Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

Tentang
“Pengertian PKn,PKn di Indonesia,Visi Misi PKn,urgensi PKn,Garis besar
dan Ruang Lingkup PKn”

Dosen Pengampu :
Ramadhani, S.Ps.I., MA

Disusun Oleh:
Dona Aprianti

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN

PESISIR SELATAN

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT bahwa dengan Rahmat dan Ridho-

Nya penulis dapat menyelesaikan Makalah Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan.

Adapun maksud dan tujuan dari penyusunan makalah ini, selain untuk menyelesaikan tugas

yang diberikan oleh Dosen Pengajar, juga untuk lebih memperluas pengetahuan para

mahasiswa khususnya bagi penulis. Penulis telah berusaha untuk dapat menyusun makalah

ini dengan baik, namun penulis pun menyadari memiliki akan adanya keterbatasan sebagai

manusia biasa. Oleh karena itu, jika didapati adanya kesalahan-kesalahan baik dari segi

teknik penulisan, maupun dari isi mohon maaf dan kritik. Serta saran dari Dosen Pengajar

bahkan semua pembaca sangat diharapkan penulis dapat menyempurnakan makalah ini

terlebih juga dalam pengetahuan kita bersama.

Painan, 29 November 2022

Dona Aprianti
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah


2. Rumusan Masalah
3. Tujuan Penuliasan Makalah

BAB II PEMBAHASAN

1. Pengertian PKn
2. PKn di Indonesia dan Beberapa Negara
3. Visi dan Misi PKn dalam MPK
4. Urgensi PKn bagi pengembangan kepribadian
5. Garis Besar dan Ruang Lingkup MK PKn

BAB III PENUTUPAN

DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pendidikan kewarganegaraan sangat penting diterapkan dalam dunia pendidikan, khususnya


di perguruan tinggi. Dimana pendidikan kewarganegaraan memiliki peranan yang strategis
dalam mempersiapkan warga Negara yang cerdas, bertanggung jawab dan beradab.
Berdasarkan rumusan “Civic International” (1995), disepakati bahwa pendidikan demokrasi
penting untuk pertumbuhan civic culture, untuk keberhasilan pengembangan
danpemeliharaan pemerintahan demokrasi (Mansoer 2005).

Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia No 20 tahun 2003 tentang sistem


pendidikan nasional serta surat keputusan Direktur Jenderal Tinggi Departemen Pendidikan
Nasional No 43/DIKTI/Kep/2006, tentang rambu-rambu pelaksanaan kelompok mata kuliah
pengembangan kepribadian di perguruan tinggi terdiri atas mata kuliah pendidikan agama,
pendidikan kewarganegaraan dan bahasa Indonesia. Berdasarkan ketentuan tersebut maka
kelompok mata kuliah pengembangan kepribadian tersebut wajib diberikan di semua fakultas
dan jurusan diseluruh perguruan tinggi di Indonesia. Pada Hakekatnya pendidikan
kewarganegaraan adalah upaya sadar dan terencana untuk mencerdaskan kehidupan bangsa
bagi warga negara dengan menumbuhkan jati diri dan moral bangsa sebagai landasan
pelaksanaan hak dan kewajiban dalam bela negara, demi kelangsungan kehidupan dan
kejayaan bangsa dan negara.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, adapun masalah-masalah yang telah penulis rumuskan:

1. Apa yang dimaksud dengan pendidikan kewarganegaraan?

2. Bagaimana perkembangan pendidikan kewarganegaraan di Indonesia dan negara lain?

3. Apakah visi dan misi pendidikan kewarganegaraan di Indonesia?

4. Apa saja urgensi pendidikan kewarganegaraan bagi pengembangan kepribadian?

5. Apa saja ruang lingkup pendidikan kewarganegaraan?


1.3. Tujuan

Adapun tujuan-tujuan dari pembuatan makalah ini, sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan pendidikan kewarganegaraan.

2. Untuk mengetahui perkembangan pendidikan kewarganegaraan di Indonesia dan di


negara lainnya.

3. Untuk menjelaskan visi dan misi pendidikan kewarganegaraan di perguruan tinggi.

4. Untuk menjelaskan mengenai urgensi pendidikan kewarganegaraan bagi


pengembangan kepribadian

5. Untuk mengetahui apa saja ruang lingkup pendidikan kewarganegaraan.

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang masalah

Pendidikan kewarganegaraan (PKn) menjadi bagian penting dalam suatu

pembelajaran di sekolah baik formal maupun informal. Hal itu dapat dilihat dari

keberadaan pendidikan kewarganegaraan yang berstatus wajib dalam kurikulum

pendidikan. Keberadaan pendidikan kewarganegaraan terealisasi nyata disetiap

jenjang pendidikan dimulai dari sekolah dasar (SD), sekolah menengah pertama

(SMP), sekolah menengah atas (SMA), dan perguruan tinggi. Muatan materi

Pendidikan Kewarganegaraan hampir sama disetiap jenjang pendidikan, hanya

saja setiap tingkatan ada penambahan muatan materi yang lebih mendalam untuk

dipahami oleh siswa. Pembukaan Undang-undang Dasar 1945 yang berbunyi “mencerdaskan

kehidupan bangsa” yang menjadi cita-cita bangsa indonesia merupakan suatu


bukti bahwa keberadaan pendidikan kewarganegaraan sangat penting dalam

pembelajaran. Mencerdaskan kehidupan bangsa memerlukan adanya suatu ikatan

tujuan. Ikatan tujuan ini dapat berwujud suatu ideologi nasional yaitu Pancasila

yang menjadi suatu objek dalam mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.

1.2 Rumusan mas

BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan


Pendidikan Kewarganegaraan adalah suatu pendidikan yang bertujuan untuk mendidikan
para generasi muda agar mampu menjadi warga negara yang demokratis, berbudi pekerti
luhur dan berwawasan kebangasaan, dan partisipatif dalam pembelaan negara. Dalam hal ini
pendidikan kewarganegaraan merupakan suatu alat pasif untuk membangun dan memajukan
sistem demokrasi suatu bangsa
Secara umum pengertian pendidikan kewarganegaraan dapat diartikan sebagai langkah
demokrasi yang bertujuan untuk mempersiapkan warga masyarakat berpikir kritis dan
bertindak demokratis. Pandangan Pakar Tentang Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan
Pendidikan kewarganegaraan sebenarnya dilakukan dan dikembangkan di seluruh dunia,
meskipun dengan berbagai istilah atau nama. Mata kuliah tersebut sering disebut sebagai
civic education, Citizenship Education,dan bahkan ada yang menyebutnya sebagai democrcy
education. Tetapi pada umumnya pendapat para pakar tersebut mempunyai maksud dan
tujuan yang sama. Beberapa pandangan para pakar tentang pendidikan kewarganegaraan
adalah sebagai berikut:
 Henry Randall Waite dalam penerbitan majalah The Citizendan Civics, pada tahun
1886, merumuskan pengertian Civics dengan The sciens of citizenship, the relation of
man, the individual, to man in organized collections, the individual in his relation to
the state. Dari definisi tersebut, Civics dirumuskan dengan Ilmu Kewarganegaraan
yang membicarakan hubungan manusia dengan manusia dalam perkumpulan-
perkumpulan yang terorganisasi (organisasi sosial, ekonomi, politik) dan antara
individu- individu dengan negara.
 Stanley E. Dimond berpendapat bahwa civics adalah citizenship mempunyai dua
makna dalam aktivitas sekolah. Yang pertama, kewarganegaraan termasuk kedudukan
yang berkaitan dengan hukum yang sah. Yang kedua, aktivitas politik dan pemilihan
dengan suara terbanyak, organisasi pemerintahan, badan pemerintahan, hukum, dan
tanggung jawab.
 Edmonson (1958) mengemukakan bahwa civics adalah kajian yang berkaitan dengan
pemerintahan dan yang menyangkut hak dan kewajiban warga negara.
 Menurut Merphin Panjaitan, Pendidikan Kewarganegaraan adalah pendidikan
demokrasi yang bertujuan untuk mendidik generasi muda menjadi warga negara yang
demokrasi dan partisipatif melalui suatu pendidikan yang dialogial. Sementara
Soedijarto mengartikanPendidikan Kewarganegaraan sebagai pendidikan politik yang
bertujuan untuk membantu peserta didik untuk menjadi warga negara yang secara
politik dewasa dan ikut serta membangun sistem politik yang demokratis..
 Menurut Muhammad Numan Soemantri, Civic Education adalah kegiatan yang
meliputi seluruh program sekolah. Civic Education meliputi berbagai macam kegiatan
mengajar yang dapat menumbuhkan hidup dan prilaku yang lebih baik dalam
masyarakat demokrasi. Dalam Civic Education termasuk pula hal-hal yang
menyangkut pengalaman, kepentingan masyarakat, pribadi dan syarat- syarat objektif
untuk hidup bernegara.
 Menurut Azyumardi Azra, pendidikan kewarganegaraan, civics education
dikembangkan menjadi pendidikan kewargaan yang secara substantif tidak saja
mendidik generasi muda menjadi warga negara yang cerdas dan sadar akan hak dan
kewajibannya dalam konteks kehidupan bermasyarakat dan bernegara, tetapi juga
membangun kesiapan warga negara menjadi warga dunia, global society.
 Soedijarto mengartikan Pendidikan Kewarganegaraan sebagai pendidikan politik yang
bertujuan untuk membantu peserta didik untuk menjadi warga negara yang secara
politik dewasa dan ikut serta membangun sistem politik yang demokratis. Dari
definisi tersebut, semakin mempertegas pengertian civic education (Pendidikan
Kewarganegaraan) karena bahannya meliputi pengaruh positif dari pendidikan di
sekolah, pendidikan di rumah, dan pendidikan di luar sekolah. Unsur-unsur ini harus
dipertimbangkan dalam menyusun program Civic Education yang diharapkan akan
menolong para peserta didik (mahasiswa) untuk:
a. Mengetahui, memahami dan mengapresiasi cita-cita nasional.
b. Dapat membuat keputusan-keputusan yang cerdas dan bertanggung jawab
dalam berbagai macam masalah seperti masalah pribadi, masyarakat dan
negara.
Dalam dunia pendidikan di negara kita mempunyai 12 sasaran bina aspek yaitu :
1. Pribadi yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME
2. Yang berbudi pekerti luhur
3. Yang berkepribadian
4. Berdisiplin
5. Yang bekerja keras
6. Yang tangguh
7. Yang mandiri
8. Yang bertanggung jawab
9. Yang cerdas dan terampil serta sehat jasmani dan rohani
10. Yang mampu menumbuhkan dan mempertebal rasa cinta tanah air
11. Yang mampu menumbuhkan dan mempertebal semangat kebangsaan dan
kesetiakawanan sosial
12. Yang dapat menumbuhkan rasa percaya diri serta sikap dan perilaku yang inofatif dan
kreatif

2. Pendidikan Kewarganegaran di Indonesia dan Beberapa Negara


A. Pendidikan Kewarganegaraan di Indonesia
 Sebelum Proklamasi Kemerdekaan Pelajaran civics sebelum kemerdekaan atau pada
zaman Hindia-Belanda dikenal dengan nama Burgerkunde. Meskipun pada waktu itu
bangsa Indonesia dijajah, namun konsep tentang pendidikan politik maupun
pelaksanaannya lewat pendidikan formal dan non-formal tetap berlangsung. Oleh
guru-guru sekolah partikelir, sedangkan non-formal terutama dilakukan oleh para
tokoh pergerakan nasional. Oleh tokoh nasional sekaligus proklamator, Bung Karno
dan Bung Hatta.
 Sesudah Proklamasi Kemerdekaan Perkembangan Ikn-PKn sesudah Proklamasi kemerdekaan
digambarkan oleh Nu’man Somantri (1976: 34-35) sebagai kewarganegaraan (1957), civics
(1961), Pendidikan Kewargaan Negara (1968), Pendidikan Kewargaan Negara (1972),
Pendidikan Kewarganegaraan (1989), Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn).
 Kecenderungan Pengembangan PKn di Masa Era Reformasi P4 (pedoman,penghayatan dan
pengamalan pancasila) dipermasalahkan subtansinya, karena tidak memberikan gambaran
yang tepat tentang nilai pancasila sebagai satu kesatuan, dan P4 dalam realitasnya merupakan
tafsiran tunggal rezim orde baru untuk kepentingan memelihara kekuasaan, sehingga
berakibat pendangkalan terhadap makna Pancasila. Begitu pula Pancasila sebagai asas tunggal
tidak diperlukan lagi, karena tidak sesuai dengan masyarakat Indonesia yang multikultural
atau Bhinneka. Pengalaman pahit ini, hendaknya menjadi pelajaran bagi para
pengembang kurikulum PKn maupun para pengambil kebijakan agar tidak
mengulangi kesalahan kedua kalinya. IKn-PKn sebagai pemberdayaan warga negara
akan selalu relevan dalam masyarakat demokratis sampai kapanpun. Oleh karena itu
Orientasi IKn-PKn akan memperkuat civil society. Suatu masyarakat yang
terorganisir yang berdasarkan kesukarelaan, swasembada dalam ekonomi, berswadaya
dalam politik, memiliki kemandirian tinggi dalam behadapan dengan negara dan
memiliki keterikatan terhadap norma-norma atau nilai-nilai hukun yang diikuti oleh
warganya (Muhammad AS Hikam, 1996: 3).
B. Pendidikan kewarganegaraan di Beberapa Negara
 Pelaksanaan Pendidikan Kewarganegaraan di Amerika Serikat
Di Amerika Serikat, peranan sekolah menjadi sangat penting dalam menanamkan pendidikan
kewarganegaraan. Pada saat sistem pendidikan umum di negara A.S tumbuh, PKn diberikan tempat
utama di kurikulum sekolah, sejak tahun 1890-an, mata pelajaran ini dinamai ‘ilmu sosial’ telah
dibentuk untuk menjalankan peran utamanya pada persiapan kewarganegaraan.
Studi kasus terhadap PKn di A.S memberikan perhatian yang utama untuk ilmu sosial. Studi kasus ini
meneliti apa yang dipelajari anak usia 14-15 tahun terbagi menjadi empat bidang, yaitu: (i) demokrasi,
lembaga politik, dan hak-hak dan tangggung-jawab warga negara, (ii) identitas nasional, (iii)
perbedaan dan kepaduan sosial; dan (iv) hubungan antara sistem politik dan ekonomi.
Pada tingkat pra-Universitas, topik-topik yang dikembangkan diantaranya landasan dan konsep dasar
pemerintahan Amerika, cabang-cabang pemerintahan, proses politik, organisasi dan partisipasi
ekonomi nasional, kebijaksanaan luar negeri dan pertahanan keamanan, wilayah dan saling
ketergantungannya, pemerintah pusat dan lokal, kajian ilmu pengetahuan politik, hak dan
kemerdekaan pribadi serta esensi warga negara yang efektif, demokrasi dan tanggung jawab.
 Pelaksanaan Pendidikan Kewarganegaraan di Inggris
Di negara bagian Wales, mata pelajaran PKn dinamakan “Pendidikan Pemahaman Masyarakat” dan
Irlandia Utara PKn dinamakan “Pendidikan Pemahaman Yang Saling Menguntungkan” dan
Pendidikan Warisan Budaya”.
Di masa lalu PKn menjalankan berbagai tujuan, antara lain pada zaman Ratu Victoria
mempromosikan kewajiban-kewajiban yang berhubungan dengan status sosial pada tahun
1920-an, PKn mempromosikan pentingnya memahami masyarakat daerah nasional; dan pada
tahun 1990-an serta 1970-an PKn mempromosikan keinginannya untuk membantu
kewarganegaraan di dunia. Pada akhir tahun 1980-an dan pada awal 1990-an PKn
menitikberatkan pada hak, kewajiban dan kesetian warga negara yang mencerminkan retorika
dan kebijakan pemerintah konservatif. Pemerintah konservatif menuntut setiap individu untuk
secara aktif melaksanakan kewajiban mereka, bukan menyerahkan pelaksanaannya kepada
pemerintah.
 Pelaksanaan Pendidikan Kewarganegaraan di Australia
Di Australia mata pelajaran PKn terintegrasi dalam mata pelajaran lainnya sehingga sangat
sulit untuk melepaskan mata pelajaran ini dari komponen pembelajaran lainnya. Baru-baru ini
pemerintah federal mengumumkan bahwa mereka akan melakukan survei dasar tentang
pembahasan siswa dalam mata pelajaran PKn sebagai bagian dari program Discovery
Democracy.
Beberapa masalah serius senantiasa dihadapi sekolah-sekolah di Australia dalam
mengimplementasikan pendidikan kewarganegaraan. Masalah tersebut meliputi persaingan prioritas
dan kurangnya struktur kurikulum.
Pelajaran kewarganegaraan di Australia di konsepkan sebagai sekumpulan pengalaman belajar
berbasis sekolah yang membantu menyiapkan para siswa untuk menjadi warga negara yang baik.
Ada beraneka perspektif berkenaan dengan PKn. Ada pihak yang berpendapat bahwa PKn penting
unntuk mempersiapkan warga negara melalui pembelajaran tentang sejarah dan pemerintahan.
Sedangkan pihak yang lain berpendapat bahwa PKn adalah usaha untuk mempersiapkan warga negara
melalui partisipasi aktif dalam bermacam kegiatan sekolah dan kemasyarakatan.
Banyak warga Australia dewasa menyakini pentingnya mempelajari tentang pemerintahan,
hak-hak dan tanggung jawab dan aspek-aspek kewarganegaraan lainnya.
 Pelaksanaan Pendidikan Kewarganegaraan di Hongkong
Mata Pelajaran yang berhubungan dengan kewarganegaraan umumnya mengulas
struktur pemerintahan hongkong, tanpa banyak membicarakan tentang politik. Hal ini
disebabkan oleh iklim politik yang telah dibahas sebelumnya, yaitu menghindari politik
sejauh mungkin. Sebagian hal ini juga disebabkan oleh peraturan tertulis yang melarang
pembicaraan politik di kelas.
Perubahan-perubahan kurikulum menggambarkan PKn sebagai mata pelajaran sekolah yang berbeda
dan bagaimana materi PKn ada dalam beberapa mata pelajaran lain selama dekade terakhir. Hasilnya
adalah bahwa topik yang berkaitan dengan PKn memang dimasukkan, namun tidak teroganisir dan
terpisah-pisah.
Departemen pendidikan yang mulai menerbitkan buletin bulanan PKn dan Civic
Education newsletter 3 kali setahun. Departemen pendidikan mendirikan sebuah “rencana
kerja PKn” untuk melaksanakan pengimplementasian PKn di sekolah. Rencana ini
diperkenalkan ke sekolah-sekolah dan sekolah menengah pada tahun 1993 dan 1995.
Menurut 3 survei utama yang dilakukan Departemen Pendidikan pada tahun 1986, 1987 dan
1991, banyak dari rekomendasi PKn yang diadopsi oleh mayoritas sekolah di Hongkong
(Bray dan Lee, 1993).
Tiga survei yang dilakukan Departemen Pendidikan pada tahun 1986, 1987, 1990
untuk mengevaluasi pengimplementasian PKn di sekolah-sekolah menunjukkan bahwa
sekolah mendukung pengembangan PKn, dan ada kepedulian yang terus tumbuh terhadap
PKn di sekolah-sekolah, karena:
 Meningkatnya masalah prilaku siswa pada beberapa tahun belakang yang menghawatirkan
publik sehingga menuntut diadakannya pendidikan moral dan PKN.
 Rendahnya partisipasi pemilihan pada pemilihan Dewan Distrik, Dewan Urban, Dewan
Regional dan Dewan Legislatif, yang merefleksikan apatisme politik.
 Adanya kepedulian publik tentang bagaimana seharusnya para siswa diajari. Untuk
menghadapi perubahan sosial dan politik, karena tahun 1997 semakin mendekat
 Adanya kritik dari pejabat-pejabat cina tentang kurangnya unsur-unsur sosialisme dan
patriotik dalam kurikulum hongkong
 Adanya kebutuhan untuk memperkuat PKn untuk memperlengkapi siswa dengan pengetahuan
tentang hak dan tanggung jawab mereka, terutama berkaitan dengan penurunan usia untuk
ikut pemilihan umum menjadi usia 18 tahun.
Karena semakin dekatnya tanggal penyerahan Hongkong kepada Cina, maka terdapat
peningkatan permintaan publik akan PKn, sebagian datang dari kelompok oporsisi pro Cina. Sebagian
lagi berasal dari bahan-bahan pendidikan lain yang menyatakan bahwa PKn dibutuhkan untuk
mempertinggi pendidikan demokrasi dan HAM. Untuk pertama kalinya pemerintahan Hongkong
menerbitkan sebuah dokumen resmi yang mencantumkan nasionalisme dan patriotisme.
 Pelaksanaan Pendidikan Kewarganegaraan di Portugal
Peraturan pendidikan Portugis (hukum 46/86 tanggal 14 Oktober) mengeluarkan pernyataan
bahwa PKn adalah tujuan utama sekolah dalam konteks Portugis.
Relevansi sosial PKn di Portugis diterjemahkan kedalam kurikulum usulan yang
menjelmakan suatu usaha terfokus untuk mengembangkan kapasitas siswa untuk mengetahui,
secara kritis memikirkan dan bertindak dalam isu demokrasi, identitas nasional, kohesi dan
keberagaman sosial serta permasalahan ekonomi dan daerah.
Menurut Campos ada 3 kepedulian dasar yang menjadi asal muasal dimasukkannya PKn ke dalam
program sekolah, yaitu:
 persiapan untuk menghadapi masalah kehidupan.

 penekanan pada nilai-nilai dan

 usaha untuk memajukan perkembangan siswa.


Penitikberatan pada nilai-nilai melibatkan berbagai pendekatan (pendidikan moral, klarifikasi nilai
dan pendidikan karakter) yang walaupun memiliki banyak perbedaan teori dan ideologi, namun tetap
memiliki fokus yang sama pada dimensi etika PKn penitik-eraan pada pendekata berorientasi isi
terhadap PKn telah diadopsi oleh Cunha (1993, 1994), seorang Penasehat Pendidikan Karakter dan
Marques (1989, 1990, 1994) yang telah mensintesa proposal Kolhberg dan Giligan menasehatkan
bahwa pendidikan karakter di sekolah seharusnya memajukan keadilan, perhatian dan kebaikan.
Oliveira-Formosinho (1986) dan Lourenco (1991, 1992) menganjurkan sebuah pendekatan
Kolhbergian yang agar ketat, yang berorientasi pada isu-isu keadilan. Valente (1989a, b) menyatakan
bahwa klarifikasi nilai adalah suatu alat bagi sekolah untuk memajukan kesempatan berfikir kritis.
Komisi Reformasi sistem pendidikan Portugis telah menentukan beberapa tujuan PPS berkenaan
dengan perkembangan proses-proses psikologis :
(i) Berfikir komprehensif, (ii) kemampuan memahami berbagai sudut pandang dan mengintegrasikan
sudut pandang tersebut dalam dialog dan keputusan, (iii) kemampuan untuk berempati, (iv)
pengembangan diri, (v) pembangunan nilai-nilai universal yang memadu pikiran dan moral diluar
konvensi semata.
Reformasi ini telah berjalan dan saat ini mempengaruhi semua tingkat pendidikan dasar dan
menengah. Namun mata pelajaran khusus dan PKn hanya diimplementasikan secara
eksperimental di sekelompok kecil sekolah. Beberapa kecendrungan positif reformasi ini
adalah :
o Sekarang kurikulum menitik-beratkan tujuan pada bidang kognitif dan afektif
o Isi kurikulum untuk kelas 5-9 memasukkan tema-tema PPS, dan saran tentang strategi dan
metodologi pengajaran yang peka terhadap tujuan PKn, menunjukkan bahwa penyebaran lintas
kurikulum telah tercapai (Mourao, Pais dan Nunes, 1994)
o Pengalaman strategi pengajaran PKn yang inovatif menghasilkan hasil yang positif namun
tetap ada beberapa kesulitan dalam pengimplementasikannya (Ramalho, 1992; Branco,
1993).
Namun kesimpulan utama dari tinjauan riset yang ada adalah adanya kebutuhan yang kuat
untuk melakukan lebih banyak penyelidikan dibidang ini.
 Pelaksanaan Pendidikan Kewarganegaraan di Jepang
Konteks kelahiran pendidikan kewarganegaraan di jepang dapat ditelusuri terutama setelah
Perang Dunia kedua (1945). Pendidikan Kewarganegaraan Jepang setelah Perang Dunia
kedua dapat digambarkan dalam tiga periode, yakni:
· Pertama, periode tahun 1947-1955, berorientasi pada pengalaman.
· Kedua, periode tahun 1955-1985, berorientasi pada pengetahuan.
· Ketiga, periode tahun 1985-sekarang, berorientasi pada kemampuan.
Periode pertama, Pendidikan Kewarganegaraan sebagian besar diterapkan ke dalam studi
sosial. Studi sosial mengadopsi metode – metode pemecahan masalah, seperti penelitian dan
diskusi, dan mengajarkan kehidupan sosial dan masyarakat secara umum. Pada periode yang
kedua, Pendidikan Kewarganegaraan didasarkan atas prinsip intelektualisme yang
berkembang dalam disiplin akademis. Sasaran pengajaran Pendidikan Kewarganegaraan pada
periode kedua ini terdiri atas empat unsur, yaitu untuk mengembangkan :
1. Pengetahuan dan pemahaman
2. Keterampilan berpikir dan ketetapan
3. Keterampilan dan kemampuan
4. Kemauan, minat, dan sikap warga negara
Pada periode ketiga, pendidikan jepang ditekankan pada pengembangan prinsip hubungan
timbal balik. PKn dalam periode ketiga bertujuan mempersiapkan setiap individu untuk dapat
terlibat secara aktif dalam masyarakat dan menggunakan budaya umum dalam setiap hal.
Pada periode ketiga ini, PKn jepang sebagian besar diterapkan sebagai “kewarganegaraan
(civics)” dalam sekolah tingkat atas dan sebagai “studi sosial” dalam sekolah tingkat
menengah. Landasan pengembangan pendidikan kewarganegaraan di jepang tidak dapat
dilepaskan dari konsep warganegara dan kewarganegaraan (citizenship).

3. Visi dan Misi Pendidikan Kewarganegaraan dalam mpk


Visi pendidikan kewarganegaraan di perguruan tinggi adalah merupakan sumber nilai dan
pedoman dalam pengembanan dan penyelenggaraan program studi, guna mengantarkan
mahasiswa menetapkan kepribadiannya sebagai manusia seutuhnya. Hal ini berdasarkan
suatu realitas yang dihadapi, bahwa mahasiswa adalah sebagai generasi bangsa yang harus
memililki visi intelektual, religius, berkeadaban, berkemanusiaan dan cinta tanah air dan
bangsanya.
Misi pendidikan kewarganegaraan di perguruan tinggi adalah untuk membantu mahasiwa
memantapkan kepribadiannya , agar secara konsisten mampu mewujudkan nilai nilai dasar
pancasila, rasa kebangsaan dan cinta tanah air dalam menguasai, menerapkan dan
mengenbankan ilmub pengetahuan , teknologi dan seni dengan rasa tanggung jawab dan
bermoral. Pendidikan kewarganegaraan sebenarnya dilakukan dan dikembangkan di seluruh
dunia, meskipun dengan berbagai istilah atau nama. Mata kuliah tersebut sering disebut
sebagai civic education, Citizenship Education,dan bahkan ada yang menyebutnya sebagai
democrcy education. Tetapi pada umumnya pendapat para pakar tersebut mempunyai
maksud dan tujuan yang sama.

4. Urgensi Pendidikan kewarganegaraan bagi Pengembangan Kepribadian


Setiap kali kita mendengar kata kewarganegaraan, secara tidak langsung otak merespon dan
mengaitkan kewarganegaraan dengan pelajaran kewarganegaraan pada saat sekolah, dan mata
kuliah kewarganegaraan pada saat kita kuliah. Bisa jadi kata kewarganegaraan di dalam
memori otak tersimpan kuat karena setiap tahun dari sekolah dasar hingga sekolah menengah
atas ada pelajaran kewarganegaraan yang harus dipelajari, dan ternyata saat kuliah juga ada.
Dan di dalam bangku perkuliahan kita akan mempelajari lebih dalam seberapa pentingnya
pendidikan kewarganegaraan bagi kehidupan berbangsa dan bernegara.
Pendidikan Kewarganegaraan menjadi mata pelajaran setelah terpecah dari PPKn ataupun
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. Pada awalnya di gabung menjadi satu, karena
isi dari Pendidikan Kewarganegaraan sendiri besumber dari Pancasila itu sendiri. Selanjutnya
di pecah menjadi mata pelajaran sendiri karena Pendidikan Kewarganegaraan dianggap
penting untuk di ajarkan kepada siswa dan dalam Pendidikan Kewarganegaraan diajarkan
materi kewarganegaraan yang lebih luas dan tidak hanya bersumber langsung dari Pancasila.
Mempelajari Pendidikan Kewarganegaraan bagi sebagian mahasiswa tidak ubahnya
mempelajari Pancasila tahap dua, atau bahkan tidak jauh berbeda dengan Pendidikan Moral
Pancasila dan Sejarah Bangsa. Beberapa materinya memang berkaitan ataupun sama. Itulah
mengapa Pendidikan kewarganegaraan selalu “dianak tirikan” dalam percaturan dunia
pendidikan. Menurut orang kebanyakan, lebih penting belajar matematika daripada PKn.
Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan adalah mewujudkan warga negara sadar bela negara
berlandaskan pemahaman politik kebangsaan, dan kepekaan mengembangkan jati diri dan
moral bangsa dalam perikehidupan bangsa.
Mahasiswa adalah bibit unggul bangsa yang di mana pada masanya nanti bibit ini akan
melahirkan pemimpin dunia. Karena itulah diperlukan pendidikan moral dan akademis yang
akan menunjang sosok pribadi mahasiswa. Kepribadian mahasiswa akan tumbuh seiring
dengan waktu dan mengalami proses pembenahan, pembekalan, penentuan, dan akhirnya
pemutusan prinsip diri. Negara, masyarakat masa datang, diperlukan ilmu yang cukup untuk
dapat mendukung kokohnya pendirian suatu Negara.
Negara yang akan melangkah maju membutuhkan daya dukung besar dari masyarakat,
membutuhkan tenaga kerja yang lebih berkualitas, dengan semangat loyalitas yang tinggi.
Negara didorong untuk menggugah masyarakat agar dapat tercipta rasa persatuan dan
kesatuan serta rasa turut memiliki. Masyarakat harus disadarkan untuk segera mengabdikan
dirinya pada negaranya, bersatu padu dalam rasa yang sama untuk menghadapi krisis budaya,
kepercayaaan, moral dan lain-lain. Negara harus menggambarkan image pada masyarakat
agar timbul rasa bangga dan keinginan untuk melindungi serta mempertahankan Negara kita.
Pendidikan kewarganegaraan adalah sebuah sarana tepat untuk memberikan gambaran secara
langsung tentang hal-hal yang bersangkutan tentang kewarganegaraan pada mahasiswa.
Pendidikan kewarganegaraan sangat penting. Dalam konteks Indonesia, pendidikan
kewarganegaraan itu berisi antara lain mengenai pruralisme yakni sikap menghargai
keragaman, pembelajaran kolaboratif, dan kreatifitas. Pendidikan itu mengajarkan nilai-nilai
kewarganegaraan dalam kerangka identitas nasional.
Seperti yang pernah diungkapkan salah satu rektor sebuah universitas, “tanpa pendidikan
kewarganegaraan yang tepat akan lahir masyarakat egois. Tanpa penanaman nilai-nilai
kewarganegaraan, keragaman yang ada akan menjadi penjara dan neraka dalam artian
menjadi sumber konflik. Pendidikan, lewat kurikulumnya, berperan penting dan itu terkait
dengan strategi kebudayaan.”
Beliau menambahkan bahwa ada tiga fenomena pasca perang dunia II,yaitu :
 Fenomena pertama, saat bangsa-bangsa berfokus kepada nation-building atau
pembangunan institusi negara secara politik. Di Indonesia, itu diprakarsai mantan
Presiden Soekarno. Pendidikan arahnya untuk nasionalisasi.
 Fenomena kedua, terkait dengan tuntutan memakmurkan bangsa yang kemudian
mendorong pendidikan sebagai bagian dari market-builder atau penguatan pasar dan
ini diprakarsai mantan Presiden Soeharto.
 Fenomena ketiga, berhubungan dengan pengembangan peradaban dan kebudayaan.
Singapura, Korea Selatan, dan Malaysia sudah menampakkan fenomena tersebut
dengan menguatkan pendidikannya untuk mendorong riset, kajian-kajian, dan
pengembangan kebudayaan.
Hakikat pendidikan kewarganegaraan adalah upaya sadar dan terencana untuk mencerdaskan
kehidupan bangsa bagi warga negara dengan menumbuhkan jati diri dan moral bangsa
sebagai landasan pelaksanaan hak dan kewajiban dalam bela negara, demi kelangsungan
kehidupan dan kejayaan bangsa dan negara. Sehingga dengan mencerdaskan kehidupan
bangsa, memberi ilmu tentang tata Negara, menumbuhkan kepercayaan terhadap jati diri
bangsa serta moral bangsa, maka takkan sulit untuk menjaga kelangsungan kehidupan dan
kejayaan Indonesia.
Kompetensi yang diharapkan dari mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan antara lain agar
mahasiswa mampu menjadi warga negara yang memiliki pandangan dan komitmen terhadap
nilai-nilai demokrasi dan HAM, agar mahasiswa mampu berpartisipasi dalam upaya
mencegah dan menghentikan berbagai tindak kekerasan dengan cara cerdas dan damai, agar
mahasiswa memilik kepedulian dan mampu berpartisipasi dalam upaya menyelesaikan
konflik di masyarakat dengan dilandasi nilai-nilai moral, agama, dan nilai-nilai universal,
agar mahasiwa mampu berpikir kritis dan objektif terhadap persoalan kenegaraan, HAM, dan
demokrasi, agar mahasiswa mampu memberikan kontribusi dan solusi terhadap berbagai
persoalan kebijakan publik, agar mahasiswa mampu meletakkan nilai-nilai dasar secara bijak
(berkeadaban).
Pendidikan Kewarganegaraan lah yang mengajarkan bagaimana seseorang menjadi warga
negara yang lebih bertanggung jawab. Karena kewarganegaraan itu tidak dapat diwariskan
begitu saja melainkan harus dipelajari dan di alami oleh masing-masing orang. Apalagi
negara kita sedang menuju menjadi negara yang demokratis, maka secara tidak langsung
warga negaranya harus lebih aktif dan partisipatif. Oleh karena itu kita sebagai mahasiswa
harus memepelajarinya, agar kita bisa menjadi garda terdepan dalam melindungi negara.
Garda kokoh yang akan terus dan terus melindungi Negara walaupun akan banyak aral
merintang di depan.
Kita semua tahu bahwa Pendidikan Kewarganegaraan mengajarkan bagaimana warga negara
itu tidak hanya tunduk dan patuh terhadap negara, tetapi juga mengajarkan bagaimana
sesungguhnya warga negara itu harus toleran dan mandiri. Pendidikan ini membuat setiap
generasi baru memiliki ilmu pengetahuan, pengembangan keahlian, dan juga pengembangan
karakter publik. Pengembangan komunikasi dengan lingkungan yang lebih luas juga tecakup
dalam Pendidikan Kewarganegaraan. Meskipun pengembangan tersebut bisa dipelajari tanpa
menempuh Pendidikan Kewarganegaran, akan lebih baik lagi jika Pendidikan ini di
manfaatkan untuk pengambangan diri seluas-luasnya.
Rasa kewarganegaraan yang tinggi, akan membuat kita tidak akan mudah goyah dengan
iming-iming kejayaan yang sifatnya hanya sementara. Selain itu kita tidak akan mudah
terpengaruh secara langsung budaya yang bukan berasal dari Indonesia dan juga menghargai
segala budaya serta nilai-nilai yang berlaku di negara kita. Memiliki sikap tersebut tentu tidak
bisa kita peroleh begitu saja tanpa belajar. Oleh karena itu mengapa Pendidikan
Kewarganegaraan masih sangat penting untuk kita pelajari.
Oleh karena itu Pendidikan Kewarganegaraan sangat penting manfaatnya, maka di masa
depan harus segera dilakukan perubahan secara mendasar konsep, orientasi, materi, metode
dan evaluasi pembelajarannya. Tujuannya adalah agar membangun kesadaran para pelajar
akan hak dan kewajibannya sebagai warga negara dan mampu menggunakan sebaik-baiknya
dengan cara demokratis dan juga terdidik.

5. GARIS BESAR DAN RUANG LINGKUP MK PENDIDIKAN KWN


Berdasar pada pengertian Ilmu Kewarganegaraan sebagaimana telah diuraikan pada bagian
terdahulu, tampak bahwa Ilmu Kewarganegaraan dapat dipandang sebagai ilmu yang berdiri
sendiri dan sebagai bagian dari Ilmu Politik. Sebagai bagian dari Ilmu Politik, yang menjadi
ruang lingkup Civics adalah demokrasi politik. Isi atau materi demokrasi politik (Marian D.
Irish), adalah:
1. Konteks ide demokrasi, yang mencakup: teori-teori tentang demokrasi politik, teori majority rule,
minority rights, konsep-konsep demokrasi dalam masyarakat, teori demokrasi dalam pemerintahan,
pemerintahan yang demokratis.
2. Konstitusi Negara, yang mencakup: sejarah legal status, nation building, identity, integration,
penetration, participation, and distribution.
3. Input dari system politik, yang mencakup: arti pendapat umum terhadap kehidupan politik, studi
tentang political behavior.
4. Partai Politik dan Pressure Group, yang mencakup: system kepartaian, fungsi partai politik,
peranana pressure group, public relation.
5. Pemilihan Umum, yang mencakup: maksud pemilu dalam distribusi kekuasaan, system pemilu.
6. Lembaga-lembaga decision maker, yang mencakup: legislator dan kepentingan masyarakat,
peranan policy maker Presiden.
7. Presiden sebagai Kepala Negara/Administrasi Negara, yang mencakup: kedudukan Presiden
menurut konstitusi, control lembaga legislative terhadap Presiden dan birokrasi, pemerintahan di
bawah konstitusi.
8. Lembaga Yudikatif, yang mencakup: system peradilan dan administrasi peradilan, hakim dan
kedudukan seseorang dalam pengadilan, hubungan badan legislative, eksekutif, dan yudikatif.
9. Output dari system politik, yang mencakup: hak individu dan kemerdekaan individu dalam
konstitusi, kebebasan berbicara, pers dan media massa, kebebasan akademik, perlindungan yang
sama, cara penduduk Negara memperoleh dan kehilangan kewarganegaraan.
10. Kemakmuran umum dan pertahanan Negara, yang m,encakup: tugas Negara dan warga Negara
dalam mencapai kemerdekaan umum, hak-hak memiliki harta kekayaan, politik pajak untuk
kemakmuran umum, politik luiar negeri dan keselamatan nasional, hubungan internasional.
11. Perubahan social dan demokrasi politik, yang mencakup: demokrasi politik dan pembangunan
masa sekarang, mengefektifkan dan mengisi demokrasi politik, tantangan perkembangan sains
teknologi.
Sebagai ilmu yang berdiri sendiri, menurut Achmad Sanusi, focus studi Ilmu Kewarganegaraan
adalah mengenai kedudukan dan peranan warga Negara dalam menjalankan hak dan kewajibannya
sesuai dan sepanjang batas-batas ketentuan konstitusi Negara yang bersangkutan. Titik tolak Ilmu
Kewarganegaraan ada pada individu-individu sebagai kesatuan mikro. Variable-variabel yang relevan
dengan individu sebagai kesatuan mikro adalah kontinum tingkah laku, potensi, kesempatan, hak dan
kewajiban, cita-cita, aspirasi, kesadaran usaha dan kegiatan, kemampuan, peranan hasil dan potensi
kehidupan bermasyarakat dan bernegara sepanjang ketentuan Pembukaan UUD 1945. Menurut
Numan Somantri, objek studi Ilmu Kewarganegaraan adalah warga Negara dalam hubungannya
dengan organisasi kemasyarakatan, social, ekonomi, agama, kebudayaan, dan Negara, tingkah laku,
tipe pertumbuhan berpikir, potensi, hak dan kewajiban,k cita-cita, aspirasi, kesadaran, partisipasi dan
tanggung jawab. Dikaitykan dengan kedudukannya sebagai mata kuliah pada program studi, Soedibjo
(1990) berpendapat bahwa materi Ilmu Kewarganegaraan mencakup segala pengetahuan tentang
kedudukan, peranan, hak dan kewajiban warga Negara Indonesia sesuai dengan dasar filsafat
Pancasila, Pembukaan dan Batang Tubuh UUD 1945. Materi-materi yang dimaksud, antara lain:
1. Pengertian Ilmu Kewarganegaraan
2. Sejarah perkembangan Civics di Amerika Serikat
3. Sejarah perkembangan Civics di Indonesia
4. Objek studi, metode, sistematika dan tujuan Ilmu Kewarganegaraan
5. Ruang lingkup Ilmu Kewarganegaraan
6. Pengertian Negara, unsure-unsur Negara, cara timbul dan lenyapnya Negara.
7. Pengertian warga Negara, orang asing, penduduk, rakyat dan bangsa.
8. Azas-azas kewarganegaraan, bipatride-apatride, hak opsi, hak repudiasi.
9. Kewarganegaraan Republik Indonesia
10. Hak-hak azasi dan hak-hak serta kewajiban warga Negara berdasar pancasila dan UUD 1945
11. Peranan rakyat dalam pemerintahan dan pembangunan suatu bangsa
12. Kepentingan pribadi dan kepentingan umum
13. Wilayah Negara Indonesia dan Zona Ekonomi Eksklusif.
DAFTAR PUSTAKA
Galih dan Ratna. 2010. Latar Belakang Dan Sejarah Pendidikan Kewarganegaraan Di
Perguruan Tinggi Indonesia.
Yogaslaviana. 2008. Urgensi Pendidikan Kewarganegaraan Di jenjang Perguruan Tinggi.
http://yogaslavianarmy.wordpress.com/2008/05/04/urgensi-pendidikan-kewarganegaraan-di-
jenjang-perguruan-tinggi.
Ariskriswanto..2009..Urgensi.Pendidikan.Kewarganegaraan

Anda mungkin juga menyukai