Anda di halaman 1dari 5

TUGAS 4

PERTEMUAN MINGGU KE-4


PENGANTAR ILMU SOSIAL
Analisis Video
Kajian Dasar Kewarganegaraan

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Pengantar Ilmu Sosial

Dosen Pengampu :
Prof. Dr. Dasim Budimansyah, M.Si
Dede Iswandi, S.Pd., M.Pd.

Disusun Oleh :
Laila Puspita Anggraeni (2203989)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN


FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2022
1. Apa urgensi Pendidikan Kewarganegaraan ?
 Jika pendidikan merupakan upaya menumbuhkembangkan potensi individu
agar menjadi individu yang dewasa, Pendidikan Kewarganegaraan merupakan
upaya untuk menumbuhkembangkan modal sosial untuk membangun negara
bangsa. Untuk membangun bangsa yang sebesar dan semajemuk indonesia
perlu dibarengi bahkan perlu didahului oleh modal sosial, karena bila tenunan
sosial robek, konflik sosial sulit direkonsiliasi, maka modal sumber daya alam,
finansial, dan keterampilan tidak banyak menolong. Untuk memperkuat modal
sosial, dapat dilakukan perluasan ruang-ruang perjumpaan, merentangkan
jaring-jaring konektivitas, serta memperkuat semangat inklusivitas yang dapat
menumbuhkan rasa saling percaya. Inilah urgensi pendidikan
kewarganegaraan yang berupaya mendidik warga negara muda agar semenjak
dini dapat membayangkan betapa luas wilayah, banyak dan majemuk
penduduk negeri ini agar kelak setelah dewasa memiliki keluasan mental
seaakan seluas Indonesia dan kekayaan rohani seakan sebanyak dan
semajemuk bangsa Indonesia. Sebagai wahana mendidik warga negara muda
agar dapat merefleksikan bahwa Indonesia adalah negara yang amat luas
wilayahnya banyak dan majemuk penduduknya dengan harapan anak muda
Indonesia memiliki keluasan mental seluas Indonesia.
2. Terdapat 3 tipe warga negara, tipe yang mana yang cocok untuk membangun bangsa
Indonesia? Jelaskan mengapa?
 Menurut Nadine dan Clark Ada 3 tipe warga negara yaitu Sponge Citizen,
Stone Citizen, dan Generator Citizen. Untuk membangun bangsa Indonesia
diperlukannya warga negera yang cerdas dan baik (Smart and Good Citizen).
Oleh sebab itu, tipe warga negara yang cocok untuk membangun bangsa
Indonesia adalah Generator Citizen karena Generator Citizen merupakan tipe
warga negara yang mampu menggerakan dan berpartisipasi aktif dalam
bermasyarakat dan bernegara bangsa. Generator Citizen juga seringkali
dipandang sebagai warga negara yang cerdas dan baik (Smart and Good
Citizen) sebagai suatu tipe warga negara ideal.
3. Ada 4 alasan mengapa Indonesia memerlukan Pendidikan Kewarganegaraan, yakni
alasan historis, yuridis, sosiologis, dan alasan politis. Coba kalian jelaskan apa
maksudnya!
 Alasan Historis : Mengambil pelajaran dari catatan sejarah, berbeda dengan
pada masa tingkatan pertama revolusi yakni fase kemerdekaan atau
Liberation, tingkatan kedua revolusi, yakni masa Nation Building, atau tingkat
membina bangsa yang sedang kita jalani sekarang ini, ada pada tahap dimana
idealisme sudah mulai luntur dan egosentrisme, akusentrisme semakin
tumbuh. Oleh karena itu, Pendidikan Kewarganegaraan diperlukan sebagai
wahana membina bangsa (Nation Building).
 Alasan Yuridis: Berdasarkan perintah undang-undang. Dalam Undang-
undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi Pasal 35 tentang
Kurikulum Ayat 3 ditegaskan bahwa Kurikulum Pendidikan Tinggi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib memuat mata kuliah agama,
pancasila, Pendidikan Kewarganegaraan, dan bahasa Indonesia, jadi
menyelenggarakan Pendidikan Kewarganegaraan merupakan pelaksanakan
perintah undang-undang.
 Alasan Sosiologis: Dewasa ini kita memiliki konektivitas fisik yang baik
dengan kehadiran berbagai moda transportasi, telematika, dan media digital.
Namun, akhir-akhir ini terjadi pelemahan konektivitas hati dan pikiran
sehingga intensifikasi dan ekstensifikasi penggunaan media digital itu tidak
sungguh-sungguh pada apa yang sejatinya disebut media sosial. Di kata socius
yang artinya bersahabat, tersambung hangat, bertolak belakang dengan
kenyataanya yang menjadi media asosial karena seringkali dipakai untuk
mencaci, merundung, dan saling menegasikan yang menimbulkan diskoneksi.
Oleh karena itu Pendidikan Kewarganegaraan diperlukan untuk mendidik
kembali anak muda Indonesia agar benar-benar dapat menggunakan
kecanggihan konektivitas fisik untuk menumbuhkembangkan modal sosial.
 Alasan Politis: berkaitan dengan kebijakan pemerintah mengenai Pendidikan
Kewarganegaraan dalam Kurikulum Sekolah dan Perguruan Tinggi. Secara
politis Pendidikan Kewarganegaraan mulai dikenal sejak 1957. Pada masa
Orde Lama mulai dikenal istilah Kewarganegaraan tahun 1957, civics 1962,
dan Pendidikan Kewarganegaraan negara 1968. Pada awal pemerintahan Orde
Baru, kurikulum sekolah yang berlaku dinamakan Kurikulum 1968.
Selanjutnya, berubah menjadi 1975, 1984, dan 1994. Pada masa Reformasi
diberlakukan Kurikulum 2004, dan terakhir 2013. Dalam semua kurikulum
yang berlaku di Indonesia, Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata
pelajaran wajib sekalipun penamaannya berubah-ubah. Di perguruan tinggi,
pada mulanya dikenal mata kuliah Pendidikan Kewiraan sejak tahun 1973-
1974. Tujuannya, menumbuhkan kecintaan pada tanah air. Selanjutnya, pada
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional,
Pendidikan Kewiraan merupakan bagian dari Pendidikan Kewarganegaraan.
Dan pada 1995 nama mata kuliah berubah menjadi Pendidikan
Kewarganegaraan hingga saat ini.
4. Pada era ‘reformasi’, wacana pembangunan bangsa dan pembangunan karakter
(nation and character building) meletakkan pengakuan atas hak-hak warga negara
sebagai isu sentral dalam masyarakat pluralis yang demokratis. Dengan kata lain,
perjuangan dan pemerolehan hak sipil, hak asasi manusia dan keadilan sosial dan
politik diyakini akan lebih mudah dicapai. Bagaimana kenyataannya yang terjadi?
Mengapa?
 Beberapa upaya untuk mewujudkan pembangunan bangsa dan pembangunan
karakter (nation and character building) meletakkan pengakuan atas hak-hak
warga negara sebagai isu sentral dalam masyarakat pluralis yang demokratis
telah dilakukan, misalnya, melalui Amandemen Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan keinginan untuk merestorasi
pancasila. Akan tetapi, setelah hampir dua windu pada kenyataannya harapan
tersebut tidak terlalu tampak kecuali pada aspek kebebasan berekspresi
dimana kesempatan yang tersedia memang jauh lebih luas (tidak terkekang)
dibandingkan pada kesempatan rezim otoriter. Di lain pihak, di era ‘transisi
demokrasi’ bangsa Indonesia justru dihadapkan pada pelbagai fenomena yang
mempengaruhi kewarganegaraannya, seperti nasionalisme ekonomi, etika
sosial, pengaruh globalisasi dan kemajuan teknologi, degradasi lingkungan,
lokalisme demokratis, dan multikulturalisme. Semua masalah tersebut
belakangan ini merupakan tantangan berat dalam revitalisasi cita sipil,
khususnya melalui Pendidikan Kewarganegaraan..
5. Sejumlah ahli mengatakan bahwa tantangan besar ke depan lainnya bagi bangsa
Indonesia adalah menumbuhkan budaya dan kehidupan demokrasi (cultural
democracy) pada berbagai komponen masyarakat, mulai dari elit politik, para birokrat
dalam sistem pemerintahan, dunia usaha, lembaga swadaya masyarakat, kaum
intelektual, hingga masyarakat luas. Apa maksudnya ? Coba kalian jelaskan!
 Budaya dan kehidupan demokrasi harus terjadi pada berbagai komponen
masyarakat karena pembentukan struktur pemerintahan negara yang
demokratis tanpa diimbangi dengan tumbuhnya kehidupan demokrasi pada
komponen masyarakat akan menjurus pada kehidupan semokrasi yang semu
(pseudo demokrasi). Oleh karena itu, pembinaan pemahaman akan prinsip-
prinsip serta cara hidup yang demokratis adalah salah satu tantangan mendasar
bagi sistem pendididkan nasional dalam membentuk dan mengembangkan
kehidupan negara dan masyarakat yang semakin demokratis.

Anda mungkin juga menyukai