Anda di halaman 1dari 13

PENERAPAN BELAJAR DALAM KONTEKS PERKEMBANGAN FISIK,

OTAK, DAN KOGNITIF

Disusun Oleh :

Nama : Ahmad Danil Lubis ( 5203131008 )

Benni Arif Purba ( 5203131001 )

Fransman Gea ( 5202431008 )

Rebecca Lyana ( 5203131030 )

Kelas : PTE - B

Dosen Pengampu : Dr. Aman Simaremare, M.S

Mata Kuliah : Psikologi Pendidikan

FAKULTAS TEKNIK

JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya serta karunia-Nya. Terimakasih juga kepada Bapak Dosen Pengampu,
Dr. Aman Simaremare, M.S telah memberikan kami kesempatan sehingga dapat menyelesaikan
tugas makalah ini dengan baik tanpa ada halangan.

Harapan Kami semoga makalah ini membantu menambah ilmu pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembacanya, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi
makalah ini sehingga kedepannya dapat menjadi lebih baik lagi.

Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan kerena pengalaman yang kami miliki
sangat kurang. Oleh Karena itu diharapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-
masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

Medan, 19 Februari 2021

Kelompok 1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................2

DAFTAR ISI ..............................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN ...........................................................................................................4

1.1 LATAR BELAKANG .......................................................................................................4

1.2 RUMUSAN MASALAH ...................................................................................................4

1.3 TUJUAN MAKALAH ..................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................................5

2.1 PERKEMBANGAN FISIK ...............................................................................................5

2.2 PERKEMBANGAN OTAK ..............................................................................................7

2.3 PERKEMBANGAN KOGNITIF .......................................................................................9

BAB III PENUTUP .................................................................................................................. 12

3.1 KESIMPULAN ............................................................................................................... 12

3.2 SARAN ........................................................................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................... 13


BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Satu hal dalam belajar adalah hendaknya menjadi lebih baik untuk melihat ke masa depan,
belajar untuk mengantisipasi realitas hidup. Ini menjadi sangat penting bagi masa kanak-kanak
yang hidup dalam era globalisasi yang menuntut keterbukaan dan kelunturan dalam pemikiran,
serta kemampuan untuk memecahkan masalah-masalah non rutin secara kreatif dan kritis.
Dibutuhkan keterampilan-keterampilan tertentu untuk menyiapkan masa depan kanak-kanak
dengan belajar melalui penanaman nilai-nilai agama dan hidup dengan baik.
Orang tua terkadang banyak yang tidak tahu akan perkembangan yang terjadi pada
anaknya, sehingga mereka tidak tahu akan kecepatan dan keterlambatan yang terjadi pada
perkembangan anak mereka. Padahal jika telah terjadi keterlambatan perkembangan pada anak,
anak membutuhkan penanganan yang cepat agar tidak berdampak bagi berkelanjutan mereka.
Perkembangan anak yang tidak diperhatikan dengan baik maka akan berdampak buruk bagi anak.
Kita lihat pada zaman modern sekarang, penggunaan teknologi canggih pada anak usia dini mulai
meningkat dan ditambah kurangnya tempat bermain luar ruangan yang aman. Hal ini dapat
memicu anak prasekolah kurang banyak melakukan aktivitas gerak, dan juga dapat mengurangi
motivasi dan kesempatan bagi anak-anak untuk berlari, melompat, dan menggerakkan tubuh
mereka. Jika hal ini terjadi terus menerus, maka perkembangan fisik-motorik anak tidak
berkembang dengan baik.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Penerapan Belajar dalam Perkembangan Fisik
2. Penerapan Belajar dalam Perkembangan Otak
3. Penerapan Belajar dalam Perkembangan Kognitif

1.3 TUJUAN MAKALAH


Mengetahui dan Mempelajari Penerapan Belajar dalam Perkembangan Fisik, Otak, Kognitif dalam
psikologi pendidikan dan dapat menerapkannya.
BAB II PEMBAHASAN

2.1 PERKEMBANGAN FISIK


Perkembangan fisik atau tubuh manusia merupakan sistem organ yang kompleks dan
sangat mengagumkan. Kuhlen dan Thompson mengemukakan bahwa perkembangan fisik individu
meliputi empat aspek, yaitu:
a. Sistem saraf yang sangat mempengaruhi perkembangan kecerdasan dan emosi;
b. Otot-otot yang mempengaruhi perkembangan kekuatan dan kemampuan motorik;
c. Kelenjar Endoktrin, yang menyebabkan munculnya pola-pola tingkah laku baru, seperti
pada usia remaja berkembang perasaan senang untuk aktif dalam suatu kegiatan yang sebagian
anggotanya terdiri atas lawan jenis;
d. Struktur fisik/tubuh yang meliputi tinggi berat dan proporsi.
Masa kanak-kanak awal (early childhood) merupakan periode perkembangan yang terjadi mulai
akhir masa bayi hingga sekitar usia 5 atau 6 tahun, kadang periode ini disebut tahun pra sekolah.
Masa kanak-kanak awal masa perkembangan anak dari usia 2 tahun sampai usia 6 tahun, yang
mana bisa disebut juga dengan periode prasekolah.
Perkembangan fisik merupakan dasar bagi kemajuan perkembangan berikutnya, dengan
meningkatnya pertumbuhan tubuh baik berat badan maupun tinggi badan serta kekuatannya,
memungkinkan anak untuk lebih aktif dan berkembang keterampilan fisiknya, dan juga
berkembangnya eksplorasi terhadap lingkungan tanpa bantuan orang tuanya. Perkembangan
sistem syaraf pusat memberikan kesiapan pada anak untuk lebih meningkatkan pemahaman dan
penguasaannnya terhadap tubuhnya.
a. Tinggi: Pertambahan tinggi badan setiap tahunnya rata-rata tiga inci. Pada usia enam tahun
tinggi anak rata-rata 46,6 inchi
b. Berat: Pertambahan berat badan setiap tahunnya rata-rata tiga sampai lima pon. Pada usia
enam tahun kurang lebih tujuh kali berat pada waktu lahir. Anak perempuan rata-rata 48,5 pon
dan laki-laki 49 pon
c. Perbandingan tubuh: Penampilan bayi tidak tampak lagi. Wajah tetap kecil tetapi dagu
tampak jelas dan leher lebih memanjang. Gumpalan tubuh berkurang dan tubuh cenderung
berbentuk kerucut, dengan perut yang rata, dan dada yang lebih bidang, bahu lebih luas dan
persegi, lengan dan kaki lebih panjang dan lurus, tangan dan kaki lebih besar
d. Postur tubuh: Perbedaan dalam tubuh pertama kali tampak jelas pada awal masa kanak-
kanak, ada yang postur tubuhnya gemuk lembek (endomorfik), ada yang kuat berotot
(mesomorfik), ada yang relatif kurus (ektomorfik)
e. Tulang dan otot: Tingkat pergeseran otot bervariasi pada bagian tubuh mengikuti hukum
perkembangan arah. Otot menjadi lebih besar, berat dan kuat, sehingga anak tampak lebih kurus
meskipun beratnya bertambah
f. Lemak: Anak yang cenderung bertubuh endomorfik lebih banyak jaringan lemaknya dari
pada jaringan ototnya sedangkan mesomorfik sebaliknya dan yang bertubuh ektomorfik
mempunyai otot yang kecil dan sedikit jaringan lemak
g. Gigi: Selama empat sampai enam bulan pertama dari awal masa kanak-kanak, empat gigi
bayi terakhir geraham belakang muncul. Selama setengah tahun terakhir gigi bayi mulai tanggal
digantikan oleh gigi tetap. Yang pertama lepas adalah gigi bayi yang pertama kali tumbuh yaitu
gigi seri tengah. Bila masa kanak-kanak berakhir, pada umumnya bayi memiliki satu atau dua
gigi tetap di depan dan beberapa celah di mana gigi tetap akan muncul.
Proporsi tubuh anak berubah secara dramatis, seperti pada usia tiga tahun, rata-rata tingginya
sekitar 80-90 cm, dan beratnya sekitar 10-13 kg, sedangkan pada usia lima tahun, tingginya
mencapai 100-110 cm. Tulang kakinya tumbuh dengan cepat, namun pertumbuhan tengkoraknya
tidak secepat usia sebelumnya. Tulang dan gigi anak semakin besar serta lengkapnya gigi anak,
sehingga si anak sudah mulai menyukai makanan padat, seperti: daging, sayuran, buah-buahan dan
kacang-kacangan.
Anggota badan tumbuh dengan kecepatan yang berbeda-beda dan tiap anak mempunyai tempo
perkembangannya sendiri. Proporsi badan dan jaringan urat daging dapat dikatakan tetap sampai
kurang lebih tahun kelima. Setelah itu mulailah apa yang disebut “Gestaltwandel” pertama. Hal
ini berarti bahwa anak yang dulunya mempunyai kepala yang relatif besar dan anggota badan yang
pendek, mulai mempunyai proporsi badan yang seimbang. Anggota badan yang lainnya menjadi
lebih panjang. Perut mengecil dan anggota badan lainnya mendapatkan proporsi yang normal.
Jaringan tulang dan urat lebih berkembang menjadi lebih berat dan jaringan lemak lebih melambat.
Selama tahun kelima nampak perkembangan jaringan urat daging yang secara cepat.
Secara singkat, faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Fisik dapat disimpulkan sebagai
berikut:
1) Faktor Internal
a) Sifat jasmaniah yang diwariskan dari orang tuanya.
b) Kematangan. Secara sepintas, pertumbuhan fisik, meskipun anak sudah diberikan
makanan dengan gizi yang tinggi, tetapi apabila kematangan belum sampai,
pertumbuhan akan tertunda.
2) Faktor eksternal
a) Kesehatan. Anak yang sakit-sakitan pertumbuhan fisik akan terhambat.
b) Makanan. Anak yang kurang gizi pertumbuhan fisiknya akan terhambat, sebaliknya
yang cukup gizi pertumbuhannya pesat.
Stimulasi lingkungan. Individu yang tubuhnya sering dilatih untuk meningkatkan percepatan
pertumbuhannya akan berbeda dengan yang tidak pernah mendapat pelatihan.
Karakteristik Perkembangan Fisik
Memahami heterogenitas siswa berarti menerima apa adanya mereka dan merencakan
pembelajaran sesuai dengan keadaannya. Program pembelajaran di sekolah dasar akan
berlangsung efektif jika sesuai dengan karakteristik siswa yang belajar. Smaldino dkk,
mengemukakan empat faktor penting yang harus diperhatikan dalam menganalisis karakter siswa
: (1) Karakteristik umum; (2) kompetensi atau kemampuan awal; (3) gaya belajar; (4) motivasi.
Berkaitan dengan motivasi sangat diperlukan untuk memberi dorongan bagaimana siswa
melakukan aktivitas belajar agar menjadi kompeten dalam bidang yang dipelajari.

Tahapan Usia (Tahun) Karakteristik


Bayi Awal 0-± 1 Percaya Vs Tidak percaya
Bayi Lanjut ±1-±3 Otonomi Vs Malu dan Ragu-ragu
Anak Awal ±4-±5 Inisiatif Vs Merasa Bersalah
Anak Petengahan ±6-±11 Ketekunan Vs Rasa Rendah Hati
Masa Pubertas ±12-±20 Membuktikan kecakapan Vs Kekacauan
Parah
Dewasa Awal ±21-±40 Kekariban Vs Pengasingan
Dewasa Pertengahan ±41-±65 Menyamaratakan Vs Tidak Aktif

Masa Lanjut Diatas±65 Menngabungkan Vs Putus Asa

2.2 PERKEMBANGAN OTAK


Pertumbuhan otak anak pada usia lima tahun mencapai 75% dari ukuran orang dewasa dan
90% pada usia 6 tahun. Pada usia ini juga tumbuh “myelinization” (lapisan urat syaraf dalam otak
yang terdiri dari bahan penyekat berwarna putih, yaitu myelin) secara sempurna. Lapisan urat
syaraf ini membantu transmisi impul-impul syaraf secara cepat, yang memungkinkan
pengontrolan terhadap kegiatan motorik lebih seksama dan efisien. Di samping itu, pada usia ini
terjadi banyak perubahan fisiologis lainnya seperti: pernapasan menjadi lebih lambat dan
mendalam dan denyut jantung lebih lambat dan menetap.
Aspek lain yang sangat penting bagi perkembangan manusia adalah otak (brain). Otak merupakan
sentral perkembangan dan fungsi kemanusiaan. Otak terdiri dari 100 miliar sel syaraf (neuron),
dan setiap sel syaraf tersebut, rata-rata memiliki sekitar 3000 koneksi (hubungan) denga sel-sel
syaraf yang lainnya. Sel ini terdiri dari inti sel (nucleus) dan sel body yang berfungsi sebagai
penyalur aktivitas dari sel syaraf yang satu ke sel yang lain. Secara struktur otak terdiri dari atas
tiga bagian, yaitu:
a. Brainstem (termasuk didalamnya celebellum) yang berfungsi sebagai pengontrol
keseimbangan dan koordinasi;
b. Midbrain yang berfungsi sebagai stasiun pengulang atau penyumbang dan pengotrol
pernafasan dan fungsi menelan;
c. Cerebrum yang berfungsi sebagai pusat otak yang paling tinggi yang meliputi belahan otak
kiri dan kanan (left and right hemispheres) dan sebagai pengikat syaraf-syaraf yang
berhubungan dengannya.
Proses pertumbuhan otak menurut para ahli melalui tiga tahap, yaitu:
a. Produksi sel (cell production), yaitu bahwa sel-sel itu telah diproduksi di antara masa 8
sampai 16 minggu setelah masa konsepsi;
b. perpindahan sel (cell migration) yaitu bahwa neuron-neuron itu berimigrasi melalui daya
tarik kimia ke lokasi-lokasi sasaran yang semestinya;
c. Elaborasi sel (cell elaburation) yaitu terjadinya proses di mana Axon (jaringan syaraf
panjang body sel dalam neuron) dan dendrite (jaringan syaraf pendek bodi sel dalam neuron)
membentuk syaraf synepses (ruang kecil diantara neuron-neuron di mana kegiatan syaraf
terkomunikasikan antara sel yang satu dengan yang lain).
Otak mempunyai pengaruh yang sangat menentukan bagi aspek- aspek perkembangan individu
lainnya, baik berupa keterampilan motorik, intelektual, emosional, sosial, moral maupun
kepribadian. Begitu pun sebaliknya, pentingnya gizi bagi pertumbuhan otak, dari beberapa hasil
penelitian pada hewan membuktikan bahwa gizi yang buruk (malnutrisi) yang diderita induk
hewan mengakibatkan sel otak janin lebih sedikit dari pada janin yang induknya normal. Pada
manusia, kekurangan gizi pada ibu hamil mengakibatkan berat badan bayi sangat rendah juga
berkaitan erat dengan angka kematian yang tinggi serta penyebab yang sering terjadi yaitu
perkembangan yang buruk.
Berkaitan dengan fungsi otak, dapat dibedakan berdasarkan kedua belahan otak tersebut, yaitu
belahan kiri dan kanan. Fungsi-fungsi kedua belahan otak itu tampak dalam tabel berikut:

Fungsi Otak Kiri Fungsi Otak Kanan


Berfikir rasional. Ilmiah, logis, kritis, linear, analitis, Berfikir holistik, non-linear, non-verbal,
refensial dan konvergen. intuitif, imajinatif, non-refensial, divergen
Berkaitan erat dengan kemampuan belajar dan bahkan mistik.
membaca, berhitung
(matematika), dan bahasa
Otak mempunyai pengaruh yang sangat menentukan bagi perkembangan aspek-aspek
perkembangan individu lainnya, baik keterampilan motorik, intelektual, emosional, sosial, moral
maupun kepribadian. Pertumbuhan otak yang normal (sehat) berpengaruh positif bagi
perkembangan aspek-aspek lainnya. Sedangkan apabila pertumbuhannya tidak normal (karena
pengaruh penyakit atau kurang gizi) cenderung akan menghambat perkembangan aspek-aspek
tersebut. Mengenai pentingnya gizi bagi pertumbuhan otak, dari beberapa hasil penelitian pada
hewan membuktikan bahwa gizi yang buruk (malnutrisi) yang diderita induk hewan
mengakibatkan sel otak janin lebih sedikit daripada janin yang induknya yang tidak mengalami
malnutrisi. Pada manusia, kekurangan gizi pada ibu hamil mengakibatkan berat badan bayi sangat
rendah (berkaitan erat dengan angka kematian yang tinggi) dan perkembangan yang buruk.
Orang tua dapat memberikan asupan nutrisi yang cukup kepada anak berupa makanan dan
minuman dengan kandungan zat-zat Docosahexaenoic Acid (DHA), Linoleic Acid (LA), Frukto-
oligosakarida (FOS), dan Galaktooligosakarida (GOS). DHA adalah komponen asam lemak
utama dalam otak dan merupakan zat gizi yang sangat dibutuhkan pada saat otak sedang
mengalami perkembangan yang sangat pesat, contoh makanan yang mengandung zat DHA bisa
ditemukan dalam ASI, pun bisa didapatkan dalam ikan tuna, salmon, kacang tanah, daging sapi,
telur dan sumber makanan hewani lainnya. DHA amat penting bagi perkembangan saraf di otak,
terutama pembentukan jaringan lemak otak (mielinisasi) dan interkoneksi antarsaraf di otak. LA
atau disebut juga Omega 6 adalah prekursor atau bahan pembentuk AA (Arachidonic Acid) yang
juga merupakan komponen asam lemak utama otak. LA atau Omega 6 termasuk jenis asam lemak
esensial karena LA atau Omega 6 ini penting tetapi tidak dapat diproduksi sendiri oleh tubuh
sehingga harus didapatkan dari konsumsi sehari-hari, makanan yang mengandung LA atau Omega
6 ini terdapat di minyak bunga matahari, minyak kedelai, kacang kenari, minyak zaitun, biji wijen
dan biji labu.

2.3 PERKEMBANGAN KOGNITIF


Kognisi artinya kemampuan berfikir, kemampuan menggunakan otak. Perkembangan
kognisi berarti perkembangan anak dalam menggunakan kekuatan berfikirnya. Dalam
perkembangan kognitif, anak dalam hal ini otaknya mulai mengembangkan kemampuan untuk
berfikir, belajar dan mengingat. Dunia kognitif anak pada usia ini adalah kreatif, bebas, dan
fantastis. Imajinasi anak berkembang sepanjang waktu, dan pemahaman mental mereka mengenai
dunia menjadi lebih baik. Pada tingkat ini anak sudah dapat meningkatkan penggunaan bahasa
dengan menirukan prilaku orang dewasa.
A. Tahap Pra-Operasional Piaget
Imajinasi anak prasekolah bekerja sepanjang waktu dan jangkauan mental mereka tentang dunia
mereka terus berkembang sepanjang waktu. Piaget menggambarkan kognitif anak prasekolah
sebagai pra-operasional. Pemikiran pra-operasional adalah periode penantian yang nyaman untuk
menuju tahapan berikutnya, yakni pemikiran operasional konkret. Akan tetapi label praoperasional
menekankan bahwa anak tersebut belum menunjukkan suatu operasi, yaitu tindakan-tindakan
internalisasi yang memampukan anak melakukan secara mental apa yang sebelumnya hanya dapat
mereka lakukan secara fisik. Operasi adalah tindakan mental dua-arah (reversibel). Penambahan
dan pengurangan jumlah secara mental adalah contoh operasi.
Tahapan pra-operasional, yang berlangsung kira-kira usia 2 hingga 7 tahun, adalah tahapan kedua
dari teori piaget. Dalam tahapan ini, anak mulai mempresentasikan dunia mereka dengan kata-
kata, bayangan, dan gambar-gambar Pemikiran-pemikiran simbolik berjalan melampaui koneksi-
koneksi sederhana dari informasi sensorik dan tindakan fisik. Konsep stabil mulai terbentuk,
pemikiran-pemikiran mental muncul, egosentrisme tumbuh, dan keyakinan-keyakinan magis
mulai terkonstruksi. Anak mulai bisa menulis dan menggambar dengan imajinasi mereka. Masa
ini disebut masa prasekolah dan masa sekolah. Anak mulai berinteraksi dengan teman sebayanya
dan bekerjasama, dan juga anak berlompat, berlari, dan bermain bersama. Pemikiran
pra-operasional dapat dibagi menjadi sub-sub tahapan, yaitu sub tahapan fungsi sim simbolik dan
sub tahapan pemikiran intuitif.
B. Teori Vigotsky
Vigotsky menekankan bahwa anak-anak secara aktif membangun pengetahuan dan pemahaman
mereka. Dalam teori Vigotsky, anak-anak lebih sering digambarkan sebagai makhluk sosial
daripada dalam teori Piaget. Mereka mengembangkan cara-cara mereka dalam berpikir dan
pemahaman, terutama melalui interaksi sosial. Perkembangan kognitif mereka bergantung pada
alat yang disediakan oleh masyarakat, dan pikiran mereka dibentuk oleh konteks budaya tempat
mereka tinggal. Jika dibandingkan, menurut teori Piaget anak berkembang dari kemampuannya
sendiri sedangkan menurut Vigotsky anak berkembang karena dibantu oleh lingkungan sekitar
mereka.
Proses belajar adalah kata yang berasal dari bahasa latin proccessus yang berarti “berjalan
kedepan”. Kata ini mempunyai konotasi urutan langkah atau kemajuan yang mengarah pada suatu
sasaran atau tujuan. Menurut Chaplin (Syah, 2009: 109) proses adalah any change in any object
or organism, particularly a behavioral or phychological change (proses adalah perubahan
khususnya yang menyangkut perubahan tingkah laku atau perubahan kejiwaan). Kemudian proses
belajar dapat diartikan sebagai tahapan perubahan prilaku kognitif).
Dari uraian tersebut kiranya teori kognitif ini menurut penulis sangat besar pengaruhnya dalam
proses pembelajaran, akibatnya pembelajaran di Indonesia pada umumnya lebih cenderung
cognitive oriented (berorientasi pada intelektual atau kognisi). Implikasinya lulusan pendidikan
atau pembelajaran kaya intelektual tetapi miskin moral kepribadian. Mestinya proses pembelajaran
harus mampu menjaga keseimbangan antara peran kognisi dengan peran afeksi (perasaan dan
emosi yang lunak), sehingga lulusan pendidikan memiliki kualitas intelektual dan moral
kepribadian yang seimbang.
Hakekat belajar menurut teori kognitif dijelaskan sebagai suatu aktivitas belajar yang berkaitan
dengan penataan informasi, reorganisasi perseptual, dan proses internal. Kegiatan pembelajaran
yang berpijak pada teori belajar kognitif ini sudah banyak digunakan. Dalam merumuskan tujuan
pembelajaran, tidak lagi mekanistik sebagaimana yang dilakukan dalam pendekatan behavioristik.
Kebebasan dan keterlibatan siswa secara aktif dalam proses belajar amat diperhitungkan, agar
belajar lebih bermakna bagi siswa. Sedang kegiatan pembelajarannya mengikuti prinsip-prinsip
sebagai berikut: (1) Siswa bukan sebagai orang dewasa yang muda dalam proses berpikirnya.
Siswa mengalami perkembangan kognitif melalui tahap-tahap tertentu; (2) Anak usia pra sekolah
dan awal sekolah dasar akan dapat belajar dengan baik, terutama jika menggunakan benda-benda
konkrit; (3) Keterlibatan siswa secara aktif dalam belajar amat dipentingkan, karena hanya dengan
mengaktifkan siswa, maka proses asimilasi dan akomodasi pengetahuan dan pengalaman dapat
terjadi dengan baik; (4) Untuk menarik minat dan meningkatkan retensi belajar perlu mengaitkan
pengalaman atau informasi baru dengan struktur kognitif yang telah dimiliki; (5) Pemahaman dan
retensi akan meningkatkan jika materi pelajaran disusun dengan menggunakan pola atau logika
tertentu, dari sederhana ke kompleks; dan (6) Belajar memahami akan lebih bermakna dari pada
belajar menghafal. Agar bermakna, informasi baru harus disesuaikan dan dihubungkan dengan
pengetahuan yang telah dimiliki oleh siswa.
Dalam kegiatan pembelajaran, keterlibatan siswa secara aktif amat dipentingkan. Untuk menarik
minat dan meningkatkan retensi belajar perlu mengaitkan pengetahuan beru dengan struktur
kognitif yang telah dimiliki siswa. Materi pelajaran disusun dengan menggunakan pola atau logika
tertentu, dari sederhana ke kompleks. Perbedaan individual pada diri siswa perlu diperhatikan,
karena faktor ini sangat mempengaruhi keberhasilan belajar siswa. Teori psikologi kognitif adalah
merupakan bagian terpenting dari sains kognitif yang telah memberi konstribusi yang sangat
berarti dalam perkembangan psikologi pendidikan.
BAB III PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Perkembangan fisik merupakan dasar bagi kemajuan perkembangan berikutnya, dengan
meningkatnya pertumbuhan tubuh baik berat badan maupun tinggi badan serta kekuatannya,
memungkinkan anak untuk lebih aktif dan berkembang keterampilan fisiknya, dan juga
berkembangnya eksplorasi terhadap lingkungan tanpa bantuan orang tuanya.
Perkembangan otak mulai terjadi sejak masa parental, yakni kira-kira 25 hari setelah konsepsi.
Pada masa awal perkembangan ini otak terlihat baru seperti sebuah tabung yang tidak rata dan
sangat halu. Sekitar usia 5 hingga 20 minggu dari perkembangan janin dalam kandungan, bagian
dalam dari ruang-ruang otak ini mulai memproduksi sel-sel neuron. Jumlah sel-sel neuron ini akan
semakin banyak seiring dengan terbentuknya hubungan-hubungan baru akibat dari masuknya
informasi ke dalam otak.
Perkembangan kognitif, anak dalam hal ini otaknya mulai mengembangkan kemampuan untuk
berfikir, belajar dan mengingat. Masa anakanak adalah masa perkembangan dari usia 2 tahun
sampai dengan usia 6 tahun, pada masa-masa ini perkembangan biologis dan fisik berjalan dengan
sangat cepat dan pesat, akan tetapi secara sosiologisnya anak-anak masih sangat terikat dengan
lingkungannya terutama keluarga.

3.2 SARAN
Supaya proses pembelajaran di penerapan belajar daklam konteks perkembangan fisik,
otak, dan kognitif dapat berlangsung dengan baik dan terjadi keseimbangan antara pihak pendidik
dan peserta didik maka perlulah dipelajari dan dikaji lebih dalam lagi agar dapat memahami dan
dapat menerapkan pembelajaran tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

Murni, M. 2017. PERKEMBANGAN FISIK, KOGNITIF, DAN PSIKOSOSIAL PADA MASA


KANAK – KANAK AWAL 2-6 TAHUN. Jurnal Pendidikan Anak Bunayya, 3(1), 19 – 35.
Kesuma, Ulfa. 2019. PERKEMBANGAN FISIK DAN KARAKTERISTIKNYA SERTA
PERKEMBANGAN OTAK ANAK USIA PENDIDIKAN DASAR. Jurnal Madaniyah, 9(2), 217
– 240.
Pahliwandari. Rovi. 2016. PENERAPAN TEORI PEMBELAJARAN KOGNITIF DALAM
PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI DAN KESEHATAN. Jurnal Pendidikan olahraga,
5(2), 154 – 164.

Anda mungkin juga menyukai