Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

KONSEP DASAR PENDIDIKAN


PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN

DI BUAT UNTUK MEMENUHI TUGAS KELOMPOK I KELAS1A


DOSEN PENGAMPU: DRS ABDUL KARIM M.SI

DISUSUN OLEH :
ALIF ABIMANSYAH (2.01.22.16)

INSTITUT AGAMA ISLAM CIREBON (IAIC)


Komplek Islamic Centre Jl.Tuvarev No.111, Kertawinangun,
Kedawung Cirebon Jawa Barat 45153.
KATA PENGANTAR

BISMILLAHIROHMANIROHIM
Alhamdulillah puji syukur kami haturkan kepada Allah SWT atas kehadiratnnya dan
ramhatnya sehinga makalah kami dapat terselesaikan tepat pada waktunya, Sholawat serta
salam tidak lupa kami panjatkan kepada pemimpin kita nabi Muhammad SAW yang telah
menuntun kita dari zaman kegelapan hingga zaman yang moderen seperti sekarang ini,
Makalah ini disusun sebagai Tugas kelompok I mata kuliah pendidikan
kewarganegaran.kami berusaha menyusun makalah ini dengan segala kemampuan, kami
menyadari masih banyak kekurangan baik dari segi penulisan maupun segi penyusunan.oleh
karna itu,kritik dan saran yang bersifat membangun akan kami terima dengan senang hati.

Cirebon, 21 Oktober 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.............................................................................................................. i

Daftar Isi....................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.................................................................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN

A. Tujuan Pembelajaran........................................................................................ 2
1. Menganalisa Konsep Dasar Pendidikan Kewarganegaraan....................... 2
2. Memahami Ruang Lingkup Materi PKN................................................... 3

B. Uraian Singkat Materi...................................................................................... 5


1. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan.................................................. 5
2. Ruang Lingkup Pendidikan Kewarganegaraan.......................................... 5
3. Urgensi Pendidikan Kewarganegaraan....................................................... 6

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan....................................................................................................... 9

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan Kewarganegaraan menurut Depdiknas (2006:49) adalah mata
pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warga negara yang memahami dan
mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warga negara
Indonesia yang cerdas, terampil, berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan
UUD 1945.
Menurut Cholisin (2000:109) Pendidikan Kewarganegaraan adalah aspek
pendidikan politik yang fokus materinya peranan warga Negara dalam kehidupan
bernegara yang kesemuanya itu diproses dalam rangka untuk membina peranan
tersebut sesuai dengan ketentuan pacasila dan UUD 1945 agar menjadi warga Negara
yang dapat diandalkan oleh bangsa dan Negara.
Menurut Azra Azymurdi (1999:75) Pendidikan Kewarganegaraan adalah
pendidikan yang cangkupannya luas lebih luas dari pendidikan demokrasi dan
pendidikan HAM, karena mencakup kajian dan pembahasan tentang banyak hal
seperti pemerintahan, konstitusi, lembaga – lembaga demokrasi, Rule of law, hak dan
kewajiban warga Negara, proses demokrasi, dan keterlibatan masyarakat madani,
pengetahuan, lembaga- lembaga dan sistem hukum, pengetahuan tentang HAM,
kewarganegaraan yang aktif dan sebagainya.
Arnie Fajar (2005: 141) menyatakan bahwa mata pelajaran kewarganagaraan
merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan diri yang beragam
dari segi agama, sosiokultural, bahasa, usia, dan suku bangsa untuk menjadi warga
Negara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter, yang dimanfaatkan olah
pancasila dan UUD 1945.

1
BAB II
PEMBAHASN

A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Proses pembelajaran PPKn perlu memperhatikan pengembangan proses
pembiasaan, kematangan moral, dan penguasaan pengetahuan kewarganegaraan untuk
memperkuat pembangunan watak, seperti penghargaan (Respect) dan tanggung jawab
(responsibility) sebagai warga negara demokratis dan taat hukum (democratic and
lawfull)
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan bermanfaat untuk membangun
insan yang menekankan pada manusia yang berharkat, bermartabat, bermoral, dan
memiliki jati diri serta karakter tangguh baik dalam sikap mental, daya pikir maupun
daya ciptanya
1. Menganalisa Konsep Dasar Pendidikan Kewarganegaraan
Tujuan Pendidikan Nasional sebagaimana telah dirumuskan dalam Undang-
undang No. 20 Tahun 2003 adalah untuk berkembangnya potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara
yang demokratis serta bertanggung jawab.
Pendidikan Kewarganegaraan merupakan salah satu mata pelajaran yang
wajib diselenggarakan di setiap jenjang pendidikan. Pendidikan Kewarganegaraan
merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan diri yang
beragam dari segi agama, sosial kultur, bahasa, usia, dan suku bangsa untuk
menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter
sebagaimana yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945.
Pendidikan kewarganegaraan (civic education) merupakan konsep universal
yang meletakan dasar-dasar pengetahuan tentang masyarakat , tentang persiapan
yang dibutuhkan untuk berpartisipasi dalam bermasyarakat secara menyeluruh,
dan secara umumnya menjelaskan bagaimana menjadi warga negara yang baik.
Menurut Zamroni (dalam Ubaedillah, A, dkk, 2008: 9), bahwa Pendidikan
Kewarganegaraan adalah pendidikan demokrasi yang bertujuan untuk
mempersiapkan peserta warga masyarakat berpikir kritis dan bertindak demokratis.
Melalui aktivitas menanamkan kesadaran kepada generasi baru tentang kesadaran
bahwa demokrasi adalah bentuk kehidupan yang paling menjamin hak-hak warga

2
masyarakat. Cogan (Udin S. Winataputra, 2007:3) mengartikan Civic education
sebagai ”.......the foundational course work in school designed to prepare young
citizens for an active role in their communities in their edult lives”. Atau suatu mata
pelajaran dasar disekolah yang dirancang untuk mempersiapkan warganegara muda,
agar kelak setelah dewasa dapat berperan aktif dalam masyarakatnya. Nu’man
Somantri (1976: 54) mengemukakan bahwa pendidikan kewarganegaraan adalah
program 17 pendidikan yang berintikan demokrasi politik, yang diperluas dengan
sumber-sumber pengetahuan lainnya, positive influence pendidikan sekolah,
masyarakat, orangtua, yang kesemuanya itu diproses untuk melatih pelajar pelajar
berpikir kritis, analitis, bersikap dan bertindak demokratis dalam mempersiapkan
hidup demokratis dengan berlandaskan Pancasila dan UUD 1945.
Pendidikan Kewarganegaraan mencakup pendidikan politik, pendidikan
demokrasi, pendidikan hukum, dan pendidikan moral/ karakter dalam upaya
membentuk warga negara yang cerdas, kritis, dan mampu melaksanakan hak dan
kewajibannnya serta bertanggung jawab. Hal ini dimaksudkan agar peserta didik
menjadi warga negara yang baik (good citizen) sesuai dengan ketentuan Pancasila
dan UUD 1945.
2. Memahami Ruang Lingkup Materi Pkn

Dalam Permendiknas No 22 Tahun 2006 ruang lingkup mata pelajaran


Pendidikan Kewarganegaraan meliputi aspek-aspek sebagai berikut:

3
1. Pancasila, meliputi: Kedudukan Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi
negara, proses perumusan Pancasila sebagai dasar negara, Pengamalan nilai-nilai
Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, Pancasila sebagai ideologi terbuka.
2. Konstitusi negara, meliputi: Proklamasi kemerdekaan dan konstitusi yang
pertama, konstitusi-konstitusi yang pernah digunakan di Indonesia, Hubungan
dasar negara dengan konstitusi.
3. Persatuan dan kesatuan bangsa, meliputi: Hidup rukun dalam perbedaan, Cinta
lingkungan, Kebanggaan sebagai bangsa Indonesia, Sumpah Pemuda, Keutuhan
Negara Kesatuan Republik Indonesia, Partisipasi dalam pembelaan negara, sikap
positif terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia, Keterbukaan dan jaminan
keadilan. .
4. Globalisasi, meliputi: Globalisasi di lingkungannya, Politik luar negeri Indonesia
di era globalisasi, Dampak globalisasi, Hubungan Internasional dan organisasi
Internasional, dan Mengevaluasi globalisasi.
5. . Hak asasi manusia, meliputi: Hak dan kewajiban anak, Instrumen nasional dan
Internasional HAM, Pemajuan, pernghormatan, dan perlindungan HAM.
6. Kekuasaan dan politik, meliputi: Pemerintah desa dan kecamatan, pemerintah
daerah dan otonomi, Pemerintah pusat, Demokrasi dan sistem politik, Budaya
politik, Budaya demokrasi menuju masyarakat madani, Sistem Pemerintahan, Pers
dan masyarakat demokrasi.
7. Kebutuhan warga negara meliputi: Hidup gotong royong, Harga diri sebagai
warga masyarakat, Kebebasan berorganisasi, Kemerdekaan mengeluarkan
pendapat, Menghargai keputusan bersama, Prestasi diri, Persamaan kedudukan
warga negara.
8. Norma, hukum dan peraturan, meliputi bab: Tertib dalam kehidupan keluarga,
Tertib di sekolah, Norma yang berlaku di masyarakat, Peraturan-peraturan daerah,
Norma-norma dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, Sistem hokum dan
peradilan nasional, Hukum dan peradilan Internasional.

4
B. URAIAN SINGKAT MATERI
1. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan
Pendidikan kewarganegaraan (civic education) merupakan konsep universal
yang meletakan dasar-dasar pengetahuan tentang masyarakat politik, tentang
persiapan yang dibutuhkan untuk berpartisipasi dalam proses politik secara
menyeluruh, dan secara umumnya menjelaskan bagaimana menjadi warga negara
yang baik. Menurut Zamroni (dalam Ubaedillah, A, dkk, 2008: 9), bahwa
Pendidikan Kewarganegaraan adalah pendidikan demokrasi yang bertujuan untuk
mempersiapkan peserta warga masyarakat berpikir kritis dan bertindak
demokratis. Melalui aktivitas menanamkan kesadaran kepada generasi baru
tentang kesadaran bahwa demokrasi adalah bentuk kehidupan yang paling
menjamin hak-hak warga masyarakat. Cogan (Udin S. Winataputra, 2007:3)
mengartikan Civic education sebagai ”.......the foundational course work in school
designed to prepare young citizens for an active role in their communities in their
edult lives”. Atau suatu mata pelajaran dasar disekolah yang dirancang untuk
mempersiapkan warganegara muda, agar kelak setelah dewasa dapat berperan
aktif dalam masyarakatnya. Nu’man Somantri (1976: 54) mengemukakan bahwa
pendidikan kewarganegaraan adalah program 17 pendidikan yang berintikan
demokrasi politik, yang diperluas dengan sumber-sumber pengetahuan lainnya,
positive influence pendidikan sekolah, masyarakat, orangtua, yang kesemuanya
itu diproses untuk melatih pelajarpelajar berpikir kritis, analitis, bersikap dan
bertindak demokratis dalam mempersiapkan hidup demokratis dengan
berlandaskan Pancasila dan UUD 1945.
Pendidikan Kewarganegaraan mencakup pendidikan politik, pendidikan
demokrasi, pendidikan hukum, dan pendidikan moral/ karakter dalam upaya
membentuk warga negara yang cerdas, kritis, dan mampu melaksanakan hak dan
kewajibannnya serta bertanggung jawab. Hal ini dimaksudkan agar peserta didik
menjadi warga negara yang baik (good citizen) sesuai dengan ketentuan Pancasila
dan UUD 1945.
2. Ruang Lingkup Pendidikan Kewarganegaraan
Cakupan mata pelajaran Kewarganegaraan dan kepribadian dimaksudkan
untuk peningkatan kesadaran dan wawsan peserta didik akan status, hak dan
kewajibannya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, serta
peningkatan kualitas dirinya sebgai manusia. Kesadaran dan wawasan termasuk

5
wawasan kebangsaan, jiwa dan patriotisme bela negara, penghargaan terhadap hak-
hak asasi manusia, kemajemukan bangsa, pelestarian lingkungan hidup, kesetaraan
gender, demokrasi, tanggung jawab sosial, ketaatan pada hukum, ketaatan
membayar pajak, dan sikap serta perilaku anti korupsi, kolusi, dan nepotisme
(Permendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi). Sementara menurut NCSS,
cakupan PKN meliputi:
a. Cita-cita nasional
b. Hal-hal yang baik yang diakui oleh masyarakat (common good);
c. Proses pemerintahan sendiri (the procces of self govenrment)
d. Hak asasi manusia dan warga negara yang dijamin konstitusi; dan
e. Seluruh pengaruh positif yang berasal dari keluarga, sekolah, dan masyarakat.
Dengan demikian cakupan Pendidikan Kewarganegaraan harus relevan
dengan sistem demokrasi dan fleksibel, guna untuk menunjang terwujudnya sistem
demokrasi Pancasila. Selain itu cakupan Pendidikan Kewarganegaraan disertai
dengan nilai-nilai Pancasila yang mendukung dalam kehidupan berbangsa maupun
bernegara untuk menjaga keutuhan bangsa sesuai visi Pendidikan Kewarganegaraan
yaitu nation and character building. Cakupan tersebut kemudian dijabarkan dalam
standar kompetensi dan kompetensi dasar yang akan disampaikan kepada peserta
didik sesuai dengan kurikulum.
3. Urgensi Pendidikan Kewarganegaraan
Oleh karena itu urgensi Pendidikan kewarganegaraan pada dasarnya adalah
membentuk generasi muda atau warga negara yang cerdas (smart) dan baik serta
mampu mendukung keberlangsungan bangsa dan negara. Upaya
mewarganegarakan generasi muda atau orang-orang yang hidup dalam suatu negara
merupakan tugas pokok negara. Konsep warga negara yang baik dan cerdas (smart
and good citizenship) adalah menjadi indikator dari pandangan hidup dan sistem
politik negara yang bersangkutan (Winarno Winarno, n.d.) Pengembangan pribadi
berkarakter cerdas berbasis pada harkat dan martabat manusia yang ditanamkan
sebagai nilai-nilai luhur pancasila dan ditempatkan materi kecerdasan dalam rangka
membangun pribadi utuh berkarakter cerdas. Upaya pengembangan karaker cerdas
tersebut merupakan wujud dari pemenuhan amanat Undang-undang Dasar, adalah
mencerdaskan kehidupan bangsa (Prayitno & Manullang, 2011).
Sedangkan menurut (Lickona, 2004) menyatakan bahwa: “Character is made
up of core etical values that incorporate ones thought process, emotion and action”.

6
Maksud dari teori Lickona adalah karakter terbentuk dari nilai-nilai etika inti yang
menyertakan kesatuan proses berfikir, emosi dan tindakan. Hal yang sama
dikemukakan oleh (Berkowitz et al., 2020), bahwa terdapat 8 karakter dasar yang
dapat dikembangkan yaitu jujur (honesty), keberanian atau keteguhan hati (corage),
hormat (respect), tanggung jawab (responbility), tekun (perseverence), kerjasama
(cooperation), mampu mengendalikan diri (self-control) dan bela Negara
(citizenship). Pendidikan karakter lazimnya bersifat khas individual sehingga
pendidikan karakter perlu memperhatikan potensi diri yang dimiliki individu atau
berbasis potensi diri. Berdasarkan kajian teori (Larry P. N, 2014) bahwa:
“Pendidikan karakter berbasis potensi diri (individu) merupakan pendidikan yang
tidak saja membimbing dan membina setiap anak didik untuk memiliki kompetensi
intelektual, keterampilan mekanik, produktif, inovatif, dan pembangunan karakter”.
Dari kajian tersebut dapat dianalisis bahwa pendidikan generasi muda
berorentasi pada karakter berbasis potensi diri dengan tujuan yang diinginkan
adalah adanya perubahan sikap yang semula kontraproduktif menjadi kreatif.\
Secara umum tujuan pendidikan kewarganegaraan adalah terbentuknya warga
negara yang baik (good citizen) yang tentu saja berbeda menurut konteks negara
yang bersangkutan (Winarno, 2011). Untuk itu pada proses pembelajaran
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan mengusung konsep transfer nilai-nilai
Pancasila ke dalam struktur keilmuannya yang hendak diberikan kepada peserta
didik. Oleh karenanya, terdapat tiga ihwal penting yang perlu senantiasa diingat
(Kalidjernih & Winarno, 2019). Pertama, Pancasila tidak diperlakukan sekadar
sebagai pengejawantahan ideologi negara belaka. Pancasila harus dilihat sebagai
filosofi bangsa yang hidup. Sila-silanya adalah cerminan pandangan hidup dan cita-
cita yang dinamis dan terbuka sesuai dengan perkembangan zaman. Kedua,
Pancasila selayaknya ditempatkan sebagai bagian dari pendidikan kewarganegaraan
dalam konteks yang lebih luas dan umum. Pancasila berintikan pendidikan moral
atau pendidikan karakter.
Prosedur pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan dilakukan
dengan terstruktur, strategis, dan representatif.
Secara pedagogis metode pembelajaran terbagi atas 3 (tiga) strategi (Uno,
2014) yaitu :

7
a. Strategi Pengorganisasian: sebagai langkah untuk menentukan isi bidang studi
yang dipilih untuk pembelajaran seperti pemilihan isi, penataan isi,
pembuatan diagram, dan lainnya.
b. Strategi Penyampaian: sebagai langkah untuk mendapatkan respons siswa
dengan menata interaksi dengan baik.
c. Strategi Pengelolaan: langkah untuk menyiapkan strategi mengelola kelas.
Dengan demikian maka hakikat metode pembelajaran sangat signifikan dalam
menentukan keberhasilan hasil belajar melalui strategi-strategi belajar yang
efektif, kreatif, dan relevan.

8
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas, adapun yang menjadi
penutup dalam tulisan ini bahwa kompenen yang terpenting dari nilai-nilai tradisi
transimsi kewarganegaraan dalam social studies ialah bagaimana supaya peserta didik
dapat menerapkan nilainilai pengetahuan, nilai tingkah laku dan nilai-nilai kekayaan
budaya secara rasional dan kritis (critical thinking) atau secara inquiri khususnya
diantara temantemannya. Namun demikian pertimbangan dengan rasional dan kritsis
tidaklah memadai tanpa didukung oleh perimbangan keimanan (beliefs), dan sikap
(attitudes). Misi utma dari Social Studies ialah membantu peserta didik belajar tentang
dunia sosial dimana mereka berada dan bagaimana cara belajar memecahkan realitas
sosial, dan mengembangkngan melalui pengetahuan (knowledge), sikap (attitude), dan
keterampilan (skill) yang diperlukan untuk membentuk manusia yang berkarakter
cerdas dan baik (smart and good citizenship).

9
DAFTAR PUSAKA

https://www.google.com/search?
q=Konsep+Dasar+Pendidikan+Kewarganegaraan&sa=X&ved=2ahUKEwjvw-
CPiu76AhUUFLcAHZwjB9QQ3rMBegQIEBAC
https://eprints.uny.ac.id/23973/11/11.%20BAB%202.pdf
Amanullah, M. A., Suryani, N., & Ardianto, D. T. (2019). Pendidikan Kewarganegaraan
(Citizenship) sebagai Sarana Mewujudkan Warga Negara yang Beradab (Good Citizenship).

10

Anda mungkin juga menyukai