Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pendidikan kewarganegaraan sangatlah penting untuk dipelajari oleh semua kalangan.


Oleh sebab itu, pendidikan Nasional Indonesia menjadikan pendidikan kewarganegaraan
sebagai pelajaran pokok dalam lima status. Pertama, sebagai mata pelajaran di sekolah.
Kedua, sebagai mata kuliah di perguruan tinggi. Ketiga, sebagai salah satu cabang pendidikan
disiplin ilmu pengetahuan sosial dalam kerangka program pendidikan guru. Keempat, sebagai
program pendidikan politik yang dikemas dalam bentuk Penataran Pedoman Penghayatan dan
Pengamalan Pancasila (Penataran P4) atau sejenisnya yang pernah dikelola oleh Pemerintah
sebagai sutuan crash program. Kelima, sebagai kerangka konseptual dalam bentuk pemikiran
individual dan kelompok pakar terkait Serta kewarganegaraan merupakan hal yang sangat
penting di dalam suatu negara. Tanpa status kewarganegaraan seorang warga negara tidak
akan diakui oleh sebuah negara. Dan dalam makalah ini penulis akan sedikit menjelaskan
tentang pemdidikan kewarganegaraan serta pendidikan kewarganegaraan sebagai mata kuliah
pengembangan kepibadian.

A. Perubahan Pendidikan ke Masa Depan

Dalam Konferensi Menteri Pendidikan Negara-negar berpenduduk besar di New Delhi


tahun 1996, menyepakati bahwa pendidikan Abad XXI harus berperan aktif dalam hal;

1. Mempersiapkan pribadi sebagai warga negara dan anggota masyarakat yang


bertanggung jawab;
2. Menanamkan dasar pembangunan berkelanjutan (sustainable development) bagi
kesejahteraan manusia dan kelestarian lingkungan hidup; 
3. Menyelenggarakan pendidikan yang berorientasi pada penguasaan, pengembangan,
dan penyebaran ilmu pengetahuan, teknologi dan seni demi kepentingan
kemanusiaan.
Kemudian dalam konferensi internasioanl tentang pendidikan tinggi yang
diselenggarakan UNESCO di Paris tahun 1998 menyepakati bahwa perubahan pendidikan
tinggi masa depan bertolak dari pandangan bahwa tanggungjawab pendidikan adalah; 

1. Tidak hanya meneruskan nilai-nilai, mentransfer ilmu pengetahuan, teknologi, dan


seni, tetapi juga melahirkan warganegara yang berkesadaran tinggi tentang bangsa
dan kemanusiaan; 
2. Mempersiapkan tenaga kerja masa depan yang produktif dalam konteks yang
dinamis; 
3. Mengubah cara berfikir, sikap hidup, dan perilaku berkarya individu maupun
kelompok masyarakat dalam rangka memprakarsai perubahan sosial yang diperlukan
serta mendorong perubahan ke arah kemajuan yang adil dan bebas.

Agar bangsa Indonesia tidak tertinggal dari bangsa-bangsa lain maka Pendidikan nasional
Indonesia perlu dikembangkan searah dengan perubahan pendidikan ke masa depan.
Pendidikan nasional memiliki fungsi sangat strategis yaitu “mengembangkan kemampuan
dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermanfaat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa” Tujuan Pendidikan nasional “berkembangnya potensi
peserta anak didik agar menjadi manusia beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, dan menjadi warga negara yang demokratis
serta bertanggung jawab”

Pendidikan Kewarganegaraan (citizenship education) di perguruan tinggi sebagai


kelompok MPK diharapkan dapat mengemban misi fungsi dan tujuan pendidikan nasional
tersebut. Melalui pengasuhan Pendidikan Kewarganegaraan di perguruan tinggi yang
substansi kajian dan materi instruksionalnya menunjang dan relevan dengan pembangunan
masyarakat demokratik berkeadaban, diharapkan mahasiswa akan tumbuh menjadi ilmuwan
atau profesional, berdaya saing secara internasionasional, warganegara Indonesia yang
memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air.
B. Dinamika Internal Bangsa Indonesia

Dalam kurun dasa warsa terakhir ini, Indonesia mengalami percepatan perubahan yang
luar biasa. Misalnya, loncatan demokratisasi, transparansi yang hampir membuat tak ada lagi
batas kerahasiaan di negara kita, bahkan untuk hal-hal yang seharusnya dirahasiakan.
Liberalisasi bersamaan dengan demokratisasi di bidang politik, melahirkan sistem multi
partai yang cenderung tidak efektif, pemilihan presiden wakil presiden secara langsung yang
belum diimbangi kesiapan infrastruktur sosial berupa kesiapan mental elit politik dan
masyarakat yang kondusif bagi terciptanya demokrasi yang bermartabat.

Faktor internal, yaitu bersumber dari internal bangsa Indonesiasendiri. Kenyataan seperti
ini muncul dari kesalahan sebagian masyarakat dalam memahami Pancasila. Banyak
kalangan masyarakat memandang Pancasila tidak dapat mengatasi masalah krisis. Sebagian
lagi masyarakat menganggap bahwa Pancasila merupakan alat legitimasi kekuasaan Orde
Baru. Segala titik kelemahan pada Orde Baru linier dengan Pancasila. Akibat yang timbul
dari kesalahan pemahaman tentang Pancasila ini sebagian masyarakat menyalahkan
Pancasila, bahkan anti Pancasila. Kenyataan semacam ini sekarang sedang menggejala pada
sebagian masyarakat Indonesia. Kesalahan pemahaman (epistemologis) ini menjadikan
masyarakat telah kehilangan sumber dan sarana orientasi nilai.

Dalam masa transformasi, terjadi pergeseran tata nilai kehidupan sebagian masyarakat
Indonesia sebagai dampak dari proses transisi, misal beralihnya dari kebiasaan cara pandang
masyarakat yang mengapresiasi nilai-nilai tradisional ke arah nilai-nilai modern yang
cenderung rasional dan pragmatis, dari kebiasaan hidup dalam tata pergaulan masyarakat
yang konformistik bergeser ke arah tata pergaulanmasyarakat yang dilandasi cara pandang
individualistik.

Distorsi nasionalisme, suatu fenomena sosial pada sebagianmasyarakat Indeonesia yang


menggambarkan semakin pudar rasa kesediaan mereka untuk hidup eksis bersama,
menipisnya rasa dan kesadaran akan adanya jiwa dan prinsip spiritual yang berakar pada
kepahlawanan masa silam yang tumbuh karena kesamaan penderitaan dan kemuliaan di masa
lalu. Hilangnya rasa saling percaya (trust) antar sesama baik horizontal maupun vertikal.
Fenomena yang kini berkembang adalah rasa saling curiga, dan menjatuhkan sesama. Inilah
tanda-tanda melemahnya kohesivitas sosial kemasyarakatan di antara kita sekarang ini.
1.2. Rumusan Masalah

1) Apa pengertian Pendidikan Kewarganegaraan?


2) Bagaimana sejarah Pendidikan Kewarganegaraan?
3) Apa hakikat Pendidikan Kewarganegaraan?
4) Apa ruang Lingkup Pendidikan Kewarganegaraan?
5) Apa fungsi Pendidikan Kewarganegaraan?
6) Apa tujuan Pendidikan Kewarganegaran?

1.3 Tujuan
1) Untuk mengetahui pengertian Pendidikan Kewarganegaraan
2) Untuk mengetahui sejarah Pendidikan Kewarganegaraan
3) Untuk mengetahui hakikat Pendidikan Kewarganegaraan
4) Untuk mengetahui ruang Lingkup Pendidikan Kewarganegaraan
5) Untuk mengetahui fungsi Pendidikan Kewarganegaraan
6) Untuk mengetahui tujuan Pendidikan Kewarganegaran
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan

Definisi dan pengertian pendidikan kewarganeraaan adalah suatu upaya sadar dan
terencana mencerdaskan warga negara (khususnya generasi muda). Caranya dengan
menumbuhkan jati diri dan moral bangsa agar mampu berpartisipasi aktif dalam pembelaan
negara.

Dengan kata lain pendidikan kewarganegaraan merupakan alat untuk membangun dan
memajukan suatu negara. Dalam implementasinya pendidikan kewarganegaraan menerapkan
prinsip-prinsip demokratis dan humanis.

Pendidikan kewarganegaraan adalah arti generik yang meliputi pengalaman belajar di


sekolah serta diluar sekolah, seperti yang berlangsung di lingkungan keluarga, dalam
organisasi keagamaan, dalam organisasi kemasyarakatan, serta dalam media.

Dalam makna luas, pendidikan kewarganegaraan dimaknai juga sebagai pendidikan


demokrasi yang mempunyai tujuan untuk menyiapkan warga masyarakat berfikir kritis serta
melakukan tindakan demokratis, lewat kesibukan menanamkan kesadaran pada generasi baru
bahwa demokrasi yaitu bentuk kehidupan orang-orang yang paling menjamin hak-hak warga
masyarakat. Cholisin (Samsuri, 2011) berpandangan bahwa Pendidikan Kewarganegaraan
adalah pendidikan politik yang konsentrasi materinya peranan warga negara dalam kehidupan
bernegara yang kesemuanya itu diolah dalam rencana untuk membina peranan tersebut sesuai
dengan ketetapan Pancasila serta UUD 1945 supaya jadi warga negara yang bisa dihandalkan
oleh bangsa serta negara.

2.2. Pendidikan Kewarganegaraan Menurut Para Ahli

1. Merphin Panjaitan

Pendidikan kewarganegaraan merupakan pendidikan demokrasi. Tujuannya untuk


mendidik generasi muda menjadi warga negara yang berjiwa demokratis dan partisipatif
lewat pendidikan yang bersifat dialogial.
2. Soedijarto

Pendidikan Kewarganegaraan itu merupakan pendidikan politik yang memiliki tujuan


membantu peserta didik untuk dapat jadi warga negara yang dewasa secara politik dan dapat
ikut serta membangun sistem perpolitikan yang bersifat demokratis.

3. Azyumardi Azra

Pendidikan Kewarganegaraan mengkaji dan membahas tentang pemerintahan,


konstitusi, lembaga-lembaga demokrasi, rule of law, hak dan kewajiban negara serta
demokrasi. Secara sustantif, pendidikan kewarganegaraan juga membangun kesiapan menjadi
warga dunia.

4. Henry Rendall Waite

Ilmu kewarganegaraan membicarakan hubungan manusia dengan manusia dalam


perkumpulan-perkumpulan yang terorganisasi (sosial, ekonomi, politik) dan antara individu-
individu dengan negara.

5. Zamroni

Pendidikan kewarganegaraan adalah pendidikan demokrasi yang bertujuan untuk


mempersiapkan warga masyarakat berpikir kritis dan bertindak demokratis

6. Tim ICCE UIN Jakarta

Pendidikan kewarganegaraan adalah suatu proses yang dilakukan oleh lembaga


pendidikan di mana seseorang mempelajari orientasi, sikap dan perilaku politik sehingga
yang bersangkutan memiliki political knowledge, awareness, attitude, political efficacy dan
political participationserta kemampuan mengambil keputusan politik secara rasional Tim
ICCE UIN Jakarta

Unsur-unsur yang harus dipertimbangkan dalam menyusun program civic education yang
diharapkan akan menolong para peserta didik untuk:

 Mengetahui, memahami dan mengapresiasi cita-cita nasional.


 Dapat membuat keputusan-keputusan cerdas dan bertanggung jawab dalam berbagai
macam masalah pribadi, masalah masyarakat dan masalah negara.
7. Daryono

Kewarganegaraan adalah isi pokok yang mencakup hak dan kewajiban warga
Negara.Kewarganegaraan merupakan keanggotaan seseorang dalam satuan politik tertentu
(secara khusus : Negara ) yang dengannya membawa hak untuk berpartisipasi dalam kegiatan
politik. Seseorang dengan keanggotaan yang demikian disebut warga Negara.

8. Wolhoff

Kewarganegaraan ialah keanggotaan suatu bangsa tertentu yakni sejumlah manusia


yang terikat dengan yang lainnya karena kesatuan bahasa kehidupan social-budaya serta
kesadaran nasionalnya.

Kewarganegaraan memiliki kemiripan dengan kebangsaan yang membedakana adalah


hak-hak untuk aktif dalam perpolitikan. Ada kemungkinan untuk memiliki kebangsaan tanpa
menjadi seorang warga negara (contoh secara hokum berpartisispasi dalam politik). Juga
dimungkinkan untuk memiliki hak politik tanpa menjadi anggota bangsa dari suatu negara.

9. Ko Swaw Sik ( 1957 )

Kewarganegaraan ialah ikatan hukum antara Negara dan seseorang. Ikatan itu
menjadi suatu “kontrak politis” antara Negara yang mendapat status sebagai Negara yang
berdaulat dan diakui karena memiliki tata Negara.

Kewarganegaraan merupakan bagian dari konsep kewargaan . didalam pengertian ini,


warga suatu kota atau kapubaten disebut sebagai warga kota atau warga kabupaten, karena
keduanya juga merupakan satuan politik. Dalam otonomi daerah, kewargaan ini menjadi
penting, karena masing-masing satuan politik akan memberikan hak (biasanya social) yang
berbeda-beda bagi warganya.

10. R. Daman

Kewarganegaraan istilah hal-hal yang berhubungan dengan penduduk suatu bangsa.

11. Graham Murdock ( 1994 )

Kewarganegaraan ialah hak untuk berpartisipasi secara utuh dalam berbagai pola
struktur social, politik dan kehidupan kultural serta untuk membantu menciptakan bentuk-
bentuk yang selanjutnya dengan begitu maka memperbesar ide-ide.
2.3. Sejarah dan perkembangan Pendidikan Kewarganegaraan

Dalam sejarah timbulnya istilah Civics di Indonesia dapat dilukiskan secara


`kronologis.Sejak tahun 1957 dalam kurikulum Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah
Menengah Atas terdapat istilah kewarganegaraan yaitu pelajaran yang ditempelkan dalam
pelajaran tatanegara.Isinya hanya membahas tentang cara-cara memperoleh dan kehilangan
kewarganegaraan. Setelah adanya Dekrit Presiden 5 Juli 1959 yaitu berlakunya kembali
Undang-Undang Dasar 1945 dan Pidato P.Y.M Presiden Soekarno pada tanggal 17 Agustus
1959, maka dianggap wajar untuk melakukan pembaruan pendidikan nasional. Salah satu hal
untuk menyempurnakan pendidikan itu adalah usaha menimbulkan pengertian dan jiwa
patriotisme pada diri murid sekolah. Oleh karena itu, maka dengan Surat Keputusan Nomor
122274/S, tanggal 10 Desember 1959 di Departemen Pendidikan, Pengajaran dan
Kebudayaan telah dibentuk panitia yang terdiri atas tujuh orang pegawai Departemen PPdan
K, yaitu Mr. Soepardo, Mr.M.Hoetahoeroek, Soeroyo Warsid, Soemardjo, Chalid Rasyidi,
Soekarno dan Mr.J.C.T Simorangkir yang diberi tugas untuk membuat buku pedoman
mengenai kewajiban-kewajiban dan hak-hak warga Negara Indonesia disertai dengan hal-hal
yang akan menginsafkan mereka tentang sebab-sebab sejarah dan tujuan revolusi
kemerdekaan bangsa Indonesia.

Buku tersebut adalah Manusia dan Masyarakat Baru Indonesia (Civic) yang
diterbitkan pada 12 November 1960 dimana kata sambutan diberikan oleh menteri
Pendidikan,Pengajaran dan Kebudayaan (pada waktu itu) Prijono. Buku tersebut mendapat
sambutan dan perhatian besar dari masyarakat serta berbagai instansi. Selanjutnya istilah
“kewarganegaraan” diubah menjadi “kewargaannegara” .Saran ini dating dari Menteri
Kehakiman Mr. Sahardjo yang lebih menekankan pengertian dan isi serta kewajiban dan
tugas serta hak warganegara.

2.4. Hakikat Pendidikan Kewarganegaraan

Hakikat pendidikan kewarganegaraan adalah upaya sadar dan terencana untuk


mencerdaskan kehidupan bangsa bagi warga negara dengan menumbuhkan jati diri dan moral
bangsa sebagai landasan pelaksanaan hak dan kewajiban dalam bela negara, demi
kelangsungan kehidupan dan kejayaan bangsa dan negara. Sehingga dengan mencerdaskan
kehidupan bangsa, memberi ilmu tentang tata Negara, menumbuhkan kepercayaan terhadap
jati diri bangsa serta moral bangsa, maka takkan sulit untuk menjaga kelangsungan kehidupan
dan kejayaan Indonesia.

Pendidikan kewarganegaraan adalah program pendidikan berdasarkan Nilai-nilai


pancasila sebagai wahana untuk mengembangkan dan melestarikan nilai luhur dan moral
yang berakar pada budaya bangsa yang diharapkan menjadi jati diri yang diwujudkan dalam
bentuk prilaku dalam kehidupan sehari-hari para mahasiswa baik sebagai individu, sebagai
calon guru/pendidik, anggota masyarakat dan ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. Hakikat
Pendidikan Kewarganegaran adalah merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada
pembentukan diri yang beragam dari segi agama,sosio-kultural, bahasa, usia, dan suku
bangsa untuk menjadi warga negara yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang dilandasi
oleh Pancasila dan UUD1945.

2.5. Ruang Lingkup Pendidikan Kewarganegaraan

Ruang lingkup mata pelajaran PKN meliputi aspek-aspek sebagai berikut :

 Persatuan dan kesatuan bangsa, meliputi: hidup rukun dalam perbedaan, cinta
lingkungan, kebanggaan sebagai bangsa indonesia, sumpah pemuda, keutuhan Negara
Kesatuan Republik Indonesia, partisipasi dalam pembelaan negara, sikap positif
terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia, Keterbukaan dan jaminan keadilan.
 Norma, hukum dan peraturan, meliputi: tertib dalam kehidupan keluarga, tertib di
sekolah, norma yang berlaku di masyarakat, peraturan-peraturan daerah, norma-
norma dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, sistem hukum dan peradilan
nasional, hukum dan peradilan internasional.
 Hak asasi manusia meliputi: hak dan kewajiban anak, hak dan kewajiban anggota
masyarakat, instrumen nasional dan internasional HAM, pemajuan, penghormatan
dan perlindungan HAM.
 Kebutuhan warganegara meliputi: hidup gotong royong, harga diri sebagai warga
masyarakat, kebebasan berorganisasi, kemerdekaan mengeluarkan pendapat,
menghargai keputusan bersama, prestasi diri, persamaan kedudukan warganegara.
 Konstitusi negara meliputi: proklamasi kemerdekaan dan konstitusi yang pertama,
Konstitusi-konstitusi yang pernah digunakan di Indonesia, Hubungan dasar negara
dengan kostitusi.
 Kekuasaan dan Politik meliputi: Pemerintahan desa dan kecamatan, Pemerintahan
daerah dan otonomi, Pemerintah pusat, Demokrasi dan sistem politik, Budaya politik,
Budaya demokrasi menuju masyarakat madani, Sistem pemerintahan, Pers dalam
masyarakat demokarasi.
 Pancasila meliputi: kedudukan Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi negara,
proses perumusan Pancasila sebagai dasar negara, pengamalan nilai-nilai Pancasila
dalam kehidupan sehari-hari, Pancasila sebagai ideologi terbuka. (Kurikulum KTSP,
2006)

2.6. Fungsi Pendidikan Kewarganegaraan

PKn sebagai salah satu mata pelajaran bidang sosial dan kenegaraan memiliki fungsi
yang sangat esensial dalam meningkatkan kualitas manusia Indonesia yang memiliki
keterampilan hidup bagi diri, masyarakat, bangsa dan negara. Numan Somantri (2001:166)
memberikan pemaparan mengenai fungsi PKn sebagai berikut:

“Usaha sadar yang dilakukan secara ilmiah dan psikologis untuk memberikan kemudahan
belajar kepada peserta didik agar terjadi internalisasi moral Pancasila dan pengetahuan
kewarganegaraan untuk melandasi tujuan pendidikan nasional, yang diwujudkan dalam
integritas pribadi dan perilaku sehari-hari”.

Fungsi dari mata pelajaran PKn adalah sebagai wahana untuk membentuk warga
negara yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang setia kepada bangsa dan negara Indonesia
dengan merefleksikan dirinya dalam kebiasaan berpikir dan bertindak sesuai dengan amanat
Pancasila dan UUD NKRI 1945.

Berdasarkan uraian di atas mengenai fungsi PKn, maka penulis menyimpulkan bahwa
pembelajaran PKn diharapkan dapat memberikan kemudahan belajar para siswa dalam
menginternalisasikan moral Pancasila dan pengetahuan kewarganegaraan untuk melandasi
tujuan pendidikan nasional, yang diwujudkan dalam integritas pribadi dan perilaku sehari-
hari.
2.7. Tujuan Pendidikan Kewarganegaran

Pendidikan Kewarganegaraan dilakukan oleh hampir seluruh bangsa di dunia, dengan


menggunakan nama seperti: civic education, citizenship education, democracy education.
PKn memiliki peran strategis dalam mempersiapkan warganegara yang cerdas,
bertanggungjawab jawab dan beerkeadaban. Menurut rumusan Civic International (1995)
bahwa “pendidikan demokrasi penting bagi pertumbuhan “civic culture” untuk keberhasilan
pengembangan dan pemeliharaan pemerintahan, inilah satu tujuan penting pendidikan “civic”
maupun citizenship” untuk mengatasi political apatism demokrasi (Azyumadi Azra, 2002 : 12
). Semua negara yang formal menganut demokrasi menerapkan Pendidikan Kewarganegaraan
dengan muatan, demokrasi, rule of law, HAM, dan perdamaian, dan selalu mengaitkan
dengan kondisi situasional negara dan bangsa masing-masing Pendidikan Kewarganegaraan
di Indonesia semestinya menjadi tanggungjawab semua pihak atau komponen bangsa,
pemerintah, lembaga masyarakat, lembaga keagamaan dan msyarakat industri (Hamdan
Mansoer, 2004: 4)

Searah dengan perubahan pendidikan ke masa depan dan dinamika internal bangsa Indonesia,
program pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi harus mampu
mencapai tujuan:

 Mengembangkan sikap dan perilaku kewarganegaraan yang mengapresiasi nilai-nilai


moral-etika dan religius.
 Menjadi warganegara yang cerdas berkarakter, menjunjung tinggi nilai kemanusiaan
 Menumbuhkembangkan jiwa dan semangat nasionalisme, dan rasa cinta pada tanah
air.
 Mengembangkan sikap demokratik berkeadaban dan bertanggungjawab, serta
mengembangkan kemampuan kompetitif bangsa di era globalisasi.
 Menjunjung tinggi nilai-nilai keadilan.
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

pendidikan kewarganeraaan adalah suatu upaya sadar dan terencana mencerdaskan


warga negara (khususnya generasi muda). Caranya dengan menumbuhkan jati diri dan moral
bangsa agar mampu berpartisipasi aktif dalam pembelaan negara. Dalam sejarah timbulnya
istilah Civics di Indonesia dapat dilukiskan secara kronologis.Sejak tahun 1957 dalam
kurikulum Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Menengah Atas terdapat istilah
kewarganegaraan yaitu pelajaran yang ditempelkan dalam pelajaran tatanegara. Pendidikan
kewarganegaraan adalah program pendidikan berdasarkan Nilai-nilai pancasila sebagai
wahana untuk mengembangkan dan melestarikan nilai luhur dan moral yang berakar pada
budaya bangsa yang diharapkan menjadi jati diri yang diwujudkan dalam bentuk prilaku
dalam kehidupan sehari-hari para mahasiswa baik sebagai individu, anggota masyarakat dan
ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. Universitas memberikan Mata kuliah Pendidikan
Kewarganegaraan sebagai pengembangan kepribadian karena pendidikan kewarganegaraan
dapat membantu mahasiswa-mahasiswi menjadi warga negara yang baik sekaligus paham
antara hak dan kewajiban, dapat hidup berdemokrasi, nasionalis, dengan dibekali nilai-nilai
moral, norma-norma yang berlaku dalam kehidupan bermasyarakat.

3.2. Saran

Dalam era globalisasi diperlukan adanya suatu pola pendidikan yang mengarah pada
pembentukan karakter agar terciptanya manusia yang berkepribadian serta berkarakter.
Jadilah warga Negara Indonesia yang baik. Taat pada hukum dan norma – norma yang
berlaku, taat pada pancasila dan taat pada undan – undang dasar 1945.

Anda mungkin juga menyukai