Anda di halaman 1dari 15

KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN

1. Kerjasama Antarumat Beragama

Kerjasama antarumat beragama di Indonesia dilandasi Pancasila


terutama sila Ketuhanan Yang Maha Esa dan pasal 29 ayat (1) dan (2).
Undang-Undang Dasar 1945. Pasal 29 Ayat (1) menyatakan: “Negara
berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa”. Ayat ini menyatakan bahwa
bangsa Indonesia berdasar atas kepercayaan dan keyakinan terhadap
Tuhan. Sedangkan pada Pasal 29 Ayat (2) menyatakan: “Negara
menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya
masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan
kepercayaan itu”. Dalam ayat ini, negara memberi kebebasan kepada
setiap warga negara Indonesia untuk memeluk salah satu agama dan
menjalankan ibadah menurut kepercayaan serta keyakinannya tersebut.
Agama merupakan salah satu hak yang paling asasi diantara hak-hak
asasi manusia, karena kebebasan beragama itu langsung bersumber
kepada mertabat manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan. Hak
kebebasan beragama itu bukan pemberian negara dan bukan
pemberian golongan. Oleh kerenanya, agama tidak dapat dipaksakan
atau dalam menganut suatu agama tertentu itu tidak dapat dipaksakan
kepada dan oleh seseorang. Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan
Yang Maha Esa itu berdasarkan atas keyakinan, karena menyangkut
hubungan pribadi manusia dengan Tuhan yang dipercayai dan
diyakininya.

Kehidupan beragama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha


Esa semakin berkembang sehingga terbina hidup rukun dan kerjasama
di antara sesama umat beragama dan penganut aliran kepercayaan
terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Kerjasama ini akan memperkokoh
persatuan dan kesatuan bangsa dan negara. Di dalam hubungan
kerjasama sesuai dengan norma dan nilai-nilai yang tersurat dan tersirat
di dalam Pancasila, khususnya sila Ketuhanan Yang Maha Esa, yaitu
kerjasama yang didasari:

a. Toleransi hidup beragama, kepercayaan dan keyakinannya masing-


masing.
b. Menghormati orang yang sedang melaksanakan ibadah.
c. Bekerja sama dan tolong menolong tanpa membeda-bedakan agama.
d. Tidak memaksakan agama dan kepercayaannya kepada orang lain.

Kerja sama antar umat bergama merupakan bagian dari hubungan


sosial antar manusia yang tidak dilarang dalam semua ajaran agama.
Hubungan dan kerja sama dalam bidang-bidang ekonomi, politik,
maupun budaya tidak dilarang, bahkan dianjurkan sepanjang berada
dalam ruang lingkup kebaikan. Dari sudut pandang itulah kita sebagai
umat manusia yang menganut agama yang berbeda dapat membentuk
suatu kerjasama yang baik untuk masyakarat, bangsa dan negara.

Kerjasama di antara umat beragama merupakan bagian yang sangat


penting dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Dengan kerjasama yang erat di antara mereka, kehidupan dalam
masyarakat akan menjadi aman, tenteram, tertib, dan damai. Bentuk
kerjasama antar umat beragama di antaranya sebagai berikut:
a. Adanya dialog antar pemimpin agama
b. Adanya kesepakatan di antara pemimpin agama untuk membina
agamanya masing-masing.
c. Saling memberikan bantuan bila terkena musibah bencana alam.

Setiap umat beragama diharapkan selalu membina kerjasama dan


kerukunan antar umat beragama. Dialog antar-umat beragama
merupakan salah satu cara untuk memperkuat kerukunan beragama
dan menjadikan agama sebagai faktor pemersatu dalam kehidupan
berbangsa. Para tokoh dan umat beragama dapat memberikan
kontribusi dengan berdialog secara jujur, berkolaborasi dan bersinergi
untuk menggalang kekuatan bersama guna mengatasi berbagai
masalah sosial termasuk kemiskinan dan kebodohan. Jika agama dapat
dikembangkan sebagai faktor pemersatu maka ia akan memberikan
sumbangan bagi stabilitas dan kemajuan suatu negara,

Setiap orang yang menjadi warga Negara Indonesia hendaknya


menerapkan budaya saling bekerjasama antar satu sama lain walaupun
berbeda agama. Dalam hubungan sosial, perbedaan agama bukanlah
sebuah alasan untuk kita menghindari kerjasama dengan orang lain.
Salah satu cara untuk mempertahankan keberadaan negara Indonesia
memiliki beragam suku, ras dan agama adalah dengan membangun
kerjasama, saling menghargai, menghormati dan saling tengang rasa
terhadap agama dan kepercayaan yang berbeda.

Dengan demikian kerja sama antar umat bergama merupakan bagian


dari hubungan sosial antar manusia yang tidak dilarang dalam ajaran
agama. Hubungan dan kerja sama dalam bidang-bidang ekonomi,
politik, maupun budaya tidak dilarang, bahkan dianjurkan sepanjang
berada dalam ruang lingkup kebaikan. Melalui kerja sama antar umat
beragama akan timbul proses asimilasi yaitu suatu proses yang ditandai
dengan adanya usaha mengurangi perbedaan yang terdapat pada
perorangan atau kelompok-kelompok manusia dan juga berusaha untuk
mempertinggi kesatuan tindakan, sikap dan proses mental dengan
memperhatikan kepentingan-kepentingan dan tujuan bersama.
Sehingga adanya kerjasama antar umat beragama kita dapat
menghindari berbagai konflik yang bisa saja terjadi di antara kita dan
menghindari sikap ketidak adilan terhadap mereka yang lain agamanya.

Contoh Kerjasama Antarumat Beragama

2. Kerjasama dalam Bidang Kehidupan Sosial Politik

Kerjasama dalam kehidupan sosial politik dapat kita lihat dari nilai-nilai
gotong royong yang sudah menjadi salah satu ciri kehidupan sehari-hari
masyarakat Indonesia. Masyarakat Indonesia sejak dulu dalam
kehidupan sosialnya sudah terbiasa hidup dalam suasana gotong
royong. Masyarakat akan saling bantu dan hampir semua kepentingan
masyarakat di desa dibangun oleh masyarakat itu sendiri secara
bergotong royong.

Dalam bidang sosial kerjasama dalam bentuk gotong-royong ini hampir


ditemui di kelompok-kelompok masyarakat Indonesia atau suku-suku
bangsa Indonesia. Misalnya hasil penelitian Koentjaraningrat (dalam
Budimansyah, 2000) di wilayah Bagelen Jawa Tengah kegiatan gotong
royong itu terlihat dalam kegiatan-kegiatan sebagaiberikut:
1. Waktu ada peristiwa kematian atau kecelakaan, dimana orang dating
untuk memberi pertolongan ataupun layadan.
2. Waktu seluruh penduduk desa turun untuk mengerjakan pekerjaan yang
sifatnya untuk kepentingan umum (desa) yang lajim disebut
gugurgunung, seperti memperbaiki jalandesa,lumbungdesa dan lain-
lain.
3. Waktu seorang warga desa mengadakan pesta dan tetangga
berdatangan untuk membantu. Kegiatan ini dinamakan sambatan atau
njurungan
4. Waktu-waktu tertentu dimana makam nenek moyang desa perlu
dibersihkan, kegiatan ini dinamakanrerukun alur waris.
5. Waktu seorang penduduk perlu mengerjakan sesuatu untuk tempat
tinggal (membongkar atap, mendirikan rumah baru) dan tetangga
berdatangan membantu. Kegiatan ini dinamakan sambatan.
6. Waktu kegiatan yang berhubungan dengan pertanian, baik membetulkan
saluran air maupun panenan. Kegiatan ini dinamakan kerubutan tau
grojogan
7. Waktu ada keperluan desa yang sifatnya tidak langsung berhubungan
dengan kepentingan umum, misalnya pekerjaan yang menjadi tugas
kepala desa namun penduduk turun membantunya. Kegiatan ini disebut
keregan

Dalam bidang politik, kerjasama juga dapat ditemui di kelompok-


kelompok masyarakat Indonesia seperti tingginya partisipasi masyarakat
dalam pemilihan kepala desa, pemilihan DPR, pemilihan presiden dan
kepala daerah. Partisipasi dalam pemilihan tersebut tidak hanya sebatas
memberikan suara, tetapi tak sedikit anggota masyarakat yang
bergotong royong mendirikan tempat pengumutan suara, membantu
mengamankan jalannya pengumutan suara, dan lainnya

Perlu dipahami bahwa dasar kerjasama dalam kehidupan sosial politik


adalah sila keempat Pancasila menempatkan begitu pentingnya nilai
kerjasama/gotong royong dijadikan landasan kehidupan politik.
Pancasila sila keempat yang berbunyi “Kerakyatan yang dipimpin oleh
hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan”. Perilaku
politik harus didasari nilai hikmat, kebijaksanaan, permusyawaratan dan
perwakilan. Nilai-nilai tersebut merupakan inti dari Kerjasama dalam
kehidupan sosial politik.

Sila keempat Pancasila pada prinsipnya menegaskan bahwa bangsa


Indonesia akan terus memelihara dan mengembangkan semangat
bermusyawarah dalam perwakilan. Konsep musyawarah dan perwakilan
mengandung makna perlunya kerjasama. Lihat bagaimana
pembentukan sebuah Undang-Undang? Tanpa kerjasama dan
musyawarah pembentuk Undang-undang yang dibutuhkan masyarakat
sulit diwujudkan.

Permusyawaratan memancarkan kehendak untuk menghadirkan negara


persatuan yang dapat mengatasi paham perseorangan dan golongan,
sebagai pantulan dari semangat kekeluargaan dari pluralitas
kebangsaan Indonesia dengan mengakui adanya
“kesederajatan/persamaan dalam perbedaan”. Permusyawaratan adalah
suatu tata cara khas kepribadian Indonesia untuk merumuskan dan/atau
memutuskan suatu hal berdasarkan kehendak rakyat, hingga tercapai
keputusan yang berdasarkan kebulatan pendapat atau mufakat.
Perwakilan adalah suatu sistem dalam arti tata cara (prosedur)
mengusahakan turut sertanya rakyat mengambil bagian dalam
kehidupan bernegara, antara lain dilakukan dengan melalui badan-
badan perwakilan.

Hikmat kebijaksanaan merefleksikan tujuan sebagaimana dikehendaki


oleh Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 bahwa susunan Negara Republik Indonesia yang
berkedaulatan rakyat itu hendaknya didasarkan pada nilai-nilai
ketuhanan, perikemanusiaan, persatuan, permusyawaratan, dan
keadilan.

Dalam demokrasi permusyawaratan, suatu keputusan politik dikatakan


benar jika memenuhi setidaknya empat prasyarat. Pertama, harus
didasarkan pada asas rasionalisme dan keadilan bukan hanya
berdasarkan subjektivitas dan kepentingan. Kedua, didedikasikan bagi
kepentingan banyak orang, bukan demi kepentingan perseorangan dan
golongan. Ketiga, berorientasi jauh ke depan, bukan demi kepentingan
jangka pendek melalui akomodasi transaksional yang bersifat destruktif
(toleransi negatif). Keempat, bersifat imparsial, dengan melibatkan dan
mempertimbangkan pendapat semua pihak.

Sila Keempat ini juga merupakan suatu asas, bahwa tata pemerintahan
Republik Indonesia didasarkan atas kedaulatan rakyat, sebagaimana
ditegaskan dalam alinea keempat Pembukaan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Atas dasar tersebut,
disusunlah Kemerdekaan Kebangsaan Indonesia, yang berkedaulatan
rakyat

Contoh : Kerjasama dalam Bidang Kehidupan Sosial Politik


3. Kerjasama dalam Bidang Kehidupan Ekonomi

Landasan kehidupan ekonomi bangsa Indonesia adalah Pasal 33 ayat 1


UUD Negara Republik Indonesa tahun 1945 menyatakan
“Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasarkan asas
kekeluargaan”. Hal ini berarti dalam kegiatan usaha ekonomi digunakan
prinsip kerjasama, saling membantu dalam suasana demokrasi ekonomi
untuk mencapai kesejahteraan bersama secara adil. Pasal 33 ayat (2)
dan (3) menyatakan : (2) Cabang-cabang produksi yang penting bagi
negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh
negara. (3) Bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya
dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat. Dan Pasal 33 ayat (2) dan (3) diatas menegaskan
bahwa perekonomian di Indonesia sebesar-besarnya ditujukan untuk
kemakmuran rakyat.

Mari kita cermati isi pasal 33 ayat 1 UUD 1945 di atas! Berdasarkan
pasal tersebut sesungguhnya perekonomian Indonesia harus disusun
berdasarkan asas kekeluargaan. Salah satu wujud nyata asas
kekeluargaan adalah adanya kerjasama atau gotong royong dalam
membangun perekonomian bangsa.

Mengapa manusia perlu bekerjama di bidang ekonomi? Untuk


memahaminya marilah kita cermati pendapat Charles H. Cooley yang
menyatakan bahwa timbulnya kerjasama apabila orang menyadari
bahwa mereka mempunyai kepentingan yang sama dan pada saat yang
bersamaan mempunyai cukup pengetahuan dan pengendalian terhadap
diri sendiri untuk memenuhi kepentingan-kepentingan tersebut melalui
kerjasama. Pada masyarakat Indonesia terdapat bentuk kerjasama
yang disebut gotong-royong.
Koentjaraningrat membedakan antara gotong-royong tolong-menolong
dan gotong-royong kerja bakti. Aktivitas tolong-menolong juga tampak
pada aktivitas kehidupan masyarakat yang lain, yaitu:
1. Aktivitas tolong-menolong antara tetangga yang tinggal berdekatan
untuk pekerjaan-pekerjaan kecil sekitar rumah dan pekarangan, seperti
menggali sumur, mengganti dinding bilik rumah, membersihkan rumah
dan atap rumah dari hama tikus, dan sebagainya.
2. Aktivitas tolong-menolong antara kaum kerabat (dan kadang-kadang
beberapa tetangga yang paling dekat) untuk menyelenggarakan pesta
sunat, perkawinan atau upacara adat lain sekitar titik-titik peralihan pada
lingkaran hidup individu (hamil, tujuh bulan, kelahiran, melepas tali
pusat, kontak pertama dari bayi dengan tanah, pemberian nama,
pemotongan rambut untuk pertama kali, pengasahan gigi, dan
sebagainya).
3. Aktivitas spontan tanpa permintaan dan tanpa pamrih untuk membantu
secara spontan pada waktu seseorang penduduk desa mengalami
kematian atau bencana. Menurut Koentjaraningrat, gotong-royong kerja
bakti sebaiknya dibedakan antara gotong-royong kerja bakti untuk
proyek-proyek yang timbul dari inisiatif atau swadaya warga sendiri dan
gotong-royong kerja bakti untuk proyek-proyek yang dipaksakan dari
atas. Gotong-royong kerjabakti yang pertama, sebagai kerja bakti yang
berasal dari masyarakat, misalnya hasil keputusan rapat desa yang
benar-benar sesuai dan dibutuhkan oleh masyarakat yang
bersangkutan. Sedangkan gotong-royong kerja bakti yang kedua
seringkali tidak dipahami manfaatnya oleh warga desa dan dirasakan
lebih sebagai sebuah kewajiban daripada sebagai sebuah kesadaran.

Menurut Soekanto (1978 ) gotong-royong diartikan sebagai bentuk


kerjasama yang spontan yang sudah terlembagakan yang mengandung
unsur timbal-balik yang sukarela antara warga desa dengan warga desa
lainnya dan dengan Kepala Desa serta musyawarah desa untuk
memenuhi kebutuhan desa, baik yang insindental maupun yang rutin
dalam rangka meningkatkan kesejahteraan bersama.

Menurut Ter Haar dari sudut hukum adat, gotong-royong dibedakan


antara ordeling hulpbetoon dengan wederkering hulpbetoon. Yang
dimaksud dengan ordeling hulpbetoon wajib dilakukan dan secara
langsung didasarkan pada aturan hukum adat dan tidak didasarkan
pada prestasi di masa kini atau mendatang. Sedangkan wederkering
hulpbetoon ada misalnya apabila terjadi tolong-menolong kalau orang
membuka tanah milik yang sebelumnya telah dipilih. Didalam bahasa
Jawa kegiatan yang pertama disebut dengan istilah gugur gunung,
sedangkan yang kedua disebut sambat-sinambat
Dalam konteks kehidupan berbangsa dan bernegara saat ini wujud
kerjasama atau gotong royong dalam membangun perekonomian
Indonesia yang sesuai pasal 33 UUD 1945 adalah koperasi. Namun
karena kurangnya masyarakat memahami dan ikut serta secara aktif
membentuk dan mengelola koperasi, keberadaan koperasi belum
mampu bersaing dengan lembaga perekonomian yang lain baik
perusahaan swasta maupun BUMN.

Pahamilah bahwa sesungguh koperasi merupakan soko guru


perekonomian Indonesia. Mengapa? karena koperasi merupakan suatu
badan usaha yang melaksanakan usahanya didasarkan atas azas
kekeluargaan. Mari kita cermati keunggulan koperasi dibandingkan
dengan badan usaha lainnya adalah
1. Dasar persamaan artinya setiap anggota dalam koperasi mempunyai
hak suara yang sama;
2. Persatuan, artinya dalam koperasi setiap orang dapat diterima menjadi
anggota, tanpa membedakan, agama, suku bangsa dan jenis kelamin;
3. Pendidikan, artinya koperasi mendidik anggotanya untuk hidup
sederhana, tidak boros dan suka menabung;
4. Demokrasi ekonomi, artinya imbalan jasa yang disesuaikan dengan jasa
masing-masing anggota berdasarkan keuntungan yang diperoleh; dan
5. Demokrasi kooperatif artinya koperasi dibentuk oleh para anggota
dijalankan oleh anggota dan hasilnya untuk kepentingan anggota.

Berdasarkan keunggulan ini koperasi sangat baik dikembangkan


dengan sungguh-sungguh, jujur, dan baik, sebagai wahana yang ampuh
untuk mencapai suatu masyarakat yang adil dan makmur.

Contoh : Kerjasama dalam Bidang Kehidupan Ekonomi


4. Kerjasama dalam Bidang Kehidupan Pertahanan dan Keamanan
Negara

Pertahanan dan Keamanan Negara erat kaitannya dengan bela Negara.


Dilihat dari perundang-undangan, kewajiban membela negara dapat
ditelusuri dari ketentuan dalam UUD l945 dan undang-undang nomor 3
tahun 2002 tentang Pertahanan Negara. Dalam UUD 1945 Pasal 30
ayat (1) ditegaskan bahwa “ tiap-tiap warga negara berhak dan wajib
ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan negara”. Sedangkan
dalam Pasal 30 ayat (2) disebutkan bahwa “usaha pertahanan dan
keamanan negara dilaksanakan melalui sistem pertahanan dan
keamanan rakyat semesta oleh TNI dan POLRI sebagai kekuatan
utama, dan rakyat sebagai kekuatan pendukung”.

Berdasarkan UUD 1945 Pasal 30 ayat (1) dan (2) tersebut, ada
beberapa hal yang mesti kita pahami yaitu 1) keikutsertaan warga
negara dalam pertahanan dan keamanan negara merupakan hak dan
kewajiban; 2) pertahanan dan keamanan negara menggunakan sistem
pertahanan dan keamanan rakyat semesta; 3) kekuatan utama dalam
sistem pertahanan adalah TNI, sedangkan dalam sistem keamanan
adalah POLRI; 4) kedudukan rakyat dalam pertahanan dan keamanan
sebagai kekuatan pendukung. Ketentuan hak dan kewajiban warga
negara dalam usaha pembelaan negara dan sebagai kekuatan
pendukung.

Konsep yang diatur dalam Pasal 30 tersebut adalah konsep pertahanan


dan kemanan negara. Sedangkan konsep bela negara diatur dalam
UUD 1945 Pasal 27 ayat (3) bahwa “ Setiap warga negara berhak dan
wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara”. Ikut serta pembelaan
negara tersebut diwujudkan dalam kegiatan penyelenggaraan
pertahanan negara, sebagaimana ditegaskan dalam UURI Nomor 3
tahun 2002 , Pasal 9 ayat (1) bahwa “ Setiap warga negara berhak dan
wajib ikut serta dalam upaya bela negara yang diwujudkan dalam
penyelenggaraan pertahanan negara”. Kemudian dalam UU RI Nomor
3 tahun 2002 bagian menimbang huruf (c) ditegaskan antara lain ”dalam
penyelenggaraan pertahanan negara setiap warga negara mempunyai
hak dan kewajiban untuk ikut serta dalam upaya pembelaan negara...”.

Pertahanan negara adalah segala usaha untuk memepertahankan


kedaulatan negara, keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia, dan keselamatan segenap bangsa dari ancaman dan
gangguan terhadap keutuhan bangsa dan negara (Pasal 1 ayat (1) UU
Nomor 3 tahun 2002). Dengan demikian, jelaslah bahwa keikutsertaan
warga negara dalam upaya bela negara diwujudkan dalam
keikutsertaannya pada segala usaha untuk memepertahankan
kedaulatan negara, keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia, dan keselamatan segenap bangsa dari ancaman dan
gangguan terhadap keutuhan bangsa dan negara.

Kata “wajib” yang diatur dalam UUD 1945 Pasal 27 ayat (3) dan UURI
Nomor 3 tahun 2002 Pasal 9 ayat (1) mengandung makna, bahwa
setiap warga negara, dalam keadaan tertentu dapat dipaksakan oleh
negara untuk ikut serta dalam pembelaan negara. Namun demikian, di
negara kita sampai saat ini belum ada keharusan untuk mengikuti wajib
militer (secara masal) bagi segenap warga negara Indonesia seperti
diberlakukan di beberapa negara lain. Sekalipun demikian, adakalanya
orang-orang yang memiliki keahlian tertentu (biasanya sarjana) yang
dibutuhkan negara dapat diminta oleh negara untuk mengikuti tes
seleksi penerimaan anggota TNI sekalipun orang tersebut tidak pernah
mendaftarkan diri.

Secara spesifik Pertahanan dan Keamanan Negara dapat dilihat dalam


UU RI Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara. Istilah yang
digunakan dalam undang-undang tersebut bukan ”usaha pembelaan
negara” tetapi digunakan istilah lain yang mempunyai makna sama yaitu
”upaya bela negara”. Dalam penjelasan tersebut ditegaskan, bahwa
upaya bela negara adalah sikap dan perilaku warga negara yang dijiwai
oleh kecintaannya kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia yang
berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 dalam menjamin kelangsungan
hidup bangsa dan negara.

Berdasarkan pengertian upaya bela negara, apakah kalian pernah ikut


serta dalam usaha pembelaan negara? Apabila kalian pernah ikut serta
menjaga wilayah negara termasuk wilayah lingkungan sekitar dari
gangguan atau ancaman yang membahayakan kesela-matan bangsa
dan negara berarti kalian sudah berpartisipasi dalam usaha pembelaan
negara. Sikap hormat terhadap bendera, lagu kebangsaan, dan menolak
campur tangan pihak asing terhadap kedaulatan NKRI juga
menunjukkan suatu sikap dalam usaha pembelaan negara.

Dengan demikian pengertian usaha pembelaan negara tidak terbatas


memanggul senjata, tetapi meliputi berbagai sikap dan tindakan untuk
meningkatkan kesejahteraan warga negara. Untuk meningkatkan
kesejahteraan warga negara, misalnya dengan usaha untuk
mewujudkan keamanan lingkungan, keamanan pangan, keamanan
energi, keamanan ekonomi.
UURI Nomor 3 Tahun 2002 menegaskan, bahwa pertahanan negara
berfungsi untuk mewujudkan dan mempertahankan seluruh wilayah
Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai satu kesatuan (Pasal 5)
Sedangkan yang dimaksud dengan seluruh wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia sebagai satu kesatuan pertahanan, bahwa ancaman
terhadap sebagian wilayah merupakan ancaman terhadap seluruh
wilayah dan menjadi tanggung jawab segenap bangsa.

Atas dasar tersebut, maka kerjasama segenap warga negara dalam


upaya pembelaan negara bukan hanya dalam lingkup nasional, tetapi
juga dalam lingkungan terdekat di mana kita berdomisili. Artinya
menjaga keutuhan wilayah lingkungan kita tidak dapat dipisahkan dari
keutuhan wilayah negara secara keseluruhan. (ingat konsep/prinsip
Wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional).

Setiap orang mempunyai kewajiban untuk bekerjama menjaga keutuhan


dan keamanan serta ketertiban wilayah sekitarnya mulai dari lingkungan
rumah sendiri, lingkungan masyarakat sekitar, sampai lingkungan
wilayah yang lebih luas. Adapun bentuk kerjasama warga masyarakat
dalam menjaga lingkungannya antara lain melalui kegiatan sistem
keamanan lingkungan (Siskamling), ikut serta menanggulangi akibat
bencana alam, ikut serta mengatasi kerusuhan masal, dan konflik
komunal. Bencana alam terutama banjir tampak telah menjadi bencana
nasional, karena hampir seluruh wilayah nusantara terkena bencana
tersebut. Oleh karena itu, perlu ada gerakan bersama untuk
menguranginya. Misalnya dengan gerakan membuat serapan air
sebanyak mungkin di lingkungan kita masing – masing. Membuat
serapan air dengan teknologi sederhana biopori ternyata mudah, murah
dan dapat dilakukan oleh siapa saja. Lokasi untuk membuat serapan
juga tidak membutuhkan tanah yang luas

Kerjasama dalam penyelenggaraan pertahanan negara dapat


diwujudkan dalam tindakan upaya bela negara. Salah satu sasaran yang
mesti dibela oleh setiap warga negara adalah wilayah negara. Wilayah
negara (teritorial) merupakan wadah, alat, dan kondisi juang bagi
berlangsungnya penyelenggaraan upaya bela negara. Setiap warga
negara mempunyai kewajiban untuk bekerja sama menjaga keutuhan
wilayah negara sesuai dengan posisi dan kemampuannya masing-
masing. Kalian sebagai siswa SMP berkewajiban untuk bekerjamsa
menjaga keamanan lingkungan tempat tinggal dan sekolahnya masing-
masing dari berbagai ancaman dan gangguan yang dihadapi.
B. Arti Penting Kerjasama dalam Berbagai Bidang Kehidupan
Kerjasama (cooperation) dimaksudkan sebagai usaha bersama antara
orang perorangan atau kelompok manusia untuk mencapai suatu atau
beberapa tujuan bersama. Bentuk dan pola-pola kerjasama dapat
dijumpai pada semua kelompok manusia. Kebiasaan-kebiasaan dan
sikap-sikap demikian dimulai sejak masa kanak-kanak di dalam
kehidupan keluarga atau kelompok-kelompok kekerabatan. Atas dasar
itu anak tersebut akan menggambarkan bermacam-macam pola
kerjasama setelah dia menjadi dewasa. Bentuk kerjasama tersebut
berkembang apabila orang dapat digerakkan untuk mencapai suatu
tujuan bersama dan harus ada kesadaran bahwa tujuan tersebut
dikemudian hari mempunyai manfaat bagi semua.

Kerjasama timbul apabila orang menyadari bahwa mereka mempunyai


kepentingan-kepentingan yang sama dan pada saat yang bersamaan
mempunyai cukup pengetahuan dan pengendalian terhadap diri sendiri
untuk memenuhi kepentingan tersebut; kesadaran akan adanya
kepentingan-kepentingan yang sama dan adanya organisasi merupakan
faktor-faktor yang penting dalam kerjasama yang berguna. (Soekanto,
2002 : 73).

Seperti diketahui masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang


majemuk baik dilihat dari aspek bahasa, budaya, agama, maupun
kelompok-kelompok sosial. Dalam masyarakat majemuk seperti
Indonesia, Kerjasama ini bukan saja sebagai sebuah kewajiban, tetapi
lebih sebuah kebutuhan bagi seseorang. Untuk dapat bekerjasama
setiap orang sebagai anggota masyarakat harus mengembangkan
sikap-sikap yang mendukung terjadinya kerjasama dalam masyarakat.

Arti penting kerja sama dalam berbagai bidang kehidupan


bermasyarakat, berbangsa dan bernegara akan memperkokoh
persatuan dan kesatuan bangsa. Oleh karena itu, kita harus
menyadari adanya keberagaman dalam kehidupan di masyarakat.
Adanya keberagaman itu, justru mendorong setiap warga negara
mengembangkan persatuan dan kesatuan bangsa. Oleh karena itu,
dalam pergaulan di masyarakat, setiap warga negara harus menjauhkan
diri dari perilaku eksklusivisme. Sikap eksklusivisme dapat memecah
belah persatuan dan kesatuan bangsa karena membuat kelompok
sendiri tanpa mau melakukan kerja sama dengan warga negara
lainnya dalam berbagai bidang kehidupan untuk memajukan bangsa
dan negara Indonesia.
Lalu apa manfaat kerjasama untuk kepentingan pribadi manusia itu
sendiri? Kusnadi (2003) mengatakan bahwa berdasarkan penelitian
kerjasama mempunyai beberapa manfaat, yaitu sebagai berikut:
1. Kerja sama mendorong persaingan di dalam pencapaian tujuan dan
peningkatan produktivitas.
2. Kerja sama mendorong berbagai upaya individu agar dapat bekerja lebih
produktif, efektif, dan efisien.
3. Kerja sama mendorong terciptanya sinergi sehingga biaya
operasionalisasi akan menjadi semakin rendah yang menyebabkan
kemampuan bersaing meningkat.
4. Kerja sama mendorong terciptanya hubungan yang harmonis antarpihak
terkait serta meningkatkan rasa kesetiakawanan.
5. Kerja sama menciptakan praktek yang sehat serta meningkatkan
semangat kelompok.
6. Kerja sama mendorong ikut serta memiliki situasi dan keadaan yang
terjadi dilingkungannya, sehingga secara otomatis akan ikut menjaga
dan melestarikan situasi dan kondisi yang telah baik.

C. Mewujudkan Kerjasama dalam Berbagai Lingkungan Kehidupan

Sikap positif Mewujudkan Kerjasama dalam Berbagai Lingkungan


Kehidupan dapat dilihat sebagai berikut.

a. Lingkungan Keluarga
Keluarga merupakan lingkungan pertama dan lingkungan yang paling
efektif untuk menaaamkan nilai-nilai, baik nilai agama, sopan santun,
disiplin, termasuk nilai-nilai Pancasila. Dalam keluarga, setiap orang
mempunyai kedudukan dan peran masing-masing. Misalnya, Ayah
adalah kepala keluarga, ia bertugas mencari nafkah. Selain itu, Ayah
juga adalah pemimpin keluarga yang bertugas mengarahkan semua
anggota keluarga agar menjadi baik. Dalam menjalankan tugasnya,
Ayah di bantu oleh Ibu. Ibu bertugas mengatur rumah dan menjaga
serta mendidik anak-anak. Dalam mengatur rumah, tentu ibu tidak
bekerja sendirian, melainkan di bantu oleh anakanak. Anak-anak harus
membantu ibu mengerjakan pekerjaan rumah, seperti menyapu,
menyiram tanaman dan sebagainya. Dengan demikian, perwujudan
kerjasama dalam kehidupan sehari-hari dapat dilakukan dengan cara
bersama-sama membersihkan rumah tempat tinggal, bekerja sama
antaranggota keluarga, kedisiplinan dalam berbagai hal, musyawarah
dalam menyelesaikan masalah keluarga, tolong-menolong, kasih
sayang dengan anggota keluarga, dan berbagai sikap serta perilaku
positif lainnya
b. Lingkungan Sekolah
Kehidupan di sekolah merupakan bentuk miniatur dalam kehidupan
bermasyarakat, oleh sebab itu nilai-nilai yang berkembang di sekolah
pun banyak yang mencerminkan nilai-nilai Pancasila. Kerjasama di
sekolah tentu sangat diperlukan karena kegiatan di sekolah tidak akan
berjalan jika komponen-komponen yang berada di sekolah tidak
bekerjasama antara satu dan yang lainnya. Misalnya, kepala sekolah
bertugas memimpin sekolah dan membuat program-program sekolah.
Guru bertugas mendidik anak-anak dan menjalankan program-program
yang telah ditetapkan. Penjaga sekolah bertanggung jawab menjaga
kebersihan dan bersama-sama satpam menjaga keamanan sekolah.
Adapaun para siswa selain berkewajiban belajar dengan sungguh-
sungguh, juga harus ikut serta memelihara lingkungan sekolah dan
mentaati peraturan dan tata tertib yang berlaku di sekolah. Contoh lain
kerjasama siswa di sekolah diwujudkan melalui partisipasi katif dalam
pembentukan pengurus kelas yang terdiri dari ketua kelas, wakil ketua,
sekretaris, bendahara, dan seksi-seksinya.

c. Lingkungan Masyarakat, Bangsa, dan Negara


Dalam lingkungan masyarakat banyak sekali kegiatan yang memerlukan
kerjasama agar kegiatan itu dapat berjalan lancar, terasa lebih mudah
serta berhasil. Kerjasama di lingkungan kelurahan misalnya, dapat
berupa kerja bakti membersihkan selokan dan lingkungan sekitarnya.
Contoh lainnya yaitu bersama membangun jembatan, membersihkan
lingkungan, dan sebagainya.

Dalam masalah penyimpangan sosial, seperti mengganggu ketertiban,


masyarakat dapat bekerja sama untuk mencari penyelesaian secara
mandiri. Begitu pula, jika terjadi masalah, seperti bencana alam atau
minimnya sarana sosial (dalam bidang pendidikan, perhubungan,
ekonomi, dan sebagainya) masyarakat dapat bekerja sama
mengupayakan berbagai bantuan. Berbagai persoalan tersebut dapat
diupayakan penyelesaiannya melalui bentuk- bentuk kerja sama yang
menjadi tradisi dalam masyarakat kita, seperti musyawarah atau gotong
royong. Masyarakat yang demikian merupakan cermin masyarakat
madani. Mereka tidak hanya mandiri dalam mengupayakan kemajuan
bersama, tetapi juga turut terlibat secara aktif untuk menyelesaikan
berbagai masalah sosial.
Contoh : Kerjasama dalam Bidang Kehidupan Pertahanan dan
Keamanan Negara

Anda mungkin juga menyukai