Anda di halaman 1dari 17

NAMA : Heri Husni Mubarok

NO. UKG : 201502062731

LK 0.1: Lembar Kerja Belajar Mandiri

Judul Modul Konsep Dasar Keilmuan Kewarganegaraan


Judul Kegiatan 1. Konsep Dasar Prinsip dan Prosedur Pembelajaran PPKn
Belajar (KB) 2. Struktur Metode dan Spirit Keilmuan Kewarganegaraan
3. Konsep Kajian Keilmuan Kewarganegaraan BerlandaskanPancasila dan UUD 1945
4. Isu-isu Kewarganegaraan
No Butir Respon/Jawaban
Refleksi
1 Garis besar Kegiatan Belajar 1. Konsep Dasar Prinsip dan Prosedur Pembelajaran PPKn
materi yang
dipelajari 1. konsep Budi Pekertiyang di gagas Kihajar Dewantara sebagai upaya membentuk pribadi manusia atau
warganegara yang berbudi pekerti sehingga terbentuklah rasa kebangsaan yang suci, ketertiban dan
kedamaian lahir batin

2. Menurut Henry Randall WaiteCivics adalah“The science of citizenship, the relation of man, the individual, to
man in organized collection, the individual in his relation to the state”. Dalam terjemahan umum, bahwa
pendidikan kewarganegaraan tersebut adalah ilmu yang membicarakan hubungan antara manusia dengan
manusia dalam perkumpulan-perkumpulan yang terorganisasi (organisasi sosial, ekonomi, politik) dengan
individu-individu dan negara
3. Menurut Cholisin (2016), Civics memiliki tiga rumpun keilmuan diantaranya adalah politik, hukum, dan
moral.
4. Kecakapan dan kemampuan penguasaan pengetahuan Kewarganegaranan (Civic Knowledge)
5. materi inti Pendidikan Kewarganegaraan (Civic Education) antara lain demokrasi, hak asasi manusia dan
masyarakat madani (Civil Society).
6. Kecakapan dan kemampuan sikap kewarganegaraan (Civic Dispositions) : Pengakuan kesetaraan, toleransi,
kebersamaan, pengakuan keragaman, kepekaan terhadap masalah warga negara antara lain masalah
demokrasi dan hak asasi manusia
7. Kecakapan dan kemampuan mengartikulasikan keterampilan kewarganegaraan (Civic Skills) : kemampuan
berpartisipasi dalam proses pembuatan kebijakan publik, kemampuan melakukan kontrol terhadap
penyelenggara negara dan pemerintah.
8. PPKn Sebagai Pendidikan Nilai dan/atau Moral.
Sebagai Pendidikan Nilai, materi PPKn merupakan petunjuk pemahaman internalisasi atau personalisasi nilai,
serta bagaimana praktis kehidupan menjadi manusia (warga negara) Indonesia seutuhnya
9. Sekolah sebagai lembaga pendidikan memegang peranan penting dalam penginternalisasian hukum pada
peserta didik/anak.
10. Salah satu tonggak penting dalam upaya mendidik warganegara menjadi manusia yang sadar dan taat hukum.
11. Dalam konseptual keilmuan civics, PPKn memiliki tugas untuk membentuk civic awareness (kesadaran
warganegara) di dalam atribut pribadi menjadi warganegara yang taat dan sadar terhadap hukum (law
awareness).
12. Civic Intellegence, yaitu kecerdasan dan daya nalar warga negara baik dalam dimensi spiritual, rasional,
emosional, maupun sosial;
13. Civic Responsibility, yaitu kesadaran akan hak dan kewajiban sebagai warga negara yang bertanggung jawab
dan;
14. Civic Participation, yaitu kemampuan berpartisipasi warga negara atas dasar tanggungjawabnya, baik secara
individual, sosial, maupun sebagai pemimpin hari depan.
15. sosio-pedagogis adalah mengembangkan potensi individu sebagai insan Tuhan dan makhluk sosial menjadi
warga negara Indonesia yang cerdas, demokratis, taat hukum, beradab, dan religius)
16. Pancasila sebagai prinsip utama dalam pembelajaran PPKn. Pembelajaran PPKn menekankan pada konteks
transfer morality. PPKn sebagai pendidikan moral secara utuh mengkonsepsi pembelajaran dan keilmuannya
berdasarkan pada Pancasila sebagai item principal.
17. Prinsip dasar orientasi Pembelajaran PPKn mengutamakan transfer dan implementasi nilai-nilai Pancasila
sebagai sumber moril dan nilai yang penting untuk ditransfer kepada peserta didik.
18. Barr, Barth, dan Shermis (1977) mengidentifikasi "The Three Social Studies Traditions, yaitu: (1) Social Studies
as Citizenship Transmission (Civic Education); (2) Social Studies as Social Science; (3) Social Studies as
Reflective Inquiry.
19. Social Studies as Citizenship Transmission
20. Esensi Pembelajarannya : pada guru,
21. Tujuan Transmisi : agar siswa meyakini dan mempelajari konsep kewarganegaraan yang diajarkan guru
22. Cara Pembelajaran : Guru menyajikan asumsi-asumsi, kepercayaan-kepercayaan, dan harapan-harapan
tentang masyarakatnya.
23. Social Studies Taught as Social Science.
24. Tujuan : agar para siswa dapat memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan perlengkapan disiplin ilmu sosial
sehingga akhirnya mereka menjadi efektif sebagai warga negara
25. social science : terkait dengan masalah-masalah, isu-isu, dan topik-topik disiplin ilmu sosial masing-masing
26. Social Studies Taught as Reflective Inquiry
27. Reflective Inquiry : tradisi pembelajaran berdasarkan pada kedudukan filsafat yang berakar pada masa lalu
28. Cara Pembelajarannya : mengidentifikasi sejumlah teori dan praktik yang baik pada masa lalu dan masa kini.
29. Tujuan reflective inquiry : mendorong para siswa untuk menganalisis tentang apa saja yang terlibat dalam
suatu keputusan, Proses Pembuatan UU, Pemilihan Anggota Legislatif, dan kehidupan pemerintahan itu
sendiri pada masyarakat yang demokratis.
30. Pancasila sebagai prinsip utama dalam pembelajaran PPKn.
PPKn sebagai pendidikan moral secara utuh mengkonsepsi pembelajaran dan keilmuannya berdasarkan
pada Pancasila sebagai item principal.
31. Tujuan pendidikan kewarganegaraan adalah terbentuknya warga negara yang baik (good citizen) yang tentu
saja berbeda menurut konteks negara yang bersangkutan (Winarno, 2011)

32. Numan Somantri (2001: 279) menyebut warga negara yang baik di Indonesia adalah warga negara yang
patriotik, toleren, setia terhadap bangsa dan negara, beragama, demokratis, Pancasila sejati.

Dasar Dan Arah Rekonstruksi Pembelajaran PPKn di Sekolah

1. Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Pasal 31 : (1)berhak mendapatkan
pendidikan. (3)meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta ahlak mulia dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang-undang, (5) Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan
dan teknologi dengan menunjang tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan
peradaban serta kesejahteraan umat manusia
2. UU No. Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional : Pasal 2, Pasal 3, dan Pasal 37
3. Pasal 2 : Pendidikan Nasional berdasarkan pada Pancasila dan UUD Negara Republik Indonesia Tahun
1945
4. Pasal 3 :
a) Fungsi Pendidikan Nasional ; mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
b) Tujuan : mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
5. Penjelasan Pasal 37 UU No. 20 Tahun 2003
Pendidikan kewarganegaraan dimaksudkan untuk membentuk peserta didik menjadi manusia yang
memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air

Prosedur Pembelajaran PPKn Berbasis Nilai dan Urgensi Falsafah Pancasila di Sekolah, Masyarakat,
dan Pemerintahan

1. Prosedur pembelajaran PPKn yang terstruktur, strategis, refresentatif


2. Mengacu pada kurikulum 2013, pembelajaran PPKn di tingkat menengah maka, pembelajaran PPKn
merupakan pembelajaran yang berkonsepkan deep knowledge (Pengetahuan Formal) dan constructed
knowledge.
3. Bersendikan pesan moril bapak pendidikan Ki Hadjar Dewantara yaitu pembelajaran yang menerapkan
nilai-nilai dengan memberi keteladanan (ing ngarso sung tulodo), membangun kemauan (ing madyo
mangun karso), dan mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran (tut wuri
handayani).
4. Berlandaskan pada nilai-nilai Pancasila, dimana seorang guru juga harus mampu menyusun
perangkat pembelajaran yang memungkinkan untuk dapat membentuk peserta didik yang cakap
kompetensinya dan menjadi lulusan ynag kompeten
5. constructed knowledge :memahami beberapa perspektif dan merumuskan kesimpulan yang
dipengaruhi oleh disiplin pengetahuan yang mereka miliki
6. Metode Keilmuan PPKn
Metode yang dianggap paling cocok untuk memfasilitasi keperluan strategi dan metode belajar
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan antara lain:
7. Metode inkuiri digunakan untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis dan hasil belajar peserta
didik

Kegiatan Belajar 2. Struktur Metode dan Spirit Keilmuan Kewarganegaraan

1. Civic merupakan ilmu yang secara historis sebagai ilmu yang membentuk warga negara menjadi warga
negara yang baik dan cerdas dan secara filosofis sebagai ilmu yang mentransfer dan menginternalisasi
nilai-nilai kebaikan kepada warga negara ( morality transmission )
2. PPKn mengembangkan tradisi transmisi kewarganegaraan dan terus berkembang menjadi citizenship
education. Dan di dalam tradisi ini termuatlah keilmuan PPKn suatu paradigma sistemik yang diantaranya
terdiri atas domain akademis, domain kurikuler, dan domain sosio kultural.
3. Pembelajaran PPKn termasuk tradisi ilmu sosial yaitu citizenship transmision secara konseptual terbagi
atas beberapa komponen-komponen yang tersebar pada 3 (tiga) paradigma domain yaitu:
4. domain akademis
5. domain kurikuler
6. domain sosial kultural secara struktur dan fungsional di ikat oleh kebajikan dan budaya kewarganegaraan
atau civic virtue dan civic culture.
7. Pembelajarannya mengacu pada tiga fokus perhatian yaitu:
8. PKn sebagai pendidikan politik : berupaya untuk membangun dan membentuk warganegara yang berperan
aktif di dalam politik atau politik kewarganegaraan. Peran warga negara baik di bidang politik, hukum,
ekonomi, substansi materi PKn adalah demokrasi politik, demokrasi ekonomi, dan demokrasi sosial.
Peranan waraganegara yang aktif merupakan wujud dari sikap demokratis untuk mendukung tegaknya
kehidupan berbangsa dan bernegara yang sejalan dengan amanah dari 4 konsensus Indonesia yaitu
Pancasila, UUD 1945, Bhineka Tunggal Ika, dan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
9. PKn sebagai pendidikan hukum : merupakan patronasi untuk keilmuan PKn dalam konteks rule of law dan
law enforcement (penegakannya), yang membantu dalam membentuk sikap demokratis warganegara dalam
ketertiban hukum.
10. PKn sebagai Pendidikan moral: mengarah kepada konstekstualisasi penanaman nilai-nilai ideal Pancasila
kepada seluruh warganegara
11. Dalam khasanah pengetahuan, pendidikan kewarganegaraan (PKn) (civic/citizenship education) merupakan
bidang kajian atau studi yang bersifat multifaset dengan konteks epistemologis lintas bidang keilmuan.
Sifat multidimensionalitas yang membuat bidang studi PKn dapat disikapi sebagai pendidikan
kewarganegaraan, pendidikan politik, pendidikan nilai dan moral, pendidikan kebangsaan, pendidikan
kemasyarakatan, pendidikan hukum dan hak azasi manusia, serta pendidikan demokrasi.
12. Komponen Keilmuan Civics mempunyai karakterstik dalam upaya membentuk seseorang menjadi warga
negara yang baik. Adapun karakteristik civics menurut Branson, (1999) dalam (Setiawan dan Yunita, 2017)
bahwa materi civics harus mencakup tiga komponen, yaitu :
13. Komponen Pertama Civic Knowledge (pengetahuan kewarganegaraan), “berkaitan dengan kandungan atau
nilai apa yang seharusnya diketahui oleh warganegara” (Branson, 1999). Aspek ini menyangkut
kemampuan akademik keilmuan yang dikembangkan dan berbagai teori atau konsep politik, hukum dan
moral. Dengan demikian, mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan merupakan bidang kajian
multidisipliner.
14. Komponen Kedua, Civic Skill meliputi keterampilan intektual (intelectual skills) dan keterampilan
berpartisipasi (participator), dalarn kehidupan berbangsa dan bernegara. Contoh keterampilan intelektual
adalah keterampilan dalam merespon berbagai persoalan politik, misalnya merancang dialog dengan DPRD.
Dalam contoh tersebut, keterampilan berpartisipasi adalah keterampilan menggunakan hak dan kewajiban
di bidang hukum, misalnya segera melapor kepada polisi atas terjadinya kejahatan yang diketahui.
15. Komponen Ketiga, civic disposition (watak-watak kewarganegaraan) merupakan dimensi yang paling
subtantif dan esensial dalam mata pelajaran PKn. Dimensi watak kewarganegaraan dapat dipandang
sebagai “muara” yang ditandai dengan penekanan pada dimensi watak, karakter, sikap dan potensi lain
yang bersifat afektif.
16. Substansi dalam pembelajaran PKn secara pedagogis dan filosofis mengarah pada aspek morality dengan
fokus substansinya adalah persoalan demokrasi atau politik warganegara, membangun warga negara yang
baik (good citizen) dan warga negara yang cerdas (smart citizen) dalam menghadapi lingkungan
kehidupannya. Kecerdasan yang perlu dimiliki oleh seorang warga negara adalah kecerdasan dalam
berbagai aspek, yakni kecerdasan dalam intelektual, emosional, sosial, dan bahkan spiritual
17. Kurikulum PPKn tersusun secara sistematis dan eksplisit dalam upaya mengembangkan karakter
warganegara dalam berkehidupan berbangsa dan bernegara sesuai dengan 4 (empat) konsensus yaitu:
Pancasila, UUD 1945, Bhinneka Tunggak Ika dan NKRI. Namun demikian PPKn, juga tetap dengan konsep
dan struktur keilmuan yang secara filosofis dan pedagogis membentuk suatu ilmu yang fundamental
berdasarkan capaian kompetensi yang eksplisit orientasinya yaitu pengetahuan warganegara, keterampilan
warganegara, dan watak warganegara serta dengan model dan capaian hasil belajar yang terukur.
18. Sumber Filosofis Tradisi Struktur Keilmuan PPKn:
19. Tradisi Perenialisme dicirikan dengan imperatif nilai-nilai luhur kebangsaan (Pancasila) dan kebernegaraan
(UUD NRI Tahun 1945 dan konstitusi, serta lainnya), terbaca secara implisit sebagai aspek metakognisi
(semangat atau tendensi) dalam substansi yang menjadi muatan Kompetensi Dasar (KD).
20. Tradisi Esensialisme dicirikan dengan kemasan sebagai mata pelajaran yang dipayungi oleh disiplin
keilmuan politik/kenegaraan tertuang dalam bentuk rumusan logika struktural keilmuan dalam sebuah
keutuhan Kompetensi Dasar (KD).
21. Tradisi Progresifisme dicirikan dengan pengorganisasian pengalaman belajar (learning experiences) yang
bermuatan substansi dan proses psikologis- pedagogis secara spiral meluas (extending
communityapproaches), tercermin dalam rumusan perilaku, baik yang bersifat afektif, konatif, maupun
keterampilan yang termuat dalam setiap KD dan antar KD dalam satu tingkat kelas.
22. Tradisi Rekonstruksionisme dicirikan dengan muatan dan dorongan dan/atau fasilitasi bagi individu untuk
memberikan kontribusi sesuai dengan kemampuannya kepada orang lain, masyarakat, bangsa dan negara.
Pengorganisasian pengalaman belajar (learning experiences) yang bermuatan substansi dan proses
psikologis-pedagogis dilakukan secara spiral meluas (extending community approaches sebagaimana hal itu
tercermin dalam rumusan dalam setiap KD dan antar KD dalam satu tingkat kelas.
23. Secara pedagogis metode pembelajaran terbagi atas 3 (tiga) strategi (Uno, 2014) yaitu:
24. Strategi Pengorganisasian: sebagai langkah untuk menentukan isi bidang studi yang dipilih untuk
pembelajaran seperti pemilihan isi, penataan isi, pembuatan diagram, dan lainnya.
25. Strategi Penyampaian: sebagai langkah untuk mendapatkan respons siswa dengan menata interaksi
dengan baik.
26. Strategi Pengelolaan: langkah untuk menyiapkan strategi mengelola kelas. Metode tersebut secara
tersadar, terencana, dan terukur harus digalakkan di dalam pengajaran civics. Hal ini sebagai upaya
menghindari penyakit pembelajaran tradisionil civics seperti:
27. Ujian akhir biasanya menanyakan hafalan;
28. Buku civics isinya sangat dipengaruhi oleh essentialism-verbalism;
29. Indoktrinasi, ground covering technique, dan yang sejenisnya adalah yang paling gampang;
30. Kurangnya kegiatan-kegiatan penulisan ilmiah mengenai metode, sehingga penyebaran prinsip-prinsip
metode yang tercantum dalam rencana pendidikan, sulit untuk dijalankan.
31. Strategi pembelajaran PKn dengan pendekatan inquiri dapat memicu pembelajaran yang lebih kontekstual
sesuai dengan gejala-gejala kehidupan kewarganegaraan yang sedang hangat terjadi yang kemudian guru
bersama siswa mencari solusi atau jawaban. Sedangkan dengan pendekatan ekspositori maka
pembelajaran PKn lebih bermakna dengan penyampaian materi yang secara optimal melalui materi-materi
yang faktual.
32. Langkah-langkah metode inkuiri adalah sebagai berikut (Wahab dan Spariya, 2011):
Perumusan masalah
Perumusan hipotesis
Konseptualisasi
Pengumpulan data
Pengujian dan analisis data
Menguji hipotesis
33. Memulai inkuiri lagiPembelajaran PPKn berbasis portofolio merupakan metode pembelajaran untuk
pembentukan warga negara demokratis, yakni cara membelajarkan anak didik dengan mengembangkan
kecerdasan warga negara (civic intelligence) dalam dimensi spiritual, rasional, emosional dan sosial,
mengembangkan tanggung jawab warga negara (civic responsibility), dan mengembangkan anak didik
berpartisipasi sebagai warga negara (civic participation) guna menopang tumbuh dan berkembangnya
warga negara yang baik.
34. Metode pembelajaran PKn berdasarkan pada portofolio (Wahab dan Sapriya, 2011) merupakan kumpulan
informasi/data yang tersusun dengan baik yang menggambarkan rencana kelas siswa berkenaan dengan
suatu isu kebijakan publik yang telah diputuskan untuk dikaji, baik dalam kelompok kecil maupun kelas
secara keseluruhan. Portofolio kelas berisi bahan-bahan seperti pernyataan-pernyataan tertulis, peta grafik
photografi, dan karya seni asli. Bahan-bahan ini menggambarkan:
35. Hal-hal yang telah dipelajari siswa berkenaan dengan suatu masalah yang telah mereka pilih.
36. Hal-hal yang telah dipelajari siswa berkenaan dengan alternatif-alternatif pemecahan terhadap masalah
tersebut.
37. Kebijakan publik yang telah dipilih atau dibuat oleh siswa untuk mengatasi masalah tersebut.
38. Rencana tindakan yang telah dibuat siswa untuk digunakan dalam mengusahakan agar pemerintah
menerima kebijakan yang mereka usulkan.
39. Pembelajaran dengan berbasiskan portofolio mengajak para siswa untuk bekerjasama dengan teman-
temannya di kelas dan dengan bantuan guru serta para relawan agar tercapai tugas-tugas pembelajaran
berikut:
40. Mengidentiflkasi masalah yang akan dikaji.
41. Mengumpulkan dan menilai informasi dari berbagai sumber berkenaan dengan masalah yang dikaji.
42. Mengkaji pemecahan masalah.
43. Membuat kebijakan publik.
44. Membuat rencana tindakan.
45. Tahap kegiatan dalam penyelesaian tugas sebagai berikut:
46. Tahap I : Mengidentifikasi Masalah Kebijakan Publik di Masyarakat.
47. Tahap II : Memilih Satu Masalah Untuk Kajian Kelas
48. Tahap III : Mengumpulkan Informasi Tentang Masalah yang Akan dikaji oleh Kelas.
49. Tahap IV : Membuat Portofolio Kelas
50. Tahap V : Menyajikan Portofolio
51. Tahap VI : Refleksi Terhadap Pengamatan Belajar dalam Pembelajaran PKn yang Berbasis Portofolio, Kelas
dibagi ke dalam Empat Kelompok. Setiap Kelompok Bertanggung Jawab Untuk Membuat Satu Bagian
Portofolio Kelas.
52. PPKn sebagai suatu pendidikan yang berkonsentrasi pada pembentukan cultural unity (kebangsaan) yang
cinta akan nilai luhur bangsanya sendiri, yang tradisi sosial yang pertama yaitu “social studies taught as
citizenship transmision” dimana di setiap bangsa di dunia dihadapkan pada upaya pembentukan cultural
unity yang didasarkan pada pemahaman bahwa generasi muda mengetahui sejarah bangsanya, disamping
itu juga harus diajarkan tentang patriotisme.
Selain itu cultural unity juga menghendaki adanya pembentukan nilai terhadap kesadaran individu
(warganegara) yang memiliki rasa kesamaan terutama dalam segi bahasa. Hal ini sebagai bentuk spirit
kewarganegaraan Indonesia yang mengutamakan tumbuh kembangnya rasa persatuan bangsa
53. Spirit kewarganegaraan muncul dengan adanya perasaan patriotisme yang tinggi dan kedudukan bahasa
punya efek yang baik bagi seluruh warganegara Indonesia yang majemuk untuk membentuk rasa
persatuan kebangsaan, sebagai cikal bakal lahirnya semangat kewarganegaraan Indonesia yang
menginginkan adanya rasa patriotik dan rasa persatuan dalam bingkai kehidupan berbangsa dan
bernegara.
54. Civics memiliki peranan penting dalam mewujudkan kemerdekaan melalui perjuangan, rasa cinta tanah
air, patriotik, dan kesadaran dalam bernegara (seperti taat hukum, beraspirasi dalam politik, memahami
hak dan kewajiban, menghargai perjuangan pahlawan nasional, dll).
55. PPKn bertujuan untuk membentuk peserta didik menjadi manusia yang memiliki rasa kebangsaan dan
cinta tanah air yang dijiwai oleh nilai-nilai Pancasila, nilai dan norma UUD 1945, semangat Bhineka
Tunggal Ika, dan komitmen kolektif ber-Negara Kesatuan Republik Indonesia”.
56. Tujuan umum dan tujuan khusus Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan dengan gugus muatan
substantif dan pedagogis sebagai berikut (Winataputra, 2015):
57. Substansi yang bersumber dari nilai dan moral Pancasila, sebagai dasar negara, pandangan hidup, dan
ideologi nasional Indonesia serta etika dalam pergaulan Internasional.
58. Substansi yang bersumber dari Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 sebagai
hukum dasar yang menjadi landasan konstitusional kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
59. Substansi yang bersumber dan/atau berkaitan erat dengan konsep dan makna Bhinneka Tunggal Ika,
sebagai wujud komitmen keberagaman kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara yang utuh
dan kohesif secara nasional dan harmonis dalam pergaulan antarbangsa.
60. Substansi yang bersumber dari konsep dan makna Negara Kesatuan Republik Indonesia, sebagai bentuk
final Negara Republik Indonesia yang melindungi segenap bangsa dan tanah tumpah darah Indonesia.
61. Kerajaan-kerajaan Islam memberi sumbangsi (Herdiawanto, Wasitaatmadja, dan Hamdayama, 2018):
62. Nilai Persatuan: kerajaan Demak, Palembang, dan Aceh bersatu untuk mengusir bangsa portugis dari
Malaka.
63. Nilai Musyawarah: soerang raja selalu bermusyawarah kepada para pejabat Nistana atau kepada penasehat
raja sebelum memutuskan suatu kebijakan.
64. Nilai Keadilan Sosial: Pada masa kerajaan Islam, kehidupan sosial masayarakatnya dilandasai oleh ajaran-
ajaran Islam seperti zakat dan sedekah.
65. Nilai Toleransi Beragama: Pada masa kerajaan Islam, kehidupan masyarakat pada saat itu dapat dilihat
dengan status keragaman agama namun antara pemeluk agama yang berbeda dapat hidup berdampingan.
66. Nilai Cinta Tanah Air: Pada abad ke-16 dan 17 masyarakat kerajaan Islam di Indonesia pada masa itu
sangat disibukkan dalam upaya mempertahankan wailayah kekuasaannya dari pendudukan bangsa Eropa.
Contoh, perlawanan Sultan Agung dari Mataram terhadap Belanda.
67. Nilai Budaya: Perkembangan seni budaya pada masa kekuasaan Islam cukup pesat. Terbukti dengan
munculnya hasil karya budaya masyarakat seperti kaligrafi, seni ukir, seni pahat dan seni bangunan.
68. Sejarah lahirnya pancasila menunjukkan semangat perjuangan bangsa Indonesia untuk mencapai
kemerdekaan karena ada rumusan Pancasila sebagai dasar bahwa Indonesia adalah Negara yang berdikari,
bertekad kuat, dan Negara dengan bangsa yang beradab. Dan juga dengan dicetuskannya sumpah pemuda
pada 1928, yang menjadi poin utama spirit bangsa Indonesia khusunya kaum pemuda untuk
memproklamirkan semangat kemerdekaan sehingga Indonesia dapat merumuskan staat fundamental
norm.
69. Hakikat UUD 1945 Sebagai Kaidah Fundamental Bagi Warganegara Indonesia: UUD 1945 sebagai
konstitusi Indonesia yang berperan sebagai dasar hukum Negara yang didalamnya termuat segenap
aspirasi masyarakat Indonesia dalam membangun bangsa. Tujuan bangsa Indonesia bahkan tertuang di
dalam preambule UUD 1945. Pernyataan Indonesia yang menegaskan sebagai Negara hukum sebagaimana
termaktub di dalam Pasal 1 Ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945. Dapat
dipahami bahwa Indonesia adalah Negara rechstaat (Negara hukum) dan bukan machstaat (kekuasaan
belaka). Lebih jelas dalam (Asshiddiqie, 2009) bahwa Prinsip ini termuat di dalam Pasal 1 ayat (3)
dikarenakan sifatnya yang sangat mendasar dan fundamental.
70. Ciri-ciri Negara hukum (Santoso:2013) adalah adanya:
71. Asas pengakuan dan perlindungan hah-hakasasi manusia;
72. Asas legalitas;
73. Asas pembagian kekuasaan;
74. Asas peradilan yang bebas dan tidakmemihak;
75. Asas kedaulat rakyat
76. Asas demokrasi
77. Asas konstitusional.
78. UUD 1945 atau konstitusi Indonesia dapat dipahami sebagai pedoman dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara mempunyai dua fungsi yaitu:
79. Membagi kekuasaan dalam Negara
80. Membatasi kekuasaan pemerintah atau penguasa dalam Negara (Setiawan, 2015).
81. Kedudukan pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 bagi Negara Republik Indonesia diantaranya:
82. Sumber dari motivasi dan aspirasi perjuangan dan tekad bangsa Indonesia;
83. Sumber dari cita-cita hukum dan cita-cita moral yang ingin ditegakan dalam lingkungan intemasional dan
nasional;

Kegiatan Belajar 3. Konsep Kajian Keilmuan Kewarganegaraan BerlandaskanPancasila dan UUD 1945

1. konstitusi Indonesia atau UUD 1945 dibentuk agar hak-hak asasi manusia dan didalamnya hak-hak
warganegara turut terjamin dan dilindungi oleh negara terutama penyelenggaraan negara serta yang paling
penting adalah dengan adanya kesadaran konstitusi yang tinggi dari para warganegara akan memiliki
kontribusi penting bagi control terhadap jalannya kekuasaan yang sehat dan kuat.
2. Aktualisasi PPKn sebagai wahana pendidikan hukum sebagaimana dijelaskan diatas, merupakan bentuk
dasar dan rekonstruksi keilmuan PPKn yang secara substantif-pedagogis dijiwai oleh norma Undang-
undang Dasar 1945.
3. kurikulum 2013 secara adaptif menerapkan tradisi filosofi yang salah satunya menekankan pada transfer
imperatif norma-norma UUD 1945 sebagai suatu tradisi perenialisme
4. Tradisi perenialisme materi PPKn yang bersumber dari norma-norma UUD 1945 secara implisit perlu
tercermin ke dalam kompetensi dasar pada kurikulum PPKn
5. secara praktis aktualisasi norma-norma UUD 1945 ke dalam pembelajaran PPKn termasuk kedalam tradisi
esensialisme
6. pembelajaran PPKn yang mengaktualisasikan norma-norma UUD 1945 kedalam proses belajar mengajar
PPKn terhimpun kedalam filosofi tradisi progresifisme yang
dicirikandenganpengorganisasianpengalamanbelajar.
7. aktualisasinorma-norma UUD 1945 dalampembelajaranPPKn juga
merupakanbagiandaritradisirekonstruksionismepembelajaranPPKn yang dicirikandenganmuatan dan
doronganbagiindividuuntukmemberikankontribusidalamkonteksperwujudannorma-norma UUD 1945 di
dalamkehidupanbermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
8. Keempattradisidiatasyaituperenialisme, esesnisalismeprogresifisme, dan
rekonstruksionismemerupakantradisipembelajaranPPKn yang secarasubstantif-
pedagogismenjembataniaktualisasinorma-norma pada UUD 1945 sebagailandasankonstitusional
9. Kausalitaskonsepsinorma-norma UUD 1945
dalampembelajaranPPKnsebagaimanadijelaskansebelumnyamerupakanbagiandariperwujudankesaktianpri
nsip Rule of Law.
10. Atas dasarprinsip rule of law, norma-norma pada UUD 1945 perluuntukdisosialisasikan dan
diinternalisasikansampai pada penjewantahannorma- normanya.
11. Dilihatdariaspekkeilmuannya yang juga tergabungkedalamtradisipertama social studies yaitu social studies
taught as citizenship transmission, bahwaPPKndiharapkanmenjadisuatu program pendidikan yang
mampumembentuk cultural unity (kesatuanbudaya) yang
didasarkanbahwagenerasimudaharusmengetahuisejarahbangsanya
12. Urgensi lain pentingnyaperanPPKndalammembentuk cultural unity warganegara yang sadar dan
pahamakansejarahbangsanyadenganmetode value inculcation sejarahbangsanya,
adalahpengetahuansejarahbangsanyasendirimampumembentuk rasa patriotisme dan nasionalisme.
13. Dimensikepribadianseorangwarganegaraadalah civic virtue (kebajikanwarganegara).Kebajikan
kewarganegaraan sangat terkait pada dasarfilsafat negara, dan ide dasar yang diyakini, dijunjungtinggi,
dan diwujudkansebagaikepribadian, yang tentunyaberbedadari negara satuke negara yang lainnya,
karenamemangsetiap negara-bangsamemilikisejarah, geopolitik, ideologi negara, konstitusi, dan
kontekskehidupannya masing-masing, karenaitubersifatunik/khas.
14. Konstelasi (tatanan) psikososialkebajikankewarganegaraandalamkontekskehidupan negara-bangsa
Indonesia pada dasarnyabersumbu pada nilai dan moral Pancasila sebagaidasar negara dan
ideologinasional yang dilembagakandalamtatanannilai dan normakonstitusional UUD NRI Tahun 1945,
didukungdengankomitmenkolektifbernegara-kesatuanRepublik Indonesia.
15. Upayamengembangkankebajikanwarganegara,
dalampembelajaranPPKnsendirimuatansejarahperjuanganbangsa Indonesia
banyakdikaitkandenganupayakonstruksi 4 (empat) konsensus Indonesia yaitu Pancasila, UUD 1945,
Bhineka Tunggal Ika, dan NKRI.
16. SementaradalamperskpektifpedagogisPPKn, pengetahuan, kemampuan, dan
tanggungjawabwarganegaraakansejarahperjuanganbangsa Indonesia adalahbentukdaripengembangan
civic virtue (keadabanwarganegara) yang terwujuddalamsikappatriotisme dan nasionalisme. Bentuk civic
virtue yang patriotik dan nasionalisdapatterwujuddengansumbangsiholistikantara civic responsibility
(skills, competence, dan participation), dengan civic confidence (knowledge dan disposition).
17. Bhinneka Tunggal Ikasendiriadalahsebagai motto Negara, yang diangkatdaripenggalan kakawin
Sutasomakaryabesar MPU Tantular pada zaman KeprabonanMajapahit (abad 14)
secaraharfiahdiartikansebagaiberceraiberaitetapisatuatau Although in pieces yet One (Setiawan &Yunita,
2017).
18. Secara praksiskehidupankenegaraaan yang berbasispemikiran monoculturalism ternyata ideology nation-
state denganprinsip unity of disscent, unity of culture, unity of language and often unity of religion
(persamaanpendapat, persatuanbudaya, persatuanbahasa dan seringkalipersatuan agama)
tidakmudahdiwujudkan
19. Masyarakat madani-Pancasila yang multikulturalmerupakan “civic community” atau “civil society” yang
ditandai oleh berkembangnyaperanorganisasikewarganegaraan di
luarorganisasikenegaraandalammencapaikeadilan dan kesejahteraansosialsesuai Pancasila.
20. tantanganbagipendidikandemokrasikonstitusional di Indonesia adalahbersistemnyapendidikan Pancasila
dengankeseluruhanupayapengembangankualitaswarganegara dan kualitaskehidupanmultikultural yang
ber-Pancasila dan berkonstitusi UUD 1945, dalammasyarakat, bangsa dan negara Indonesia.
21. civic virtue
adalahkemauandariwarganegarauntukmenempatkankepentinganumumdiataskepentinganpribadi.
22. civic dispositions adalahsikap dan kebiasaanberpikirwarganegara yang
menopangberkembangnyafungsisosial yang sehat dan jaminankepentinganumumdarisistemdemokrasi.
Sedangkan civic committmentsadalahkomitmenwarganegara yang bernalar dan
diterimadengansadarterhadapnilai dan prinsipdemokrasikonstitusional.
23. protection of the rights of the individual" adalah pelindunganhak-hakasasimanusia.
24. civic dispositions meliputisejumlahkarakteristikkepribadian, yakni civility ataukeadaban (hormat pada
orang lain dan partisipatifdalamkehidupanmasyarakat), individual responsibility atautanggungjawab
individual, self disciplineataudisiplindiri, civic mindednesataukepekaanterhadapmasalahkewargaan, open
mindedness (terbuka, skeptis, mengenalambiguitas), compromise (prinsipkonflik dan batas-
bataskompromi), toleration of diversity atautoleransiataskeberagaman, patience and
persistenceataukesabaran dan ketaatan, compassion atauketerharuan, generosity ataukemurahanhati,
and loyalty to the nation and its priciplesataukesetiaan pada bangsa dan segalaaturannya. (Quigley, dkk,
1991).
25. civic commitments adalahkesediaanwarga negara untukmengikatkan din dengansadarkepada ide dan
prinsipsertanilai fundamental demokrasikonstitusional,

Kegiatan Belajar 4. Implentasi ICT dalamPembelajaran PPKn

1. Isu kewarganegaraan yakni suatu masalah yang urgen atau penting terkait kehidupan warganegara dalam
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

2. Konteks isu-isu kewarganegaraan meliputi Isu Kewarganegaran dalam konteks lokal, Isu Kewarganegaraan
dalam konteks nasional, Isu Kewarganegaraan dalam konteks regional, Isu Kewarganegaraan dalam
konteks global.

3. Isu kewarganegaraan dalam konteks lokal berorientasi pada isu-isu kewarganegaraan pada teritori lokal
atau wilayah bagian suatu Negara seperti provinsi atau kabupaten kota.

4. Multikultur adalah sebuah ideologi yang mengakui dan mengagungkan perbedaan. Perbedaan yang
dimaksud adalah perbedaan orang per orang atau perbedaan budaya, seperti perbedaan nilai-nilai, sistem,
budaya, kebiasaan dan politik (http://id.m.wikipedia.org)
5. Etnosentrisme adalah rasa kecintaan dan kepercayaan terhadap suatu adat atau suku yang berlebihan

6. Ilustrasi akibat Etnosentrisme, terjadinya perang suku dayak dengan Madura.

7. Pendidikan multikulturalisme adalah pendidikan yang menitikberatkan pada 2 hal yaitu kebebasan dan
toleransi. Kebebasan berarti ketiadaan dari paksaan-paksaan atau pembatasan-pembatasan. Sedangkan
Toleransi adalah bersikap menenggang (menghargai, membolehkan pendirian (pendapat, pandangan,
kepercayaan, kebiasaan, kelakuan, dan sebagainya) yang berbeda atau bertentangan dengan pendiriannya
sendiri. (https://www.kbbi.online-jagokata.com)

8. Nasional sendiri dapat diartikan sesuatu yang bersifat kebangsaan; berkenaan atau berasal dari bangsa
sendiri; meliputi suatu bangsa.
(https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/nasional).

9. Separatisme adalah suatu paham yang mengambil keuntungan dari pemecah-belahan dalam suatu
golongan (bangsa). Separatisme politis adalah suatu gerakan untuk mendapatkan kedaulatan dan
memisahkan suatu wilayah atau kelompok manusia (biasanya kelompok dengan kesadaran nasional yang
tajam) dari satu sama lain atau suatu negara lain.

10. Diskriminasi adalah sikap membedakan dengan sengaja terhadapp golongan-golongan yang berhubungan
dengan kepentingan tertentu. Marjinalisasi adalah suatu proses peminggiran akibat perbedaan yang
menyebabkan kemiskinan dengan asusmsi gender. (https://www.kemenppa.go.id)
11. Isu Radikalisme adalah suatu paham yang dibuat-buat oleh sekelompok orang yang menginginkan
perubahan atau pembaharuan sosial dan politik secara drastis dengan menggunakan cara-cara kekerasan.

12. Isu ekstrimisme adalah paham atau keyakinan yang kuat terhadap sesuatu melebihi batas kewajaran dan
dapat melanggar hukum.

13. Isu global adalah setiap peristiwa atau wacana yang mampu menyita perhatian masyarakat global dan
bagaimana masyarakat merespon isu tersebut.
14. Konflik kemanusiaan adalah masalah-masalah yang dialami secara eksistensial disebabkan oleh perilaku
manusia dalam menjalani kehidupan, seperti konflik antar individu, perilaku agresi, cinta, kesehatan
mental, dan konflik antar kelompok
15. Hubungan bilateral adalah jenis hubungan yang melibatkan dua pihak. Biasanya digunakan untuk
menyebut hubungan yang melibatkan hanya dua negara, khususnya suatu hubungan politik, budaya dan
ekonomi di antara 2 Negara.
16. Global citizenship adalah kewarganegaraan dunia dalam makna luas mengacu pada seseorang yang
mengutamakan identitas "masyarakat global" di atas identitasnya sebagai warga negara. Menurut konsep
ini, identitas seseorang sudah melintasi batas geografi atau politik dan manusia di planet Bumi saling
bergantung dengan satu sama lain; umat manusia merupakan satu kesatuan.
17. Digital citizenship merupakan pemahaman tentang keamanan menggunakan internet, mengetahui cara
menemukan, mengatur dan membuat konten digital (termasuk literasi media, dan praktek skill secara
teknis), pemahaman tentang cara berperan untuk meningkatkan tanggung jawab dalam interaksi
antarbudaya (multikultur).
18. Civic literacy atau literasi warganegara, perlu diadakan pembinaan dan edukasi secara baik untuk
memahami dan keterlibatan pada isu-isu kewarganegaraan yang meliputi bidang ideologi, politik, hukum,
ekonomi, sosial, budaya, pertahanan keamanan dan agama, dalam konteks lokal, nasional, regional, dan
global dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI )

2 Daftar Kegiatan Belajar. 1. Konsep Dasar Prinsip dan Prosedur Pembelajaran PPKn
materi yang 1. Penerapan Startegi pembelajaran PPKn Berbasis Nilai dalam kelas.
sulit Kegiatan Belajar 2. Struktur Metode dan Spirit Keilmuan Kewarganegaraan
1. Tradisi Citizenship Transmision Pembelajaran PKn
dipahami di
2. Konsep Sinergi atau Kombinasi Komponen-Komponen PPKn
modul ini
3 Daftar Kegiatan Belajar 2. Struktur Metode dan Spirit Keilmuan Kewarganegaraan
materi yang 1. Strategi dan metode belajar inquiri
sering 2. Pembelajaran PPKn berbasis portofolio
mengalami
miskonsepsi

Anda mungkin juga menyukai