Anda di halaman 1dari 19

TUGAS RUTIN 1

Poin penting:

A. Pengertian Filsafat

Istilah filsafat (Inggris: philosophy: Arab: falsafah) berasal dari dua kata dalam bahasa Yunani Kuno,
yaitu philein atau philo yang berarti cinta atau sahabat, dan shopia atau sophos yang berarti ke-
bijaksanaan. Kedua kata tersebut membentuk istilah philosophia.

Dengan demikian, berdasarkan asal usul katanya, philosophia (filsafat) dapat diartikan dengan cinta
kepada kebijaksanaan atau sahabat kebijaksanaan. Karena istilah philosophia dalam bahasa
Indonesia identik dengan istilah filsafat, maka untuk orangnya, yaitu orang yang mencintai
kebijaksanaan disebut failusuf.

B.Tujuan Filsafat

Kefilsafatan Tujuan Filsafat bertujuan untuk mencari hakikat dari sesuatu gejala atau fenomena
secara mendalam. Ilmu pengetahuan empiris hanya membicarakan gejala-gejala atau fenomena saja.
Jadi dalam filsafat harus refleksi, radikal, dan integral. Refleksi berarti manusia menangkap objeknya
secara intensional dan sebagai hasil dari proses tersebut adalah keseluruhan nilai dan makna yang
diungkapkan dari objek-objek yang dihadapinya
TUGAS RUTIN 2

POIN PENTING :

1. Pengertian Filsafat

Secara etimologis, kata filsafat, berasal dari Bahasa Yunani, yaitu Philoshophia. Kata Philes berarti
cinta, senang, suka dan kata Shopia berarti pengetahuan., hikmah, dan kebijaksanaan (Jalaluddin dan
Abdullah Idi, 2007: 9). Dengan demikian, secara etimologis, filsafat dapat diartikan sebagai cinta
kepada ilmu pengetahuan atau kebenaran, suka kepada hikmah dan kebijaksanaan.

2. Pengertian Filsafat Pendidikan

Filsafat pendidikan adalah cabang filsafat yang membahas pertanyaan filosofis mengenai sifat,
tujuan, dan masalah pendidikan. Randal Curren mengemukakan bahwa filsafat pendidikan adalah
penerapan serangkaian keyakinan-keyakinan filsafati dalam praktik pendidikan. Kneller (1971: 4) juga
mengatakan bahwa filsafat pendidikan bersandar pada filsafat umum atau filsafat formal: artinya
masalah-masalah pendidikan juga merupakan bagian dari cara berpikir filsafat secara umum.

3. Hubungan Filsafat dengan Filsafat Pendidikan


 Filsafat, dalam arti filosofis merupakan satu cara pendekatan yang dipakai dalam
memecahkan problematika pendidikan dan menyusun teori-teori pendidikan oleh para ahli.

 Filsafat, berfungsi memberi arah bagi teori pendidikan yang telah ada menurut aliran filsafat
tertentu yang memiliki relevansi dengan kehidupan yang nyata.
 Filsafat, dalam hal ini filsafat pendidikan, mempunyai fungsi untuk memberikan petunjuk dan
arah dalam pengembangan teori-teori pendidikan menjadi ilmu pendidikan (pedagogik).

TUGAS RUTIN 3

Poin penting;

1. Pendidikan Sebagai Sistem

Sistem filsafat pendidikan adalah kata sistem barasal dari bahasa Yunani yaitu systema yang
berarti “cara, strategi”. Dalam bahasa Inggris system berarti “sistem, susunan, jaringan, cara”. Sistem
juga diartikan “suatu strategi, cara berpikir atau model berpikir”.

Sedangkan pendidikan pada hakikatnya merupakan suatu kegiatan yang secara sadar dan disengaja
serta penuh tanggung jawab yang dilakukan orang dewasa kepada anak sehingga timbul interaksi
dari keduanya agar anak tersebut mencapai kedewasaan.

2. Substansi Filsafat Pendidikan

Dalam dunia pendidikan, filsafat pendidikan adalah bagian dari fundasi-fundasi pendidikan.
Yang berarti bahwa filsafat pendidikan perlu mengetengahkan konsep-konsep dasar pendidikan. Di
Indonesia sendiri Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 dan undang-undang pendidikan
merupakan dasar atau landasan utama terhadap pelaksanaan pendidikan. Hal ini yang menjadikan
Pancasila, atau khususnya Filsafat Pancasila mempunyai kedudukan sentral dalam wawasan
kependidikan, dan nilai-nilai serta norma-norma Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 itu
melingkupi pendidikan secara keseluruhan,baik itu mengenai teori maupun mengenai
praktek.Dengan berpijak pada pandangan tentang kedudukan filsafat dan filsafat pendidikan
Pancasila sebagai filsafat terbuka, maka sikap konvergensi atau elektif inkorpatif terhadap filsafat
atau filsafat Pendidikan yang berasal dari luar perlu dikembangkan. Dengan mempelajari filsafat dan
filsafat Pendidikan dari luar pada hakekatnya adalah upaya untuk memperkaya atau meperkuat
substansi dari pada filsafat Pendidikan telah berada pada peringkat lanjut.
TUGAS RUTIN 4

Poin penting:

1. Aliran Idealisme:

Fakta: Dalam idealisme, fakta dilihat sebagai manifestasi dari ide-ide yang abstrak dan universal.
Fakta-fakta ini merupakan konsep-konsep yang ada dalam pikiran.

Peristiwa Alam: Peristiwa alam dipandang sebagai refleksi dari ide-ide yang ada dalam alam bawah
sadar manusia.

Kehidupan: Kehidupan dianggap sebagai perjalanan menuju pemahaman yang lebih mendalam
terhadap ide-ide dan nilai-nilai moral.
2. Aliran Realisme:

Fakta: Fakta adalah sesuatu yang eksis secara objektif di dunia nyata, terlepas dari apakah manusia
menyadarinya atau tidak.

Peristiwa Alam: Peristiwa alam dipahami sebagai fenomena alam yang dapat diamati dan dipelajari
secara ilmiah.

Kehidupan: Kehidupan dianggap sebagai proses belajar yang melibatkan pengamatan dan analisis
terhadap fakta-fakta dunia nyata.

3. Materialisme:

Fakta: Fakta dilihat sebagai hasil dari proses material dan fisik dalam alam semesta. Segala sesuatu
dapat dijelaskan melalui prinsip-prinsip material dan fisik.

Peristiwa Alam: Peristiwa alam dijelaskan sebagai hasil dari interaksi bahan dan energi dalam alam
semesta.

Kehidupan: Kehidupan manusia dipahami sebagai hasil dari proses biologis dan sosial yang dapat
dijelaskan secara materialistis.

4. Pragmatisme:

Fakta: Fakta dianggap sebagai informasi yang bermanfaat dalam konteks situasi dan tujuan tertentu.
Fakta yang berguna diterima, sedangkan yang tidak relevan diabaikan.

Peristiwa Alam: Peristiwa alam dilihat sebagai lingkungan di mana manusia berinteraksi dan
mencapai tujuan-tujuan praktis.

Kehidupan: Kehidupan adalah proses beradaptasi dan mencapai kesuksesan dalam mencapai tujuan-
tujuan praktis. Pragmatisme menekankan pentingnya aplikasi pengetahuan dalam kehidupan sehari-
hari.
TUGAS RUTIN 5

1. Pandangan filsafat pendidikan tentang manusia

Paulus Wahana (dalam Tilaar. 2002: 191) mengemukakan gambaran manusia Pancasila sebagai
berikut

a. Manusia adalah makhluk monopluralitas yang memungkinkan manusia itu dapat


melaksanakan sila-sila yang tercantum di dalam Pancasila.

b. Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang tertinggi yang dikaruniakan memiliki
kesadaran dan kebebasan dalam menentukan pilihannya.

c. .Dengan kebebasannya manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan dapat menentukan


sikapnya dalam hubungannya dengan Penciptanya.

d. Sila pertama menunjukkan bahwa manusia perlu menyadar akan kedudukannya


sebagai ciptaan Tuhan Yang Maha Kuasa dan oleh sebab itu harus mampu
menentukan sikapnya terhadap hubungannya dengan Penciptanya.
e. Manusia adalah otonom dan memiliki harkat dan martabat yang luhur.
f. Sila kedua yaitu kemanusiaan yang adil dan beradab menuntut akan kesadaran
keluhuran harkat dan martabatnya yaitu dengan menghargai akan martabat sesama
manusia.
g. .Sila persatuan Indonesia berarti manusia Indonesia adalah makhluk sosial yang
berada di dalam dunia Indonesia bersama-sama dengan manusia Indonesia lainnya.
 mnusia Indonesia haruslah dapat hidup bersama, menghargai satu dengan
yang lain dan tetap membina rasa persatuan dan kesatuan bangsa yang kokoh.
 Manusia adalah makhluk yang dinamis yang melakukan kegiatannya
bersama-sama dengan manusia Indonesia yang lain.
 Sila keempat atau sila demokrasi dituntut manusia Indonesia yang saling
menghargai, memiliki kebutuhan bersama di dalam menjalankan dan
mengembangkan kehidupannya
 Dalam sila kelima manusia Indonesia dituntut saling memiliki kewajiban
menghargai orang lain dalam memanfaatkan sarana yang diperlukan bagi
peningkatan taraf kehidupan yang lebih baik.

2. Pandangan Filsafat Pancasila tentang masyarakat

Salah satu pandangan Pancasila tentang kehidupan manusia dalam masyarakat adalah harus berada
dalam keselarasan, keserasian, dan keseimbangan antara pribadi dan masyarakat. Pancasila
mengajarkan masyarakat agar tidak hanya peduli terhadap urusan diri sendiri, melainkan juga harus
memperhatikan lingkungan di sekitarnya

3. Pandangan Filsafat Pancasila tentang pendidikan

Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional NO 20 Tahun 2003 dijelaskan bahwa


pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pendidikan menyediakan
kesempatan bagi peserta didik untuk aktif mengembangkan dirinya sendiri; yang aktif adalah peserta
didik, sedangkan pendidik menyediakan kesempatan atau kondisi optimal bagi terjadinya belajar dan
proses pembelajaran.

4. Filsafat Pancasila tentang nilai

Pembangunan nasional adalah upaya bangsa untuk mencapai tujuan nasional sebagaimana yang
sudah dinyatakan dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945. Pancasila sebagai dasar negara,
pandangan hidup bangsa, dan sumber nilai bagi bangsa Indonesia.
TUGAS RUTIN 6

Poin penting:

1. Pendidikan

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta
ketrampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.

2. Tujuan pendidikan
 Tujuan Pendidikan Nasional. Tujuan ini berlaku untuk seluruh lembaga pendidikan yang
diselenggarakan oleh negara. Tujuan pendidikan nasional atau negara Indonesia tercantum
dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional; Pendidikan
bertujan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman
dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri dan menjadi warga nagara yang demokratis serta bertanggung jawab. Tujuan
Pendidikan Nasional sangat umum sesuai dengan isinya yang sangat luas dan waktu
pencapaiannyapun sangat lama, mungkin sepanjang hayat manusia itu sendiri. Tujuan ini
merupakan dasar dan pedoman bagi penyusunan kurikulum untuk semua lemabaga
pendidikan yang ada di negara Indinesia, baik persekolahan maupun keluarga dan lembaga
lainnya, dan dari jenjang Taman Kanak-Kanak sampai dengan Perguruan Tinggi.
 Standar Kompetensi Lulusan. Tujuan ini merupakan tujuan masing-masing lembaga atau jenis
dan tingkatan sekolah. Tujuan ini tercantum di dalam kurikulum sekolah lembaga pendidikan
yang menggambarkan perilaku atau performance yang harus dimiliki peserta didik setelah
selesai belajar di sekolah tersebut. Tujuan inilah yang membedakan masing-masing sekolah
baik jenis maupun jenjangnya.
 Kompetensi Inti. Kompetensi Inti merupakan tingkat kemampuan untuk mencapai Standar
Kompetensi Lulusan yang harus dimiliki seorang peserta didik pada setiap tingkat kelas atau
program yang menjadi landasan Pengembangan Kompetensi dasar. Kompetensi Inti
dimaksud mencakup: sikap spiritual, sikap sosial, pengetahuan, dan keterampilan yang
berfungsi sebagai pengintegrasi muatan pembelajaran, mata pelajaran atau program dalam
mencapai Standar Kompetensi Lulusan. Sikap Spiritual adalah beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, Sikap Sosial adalah berakhlak mulia, sehat, mandiri, dan demokratis
serta bertanggung jawab, Pengetahuan adalah berilmu, dan Keterampilan adalah cakap dan
kreatif.
 Kompetensi Dasar. Kompetensi Dasar merupakan tingkat kemampuan dalam konteks muatan
pembelajaran, pengalaman belajar, atau mata pelajaran yang mengacu pada Kompetensi inti.
Kompetensi Dasar dikembangkan dalam konteks muatan pembelajaran, pengalaman belajar,
mata pelajaran atau mata kuliah sesuai dengan Kompetensi inti. Tujuan ini merupakan tujuan
masing-masing bidang studi atau mata pelajaran. Tujuan ini merupakan tujuan yang akan
dicapai setelah mengikuti pembelajaran tertentu berupa topik atau tema tertentu. Tujuan ini
harus dijabarkan supaya lebih operasional baik dalam pencapaiannya maupun dalam
semennya, untuk mengetahui ketercapaian tujuan tersebut oleh peserta didik.
 Indikator. Karena tujuan inilah yang langsung dimiliki peserta didik setelah selesai
pembelajaran, maka perumusan tujuan ini harus jelas, spesifik, terukur, dan berupa hasil
belajar, perilaku atau performance peserta didik yang mencakup aspek sikap spiritual, sikap
sosial, pengetahuan, dan keterampilan.

3. Aliran-aliran Pendidikan

 Nativisme

Ailran ini dipelopori oleh Schopenhauer filsuf bangsa Jerman (1788 1860), yang berpendapat bahwa
manusia lahir dengan pembawaan baik dan buruk.

 Naturalisme

Aliran ini dipelopori oleh J. J. Rousseau seorang filsuf bangsa Perancis (1712-1778). Beliau
berpendapat dalam bukunya Emile bahwa semua adalah baik pada waktu baru datang dari tangan
Sang Pencipta, tetapi semua menjadi buruk di tangan manusaia.

 Empirisme

Aliran empirisme berpendapat berlawanan dengan penganut aliran nativisme, karena mereka
berpendapat bahwa dalam perkembangan anak menjadi manusia dewasa sama sekali ditentukan
oleh lingkungannya.

 Konvergensi
Tokoh aliran atau teori ini adalah William Stern, seorang ahli ilmu jiwa bangsa Jerman (1871-
1939). La berpendapat bahwa pembawaan dan lingkungan kedua-duanya menentukan
perkembangan manusia. William Stern berpendapat bahwa aliran nativisme dan empirisme
masing-masing terlalu

4. Lingkungan pendidikan
 Keluarga
 Sekolah
 Masyarakat
TUGAS RUTIN 7

Poin penting:

1. Dimensi Keindividualan

Leysen mengartikan indifidu sebagai “orang seseorang” sesuatu yang merupakan suatu kebutuhan
yang tidak dapat dibagi-bagi (in devide). Selanjutnya individu di artikan sebagai pribadi. Karena
adanya individualitas itu setiaporang memiliki kehendak, perasaan, cita-cita, kecenderungan,
semangat dan, daya tahan yang berbeda.

2. kesosialan

Setiap anak dikaruniaai kemungkinan untuk bergaul. Artinnya, setiap orang dapat saling
berkomunikasi yang pada hakikatnya di dalam terkandung untuk saling memberi dan menerima.
Adanya dimensi kesosialan dalam diri manusia tempat lebih jelas dorongan untuk bergaul. Dengan
adanya dorongan untuk bergaul, setiap orang ingin bertemu dengan sesamanya.

3. Kesusilaan

Kesusilaan diartikan mencakup etika dan etiket persoalan kesusilaan selalu berhubungan erat dengan
nilai-nilai pada hakikatnya manusia memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan susila, serta
melaksanakannya sehingga di katakan manusia itu adalah makhluk susila.

4. Dimensi keberagaman

Pada hakikatnya manusia adalah makhluk religius. Beragama merupakan kebutuhan manusia karena
manusia adalah makhluk yang lemah sehingga memerlukan sifat bertompanag. Manusia
memerlukan agama demi keselamatan hidupnya. Dapat di artikan bahwa agama menjadi sandaran
vertical manusia. Manusia dapat menghayati agama melalui proses pendidikan agama. Pendidikan
agama bukan

semata-mata pelajaran agama yang hanya membrikan pengetahuan tentang agama, jadi sebagai
afektif harus diutamakan. Di samping itu mengembangkan kerukunan hidup di antara sesama umat
beragama dan penganut kepercayaan terhadap tuhan yang Maha Esa perlu mendapat perhatian.

PANDANGAN TENTANG HAKIKAT MANUSIA

1. Pandangan pesikonalitik

Suatu aliran dalma ilmu jiwa yang mencoba menganalisis kejiwaan manusia atas bagian-bagiannya.

2. humanistik

Melihat manusia itu secara manusiawi dipelopori oleh Rogers, Jeans jacues Rousseau, Martin buber.

*Roges

Manusia adalah mahluk yang berubah dan di ibaratkan dengan air mengalir yang tanpa hentinya.

*Jeans jacues

Pandangan behavioristik

Tingkah laku manusia ditentukan oleh lingkungan dimana individu itu berada.Dipelopori oleh skinner,
kolher, weston, thorndike

a. Tingkah laku manusia ditentukan dimana individu itu berada

b. Tingkah laku manusia dapat dikendalikan dengan mengatur lingkungan termpat individu itu
berada
TUGAS RUTIN 8

Poin penting:

a. Perubahan Hidup dan Pola Hidup Masyarakat

a. Perubahan Pola Hidup

Kemajuan teknologi telah membawa perubahan pada pola hidup manusia. Contohnya, teknologi
memungkinkan manusia untuk melakukan pekerjaan dengan lebih cepat dan efisien, sehingga waktu
luang yang tersedia semakin banyak. Hal ini mempengaruhi pola hidup manusia, seperti
meningkatnya minat pada hobi dan aktivitas rekreasi.

b. Perubahan Sosial

Perkembangan teknologi juga mempengaruhi hubungan sosial antarmanusia. Contohnya, teknologi


memungkinkan manusia untuk terhubung dengan orang lain dari berbagai belahan dunia, sehingga
memperluas jaringan sosial. Namun, teknologi juga dapat memicu terjadinya isolasi sosial, di mana
manusia lebih memilih berinteraksi dengan teknologi daripada dengan manusia lain.
c. Perubahan Budaya

Perkembangan teknologi juga mempengaruhi budaya manusia. Contohnya, teknologi


memungkinkan manusia untuk mengakses informasi dan budaya dari berbagai belahan dunia,
sehingga memperkaya pengetahuan dan pengalaman manusia. Namun, teknologi juga dapat memicu
terjadinya homogenisasi budaya, di mana budaya manusia semakin seragam dan kehilangan
keunikan.

d. Perubahan Ekonomi

Kemajuan teknologi juga mempengaruhi sistem ekonomi manusia. Contohnya, teknologi


memungkinkan manusia untuk melakukan transaksi jarak jauh dan memperluas pasar, sehingga
meningkatkan efisiensi dan produktivitas. Namun, teknologi juga dapat memicu terjadinya
pengangguran struktural, di mana pekerjaan manusia digantikan oleh mesin dan teknologi.

e. Perubahan Cara Berkomunikasi

Perkembangan teknologi komunikasi telah mengubah cara berkomunikasi masyarakat. Kini,


masyarakat dapat berkomunikasi dengan mudah dan cepat, baik secara lisan maupun tulisan, melalui
berbagai media, seperti telepon, internet, dan media sosial.

f. Perubahan Cara Bekerja

Perkembangan teknologi telah mengubah cara bekerja masyarakat. Kini, banyak pekerjaan yang
dapat dilakukan secara otomatis dengan bantuan teknologi. Hal ini telah meningkatkan produktivitas
kerja dan efisiensi waktu.

g. Perubahan Cara Belajar

Perkembangan teknologi telah mengubah cara belajar masyarakat. Kini, peserta didik dapat belajar
secara mandiri dan interaktif melalui berbagai media pembelajaran, seperti buku elektronik, situs
web, dan aplikasi pembelajaran.

h. Perubahan Cara Bersosialisasi

Perkembangan teknologi telah mengubah cara bersosialisasi masyarakat. Kini, masyarakat dapat
bersosialisasi dengan mudah dan cepat, baik secara langsung maupun tidak langsung, melalui
berbagai media sosial.

b. Pengaruh perkembangan teknologi bagi peserta didik

a. Peningkatan Akses Informasi

Peserta didik kini memiliki akses informasi yang lebih luas dan cepat melalui berbagai media,
seperti internet, televisi, dan media sosial. Hal ini dapat meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan peserta didik.

b. Perubahan Gaya Belajar

Peserta didik kini lebih menyukai pembelajaran yang interaktif dan menarik. Hal ini menuntut guru
untuk mengubah metode pembelajarannya agar lebih sesuai dengan kebutuhan peserta didik.

c. Tantangan Untuk Beradaptasi


Perkembangan teknologi yang sangat pesat menuntut peserta didik untuk selalu beradaptasi
dengan perubahan. Hal ini dapat menjadi tantangan tersendiri bagi peserta didik.

c. Pengaruh Perkembangan Teknologi Terhadap Guru

a. Peningkatan Kompetensi

Guru dituntut untuk memiliki kompetensi yang lebih tinggi untuk dapat menghadapi tantangan di
era digital.

b. Perubahan Metode Pembelajaran

Guru dituntut untuk mengubah metode pembelajarannya agar lebih sesuai dengan perkembangan
teknologi.

c. Tantangan Untuk Beradaptasi

Perkembangan teknologi yang sangat pesat menuntut guru untuk selalu beradaptasi dengan
perubahan. Hal ini dapat menjadi tantangan tersendiri bagi guru.

d. Dampak perkembangan Teknologi Terhadap Dunia Pendidikan

a. Munculnya media massa sebagai sumber ilmu.


b. Guru tidak lagi satu-satunya acuan sumber ilmu.
c. Mempermudah belajar.
d. Pembelajaran dapat dilaksanakan secara daring.
e. Adanya sistem pengelolaan data hasil penilaian yang menggunakan pemanfaatan
teknologi.
f. Terpenuhinya fasilitas belajar secara cepat.
TUGAS RUTIN 9

Poin penting:

A.Landasan Agama
Agama (Religion) berasal dari kata Latin “religio”, berarti “tie-up”. Dalam bahasa
Inggris. Religion dapat diartikan “having engaged ‘God” atau “The Sacred Power”.
Secara umum di Indonesia, Agama dipahami sebagai sistem kepercayaan, tingkah
laku, nilai, pengalaman dan yang terinstitusionalisasi, diorientasikan kepada masalah
spiritual/ritual yang diterapkan dalam sebuah komunitas dan diwariskan antar
generasi dalam tradisi.
B. Landasan FilsafatKata filsafat (filsafat) bersumber dari bahasa Yunani, philien
berarti cinta dan sophia berarti jaman. Cinta berarti hasrat yang besar atau yang
berkobar-kobar atau yang sungguhsungguh. Kebijaksanaan kebenaran kebenaran
sejati atau kebenaran yang sebenarnya. Jadi filosofi artinya hasrat atau keinginan
yang sungguh-sungguh akan kebenaran sejati (Soetriono 3dan Rita Hanafi, 2007: 20).

C Landasan Sosiologis
Nama sosiologi untuk pertama kali digunakan oleh August Comte (1798-1857) pada
tahun 1839, sosiologi merupakan ilmu pengetahuan positif yang memepelajari
masyarakat. Sosiologi mempelajan berbagai tindakan sosial yang menjelma dalam
realitas sosial Mengingat banyaknya realitas sosial, maka lahirlah berbagai cahang
sosiologi seperti sosiologi kebudayaan, sosiologi ekonomi, sosiologi agama, sosiologi
pengetahuan, sosiologi pendidikan, dan lain-lain.

D.Landasan Hukum PendidikanMenurut Made Pidarta (2013:43) bahwa landasan


hukum pendidikan dapat diartikan peraturan baku sebagai tempat berpijak atau titik
tolak dalam melaksanakan kegiatan- kegiatan tertentu dalam hal ini kegiatan
pendidikan. Tetapi tidak semua kegiatan pendidikan dilandasi oleh aturan-aturan
baku. Cukup banyak kegiatan pendidikan yang dilandasi oleh aturan lain, seperti
aturan cara mengajar, cara membuat persiapan Landasan Hukum Pendidikan di
Indonesia Undang-undang dasar 1945.

E.Landasan Pendidikan Moral Manusia


Manusia dalam hal ini sebagai individu anggota masyarakat, kapabilitas dan
kualitasnya secara keseluruhan telah teruji melalui sikap, perilaku, serta kemampuan
untuk mencari, menciptakan dan menerapkan cara kerja terus dipertahankan hingga
generasi ketiga setelah kemerdekaan dan menjadi anak bangsa yang aktif menopang
pembangunan dalam segala lingkup dengan menempatkan diri dalam berpartisipasi,
serta mendorong dan memberi arah hagi terwujudnya sosok manusia seutuhnya
yang beriman, beretika, berkualitas, potensial, kreatif dan berprestasi serta mampu
dan tak kenal menyerah dalam memberikan yang terbaik dari dirinya, guna
meningkatkan dan mengembangkan nilai-nilai kehidupan bangsa, baik dalam skala
daerah maupun skala nasional.

Anda mungkin juga menyukai