Anda di halaman 1dari 7

DINAMIKA TANTANGAN PENDIDIKAN

KEWARGANEGARAAN
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayahnya. Atas berkat rahmat dan hidayatnya serta berbagai upaya, tugas makalah
mata kuliah Kewarganegaraan yang membahas tentang Dinamika Tantangan Pendidikan
Kewarganegaraan dapat diselesaikan dengan baik dan tepat waktu.
Dalam penyusunan makalah ini, ditulis berdasarkan buku yang berkaitan dengan pancasila,
serta informasi dari media massa yang berhubungan dengan kewarganegaraan. Penulis
menyadari bahwa makalah ini masih kuirang sempurna. Untuk itu diharapkan berbagai
masukan yang bersifat membangun dari kesempurnaanya
Akhir kata, semoga makalah ini dapat membawa manfaat untuk pembaca.

Jakarta, 10 Oktober 2022

Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pancasila yang merupakan dasar negara Indonesia,menjadi dasar pedomana dalam segala
pelaksanaan dan penyelenggaraan pemerintah negara Indonesia termasuk peraturan
perundang-undangan. Pancasila merupakan cerminan bangsa Indonesia dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Nilai-nilai pancasila yang terkandung didalam
pancasila menjadi tolak ukur bagi bangsa Indonesia dalam penyelenggaraan bernegara.
Karena konsekuensi dari hal itu bahwa penyelenggaraan bernegara tidak boleh menyimpang
darri nilai keadilan.
Pancasila dianggap sebagai sesuatu yang sakral yang setiap warganya harus hafal dan
mematuhi segala isi dalam pancasila tersebut. Namun sebagian besar warga negara Indonesia
hanya menganggap pancasila sebagai dasar negara atau ideologi semata tanpa
memperdulikan makna dan manfaatnya dalam kehidupan. Tanpa manusia sadari nilai-nilai
makna yang terkandung dalam pancasila sangat berguna dan bermanfaat.
Didalam pancasila terkandung banyak nilai dimana dari keseluruhan nilai tersebut
terkandung didalam 5 garis besar dalam kehidupan berbangsa bernegara. Perjuangan dalam
memperebutkan kemerdekaan tak lepas dari nilai pancasila. Sejak jaman penjajahan sampai
sekarang. Kita selalu menjunjung tinggi nilai-nilai pancasila tersebut.
Indonesia hidup didalam berbagai keberagaman, baik itu suku, bangsa, budaya dan
agama. Dari semuanya itu Indonesia berdiri dalam suatu keutuhan menjadi kesatuan dan
bersatu didalam persatuan yang kokoh dibawah naungan pancasila dan semboyannya,
Bhinneka Tunggal Ika.
Pancasila membuat Indonesia tetap teguh dan bersatu didalam keberagaman budaya. Dan
menjadikan pancasila sebagai dasar kebudayaan yang menyatukan budaya dengan yang lain.
Karena ikatan yang satu itulah, pancasila menjadi inspirasi berbagai macam kebudayaan yang
ada diindonesia.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana Tantangan dalam Dinamika Kewarganegaraan ?


2. Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan ?

1.3 Tujuan
1. Untuk memberikan pengetahuan tentang Dinamika Tantangan Pendidikan
Kewarganegaraan
BAB II
PEMBAHASAN

Pendidikan Kewarganegaraan merupakan salah satu bidang kajian dalam


konteks pendidikan nasional yang memiliki peran strategis bagi pembentukan
karakter bangsa di tengah heterogenitas masyarakat Indonesia. Realitas
pluralitas dan heteroginitas tersebut tergambar dalam prinsip Bhineka Tunggal
Ika (Desmon, 2018). Untuk terlaksananya pendidikan kewarganegaraan yang
baik tentunya diperlukan dosen yang memiliki kompetensi serta dalam proses
pembelajaran antara lain kesiapan dalam mengajar, komunikasi, dan
kepribadiaan dosen yang bersangkutan terutama dalam perkembangan teknologi
di zaman revolusi industri 4.0.Atas hal tersebut artikel ini bertujuan untuk
melihat bagaimana perkembangan pendidikan kewarganegaraan pada era
revolusi 4.0 dan bagaimana tantangan kedepan terkait pendidikan
kewarganegaraan pada era revolusi 4.0 di Indonesia pada hari ini.
Pendidikan kewarganegaraan di perguruan tinggi sangat diperlukan terutama
untuk mempersiapkan mahasiswa sebagai penerima tongkat estafet dalam
meneruskan pembangunan bangsa dan negara Indonesia. pendidikan
kewarganegaraan adalah suatu proses yang dilakukan oleh lembaga pendidikan
dimana seseorang mempelajari orientasi, sikap, dan perilaku politik sehingga
yang bersangkutan memiliki political knowledge, awareness, attitude, political
efficacy dan political participation, serta kemampuan mengambil keputusan
politik secara rasional dan menguntungkan bagi dirinya, masyarakat, dan
bangsa (Sanjaya, 2006:330). Samsuri (2015:3) mengungkapkan bahwa sebagai
upaya mengukuhkan arti penting partisipasi demokratis warga negara melalui
pendidikan kewarganegaraan dan praktek kewarganegaraan dengan
menekankan perlunya sebuah hubungan sinergis antara pendidikan dan praktek
demokrasi partisipatori
Dinamika dan tantangan pendidikan kewarganegaraan pada saat ini adalah
masuknya berbagai macam ideologi dan kebudayaan yang ada di dunia ini.
Sehingga pada akhirnya akan menyebabkan lunturnya budaya dan
nasionalisme yang dimiliki oleh bangsa Indonesia.
Berikut adalah latar belakang yang dimiliki oleh pendidikan dan
kewarganegaraan:

 Secara etimologis: Sebuah pedidikan yang dimana dibentuk secara


terencana untuk mengembangkan potensi dan merupakan sebuah
pendidikan yang memiliki kaitan pada warga negara, hukum dan politik.
 Secara yuridis: Sebuah bentuk pendidikan yang telah termasuk dalam
aturan pemerintah dan MPR.
 Secara terminologis: Sebuah bentuk pendidikan yang memiliki landasan
pada demokrasi politik yang dimana meluas dengan berabgai macam
bentuk dari sumber pengetahuan lainnya

Tiga Komponen Pendidikan Kewarganegaraan

Bagaimana mengajarkan anti korupsi bila anak didik kita tidak tahu
wujud tentang KPK dan kasus-kasus korupsi yang ada? Bagaimana anda
mengajarkan bela negara apabila anak didik tak memahami budaya, letak
geografis dan lembaga negara Indonesia secara nyata? Bagaimana anda
mengajarkan baik dan buruknya media sosial, apabila anda tidak paham
dan tidak memiliki akses media sosial (facebook, line, twitter, dsb)?
Padahal ada tiga komponen utama Pendidikan Kewarganegaraan, yaitu
pengetahuan kewarganegaraan (civic knowledge), keterampilan
kewarganegaraan (civic skills), dan sikap kewarganegaraan (civic
disposition).

Di era milenial ini, ketiga komponen tersebut akan lebih mudah dicerna
dan diresapi anak didik dengan contoh nyata dan realis. Tidak sekedar
ceramah yang membosankan dan bikin kantuk.
Logikanya, anak didik milenial yang memiliki lebih banyak pengetahuan
dan sikap kewarganegaraan akan menjadi warga negara yang percaya
diri (civic competence). Kemudian warga negara yang memiliki
pengetahuan dan keterampilan kewarganegaraan akan menjadi warga
negara milenial yang mampu (civic competence). Selanjutnya, warga
negara milenial yang memiliki sikap dan keterampilan akan menjadi
warga negara milenial yang komitmen (civic commitment).

Dan pada akhirnya, warga negara milenial yang memiliki pengetahuan,


sikap dan keterampilan kewarganegaraan akan menjadi warga negara
milenial yang cerdas dan baik ( smart and good citizenship). Itulah
tujuan akhir mengajar Pendidikan Kewarganegaraan di era milenial, bila
didukung juga oleh "smart and good teacher". Ubah gaya ajar
konvensional anda, menjadi gaya ajar "modern and milenial". Ingat,
Pancasila is a living ideology.
Beberapa faktor penghambat dan tantangan perguruan tinggi untuk
menghasilkan lulusan yang memiliki integritas baik dari segi keilmuan
maupun jiwa nasionalisme dapat disampaikan sebagai berikut:

a. Faktor penghambat, diantaranya:


1) Sistem pembelajaran di perguruan tinggi yang mengutamakan
pendidikan daripada kegiatan kemahasiswaan.
2) Pimpinan perguruan tinggi kurang mendukung kegiatan
kemahasiswaan, seperti Resimen Mahasiswa (Menwa), Pencinta Alam.
3) Mentalitas kehidupan generasi muda Indonesia dalam menghadapi
perkembangan jaman.

b. Faktor tantangan, diantaranya:


1) Kurangnya perhatian pemerintah dalam mempersiapkan generasi muda
dalam menghadapi tantangan untuk mengisi kemerdekaan dengan
kegiatan yang bermanfaat.
2) Teknologi informasi yang berkembang harus disikapi dengan positif
demi keutuhan bangsa dan negara Indonesia.
3) Lingkungan keluarga dan masyarakat diluar kampus dalam
membentuk karakter generasi muda Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai