Disusun Oleh :
Kelompok I
1. Achmad Ikmal
2. Dea Irwana Putri
3. Mulki Zamzami
4. Nova Dwi Rahmadhani
5. Sholati Nikmatunnur
6. Surya Widyasari
Segala puji syukur hanya milik Allah SWT. Shalawat dan salam selalu
tercurah kepada Rasulullah SAW. Berkat limpahan dan rahmat-Nya kami mampu
menyelesaikan tugas makalah ini guna memenuhi tugas mata kuliah Pembelajaran
PKN SD Kelas Tinggi yang berjudul Konsep Dasar PPKN.
Makalah ini telah penulis susun dengan semaksimal mungkin dan
mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar
pembuatan makalah ini. Penulis berharap makalah ini dapat memberi wawasan
yang lebih luas dan menjadi sumbang pemikiran kepada pembacanya.
Terlepas dari semua itu, penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka penulis menerima segala saran dan kritik dari pembaca
demi perbaikan pembuatan makalah yang akan datang.
Kelompok I
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKN) adalah mata
pelajaran yang wajib diajarkan di sekolah-sekolah di Indonesia. Mata
pelajaran ini memiliki latar belakang filosofis dan sejarah yang penting.
Pancasila sebagai Dasar Negara: PPKN didasarkan pada Pancasila,
yaitu ideologi dasar negara Indonesia. Pancasila adalah filsafat atau
falsafah yang menjadi dasar dari negara Indonesia. Ini mencakup lima
prinsip atau nilai utama, yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan
yang Adil dan Beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang Dipimpin
oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan, dan
Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia.
Membangun Identitas dan Jiwa Kebangsaan: PPKN bertujuan
untuk membentuk dan memperkuat identitas kebangsaan siswa-siswa
Indonesia. Hal ini dilakukan dengan memahamkan mereka akan nilai-nilai,
sejarah, dan kebudayaan bangsa Indonesia.
Membentuk Warga Negara yang Bertanggung Jawab: PPKN
membantu mengajarkan tentang hak dan kewajiban warga negara. Ini
meliputi pemahaman tentang konstitusi, hukum, dan proses politik.
Menghargai Pluralitas dan Keberagaman: Indonesia adalah negara
yang sangat beragam, baik dari segi budaya, etnis, agama, dan bahasa.
PPKN mengajarkan pentingnya menghargai dan menghormati
keberagaman ini, serta memupuk rasa persatuan di antara masyarakat yang
beragam.
Menghormati Hak Asasi Manusia: PPKN mengajarkan tentang
hak-hak asasi manusia dan pentingnya menghormati martabat setiap
individu tanpa memandang perbedaan apapun.
Membentuk Generasi Penerus yang Berkualitas: PPKN bertujuan
untuk mendidik generasi penerus yang memiliki kesadaran sosial dan
1
2
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas dapat kami rumuskan permasalahan yang
akan kami bahas sebagai berikut :
1. Apa itu konsep Civics, Civic Education, dan Citizenship Education?
2. Bagaimana sejarah perkembangan civics dan pendidikan
kewarganegaraan?
3. Bagaimana paradigma dan visi misi PKN?
4. Apa itu PKN sebagai pendidikan disiplin ilmu?
5. Apa saja komponen-komponen PPKn?
C. Tujuan
1. Mampu memahami apa itu konsep civics, civic education, dan
citizenship education.
2. Mampu mengetahui bagaimana sejarah perkembangan civics dan
pendidikan kewarganegaraan.
3. Mampu mengetahui bagaimana paradigm dan visi mini PKN.
4. Mampu memahami apa itu PKN sebagai pendidikan disiplin ilmu.
5. Mampu menyebutkan dan memahami apa saja komponen-komponen
PPKn.
BAB II
PEMBAHASAN
3
4
warga negara harus dapat dilakukan secara efektif sebagai seorang warga
negara yang efektif yaitu warga negara yang dapat berpartisipasi dalam
kegiatan-kegiatan kemasyarakatan dalam mencapai tujuan masyrakat
secara cepat. (James Banks, 1977).
Ilmu Kewarganegaraan sebagai suatu istilah telah banyak
mengalami perubahan. Paling tidak, sejak diperkenalkannya pendidikan
dalam rangka nation and character building telah dikenal istilah
Burgerkunde, Ilmu Kewarganegaraan, Kewarganegaraan, Civics,
Kewargaan Negara, Pendidikan Kewargaan Negara dan dalam Pasal 37
ayat 1 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional dikenal dengan istilah Pendidikan
Kewarganegaraan.
Kewargaan Negara sebagai suatu istilah dipakai secara resmi pada
tahun 1967 dengan Instruksi Direkur Jendral Pendidikan Dasar Nomor 31
tahun 1967 tanggal 28 Juni 1967. Dari Seminar Nasional Pengaiaran dan
Pendidikan Civics di Tawangmangu Surakarta 1972 ditegaskan bahawa
Civics digan-ti dengan Ilmu Kewargaan Negara. Ilmu Kewarganegaraan
sebagai mata kuliah pada Program Studi Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan (PPKn) dibedakan dengan Pendidikan Kewargaan
Negara yang merupakan terjemahan dari Civics Education.
Ilmu Kewarganegaraan adalah suatu disiplin ilmu yang objek
studinya mengenai peranan warga negara dalam bidang spiritu-al, sosial
ekonomi, politis, yuridis, kultural dan hankam sesuai dan sejauh yang
diatur dalam Pembukaan dan UUD 1945. Pendidikan Kewarganegaraan
adalah suatu program pendidikan yang tujuan utamanya membina warga
Negara yang lebih baik menurut syarat-syarat, criteria dan ukuran
ketentuan Pembukaan Unang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945, yang bahannya salah satunya diambilkan dari Ilmu
Kewarganegaraan. Dengan demikian, apabila dicermati lebih jauh, Ilmu
Kewarganegaraan dan Pendidikan Kewarganegaraan memiliki persamaan
dan perbedaan. Persamaan antara Ilmu Kewarganegaraan dan Pendidikan
Kewarganegaraan terletak pada objek materianya, yakni warga negara,
6
2. Civic Education
Civic Education atau Pendidikan Kewarganegaraan merupakan
program pendidikan yang materi pokoknya adalah demokrasi politik
yang ditujukan kepada peserta didik atau warga negara yang
bersangkutan. Pendidikan Kewarganegaraan (civic education)
dinyatakan sebagai upaya menerapkan civics (Ilmu Kewarganegaraan)
dalam proses pendidikan. John J. Cogan (1999) mengartikan civic
education sebagai “…the foundational course work in school designed
to prepare young citizens for role in their communities in their adult
lives.” Civic education adalah suatu mata pelajaran dasar di sekolah
yang dirancang untuk mempersiapkan warga negara muda, agar kelak
setelah dewasa dapat berperan aktif dalam masyarakatnya. Civic
education adalah pendidikan kewargaanegaraan dalam pengertian sempit
yaitu sebagai bentuk dari pendidikan formal, seperti mata pelajaran dan
mata kuliah serta kursus di lembaga sekolah / unversitas atau juga
lembaga formal lain.
Pendidikan kewarganegaraan adalah pendidikan atau pelajaran
yang mengajarkan akan pentingnya nilai-nilai dari hak dan kewajiban
suatu warga negara, dengan tujuan supaya setiap hal-hal yang di
kerjakan itu bisa sesuai dengan tujuan dan juga cita-cita bangsa serta
tidak melenceng dari apa yang di harapkan. Karena sangat penting sekali
pendidikan kewarganegaraan ini maka pendidikan kewarganegaraan ini
sudah terapkan dimulai dari usia dini pada tiap-tiap jejang pendidikan
mulai dari yang paling dini hingga pada perguruan tinggi.
Pendidikan Kewarganegaraan atau Civic Education merupakan
penerapan dari civics (ilmu kewarganegaraan) dalam proses pendidikan /
pembelajaran, yang dapat diartikan bahwa program civic education ini
materi utamanya adalah demokrasi politik.
8
3. Citizenship Education
Pendidikan kewarganegaraan (PKn) adalah perluasan dari civics
yang lebih menekankan pada aspek-aspek praktik kewarganegaraan.
Oleh sebab itu, Pendidikan kewarganegaraan juga disebut pendidikan
orang dewasa (adult education) yang mempersiapkan siswa menjadi
warga negara yang memahami perannya sebagai warga negara. Dimond
mengemukakan bahwa pengertian civics atau citizenship education
memiliki makna dalam arti luas dan arti sempit bila dikaitkan dengan
kehidupan sekolah dan masyarakat. Dalam arti sempit, Civics lebih
menekankan pada aspek teori dan praktik pemerintahan demokrasi,
sedangkan dalam arti luas yang disebut citizenship education lebih
menekankan pada keterlibatan dan partisipasi warga negara dalam
permasalahan-permasalahan kemasyrakatan.
Citizen atau warga negara adalah rakyat yang menetap di suatu
wilayah dan rakyat tertentu dalam hubungannya dengan negara. Dalam
hubungan antara warga negara dan negara, warga negara mempunyai
kewajiban-kewajiban terhadap negara dan sebaliknya warga negara juga
mempunyai hak-hak yang harus diberikan dan dilindungi oleh negara.
Dalam hubungan internasional di setiap wilayah negara selalu ada warga
negara dan orang asing yang semuanya disebut penduduk. Setiap warga
negara adalah penduduk suatu negara, sedangkan setiap penduduk
belum tentu warga negara.
Citizenship atau Kewarganegaraan merupakan keanggotaan
seseorang dalam satuan politik tertentu (secara khusus: negara) yang
dengannya membawa hak untuk berpartisipasi dalam kegiatan politik.
Seseorang dengan keanggotaan yang demikian disebut warga negara.
Seorang warga negara berhak memiliki paspor dari negara yang
dianggotainya. Kewarganegaraan merupakan bagian dari konsep
kewargaan (bahasa Inggris: citizenship). Di dalam pengertian ini, warga
suatu kota atau kabupaten disebut sebagai warga kota atau warga
kabupaten, karena keduanya juga merupakan satuan politik. Dalam
otonomi daerah, kewargaan ini menjadi penting, karena masing-masing
9
pokoknya pun telah ditetapkan dalam kurikulum pada jenjang sekolah dasar
tersebut yang meliputi Pengetahuan Kewargaan Negara, Sejarah Indonesia,
dan Ilmu Bumi.
Saat terjadi pergantian tahun ajaran yang awalnya Januari hingga
Desember dan diubah menjadi Juli hingga Juni pada tahun 1975, nama
pendidikan kewarganegaraan diubah oleh Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan Indonesia menjadi Pendidikan Moral Pancasila (PMP). Istilah
Pendidikan Moral Pancasila diperbaiki menjadi Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan dan Pendidikan Kewargaan Negara diubah menjadi
Pendidikan Kewarganegaran. Kemudian dipadukan menjadi Pendidikan
Pancasila dan Kewarganegaraan”.
Pada tahun 2000, setelah Indonesia masuk dalam era reformasi
maka bidang pendidikan pun mengalami perubahan. Adanya tuntutan bahwa
pengetahuan yang didapatkan di sekolah harus bisa menopang kebutuhan
skill yang terus bertambah maka lahirlah Kurikulum Berbasis Kompetensi
(KBK). Pada tahun 7 ini berganti nama mata pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan (PKn). Tahun 2004 kurikulum PKn SD diintegrasikan
dengan mata pelajaran IPS, menjadi PKPS (Pendidikan Kewarganegaraan
dan Pengetahuan Sosial), sementara di tingkat SMP dan SMA merupakan
mata pelajaran yang berdiri sendiri.
Kurikulum Berbasis Kompetensi kewarganegaraan tampak telah
mengarah pada tiga komponen PKn yang bermutu seperti yang diajukan
oleh Centre for Civic Education pada tahun 1999 dalam National Standard
for Civics and Government. Ketiga komponen tersebut yaitu civic
knowledge (pengetahuan kewarganegaraan), civic skills (keterampilan
kewarganegaraan), dan civic disposition (karakter kewarganegaraan).
Pada tahun 2006, perubahan kurikulum dari KBK menjadi
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Dalam kurikulum ini PKn
di sekolah dasar tidak lagi terintegrasi dengan mata pelajaran IPS,
melainkan berdiri sendiri menjadi mata pelajaran PKn.
Untuk mengakomodasikan perkembangan baru dan perwujudan
pendidikan sebagai proses pencerdasan kehidupan bangsa dalam arti utuh
12
dan luas, maka substansi dan nama mata pelajaran yang sebelumnya
Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) dikemas dalam Kurikulum 2013
menjadi mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
(PPKn).
Perubahan tersebut didasarkan pada sejumlah masukan penyempurnaan
pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan menjadi Pendidikan Pancasila
dan Kewarganegaraan, antara lain :
1) Secara substansial, Pendidikan Kewarganegaraan terkesan lebih
dominan bermuatan ketatanegaraan sehingga muatan nilai dan moral
Pancasila kurang mendapat aksentuasi yang proporsional;
2) Secara metodologis, ada kecenderungan pembelajaran yang
mengutamakan pengembangan ranah sikap (afektif), ranah pengetahuan
(kognitif), pengembangan ranah keterampilan (psikomotorik) belum
dikembangkan secara optimal dan utuh (koheren) (Permendikbud No.58,
2014 : 221).
Dengan perubahan mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan
(PKn) menjadi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn), maka
ruang lingkupnya meliputi sebagai berikut (Permendikbud Nomor 58, 2014
: 223):
1) Pancasila, sebagai dasar negara, ideologi, dan pandangan hidup bangsa.
2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 sebagai
hukum dasar tertulis yang menjadi landasan konstitusional kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
3) Negara Kesatuan Republik Indonesia, sebagai kesepakatan final bentuk
Negara Republik Indonesia.
4) Bhinneka Tunggal Ika, sebagai wujud filosofi kesatuan yang melandasi
dan mewarnai keberagaman kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara.
E. Komponen-komponen PPKn
Sebagaimana layaknya pembelajaran yang diajarkan di sekolah, materi
Pendidikan Kewarganegaraan menurut Branson (1999:4) harus mencakup
tiga komponen tersebut yaitu :
1. Civic Knowledge
Civic Knowledge (pengetahuan kewarganegaraan) yang berkaitan
dengan kandungan atau apa yang seharusnya89 diketahui oleh warga
negara. Civic knowledge berkenaan dengan segala hal yang perlu
diketahui dan dipahami secar layak oleh warga negara. National Center
for Learning and Citizenship (NCLC) (dalam Winarno 2011:108)
menyatakan, civic knowledge berisikan item pernyataan yang berkaitan
dengan sejarah dan pengetahuan kontemporer, seperti pemahaman
tentang struktur dan mekanisme pemerintahan konstitusional dan
prinsip-prinsip yang melandasinya.
Adapun komponen pengetahuan kewarganegaraan menurut John J.
Patrick and Thomas S. Vont sebagai berikut;
Tabel 5.1 Pengetahuan Kewarganegaraan (civic knowledge)
Mengidentifikasi dan menggambarkan fenomena
1
(kejadian/isu) politik, kewarganegaraan
2 Menganalisis dan menjelaskan fenomena
3 Menganalisis dan menjelaskan fenomena
Berpikir secara konstruktif tentang bagaimana
4
memperbaiki kehidupan politik/kemasyarakatan
Berpikir kritis tentang kondisi kehidupan
5
kemasyarakatan
2. Civic skill
Komponen esensial kedua dari civic education (Pendidikan
Kewarganegaraan) dalam masyarakat demokrati adalah keterampilan
atau kecakapan-kecakapan kewarganegaraan (civic skills). Civic skill
(kecakapa kewarganegaraan) menurut Branson (1998) yaitu keterampila
intelektual dan kecakapan berpartisipasi dalam kehidupan berbangsa dan
18
3. Civis Desposition
Komponen mendasar ketiga dari civic education adalah watak
kewarganegaraan (civic dispotision) yang mengisyaratkan pada karakter
publik maupun privat yang penting bagi pemeliharaan dan
pengembangan demokrasi konstitusional. Watak kewarganegaraan
sebagaiman kecakapan kewarganegaraan, berkembang secara perlahan
sebagai akibat dari pada yang dipelajari dan dialami oleh seseorang di
rumah, sekolah, komunitas, dan organisasiorganisasi civil society.
Watak kewarganegaraan (civic disposition) menunjuk pada karakter
publik maupun privat yang penting bagi pemeliharaan dan
19
A. Kesimpulan
Civics merupakan tonggak awal dari kajian mengenai
Kewarganegaraan yang merupakan bagian dari ilmu politik, dan menjadi
sebuah mata pelajaran yang mempelajari tentang praktik dari sebuah negara
demokrasi. Civic Education merupakan pengembangan dari Civics ((Ilmu
Kewarganegaraan) yang lebih menekankan kepada praktik kewarganegaraan
guna menyiapkan siswa (warga negara muda) untuk memasuki kehidupan
nyata sebagai warga negara dengan memberikan pengetahuan, budaya dan
ketrampilan Kewarganegaraan. Citizenship Education lebih kepada
program-program pembelajaran warga negara baik secara formal disekolah
maupun non formal di luar sekolah dan menekankan terhadapa partisipasi
warga negara.
Istilah PPKN Pertama muncul tahun 1957 dengan nama
Kewarganegaraan Tahun 1959 di introdusir pelajaran civics dengan “Civics
Manusia Indonesia Baru” dan “Tujuh Bahan Pokok Indoktrinasi (TUBAPI)
sebagai buku sumber Tahun 1962 istilah civics diganti dengan Kewargaan
Negara Tahun 1968 Kewargaan Negara di ganti dengan Pendidikan
Kewargaan Negara. Tahun 1975 Pendidikan Kewargaan Negara di ganti
dengan PMP (Pendidikan Moral Pancasila) Tahun 1978 sangat dominannya
materi P-4 dalam PMP. Tahun 1984 masih dengan nama PMP pada Tahun
1994 di ganti dengan nama PPKn Tahun 1999 materi P-4 di cabut,
selanjutnya pada Era reformasi di rubah dengan Pendidikan
kewarganegaraan
20
DAFTAR PUSTAKA
21