Anda di halaman 1dari 18

Hakikat, Tujuan dan Ruang Lingkup Pendidikan Kewarganegaraan

Mata Kuliah : Kewarganegaraan

Dosen Pengampu : Dra. Asmayani Salimi , M.Si

DISUSUN OLEH:

1. Lilo Prasetiya F1081221038

2. Muhammad Agung Januar


F1081221052

3. Widiya Apriyani F1081221054

4. Dian Zubaida F1081221064

REGULER 2B

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS TANJUNGPURA

0
2022/2023

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarkatuh
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan rahmat-Nya
alhamdulillah kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan tepat waktu.
Makalah ini sengaja dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah kami yaitu
“Kewarganegaraan” dengan makalah kami yang berjudul “Hakikat, Tujuan dan
Ruang Lingkup Pendidikan Kewarganegaraan.
Judul tersebut sangatlah menarik, karena mengandung banyak ilmu
pengetahuan yang sangat penting untuk kita pelajari, dan kita pahami, Tujuannya ialah
untuk memperluas ilmu dan menambah wawasan sehingga kita menjadi lebih paham
mengenai “Kewarganegaraan” tersebut. Kami ucapkan terima kasih banyak kepada
Dosen Pengampu mata kuliah “Kewarganegaraan” ini, yaitu kepada ibu Dra.
Asmayani Salimi , M.Si, atas tugas yang diberikan kepada kami ini. Sehingga kami
bisa lebih mendalami dan memahami materi. Tidak lupa pula kami ucapkan terima
kasih kepada teman-teman yang sudah mendukung dan memotivasi kami sehingga
makalah ini dapat kami selesaikan dengan tepat waktu.
Kami meminta maaf jika makalah ini sangat jauh dari kata sempurna. Maka dari
itu, untuk menyempurnakan dan memperbaiki jika ada kekurangan dalam penulisan
makalah ini, saran dan kritiknya sangatlah kami butuhkan. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat dan memperluas pengetahuan bagi setiap pembaca. Wassalamu’alaikum
Warahmatullahi Wabarakatuh

Pontianak, 12 Februari 2023

I
Penyusun,

II
DAFTAR ISI

KATAPENGANTAR................................................................ i

DAFTAR ISI..............................................................................1

BAB I
PENDAHULUAN......................................................................1

A. Latar Belakang......................................................... 1
B. Rumusan Masalah.....................................................2
C. Tujuan Makalah....................................................... 2
D. Manfaat Makalah..................................................... 2

BAB II

PEMBAHASAN........................................................................ 3

A. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan............ 3


B. Hakikat Pendidikan Kewarganegaraan................. 3
C. Fungsi dan Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan 4

D. Ruang Lingkup Pendidikan Kewarganegaraan.... 7


BAB III

PENUTUP............................................................................... 11

A. Kesimpulan ............................................................ 11

B. Saran ....................................................................... 11
GLOSARIUM..........................................................................11

DAFTAR PUSTAKA..............................................................12

III
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bangsa Indonesia memiliki sejarah yang panjang dalam pembentukannya. Penuh
dengan perjuangan dan pengorbanan, namun pada akhirnya berani untuk memproklamirkan
diri menjadi sebuah bangsa dan negara yang merdeka dari penjajahan pada 17 Agustus 1945.
Konsep bangsa Indonesia merujuk pada pemikiran Ernest-Renan bahwa bangsa bukan
diartikan sebagai satu asal nenek moyang, tetapi merupakan satu kesatuan solidaritas atau
setia kawan satu sama lain atau bangsa adalah satu jiwa atau satu asas spiritual yang tercipta
oleh rasa pengorbanan yang telah dibuat oleh masa lampau yang oleh mereka telah bersedia
berkorban demi masa depan generasi penerusnya (Zainul Ittihad Amin, 2010).
Setelah berdirinya Bangsa dan Negara Indonesia bukan berarti tanpa adanya ancaman,
hambatan, gangguan, dan tantangan lagi, bahkan saat ini bangsa Indonesia menghadapi
permasalahan yang semakin kompleks. Jika dahulu perang yang dihadapi musuhnya terlihat
(nyata) dalam artian bersenjata yang tampak mata, saat ini perang dalam bentuk proxy war
atau senjatanya tak nyata seperti senjata, misalnya kejahatan narkoba, senjata biologi, cyber
crime. Perubahan masyarakat yang dinamis dan semakin derasnya arus globalisasi juga
dapat menimbulkan permasalahan bagi bangsa Indonesia. Melemahnya semangat
kebangsaan, nasionalisme, cinta tanah air serta munculnya perilaku yang tidak sesuai dengan
nilai budaya bangsa dan norma-norma yang berlaku. Perilaku korupsi yang dianggap biasa,
sikap individualistis, hedonisme, persekusi tentu bukan mencerminkan nilai-nilai luhur
bangsa Indonesia.
Demi menghadapi ancaman, tantangan, hambatan, dan gangguan yang akan merusak
nilai-nilai luhur bangsa Indonesia yang tercermin dalam Pancasila maka perlu diterapkan
pendidikan karakter dalam Pendidikan Kurikulum Nasional melalui Pendidikan
Kewarganegaraan. Kewarganegaraan adalah segala hal ikhwal yang berhubungan dengan
warga negara. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa,
dan negara (Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional)
sehingga Pendidikan Kewarganegaraan dapat diartikan sebagai usaha sadar dan terencana
1
untuk membekali peserta didik dengan pengetahuan dan kemampuan dasar berkenaan
dengan hubungan timbal balik antara warga negara dengan negara.
Istilah mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata kuliah yang
menggantikan Pendidikan Kewiraan yang mencerminkan terjadinya reorientasi materi dan
revitalisasi dalam proses belajar mengajar. Pendidikan Kewarganegaraan atau yang
disingkat PKn pada dasarnya adalah belajar tentang ke-Indonesia-an, belajar untuk
menjadi manusia yang berkepribadian Indonesia. Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun
2003 disebutkan bahwa Pendidikan Kewarganegaraan dimaksudkan untuk membentuk
peserta didik menjadi manusia yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Pendidikan Kewarganegaraan?
2. Apa saja Hakikat Pendidikan Kewarganegaraan?
3. Apa saja Fungsi dan Tujuan adanya Pendidikan Kewarganegaraan?
4. Apa Ruang Lingkup yang dibahas dalam Pendidikan Kewarganegaraan?

C. Tujuan Makalah
1. Dapat menjelaskan pengertian Pendidikan Kewarganegaraan

2. Dapat menjelaskan apa saja Hakikat Pendidikan Kewarganegaraan

3. Dapat memaparkan Fungsi dan Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan

4. Dapat memaparkan Ruang Lingkup yang dibahas oleh Pendidikan Kewarganegaraan

D. Manfaat Makalah
1. Untuk memberikan wawasan dan pengetahuan yang luas mengenai Pendidikan
Kewarganegaraan
2. Untuk mengembangkan berpikir kritis dalam menghadapi proses pembelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan
3. Untuk mengembangkan sikap dan sifat saling peduli kepada sesama manusia maupun
makhluk hidup lain sesuai dengan Dasar Negara kita yaitu Pancasila

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan


Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional

Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah adalah

mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warga negara yang memahami dan mampu

melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas,

terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945. Kemudian menurut

Azis Wahab (Cholisin, 2000:18) menyatakan bahwa PKn ialah media pengajaran yang meng-

Indonesiakan para siswa secara sadar, cerdas, dan penuh tanggung jawab. Karena itu, program

PKn memuat konsep-konsep umum ketatanegaraan, politik dan hukum negara, serta teori umum

yang lain yang cocok dengan target tersebut.

Berbeda dengan pendapat di atas pendidikan kewarganegaraan diartikan sebagai

penyiapan generasi muda (siswa) untuk menjadi warga negara yang memiliki pengetahuan,

kecakapan, dan nilai-nilai yang diperlukan untuk berpartisipasi aktif dalam masyarakatnya

(Samsuri, 2011: 28). Berdasarkan beberapa pendapat tersebut dapat dikemukakan bahwa

Pendidikan Kewarganegaraan adalah suatu mata pelajaran yang merupakan satu rangkaian

proses untuk mengarahkan peserta didik menjadi warga negara yang berkarakter bangsa Indonesia,

cerdas, terampil, dan bertanggungjawab sehingga dapat berperan aktif dalam masyarakat

sesuai dengan ketentuan Pancasila dan UUD 1945.

B. Hakikat Pendidikan Kewarganegaraan

3
Apabila kita kaji secara historis-kurikuler mata pelajaran tersebut telah mengalami
pasang surut pemikiran dan praksis. sejak lahir kurikulum tahun 1946 di awal kemerdekaan
sampai pada era reformasi saat ini. Oleh karena itu, dalam Kegiatan Belajar 1 ini, kita akan
mengkaji perkembangan mata pelajaran itu. Dengan cara itu, kita akan dapat
membandingkan karakteristik mata pelajaran yang serupa dalam berbagai konteks dan kurun
waktu. Secara singkat kita akan menganalisis setiap kurikulum tersebut. Tentu saja tidak
akan dilakukan secara tuntas karena hal itu tidak merupakan cakupan modul dan mata kuliah
ini. Hal yang akan kita bahas hanyalah mengenai status dan isi mata pelajaran sejenis mata
pelajaran tersebut dalam kurikulum-kurikulum tersebut.
Dalam Kurikulum 1946, Kurikulum 1957, dan Kurikulum 1961 tidak dikenal adanya mata
pelajaran pendidikan kewarganegaraan. Dalam kurikulum 1946 dan 1957 materi tersebut itu
dikemas dalam mata pelajaran Pengetahuan Umum di SD atau Tata Negara di SMP dan
SMA. Baru dalam Kurikulum SD tahun 1968 dikenal mata pelajaran Pendidikan Kewargaan
Negara (PKN). Menurut kurikulum SD 1968 Pendidikan Kewargaan Negara mencakup
Sejarah Indonesia, Geografi, dan Civics yang diartikan sebagai pengetahuan Kewargaan
Negara. Dalam kurikulum SMP 1968 PKN tersebut mencakup materi sejarah Indonesia
dan Tata Negara, sedang dalam kurikulum SMA 1968 PKN lebih banyak berisikan materi
UUD 1945. Sementara itu, menurut kurikulum SPG 1969 PKN mencakup sejarah
Indonesia, UUD, Kemasyarakatan, dan Hak Asasi Manusia (HAM). Dalam Kurikulum
Proyek Perintis Sekolah Pembangunan (PPSP) 1973 terdapat mata pelajaran Pendidikan
Kewargaan Negara (PKN) dan Pengetahuan Kewargaan Negara. Sedikit berbeda, menurut
kurikulum PPSP (Proyek Perintis Sekolah Pembangunan) 1973 diperkenalkan mata
pelajaran Pendidikan Kewargaan Negara/ Studi Sosial untuk SD 8 tahun yang berisikan
integrasi materi ilmu pengetahuan sosial. Sedangkan di Sekolah Menengah 4 tahun selain
“Studi Sosial” terpadu, juga terdapat mata pelajaran “PKN” sebagai program inti dan
“Civics dan Hukum” sebagai program utama pada jurusan sosial.
Dalam wacana yang berkembang selama ini ada dua istilah yang perlu dibedakan,
yakni kewargaannegara dan kewarganegaraan. Seperti dibahas oleh Somantri (1967) istilah
Kewargaannegara merupakan terjemahan dari “Civics” yang merupakan mata pelajaran
sosial yang bertujuan membina dan mengembangkan anak didik agar menjadi warga negara
yang baik (good citizen). Warga negara yang baik adalah warga negara yang tahu, mau, dan
mampu berbuat baik” (Somantri 1970) atau secara umum yang mengetahui, menyadari, dan
melaksanakan hak dan kewajibannya sebagai warga negara” (Winataputra 1978). Di lain
4
pihak, istilah kewarganegaraan digunakan dalam perundangan mengenai status formal
warga negara dalam suatu negara, misalnya sebagaimana diatur dalam UU No. 2 Tahun
1949 dan peraturan tentang diri kewarganegaraan serta peraturan tentang naturalisasi atau
pemerolehan status sebagai warga negara Indonesia bagi orang-orang atau warga negara
asing. Namun demikian, kedua konsep tersebut kini digunakan untuk kedua-duanya dengan
istilah kewarganegaraan yang secara konseptual diadopsi dari konsep citizenship, yang
secara umum diartikan sebagai hal-hal yang terkait pada status hukum (legal standing) dan
karakter warga negara, sebagaimana digunakan dalam perundang-undangan
kewarganegaraan untuk status hukum warga negara, dan pendidikan kewarganegaraan
untuk program pengembangan karakter warga negara secara kurikuler.
Dari uraian tersebut di atas kita dapat melihat cita-cita, konsep, nilai serta

prinsip yang secara konseptual tersurat dan tersirat di dalam dokumen-dokumen resmi yang
memuat pilar-pilar pendidikan nasional Indonesia terkait pendidikan kewarganegaraan.
Secara sederhana dapat dijabarkan sebagai berikut :
1) Sejak proklamasi 17 Agustus 1945 pendidikan nasional bertujuan untuk

membentuk dan membimbing perserta didik menjadi warga negara yang memiliki rasa
tanggung jawab. Tujuan pendidikan nasional ini dilakukan melalui mata pelajaran budi
pekerti
2) Pada tahun 1950 keluar Undang Undang nomor 4 tahun 1950 dirumuskan bahwa
tujuan pendidikan adalah membentuk manusia susila yang cakap dan warga negara
yang demokratis serta bertanggung jawab.
3) Pada tahun 1954 keluar Undang undang nomor 12 tahun 1954 tentang Dasar- Dasar
Pendidikan dan Pengajaran di Sekolah yang menggariskan bahwa tujuan pendidikan
adalah “….untuk melahirkan warga negara sosialis, yang bertanggung jawab atas
terselenggaranya Masyarakat Sosialis Indonesia, adil dan maknmur baik materiil
maupun spiritual dan yang berjiwa Pancasila…..”.
4) Pada tahun 1975/1976 dikeluarkan kurikulum 1975 yang menggariskan diberikan

mata pelajaran Pendidikan Moral Pancasila (PMP) di sekolah-sekolah. Visi dan misi
diemban mata pelajaran PMP ini adalah nilai-nilai Pancasila dan UUD 1945.
5) Pada tahun 1984 ada perkembangan baru di dalam ketetanegaraan di mana MPR
mengeluarkan ketetapan NO. II/MPR/1978 tentang Pedoman Panghayatan dan
5
Pengamalan Pancasila (P-4) atau Eka Prastya Pancakarsa. Dengan dikeluarnya ketetapan
MPR tersebut, pemerintah melalui menteri Pendidikan mengakomodirnya dengan
mengeluarkan kurikulum pendidikan 1984. Visi dan misi kurikulum 1984 sama
dengan visi misi kurikulum 1975, hanya saja muatan materi pembelajarannya berbeda.
Muatan materi pembelajaran pada kurikulum 1984 adalah butir-butir P-4 yang meliputi
36 butir.
6) Pada tahun 1989 keluar Undang Undang nomor 2 tahun 1989 tentang Sistem
Pendidikan Nasional. Di dalam UU No 2 tahun 1989 tersebut mengatur tentang
mewajiban pada kurikulum yang ada di setiap jalur, jenis, dan jenjang pendidikan
untuk memuat mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Dengan demikian mata
pelajaran PMP berubah nama menjadi pendidikan kewarganegaraan (PKn). Pada mapel
PKn pembelajaran yang dilaksanakan dapat mengembangkan kebijaksanaan
warganegara (civic virtue) dan pembudayaan/pembiasaan keterampilan (civic culture)
di dalam kehidupan sehari-hari secara demokrasi.
7) Pada tahun 1994 keluar kurikulum baru yakni kurikulum 1994 di mana Pendidikan

Kewarganegaraan (PKn) sebagaimana kurikulum 1989 berubah lagi menjadi


Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn). Pada kurikulum 1994 ini
meskipun kajian PPKn sama dengan kajian kurikulum 1989, tetapi karakteristik
kurikulernya berbeda. Hal ini dapat dilihat dari kurikulum 1994 sangat kental dengan
Pendidikan Moral Pancasila yang di dalamnya didominasi oleh suatu proses
pengembangan nilai serta desiminasi pengetahuan. Hal ini berlanjut sampai saat ini
walau dengan berbagai perbaikan dan penyempurnaan.
Dari perkembangan kurikulum sebagaimana yang telah dipaparkan di atas, kita
memperoleh gambaran yang dapat disimpulkan bahwa pendidikan kewarganegaraan pada
hakikatnya merupakan pendidikan yang diberikan dalam rangka membentuk karakter warga
negara yang baik ( to be good Citizenship ). Karakter warga negara yang baik dimaksudkan
dalam hal ini adalah karakter yang sesuai dengan nilai-nilai Pancasila baik sebagai dasar
negara maupun sebagai pandangan hidup bangsa.
Begitu penting peranan yang dimiliki PKn dalam proses pembudayaan dan pemberdayaan
peserta didik, maka pembelajaran PKn di sekolah perlu dikembangkan sebagai
pusat pengembangan wawasan, sikap dan keterampilan hidup dan kehidupan yang
demokratis. Semua ini dilakukan dalam rangka membangun kehidupan demokrasi
6
sebagaimana yang diinginkan. Untuk itu sekolah harus dapat menjadi wahana pendidikan
untuk mempersiapkan warga negara yang demokratis melalui : (a) pengembangan
kecerdasan yang meliputi kecerdasan spiritual (SQ), kecerdasan emosional (EQ),
kecerdasan rasional (IQ) dan kecerdasan moral (MQ), (b) membentuk sikap kemauan,
serta (c) melatih keterampilan untuk mampu berpartisipasi dalam kehidupan
masyarakat, bangsa dan negara.

C. Fungsi dan Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan

Sekolah merupakan wahana bagi pengembangan dan pembentukan warga negara yang
cerdas, demokratis dan bertanggung jawab. Oleh karenanya Pendidikan Kewarganegaraan
(PKn) secara kurikuler harus dapat berfungsi menjadi wahana psikologis-pedagogis utama
dalam mengembangkan dan membentuk warga negara yang diinginkan. Hal ini sesuai
dengan amanat yang diberikan oleh peraturan perundangan yang terkait dengannya, seperti
halnya :
a) Pembukaan UUD Negara RI Tahun 1945 khususnya alinea ke-4 yang menyatakan bahwa
pembentukan pemerintahan negara Indonesia dimaksudkan untuk : “……mencerdaskan
kehidupan bangsa, dan seterusnya ……”
b) Undang Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
1) 1). Pasal 3 UU No. 20 tahun 2003 ditentukan bahwa : “Pendidikan Nasional
berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan
untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman,
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, dan seterusnya ……”
2) Pasal 4 menentukan bahwa pendidikan diselengggarakan secara : (1) demokratis dan
berkeadilan, (2) sebagai satu kesatuan yang sistemik, (3) sebagai suatu proses
pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik, (4) memberikan keteladanan,
membangun kemauan dan mengembangkan kreativitas, (5) dapat mengembangkan
budaya membaca, menulis, dan berhitung bagi masyarakat, (6) dapat
memberdayakan semua komponen masyarakat.
3) Pasal 37 ayat (1) menyatakan bahwa : “kurikulum pendidikan dasar dan menengah
wajib memuat : pendidikan agama, pendidikan kewarganegaraan, bahasa, dan
seterusnya …..”
7
4) Pasal 38 menyatakan bahwa : “Kurikulum pendidikan dasar dan menengah
dikembangkan sesuai relevansinya oleh setiap kelompok atau setiap satuan
pendidikan dan komite sekolah/madrasah di bawah koordinasi dan supervisi dinas
pendidikan atau kantor Departemen Agama Kabupaten/Kota untuk pendidikan dasar
dan Provinsi untuk pendidikan menengah".
c) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan
1) Pasal 6 ayat (1) yang menyatakan :
“Kurikulum SD/MI/SDLB/Paket A, SMP/MTS/SMPLB/Paket B,
SMA/MA/SMALB/ Paket C, SMK/MAK atau bentuk lain yang sederajat terdiri dari:
a) Kelompok mata pelajaran Keimanan, Ketakwaan dan Akhlak Mulia
b) Kelompok mata pelajaran Kewarganegaraan dan Kepribadian
c) Kelompok mata pelajaran Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
d) Kelompok mata pelajaran Estetika
e) Kelompok mata pelajaran Jasmani, Olahraga dan Kesehatan
2) Pasal 6 ayat (4) menyatakan bahwa :
"Setiap kelompok mata pelajaran sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilaksanakan
secara holistik sehingga pembelajaran masing-masing kelompok mata pelajaran ikut
mewarnai pemahaman dan/atau penghayatan peserta didik"
3) Pasal 7 ayat (2) menyatakan bahwa :
"Kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian pada
SD/MI/SDLB/Paket A, SMP/MTs/SMPLB/Paket B,SMA/MA/SMALB/Paket C,
SMK/MAK atau bentuk lain yang sederajat dimaksudkan untuk peningkatan
kesadaran dan wawasan peserta didik akan status, hak dan kewajibannya dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, serta peningkatan kualitas
dirinya sebagai manusia"
Dari uraian tersebut di atas nampak bahwa pendidikan kewarganegaraan diberikan dan
dikembangkan sebagai pranata atau tatanan secara sosio-pedagogis yang kondusif bagi
tumbuh kembangnya kualitas pribadi peserta didik. Oleh karena itu sekolah sebagai bagian
integral dari masyarakat perlu di arahkan dan dikembangkan sebagai pusat pembudayaan
dan pemberdayaan peserta didik sepanjang hayat. Pembelajaran yang dilakukan di sekolah
juga harus mampu memberi ketauladanan, membangun kemauan, dan mengembangkan
kreativitas peserta didik. Untuk itu proses pembelajaran yang dilakukan
8
hendaknya berlangsung secara demokratis. Secara bertahap sekolah hendaknya menjadi
komunitas yang memiliki budaya yang berintikan pengakuan dan penghormatan akan hak
dan kewajiban serta adanya keharmonisan dalam menjalani hidup di dalam masyarakat
yang tertib, adil dan beradab. Dalam kaitan itulah mata pelajaran PKn harus berfungsi
sebagai wahana yang ada di dalam kurikulum untuk mengembangkan karakter warga negara
Indonesia yang demokratis dan bertanggung jawab.
Wahab dan Sapriya (2011 : 311) mengatakan bahwa sudah menjadi
pengetahuan umum di kalangan akademik tujuan pendidikan kewarganegaan
(civic/citizenship education) di Indonesia adalah untuk membentuk warga negara yang baik
(to be good citizens). Segala sesuatu yang digunakan dan dilakukan guru dalam proses
pembelajaran PKn hendaknya mampu membentuk dan menghasilkan lulusan sebagai
warga negara yang baik.
Nu’man Somantri (2001) memberikan gambaran tentang warga negara yang baik.
Beliau mengatakan bahwa warga negara yang baik adalah warga negara yang memiliki ciri-
ciri sebagai berikut : a) yang berani membela serta setia kepada bangsa dan Negara, b)
memiliki sikap yang toleran kepada sesama, c) memeluk salah satu agama yang diakui
negara, dan d) memiliki sikap demokratis.
Sementara Wahab (1996) memberikan identifikasi warga negara yang baik adalah
warga negara yang memiliki kriteria : a) memahami dan mampu melaksanakan hak dan
kewajibannya dengan baik, b) sebagai individu yang memiliki kepekaan dan tanggung
jawab sosial, c) mampu memecahkan masalah- masalah kemasyarakatan secara cerdas, d)
memiliki sikap disiplin pribadi, e) mampu berpikir kritis , kreatif dan inovatif.
Winataputra dan Budimansyah (2007) berpendapat bahwa warga negara yang baik
adalah warga negara yang memiliki pengetahuan kewarganegaraan (civic knowledge),
memiliki keterampilan kewarganegaraan (civic skill) dan memiliki watak
kewarganegaraan (civic disposition). Pendapat ini bila dikaitkan dengan taksonomi
Bloom, maka memiliki pengetahuan kewarganegaraan terkait dengan aspek kognitif, emiliki
watak kewarganegaraan terkait dengan aspek afektif dan memiliki keterampilan
kewarganegaraan terkait dengan aspek psikomotor. Pendapat ini senada dengan pendapat
Dardji Darmodiharjo (1987), yang mengatakan bahwa pendidikan memuat unsur : mengajar
(pengetahuan), mendidik (membentuk sikap), dan melatih (keterampilan).
Dari beberapa pendapat yang dikemukakan tersebut di atas dapat diambil kesimpulan
bahwa pendidikan kewarganegaraan bertujuan untuk :
9
1) Menambah pengetahuan atau wawasan peserta didik akan segala hal yang terkait
dengan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara dengan benar melalui
berbagai cara dan metode (aspek kognitif).
2) Membina dan membentuk sikap warganegara yang mau dan meyakini akan
pengetahuan yang telah diperoleh. Dengan demikian, pengetahuan yang telah dipahami
tersebut akan diyakini dan terinternalisasi dalam diri atau mempribadi dalam
jiwa peserta didik, yang akan menjadi sikapnya dalam menanggapi persoalan-persoalan
yang ada (aspek sikap).
3) Melatih keterampilan kewarganegaraan kepada peserta didik untuk dapat

menjadi warga negara yang terampil berdemokrasi. Hal ini dilakukan melalui atau
dengan cara membiasakan atau membudayakan kepada peserta didik bersikap dan
berperilaku sesuai nilai-nilai serta norma yang berlaku dalam kehidupan sehari-hari
(aspek Psikomotor).
Semua hal tersebut di atas nampaknya sejalan dengan tujuan pendidikan yang
dicanangkan oleh UNESCO, yakni learning to know (aspek Pengetahuan), learning to be
(aspek Afektif), learning to do and learning to life to gether (aspek keterampilan). Untuk itu
semua maka PKn dikembangkan agar mampu mengarahkan warga negara yang dinamis
dalam rangka menghadapi tantangan di era global. Warga Negara yang diharapkan melalu
PKn adalah : (a) warga negara yang cerdas, (b) warga negara yang memiliki komitmen,
serta (c) warga negara yang mampu melibatkan diri atau partisipatif dalam kehidupan
bermasyarakat, Di era global ini PKn sejatinya diarahkan lebih fungsional dan dapat
membantu peserta didik dalam memecahkan persoalan serta mampu mengambil keputusan
sendiri di dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Untuk itu PKn
hendaknya disesuaikan dengan tuntutan dan perkembangan masyarakat. Maksudnya, PKn
hendaknya mampu sebagai wahana yang dapat membentuk dan mengembangkan peserta
didik menjadi warga negara yang memiliki kecerdasan agar mampu menyesuaikan diri
dengan lingkungannya.

D. Ruang Lingkup Pendidikan Kewarganegaraan

Ruang lingkup Pendidikan Kewarganegaraan diatur dalam Permendiknas No. 22 tahun

2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Ruang Lingkup mata

10
pelajaran PKn untuk pendidikan dasar dan menengah secara umum meliputi aspek-aspek

sebagai berikut:

1. Persatuan dan kesatuan bangsa, merupakan perpaduan yang sangat erat


untuk menggambarkan makna yang tergantung dalam keberagaman yang ada
di Indonesia yang meliputi : Hidup rukun dalam perbedaan, cinta
lingkungan, Kebanggaan sebagai bangsa Indonesia, Sumpah Pemuda,
Keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia, partisipasi dalam pembelaan
negara, sikap positif terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia,
keterbukaan dan jaminan keadilan.
2. Norma, hukum dan peraturan, meliputi: Tertib dalam kehidupan keluarga,
Tata tertib di sekolah, Norma yang berlaku di masyarakat, Peraturan-
peraturan daerah, Norma-norma dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara, Sistim hukum dan peradilan nasional, Hukum dan peradilan
internasional.
3. Hak asasi manusia adalah hak-hak yang melakat pada diri manusia sebagai
karunia Tuhan Yang Maha Esa dari sejak dilahirkan ke dunia yang tidak dapat
dicabut atau diganggu oleh siapa pun. meliputi: Hak dan kewajiban anak,
Hak dan kewajiban anggota masyarakat, Instrumen nasional dan
internasional HAM, penghormatan dan perlindungan HAM.
4. Kebutuhan warga negara meliputi: Hidup gotong royong, Harga diri
sebagai warga masyarakat, Kebebasan berorganisasi, Kemerdekaan
mengeluarkan pendapat, Menghargai keputusan bersama, Prestasi diri ,
Persamaan kedudukan warga negara.
5. Konstitusi Negara meliputi: Proklamasi kemerdekaan dan konstitusi yang
pertama, Konstitusi-konstitusi yang pernah digunakan di Indonesia, Hubungan
dasar negara dengan konstitusi.
6. Kekuasan dan Politik, meliputi: Pemerintahan desa dan kecamatan,
Pemerintahan daerah dan otonomi, Pemerintah pusat, Demokrasi dan
sistem politik, Budaya politik, Budaya demokrasi menuju masyarakat madani,
Sistem pemerintahan, Pers dalam masyarakat demokrasi.

11
7. Pancasila meliputi: Kedudukan Pancasila sebagai dasar negara dan
ideologi negara, Proses perumusan Pancasila sebagai dasar negara,
Pengamalan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari.
8. Globalisasi adalah suatu proses dengan kejadian, keputusan, dan kegiatan di
salah satu bagian dunia menjadi suatu konsekuensi yang signifikan bagi
individu maupun masyarakat di daerah jauh. Globalisasi mendorong
adanya perubahan yang terjadi dalam bebrapa bidang meliputi: Globalisasi di
lingkungannya, Politik luar negeri Indonesia di era globalisasi, Dampak
globalisasi, Hubungan internasional dan organisasi internasional, dan
Mengevaluasi globalisasi.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari hasil yang telah kami paparkan dalam makalah ini dapat kami simpulkan bahwa
Pendidikan Kewarganegaraan adalah mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan
warga negara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk
menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampil dan berkarakter yang diamanatkan
oleh Pancasila dan UUD 1945. PKN sebagai mata pelajaran yang sangat penting bagi siswa
memiliki karakteristik yang dapat dilihat dari objek, lingkup materinya, strategi
pembelajaran, sampai pada sasaran akhir dari pendidikan ini. Tujuan Pendidikan
Kewarganegaraan adalah memberikan pengetahuan dan kemampuan dasar kepada mahasiswa
mengenai hubungan antara warga negara dengan Negara serta Pendidikan Pendahuluan Bela
Negara agar menjadi warga negara yang dapat diandalkan oleh bangsa dan negara.

Jadi, Pendidikan Kewarganegaraan adalah program pendidikan berdasarkan nilai-nilai


pancasila sebagai wahana untuk mengembangkan dan melestarikan nilai-nilai luhur dan
moral yang berakar dari budaya bangsa Indonesia yang diharapkan dapat menjadi jati diri
yang diwujudkan dalam bentuk perilaku yang diwujudkan dalam kehidupan sehari
hari para mahasiswa baik sebagai individu, sebagai calon guru/pendidik, anggota masyarakat
dan makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa.
12
B. Saran
Demikianlah pokok bahasan contoh makalah ini yang dapat kami paparkan. Besar
harapan kami makalah ini dapat bermanfaat bagi yang membacanya. Karena keterbatasan
pengetahuan dan referensi, penyusun menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan agar makalah ini dapat
diperbaiki di masa yang akan datang.

GLOSARIUM

13
DAFTAR PUSTAKA
12345

Darmawan, Dani, ‘Pengajaran Pkn Bagi Sekolah Dasar’, Journal of Chemical Information
and Modeling, 53.9 (2019), 1689–99
Dr. Zainul Ittihad Amin, ‘Pengantar Pendidikan Kewarganegaraan’, Jurnal Pengabdian Pada
Masyarakat, 3.1 (2021), 73–78
Haryanto, ‘Pengertian Pkn’, Journal UNY, 2006, 11–35
Pelajaran, Mata, Paket Keahlian, Pendidikan Kewarganegaraan, Tujuan Dan, Ruang Lingkup,
Kementerian Pendidikan, and others, ‘BAB I’, 2017
Winataputra, Udin S, ‘Hakikat, Fungsi, Dan Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan Di SD’,
Journal of Chemical Information and Modeling, 53.9 (2019), 1–46

1
Haryanto, ‘Pengertian Pkn’, Journal UNY, 2006, 11–35.
2
Dani Darmawan, ‘Pengajaran Pkn Bagi Sekolah Dasar’, Journal of Chemical Information and Modeling, 53.9
(2019), 1689–99.
3
Udin S Winataputra, ‘Hakikat, Fungsi, Dan Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan Di SD’, Journal of Chemical
Information and Modeling, 53.9 (2019), 1–46.
4
Dr. Zainul Ittihad Amin, ‘Pengantar Pendidikan Kewarganegaraan’, Jurnal Pengabdian Pada Masyarakat, 3.1
(2021), 73–78.
5
Mata Pelajaran and others, ‘BAB I’, 2017.
14

Anda mungkin juga menyukai