Dosen Pengampu:
Mashudi, M.Pd.
Oleh :
KALIMANTAN BARAT
2022
Kata Pengantar
H. A. Kosasih Djahiri mengemukakan bahwa hakikat Pkn atau civic education adalah
program pendidikan pembelajaran yang secara programatik-prosedural yang berupaya
memanusiakan (humanizing) dan membudayakan (civilizing) serta memberdayakan
(empowering) manusia/anak didik (diri dan kehidupannya) menjadi warga negara yang baik
sebagaimana tuntutan keharusan/yuridis konstitusional bangsa/negara (Dasim Budimansyah :
2006).
ii
DAFTAR ISI
Halaman judul……………………………………………….…………...…………… i
Kata Pengantar……………...…………………………………. ……………………. ii
Daftar Isi………………………………………….………………….……..…………. iii
BAB I PENDAHULUAN…………………..….……………….…………………….. 1
1.1 Latar Belakang……...………………………………………………………… 1
1.2 Rumusan Masalah…………………’…………….…………………………… 2
1.3 Tujuan Penelitian……………………………………………………………… 2
BAB II PEMBAHASAN...…………..……………………………….………………. 3
2.1 Konsep penerapan pendidikan kewarganegaraan di Indonesia……………….. 3
2.2 Urgensi pendidikan kewarganegaraan di Indonesia……………….………….. 8
BAB III Penutup………………………………………………………………………. 10
3.1 Kesimpulan……………………………………………………………………. 10
Daftar Pustaka………………………………………………………………………… 11
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam konteks pendidikan nasional, pendidikan kewarganegaraan digunakan sebagai
wadah dan alat untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.Pendidikan berfungsi untuk
mengembangkan keterampilan dan karakter yang berkaitan dengan pembentukan kehidupan
suatu bangsa, untuk membentuk peradaban bangsa yang layak. .Tujuannya agar peserta didik
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia
dan sehat, sehingga berkembang potensinya menjadi manusia yang berilmu, cakap, menjadi
warga negara yang kreatif, mandiri, demokratis, dan bertanggung jawab” (Nasional, 2003). .
Berkaitan dengan fungsi pendidikan dalam peraturan perundang-undangan di atas,
pendidikan kewarganegaraan bertujuan untuk membangun karakter penduduk atau generasi
muda (character building). Ini termasuk: negara dan negara. (b) mewujudkan warga negara
Indonesia yang cerdas, aktif, kreatif, dan demokratis yang berkomitmen menjaga persatuan
dan kesatuan bangsa; (c) mengembangkan budaya yang beradab dan demokratis: kebebasan,
kesetaraan, toleransi, dan tanggung jawab (Komaruddin Hidayat, 2008);
Dalam konteks pembangunan bangsa dan pembangunan karakter, pendidikan
kewarganegaraan dalam arti luas memiliki kedudukan, fungsi dan peran yang sangat penting.
Pendidikan politik pada dasarnya merupakan bentuk pengembangan pribadi yang
dikembangkan secara sistematis dan sistematis. Dalam konteks ini, pendidikan
kewarganegaraan tidak dapat dipisahkan dari kerangka politik bangsa untuk pembangunan
bangsa dan kepribadian.
Pendidikan kewarganegaraan merupakan bagian integral dari sistem pendidikan
negara. Oleh karena itu, proses pendidikan kewarganegaraan tertanam dalam kurikulum dan
pembelajaran di semua jenjang dan jenjang pendidikan. Untuk menjamin fungsi dan perannya
dalam mencapai tujuan pendidikan nasional, pendidikan kewarganegaraan harus dirancang,
dikembangkan, dilaksanakan dan dievaluasi dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan
nasional. Ketiga hal tersebut merupakan landasan dan kerangka untuk memahami profil mata
kuliah/mata kuliah kewarganegaraan.
1
1.3 Tujuan Penelitian
2
BAB II
Pembahasan
3
Pendidikan kewarganegaraan dijelaskan dalam Depdiknas (2006:49). Pendidikan
politik adalah mata pelajaran yang difokuskan untuk mendidik warga negara agar
memahami dan melaksanakan hak dan kewajibannya agar menjadi warga negara
Indonesia yang cerdas, berkualitas, dan berkarakter sesuai dengan Amanat Pancasila dan
UUD 1945. (2001:
154) menyatakan:
Pendidikan Kewarganegaraan merupakan salah satu mata pelajaran yang dapat
membentuk diri yang beraneka ragam dalam hal agama, sosial budaya, dan bahasa dalam
rangka mengembangkan warga negara yang cerdas, berkualitas, dan individual menurut
UUD 1945. (Sudjana, 2003)
Pendidikan Kewarganegaraan adalah mata pelajaran yang pada umumnya
bertujuan untuk: Membekali individu warga negara Indonesia dengan kecerdasan, sikap,
dan keterampilan kewarganegaraan yang sesuai untuk berpartisipasi secara cerdas dan
bertanggung jawab dalam kehidupan sosial, nasional, dan pemerintahan yang beragam
(Sudjatmiko, 2008).
4
Pada tahun ini mulai diperkenalkan mata pelajaran Kewarganegaraan. Isi pokok
materinya meliputi cara memperoleh kewarganegaraan serta hak dan kewajiban warga
negara. Selain mata pelajaran Kewarganegaraan juga diperkenalkan mata pelajaran
Tata Negara dan Tata Hukum.
b. Tahun 1959
Pada tahun ini ini muncul mata pelajaran CIVICS yang isinya meliputi sejarah
nasional, sejarah proklamasi, Undang-Undang Dasar 1945, Pancasila, pidato-pidato
kewarganegaraan presiden, serta pembinaan persatuan dan kesatuan bangsa.
c. Tahun 1962
Pada tahun ini telah terjadi pergantian mata pelajaran CIVICS menjadi Kewargaan
Negara. Penggantian ini atas usul menteri kehakiman pada masa itu, yaitu Dr. Saharjo,
SH. Menurut beliau penggantian ini bertujuan untuk membentuk warga negara yang
baik. Materi yang diberikan menurut keputusan menteri P dan K no. 31/1967 meliputi
Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, Tap MPR, dan pengetahuan PBB.
d. Tahun 1968
Pada tahun ini keluar kurikulum 1968 sehingga istilah Kewargaan Negara secara tidak
resmi diganti menjadi Pendidikan Kewarganegaraan. Materi pokoknya di Sekolah
Dasar yaitu,
1. Pengetahuan kewarganegaraan\
2. Sejarah Indonesia
3. Ilmu bumi
Sekolah Pendidikan Guru
1. Sejarah Indonesia
2. Undang-Undang Dasar 1945
3. Kemasyarakatan
4. Hak Asasi Manusia (HAM)
e. Tahun 1973
Pada tahun ini Badan Pengembangan Pendidikan Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan bidang PKn menetapkan 8 tujuan kurikuler, yaitu:
1. Hak dan kewajiban warga negara
2. Hubungan luar negeri dan pengetahuan internasional
3. Persatuan dan kesatuan bangsa
4. Pemerintahan demokrasi Indonesia
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
5
6. Pembangunan sosial ekonomi
7. Pendidikan kependudukan
8. Keamanan dan ketertiban masyarakat
f. Tahun 1975
Pada Kurikulum tahun 1975 istilah Pendidikan Kewarganegaraan diubah menjadi
Pendidikan Moral Pancasila (PMP) yang berisikan materi Pancasila sebagaimana
diuraikan dalam Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila atau P4. Perubahan
ini sejalan dengan misi pendidikan yang diamanatkan oleh Tap. MPR II/MPR/1973.
Mata pelajaran PMP ini merupakan mata pelajaran wajib untuk Taman Kanak-Kanak
sampai Perguruan Tinggi. Mata pelajaran PMP ini terus dipertahankan baik istilah
maupun isinya sampai dengan berlakunya Kurikulum 1984 yang pada dasarnya
merupakan penyempurnaan dari Kurikulum 1975 (Depdikbud: 1975 a, b, c dan 1976).
Pendidikan Moral Pancasila (PMP) pada masa itu berorientasi pada value inculcation
dengan muatan nilai-nilai Pancasila dan UUD 1945 (Winataputra dan Budimansyah,
2007).
g. Tahun 1994
Pada tahun ini mata pelajaran PMP diganti menjadi mata pelajaran Pendidikan
Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn). Dengan berlakunya Undang-Undang Nomor
2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menggariskan adanya muatan
kurikulum Pendidikan Pancasila dan Pendidikan Kewarganegaraan, sebagai bahan
kajian wajib kurikulum semua jalur, jenis dan jenjang pendidikan (Pasal 39).
Kurikulum Pendidikan Dasar tahun 1994 mengakomodasikan misi baru pendidikan
tersebut dengan memperkenalkan mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan atau PPKn. Berbeda dengan kurikulum sebelumnya, Kurikulum
PPKn 1994 mengorganisasikan materi pembelajarannya bukan atas dasar rumusan
butir-butir nilai P4, tetapi atas dasar konsep nilai yang disaripatikan dari P4 dan
sumber resmi lainnya yang ditata dengan menggunakan pendekatan spiral meluas atau
spiral of concept development (Taba, 1967). Pendekatan ini mengartikulasikan
sila-sila Pancasila dengan jabaran nilainya untuk setiap jenjang pendidikan dan kelas
serta catur wulan dalam setiap kelas.
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) pada masa ini karakteristiknya
didominasi oleh proses value incucation dan knowledge dissemination. Hal tersebut
dapat lihat dari materi pembelajarannya yang dikembangkan berdasarkan butir-butir
setiap sila Pancasila. Tujuan pembelajarannya pun diarahkan untuk menanamkan
6
sikap dan perilaku yang berdasarkan nilai-nilai Pancasila serta untuk mengembangkan
pengetahuan dan kemampuan untuk memahami, menghayati dan meyakini nilai-nilai
Pancasila sebagai pedoman dalam berperilaku sehari-hari (Winataputra dan
Budimansyah, 2007).
Sedangkan dalam kurikulum 1994 ruang lingkup Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan (PPKn) meliputi :
1. nilai moral dan norma bangsa Indonesia serta perilaku yang diharapkan
terwujud dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara
sebagaimana dimaksud dalam Pedoman Penghayatan dan Pengamalan
Pancasila.
2. kehidupan ideologi politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan dan keamanan
di negara Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
Sedangkan luas liputan, kedalaman dan tingkat kesukaran materi pelajaran
sesuai dengan tingkat perkembangan belajar siswa pada satuan pendidikan.
h. Tahun 2004
Dengan diberlakukannya Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun
2003, diberlakukan kurikulum yang dikenal dengan nama Kurikulum Berbasis
Kompetensi tahun 2004 dimana Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan berubah
nama menjadi Kewarganegaraan.
i. Tahun 2006
Pada tahun ini keluar kurikulum baru yang bernama Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) muncul mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)
menggantikan Kewarganegaraan dan PPKn.
Berdasarkan Permendiknas No. 22 tahun 2006, ruang lingkup mata pelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan untuk Pendidikan Dasar dan Menengah secara umum
meliputi aspek-aspek sebagai berikut,
1. Persatuan dan Kesatuan Bangsa
2. Norma, Hukum dan Peraturan
3. Hak Asasi Manusia
4. Kebutuhan Warga Negara
5. Konstitusi Negara
6. Kekuasaan dan Politik
7. Pancasila
8. Globalisasi
7
Maka, Hakikat PKn adalah Program pendidikan berdasarkan nilai-nilai Pancasila
sebagai wahana untuk mengembangkan dan melestarikan nilai luhur dan moral yang berakar
pada budaya bangsa yang diharapkan menjadi jati diri yang diwujudkan dalam bentuk
perilaku dalam kehidupan sehari hari. Sebuah mata pelajaran yang memfokuskan pada
pembentukkan diri yang beragam dari segi agama, sosio-kultural, bahasa, usia, dan suku
bangsa untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang
dilandasi oleh Pancasila dan UUD 1945.
8
c. Masyarakat yang berkeyakinan mengenai Pancasila sebagai ideologi negara
Indonesia.
d. Nilai demokrasi, Hak Asasi Manusia (HAM), dan juga keberlangsungan terhadap
lingkungan hidup dikenal dan juga terdapat di dalam Pendidikan
Kewarganegaraan ini.
e. Kerelaan seseorang untuk berkorban demi masyarakat, bangsa, dan Negara.f.Melatih
kemampuan awal bela Negara.
Selain itu, berdasarkan Keputusan Dirjen Dikti No. 267/Dikti/2000, tujuan dari
Pendidikan Kewarganegaraan terkhusus kepada mahasiswa sebagai garda terdepan
masyarakat dan generasi muda mencakup hal-hal berikut, yaitu:
a) Tujuan Umum, Secara umum, pendidikan kewarganegaraan adalah untuk
mengajarkan kepada siswa wawasan dan keterampilan praktis dasar tentang hubungan
dan pertukaran dengan setiap komunitas di negara ini, orang-orang yang dapat
dipercaya di negara tersebut. Membawa kebaikan melalui orang-orang dan tanah
mereka. Selain itu, tujuan umum penyelenggaraan pendidikan kewarganegaraan
adalah untuk meningkatkan pengetahuan peserta didik tentang pentingnya pendidikan
pertahanan sebagai salah satu kewajiban kewarganegaraan atau sosial mereka dalam
suatu negara berdasarkan Pasal 30 UUD 1945. Mata kuliah wajib bagi seluruh
mahasiswa yang diberi nama Mata Kuliah Pengembangan Pribadi atau MKPK pada
tahun 2000.
b) Tujuan Khusus. Selain tujuan umum, terdapat pula tujuan khusus dari
Pendidikan Kewarganegaraan, yaitu:
1) Supaya siswa dapat dengan baik memahami, juga melaksanakan hak dan
kewajiban sebagaimana mestinya sebagai warga negara yang berpendidikan
dan bertanggung jawab dengan santun, jujur, juga demokratis yang ikhlas.
2) Supaya siswa dapat memahami dan juga menguasai mengenai berbagai
permasalahan yang terdapat di kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan juga
bernegara. Selain itu, dapat memberikan solusi dan melakukan tindakan
preventif dengan menggunakan pemikiran yang kritis juga bertanggung jawab
dengan dilandaskan Pancasila, Wawasan Nusantara, dan Ketahanan Nasional.
3) Supaya siswa dapat memiliki perilaku yang sesuai dengan apa yang disebut
dengan nilai dari perjuangan, pengorbanan, cinta tanah air. Nilai pengorbanan
mencakup perilaku rela berkorban untuk nusa dan bangsa.
9
Urgensi Pendidikan Kewarganegaraan selalu dikaitkan dengan nilai karakter atau
ciri khas dari sebuah bangsa. Generasi muda harus memiliki beberapa karakter atau
sifat berikut yang dapat menjadi patokan dalam pengembangan karakter berbasis
Pendidikan Kewarganegaraan:
1. Religius
Agama adalah sikap tunduk pada ajaran agama atau kepercayaan seseorang, namun tetap
menghargai perbedaan agama dan kepercayaan. Generasi muda yang berkarakter religius
diharapkan dapat menjadi landasan atau landasan nilai, moral dan etika perilaku dalam
kehidupan bermasyarakat.
2. Jujur
Kejujuran adalah tindakan yang didasarkan pada percobaan atau usaha untuk membuat diri
sendiri dapat dipercaya melalui kata-kata, tindakan, pekerjaan, atau hasil dari tugas yang
diberikan. Jika Anda adalah orang yang jujur, kecil kemungkinan seseorang disalahpahami,
disalahkan, atau menjadi sumber kebencian karena merasa Anda berbohong.
3. Tanggung jawab
Perilaku bertanggung jawab adalah perilaku seseorang yang dapat dipercaya dengan
keyakinan sehingga memiliki wewenang dan tanggung jawab untuk melaksanakan segala
tindakan dan tugas yang dilakukan oleh generasi muda. Dia berani dan mampu menerima
konsekuensi dan resiko dari tindakannya.
4. Toleransi
Toleransi adalah sikap menghargai segala perbedaan. Toleransi adalah tindakan seseorang
yang selalu menghargai atau menghormati perbedaan dalam lingkungan sosial. Karena
Indonesia adalah negara yang sangat beragam, setiap orang didorong untuk mengembangkan
rasa toleransi untuk meminimalkan konflik.
5. Disiplin
Disiplin adalah suatu bentuk perilaku manusia yang mengikuti segala aturan, baik di dalam
maupun di luar tempat umum. Hal ini menunjukkan bahwa generasi muda dapat
menghormati segala aturan, waktu dan hukum yang telah disepakati di tempat atau wilayah
tersebut.
6. Kerja Keras
Perilaku kerja keras dapat menunjukkan bahwa seseorang merupakan individu
tersebut adalah individu dengan karakter yang pantas untuk menjadi teman dalam bekerja
10
sama, karena seseorang dengan karakter pekerja keras akan selalu berusaha dengan keras
di dalam setiap tindakan, dengan mandiri, optimis, dan juga tegas.
7. Kreatif
Dengan pikiran yang kreatif dan kritis, seseorang dapat menunjukkan bahwa ia merupakan
pribadi yang cerdas. Seseorang yang cerdas akan terhindar dari hal-hal yang bersifat
plagiarisme atau menjiplak sesuatu yang telah diciptakan orang lain dan berujung
menghasilkan sesuatu yang inovatif juga dapat digunakan untuk kepentingan orang banyak.
8. Demokratis
Demokratis merupakan cara seseorang untuk berpikir, bersikap ataupun bertindak,
dimana seseorang tersebut menilai bahwa hak dan kewajiban dirinya dengan orang lain
sama. Orang dengan pikiran yang demokratis biasanya lebih terorganisir karena orang
tersebut dapat memilah antara mana yang lebih penting dan harus dikerjakan duluan
(prioritas) dengan mana yang dapat dikerjakan setelah pekerjaan utama selesai.
9. Semangat Kebangsasan dan Cinta Tanah Air
Seseorang yang memiliki semangat kebangsaan dan juga rasa cinta terhadap tanah
airnya sangat diperlukan. Karena tanpa adanya kesadaran dari warga negara.
Dari beberapa penjelasan diatas, bisa diketahui bahwa pendidikan kewarganegaraan
sangat penting untuk mencerdaskan masyarakat dan menumbuhkan rasa nasionalisme.
Penerapan pendidikan kewarganegaraan yang optimal akan sangat membantu sebuah bangsa
untuk berkembang dan maju.
11
BAB III
Penutup
3.1 Kesimpulan
Pendidikan kewarganegaraan sebagai salah satu pilar pembangunan karakter dan jati
diri bangsa berarti mendidik warga negara menjadi warga negara yang baik dan bijaksana
dalam menghadapi perkembangan global di era persaingan yang semakin meningkat.
Pendidikan kewarganegaraan dengan demikian memberikan warga negara dengan kecerdasan
intelektual, emosional, sosial dan spiritual. Kecerdasan warga diharapkan dapat digunakan
untuk nalar dalam menganalisis berbagai masalah. Untuk itu, warga negara harus dibekali
dengan berbagai keterampilan seperti keterampilan berpikir, keterampilan berkomunikasi,
keterampilan partisipasi, bahkan keterampilan pemecahan masalah sosial dalam kehidupan
berbangsa.
12
Daftar Pustaka
Akbal, M. (2016). Pendidikan Kewarganegaraan dalam pembangunan karakter bangsa. In
Prosiding Seminar Nasional Himpunan Sarjana Ilmu-Ilmu Sosial (Vol. 2, pp. 485-493).
Bani, E. A. S., & Dewi, D. A. (2021). Pentingnya Pendidikan Kewarganegaraan Juga
Penerapan dan Relevansi dalam Kehidupan Di Era Teknologi Generasi Milenial. Syntax
Idea, 3(4), 749-762.
Hasni, H., Sapriya, S., & Wiyanarti, E. (2021). Urgensi Pendidikan Kewarganegaraan Dalam
Social Studies Sebagai Pembentukan Karakter Cerdas Bagi Generasi Muda Pada Era
Global. SUPREMASI: Jurnal Pemikiran, Penelitian Ilmu-ilmu Sosial, Hukum dan
Pengajarannya, 16(1), 86-93.
Humaeroh, S., & Dewi, D. A. (2021). Peran Pendidikan Kewarganegaraan di Era Globalisasi
Dalam Pembentukan Karakter Siswa. Journal on Education, 3(3), 216-222.
Widya Trio Pangestu. (2015). KONSEP PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (hakikat,
fungsi, tujuan dan ruang lingkup).
13