MK. PENDIDIKAN
MASYARAKAT
PRODI S1 PPBK-FIP
Skor Nilai:
Buku yang saya gunakan dan saya riview untuk tugas CBR ini berjudul “PENDIDIKAN LUAR
SEKOLAH (PLS) Mendidik Untuk Membangun Karakter Bangsa ” penulis Yapandi. Dalam
buku ini terdapat 11 Bab yang dimana materinya sudah cukup bagus dan lengkap.
Penjelasan mengenai Pendidikan Masyarakat yang diberikan juga cukup jelas dan mudah
dipahami bagi para mahasiswa yang baru saja mempelajari mengenai Pendidikan
Masyarakat.
Secara konseptual, pendidikan berbasis masyarakat adalah model
penyelenggaraan pendidikan yang bertumpu pada prinsip ''dari masyarakat,
oleh masyarakat, dan untuk masyarakat''. Pendidikan ''dari masyarakat''
artinya pendidikan memberikan jawaban atas kebutuhan masyarakat
Tujuan mempelajari pendidikan Masyarakat yaitu Untuk mempersiapkan
seluruh masyarakat dapat mandiri dalam mencari nafkahnya sendiri. Membangun serta
mengembangkan minat dan bakat individu demi kepuasan pribadi dan kepentingan umum.
Membantu melestarikan kebudayaan masyarakat. Menanamkan keterampilan yang
dibutuhkan dalam keikutsertaan dalam berdemokrasi.
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan Puji syukur kehadirat Allah SWT yang selalu memberikan dan
mencurahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Critical Book
Review mengenai mata kuliah Pendidikan Masyarakat
Tak lupa saya ucapkan terimakasih kepada dosen pengampu mata kuliah Pendidikan
Masyarakat, Ibu Dra. Rosdiana M.pd., yang telah bersedia membimbing kami dalam mata
kuliah ini. Dan juga kepada semua pihak yang telah membantu sehingga Critical Book Review
ini dapat diselesaikan. Semoga Allah SWT memberkati kita semua dengan keberkahan dan
ilmu yang berguna
Penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak sekali kekurangan dalam tugas ini, maka
dari itu penulis sangat mengharapkan kritikan dan saran yang membangun demi untuk
perbaikan tugas tugas selanjutnya. Semoga dengan terselesaikan nya tugas Critical Book
Review ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya. Terimakasih
Citra Ningsih
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………..……………………. i
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………………. ii
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………….. …………..1
1.1 Rasionaisasi CBR…………………………………………………………………….................. 1
1.2 Tujuan…………………………………………………………………………………………… 1
1.3 Manfaat………………………………………………………………………………………….. 1
1.4 Identitas Buku…………………………………………………………………………………… 2
BAB II ISI BUKU……………………………………………………………………………... 3
2.1 Ringkasan Buku…………………………………………………………………………………..3
BAB III PEMBAHASAN…………………………………………………………………......42
3.1 Kelebihan Buku………………………………………………………………………………….42
3.2 Kekurangan Buku……………………………………………………………………………….42
BAB IV PENUTUP…………………………………………………………………………...43
4.1 Kesimpulan…………………………………………………………………………………..…43
4.2 Saran…………………………………………………………………………………………….43
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………………..44
BAB I
PENDAHULUAN
A. Rasionalisasi CBR
Keterampilan membuat CBR pada penulis dapat menguji kemampuan dalam meringkas
dan mengalisis sebuah buku serta membandingkan buku yang dianalisis dengan buku
yang lain, mengenal dan memberi nilai serta mengkritik sebuah karya tulis yang
dianalisis.
B. Tujuan
Tujuan dibuatnya CBR ini adalah untuk memnuhi salah satu dari 6 tugas pokok yang
wajib diselesaikan juga menambah pengetahuan dan pengalaman dalam merivew dan
menyampaikan saran untuk perbaikan untuk meningkatkan pengetahuan mengenai
Pendidikan Masyarakat yang saya pribadi baru mengetahuinya dan untuk menguatkan
ilmu pengetahuan tentang Pendidika Masyarakatl.
C. Manfaat
Manfaatnya adalah agar dapat lebih memahami Pendidikan yang tak hanya di sekolah
namun juga di masyrakatatau luar sekolah yang nantinya akan lebih banyak juga yang
mengetahui dan lebih paham tentang pendidikan luar sekolah atau pendidikan
masyarakat.
D. Identitas Buku
Pendidikan luar sekolah sebenarnya bukanlah barang baru dalam khasanah budaya
dan peradaban manusia. Pendidikan luar sekolah telah hidup dan menyatu di dalam
kehidupan setiap masyarakat jauh sebelum muncul dan memasyarakatnya pada sistem
persekolahan. Pendidikan luar sekolah mempunyai bentuk dan pelaksanaan yang berbeda
dengan sistem yang sudah ada di pendidikan persekolahan formal. Pendidikan luar
sekolah timbul dari konsep pendidikan seumur hidup dimana kebutuhan akan pendidikan
tidak hanya pada pendidikan persekolahan/pendidikan formal saja.
2. .Aspek Teoritis Salah satu dasar pijakan teoritis keberadaan pendidikan luar
sekolah adalah teori yang diketengahkan Philip H. Cooms (1973:10), tidak
satupun lembaga pendidikan formal, informal maupun nonformal yang mampu
secara sendiri-sendiri memenuhi semua kebutuhan belajar minimum yang esensial.
Atas dasar teori di atas dapat dikemukakan bahwa, keberadaan pendidikan tidak
hanya penting bagi segelintir masyarakat tapi mutlak diperlukan keberadaannya
bagi masyarakat lemah (yang tidak mampu memasukan anak-anaknya ke lembaga
pendidikan sekolah) dalam upaya pemerataan kesempatan belajar, meningkatkan
kualitas hasil belajar dan mencapai tujuan pembelajaran yaitu mencerdaskan
kehidupan bangsa.
3. Dasar Pijakan Ada tiga dasar pijakan bagi pendidikan luar sekolah sehingga
memperoleh legitimasi dan berkembang di tengahtengah masyarakat yaitu: UUD
1945, Undang-Undang RI nomor 2 tahun 1989 dan Peraturan Pemerintah RI
nomor 73 tahun1991tentang pendidikan luar sekolah. Melalui ketiga dasar diatas
dapat dikemukakan bahwa, pendidikan luar sekolah adalah kumpulan individu
yang menghimpun dari dalam kelompok dan memiliki ikatan satu sama lain untuk
mengikuti program pendidikan yang diselenggarkan di luar sekolah dalam rangka
mencapai tujuan belajar. Adapun bentuk-bentuk satuan pendidikan luar sekolah,
sebagaimana diundangkan di dalam UUSPN tahun 1989 pasal 9 ayat 3 meliputi:
pendidikan keluarga, kelompok belajar, kursus dan satuan pendidikan sejenis.
Satuan pendidikan luar sekolah sejenis dapat dibentuk kelompok bermain,
penitipan anak, padepokan persilatan dan pondok pesantren tradisional.
Selain itu adapun yang mempengaruhi perkembangan pendidikan luar sekolah yaitu:
pengaruh pendidikan informal, pengaruh tradisi masyarakat, dan pengaruh agama. 1.
Pengaruh Pendidikan Informal Proses pendidikan yang paling dini dilingkungan
keluarga, yaitu usaha suami-istri berperilaku yang dapat menimbulkan dampak didik
pada anaknya dengan cara bagaimana pun sederhananya. Keluarga merupakan
pendidikan informal pada anak yang pertama dan paling utama sebelum keluar dalam
lingkungan masyarakat.Didalam kehidupan keluarga sadar mendidik anak-anaknya agar
terbentuk kepribadian yang baik. Dengan mengajarkan pengetahuan, keterampilan, sikap,
nilai, dan kebiasaan yang dilakukan orang tua melalui asuhan dan bimbingannya. 2.
Pengaruh Tradisi Masyarakat Masyarakat mempunyai tradisi dan adat istiadat yang
mendorong setiap individu untuk belajar, berusaha, dan bekerjasama atas dasar nilai-nilai
budaya dan moral yang ada. Seperti pesan orang tua kepada anak-cucunya (Djuju
Sudjana, 1996:54) “Tuntutlah ilmu, carilah harta, jauhilah perilaku yang tidak baik”.
Tutur kata yang lain diantaranya: “Berpikirlah sejak kecil, belajar sejak kanak-kanak,
untuk bekal di masa dewasa, teruslah berikhtiar dengan sabar dan tawakal, berhematlah,
aturlah rejeki sehingga tatkala sedikit dapat mencukupi dan tatkala tidak banyak tapi
bersisa” mereka mempunyai arah dan tujuan yang akan dilakukan, sehingga tidak keluar
dari norma-norma yang berlaku.. 3. Pengaruh Agama Agama adalah ajaran moral yang
berfungsi sebagai bimbingan dan pedoman manusia untuk keselamatan hidupnya di dunia
dan di akhirat. Kehadiran agama dalam kehidupan masyarakat lebih melandasi lagi
perkembangan pendidikan luar sekolah. Belajar membaca kitab suci, kaidah-kaidah
agama, tata cara sembahyang padaumumnya dilakukan di tempat-tempat peribadatan,
merupakan kegiatan belajar mengajar yang mendasari situasi pendidikan luar sekolah.
Setiap agama mewajibkan setiap umatnya untuk belajar. Seperti wahyu pertama yang
diturunkan oleh Allah SWT. kepada Rasulullah yang memerintahkan untuk membaca.
Untuk mengembangkan kemampuan manusia dimasa yang akan datang, agama memberi
motivasi untuk mengantarkan mereka guna memasuki ruang dan waktu yang berbeda
dengan yang dialami saat ini.
Alasan dari segi Factual Historis, meliputi: a. Kesejarahan Pada awalnya, pendidikan
tidak hanya di sekolah dan yang berhubungan dengan siswa dan guru. Pendidikan yang
diperoleh sebelum anak menjadi siswa yaitu ketika berada dalam keluarga terutama ayah
dan ibu. Di dalam keluargalah anak pertama-tama menerima pendidikan, dan pendidikan
yang diperoleh dalam keluarga ini merupakan pendidikan yang terpenting atau utama
terhadap perkembangan pribadi anak. Jadi dalam keluarga pun sebenarnya telah terjadi
proses pendidikan, dan tentu saja sistem yang digunakan berbeda dengan sistem sekolah
dengan peraturan-peraturan yang ketat dan tegas. b. Kebutuhan Pendidikan Semakin
dibutuhkannya berbagai macam keahlian dalam menyongsong kehidupan yang semakin
kompleks dan penuh tuntutan, maka wajar masyarakat menghendaki berbagai
penyelenggaraan pendidikan dengan program-program keahlian. Maka terbentuklah
sistem pendidikan sekolah dan sistem pendidikan luar sekolah serta ada bentuk
pendidikan formal, pendidikan informal dan pendidikan non formal. C. Keterbatasan
Sistem Persekolahan Sistem persekolahan, mengharuskan siswa berada dalam bentuk
menyeluruh dan keahlian yang sejenis sehingga mereka terasing dari pengetahuan dan
keahlian lain. Kekurang dan kelemahan sistem persekolahan inilah yang memungkinkan
kegiatan pendidikan luar sekolah menerobosnya sehingga terungkaplah pengetahuan dan
keahlian yang selama ini dirasakan sebagai kekurangan. D.. Potensi Sumber Belajar
Ternyata sumber belajar menyebar di sekitar lingkungan kehidupan. Tidak hanya terfokus
pada perpustakaan, koran, majalah, kaset yang merupakan sumber belajar yang bisa
memenuhi kebutuhan yang berguna bagi seseorang. Sumber-sumber belajar tersebut,
memberi lapangan bagi penyelenggaraan pendidikan luar sekolah baik berupa kursus dan
latihan yang selama ini belum mereka dapatkan dan alami.
Alasan dari segi Formal Kebijakan, meliputi: a. Pembukaan dan UUD 1945 1).
Pembukaan UUD 1945 menyebutkan Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh
tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan
kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. 2). UUD 1945 menyebutkan Pasal
31 ayat 1 yang berbunyi“Tiap-tiap warga negara berhak mendapatkan pengajaran”. Pasal
31 ayat 2 yang berbunyi“Pemerintah mengusahakan dan menyelengarakan satu sistem
pengajaran nasional, yang diatur dengan undang-undang”. b. Garis-Garis Besar Haluan
Negara 1) Pendidikan berlangsung seumur hidup dan dilaksanakan didalam lingkungan
rumah tangga, sekolah, dan masyarakat. 2) Pendidikan juga menjangkau program-
program luar sekolah yaitu pendidikan yang bersifat kemasyarakatan, termasuk
kepramukaan, latihan keterampilan dan pemberantasan buta huruf dengan mendaya
gunakan sarana dan prasarana yang ada.
BAB II
Selain itu pendidikan luar sekolah juga diartikan sebagai pendidikan yang dilaksanakan
diluar pendidikan formal untuk warga belajar agar mereka memperoleh suatu
keterampilan dalam hidupnya. Bedasarkan pendapat diatas tujuan dari pendidikan luar
sekolah adalah memberikan bekal keterampilan kepada para pelajar. Oleh karenanya
pendidikan luar sekolah biasanya lebih banyak mengembangkan bakat yang dimiliki oleh
masyarakat, salah satu dari pendidikan luar sekolah adalah pelatihan kursus pada ibu-ibu.
Pada pelatihan tersebut tentunya hal yang diajarkan adalah pengembangan diri dari
masyarakat contohnya pembuatan tikar melalui bahan baku yang ada disekeliling
masyarakat atau memanfaatkan barang baku yang ada agar menjadi lebih bermanfaat.
Pendidikan seperti ini tentunya sangat jarang diperoleh melalui pendidikan dibangku
sekolah formal. Jadi, konsep pendidikan luar sekolah adalah setiap kesempatan dimana
terdapat komunikasi yang teratur dan terarah diluar sekolah, dan seseorang memperoleh
informasi, pengetahuan, latihan, maupun bimbingan sesuai dengan usia dan kebutuhan
kehidupan, dengan tujuan mengembangkan tingkat keterampilan, sikap, dan nilai-nilai
yang memungkinkan baginya menjadi pesertapeserta yang efisien dan efektif dalam
lingkungan keluarga, pekerjaan bahkan lingkungan masyarakat dan negaranya.
Ada beberapa aliran filsafat yang berkaitan dengan bidang pendidikan, diantaranya
adalah Esensialisme,Perenialisme, Pragmatisme dan Progresivisme dan
Rekonstuksionisme.
C. Dasar Kultural Kebudayaan dan pendidikan mempunyai hubungan timbal balik, sebab
kebudayaan dapat dilestarikan/ dikembangkan dengan jalur mewariskan kebudayaan dari
generasi kegenerasi penerus dengan jalan pendidikan, baik secara formal maupun
informal. Anggota masyarakat berusaha melakukan perubahanperubahan yang sesuai
dengan perkembangan zaman sehingga terbentuklah pola tingkah laku, nilai-nilai, dan
norma-norma baru sesuai dengan tuntutan masyarakat. Usaha-usaha menuju pola-pola ini
disebut transformasi kebudayaan. Lembaga sosial yang lazim digunakan sebagai alat
transmisi dan transformasi kebudayaan adalah lembaga pendidikan, utamanya sekolah
dan keluarga.
Undang-Undang Pendidikan
1. Jalur, Jenjang, dan Jenis Pendidikan Pendidikan melalui beberapa jalur, jenjang dan
jenis pendidikan sesuai dengan tingkat umur dan kemampuan masing-masing
individu. Berdasarkan Undang-undang pendidikan ada beberapa pasal yang
menjelaskan mengenai jalur, jenjang dan jenis pendidikan yaitu: a.Pasal 13 ayat 1 dan
2 yang berbunyi : 1)Jalur pendidikan terdiri atas pendidikan formal, nonformal, dan
informal yang dapat saling melengkapi dan memperkaya. 2)Pendidikan sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) diselenggarakan dengan sistem terbuka melalui tatap muka
dan atau melalui jarak jauh b.Pasal 14 yang berbunyi : “Jenjang pendidikan formal
terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi”. c.Pasal
15 yang berbunyi : “Jenis pendidikan mencangkup pendidikan umum, kejuruan,
akademik, profesi, vokasi, keagamaan, dan khusus”. d.Pasal 16 yang berbunyi :
“Jalur, jenjang, dan jenis pendidikan dapat diwujudkan dalam bentuk satuan
pendidikan yang diselenggrakan oleh Pemerintah Daerah dan atau masyarakat”.
2. Pendidikan Nonformal Pasal 26 ayat 1, 2, 3, 4, 5, 6 dan 7 yang berbunyi : 1)
Pendidikan nonformal diselenggarakan bagi warga yang memerlukan layanan
pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti, penambah, dan pelengkap pendidikan
dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat 2) Pendidikan nonformal
berfungsi mengembangkan potensi peserta didik dengan penekanan pada penguasaan
pengetahuan dan keterampilan fungsional serta pengembangan sikap dan kepribadian
professional 3) Pendidikan nonformal meliputi kecakapan hidup, pendidikan anak
usia dini, pendidikan kepemudaan, pendidikan pemberdayaan perempuan, pendidikan
keaksaraan, pendidikan keterampilan kerja, pendidikan kesetaraan, serta pendidikan
lain yang ditujukan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik 4) Satuan
pendidikan nonformal terdiri atas lembaga kursus, lembaga pelatihan, kelompok
belajar, pusat kegiatan belajar masyarakat dan majlis taklim serta satuan pendidikan
yang sejenis 5) Kursus dan pelatihan diselenggarakan bagi masyarakat yang
memerlukan bekal pengetahuan, keterampilan, kecakapan hidup, dan sikap untuk
mengembangkan diri, mengembangkan profesi, bekerja, usaha mandiri dan atau
melanjutkan pendidikan kejenjang yang lebih tinggi 6) Hasil pendidikan nonformal
dapat dihargai setara dengan hasil program pendidikan formal setelah melalui proses
penilaian penyetaraan oleh lembaga yang ditunjuk oleh pemerintah atau pemerintah
daerah dengan mengacu pada standar nasional pendidikan. 7) Ketentuan mengenai
penyelenggaraan pendidikan nonformal sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ayat
(2), ayat (3), ayat (4), ayat (5) dan ayat (6) diatur lebih lanjut dengan peraturan
pemerintah.
3. Pendidikan Informal Pasal 27 ayat 1, 2 dan 3 yang berbunyi : 1) Kegiatan pendidikan
informal yang dilakukan oleh keluarga dan lingkungan berbentuk kegiatan belajar
secara mandiri 2) Hasil pendidikan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diakui
dengan pendidikan formal dan nonformal setelah peserta didik lulus ujian dengan
standar nasional pendidikan. 3) Ketentuan mengenai pengakuan hasil pendidikan
informal sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) diatur lebih lanjut dengan peraturan
pemerintah. Berdasarkan dukungan teori-teori ilmu pengetahuan, filsapat, Pancasila,
UUD 1945 dan peraturan perundangundangan yang telah dijelaskan diatas,
Pendidiakan luar sekolah didasri pula oleh asas-asas pokok pendidikan.
1. Asas Tut Wuri Handayani Asas ini menjadi semboyan Depdikbud yang merupakan
inti dari asas pertama yang menegaskan bahwa setiap orang mempunyai hak
mengatur dirinya sendiri dengan mengingat tertibnya persatuan dalam perikehidupan
umum. (Yapandi Ramli dkk, 2009:17). Ki Hajar Dewantara kemudian
dikembangkan oleh Sostrokartono dengan menambahkan dua semboyan lagi, yaitu
Ing Ngarso Sung Sung Tulodo dan Ing Madyo Mangun Karso. Kini ketiga semboyan
tersebut telah menyatu menjadi satu kesatuan asas yaitu: a. Ing Ngarso Sung Tulodo (
jika di depan memberi contoh) b. Ing Madyo Mangun Karso (jika ditengah-tengah
memberi dukungan dan semangat) c. Tut Wuri Handayani (jika di belakang memberi
dorongan).
2. Asas Belajar Sepanjang Hayat Asas belajar sepanjang hayat merupakan sudut
pandang dari sisi lain terhadap pendidikan seumur hidup. Dalam latar belakang
pendidikan seumut hidup, proses belajar mengajar disekolah setidaknya mengemban
dua misi, yakni membelajarkan peserta didik dengan efisiensi dan efektif, dan
serentak dengan itu, meningkatkan kemauan dan kemampuan belajar mandiri sebagai
basis dari belajar sepanjang hayat. Kurikulum yang dapat meracang dan
diimplementasikan dengan memperhatikan dua dimensi yaitu dimensi vertikal dan
horisontal. a. Dimensi vertikal dari kurikulum sekolah meliputi keterkaitan dan
kesinambungan antara tingkatan persekolahan dan keterkaitan dengan kehidupan
peserta didik di masa depan. b.Dimensi horizontal dari kurikulum sekolah yaitu
katerkaitan antara pengalaman belajar disekolah dengan pengalaman diluar sekolah
3. Asas Kemandirian dalam Belajar Baik asas tutwuri handayani maupun belajar
sepanjang hayat secara langsung dengan kaitannya dengan asas kemandirian belajar.
Pada prinsipnya asas tutwuri handayani bertolak dari asumsi kemampuan siswa
untuk mandiri, termasuk mandiri dalam belajar. Dalam kegiatan belajar mengajar,
sedini mungkin dikembangkan kemandirian dalam belajar itu dengan menghindari
campur tangan guru, namun guru selalu siap untuk mengulur tangan bila diperlukan.
4. Asas Pendidikan Asas pendidikan merupakan kebutuhan mendasar dari kehidupan
manusia untuk mengisi, memahamkan, dan mengolah jasmaniah dan rohaniah dalam
melangsungkan kehidupan yang lebih baik dan menyempurnakan kehidupan dari
sebelumnya dengan tingkat keingin yang lebih tinggi berdasarkan kemampuan,
pemahaman, penerapan, analisis dan sintesis, serta keterampilan. Keterampilan
dimaksud menurut Djudju Sudjana (2010: 188) terkait dengan “intelektual skill,
managerial skills, social skills, performance skills, productive skills, technical skills,
artistik skills dan emosional dan spiritual skills” sesuai dengan kebutuhan belajar,
kebutuhan hidup dan perkembangan zaman.
BAB III
Istilah karakteristik diambil dari bahasa Inggris yakni characteristic, yang artinya
mengandung sifat khas.Karakteristik dapat juga diartikan sebagai suatu kualitas atau
sifat yang tetap terus-menerus dan kekal yang dapat dijadikan ciri untuk
mengidentifikasikan suatu objek,(Coombs 1993). Kamus besar bahasa Indonesia
(1990:389),menyebutkan karakteristik dapat diartikan sebagai mempunyai sifat khas
sesuai dengan perwatakan tertentu. Karakteristik hampir sama pengertiannya dengan
ciri-ciri. Selanjutnya dalam kamus besar bahasa Indonesia (1990:169) menyebutkan
bahwa ”berciri” artinya bersifat yang khas. Dengan kata lain bahwa berbicara tentang
karakteristik berarti kita berbicara tentang ciri-ciri. Ciri-ciri dapat diartikan sebagai
tanda-tanda khas yang membedakan sesuatu dari yang lain. Sedangkan menurut Kurdie
Syuaeb (2002), Pendidikan nonformal ialah setiap kegiatan teroganisasi dan sistematis di
luar sistem persekolahan yang dilakukan secara mandiri atau merupakan bagian penting
dari kegiatan yang lebih luas. Jadi pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa
karakteristik pendidikan luar sekolah adalah suatu sifat khas yang dapat dijadikan ciri
atau yang melekat pada sistem pendidikan luar sekolah yang sengaja dilakukan untuk
melayani peserta didik tertentu didalam mencapai tujuan belajarnya.
Persamaan dan Perbedaan antara Karakteristik Pendidikan Luar Sekolah dan Pendidikan
Sekolah
Menurut Hasan Langgulung (1980) ada dua persamaan antara karakteristik pendidikan
luar sekolah dengan karakteristik pendidikan sekolah atau pun formal yaitu :Pertama, dari
segi pandangan masyarakat, pendidikan berarti pewaris atau pemindahan nilai-nilai
intelek, seni, politik, ekonomi, agama dan lain sebagainya; Sedangkan dari segi
pandangan individual, pendidikan berarti pengembangan potensi-potensi manusia. Kedua,
dari segi fungsi pendidikan adalah untuk pengembangan ilmu pengetahuan, Teknologi
dan keterampilan bahwa menyiapkan suatu generasi agar memiliki dan memainkan
peranan tertentu dalam masyarakat. Proses pendidikan selalu melibatkan masyarakat dan
semua perangkat kebudayaan sesuai dengan nilai dan falsafah yang dianutnya. Pendidikan
luar sekolah mempunyai ciri-ciri atau karakteristik tersendiri, hal inilah yang dapat
membedakannya dengan pendidikan sekolah. Ciri-ciri atau karakteristik pendidikan luar
sekolah, dapat kita lihat dari berbagai aspek, di antaranya, segi tujuan, waktu, program,
proses belajar dan pembelajaran, pengendalian program, sejarah pertumbuhan dan
banyaknya aktivitas yang dilakukan. Karakteristik tersebut identik dengan perbedaan
antara pendidikan luar sekolah dengan sekolah.Dikatakan demikian, karena antara
pendidikan luar sekolah dengan pendidikan sekolah juga terdapat persamaan. Beberbagai
sudut pandang tentang perbedaan karakteristik pendidikan luar sekolah dengan
pendidikan formal, kesemuanya memiliki keunggulan dan kekurangan masing masing
yang merupakan sebagai khazanah keilmuan yang siap dipraktikkan dengan sebenar-
benarnya untuk saling menguatkan dari macam-macam pendidikan luar sekolah dan
satuan pendidikannya, sehingga terciptalah warga belajar yang dapat membangun pola
kesadaran, pengetahuan, wawasan dan nilai-nilai dasar yang hidup di masyarakat bangsa
Indonesia dan berkembang seiring zamannya.
BAB IV
A. Pendidikan Informal
1. Pendidikan Keluarga Pendidikan keluarga, merupakan pendidikan yang pertama kali
didapatkan dan dialami seseorang sejak ia dilahirkan, dan biasanya dilaksankan sendiri
oleh orang tua dan anggota keluarga yang lain, dengan adanya pendidikan dari keluarga
maka bisa menjadi bekal kita untuk menimba pendidikan lainnya di luar lingkungan
keluarga.
3. Pendidikan untuk orang yang sudah dewasa dan lanjut usia Semakin lajunya zaman,
maka usia manusia makin tinggi sehingga ini menambah jumlah orang dewasa dan
jumlah orang yang lanjut usia. Mereka ini sebenarnya terus-menerus dutuntut untuk
meyesuaikan diri dengan perkembangan zaman. Maka dengan ini perlu adanya tuntutan
belajar pada setiap saat, didapat melalui pendidikan informal. Pendidikan ini umumnya
dilaksanakan oleh pihak swasta, tetapi juga ada yang diberi bantuan pemerintah.
Pendidikan ini, dapat dicontohkan: Organisasi kesenian, organisasi olahraga, organisasi
professional, organisasi peserta KB (Akseptor), kontak tani dan organisasi lainnya.
B. Pendidikan Nonformal
6.Pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja Pendidikan ini lebih cenderung kepada
programprogram yang sifatnya aplikatif, untuk menambah atau memperdalam
keterampilan-keterampilan baik didalam lingkungan keluarga, masyarakat, maupun di
lingkungan kerja. 7.Pendidikan kesetaraan Program ini diperuntukkan bagi masyarakat
yang ingin menyetarakan pendidikannya seperti pendidikan formal, biasanya dalam hal
ini adanya paket A untuk SD/MI, paket B untuk SLTP/MTs., dan paket C untuk SLTA/
MA
Program pokok merupakan program oprasional pendidikan luar sekolah yang strategis
dibuat oleh lembaga pelaksana atau pemerintah terdiri dari program pemberantasan buta
aksara dan pendidikan dasar, masingmasing program ini terdiri dari pengembangan anak
usia dini, program kesetaraan (kejar paket A setara SD/MI, kejar paket B setara
SMP/MTs, kejar paket C setara SMA/MA) Program pendidikan berkelanjutan, terdiri
dari program: kelompok belajar usaha, beasiswa magang, pendidikan kewanitaan dan
pembinaan serta pengembangan kursus atau pelatihan.
1. Warga Belajar Warga belajar adalah anggota masyarakat yang ikut dalam satu
kegiatan pembelajaran. Tidak digunakan istilah peserta didik murid, siswa, karena
istilah ini memiliki konotasi bahwa anggota masyarakat tersebut sebatas penerima
tidak menjadi pemilik dan penentu, kurang kelihatan aspek keterlibatan,
sedangkan dalam kegiatan pendidikan luar sekolah, warga belajar turut aktif
menentukan apa yang diinginkannya untuk dipelajari. Istilah warga menunjukkan
bahwa anggota masyarakat tersebut adalah bagian yang tidak terpisahkan dari
proses pembelajaran. Kemandirian warga belajar untuk melaksanakan program
pendidikan nonformal sangat diperlukan sekali, sebab warga belajar dituntut harus
berpartisipasi secara mandiri, menurut Mustafa Kamil (2009:68-77) ada beberapa
faktor yang dapat meningkatkan kemandirian, antara lain: a. Kegiatan
pembelajaran berpusat pada warga belajar Program pendidikan nonformal dalam
konsep pengembangan program pembelajarannya seringkali dilakukan dan
disusun bersama-sama antara sumber belajar dan warga belajar. Ini berlaku sampai
tahap evaluasi, disamping itu pula dalam konsep pembelajaran pendidikan
nonformal warga belajar diberikan kewenangan untuk menyusun dan
melaksanakan program pembelajaran serta melakukan eveluasi pada program
tersebut secara mandiri. b.Kesesuaian isi program dengan sifat-sifat individualitas
Dalam kerangka yang utuh, sebuah program pendidikan nonformal, isi dan jenis
program yang dikembangkan, harus selalu memperhatikan perkembangan pribadi
warga belajar. c. Faktor keturunan dan kesesuaian dengan isi program Joe M.
Charon dalam Mustafa Kamil (2009:74), menyatakan bahwa faktor keturunan
adalah berupa bakat atau pembawaan yang ada dalam diri warga belajar. Faktor
tersebut turut mempengaruhi warga belajar dalam mengikuti suatu program
pendidikan nonformal. d.Kesesuaian isi program dengan faktor lingkungan Djuju
Sudjana dalam Mustafa Kamil (2009:75) memberikan alasan yang jelas bagaimana
keterkaitan antara komponen lingkungan sosial secara fungsional berkaitan dengan
komponen-komponen lainnya dalam kerangka system pendidikan nonformal.
2. Sumber belajar Sumber belajar adalah warga masyarakat yang memiliki
kelebihan baik di bidang pengetahuan, keterampilan, sikap dan mampu serta mau
mengalihkan apa yang dimilikinya pada warga belajar melalui proses
pembelajaran. Sumber belajar adalah orang yang merasa bertanggungjawab untuk
meningkatkan kemampuan manusia yang ada di lingkungannya. Mereka adalah
manusia yang tidak masa bodoh dengan kebodohan Program strategis PLS
merupakan sekelompok paket belajar dan pengalaman belajar melalui kegiatan-
kegiatan identifikasi kebutuhan pendidikan, sumber-sumber, dan penyusunan
program yang berlangsung sepanjang hayat yang memungkinkan dapat
menggunakan hasil pembelajarannya untuk belajar sendiri (self-direction) dan
membina dirinya sendiri (self-direction) melalui pengelolaan manajemen strategik,
kebijakan dan teknis dalam pelaksanaan sesuai dengan fungsi-fungsinya secara
efektif dan efisien.
BAB VI
Menurut G.R. Terry terdapat empat fungsi manajemen, yaitu : 1. Perencanaan (planning)
Perencanaan tidak lain merupakan kegiatan untuk menetapkan tujuan yang akan dicapai
beserta caracara untuk mencapai tujuan tersebut. T. Hani Handoko, mengemukakan
bahwa : “Perencanaan (planning) adalah pemilihan atau penetapan tujuan organisasi dan
penentuan strategi, kebijaksanaan, proyek, program, prosedur, metode, sistem, anggaran
dan standar yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan. Pembuatan keputusan banyak
terlibat dalam fungsi ini.”, 2. Pengorganisasian (organizing) Fungsi manajemen
berikutnya adalah pengorganisasian (organizing).George R. Terry mengemukakan
bahwa: “Pengorganisasian adalah tindakan mengusahakan hubungan-hubungan kelakuan
yang efektif antara orangorang, sehingga mereka dapat bekerjasama secara efisien, dan
memperoleh kepuasan pribadi dalam melaksanakan tugas-tugas tertentu, dalam kondisi
lingkungan tertentu guna mencapai tujuan atau sasaran tertentu”. Dari pendapat tersebut
dapat dipahami bahwa pengorganisasian pada dasarnya merupakan upaya untuk
melengkapi rencanarencana yang telah dibuat dengan susunan organisasi pelaksananya.
Hal yang penting untuk diperhatikan dalam pengorganisasian adalah bahwa setiap
kegiatan harus jelas siapa yang mengerjakan, kapan dikerjakan, dan apa targetnya.
3.Pelaksanaan (actuating) Pelaksanaan (actuating) merupakan fungsi manajemen yang
paling utama. Dalam fungsi perencanaan dan pengorganisasian lebih banyak
berhubungan dengan aspek-aspek abstrak proses manajemen, sedangkan fungsi actuating
justru lebih menekankan pada kegiatan yang berhubungan langsung dengan orang-orang
dalam organisasi. Dalam hal ini, George R. Terry mengemukakan bahwa actuating
merupakan usaha menggerakkan anggotaanggota kelompok sedemikian rupa hingga
mereka berkeinginan dan berusaha untuk mencapai sasaran perusahaan dan sasaran
anggota-anggota perusahaan tersebut oleh karena para anggota itu juga ingin mencapai
sasaran-sasaran tersebut. 4. Pengawasan (controlling) Pengawasan(controlling)
merupakan fungsi manajemen yang tidak kalah pentingnya dalam suatu organisasi.
Semua fungsi terdahulu, tidak akan efektif tanpa disertai fungsi pengawasan. Menurut
Robert J. Mocker sebagaimana disampaikan oleh T. Hani Handoko mengemukakan
definisi pengawasan yang di dalamnya memuat unsur esensial proses pengawasan,
bahwa: “Pengawasan manajemen adalah suatu usaha sistematik untuk menetapkan
standar pelaksanaan dengan tujuan– tujuan perencanaan, merancang sistem informasi
umpan balik, membandingkan kegiatan nyata dengan standar yang telah ditetapkan
sebelumnya, menentukan dan mengukurpenyimpangan-penyimpangan, serta mengambil
tindakan koreksi yang diperlukan untuk menjamin bahwa semua sumber daya perusahaan
dipergunakan dengan cara paling efektif dan efisien dalam pencapaiantujuan-tujuan
perusahaan.”
Tahapan-Tahapan Manajemen
BAB VII
Pembangunan dalam era global saat ini penuh dengan persaingan yang semakin ketat dan
tajam. Oleh karena itu hanya dengan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas dan
mempunyai daya saing yang unggul maka lembaga tersebut akan muncul sebagai
pemenang dalam kompetisi. Pembangunan saat ini bergerak dengan begitu cepat. Hal itu
ditandai dengan adanya perubahan yang mendasar dalam bidang ilmu pengetahuan. Saat
ini telah terjadi revolusi teknologi informasi (information technology revolution). Negara
tidak dapat dan mampu mengisolir diri dari setiap perubahan dunia. Implikasi penting
lain yang tentunya dapat dilihat adalah terjadinya perubahan perencanaan pembangunan
secara nasional. Para perancang pembangunan saat ini ditekan untuk mengubah mindset
mereka dari paradigma lama (old paradigms) kearah paradigma baru (new paradigms),
yaitu: dari based on ecocentric model ke arah based on homocentric model.
Dari beberapa peran pendidikan luar sekolah dalam pemberdayaan masyarakat secara
jelas dapat terganbar filosofis PLS adalah membelajarkan masyarakat yang dilakukan di
luar sistem pendidikan formal, merupakan aktivitas yang disengaja sebagai proses
pengorganisasian secara sistimatis bagi semua masyarakat dalam membantu
membelajarkan dan pemerataan pendidikan yang bertujuan memberikan bekal
pengetahuan, sikap, nilainilai moral, dan keterampilan dalam meningkatkan taraf hidup
pengembangan sumber daya manusia sebagai modal utama dalam membangun karakter
bangsa.
BAB VIII
1. Harapan Dalam konteks kajian nilai tauhidullah adalah bahwa segala tindakan dan
perbuatan seseorang memiliki hubungan fungsional dengan tahu, percaya,
merasakan dan yakin bahwa Allah sebagai Rabb, Malik, dan Illah dalam
menunjang keberhasilan atau tidaknya proses membangun karakter masyarakat
yang baik (good society). Pertama. konsep tauhidullah mestinya mampu
mengendalikan realitas struktur dan kultur dalam masyarakat modern secara benar
dan normatif, sehingga terbangunlah akal dan jiwa roh kemerdekaan, roh
demokrasi, roh keadilan, roh kerakyatan, serta roh kesastriaan sebagai titik tolak
menuju kemajuan dan modernisasi (Soekarno dalam Syamsul Kurniawan, 2009:
138-147) lingkungan pendidikan. Faktor ini menurut Elizabeth Hurlock (1993)
merupakan hubungan antar pribadi yang menyenangkan, keadaan emosi, metode
pengasuhan, struktur keluarga dan rangsangan lingkungan sekitar. Hal senada juga
diungkapkan oleh Megawangi (2004), Sauri (2006: 139- 140) bahwa, faktor
penunjang keberhasilan pembinaan karakter adalah faktor lingkungan keluarga,
lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat. Dalam pergaulan di lingkungan
masyarakat akan selalu terjadi komunikasi saling mempengaruhi fikiranm sifat dan
tingkah laku individu masyarakat sesuai dengan tingkatannya.
2. 2. Tantangan Dari evaluasi terhadap fungsionalisme struktur dan kultur, kita dapat
mengatakan bahwa. Pertama individu dan kelompok dalam masyarakat tidak
sekadar bertindan voluntaristik berdasarkan norma-norma dan nilai-nilai
masyarakat belaka. Individu dan kelompok lazim bertindak dalam suatu bentuk
‘pertukaran sosial’, terkecuali pada aspek kemurahan hati (generosity) dan
altruisme dengan harapan mendapat karma baik (karmic virtue) dan altruisme
nepotistik (nepotistic altruism) (Parry 1986) yang mempengaruhi tindakan
individu, terlepas dari apakah dia memeluk atau tidak memeluk agama
(bertauhidullah). Konsepsi kita pada Yang Kuasa adalah nilai-nilai Tauhidullah
yang memungkinkan kita berhubungan dengan semua makna nilai-nilai dan
pengertian akan tujuan hidup manusia sama. Kedua, realitas dunia pendidikan
Indonesia rentan dengan tendensi prestise kekuasaan yang bernuansa politis dan
struktur sehingga menjadi kultur seperti sentralisasi perumusan tujuan pendidikan,
ligalitas formal kurikulum dan pemberlakuan Ujian Nasional (Firadaus A. 2013:
177- 121). Ketiga dunia global, bagian besar dari kehidupan kita yang berbasis
secara lokal tekah menjadi semakin global karena imigrasi mentransformasikan
komunitas lokal yang dahulu-homogen ke dalam komunitas-komunitas global.
Dari penjelasan diatas secara konseptual pendidikan luar sekolah merupakan bagian
integral dari pendidikan formal yang mengemban misi esensil sebagai pelengkap,
penambah, penyempurna, pengganti, penyebar informasi, pengarah dan pelatih untuk
mendidik menjadi manusia seutuhnya yakni sesuai dengan tujuan pendidikan nasional
(UU RI. No.20 tahun 2003) “Manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab”. Pendidikan luar sekolah secara
substantif dan fungsional melekat dalam semua aspek, unsur, jenis dan demensi tujuan
tersebut. Hal ini merupakan fungsi komponen penting dalam evaluasi pendidikan luar
sekolah untuk mengetahui apakah tujuan pendidikan telah dicapai.
BAB IX
Evaluasi berasal dari kata evaluation (bahasa Ingris). Kata tersebut diserap ke dalam
perbendaharaan istilah bahasa Indonesia dengan tujuan mempertahankan kata aslinya
dengan sedikit penyesuaian lafal Indonesia menjadi “evaluasi”. Jadi, evaluasi sebagai
sebuah proses menentukan hasil yang telah dicapai beberapa kegiatan yang direncanakan
untuk mendukung tercapainya tujuan (Suharsimi Arikunto, 2009: 1). Secara harfiah
evaluasi berasal dari bahasa Inggris Evaluation, dalam bahasa Arab Al-Taqdir, dalam
bahasa Indonesia berarti Penilaian. Akhir katanya Value dalam bahasa Arab Al-Qimah,
dalam bahasa Indnesia adalah Nilai. Adapun dari segi istilah, sebagaimana yang di
kemukakan oleh Darwind Wandt dan Gerald W. Brown (1977) Evaluation refer to the act
or prosess to determining the value of someting (suatu tindakan atau suatu proses untuk
menentukan nilai dari sesuatu) (Anas Sujiono, 2006:1) Evaluasi pada umumnya berarti
kegiatan identifikasi untuk melihat apakah suatu program yang telah direncanakan telah
tercapai atau belum, berharga atau tidak berharga, dan dapat pula untuk melihat tingkat
efisiensi pelaksanaannya. Evaluasi adalah proses mendeskripsikan , mengumpulkan dan
menyajikan suatu informasi yang bermanfaat untuk pertimbangan dalam pengambilan
keputusan. Evaluasi pembelajaran merupakan evaluasi dalam bidang pembelajaran.
Tujuan evaluasi pembelajaran adalah untuk menghimpun informasi yang dijadikan dasar
untuk mengetahui taraf kemajuan, perkembangan, dan pencapaian belajar siswa, serta
keefektifan pengajaran guru. Evaluasi pembelajaran mencakup kegiatan pengukuran dan
penilaian. Bila ditinjau dari tujuannya, evaluasi pembelajaran dibedakan atas evaluasi
diagnostik, selektif, penempatan, formatif dan sumatif. Secara singkat dapat
dikemukakan bahwa evaluasi program bukan kegiatan untuk mencari kesalahan orang
atau lembaga, mengetes, mengukur, atau memutuskan sesuatu yang berkaitan dengan
program. Evaluasi program mencakup pula pengukuran (measurement) terutama dalam
menilai keluaran (output) dan pengaruh (outcome) program pendidikan luar sekolah.
Pengaruh adalah manfaat yang dialami lulusan dalam peningkatan kesejahteraan dalam
hidup, pembelajaran orang lain, dan partisipasinya dalam pembangunan masyarakat.
1. Evaluasi program pendidikan luar sekolah lebih mengutamakan proses kegiatan yang
bersifat umum, bukan kegiatan yang bersifat khusus. 2. Evaluasi program lebih luas dari
pada pemeriksaan terhadap pencapaian tujuan program. 3. Evaluasi program lebih luas
dibandingkan dengan evaluasi hasil program. Hasil program pendidikan luar sekolah
terdiri atas kualitas dan kuantitas lulusan. Kualitas lulusan telah dibicarakan sebelumnya
yaitu perubahan prilaku lulusan dan pengaruh pembelajaran bagi diri lulusan dan
masyarakat. 4. Evaluasi program lebih luas dari pada evaluasi proses pembelajaran.
Dalam interaksi ini pendidik membelajarkan peserta didik yaitu membantu peserta untuk
didik melakukan kegiatan belajar, serta bagaimana kegiatan peserta didik dalam belajar.
5. Evaluasi program berbeda dengan penelitian evaluatif terhadap program dan penelitian
program. Penelitian evaluatif merupakan gabungan antara penelitian dan evaluasi, bukan
murni penelitian dan bukan pula murni evaluasi program. 6. Evaluasi program
merupakan alat dalam manajemen atau sebagai fungsi manajemen program. Fungsifingsi
manajemen lainnya adalah perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, pembinaan, dan
pengembangan. 7. Evaluasi program lebih berpusat pada manusia yang terlibat dalam dan
terkait dengan program. Kendati yang dievaluasi adalah lembaga penyelenggara atau
pelaksanaan program, yang menjadi responden dalam evaluasi tersebut adalah orang-
orang yang menyelenggarakan, mengolah, dan melaksanakan program atau masyarakat
yang terkena dampak program pendidikan luar sekolah.
PEMBAHASAN
a. Kelebihan Buku
Informasi yang disampaikan lengkap baik judul, nama pengarang, maupun nama
penerbit. Selain itu, informasi yang disampaikan mengenai sedikit ulasan dari buku ini
pada sampul belakang juga lengkap. isi buku ini. Penulisannya saling berhubungan,
maksudnya antara bab ke bab tersebut dibuat berhubungan, sehingga mempermudah
memahami isi.
a. Kelemahan Buku
PENUTUP
a. Kesimpulan
Pendidikan luar sekolah sebenarnya bukanlah barang baru dalam khasanah budaya dan
peradaban manusia. Pendidikan luar sekolah telah hidup dan menyatu di dalam
kehidupan setiap masyarakat jauh sebelum muncul dan memasyarakatnya pada sistem
persekolahan. Pendidikan luar sekolah mempunyai bentuk dan pelaksanaan yang berbeda
dengan sistem yang sudah ada di pendidikan persekolahan formal. Pendidikan luar
sekolah timbul dari konsep pendidikan seumur hidup dimana kebutuhan akan pendidikan
tidak hanya pada pendidikan persekolahan/pendidikan formal saja. Pendidikan luar
sekolah pelaksanaannya lebih ditekankan kepada pemberian keahlian dan keterampilan
dalam suatu bidang tertentu Pada waktu permulaan kehadirannya, pendidikan luar
sekolah dipengaruhi oleh pendidikan informal, yaitu kegiatan yang terutama berlangsung
dalam keluarga dimana terjadi interaksi di dalamnya berupa transmisi pengetahuan,
keterampilan, sikap, nilai, dan kebiasaan.Pada dasarnya kegiatan tersebut menjadi akar
untuk tumbuhnya perbuatan mendidik yang dikenal dewasa ini
b. Saran
Terlepas dari kekurngan yang ada buku ini sangatah bagus dan layak untuk dibaca karena
isinya sangat bermanfaat, namun saran saya agar kedepannya jika ingin menciptakan
buku lagi alangkah naiknya lebih memperhatikan setiap ketikan dan diperhatikan
diperhatikan penulisannya, Terimakasih.
.
BAB V
DAFTAR PUSTAKA