Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

“PENTINGNYA PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DI


PERGURUAN TINGGI BAGI MAHASISWA”

Disusun Oleh :

Nama : Nurhannisa Kusumasari

NIM : 19022000074

Kelas : 1B

Dosen Pengampu :

Dr. H. Rumadi, S.E, S.H, S.Sos, M.Hum, M.Pd

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MERDEKA MALANG

2019
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, dan tak lupa pula saya panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-
Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya. Sehingga saya
dapat menyelesaikan makalah Pendidikan Kewarganegaraan yang membahas
tentang “Pentingnya Pendidikan Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi bagi
Mahasiswa”. Dan juga saya berterima kasih kepada Bapak Rumadi selaku dosen
mata kuliah Pedidikan Kewarganegaraan di Universitas Merdeka Malang yang
telah memberikan tugas ini kepada saya.

Adapun makalah ini telah saya usahakan semaksimal mungkin dan tentunya
dengan bantuan berbagai referensi buku dan referensi internet, sehingga dapat
memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu saya tidak lupa menyampaikan
bayak terima kasih kepada seluruh referensi-referensi yang telah membantu saya
dalam pembuatan makalah ini.

Saya sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai Pentingnya Pendidikan
Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi bagi Mahasiswa, khususnya bagi penulis.
Saya juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan
dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, saya berharap adanya kritik, saran dan
usulan demi perbaikan makalah yang telah saya buat di masa yang akan datang,
mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang


membacanya. Sebelumnya saya mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata
yang kurang berkenan dan saya memohon kritik dan saran yang membangun demi
perbaikan di masa depan.

Malang, 21 November 2019

Nurhannisa Kusumasari

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………….i

DAFTAR ISI……………………………………………………………………...ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang………………………………………………………………...1


1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………………..…2
1.3 Tujuan………………………………………………………………………....2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan……………………………………..3

2.2 Sejarah Pendidikan Kewarganegaraan………………………………………...4

2.3 Alasan Diperlukannya PKN di Perguruan Tinggi bagi Mahasiswa…………….8

2.4 Hakikat Mempelajari Pendidikan Kewarganegaraan…………………………12

2.5 Pengaruh PKN Terhadap Berbagai Masalah di Indonesia…………………….14

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan…………………………………………………………………...15

3.2 Saran………………………………………………………………………….15

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………iii

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pendidikan Kewarganegaraan adalah salah satu mata pelajaran yang
diwajibkan dari tingkat Sekolah Dasar, Menengah, hingga Perguruan Tinggi.
Hal ini dimaksudkan agar dapat memupuk karakter siswa untuk memiliki rasa
nasionalisme, juga membentuk karakter sosial dan karakter bangsa sejak dini.
Karakter Bangsa adalah perilaku yang diharapkan yang dimiliki oleh warga
Negara sebagai cerminan dari Pancasila dan UUD 1945. Pendidikan
Kewarganegaraan juga merupakan pondasi atau modal utama bagi seluruh
bangsa Indonesia untuk dapat mempelajari, memahami, dan mencintai setiap
aspek dari Indonesia sendiri.
UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 37
menyatakan bahwa kurikulum pendidikan tinggi wajib memuat tentang
Pendidikan Kewarganegaraan yang bertujuan untuk membentuk peserta didik
menjadi manusia yang memiliki rasa kebangsaandan cinta tanah air. Dengan
telah dituangkannya Pendidikan Kewarganegaraan dalam Undang-undang
Sistem Pendidikan Nasional, ini berarti bahwa pendidikan kewarganegaraan
memiliki kedudukan yang sangat strategis dalam pembentukan nation and
character building.
Setiap Bangsa yang ingin berdiri kokoh dan mengetahui dengan jelas ke
arah mana tujuan yang ingin dicapainya sangat memerlukan pandangan hidup.
Dengan pandangan hidup inilah sesuatu bangsa akan memandang persoalan-
persoalan dan menentukan arah serta cara bagaimana bangsa itu memecahkan
persoalan-persoalan tadi. Karena itu pandangan hidup sesuatu bangsa
merupakan maslah yang sangat asasi bagi kekokohan dan kelestarian suatu
bangsa. Mahasiswa sebagai sebagai bagian dari Pendidikan tingkat tinggi di
Indonesia juga turut melaksanakan pembelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan, karena mahasiswa merupakan bibit untuk
mempertanggung jawabkan Indonesia kedepannya.

1
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas, muncul beberapa
rumusan masalah yang menarik untuk dikaji, antara lain :
a. Apa Pengertian dari Pendidikan Kewarganegaraan?
b. Bagaimana Sejarah Pendidikan Kewarganegaraan?
c. Alasan Mengapa diperlukan Pendidikan Kewarganegaraan di Perguruan
Tinggi bagi Mahasiswa?
d. Apa Hakikat Mempelajari Pendidikan Kewarganegaraan?
e. Bagaimana Pengaruh Pendidikan Kewarganegaraan Terhadap Berbagai
Masalah di Indonesia?
1.3 Tujuan
a. Memenuhi tugas yang diberikan oleh dosen untuk pertambahan nilai Ujian
Tengah Semester
b. Untuk mengetahui pengertian Pendidikan Kewarganegaraan
c. Untuk mengetahui sejarah Pendidikan Kewarganegaraan
d. Untuk mengetahui alasan diperlukannya Pendidikan Kewarganegaraan di
Perguruan Tinggi bagi Mahasiswa
e. Untuk mengetahui hakikat mempelajari Pendidikan Kewarganegaraan
f. Untuk mengetahui pengaruh Pendidikan Kewarganegaraan terhadap
berbagai masalah di Indonesia

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana


belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalin diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlahk mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara. (UU No. 20 tahun 2003 Pasal 1)

Kewarganegaraan adalah segala hal ihwal yang berhubungan dengan warga


negara. (UU RI No.12 Tahun 2006 Pasal 1 Ayat 2). Pendidikan Kewarganegaraan
dimaksudkan untuk membentuk peserta didik menjadi manusia yang memiliki rasa
kebangsaan dan cinta tanah air. (UU RI No. 20 Tahun 2003 Pasal 37).

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa Pendidikan


kewarganegaraan adalah program Pendidikan yang berintikan demokrasi politik
yang diperluas dengan sumber-sumber pengetahuan lainnya, pengaruh-pengaruh
positif dan Pendidikan sekolah, masyarakat, dan orang tua. Yang kesemuanya itu
diproses guna melatih para siswa untuk berpikir kritis, analitis, bersikap dan
bertindak demokratis dalam mempersiapkan hidup demokratis yang berdasarkan
Pancasila dan UUD 1945.

Undang-undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas Pasal 37 ayat (1)


huruf b yang menyatakan bahwa kurikulum Pendidikan dasar dan menengah wajib
memuat Pendidikan kewarganegaraan. Demikian pula pada ayat (2) huruf b
menyatakan bahwa kurikulum Pendidikan tinggi wajib memuat Pendidikan
Kewarganegaraan. Bahkan dalam UU. No. 12 tahun 2012 tentang Pendidikan
Tinggi lebih eksplisit dan tegas dengan menyatakan nama mata kuliah
kewarganegaraan sebagai mata kuliah wajib. Dinyatakan bahwa mata kuliah
kewarganegaraan adalah pendidikan yang mencakup Pancasil. UUD 1945, NKRI
dan Bhinneka Tunggal Ika untuk membentuk mahasiswa menjadi warga negara

3
yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air. Tujuan Pendidikan
Kewarganegaraan dimanapun umumnya bertujuan untuk membantuk negara yang
baik.

2.2 Sejarah Pendidikan Kewarganegaraan

Adapun sejarah pendidikan kewarganegaraan yaitu sebagai berikut:

1. Mulai diperkenalkan di Amerika Serikat (AS) pada tahun 1790 dengan


nama civics, dalam rangka ”mengamerikakan bangsa Amerika” atau
terkenal dengan nama ”theory of americanization.” Hal ini dianggap penting
mengingat bangsa AS berasal dari berbagai bangsa yang datang di samping
bangsa (suku) asli yang ada. Dalam taraf ini materinya adalah ”government”
serta hak dan kewajiban warga negara.
2. Di Indonesia, pelajaran civics telah ada sejak zaman Hindia Belanda dengan
nama “Burgerkunde.” Dua buku penting yang dipakai adalah :
a. Indische Burgerkunde karangan P. Tromps terbitan J.B. Wolters
Maatschappij N.V. Groningen, Den Haag, Batavia, tahun 1934.
Materinya mengenai :
1.) Masyarakat pribumi, pengaruh Barat, bidang sosial, ekonomi,
hukum, ketatanegaraan, dan kebudayaan.
2.) Hindia Belanda dan rumah tangga dunia.
3.) Pertanian, perburuhan, kaum menengah dalam industri dan
perdagangan, kewanitaan, ketatanegaraan Hindia Belanda dengan
terbentuknya Dewan Rakyat (Volksraad).
4.) Hukum dan pelaksanaannya.
5.) Pendidikan, kesehatan masyarakat, pajak, tentara, dan angkatan laut.
b. Recht en Plicht (Indische Burgerschapkunde voor Iedereen) karangan
J.B. Vortman yang diberi pengantar oleh B.J.O. Schrieke, Direktur
Onderwijs en Eredienst (O&E), terbitan G.C.T. van Dorp & Co. N.V.
(Derde, Herziene en Vermeerderdruk) Semarang-Surabaya-Bandung,
tahun 1940. Materinya mengenai:
1.) Badan pribadi : Masyarakat di mana kita hidup (dari lahir sampai

4
dewasa), pernikahan dan keluarga;
2.) Bezit dari obyek hukum : Eigendom Eropa dan hak-hak atas tanah,
hak-hak agraris atas tanah, kedaulatan raja terhadap
kewajibankewajiban warga negara;
3.) Sejarah pemerintahan Hindia Belanda, perundang-undangan, alat
pembayaran, dan kesejahteraan.

Dari materi ke dua buku di atas, jelas terlihat bahwa pada zaman Hindia
Belanda belum terdapat kesatuan pendapat tentang materi pelajaran civics.

3. Dalam suasana merdeka, tahun 1950 di Indonesia diajarkan civics di


sekolah menengah. Walaupun ke dua buku tersebut di atas pada zaman
Hindia Belanda dijadikan pegangan guru, tetapi ada perubahan kurikulum
dengan materi kewarganegaraan di samping tata negara, yaitu tentang tugas
dan kewajiban warga negara terhadap pemerintah, masyarakat, keluarga,
dan diri sendiri, misalnya :
a. Akhlak, pendidikan, pengajaran, dan ilmu pengetahuan.
b. Kehidupan.
c. Rakyat, kesehatan, imigrasi, perusahaan, perburuhan, agraria,
kemakmuran rakyat, kewanitaan, dsb.
d. Keadaan dalam dan luar negeri, pertahanan rakyat, perwakilan,
pemerintahan, dan soal-soal internasional.
4. Tahun 1955 terbit buku civics karangan J.C.T. Simorangkir, Gusti Mayur,
dan Sumintardjo berjudul ”Inti Pengetahuan Warga Negara” dengan
maksud untuk membangkitkan dan memelihara keinsyafan dan kesadaran
bahwa warga negara Indonesia mempunyai tanggung jawab terhadap diri
sendiri, masyarakat, dan negara (good citizenship). Materinya mengenai :
a. Indonesia tanah airku.
b. Indonesia Raya.
c. Bendera dan Lambang Negara.
d. Warga negara dengan hak dan kewajibannya.
e. Ketatanegaraan.

5
f. Keuangan negara.
g. Pajak.
h. Perekonomian termasuk koperasi.
5. Pada tahun 1961 istilah kewarganegaraan diganti dengan kewargaan Negara
karena menitikberatkan warga sesuai dengan Pasal 26 Ayat (2) UUD 1945
yang mengandung pengertian akan hak dan kewajiban warga negara
terhadap negara, yang tentu berbeda dengan orang asing. Tetapi istilah
tersebut baru secara resmi dipakai pada tahun 1967 dengan Instruksi Dirjen
Pendidikan Dasar Departemen Pendidikan dan Kebudayaan No. 31 Tahun
1967. Buku pegangan resminya adalah ”Manusia dan Masyarakat Baru
Indonesia” karang Supardo, dkk. Materinya adalah pidato kenegaraan
Presiden Soekarno ditambah dengan :
a. Pancasila.
b. Sejarah pergerakan.
c. Hak dan kewajiban warga negara.
6. Pada tahun 1966 setelah peristiwa G-30-S/PKI, buku karangan Supardo
tersebut di atas dilarang dipakai. Untuk mengisi kekosongan materi civics,
Departemen P&K mengeluarkan instruksi bahwa materi civics (kewargaan
negara) adalah :
a. Pancasila.
b. UUD 1945.
c. Ketetapan-ketetapan MPRS.
d. Perserikatan Bangsa-Bangsa.
e. Orde Baru.
f. Sejarah Indonesia.
g. Ilmu Bumi Indonesia.

Pelajaran civics diberikan di tingkat SD, SLTP, dan SLTA. Di perguruan


tinggi terdapat mata kuliah ”Kewiraan Nasional” yang intinya berisi pendidikan
pendahuluan bela negara. Sejak zaman Hindia Belanda sampai dengan RI tahun
1972, belum ada kejelasan pengertian tentang apakah kewargaan negara atau

6
pendidikan kewargaan negara. Baru pada tahun 1972 setelah Seminar Nasional
Pengajaran dan Pendidikan Civics (Civic Education) di Tawangmangu Surakarta,
mendapat ketegasan dan memberi batasan bahwa :

a. Civics diganti dengan ”Ilmu Kewargaan Negara,” yaitu suatu disiplin ilmu
dengan obyek studi tentang peranan para warga negara dalam bidang
spiritual, sosial, ekonomi, politik, hukum, dan kebudayaan, sesuai dan
sejauh diatur dalam UUD 1945.
b. Civic education diganti dengan ”Pendidikan Kewargaan Negara,” yaitu
suatu program pendidikan yang tujuan utamanya membina warga negara
yang lebih baik menurut syarat-syarat, kriteria, dan ukuran ketentuan-
ketentuan UUD 1945. Bahannya diambil dari ilmu kewargaan negara
termasuk kewiraan nasional, filsafat Pancasila, mental Pancasila, dan
filsafat pendidikan nasional.
7. Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi :
a. Tahun 1970an–1983 terdapat mata kuliah Kewiraan Nasional dengan
inti pendidikan pendahuluan bela negara.
b. Tahun 1983 – 2000 dengan Keputusan Dirjen Pendidikan Tinggi (Dikti)
Depdikbud No. 32/DJ/Kep/1983 yang disempurnakan dengan
Keputusan Dirjen Dikti No. 25/DIKTI/Kep/1985 dan disempurnakan
lagi dengan Keputusan Dirjen Dikti No. 151/DIKTI/Kep/2000
ditetapkan Garis-garis Besar Program Pengajaran (GBPP) Pendidikan
Kewiraan.
c. Berdasarkan UU No. 2 Tahun 1989 tentang Sisdiknas Pasal 39 Ayat (2)
yang menyebutkan isi kurikulum setiap jenis, jalur, dan jenjang
pendidikan wajib memuat pendidikan Pancasila, pendidikan agama, dan
pendidikan kewarganegaraan yang di dalamnya termasuk pendidikan
pendahuluan bela negara yang tercakup dalam MPK, maka dengan
Keputusan Dirjen Dikti No. 150/DIKTI/Kep/2000 mengharuskan untuk
selalu mengevaluasi kesahihan isi silabus dan GBPP pendidikan
kewarganegaraan beserta proses pembelajarannya. Berdasarkan hasil
evaluasi dimaksud, maka dengan Keputusan Dirjen Dikti No.

7
267/DIKTI/Kep/ 2000, ditetapkan penyempurnaan pendidikan
kewarganegaraan pada perguruan tinggi di Indonesia yang memuat
silabus dan GBPP-nya.
d. Tahun 2002, berdasarkan Keputusan Menteri Pendidikan Nasional
(Mendiknas) No. 232/U/2000 tentang Pedoman Penyusunan Kurikulum
Pendidikan Tinggi dan Penilaian Hasil Belajar Mahasiswa, maka
dengan Keputusan Dirjen Dikti No. 38/DKITI/Kep/2002 tentang
Ramburambu Pelaksanaan Kelompok Matakuliah Pengembangan
Kepribadian (MPK), ditetapkan Pendidikan Pancasila, Pendidikan
Agama, dan Pendidikan Kewarganegaraan, merupakan kelompok MPK
yang wajib diberikan dalam kurikulum setiap program studi/ kelompok
studi di Perguruan Tinggi.

2.3 Alasan mengapa diperlukan Pendidikan Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi


bagi mahasiswa?

Sesungguhnya mempelajari Pendidikan Kewarganegaraan seharusnya


menjadi hal yang lebih utama disbanding dengan Pendidikan lainnya. Pendidikan
Kewarganegaraan lah yang mengajarkan bagaimana seseorang menjadi warga
negara yang lebih bertanggung jawab. Karena kewarganegaraan itu tidak dapat
diwariskan begitu saja melainkan harus dipelajari dan dialami oleh masing-masing
orang. Apalagi negara kita sedang menuju menjadi negara yang demokratis, maka
secara tidak langsung warga negaranya harus lebih aktif dan partisipatif. Oleh
karena itu, kita sebagai mahasiswa harus mempelajarinya, agar kita menjadi garda
terdepan dalam melindungi negara.

Pendidikan Kewarganegaraan juga mengajarkan bagimana warga negara itu


tidak hanya tunduk dan patuh terhadap negara, tetapi juga mengajarkan bagaimana
sesungguhnya warga negara itu harus toleran dan mandiri. Pendidikan ini membuat
setiap generasi baru memiliki ilmu pengetahuan, pengembangan keahlian dan juga
pengembangan karakter public. Pengembangan komunikasi dengan lingkungannya
yang lebih luas juga tercakup dalam menempuh Pendidikan Kewarganegaraan.

8
Meskipun pengembangan tersebut dapat dipelajari tanpa menempuh Pendidikan
Kewarganegaraan, akan lebih baik lagi jika Pendidikan ini dimanfaatkan untuk
pengembangan diri seluas-luasnya.

Melalu Pendidikan Kewarganegaraan, warna negara Republik Indonesia


diharapkan mampu “memahami, menganalisis dan menjawab masalah-masalah
yang dihadapi oleh masyarakat, bangsa dan negaranya secara konsisten dan
berkesinambungan dengan cita-cita dan tujuan nasional seperti yang digariskan
dalam pembukaan UUD 1945.

Dalam perjuangan non fisik, harus tetap memegang teguh nilai-nilai ini
disemua aspek kehidupan, khususnya untuk memerangi keterbelakangan,
kemiskinan, kesenjangan social, korupsi, kolusi dan nepotisme; menguasai IPTEK,
meningkatkan kualitas sumber daya manusia agar memiliki daya saing; memelihara
serta menjaga persatuan dan kesatuan bangsa; dan berpikir obyektif, rasional dan
mandiri. Pendidikan Kewarganegaraan sangat penting karena mempunyai tujuan
untuk mewujudkan warga negara akan sadar bela negara berlandaskan pemahaman
politik kebangsaan dan kepekaan, mengembangkan jati diri dan moral bangsa.

Belajar tentang Pendidikan Kewarganegaraan pada dasarnya adalah belajar


tentang keindonesiaan, belajar untuk menjadi manusia yang berkepribadian
Indonesia, membangun rasa kebangsaan dan mencintai tanah air Indonesia. Oleh
karena itu, seorang sarjana atau professional sebagai bagian dari masyarakat
Indonesia yang terdidik perlu memahami tentang Indonesia, memiliki kepribadian
Indonesia, memiliki rasa kebangsaan Indonesia dan mencintai tanah air Indonesia.
Dengan demikian, ia menjadi warga negara yang baik dan terdidik dalam kehidupan
masyarakat, bangsa dan negara yang demokratis.

Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan adalah mewujudkan warga negara


sadar bela negara berlandaskan pemahaman politik kebangsaan dan kepekaan
mengembangkan jati diri dan moral bangsa dalam peri kehidupan bangsa.
Mahasiswa adalah bibit unggul bangsa yang dimana pada masanya nanti bibit ini
akan melahirkan pemimpin dunia. Karena itulah diperlukan Pendidikan moral dan

9
akademis yang akan menunjang sosok pribadi mahasiswa. Kepribadian mahasiswa
akan tumbuh seiring dengan waktu dan mengalami proses pembenahan,
pembekalan, penentuan dan akhirnya pemutusan prinsip diri. Negara, masyarakat
masa dating, diperlukan ilmu yang cukup untuk dapat mendukung kokohnya
pendirian suatu negara.

Negara yang akan melangkah maju membutuhkan daya dukung besar dari
masyarakat, membutuhkan tenaga kerja yang lebih berkualitas, dengan semangat
loyalitas yang tinggi. Negara didorong untuk mengunggah masyarakat agar dapat
tercipta rasa persatuan dan kesatuan serta rasa turut memiliki. Masyarakat harus
didasarkan untuk segera mengabdikan dirinya pada negaranya, Bersatu padu dalam
rasa yang sama untuk menghadapi krisis budaya, kepercayaan, moral dan lain-lain.
Negara harus menggambarkan image pada masyarakat agar timbul rasa bangga dan
keinginan untuk melindungi serta mempertahankan negara kita. Pendidikan
Kewarganegaraan adalah sebuah sarana tepat untuk memberikan gambaran secara
langsung tentang hal-hal yang bersangkutan tentang kewarganegaraan pada
mahasiswa. Pendidikan Kewarganegaraan sangat penting. Dalam konteks
Indonesia, Pendidikan kewarganegaraan itu berisi antara lain mengenai pruralisme
yakni menghargai keragaman, pembelajaran kolaboratif dan kreatifitas. Pendidikan
itu mengajarkan nilai-nilai kewarganegaran dalam kerangka identitas nasional.

Kehadiran kurikulum Pendidikan Kewarganegaraan berupaya menanamkan


sikap kepada warga negara Indonesua umumnya dan generasi muda bangsa
khususnya agar : (1) memiliki wawasana dan kesadaran kebangsaan dan rasa cinta
tanah air sebagai perwujudan warga negara Indonesia yang bertanggung jawab atas
kelangsungan hidup bangsa dan negara; (2) memiliki wawasan dan penghargaan
terhadap keanekaragaman masayarakat Indonesia sehingga mampu berkomunikasi
baik dalam rangka memperkuat integrase nasional; (3) memiliki wawasan,
kesadaran dan kecakapan dalam melaksanakan hak, kewaiban, tanggung jawab dan
peran sertanya sebagai warga negara yang cerdas, terampil dan berkarakter; (4)
memiliki kesadaran dan penghormatan terhadap hak-hak dasar manusia serta
kewajiban dasar manusia sehingga mampu memperlakukan warga negaranya

10
secara adil dan tidak diskriminatif; (5) berpartisipasi aktif membangun masyarakat
Indonesia yang demokratis dengan berlandaskan pada nilai dan budaya demokrasi
yang bersumber pada Pancasila; (6) memiliki pola sikap, pola piker dan pola
perilaku yang mendukung ketahanan nasional Indonesia serta mampu
menyesuaikan dirinya dengan tuntutan perkembangan zaman demi kemajuan
bangsa.

Setiap kali mendengar kata Kewarganegaraan secara tidak langsung otak


merespon dan mengaitkan kewarganegaraan dengan pelajaran kewarganegaraan
pada saat sekolah dan mata kuliah kewarganegaraan pada saat kita kuliah. Bisa jadi
kewarganegaraan di dalam memori otak tersimpan kuat karena setiap tahun dari
sekolah dasar hingga sekolah menengah atas ada pelajaran kewarganegaraan yang
harus dipelajari dan ternyata saat kuliah juga ada. Dan di dalam bengku perkuliahan
kiata akan mempelajari lebih dalam seberapa pentingnya Pendidikan
Kewarganegaraan begi kehidupan berbangsa dan bernegara.

Pendidikan Kewarganegaraan menjadi mata pelajaran yang terpecah dari


PPKn ataupun Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. Pada awalnya
digabung menjadi satu karena isi dari Pendidikan Kewarganegaraan sendiri
bersumber dari Pancasila itu sendiri. Selanjutnya, di pecah menjadi mata pelajaran
sendiri karena Pendidikan Kewarganegaraan dianggap penting untuk diajarkan
kepada siswa dan dalam Pendidikan Kewarganegaraan diajarkan materi
kewarganegaraan yang lebih luas dan tidak hanya bersumber langsung dari
Pencasila. Mempelajari Pendidikan Kewarganegaraan bagi sebagian mahasiswa
tidak ubahnya mempelajari Pancasila pada tahap kedua atau bahkan tidak jauh beda
dengan Pendidikan Moral Pancasila dan Sejarah Bangsa. Beberapa materinya
memang berkaitan ataupun sama. Itulah mengapa Pendidikan Kewarganegaraan
selalu ‘di anak tirikan’ dalam peraturan dunia Pendidikan. Menurut orang
kebanyakan lebih penting belajar matematika daripada PKN.

11
2.4 Apa Hakikat Mempelajari Pendidikan Kewarganegaraan

Hakikat pendidikan kewarganegaraan adalah upaya sadar dan terencana


untuk mencerdaskan kehidupan bangsa bagi warga negara dengan menumbuhkan
jati diri dan moral bangsa sebagai landasan pelaksanaan hak dan kewajiban dalam
bela negara, demi kelangsungan kehidupan dan kejayaan bangsa dan negara.

Kompetensi yang diharapkan dari mata kuliah Pendidikan


Kewarganegaraan antara lain agar mahasiswa mampu menjadi warga negara yang
memiliki pandangan dan komitmen terhadap nilai-nilai demokrasi dan HAM, agar
mahasiswa mampu berpartisipasi dalam upaya mencegah dan menghentikan
berbagai tindak kekerasan dengan cara cerdas dan damai, agar mahasiswa memilik
kepedulian dan mampu berpartisipasi dalam upaya menyelesaikan konflik di
masyarakat dengan dilandasi nilai-nilai moral, agama, dan nilai-nilai universal, agar
mahasiwa mampu berpikir kritis dan objektif terhadap persoalan kenegaraan,
HAM, dan demokrasi, agar mahasiswa mampu memberikan kontribusi dan solusi
terhadap berbagai persoalan kebijakan publik, agar mahasiswa mampu meletakkan
nilai-nilai dasar secara bijak (berkeadaban).
Pendidikan Kewarganegaraan lah yang mengajarkan bagaimana seseorang
menjadi warga negara yang lebih bertanggung jawab. Karena kewarganegaraan itu
tidak dapat diwariskan begitu saja melainkan harus dipelajari dan di alami oleh
masing-masing orang. Apalagi negara kita sedang menuju menjadi negara yang
demokratis, maka secara tidak langsung warga negaranya harus lebih aktif dan
partisipatif. Oleh karena itu kita sebagai mahasiswa harus memepelajarinya, agar
kita bisa menjadi garda terdepan dalam melindungi negara. Garda kokoh yang akan
terus dan terus melindungi Negara walaupun akan banyak aral merintang di depan.
Kita semua tahu bahwa Pendidikan Kewarganegaraan mengajarkan
bagaimana warga negara itu tidak hanya tunduk dan patuh terhadap negara, tetapi
juga mengajarkan bagaimana sesungguhnya warga negara itu harus toleran dan
mandiri. Pendidikan ini membuat setiap generasi baru memiliki ilmu pengetahuan,
pengembangan keahlian, dan juga pengembangan karakter publik. Pengembangan

12
komunikasi dengan lingkungan yang lebih luas juga tecakup dalam Pendidikan
Kewarganegaraan. Meskipun pengembangan tersebut bisa dipelajari tanpa
menempuh Pendidikan Kewarganegaran, akan lebih baik lagi jika Pendidikan ini di
manfaatkan untuk pengambangan diri seluas-luasnya.
Rasa kewarganegaraan yang tinggi, akan membuat kita tidak akan mudah
goyah dengan iming-iming kejayaan yang sifatnya hanya sementara. Selain itu kita
tidak akan mudah terpengaruh secara langsung budaya yang bukan berasal dari
Indonesia dan juga menghargai segala budaya serta nilai-nilai yang berlaku di
negara kita. Memiliki sikap tersebut tentu tidak bisa kita peroleh begitu saja tanpa
belajar. Oleh karena itu mengapa Pendidikan Kewarganegaraan masih sangat
penting untuk kita pelajari. Sebagai contoh adalah demonstrasi yang tidak
bertanggung jawab yang dilakukan oleh mahasiswa. Tidak ada yang melarang
siapapun untuk berdemonstrasi, tapi tentu saja semua itu ada aturannya. Kekacauan
yang terjadi selama ini adalah mereka tidak mengetahui secara jelas aturan – aturan
yang berlaku ( tidak tahu ilmunya ) sehingga mereka cenderung seenaknya sendiri
dalam mengungkapkan aspirasinya atau mungkin saja mereka tahu tapi tidak mau
tahu ( pengamalan yang salah ). Pada akhirnya hal tersebut bukannya memperbaiki
keadaan malah menjadiakan keadaan semakin terpuruk.
Karena itu pada intinya perlu adanya keseimbangan antara ilmu dan amal.
Ketika semua warga negara sudah mengerti betul apa yang harus dilakukan,
memiliki kesadaran tinggi untuk mengetrapkannya dan akhirnya benar – benar
melaksanakannya sesuai aturan yang berlaku, saya percaya bahwa negara ini akan
menjadi negara yang aman, tentram, damai seperti apa yang sudah diidam-idamkan
sejak dulu. Oleh karena itu Pendidikan Kewarganegaraan sangat penting
manfaatnya, maka di masa depan harus segera dilakukan perubahan secara
mendasar konsep, orientasi, materi, metode dan evaluasi pembelajarannya.
Tujuannya adalah agar membangun kesadaran para pelajar akan hak dan
kewajibannya sebagai warga negara dan mampu menggunakan sebaik-baiknya
dengan cara demokratis dan juga terdidik.

13
2.5 Pengaruh Pendidikan Kewarganegaraan Terhadap Berbagai Masalah di
Indonesia
Pendidikan Kewarganegaraan tidak hanya merupakan sebuah teori yang
dipelajari dari tingkat Sekolah Dasar hingga ke Perguruan Tinggi saja, melainkan
diperlukan pengamalannya pada kehidupan sehari-hari dalam bermasyarakat dan
berbangsa. Banyaknya masalah yang terjadi di Indonesia sedikit banyak
berpengaruh terhadap pemahaman seseorang pada Pendidikan Kewarganegaraan
yang telah dipelajari. Berikut beberapa masalah yang seringkali terjadi di Indonesia
:

1. Kasus Sara yang Merajalela


Indonesia adalah negara dengan suku bangsa, agama, dan budaya yang
beragam. Dilingkungan tempat tinggal kita, mungkit telah memiliki rasa
toleransi yang tinggi terhadap perbedaan-perbadaan tersebut. Tapi,
dibeberapa tempat masih banyak yang tidak dapat menerima adanya
perbedaan dan melakukan diskriminasi terhadap kaum minoritas. Sebut saja
beberapa masalah yang terjadi belakangan ini terkait sara seperti, penolakan
pemimpin yang memiliki agama yang berbeda dengan mayoritas
penduduknya, pembakaran tempat ibadah, terorisme, pertikaian antar suku,
saling ejek agama dimedia sosial, dan masih banyak lagi. Kita sebagai
bangsa Indonesia harusnya dpat menyadari persamaan latar belakang,
tujuan, dan nasib. Sehingga dapat tercipta rasa persatuan yang kuat.

2.Korupsi

Seperti yang sudah kita ketahui, Indonesia merupakan salah satu negara
yang terkenal dimata dunia karena tingginya tingkat korupsi yang terjadi. Korupsi
tidak hanya dilakukan oleh pejabat kelas atas didaerah pusat saja, tapi juga oleh
pejabat didaerah kecil. Hal ini menyebabkan kerugian negara yang amat besar yang
menyengsarakan rakyat dan menimbulkan berbagai masalah sosial seperti
kemiskinan, kesenjangan sosial, kualitas pendidikan yang rendah, tingkat
kriminalitas yang tinggi, pengangguran, dan banyaknya daerah tertinggal yang
tidak mendapat fasilitas yang layak. Sebenarnya, negara kita memiliki dana yang

14
cukup untuk mensejahterakan rakyatnya, tetapi karena ulah para koruptor, uang
negara menjadi terbuang sia-sia dan menyengsarakan penduduk. Namun,
penanganan terhadap para koruptor di Indonesia kurang tegas. Jika kita melihat
tindakan yang diambil negara Arab Saudi yang memberlakukan potong tangan,
ataupun negara Tiongkok yang menghukum mati para Koruptor di negaranya, di
Indonesia tidak dapat diberlakukan hal yang demikian dikarenakan adanya HAM.
Namun, apakah mencuri uang rakyat bukan merupakan pelanggaran HAM?

3.Penegakan Hukum yang Lemah

Indonesia merupakan negara hukum. Namun, seperti kasus yang sudah-


sudah, kebanyakan dari mereka yang dihukum adalah rakyat kecil. Ini dikarenakan
hukum di Indonesia yang tidak adil, yang lancip terhadap rakyat kecil, tumpul
kepada masyarakat kelas atas. Hukum seringkali disalahgunakan oleh para praktisi
hukum yang dapat disuap, sehingga rakyat kecil yang tidak mempunyai uang, tidak
dapat berbuat apa-apa, dan pasrah untuk dihukum bersalah.

4.Pengelolaan Sumber Daya yang Buruk

Indonesia dengan segala kekayaan alamnya mulai dari daratan hingga


lautan, merupakan negara yang sangat potensial dan memiliki kekayaan yang tak
terhingga. Karena itulah, banyak dari negara asing yang melirik Indonesia, dan
mulai melakukan eksploitasi terhadap alam Indonesia. Sayangnya, banyak dari kita
sebagai masyarakat Indonesia, terutama generasi muda, yang kurang menyadari
bahkan cenderung mengabaikan hal ini.

Tidak hanya sumber daya alamnya saja, dengan banyaknya jumlah


penduduk di Indonesia, seharusnya Indonesia tak perlu lagi memikirkan masalah
Sumber daya manusia lagi untuk mengelola negara. Akan tetapi, sebagian besar
perusahaan justru mempekerjakan tenaga kerja asing, yang menyebabkan tingginya
angka pengangguran di Indonesia.

15
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Tujuan diadakannya pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan ini tidak


lain karena ingin menciptakan generasi yang berkarakter dan memiliki rasa
nasionalisme yang tinggi. Hal ini jelas seperti yang disebutkan dalam landasan
Pendidikan Kewarganegaraan. Kita tentu tidak ingin masalah-masalah di
Indonesia yang berhubungan dengan Pendidikan Kewarganegaraan ini kembali
terjadi di masa depan. Pastinya kita berharap Indonesia menjadi lebih baik
nantinya. Tidak ada lagi masalah sosial seperti kemiskinan dan kualitas
pendidikan yang rendah, banyaknya kasus sara, korupsi yang merajalela, dan
daerah-daerah yang semakin tertinggal dan diabaikan oleh pemerintah pusat. Jadi,
butuh partisipasi dari masyarakat khususnya mahasiswa sebagai bagian dari
pendidikan tinggi negeri ini untuk dapat mengamalkan pembelajaran yang
dipelajari dari Pendidikan Kewarganegaraan.

3.2 Saran

Pemerintah sebaiknya menjalankan program terpadu untuk lebih


mengefisienkan pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraaan ini. Pendidikan
Kewarganegaraan dinilai masih kurang, dengan pembelajaran yang hanya
diadakan satu kali dalam seminggu. Sebaiknya pembelajaran ebih diefektifkan
lagi. Masyarakat juga harus lebih berpartisipasi dalam pelaksanaan Pendidikan
Kewarganegaraan, harus dapat memahami dan mempraktekan dalam kehidupan
sehari-hari bukan hanya menjadi sebatas teori didalam kelas saja. Kita sebagai
masyarakat juga harus mendukung setiap upaya dari pemerintah dalam mengatasi
setiap permasalahan di negeri ini. Sehingga dapat tercipta Indonesia yang lebih
baik kedepannya.

15
DAFTAR PUSTAKA

http://www.kompasiana.com/agusprasetyo/landasan-tujuan-visi-misi-dan-
kompetensi-penyelenggaraan-pendidikan-kewarganegaraan-di-perguruan-
tinggi_550ad6e4813311490eb1e69a

http://hanifanrazikah.blogspot.co.id/2016/05/pancasila-solusi-dari-10-
permasalahan.html

http://anisandriyani.blogspot.co.id/2015/03/makalahpendidikan-
kewarganegaraan.html

http://veraryanty.blogspot.co.id/2015/04/landasan-hukum-dan-tujuan-
pendidikan.html

http://www.gudangmateri.com/2011/05/tujuan-pendidikan-kewarganegaraan.html

http://kumpulanblogmahasiswa.blogspot.co.id/2014/11/tugas-makalah-
pendidikan-kewarganegaraan.html

https://irfanramadhan4.wordpress.com/2011/03/01/pengertian-dan-tujuan-
pendidikan-kewarganegaraan-pegertian/

iii

Anda mungkin juga menyukai