
Penulis Sulaiman,MA
ISBN 978-602-1620-46-5
Bab 1
Hakikat Pendidikan Kewarganegaraan
Strategi Integrasi
Dijelaskan oleh Ditjendikti (2012:190) dalam rangka mengupayakan terwujudnya integrasi
nasional yang mantap ada beberapa strategi yang mungkin ditempuh, yaitu: (1) strategi
asimilasi, (2) strategi akulturasi, dan (3) strategi pluralis.
Ketiga strategi tersebut terkait dengan seberapa jauh penghargaan yang diberikan atas unsur-
unsur perbedaan yang ada dalam masyarakat. Strategi asimilasi, akulturasi, dan pluralis masing-
masing menunjukkan penghargaan yang secara gradual berbeda dari yang paling kurang, yang
lebih, dan yang paling besar penghargaannya terhadap unsur-unsur perbedaan dalam
masyarakat, di dalam upaya mewujudkan integrasi nasional tersebut.
Bab IV
Negara dan Konstitusi
Konsep Negara
Miriam Budiardjo mengemukakan bahwa negara adalah suatu daerah teritorial yang
rakyatnya diperintah (govermed) oleh sejumlah pejabat dan berhasil menuntut dari warga
negaranya ketaatan pada pera- turan perundang-undangannya melalui penguasaan (kontrol)
monopolistis dari kekuasaan yang sah (Budiardjo, 1985:40-41).
Dari sejarawan muslim tokoh yang menjelaskan pengertian negara adalah Abu Zayd 'Abd
al-Rahman ibn Muhammad ibn Khaldun al-Hadrami (Ibnu Khaldun). Negara merupakan suatu
tubuh yang persis keadaannya sebagai tubuh manusia, mempunyai sifat tabiat sendiri,
mempunyai badan jasmani dan rohani, dan mempunyai batas umur sebagai halnya manusia..
Ada masanya lahir dan tumbuh, adapula masanya muda dan dewasa, dan ada masanya tua dan
mati.
Dari kesimpulan beberapa ahli diatas dapat di simpukan bahwa Negara adalah suatu
organisasi tertinggi yang mempunyai wewenang untuk mengatur bahkan dapat memaksa
perihal yang menyangkut kepentingan orang banyak serta mempunyai kewajiban-kewajiban
untuk melindungi dan mensejahterakan masyarakatnya.
Unsur-unsur Negara
1. Unsur Konstitutif
Unsur konstitutif adalah unsur pembentuk yang harus dipenuhi agar terbentuk negara. Unsur ini
terdiri atas rakyat, wilayah dan pemerintah yang berdaulat.
2. Unsur Deklaratif
Unsur deklaratif adalah unsur yang sifatnya menyatakan, bukan mutlak harus dipenuhi. Unsur
ini terdiri atas tujuan negara, adanya konstitusi, dan pengakuan dari negara lain.
Sifat Negara
1. Sifat memaksa
Sifat memaksa artinya bahwa negara mempunyai kekuatan fisik secara legal agar tercapai
ketertiban dalam masyarakat dan mencegah timbulnya anarki.
2. Sifat memonopoli
Monopoli berasal dari kata "mono" yang artinya satu dan "poli" yang artinya penguasa, jika
sifat monopoli dikaitkan dengan negara adalah suatu hak tunggal yang dilakukan oleh negara
untuk berbuat atau menguasai sesuatu untuk kepentingan dan tujuan bersama.
3. Sifat Mencakup Semua
Sifat mencakup semua berarti semua peraturan perundang- undangan yang berlaku (misalnya
keharusan membayar pajak) adalah untuk semua orang tanpa kecuali.
Pengertian Konstitusi
pengertian konstitusi yaitu seperangkat aturan atau hukum yang berisi ketentuan tentang
bagaimana pemerintah dijalankan. Oleh karena itu aturan atau hukum yang terdapat dalam
konstitusi mengatur hal-hal yang sangat mendasar dari suatu negara, maka konstitusi dapat
dikatakan sebagai aturan atau hukum dasar yang dijadikan pedoman dalam penyelenggaran
suatu negara.
Kedudukan Konstitusi
Kedudukan Konstitusi adalah :
1. Konstitusi sebagai hukum dasar, karena ia berisi aturan dan ketentuan tentang hal-hal
yang mendasar dalam kehidupan suatu negara.
2. Konstitusi sebagai hukum tertinggi, artinya bahwa aturan-aturan yang terdapat dalam
konstitusi, secara hierarki mempunyai kedudukan lebih tinggi terhadap aturan-aturan
lainnya, sehingga aturan-aturan yang lain harus sesuai dengan undang-undang dasar.
Bab V
Hak Asasi Manusia
Asas Kewarganegaraan
Berdasarkan UU No 12 Tahun 2006 asas kewarganegaraan umum terdiri atas 4 asas, yaitu:
(1) asas kelahiran; (2) asas keturunan; (3) asas kewarganegaraan tunggal; dan (4) asas
kewarganegaraan ganda terbatas. Asas kelahiran dan asas keturunan mempunyai pengertian
yang sama dengan yang telah diterangkan di atas tadi. Sedangkan asas kewarga- negaraan
tunggal adalah asas yang menetukan satu kewarganegaraan bagi setiap orang. Asas
kewarganegaraan ganda terbatas adalah asas yang menentukan kewarganegaraan lebih dari satu
bagi anak-anak sesuai dengan undang-undang yang mengaturnya. Jadi kewarganegaraan ini
hanya bisa dimiliki anak anak yang masih berusia dibawah umur 18 tahun setelah anak tersebut
berumur 18 tahun maka ia harus memilih satu dari kewarga- negaraan tersebut.
Bab VI
Demokrasi
Konsep Demokrasi
Demokrasi berarti kekuasaan atau pemerintah ada di tangan rakyat. Dalam konteks ini
kekuasaan atau pemerintah tertinggi berada di tangan rakyat dan dijalankan langsung oleh
mereka atau oleh wakil-wakil yang mereka pilih di bawah sistem pemilihan bebas.
Bentuk Demokrasi
Menurut Budi Juliardi (2016:88-89) menjelaskan, secara teoritis demokrasi yang dianut oleh
negara-negara di dunia terbagi menjadi dua,yaitu:
1. Demokrasi langsung (direct democracy), yaitu paham demokrasi yang mengikutsertakan
warga negaranya dalam permusyawaratan untuk menentukan kebijakan umum dan undang-
undang.
2. Demokrasi tidak langsung (indirect democracy), yaitu paham demokrasi yang dilaksanakan
melalui sistem perwakilan yang biasanya dilakukan melalui pemilihan umum.
Prinsip-prinsip Demokrasi
Menurut Ranney (1982: 278), ada empat prinsip yang terkait dengan pemerintahan demokrasi,
yaitu: (1) kedaulatan rakyat; (2) persmaan politik; (3) konsultasi kepada rakyat; dan (4) aturan
mayoritas.
Demokrasi di Indonesia
Demokrasi Indonesia dikatakan demokrasi pancasila, dimana prinsip- prinsip demokrasi
yang dijalankan berdasarkan pada nilai-nilai Pancasila. Demokrasi Pancasila dapat diartikan
secara luas maupun sempit, sebagai berikut:
1. Secara luas demokrasi Pancasila berarti kedaulatan rakyat yang didasarkan pada nilai-
nilai Pancasila baik sebagai pedoman penye- lenggaraan maupun sebagai cita-cita.
2. Secara sempit demokrasi Pancasila berarti kedaulatan rakyat yang dilaksanakan menurut
hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan.
Pendidikan Demokrasi
Pendidikan demokrasi diartikan sebagai upaya sistematis yang dilakukan negara dan
masyarakat untuk memfasilitasi individu negaranya agar memahami, menghayati,
mengamalkan dan mengembang. kan konsep, prinsip, dan nilai demokrasi sesuai dengan status
dan perannya dalam masyarakat (Udin S. Winataputra, 2001:12). Pada dasarnya, pendi- dikan
demokrasi dapat dilakukan melalui tiga cara, yaitu: warga
1. Pendidikan demokrasi secara formal: pendidikan yang lewat tatap muka, diskusi timbal
balik, presentasi, serta studi kasus.
2. Pendidikan demokrasi secara informal: pendidikan yang lewat tahap pergaulan di rumah
maupun masyarakat, sebagai bentuk aplikasi nilai berdemokrasi sebagai hasil interaksi
terhadap lingkungan sekitarnya dan langsung dapat dirasakan hasilnya.
3. Pendidikan demokrasi secara non formal: pendidikan yang melewati lingkungan
masyarakat secara lebih makro karena pendidikan di luar sekolah memiliki parameter
yang signifikan terhadap pembentukan jiwa seseorang, seperti kelompok masyarakat,
lembaga swadaya, partai politik, pers, dan lain-lain (Budi Juliardi, 2016:101).
Bab VII
Negara Hukum
Konsep Negara Hukum (Perumusan para jurist/Hakim Asia Tenggara dan pasifik)
Rumusan konsep negara hukum menurut perumusan para Jurist Asia Tenggara dan Pasifik
(15-19 Februari 1965), sebagaimana tercantum dalam buku "The Dynamics Aspects of the rule
of law in the Modern Age", bahwa syarat rule of law adalah: 1) perlindungan konstitusi dalam
arti bahwa kons- titusi selain menjamin hak-hak individu harus menentukan pula cara prose-
dual untuk memperoleh perlindungan atas hak-hak yang dijamin; 2) badan kehakiman yang
bebas dan tidak memihak; 3) kebebasan untuk menyatakan pendapat; 4) pemilihan umum yang
bebas; 5) kebebasan untuk berseri- kat/berorganisasi dan beroposisi; dan 6) pendidikan civic
(Busroh dan Busroh, 1985: 15-116).
Bab VIII
Wawasan Nusantara Sebagai Geopilitik Indonesia
Pengertian Geopolitik
Geopolitik berasal dari bahasa Yunani, dari kata geo dan politik. "geo" berarti bumi dan
"politik" berasal dari kata politeia, berarti kesatuan masyarakat yang berdiri sendiri (negara) dan
teia yang berarti urusan, Sementara dalam bahasa Inggris, politics adalah suatu rangkaian asas
(prinsip), keadaan, cara, dan alat yang digunakan untuk mencapai cita-cita atau tujuan tertentu.
Tindakan, cara dan perilaku masyarakat dipengaruhi oleh kondisi geografi tempat masyarakat
hidup.
Berdasarkan pengertian di atas, geopolitik dapat diartikan sebagai sistem politik atau
peraturan-peraturan dalam wujud kebijaksanaan dan strategi nasional yang didorong oleh
aspirasi nasional geografik (kepentingan yang titik beratnya terletak pada pertimbangan
geografi, wilayah, atau teritorial dalam arti luas) suatu negara, yang apabila dilaksanakan dan
berhasil akan berdampak langsung atau tidak langsung kepada sistem politik suatu negara
(Kaelan dan Zubaidi, 2007:122).
Bab IX
Bela Negara Upaya Mewujudkan Ketahanan Nasional
Bab 1
Pancasila Sebagai Dasar Negara
Bab II
Pancasila Sebagai Ideologi Nasional
A. Ideologi Pancasila
Pancasila sebagai ideologi negara berarti bahwa Pancasila merupakan suatu gagasan
yang berkenaan dengan kehidupan negara. Kehidupan bernegara, seperti yang terurai dalam
Undang-Undang Dasar 1945, menunjukkan bahwa bidang-bidang yang ditangani oleh
negara meliputi ideologi, politik, sosial-budaya, ekonomi, pertahanan, dan keamanan, serta
hak-hak asasi manusia. Ciri khas ideologi Pancasila adalah nilai dan cita-citanya tidak
dipaksakan dari luar, tidak pula diciptakan oleh negara melainkan digali dan diambil dari
kekayaan rohani, moral dan budaya masyarakatnya sendiri. Hal ini pula yang memberikan
ciri bahwa Pancasila sebagai ideologi terbuka.
B. Pancasila Sebagai Ideologi Terbuka
Pancasila sebagai ideologi terbuka memiliki ciri khas tersendiri yaitu nilai-nilai dan
cita-citanya tidak dipaksakan dari luar, akan tetapi digali dan diambil dari kekayaan rohani,
moral, dan budaya masyarakat Indonesia sendiri. Dasarnya dari konsensus masyarakat dan
tidak diciptakan oleh negara, melainkan ditemukan dalam masyarakat sendiri. Oleh karena
demikian ideologi terbuka adalah milik semua rakyat, masyarakat dan dapat menemukan
diri di dalamnya. Ideologi terbuka bukan hanya dapat dibenarkan melainkan dibutuhkan.
Nilai- nilai dasar menurut pandangan negara modern bahwa negara modern hidup dari nilai-
nilai dasar dan sikap-sikap dasarnya.33 Demikian ciri khas Pancasila sebagai ideologi
terbuka.
Ideologi terbuka adalah ideologi yang dapat berinteraksi dengan ideologi lainnya.
Artinya ideologi Pancasila dapat mengikuti perkembangan yang terjadi pada negara lain
yang memiliki ideologi yang berbeda dengan Pancasila dalam berbagai aspek kehidupan
masyarakat. Hal ini disebabkan ideologi Pancasila memiliki nilai-nilai yang meliputi; nilai
dasar, nilai instrumental, dan nilai praksis.
Bab III
Pancasila Sebagai Etika Politik
Bab IV
Identitas Nasional
A. Pengertian Identitas
Kata identitas berasal dari bahasa inggris identity secara harfiah memiliki arti ciri-ciri,
tanda-tanda atau jatidiri yang pada seseorang atau suatu yang membedakannya dengan
kelompok yang lain. Dalam term antropologi, identitas adalah sifat khas yang
menerangkan dan sesuai dengan kesadaran diri pribadi sendiri, golongan sendiri, kelompok
sendiri, komunitas sendiri, atau negara sendiri. Mengacu pada pengertian ini, identitas tidak
terbatas pada individu semata tetapi berlaku pada suatu kelompok. Ciri khas atau Jatidiri
yang melekat pada setiap individu dan masyarakat, maka menjadi identitas bagi kelompok
masyarakat tersebut.
B. Identitas Nasional
Identitas nasional dan identitas kebangsaan dapat disebutkan sama, karena identitas tersebut
merupakan kesepakatan bersama bangsa-bangsa yang terdapat di dalam negara. Menurut
Wibisono Koento dalam Srijanti, dkk (2007), pada hakikatnya identitas nasional adalah
manifestasi nilai-nilai budaya yang tumbuh dan berkembang dalam aspek kehidupan suatu
bangsa (nation) dengan ciri-ciri khas, dan dengan ciri-ciri yang khas tadi suatu bangsa berbeda
dengan bangsa lain dalam kehidupannya. Selanjutnya Dede Rosya, dkk (2005) memberikan
komentar bahwa bangsa dan nation merupakan suatu badan atau wilayah yang di dalamnya
terhimpun orang-orang yang memiliki persamaan keyakinan dan persamaan lain yang mereka
miliki seperti ras, etnis, agama, dan budaya. Unsur persamaan tersebut dapat dijadikan sebagai
identitas politik bersama untuk menentukan. tujuan bersama. Tujuan bersama ini
direalisasikan dalam bentuk sebuah entitas organisasi atas populasi, geografis, dan
pemerintahan yang permanen yang disebut negara atau state.
Pernyataan tersebut mengisyaratkan bahwa identitas nasional merupakan hal yang
melekat pada suatu bangsa, diikat oleh kebersamaan, yang memiliki cita-cita bersama dan
tujuan yang sama pula. Selanjutnya identitas nasional tersebut melahirkan tindakan atau
Action yang diberi atribut nasional.
Unsur pembentukan identitas nasional :
1. Suku bangsa
2. Agama
3. Kebudayaan
4. Bahasa
Bab V
Hak dan Kewajiban Warga Negara Terhadap Negara
Bab VI
Politik dan Strategi Nasional
Bab VII
Konstitusi NKRI
Konstitusi dapat dilihat dalam dua pengertian; luas dan sempit. Konstitusi
dalam pengertian luas adalah keseluruhan dari ketentuanketentuan dasar atau
Konstitusi dapat dilihat dalam dua pengertian; luas dan sempit. Konstitusi
dalam pengertian luas adalah keseluruhan dari ketentuanketentuan dasar atau
Konstitusi dapat dilihat dalam dua pengertian; luas dan sempit. Konstitusi
dalam pengertian luas adalah keseluruhan dari ketentuanketentuan dasar atau
Konstitusi dapat dilihat dalam dua pengertian; luas dan sempit. Konstitusi
dalam pengertian luas adalah keseluruhan dari ketentuanketentuan dasar atau
Konstitusi dapat dilihat dalam dua pengertian; luas dan sempit. Konstitusi
dalam pengertian luas adalah keseluruhan dari ketentuanketentuan dasar atau
Konstitusi dapat dilihat dalam dua pengertian; luas dan sempit. Konstitusi
dalam pengertian luas adalah keseluruhan dari ketentuanketentuan dasar atau
Konstitusi dapat dilihat dalam dua pengertian luas dan sempit. Konstitusi dalam
pengertian luas adalah keseluruhan dari ketentuanketentuan dasar atau hukum dasar.
Sedangkan konstitusi dalam pengertian yang sempit adalah piagam dasar atau undang-
undang dasar (lio constitutionalle) lalah suatu dokumen lengkap mengenal peraturan dasar
negara. Pengertian konstitusi dalam pengertian yang sempit didukung oleh C. F. Strong,
yang mengartikan konstitusi sebagai suatu kumpulan asas-asas yang menyelenggarakan
kekuasaan pemerintah, hak-hak pemerintah, dan hubungan antara pemerintah dan yang
diperintahkan.
Amandemen UUD pada hakikat merupakan wujud perubahan politik dan tuntun
reformasi serta upava penyesuaian UUD derigan perkembangan zaman. Amandemen UUD
teritu harus melalui mekanisme dan prosedur tersendiri. Amandemen atau perubahan UUD
1945 telah dilakukan sebanyak empat kali, yaitu:
Bab VIII
Istilah demokrasi secara termonilogis berasal dari bahasa Yunani terdiri dari dua kata,
yaitu: demos (rakyat) dan crotein atau critos (kekuasaan dan kedaulatan). Perpaduan kata
demos dan crotein atau critos membentuk kata demokrasi, secara umum memiliki pengertian
sebagai bentuk pemerintahan rakyat (goverment of the people) yang mana kekuasaan
tertinggi terletak di tangan rakyat dan dilakukan secara langsung oleh rakyat melalui wakil
rakyat melalui mekanisme pemilihan yang berlangsung secara bebas.
Bab IX
Rule of law adalah suatu doktrin hukum yang mulai muncul abad ke 19, bersama
dengan kelahiran negara konstitusi dan demokrasi. la lahir sejalan dengan tumbuh suburnya
demokrasi dan meningkatkan peran parlemen dalam penyelenggaraan negara dan sebagai
reaksi terhadap absolut yang berkembang sebelumnya. Rule of law merupakan konsep
tentang Common law, di mana segenap lapisan masyarakat dan negara beserta seluruh
kelembagaannya menjunjung tinggi supremesi hukum yang dibangun atas prinsip keadilan
dan egalitarian. Rule of law, adalah rule by the law dan bukan rule by the man. la lahir
mengambil alih dominasi yang dimiliki kaum gereja, ningrat, dan kerajaan. menggeser negara
kerajaan dan memunculkan negara konstitusi yang pada gilirannya melahirkan doktrin rule of
law.
Hakikat negara Indonesia sebagai negara hukum tercantum dalam Pembukaan UUD
1945 alinea IV yang menggambarkan tentang tujuan bernegara. Secara umum negara
berkewajiban melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia,
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan
ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.
Menurut John Locke, Hak Asasi Manusia (HAM) adalah hak-hak yang diberikan
langsung oleh Tuhan Yang Maha Pencipta sebagai sesuatu yang kodrati. Pengertian hampir
sama diberikan oleh Jan Matenson, HAM adalah hak-hak yang melekat pada manusia, yang
tanpa dengannya manusia mustahil dapat hidup sebagai manusia. Hampir senada dengan
kedua pengertian tersebut menurut Lopa, HAM adalah hak-hak yang diberikan langsung oleh
Tuhan Yang Maha Pencipta (hak-hak yang bersifat kodrati). Oleh karenanya tidak ada
kekuasaan apapun di dunia yang dapat mencabutnya.
Bab X
Wawasan Nusantara adalah cara pandang bangsa Indonesia mengenai diri dan
lingkungannya. Berdasarkan cara pandang tersebut, kita akan mengenali diri kita sebagai
suatu bangsa yang memiliki kesamaan, yaitu ideologi, geografis, dan citacita nasional yang
harus dicapai secara bersama.
Hakikat wawasan Nusantara pada dasarnya adalah keutuhan bangsa dan kesatuan
wilayah nasional. Hal ini merujuk pada rumusan dalam GBHN, yaitu persatuan dan kesatuan
bangsa serta kesatuan wilayah.168 Indonesia bangsa yang besar, beragam, dan memiliki
wilayah yang luas, menjadi potensi/kekuatan untuk mewujudkan persatuan dan kesatuan yang
kokoh dalam NKRI tanpa pecah belah. Semua kekayaan yang terdapat dalam wilayah negara
Indonesia harus dikelola secara tepat untuk kesejahteraan dan keutuhan bangsa.
Frederick Ratzel adalah tokoh ilmu bumi politik yang pertama mengemukakan
tentang geopolitik. Geopolitik ilmu yang mempelajari fenomena politik dari aspek geografi.
Politik suatu negara dipengaruhi oleh konstelasi geografis negara bersangkutan. Geopolitik
memaparkan dasar pertimbangan dari aspek geografi dalam menentukan kebijakan nasional
untuk mewujudkan suatu tujuan. Prinsip geopolitik suatu negara dapat menjadi dasar bagi
perkembangan wawasan nasional bangsa itu. Di Indonesia orang yang pertama memberikan
penjelasan tentang geopolitik dan mengaitkannya dengan bangsa Indonesia adalah Ir.
Soekarno pada pidatonya di hadapan sidang BPUKI tanggal 1 Juni 1945. Inti dari pidato Ir.
Soekarno, bahwa geopolitik bangsa Indonesia adalah satu kesatuan wilayah dari Sabang
sampai Merauke yang terletak antara dua samudra dan dua benua.
Secara geografis Indonesia merupakan negara yang diapit oleh dua samudra; samudra
Hindia dan Pasifik serta dua benua, yaitu benua Asia dan Australia. Indonesia adalah negara
kepulauan yang disebut nusantara (nusa di antara air) dan juga 2/3 wilayahnya adalah
teritorial laut. Artinya sektor kemaritiman lebih besar. Secara formal dalam Pasal 25A UUD
1945 ditetapkan "Negara kesatuan Republik Indonesia adalah sebuah negara kepulauan yang
berciri nusantara dengan wilayah yang batas-batas dan hak-haknya ditetapkan berdasarkan
undang-undang. Dasar inilah Indonesia mengembangkan paham geopolitik nasionalnya,
yakni wawasan nusantara.
Secara umum penyelenggaraan sistem negara mengacu pada dua sistem yaitu
sentralisasi dan desentralisasi. Sistem sentralisasi berkaitan dengan penyelenggaraan negara
yang mengacu pada pusat. Sistem ini pada hakikatnya sebagai konsekuensi dari sifat negara
kesatuan. Sementara desentralisasi adalah penyerahan wewenang pemerintahan oleh
pemerintahan pusat kepada daerah otonomi. Sistem desentralisasi pada hakikatnya berkaitan
dengan penyelenggara sistem negara di mana sebagian urusan pemerintah pusat di serahkan
kepada pemerintahan daerah, sehingga pemerintah daerah bertanggung jawab terhadap
pengelolaan baik perencanaan, pembiayaan, peralatan, pengawai, dan lain-lain.
Bab XI
Ketahanan Nasional Sebagai Geostrategis Indonesia
BAB 5
HASIL ANALISIS
A. Kesimpulan
Setelah membaca dan membandingkan kedua buku Pada dasarnya kedua buku tersebut sangat
baik dan sesuai digunakan untuk Pendidikan kewarganegaraan bagi mahasiswa diperguruan
tinggi, penulis menyarankan kedua buku tersebut dapat dijadikan refrensi untuk bacaan, karena
kelengkapan isi dari kedua buku tersebut sudah baik dan tepat untuk dipelajari
B. Saran
Berdasarkan hasil kelebihan dan kelemahan dari isi buku penulis berharap agar kelebihan
dari setiap buku dapat dipertahankan dan dimanfaatkan ilmunya dengan baik didalam
kehidupan berbangsa dan bernegara, berdasarkan kelemahan buku penulis juga berharap agar
penulis buku dapat merevisi ulang buku tersebut agar dapat sempurna dan memberikan manfaat
agar pembaca mudah dalam memahami isi dari buku tersebut.
DAFTAR PUSTAKA