Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

HAKIKAT PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

Disusun Oleh :

Aldi Rizwanto
Devyta Angraini
Yarinse seleng
Yulita
Zahrul Yafi

Prodi :

Teknik Lingkungan

BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang


Mata pelajaran pendidikan kewarganegaran adalah mata pelajaran yang
mengalami perubahan nama dengan sangat cepat. Dalam kurikulum Pendidikan Dasar 94,
terdapat mata pelajaran “Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan”, yang disingkat
dengan PPKn. Istilah “Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan” pada saat itu secara
hukum sudah tertera dalam Undang-Undang No 2/1989 tentang Sistem Pendidikan
Nasional. Sejak di Undangkannya UU SISDIKNAS No 20 tahun 2003 secara hukum
istilah tersebut berubah menjadi “Pendidikan Kewarganegaraan”.
Meskipun mata pelajaran ini sering berganti-ganti istilah namun secara umum,
pendekatan dan cara penyampaiannya tidak berubah. Pendidikan Kewarganegaraan ini
merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan diri yang beragam,
agar membentuk warga negara yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan
oleh Pancasila dan UUD 1945.
Mulai terkikisnya moral anak bangsa pada zaman sekarang ini, merupakan sebuah
teguran cukup keras bagi semua kalangan umum dan bagi pendidik khususnya. Dalam
mengatasi hal ini pendidik harus bisa mengintegrasikan setiap mata pelajaran menjadi
pendidikan yang berkarakter baik secara langsung maupun tidak langsung. Termasuk
dalam mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yang mengajarkan untuk berperilaku
sesuai norma-norma yang ada.
Oleh karena itu, melalui tugas mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan kami
ingin membahas lebih dalam mengenai hakikat, karakteristik, pengertian, tujuan, dan
ruang lingkup Pendidikan Kewarganegaraan.

1.2  Rumusan Masalah


1.      Apa Hakikat Pendidikan Kewarganegaraan itu?
2.      Apa Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan?
3.      Apa Tujuan Pendidikan Kewarganegaran?
4.      Apa saja Ruang Lingkup Pendidikan Kewarganegaran?
1.3  Tujuan
1.      Untuk mengetahui Hakikat Pendidikan Kewarganegaraan.
2.      Untuk mengetahui Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan.
3.      Untuk mengetahui Tujuan Pendidikan Kewarganegaran.
4.      Untuk mengetahui Ruang Lingkup Pendidikan Kewarganegaran.
1.4  Manfaat
1.      Bagi Mahasiswa
Agar semua mahasiswa tahu bahwa Pendidikan Kewarganegaraan itu sangat penting
untuk membentuk karakter setiap individu sesuai norma-norma yang berlaku.
2.      Bagi khalayak umum
Agar khalayak umum mengetahui pentingnya pendidikan kewarganegaran sejak
dini untuk menumbuhkan karekter setiap individu yang lebih baik.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Hakikat Pendidikan Kewarganegaraan

Hakikat pendidikan kewarganegaraan merupakan sebuah metode pendidikan


yang bersumber pada nilai Pancasila sebagai kepribadian bangsa demi meningkatkan
serta melestarikan keluhuran moral dan perilaku masyarakat yang bersumber pada
budaya bangsa yang sudah ada sejak dahlu kala.

Dengan hal tersebut diharapakan dapat mencerminkan jati diri yang terwujud
dalam berbagai tingkah laku di dalam kehidupan keseharian masyarakat. Hakikat
Pendidikan Pancasila sebagai sebuah mata pelajaran ialah memiliki sebuah tujuan
penting dalam membentuk jati diri individu yang hidup dalam kehidupan masyarakat
yang majemuk. Baik dalam kemajemukan suku , agama , ras dan budaya serta bahasa
demi membangun karakter bangsa sebagai bangsa yang cerdas , cakap dan memiliki
karakter yang dilandaskan UUD 1945 dan Pancasila sebagai filsafat bangsa.

Secara yuridis ada beberapa ketentuan perundang - undangan yang mengandung


amanat untuk melaksanakan Pendidikan Pancasila , yaitu :

1. Pembukaan Undang - undang Dasar Negara Republik Indonesia.


Khususnya alinea ke - 4, yang menyatakan bahwa pembentukan Pemerintah
Negara Indonesia dimaksudkan untuk : “ ... Melindungi segenap bangsa
Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanankan
ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan
sosial maka disusunlah Kemerdekaan Kebangsaan Indonesia itu dalam suatu
Undang - Undang Dasar Negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan
Negara Republik Indonesia yang berkdaulatan rakyat berdasarkan Ketuhanan
Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, dan kerakyatan yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, serta
dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

2. Undang - Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional


(UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS)
1) Pasal 3 yang menyatakan bahwa “Pendidikan Nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa,
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berahlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga yang demokratis serta
tanggung jawab”.

2) Pasal 4 mengatakan sebagai berikut :


i. Pendidikan diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan
serta tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi Hak Asasi
Manusia, Nilai Keagamaan, Nilai Kultural dan Kemajemukan
Bangsa
ii. Pendidikan diselenggarakan sebagai suatu proses pembudayaan dan
pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat.
iii. Pendidikan diselenggarakan dengan mengembangkan budaya
membaca, menulis, dan berhitung bagi segenap warga masyarakat.
iv. Pendidikan diselenggarakan dengan memberikan keteladanan,
membangun kemauan, dan mengembangkan kreatifitas peserta
didik dalam proses pembelajaran.
v. Pendidikan diselenggarakan diselenggarakan dengan budaya
membaca, menulis, dan berhitung bagi segenap warga masyarakat.
vi. Pendidikan diselenggarakan dengan memberdayakan semua
komponen masyarakat melalu peran serta pengendalian mutu
layanan pendidikan.

2.2 Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan.

Menurut Kep. Dirjen dikti No.267/Dikti/2000 materi Pendidikan Kewarganegaran


adalah pendidikan tentang hubungan warga negara dengan negara, dan Pendidikan
Pendahuluan Bela Negara (PPBN). Dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional dinyatakan bahwa di setiap jenis, jalur dan jenjang pendidikan wajib
memuat Pendidikan Bahasa, Pendidikan Agama, dan Pendidikan Kewarganegaraan.

Kep. Mendikbud No. 056/U/1994 tentang Pedoman Penyusunan Kurikulum


Pendidikan Tinggi dan Penilaian Hasil Belajar Mahasiswa menetapkan bahwa
“Pendidikan Pancasila, Pendidikan Agama, dan Pendidikan Kewarganegaraan termasuk
dalam Mata Kuliah Umum (MKU) dan wajib diberikan dalam kurikulum setiap program
studi”.
Beberapa pandangan para pakar tentang Pendidikan Kewarganegaraan adalah
sebagai berikut:
1.         Henry Randall Waite dalam penerbitan majalah The Citizendan Civics,
pada tahun 1886, merumuskan pengertian Civics dengan The sciens of citizenship,
the relation of man, the individual, to man in organized collections, the individual
in his relation to the state. Dari definisi tersebut, Civics dirumuskan dengan Ilmu
Kewarganegaraan yang membicarakan hubungan manusia dengan manusia dalam
perkumpulan-perkumpulan yang terorganisasi (organisasi sosial, ekonomi, politik)
dan antara individu- individu dengan negara.

2.        Stanley E. Dimond berpendapat bahwa civics adalah citizenship


mempunyai dua makna dalam aktivitas sekolah. Yang pertama, kewarganegaraan
termasuk kedudukan yang berkaitan dengan hukum yang sah. Yang kedua,
aktivitas politik dan pemilihan dengan suara terbanyak, organisasi pemerintahan,
badan pemerintahan, hukum, dan tanggung jawab.
3.        Menurut Merphin Panjaitan, Pendidikan Kewarganegaraan adalah
pendidikan demokrasi yang bertujuan untuk mendidik generasi muda menjadi
warga negara yang demokrasi dan partisipatif melalui suatu pendidikan yang
dialogial. Sementara Soedijarto mengartikanPendidikan Kewarganegaraan sebagai
pendidikan politik yang bertujuan untuk membantu peserta didik untuk menjadi
warga negara yang secara politik dewasa dan ikut serta membangun sistem politik
yang demokratis
Dari definisi tersebut, semakin mempertegas pengertian civic
education (Pendidikan Kewarganegaraan) karena bahannya meliputi pengaruh
positif dari pendidikan di sekolah, pendidikan di rumah, dan pendidikan di luar
sekolah. Unsur-unsur ini harus dipertimbangkan dalam menyusun program Civic
Education yang diharapkan akan menolong para peserta didik (mahasiswa) untuk:
1.    Mengetahui, memahami dan mengapresiasi cita-cita nasional.
2.    Dapat membuat keputusan-keputusan yang cerdas dan bertanggung jawab
dalam berbagai macam masalah seperti masalah pribadi, masyarakat dan negara.
Jadi, Pendidikan Kewarganegaraan adalah program pendidikan
berdasarkan nilai-nilai pancasila sebagai wahana untuk mengembangkan dan
melestarikan nilai-nilai luhur dan moral yang berakar dari budaya bangsa
Indonesia yang diharapkan dapat menjadi jati diri yang diwujudkan dalam bentuk
perilaku yang diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari para mahasiswa baik
sebagai individu, sebagai calon guru/pendidik, anggota masyarakat dan makhluk
ciptaan Tuhan Yang Maha Esa.

Melalui Pendidikan Kewarganegaraan, warga negara NKRI diharapkan


mampu memahami, menganalisis, dan menjawab masalah-masalah yang
dihadapi masyarakat, bangasa dan negaranya secara berkesinambungan dan
konsisten dengan cara cita-cita dan tujuan nasionalnya sebagaimana yang
digariskan dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945

2.3 Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan.

Lampiran Permendiknas No.22 Tahun 2006 dikemukakan bahwa “Mata


Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang
mefokuskan pada pembentukan warga negaranya yang memahami dan mampu
melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warga Negara Indonesia
yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD
1945”, sedangkan tujuannya, digariskan dengan tegas agar peserta didik memiliki
kemampuan sebagai berikut :

1. Berfikir secara krisis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu


kewarganegaraan,
2. Berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab, dan bertindak secara cerdas
dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, serta anti-korupsi,
3. Berkembang secra positif dan demokratis untuk mebentuk diri berdasarkan
karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-
bangsa lain.
4. Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam peraturan dunia secara langsung
atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.
2.4 Implementasi Pendidikan Kewarganegaraan di Lingkungan Kampus.

Banyak kalangan yang memberikan persepsi berbeda mengenai pengertian


mahasiswa. Ada yang mengatakan mahasiswa adalah agen perubahan, mahasiswa adalah
kaum intelektual yang memiliki ilmu yang tinggi. Terlepas dari itu semua mahasiswa itu
adalah unit bagian dari masyarakat yang harus memberikan kebermanfaatan untuk
masyarakat dengan berbagai karyanya. Mahasiswa lahir dari masyarakat dan sudah
sepatutnya mahasiswa berperan aktif di dalam membela kepentingan masyarakat untuk
kemajuan bangsa ini.
Mahasiswa tidak sepatutnya hanya sekadar menuntut ilmu dan mencari IP setinggi-
tingginya tetapi melupakan perannya yang signifikan dalam membangun bangsa ini.
Aktivitas yang dilakukan mahasiswa seyogyanya tidak hanya belajar memahami mata
kuliah yang diajarkan dosen dan mengerjakan tugas kuliah tetapi mahasiswa harus
berkontribusi nyata dalam membela kebutuhan rakyat. Karena mahasiswa adalah salah
satu unsur terpenting dalam pembangunan bangsa. Peranan mahasiswa menjadi sangat
penting karena mahasiswa adalah kelompok yang idealis yang terlepas dari pengaruh
pihak manapun. Idealisme yang dimiliki mahasiswa membuatnya semangat melakukan
perjuangan terhadap kebenaran yang dia yakini. Mahasiswa tidak pantang menyerah dan
tidak takut terhadap apapun termasuk presiden sekalipun di dalam menyampaikan
aspirasi yang mereka miliki. Pandangan, pemikiran dan sikap mahasiswa inilah yang
dibutuhkan dalam mewujudkan Indonesia yang progresif.
Secara garis besar ada empat peran yang harus dipikul oleh mahasiwa. Keempat peran ini
adalah peran yang ideal dan seharusnya dimiliki oleh mahasiswa. Keempat peran itu,
adalah:

1. Agent of change

Mahasiswa berperan di dalam melakukan perubahan terhadap kondisi bangsa. Saat ini
bangsa kita sedang mengalami kondisi terpuruk. Dari segi ekonomi kita melihat masih
banyak rakyat Indonesia yang hidup di bawah garis kemiskinan. Kesenjangan antara si
Kaya dan si Miskin sangat jelas sekali terlihat. Yang kaya sibuk memperkaya diri sendiri
sementara yang miskin harus berjuang keras untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari
mereka. Dari segi politik, kita melihat banyak pejabat yang melakukan korupsi. Mereka
sibuk untuk memperkaya diri sendiri dan melupakan amanahnya untuk mensejahterakan
rakyat. Bagaimana ingin menyejahterakan rakyat sementara uang rakyat saja mereka curi.
Sungguh ironi memang Indonesia merupakan negara yang kaya dengan sumber daya
alam yang dimilikinya tetapi untuk mensejahterakan kehidupan rakyat saja, negara ini
belum mampu untuk melakukannya. Untuk itu mahasiswa sebagai agent of change
diharapkan dapat membuat perubahan terhadap bangsa ini.

2. Iron Stock
Iron stock merupakan peranan mahasiswa yang tidak kalah penting, dengan idealisme
yang dimilikinya membuat mahasiswa menjadi tangguh untuk menggantikan generasi-
generasi sebelumnya. Mahasiwa adalah aset yang penting di dalam melakukan
pergerakan dan perubahan. Tentunya di dalam menjalankan peran ini mahasiswa harus
memiliki skill yang di dapat dari pengalaman organisasi di kampus dan mahasiswa harus
memiliki akhlak mulia agar ilmu yang ia dapat dapat dipergunakan untuk melakukan hal-
hal yang baik.

3. Social control

Mahasiswa berperan dalam melakukan kontrol ketika melihat adanya gejala yang
tidak beres di tengah-tengah masyarakat. Mahasiswa yang akan mengontrol perilaku
pemerintah yang bertentangan dengan Undang-undang dan merugikan masyarakat.
Kontrol yang dilakukan oleh mahasiswa bisa saja dalam bentuk demonstrasi. Selama ini
orang berpandangan negatif terhadap mahasiswa yang melakukan demo. Padahal demo
yang dilakukan oleh mahasiswa itu hanya semata-mata untuk membela kepentingan
rakyat. Siapa lagi yang akan membela dan menjadi garda terdepan dalam pergerakan
untuk rakyat kalau bukan mahasiswa yang notabene juga berasal dari rakyat. Tentunya
demo yang dilakukan oleh mahasiswa harus mengindahkan norma-norma yang ada
sehingga demo dapat berjalan dengan tertib dan damai. Selain dengan demonstrasi,
mahasiswa juga dapat melakukan kontrol sosialnya dengan jalan diskusi dan melakukan
kajian. Namun cara seperti apa yang tepat untuk melakukan kontrol sosial, itu
dikembalikan kepada diri masing-masing mahasiswa.

4. Moral Force

Mahasiswa dituntut untuk memiliki akhlak yang baik, karena mahasiswa berperan
sebagai teladan di tengah-tengah masyarakat. Segala tingkah laku mahasiswa akan
diamati dan dinilai oleh masyarakat. Untuk itu mahasiswa harus pandai menempatkan
diri dan hidup berdampingan di tengah-tengah masyarakat.
Itulah keempat peran yang ideal dan seyogyanya harus dilakukan oleh mahasiswa.
Implementasi dari peran tersebut dapat terwujud apabila mahasiswa memahami dan
menjalani nilai-nilai yang terkandung di dalam Tri Dharma Perguruan Tinggi, yaitu:

1.      Pendidikan.
Mahasiswa sebagai kaum  intelektual bangsa yang menduduki  5% dari populasi
warga negara Indonesia berkewajiban meningkatkan mutu diri secara khusus agar mutu
bangsa pun meningkat pada umumnya dengan ilmu yang dipelajari selama pendidikan di
kampus sesuai bidang keilmuan tertentu. Mahasiswa dan pendidikan merupakan satu 
kesatuan yang tidak dapat dipisahkan sehingga ketika mahasiswa melakukan segala
kegiatan dalam hidupnya, semua harus didasari pertimbangan rasional, bukan dengan adu
otot. Itulah yang disebut kedewasaan mahasiswa.

2.      Penelitian dan Pengembangan


Ilmu yang dikuasai melalui proses pendidikan di perguruan tinggi harus
diimplementasikan dan diterapkan. Salah satunya dengan langkah ilmiah, seperti melalui
penelitian. Penelitian mahasiswa bukan hanya akan mengembangkan diri mahasiswa itu
sendiri, namun juga memberikan manfaat bagi kemajuan pperadaban dan  kepentingan 
bangsa kita dalam menyejahterakan bangsa. Selain pengembangan diri secara ilmiah dan
akademis. Mahasiswa pun harus senantiasa mengembangkan kemampuan dirinya dalam
hal softskill dan kedewasaan diri dalam menyelesaikan segala masalah yang ada.
Mahasiswa harus mengembangkan pola pikir yang kritis terhadap segala fenomena yang
ada dan mengkajinya secara keilmuan.

3.      Pengabdian pada Masyarakat


Mahasiswa menempati lapisan kedua dalam relasi kemasyarakatan, yaitu berperan
sebagai penghubung antara masyarakat dengan pemerintah. Mahasiswa adalah yang
paling dekat dengan rakyat dan memahami secara jelas kondisi masyarakat tersebut.
Kewajiban sebagai mahasiswa menjadi front linedalam masyarakat dalam mengkritisi
berbagai kebijakan pemerintah terhadap rakyat karena sebagaian besar keputusan
pemerintah di masa ini sudah terkontaminasi oleh berbagai kepentingan politik tertentu
dan kita sebagai mahasiswa yang memiliki mata yang masih bening tanpa ternodai
kepentingan-kepentingan serupa mampu melihat secara jernih, melihat yang terdalam
dari yang terdalam terhadap intrik politik yang tidak jarang mengeksploitasi kepentingan
rakyat. Disini mahasiswa berperan untuk membela kepentingan masyarakat, tentu tidak
dengan jalan kekerasan dan aksi chaotic, namun menjunjung tinggi nilai-nilai luhur
pendidikan, kaji terlebih dahulu, pahami, dan sosialisasikan pada rakyat, mahasiswa
memiliki ilmu tentang permasalahan yang ada, mahasiswa juga yang dapat membuka
mata rakyat sebagai salah satu bentuk pengabdia terhadap rakyat.
 Pendidikan diperlukan agar mahasiswa memiliki intelektual dan wawasan yang luas
sehingga membantu di dalam proses berpikir untuk mencari solusi terhadap berbagai
persoalan. Penelitian diperlukan untuk menghasilkan sebuah karya yang berguna bagi
masyarakat dengan landasan research agar karya tersebut tepat sasaran. Pengabdian
masyarakat diperlukan agar ilmu yang didapat oleh mahasiswa tidak disimpan untuk
dirinya sendiri tetapi berusaha agar masyarakat juga merasakan manfaat dari ilmu yang
dimiliki oleh mahasiswa.
Betapa pentingnya peran mahasiswa untuk membangun bangsa ini ke arah yang lebih
baik. Untuk itu kita sebagai mahasiswa diharapkan tidak hanya sekedar belajar mencari
IP setinggi-tingginya namun kita juga harus berkontribusi nyata di tengah-tengah
masyarakat. Karena mahasiswa adalah salah satu unsur terpenting dalam pembangunan
bangsa.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata kuliah yang sangat


penting bagi setiap individu untuk lebih mencintai bangsa Indonesia, melalui mata
pelajaran ini para mahasiswa maupun warga negara dididik untuk lebih mencintai
bangsa dan negara indonesia ini.

Dengan mengetahui peran - peran mahasiswa diharapkan mahasiswa dapat


mengetahui apa yan seharusnya mereka perjuangakan. Karena pada dasarnya
mahasiswa berasal dari masyarakat dan sudah sepatutnya mahasiswa harus berperan
aktif dalam membela hak dan kebutuhan rakyat.

3.2 Saran

Kita bisa mengusahakan memberikan pengalaman pembelajaran yang berorientasi


humanistik, ini bisa membuat peserta didik menemukan jati dirinya sebagai manusia yang
sadar akan tanggung jawab individu dan sosial. Oleh karena itu, tugas para pendidik,
pembuat kebijakan dan anggota civil society lainnya adalah mengkampanyekan
pentingnya pendidikan kewarganegaraan kepada seluruh lapisan masyarakat dan semua
instansi dan jajaran pemerintahan.

Dengan pembelajaran yang benar akan terbentuk warga negara sadar bela negara
berlandaskan pemahaman politikkebangsaan dan kepekaan mengembangkan jati diri dan
moral bangsa dalam perikehidupan bangsa serta membangun kesadaran peserta didik
akan hak dan kewajibannya sebagai warga negara dan mampu menggunakannya secara
demokratis dan beradab.

Anda mungkin juga menyukai