Anda di halaman 1dari 14

CRITICAL BOOK REPORT

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

Disusun oleh :

Nama : MUHAMMAD RAIHAN ALBIRUNI

Kelas : BIOLOGI DIK E 2018

NIM : 4183341025

Dosen pengampu : Dr.JUNITA FRISKA , S.Pd., M.Pd.

PRODI PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2019

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat ALLAH swt atas berkatnya lah penulis dapat
menyusun makalah ini dengan baik dan benar sesuai dengan tuntutan tugas KKNI, critical book
report ini berjudul tentang molusca yang merupakan tugas dari mata kuliah PENDIDIKAN
KEWARGANEGARAAN

Penyusun menyadari dalam pembuatan makalah ini tentu memiliki kekurangan, kiranya
semua kalangan pembacanya dapat memakluminya, semoga makalah ini dapat berguna dan
menambah wawasan bagi seluruh kalangan pembaca, akhir kata ucapkan Terimkasih.

Medan, 26 November 2019

Penyusun

MHD RAIHAN ALBIRUNI


BAB I PENDAHULUAN

A. Informasi Bibliograf

1. Buku Utama

Judul : Pancasila, Demokrasi dan Pencegahan Korupsi

Penulis : A. Ubaedillah

Isbn : 978-602-089-505-5

Penerbit : prenadamedia group

Tahun Terbit : 2015

Kota Penerbit : Jakarta

Jumlah Halaman : 295 lembar

2. Buku Kedua

Judul : Pendidikan Pancasila Dan Kewarganegaraan

Penulis : Dr. Asep Sulaiman, M.Pd.

Penerbit : CV Arfno Raya

Tahun Terbit : 2015

Kota Penerbit : Bandung

Jumlah Halaman : 173 lembar


BAB II RINGKASAN

BAB I PENDAHULUAN

Tujuan pendidikan kewarganegaraan pada dasarnya adalah menjadikan warga negara Indonesia yang
cerdas Permata abad dan aktif dalam kehidupan berbangsa dan bernegara dalam konteks pendidikan
formal keberadaan Pendidikan Kewarganegaraan melalui pola pola pembelajaran yang Humanis dan
demokratis merupakan salah satu cara yang amat dibutuhkan masyarakat saat ini di mana nilai dan
prinsip-prinsip demokrasi yang sesungguhnya dapat dipraktekkan di ruangan ruangan kelas maupun
perkuliahan Pendidikan Kewarganegaraan dengan pijakan pembangunan karakter bangsa ini sangat
relevan untuk dilakukan saat ini di masa berlaku berdemokrasi di Indonesia masih banyak disalahpahami
oleh Kebanyakan warga negara Indonesia demokrasi masih banyak dipahami sebatas kebebasan
bertindak yang berekspresi tanpa menghiraukan hak asasi orang lain praktik korupsi kolusi dan
nepotisme semasa orde baru telah mengebiri Pancasila itu sendiri.

Pancasila tidak saya termasuk kebijakan pemerintah yang juga menjadi ideologi negara yang tertutup
terpusat dan anti kritik Siapa saja yang melontarkan kritik maupun memiliki tafsir berbeda atas Pancasila
dengan mudah akan dianggap sebagai lawan negara bahkan anti terhadap pemerintah dan
pembangunan nasional label Pancasila sebagai ideologi terbuka sehingga dibarengi dengan pengajaran
pendidikan Pancasila Melalui model-model pembelajaran dengan pendekatan kritis bagi pengajar dan
peserta didik. berbeda dengan model pengajaran Pendidikan Kewarganegaraan model lama cara
pembelajaran Pendidikan kewarganegaraan adalah pembelajaran nilai dan prinsip demokrasi melalui
proses pembelajaran yang kolaboratif dan demokratis dengan menghindari cara-cara indoktrinasi serta
hafalan sebagaimana dipraktikkan pada program-program Pendidikan Kewarganegaraan dan jenis dan
perakaran Pancasila di masa lalu.

Pendidikan kewarganegaraan adalah didikan demokrasi yang bertujuan untuk mempersiapkan warga
masyarakat agar mampu berpikir kritis dan bertindak demokratis Melalui aktivitas penanaman kepada
generasi muda tentang demokrasi sebagai sebuah sistem politik yang paling menjamin hak-hak warga
masyarakat demokrasi adalah suatu proses yang tidak dapat begitu saja meniru dari masyarakat lain
kelangsungan demokrasi tergantung pada kemampuan mentransformasikan nilai-nilai demokrasi.

Agar pendidikan demokrasi dan pendidikan dalam mencapai tujuan maksimal diperlukan beberapa
persyaratan sebagai berikut pertamalingkungan kelas haruslah demokratis kedua materi tentang
demokrasi dan HAM tidak dapat diajarkan secara verbalistis melainkan harus melalui situasi dan
pengalaman yang dikenal oleh peserta didik dan ketiga model pembelajaran yang dikembangkan adalah
model pembelajaran interaktif Salah satu cara untuk mengembangkan kultur demokratis berkeadaban
adalah melalui program pendidikan kewarganegaraan yang dilakukan melalui cara-cara demokratis oleh
pengajar yang demokrasi untuk tujuan demokrasi.

BAB II PANCASILA DAN KEHARUSAN REAKTUALISASI

Reaktualisasi atau penyegaran kembali nilai-nilai Pancasila adalah keharusaan tuntutan sejarah, jika
menghendaki dasar negara Indonesia itu tidak ditinggalkan oleh dinamika perjalanan bangsa Indonesia.
Salah satu upaya mengaktualkan Pancasila adalah melalui upaya menghangatkan kembali makna
pancasila sebagai haluan bersama bangsa Indonesia dalam kehidupan berbangsa dan bernegara dan
merealisasikan nilai-nilai Pancasila dalam kehidup hari-hari. Dalam tatanan pemerintahan, aktualisasi
Pancasila dapat dilakukan melalui pembuatan perundang-undangan atau kebijakan negara yang harus
senapas dengan nilai-nilai Pancasila dan menjadikannya sebagai wacana akademik. Reaktualisasi,
radikalisasi, revitalisasi, dan rejuvenasi atas Pancasila mutlak di lakukan oleh bangsa Indonesia.

Negara harus memberikan tempat bagi mun culnya beragam pemikiran reflektif dan kritis atas Pancasila.
Sebagai sebuah ideologi terbuka, Pancasila pada dirinya terbuka untuk dimaknai sesuai dengan
perkembangan kebudayaan warga negara Indonesia. Menyoroti praktik-prak tik keseharian bernegara
melalui cara pandang Pancasila sebagai etika p adalah salah satu bentuk menjadikan Pancasila tetap
hidup dalam kenyataan.sehari-hari. Proses pembelajaran Pancasila melalui metode pembelajaran aktif
kolaboratif, dan dinamis adalah salah satu upaya internalisasi Pancasila di kalangan pendidikan, peserta
didik, dan masyarakat. Pancasila bukanlah sesuatu yang asing bagi bangsa Indonesia. Pancasila lahir dari
endapan kebudayaan yang pernah berkembang dan hidup di wilayah Nusantara. Semua kelompok
masyarakat Nusantara memiliki sumbangan lahirnya Pancasila. Empat konsensus dasar nasional harus
terus-menerus disegarkan dan di sebagai eksistensi Indonesia yaitu: Pancasila, NKRI, UUD 45, dan
Bhinneka jaga Tunggal Ika. Nilai-nilai yang bersumber dari keempat konsensus dasar nasional itu
terkristalkan ke dalam tujuh nilai yaitu:

· Ketuhanan

· Kemanusiaan

· Persatuan

· Demokrasi

· Keadilan

· Pluralis dan Multikultur

· Patriotisme.
BAB III IDENTITAS NASIONAL DAN GLOBALISASI

Identitas nasional pada hakikatnya merupakan manifestasi nilai-nilai budaya yang tumbuh dan
berkembang dalam aspek-aspek kehidupan suatu bangsa dengan ciri-ciri khas yang membedakannya
dengan bangsa lain. Proses pem bentukan identitas nasional bukan merupakan sesuatu yang sudah
selesai,tetapi yang terbuka dan terus berkembang mengikuti perkembangan sesuatu.Identitas nasional
Indonesia yang memiliki basis pada model masyarakat multikultur sangat relevan bagi penegasan
kembali identitas nasional bangsa Indo nesia yang inklusif dan toleran dengan tetap mengakar pada
identitasnya yang majemuk sebagaimana terefleksi dalam konsep dasar negara Pancasila. Konsep
masyarakat multikultural dapat menjadi wadah pengembangan demokrasi dan masyarakat sipil serta
bisa menjadi modal sosial (social capital) bagi pengem bangan model masyarakat multikultural Indonesia
dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Wawasan Nusantara adalah kesamaan persepsi pada segenap komponen bangsa Indonesia sebagai
dasar bagi terbangunnya rasa dan semangat nasional yang tinggi dalam semua aspek kehidupan
nasional, sebagai faktor pendorong untuk berbuat dan berprestasi bagi kejayaan negara dan bangsa.
Ketahanan Nasional adalah sebuah konsep yang bersifat menyeluruh tentang keselamatan nasional atau
kelangsungan hidup bangsa, yang bergantung kepada keserasian aspek kehidupan seperti ideologi,
politik, ekonomi, dimana masing-masing unsur ini saling terkait dan memengaruhi satu dengan yang
lainnya. Secara umum ketahanan nasional adalah kondisi dinamis suatu bang sa dalam menghadapi dan
mengatasi ancaman, baik dalam maupun luar negeri, langsung maupun tidak yang dapat membahayakan
integritas, identitas kelangsungan hidup bangsa dan negara serta perjuangan men tujuan dan cita-cita
nasionalnya.

Salah satu isu penting yang mengiringi gelombang demokratisasi adalah munculnya wacana
multikulturalisme. Multikulturalisme pada intinya adalah ke sediaan menerima dan mengakui
keberadaan kelompok yang berbeda budaya, etnik, gender, bahasa, ataupun agama.

BAB IV DEMOKRASI: TEORI DAN PRAKTIK

Demokrasi adalah sebuah sistem yang paling baik dari sekian banyak sistem yang ada dewasa ini.
Pengertian umum demokrasi adalah suatu model pemerintahan atau sistem sosial yang bertumpu pada
kepentingan rakyat dari oleh, dan/atau rakyat. Tiga faktor yang menjadi tolok ukur umum dari suatu
pemerintahan yang demokratis, yaitu:

· pemerintahan dari rakyat (government of the people) pemerintahan oleh rakyat (government by
the people); dan pemerintahan untuk rakyat government for the people) Untuk mendukung
terlaksananya demokrasi, perlu didukung oleh enam norma atau unsur pokok yang dibutuhka oleh
tatanan masyarakat pluralisme, yaitu: pertama, kesadaran akan ada pluralisme.
· musyawarah sejalan dengan tujuan.

· norma kejujuran dan mufakat. serta kebebasan nurani, persamaan hak, dan kewajiban; dan
keenam, adanya tri and error (percobaan dan salah)

Wacana lslam dan demokrasi dapat dikelompokkan menjadi dua pandang an di kalangan pemikir
Muslim: Kelompok anti dan kelompok pendukung demokrasi. Kelompok pertama menyimpulkan bahwa
Islam dan demokrasi adalah dua sistem politik yang berbeda dan tidak bisa bertemu. Adapun pan
dangan kelompok kedua (pro demokrasi) menyimpulkan bahwa lslam sesuai dengan demokrasi, Islam
adalah sistem nilai yang membenarkan dan mendukung sistem politik demokrasi seperti yang
dipraktikkan di negaranegara maju. Islam memiliki instrumen internal (syura, ijtihad, dan ijma) untuk
memprak likkan demokrasi yang lahir dan berkembang di Barat.

BAB V KONSTITUSI DAN TATA PERUNDANGAN INDONESIA

Konstitusi merupakan kumpulan prinsip prinsip yang mengatur kekuasaan pemerintahan, pihak yang
diperintah (rakyat), dan hubungan di antara kedua Tujuan konstitusi adalah membatasi tindakan
sewenang-wenang pemerin tah, menjamin hak-hak rakyat diperintah, dan menetapkan pelaksanaan
yang Adapun, fungsi konstitusi adalah sebagai nasional dan alat untuk membentuk sistem politik dan
sistem hukum demokratis meliputi: (1) Anatomi kekuasaan (kekuasaan politik) Konstitusi tunduk pada
hukuman (2) Jaminan dan perlindungan hak-hak asasi man (3) Peradi rakyat (akuntabilitas publik)
sebagai sendi utama dari asas kedaulatan rakyat.

Konstitusi merupakan media bagi terciptanya kehidupan yang demokratis bagi seluruh warga negara.
Negara yang inemilih demokrasi sebagai pilihannya, maka konstitusi demokratis merupakan aturan yang
dapat menjamin ter wujudnya demokrasi di negara tersebul sehingga melahirkan kekuasaan atau
pemerintahan yang demokratis pula. Agar nilai-nilai demokrasi yang diper- juangkan tidak
diselewengkan. Maka partisipasi warga negara dalam menyuarakan aspirasi perlu ditetapkan di dalam
konstitusi untuk ikut berpartisipasi dan mengawal proses demokratisasi pada sebuah Negara. Dalam
sistem ketatanegaraan Indonesia, sebelum perubahan uudnegara Republik Indonesia tahun 1945, alat-
alat kelengkapan negara dalam UUD Negara Repiblik Indonesia Tahun 1945 adalah Lembaga
Kepresidenan, MPR, DPA, BPK, dan Kekuasaan Kehakiman.

Setelah amendemen secara keseluruh terhadap UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945, alat
kelengkapan negara yang disebut dengan lembaga tinggi negara menjadi delapan lembaga yakni DPR,
DPD, Presiden, MK, KY, dan BPK. Posisi masing-ma sing lembaga setara, yaitu sebagai lembaga tinggi
negara yang memiliki korelasi satu sama lain dlam menjalankan fungsi check and balances antarlembaga
tinggi tersebut. Dengan dibentuknya tata urutan perundang-undangan maka segala peraturan yang
bertetangan dengan peraturan diatasnya batak demi hukum dan tidak bisa dilaksanakan.
BAB VI NEGARA, AGAMA, DAN WARGA NEGARA

Negara diartikan sebagai organisasi tertinggi di antara kelompok m dan kat yang mempunyai cita-cita
untuk bersatu, hidup dalam satu kawasan pemerintahan yang berdaulat. Dalam konsepsi Islam, tidak
dite. Mukan rumusan yang pasti (gathi) tentang konsep negara. Dua sumber Isla Al-Quran dan Sunnah,
tidak secara tersurat mendefnisikan model negara dalam Islam. Meskipun demikian, Islam mengajarkan
banyak nilai dan etika bagaimana seharusnya negara itu dibangun dan dibesarkan. Hubungan agama dan
negara di Indonesia lebih menganut pada asas keseimbangan yang dinamis, jalan tengah antara
sekularisme dan teokrasi. Keseimbangan dinamis adalah tidak ada pemisahan agama dan politik, namun
masing-masing dapat saling mengisi dengan segala peranannya. Agama tetap memiliki daya kritis
terhadap negara dan negara punya kewajiban-kewajiban terhadap agama. Dengan kata lain, pola
hubungan agama dan negara di In donesia membantu yang sering disebut oleh banyak kalangan sebagai
hubungan simbiotik-mutualita.

Secara konseptual, negara Indonesia 5dibangun dengan prinsip tidak berlan daskan pemisahan agama
dan negara (sekularistik), tetapi berlandaskan pemishana antara urusan negara dan urusan agama. Hal
ini dirumuskan dengan tujuan menjaga agar agama tidak dijadikan alat atau dimanipulasi oleh negara
atau kekuasaan demi kepentingan politik sesaat

BAB VII HAK ASASI MANUSIA (HAM)

Hak asasi manusia (HAM) adalah seperangkal hak yang melekat dan meru. Dan keberadaan manusia
sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa pakan anugerah Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi, dan
dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah, dan setiap orang demi kehormatan serta per lindungan
harkat dan martabat manusia. Seimbang dan Tuntutan hak dan pelaksanaan kewajiban harus berjalan
secara simultan. Hak diperoleh bila kewajiban terkait telah dilaksanakan, Ada dua pendapat mengenai
apakah HAM bersifat universal atau kontekstual Teori relativitas berpandangan bahwa ketika
berbenturan dengan nilai-nilai lokal, maka HAM harus dikontekstualisasikan, sedangkan teori radikal
unit.

Versalitas berpandangan bahwa semua nilai termasuk nilai-nilai HAM adalah bersifat universal dan tidak
bisa dimodifkasi sesuai dengan perbedaan budaya dan sejarah tertentu. Perkembangan HAM dalam
sejarahnya tergantung dinamika model dan sistem pemerintahan yang ada. Dalam model pemerintahan
yang otoriter dan repre siis perkembangan HAM relatif mandek seiring ditutupnya atau dibatasinya keran
kebebasan, sedangkan model pemerintahan yang demokratis relatif mendukung upaya penegakan HAM
karena terbukanya ruang kebebasan dan partisipasi politik masyarakat. Ketidakadilan gender
menyebabkan perlakuan sosial seperti marginalisasi perempuan, penempatan perempuan pada posisi
tersubordinasi, citra negatif perempuan, kekerasan terhadap perempuan, dan pemberian bekerja yang
tidak proporsional terhadap perempuan.

BAB VIII OTONOMI DAERAH DALAM KERANGKA NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA (NKRI)

Daerah dapat dijadikan sebagai kawah persiapan yang bersifat ter buka bagi semua warga negara di
tingkat daerah untuk meniti karier lanjutan, ter utama karier politik dan pemerintahan di tingkat
nasional. Keberadaan peme-rintahan daerah (eksekutif dan legislatif sangat penting dan tepat bagi
penggodokan calon-calon pemimpin nasional. Otonomi daerah sebagai kerangka penyelenggaraan
pemerintahan mempunyai tiga visi yang saling terkait: politik, ekonomi, sosial, dan budaya. Otonomi
daerah yang diterapkan di Indonesia bersifat luas, nyata, dan bertang- gung jawab. Luas karena
kewenangan berada pada pemerintah pusat Nyata karena kewenangan yang diselenggarakan itu
menyangkut yang diperlukan tumbuh dan hidup, dan berkembang di daerah dan bertanggung jawab
karena kewenangan yang diserahkan harus diselenggarakan demi pencapaian tujuan otonomi daerah,
yaitu peningkatan pelayanan dan kesejahteraan masyara kat yang semakin baik, pengembangan
kehidupan demokrasi, keadilan, dan pemerataan, serta pemeliharaan hubungan yang serasi antara pusat
dan daerah dan antardaerah. Otonomi daerah merupakan langkah strategis yang diharapkan dapat
mempercepat pertumbuhan dan pembangunan daerah, di samping menciptakan keseimbangan
pembangunan antardaerah di Indonesia.

BAB IX TATA KELOLAHAN PEMERINTAH YANG BAIK DAN BERSIH ( GOOD AND CLEAN GOVERNANCE)

Good and clean governance memiliki pengertian mengendalikan, atau tindakan atau tingkah laku yang
bersifat mengarahkan, karakter ini dapat memengaruhi urusan publik secara baik dan bersih. Kedua
dicapa jika suatu model tata laksana pemerintahan dilakukan secara efektif dan efsien, responsif
terhadap kebutuhan rakyat, demokratis, akuntabel, serta transparan. Prinsip-prinsip tersebut tidak hanya
terbatas dilakukan di kalangan birokrasi pemerintahan, tetapi juga di sektor swasta dan lembaga-
lembaga non-pemerintah. Untuk mewujudkan pemerintahan yang bersih dan berwibawa sesuai dengan
cita good governance, seluruh mekanisme pengelolaan negara harus dilakukansecara terbuka dalam hal:

a. Penetapan posisi, jabatan, atau kedudukan.

b. Kekayaan pejabat publik.

c. Pemberian penghargaan.
d. Penetapan kebijakan yang terkait dengan pencerahan kehidupan.

e. Kesehatan.

f. Moralitas para pejabat dan aparatur pelayanan public.

g. Keamanan dan ketertiban.

h. Kebijakan strategis untuk pencerahan kehidupan masyarakat untuk mendukung pemerintahan


yang baik dan bersih berdasarkan prinsip- prinsip pokok good and clean governance, setidaknya dapat
dilakukan melalui pelaksanaan prioritas program, yakni: a. Penguatan fungsi dan peran lembaga
perwakilan; Kemandirian lembaga peradilan; Profesionalitas dan integritas aparatur pemerintah;
Penguatan partisipasi Masyarakat sipil (civil societ); Peningkatan kesejahteraan rakyat dalam kerangka
otonomi daerah.

Reformasi birokrasi dilaksanakan dalam rangka mewujudkan tata kelola pe- merintahan yang baik (good
governance), untuk membangun aparatur negara yang lebih berdaya guna dan berhasil guna dalam
mengemban tugas umum pemerintahan dan pembangunan nasional.

BAB X PENCEGAHAN KORUPSI

Termasuk ke dalam tindakan korupsi adalah setiap orang yang dikategorikan melawan hukum melakukan
perbuatan memperkaya diri sendiri, mengun tungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi,
menyalahgunakan kewenangan maupun kesempatan atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau
kedudukan yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara. Beragam cara korupsi di
kalangan pejabat publik mulai dari suap menyuap, penggelapan dalam jabatan, pemerasan, kecurangan,
benturan kepentingan dalam pengadaan barang dan jasa, hingga gratifkasi atau pemberian hadiah
(uang, barang, diskon, komisi, pinjaman tanpa bunga, tiket perjalanan, peng- obatan gratis, dan fasilitas
lainnya) dengan tujuan mengharap balasan dari seseorang yang menduduki suatu jabatan di
pemerintahan. Modus jajaran hadiah ini merupakan bentuk korupsi paling banyak dilakukan di pejabat di
Indonesia.

Pada saat seseorang atau untuk Peluang-peluang untuk melakukan korupsi wewenang kepadanya publik
memiliki kekuasaan yang memberikan atas kebijakan tuk melakukan kabijakan publik dan melakukan
administrasi akibat dari tersebut; (b) melihat adanya manfaat eknonomi (economic rents) bagi si
kebijakan tersebut (c) menilai sistem yang ada membuka kesempatan pejabat publik untuk melakukan
pelanggaran. Satu cara. Penanggulangan korupsi tidak dapat ditangkal hanya dengan rupsi harus
dilakukan dengan pendekatan komprehensif, sistemis, dan terus-Menerus. Penanggulangan tindakan
korupsi dapat dilakukan antara lain me lalui: (a) political will dan political action dari pejabat negara; (b)
penegakan hukum yang tegas dan berarti; (3) pembangunan lembaga-lembaga pendukung upaya
pencegahan korupsi; (4) membangun mekanisme penyelenggaraan pemerintahan dengan prinsip-prinsip
good and clean governance; (e) memberi kan pendidikan antikorupsi, baik melalui pendidikan formal
maupun nonformal (f membangun gerakan keagamaan antikorupsi.

BAB XI MASYARAKAT SIPIL

Masyarakat sipil merupakan sistem sosial yang subur berdasarkan prinsip mo- ral yang menjamin
keseimbangan antara kebebasan individu dengan kestabil. An masyarakat. Inisiatif dari individu dan
masyarakat akan berupa pemikiran, seni, pelaksanaan pemerintah yang berdasarkan undang-undang
dan bukan nafsu atau keinginan individu. Masyarakat sipil ditandai dengan karakteristik Masyarakat
wilayah publik yang bebas free public sphere), demokrasi, toleransi, kemajemukan (pluralism), dan
berkeadilan social. Strategi membangun masyarakat sipil di Indonesia dapat dilakukan dengan in tegrasi
nasional dan politik, reformasi sistem politik demokrasi, pendidikan, dan penyadaran politik.

Masyarakat sipil (civil society) mengejawantah dalam berbagai wadah sosial-politik di masyarakat,
seperti organisasi keagamaan, profesi, komunitas, media, dan lembaga pendidikan. Di era Reformasi
gerakan masyarakat sipil telah berubah menjadi organisasi atau lembaga nonproft dengan basis
manajemen modern, transparan, dan akuntabel dalam rangka menjalankan kegiatan sosial, pendidikan,
ekonomi, dan lainnya. Bagian dari perkembangan ini adalah munculnya asosiasi warga masyarakat
pengguna media sosial (netizen) yang telah berperan penting dalam menyuarakan sikap kritis terhadap
pemerintah maupun sesama komponen masyarakat sipil.

BAB III KELEBIHAN DAN KEKURANGAN BUKU

Adapun Kelebihan dan Kekurangan Buku ini ialah:

1. Kelebihan buku:

a. Judul buku yang diambil sangat menarik.


b. Cover bagian depan menarik, karena yang disajikan gambar presiden yang pernah memimpin
negara indonesia serta gambar bendera partai politik .

c. Pembahasan yang dibahas cukup menarik dan tepat untuk dibaca oleh berbagai kalangan seperti
mahasiswa dan pelajar.

d. Dalam buku ini memuat rangkuman setiap bab agar pembaca lebih mudah memahami isi buku ini.

e. Buku ini dapat dijadikan referensi tambahan bagi mahasiswa, terutama bagi mahasiswa agar lebih
dalam memahami pendidikan kewarganegaraan itu.

f. Dibagian halaman terakhir penulis memuat glosarium yang dapat membantu pembaca ketika
kesulitan memahami kata-kata yang penting.

g. Penulis juga memuat sumber bacaan setiap bagiannya sehingga sangat membantu pembaca ketika
melakukan pengutipan.

2. Kelemahan buku

a. Cover bagian belakang, biasanya terdapat biodata penulis dan adanya sinopsis (uraian singkat)
yang dapat digunakan sebagai gambaran bagi pembaca namun dibuku ini hanya memaparkan sekilas
gambaran isi buku.

b. Penyajian materi yang secara tidak langsung kepokok pembahasan.

c. Buku ini di dalamnya mungkin kurang menarik dikarenakan hanya tulisan-tulisan saja tidak ada
gambar yang menggambarkan maksud dari penjelasan di dalam buku yang di jelaskan, sehingga
pembaca mungkin ada yang membaca tapi belum bisa menggambarkan tujuan penjelasan isi buku ini.

d. Buku ini terlalu tebal untuk dibaca sehingga kurang diminati jika hanya melihatnya sekilas saja.

Selanjutnya kita masuk kedalam pembahasan buku, dimana pada buku ini memiliki empat belas bab
pembahasan dan pada bab tersebut juga ada pembagian-pembagiannya yang harus dibaca. Memang
banyak sehingga membuat para pembaca sedikit bosan untuk membacanya dan sedikit susah untuk
memahaminya dikarenakan pembahasannya yang banyak. Alangkah baiknya jika dalam pembuatan buku
berikutnya agar penulis bisa menyusun kerangka atau konsep yang lebih rinci dan mudah untuk
dipahami para pembaca. Dan jika kita bandingkan dengan Buku PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN yang
ditulis oleh Dr. Asep Sulaiman, M.Pd. Memang buku A. Ubaedillah memiliki pembahasan yang lebih
banyak dan lengkap jika dilihat pada bab nya yaitu terdiri dari 11 bab tetapi jika ditelaah, pembahasan
yang ada pada buku Dr. Asep Sulaiman, M.Pd. Bukunya begitu sedikit dan mendetail sehingga pembaca
tidak begitu bosan untuk membacanya hal tersebut karena dalam bukunya pembahasannya lebih sedikit
yaitu membahas bagaimana hakikat pendidikan kewarganegaraan, dimensi dan subtansinya, hak dan
kewajiban warga negara, konstitusi sampai kepada hak asasi manusia. Namun pada buku utama saya
yaitu buku A. Ubaedillah lebih luas dan lengkap lagi meskipun memang materinya begitu banyak dari
buku pembanding yaitu membahas Terlebih dahulu tentang ppendahuluan, pancasila dan keharusan
reaktualisasi, identitas nasional dan globalisasi, demokrasi:teori dan praktik, konstitusi dan tat
perundangan Indonesia, Negara,agama dan warga Negara, HAM, Otonomi daerah dalam kerangka
Negara kesatuan republik Indonesia, tata kelola pemerintahan yang baik dan bersih, pencegahan korupsi
dan masyarakat sipil.

o Lalu jika kita lihat lagi pada buku A. Ubaedillah yaitu buku PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN, buku
tersebut merupakan buku pertama yang disusun sedemikian rupa sebagai sumber bacaan bagi pembaca
dimana didalamnya ada beberapa materi yang tidak dibahas pada buku pembanding karena hanya
sebagai pengantar saja dan hanya terfokus pada pendidikan kewarganegaraan semata.

o Penggunaan bahasa dalam buku ini juga sudah baik namun ada kata-kata atau istilah-istilah asing
yang dimuat dalam materi yang ada

o Masih edisi pertama dan diterbitkan pada tahun 2015.

o Lalu pada buku ini dibagian terakhir pembahasan tiap bab ada dibuat kesimpulan dari bab per bab.
Selain itu yang membuat buku tersebut berkualitas yaitu pada tiap bab ada contoh soal dibuat agar para
pembaca dapat mengetest materi sebelumnya yang dipelajari dan fungsinya untuk menguatkan ingatan
tentang materi tersebut.

o Memiliki daftar pustaka yang lumayan banyak yang tidak hanya bersumber pada buku dan bidang
tertentu saja tetapi juga bersumber pada bidang politik, hukum dan pendidikan serta ada pula dari
undang-undang yang berhubungan dengan pancasila atau kewarganegaraan. Dimana sumber-sumber
tersebut diambil dari sumber yang terpercaya, yang dapat kita lihat dari tokoh pengarangnya dan juga
penerbit dari buku tersebut, selain itu juga ada beberapa pembahasan yang diambil dari beberapa
sejarah perjuangan yang berhubungan dengan negara indonesia.

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan

Lahirnya era Reformasi pada 1998 telah memberikan momentum baru bagi bangsa Indonesia untuk
meneguhkan demokrasi sebagai sistem politik yang sesuai dengan realitas Indonesia yang majemuk. Era
Reformasi juga sekaligus menyadarkan bangsa Indonesia untuk secara sungguh-sungguh mewujudkan
cita-cita kemerdekaannya yang selama ini terabaikan akibat sistem kekuasaan masa lalu yang sarat
dengan praktik kenegaraan yang feodalistik. Cita-cita kemerdekaan Indonesia dalah apa yang termaktub
dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, yaitu menjadi egara yang mampu melindungi bangsa
dan tumpah darah Indonesia, mensejahterakan dan mencerdaskan warga negaranya, dan berperan aktif
dalam percaturan internasional yang kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Sistem
demokrasi memberi yang luas kepada bangsa Indonesia untuk memenuhi janji konstitusional
emerdekaannya Agar tidak terjebak kembali ke pengalaman masa lalu yang seolah-olah sudah
menjalankan prinsip-prinsip berdemokrasi, bangsa Indonesia harus melakukan pencerahan publik
melalui internalisasi demokrasi dengan tujuan membangun peradaban demokrasi yang sinergis dengan
upaya pembangunan karakter mokrasi tersebut hanya bisa terwujud melalui Pendidikan
Kewarganegaraan atau yang biasa dikenal dengan istilah Civic Education dalam prosesnya bersandar
pada nilai dan prinsip demokrasi, menjunjung tinggi nilai HAM dan keindonesiaan.

Tujuan akhir dari model Pendidikan Kewarganegaraan ini adalah membangun warga negara donesia yang
memiliki: Intelektual , keterampilan, nilai, cerdas dan karakter demokrasi. Menuju masyarakat Indonesia
yang demikian perlu topangan upaya-upaya sistematis dan berkelanjutan Pendidikan Kewarganegaraan
yang dilakukan secara demokratis kolaboratif dan menyenangkan. Upaya ini mutlak dilakukan terus-
menerus, karena demokrasi bukanlah sesuatu yang telah jadi dan langsung bisa diadopsi: tetapi ia harus
diperjuangkan, didiseminasikan, dan dibudayakan oleh seluruh komponen masyarakat Indonesia dalam
kehidupan berbangsa dan bernegaranya. Hal ini sangat kongruen dengan pernyataan inantan Sekjen PBB
Kof Annan yang pernah mengatakan, “Tidak seorang pun terlahir menjadi warga negara yang baik dan
tidak ada bangsa yang terlahir demokratis”. Keduanya merupakan proses yang berkelanjutan sepanjang
waktu.

B. Saran

Adapun saran yang dapat saya sampaikan yaitu kepada para pembaca critical book report ini
diharapkan dapat mengkaji lebih jauh lagi materi tentang pendidikan kewarganegaraan yang lebih
mendalam tentang wawasan materi pancasila dalam proses demokrasi dan pencegahan korupsi karena
materi ini sangat bagus untuk dibahas dan dikaji dalam pemecahan masalah yang sering terjadi akan
solusi bagi para pembaca akan menyelesaikan masalah sosial yang diperbincangkan akhir sekarang ini.

Daftar Pustaka

Ubaedillah, A. 2015. Pendidikan Kewarganegaraan Pancasila Demokrasi Dan Pencegahan

Korupsi. Jakarta: Kencana.

Sulaiman, Asep. 2015. Pendidikan Pancasila Dan Kewarganegaraan. Bandung:Cv. Arfndo

Jaya.

Anda mungkin juga menyukai