Anda di halaman 1dari 9

LK 1: Lembar Kerja Belajar Mandiri

Judul Modul Modul 3. Konsep Dasar Keilmuan Kewarganegaraan


Judul Kegiatan 1. Konsep Dasar, Prinsip dan Prosedur Pembelajaran PPKn
Belajar (KB) 2. Struktur, Metode dan Spirit Keilmuan Kewarganegaraan
3. Konsep Kajian Keilmuan Kewarganegaraan Berlandaskan
Berdasarkan Pancasila dan UUD 1945
4. Isu-Isu Kewarganegaraan
N Butir Respon/Jawaban
o Refleksi
1 Daftar peta KB 1. Konsep Dasar, Prinsip dan Prosedur Pembelajaran PPKn
konsep
(istilah dan 1. Civics menurut Henry Randall Waite adalah “The science of
definisi) di citizenship, the relation of man, the individual, to man in organized
modul ini collection, the individual in his relation to the state”. Dalam
terjemahan umum, bahwa pendidikan kewarganegaraan tersebut
adalah ilmu yang membicarakan hubungan antara manusia dengan
manusia dalam perkumpulan-perkumpulan yang terorganisasi
(organisasi sosial, ekonomi, politik) dengan individu-individu dan
negara.
2. Kecakapan dan kemampuan penguasaan pengetahuan
Kewarganegaranan (Civic Knowledge) yang terkait dengan materi
inti Pendidikan Kewarganegaraan (Civic Education) antara lain
demokrasi, hak asasi manusia dan masyarakat madani (Civil
Society).
3. Kecakapan dan kemampuan sikap kewarganegaraan (Civic
Dispositions) antara lain pengakuan kesetaraan, toleransi,
kebersamaan, pengakuan keragaman, kepekaan terhadap masalah
warga negara antara lain masalah demokrasi dan hak asasi
manusia.
4. Kecakapan dan kemampuan mengartikulasikan keterampilan
kewarganegaraan (Civil Skills) seperti kemampuan berpartisipasi
dalam proses pembuatan kebijakan publik, kemampuan melakukan
kontrol terhadap penyelenggara negara dan pemerintah.
5. Dalam jurnal Pancasila dan Kewarganegaraan dengan judul:
“Materi Pembelajaran PPKn Berbasis Nilai Lokal: Identifikasi dan
Implementasi”, PPKn sebagai mata pelajaran mengemban misi
atau fungsi sebagai pendidikan nilai. Pendidikan nilai memiliki
padanan makna dengan pendidikan budi pekerti, pendidikan moral,
pendidikan kesusilaan, pendidikan dan “trend” sekarang ini dengan
istilah pendidikan karakter (Winarno: 2018).
6. Pendidikan berbasis nilai mencakup keseluruhan aspek sebagai
alternatif pengajaran atau bimbingan kepada peserta didik, agar
menyadari nilai kebenaran, kebaikan, dan keindahan, melalui
proses pertimbangan nilai yang tepat dan pembiasaan bertindak
yang konsisten
7. Pendekatan program diartikan sebagai cara kita di dalam
mengembangkan suatu program atau bahan materi pelajaran
(Winarno: 2018).
8. Pendekatan nilai moral artinya menjadikan suatu nilai sebagai
dasar pengembangan.
9. Pendekatan multidimensional Pengembangan materi
pembelajaran diupayakan mampu membentuk keseluruhan dimensi
peserta didik yaitu ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah
psikomotor.
10. Pendekatan berpusat pada siswa (student centered) Materi
pembelajaran yang dikembangkan mampu memicu ke arah
pembelajaran aktif siswa.
11. Dalam konseptual keilmuan civics, PPKn memiliki tugas untuk
membentuk aspek civic awareness (kesadaran warganegara) di
dalam atribut pribadi warganegara untuk menjadi warganegara
yang taat dan sadar terhadap hukum (law awareness).
12. PPKn merupakan bidang kajian ilmiah dan program pendidikan di
sekolah dan secara socio-pedagogies dijadikan sebagai wahana
utama serta esensi pendidikan demokrasi atau pendidikan politik di
Indonesia yang direalisasikan melalui:
a. Civic Intellegence, yaitu kecerdasan dan daya nalar warga negara
baik dalam dimensi spiritual, rasional, emosional, maupun sosial;
b. Civic Responsibility, yaitu kesadaran akan hak dan kewajiban
sebagai warga negara yang bertanggung jawab dan;
c. Civic Participation, yaitu kemampuan berpartisipasi warga negara
atas dasar tanggungjawabnya, baik secara individual, sosial, maupun
sebagai pemimpin hari depan.
13. Civil society merupakan kelompok masyarakat yang memiliki
kemandirian yang tegas terhadap berbagai kepentingan akan kekuasaan.
14. Pendidikan politik sebagai usaha yang sadar untuk mengubah
proses sosialisasi politik masyarakat sehingga mereka memahami dan
menghayati betul nilai-nilai yang terkandung dalam suatu sistem politik
yang ideal yang hendak dibangun.
15. PPKn sebagai pendidikan politik mengarahkan seluruh
warganegara untuk berperan aktif memberikan partisipasinya (civic
participation) melalui atribut knowledge, skill, dan disposition yang
melekat didalam ability warganegara.
16. Barr, Barth, dan Shermis (1977) mengidentifikasi "The Three
Social Studies Traditions, yaitu: (1) Social Studies as Citizenship
Transmission (Civic Education) yaitu guru menginginkan agar para
siswa memiliki pemahaman tentang konsep kewarganegaraan dan guru
menggunakan beragam teknik agar keyakinan yang dimiliki oleh guru
dapat dimiliki pula oleh siswanya. ; (2) Social Studies as Social Science
yaitu ; Sosial studies yang didefinisikan sebagai social science bertujuan
agar para siswa dapat memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan
perlengkapan disiplin ilmu sosial sehingga akhirnya mereka menjadi
efektif sebagai warga negara. (3) Social Studies as Reflective Inquiry
yaitu tradisi pembelajaran berdasarkan pada kedudukan filsafat yang
berakar pada masa lalu.
17. Secara filsafat keilmuan, PKn memiliki obyek kajian pokok ilmu
politik, khususnya konsep demokrasi politik (political democracy) untuk
hak dan kewajiban (duties and rights of citizens).
18. Domain akademis adalah berbagai pemikiran tentang PKn yang
berkembang di lingkungan komunitas keilmuan.
19. Domain kurikuler adalah konsep dan praksis PKn dalam dunia
pendidikan formal dan nonformal.
20. Domain sosial kultural adalah konsep dan praksis PKn di
lingkungan masyarakat.
21. Konsepsi kebajikan dan budaya kewarganegaraan (civic virtue
and civic culture) yang mencakup penalaran kewarganegaraan (civic
knowledge), sikap/watak kewarganegaraan (civic disposition),
keterampilan kewarganegaraan (civic skills), keyakinan diri
kewarganegaraan (civic confidence), komitmen kewarganegaraan (civic
commitment), dan kemampuan kewarganegaraan (civic competence),
(CCE:1998).

KB 2. Struktur, Metode dan Spirit Keilmuan Kewarganegaraan

1. Civics sebagai ilmunya PKn mempunyai karakterstik dalam upaya


membentuk seseorang menjadi warga negara yang baik.
2. Adapun karakteristik civics menurut Branson, (1999) dalam
(Setiawan dan Yunita, 2017) bahwa materi civics harus mencakup
tiga komponen, yaitu Civic Knowledge (pengetahuan
kewarganegaraan), Civic Skill (kecakapan kewarganegaraan) dan
Civic Disposition (watak-watak kewarganegaraan).
3. Secara konseptual, PKn memiliki objek kajian pokok ilmu politik,
demokrasi politik (political democracy) untuk aspek hak dan
kewajiban (duties and rights of citizen).
4. Struktur keilmuan yang berorientasi pada substansi dan urgensi
moralitas pribadi manusia yang beradab sesuai dengan esensi dari
aktualisasi Pancasila, UUD 1945, Bhineka Tunggal Ika, dan
NKRI, menjadikan PPKn menyumbang peranan penting dalam
upaya mencerdaskan kehidupan bangsa yang berakhlak mulia dan
memiliki rasa cinta tanah air, berprikemanusiaan, dan
bertanggungjawab.
5. Tradisi Perenialisme dicirikan dengan imperatif nilai-nilai luhur
kebangsaan (Pancasila) dan kebernegaraan (UUD NRI Tahun 1945
dan konstitusi, serta lainnya), terbaca secara implisit sebagai aspek
metakognisi (semangat atau tendensi) dalam substansi yang
menjadi muatan Kompetensi Dasar (KD).
6. Tradisi Esensialisme dicirikan dengan kemasan sebagai mata
pelajaran yang dipayungi oleh disiplin keilmuan
politik/kenegaraan tertuang dalam bentuk rumusan logika
struktural keilmuan dalam sebuah keutuhan Kompetensi Dasar
(KD).
7. Tradisi Progresifisme dicirikan dengan pengorganisasian
pengalaman belajar (learning experiences) yang bermuatan
substansi dan proses psikologis- pedagogis secara spiral meluas
(extending communityapproaches), tercermin dalam rumusan
perilaku, baik yang bersifat afektif, konatif, maupun keterampilan
yang termuat dalam setiap KD dan antar KD dalam satu tingkat
kelas.
8. Tradisi Rekonstruksionisme dicirikan dengan muatan dan
dorongan dan/atau fasilitasi bagi individu untuk memberikan
kontribusi sesuai dengan kemampuannya kepada orang lain,
masyarakat, bangsa dan negara. Pengorganisasian pengalaman
belajar (learning experiences) yang bermuatan substansi dan proses
psikologis-pedagogis dilakukan secara spiral meluas (extending
community approaches sebagaimana hal itu tercermin dalam
rumusan dalam setiap KD dan antar KD dalam satu tingkat kelas.
9. Dalam pembelajaran PKn atau Civics, dilihat dari historinya maka
konsentrasi metode belajar civics sangat berfokus pada
pertumbuhan belajar peserta didik.
10. Strategi pembelajaran PKn yang perlu dikembangkan sesuai
dengan pendekatan field psychology adalah strategi
pembelajaran yang mengombinasikan antara sudut ekstrim inkuiri
dan sudut ekstrim ekspositori. Atau pemahaman mudahnya adalah
strategi belajar PKn dengan pendekatan inquiri dapat memicu
pembelajaran yang lebih kontekstual sesuai dengan gejala-gejala
kehidupan kewarganegaraan yang sedang hangat terjadi yang
kemudian guru bersama siswa mencari solusi atau jawaban.
Sedangkan dengan pendekatan ekspositori maka pembelajaran
PKn lebih bermakna dengan penyampaian materi yang secara
optimal melalui materi-materi yang faktual.
11. Model pembelajaran inkuiri adalah rangkaian kegiatan
pembelajaran yang menekankan pada proses berfikir secara kritis
dan analisis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari
suatu masalah yang dipertanyakan.
12. Pembelajaran PPKn berbasis portofolio merupakan metode
pembelajaran untuk pembentukan warga negara demokratis, yakni
cara membelajarkan anak didik dengan mengembangkan
kecerdasan warga negara (civic intelligence) dalam dimensi
spiritual, rasional, emosional dan sosial, mengembangkan
tanggung jawab warga negara (civic responsibility), dan
mengembangkan anak didik berpartisipasi sebagai warga negara
(civic participation) guna menopang tumbuh dan berkembangnya
warga negara yang baik.
13. Secara subtantif-pedagogis PPKn bertujuan untuk membentuk
peserta didik menjadi manusia yang memiliki rasa kebangsaan dan
cinta tanah air yang dijiwai oleh nilai-nilai Pancasila, nilai dan
norma UUD 1945, semangat Bhineka Tunggal Ika, dan komitmen
kolektif ber-Negara Kesatuan Republik Indonesia.
14. Pernyataan Indonesia yang menegaskan sebagai Negara hukum
sebagaimana termaktub di dalam Pasal 1 Ayat (3) Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia 1945. Dapat dipahami bahwa
Indonesia adalah Negara rechstaat (Negara hukum) dan bukan
machstaat (kekuasaan belaka).
15. Ciri-ciri Negara hukum (Santoso:2013) adalah adanya:
a. Asas pengakuan dan perlindungan hah-hakasasi manusia;
b. Asas legalitas;
c. Asas pembagian kekuasaan;
d. Asas peradilan yang bebas dan tidak memihak
e. Asas kedaulatan rakyat
f. Asas demokrasi
g. Asas konstitusional

KB 3. Konsep Kajian Keilmuan Kewarganegaraan Berlandaskan


Berdasarkan Pancasila dan UUD 1945

1. Konstitusi Indonesia atau UUD 1945 dibentuk agar hak-hak


asasi manusia dan didalamnya hak-hak warganegara turut terjamin
dan dilindungi oleh negara terutama penyelenggaraan negara serta
yang paling penting adalah dengan adanya kesadaran konstitusi
yang tinggi dari para warganegara akan memiliki kontribusi
penting bagi control terhadap jalannya kekuasaan yang sehat dan
kuat.
2. Tradisi perenialisme materi PPKn yang bersumber dari norma-
norma UUD 1945 secara implisit perlu tercermin ke dalam
kompetensi dasar pada kurikulum PPKn.
3. Secara substansial tradisi transfer muatan norma-norma UUD 1945
kedalam pembelajaran PPKn sebagai bentuk tradisi perenialisme.
4. Maka secara praktis aktualisasi norma-norma UUD 1945 ke dalam
pembelajaran PPKn termasuk kedalam tradisi esensialisme.
5. Pembelajaran PPKn yang mengaktualisasikan norma-norma UUD
1945 kedalam proses belajar mengajar PPKn terhimpun kedalam
filosofi tradisi progresifisme yang dicirikan dengan
pengorganisasian pengalaman belajar.
6. Aktualisasi norma-norma UUD 1945 dalam pembelajaran PPKn
juga merupakan bagian dari tradisi rekonstruksionisme
pembelajaran PPKn yang dicirikan dengan muatan dan dorongan
bagi individu untuk memberikan kontribusi dalam konteks
perwujudan norma-norma UUD 1945 di dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
7. Kausalitas konsepsi norma-norma UUD 1945 dalam pembelajaran
PPKn sebagaimana dijelaskan sebelumnya merupakan bagian dari
perwujudan kesaktian prinsip Rule of Law.
8. Dilihat dari aspek keilmuannya yang juga tergabung kedalam
tradisi pertama social studies yaitu social studies taught as
citizenship transmission, bahwa PPKn diharapkan menjadi suatu
program pendidikan yang mampu membentuk cultural unity
(kesatuan budaya) yang didasarkan bahwa generasi muda harus
mengetahui sejarah bangsanya.
9. Urgensi lain pentingnya peran PPKn dalam membentuk cultural
unity warganegara yang sadar dan paham akan sejarah bangsanya
dengan metode value inculcation sejarah bangsanya, adalah
pengetahuan sejarah bangsanya sendiri mampu membentuk rasa
patriotisme dan nasionalisme.
10. Dimensi kepribadian seorang warganegara adalah civic virtue
(kebajikan warganegara). Kebajikan kewarganegaraan sangat
terkait pada dasar filsafat negara, dan ide dasar yang diyakini,
dijunjung tinggi, dan diwujudkan sebagai kepribadian, yang
tentunya berbeda dari negara satu ke negara yang lainnya, karena
memang setiap negara-bangsa memiliki sejarah, geopolitik,
ideologi negara, konstitusi, dan konteks kehidupannya masing-
masing, karena itu bersifat unik/khas.
11. Upaya mengembangkan kebajikan warganegara, dalam
pembelajaran PPKn sendiri muatan sejarah perjuangan bangsa
Indonesia banyak dikaitkan dengan upaya konstruksi 4 (empat)
konsensus Indonesia yaitu Pancasila, UUD 1945, Bhineka Tunggal
Ika, dan NKRI.
12. Sementara dalam perskpektif pedagogis PPKn, pengetahuan,
kemampuan, dan tanggungjawab warganegara akan sejarah
perjuangan bangsa Indonesia adalah bentuk dari pengembangan
civic virtue (keadaban warganegara) yang terwujud dalam sikap
patriotisme dan nasionalisme. Bentuk civic virtue yang patriotik
dan nasionalis dapat terwujud dengan sumbangsi holistik antara
civic responsibility (skills, competence, dan participation),
dengan civic confidence (knowledge dan disposition).
13. Bhinneka Tunggal Ika sendiri adalah sebagai motto Negara, yang
diangkat dari penggalan kakawin Sutasoma karya besar MPU
Tantular pada zaman Keprabonan Majapahit (abad 14) secara
harfiah diartikan sebagai bercerai berai tetapi satu atau Although
in pieces yet One (Setiawan & Yunita, 2017).
14. Praksis kehidupan kenegaraaan yang berbasis pemikiran
monoculturalism ternyata ideology nation-state dengan prinsip
unity of disscent, unity of culture, unity of language and often
unity of religion (persamaan pendapat, persatuan budaya,
persatuan bahasa dan seringkali persatuan agama) tidak mudah
diwujudkan.
15. Masyarakat madani-Pancasila yang multikultural merupakan “civic
community” atau “civil society” yang ditandai oleh
berkembangnya peran organisasi kewarganegaraan di luar
organisasi kenegaraan dalam mencapai keadilan dan kesejahteraan
sosial sesuai Pancasila.
16. Tantangan bagi pendidikan demokrasi konstitusional di
Indonesia adalah bersistemnya pendidikan Pancasila dengan
keseluruhan upaya pengembangan kualitas warganegara dan
kualitas kehidupan multikultural yang ber-Pancasila dan
berkonstitusi UUD 1945, dalam masyarakat, bangsa dan negara
Indonesia.
17. Civic virtue adalah kemauan dari warganegara untuk
menempatkan kepentingan umum diatas kepentingan pribadi.
18. Civic dispositions adalah sikap dan kebiasaan berpikir
warganegara yang menopang berkembangnya fungsi sosial yang
sehat dan jaminan kepentingan umum dari sistem demokrasi.
Sedangkan civic committments adalah komitmen warganegara
yang bernalar dan diterima dengan sadar terhadap nilai dan prinsip
demokrasi konstitusional.
19. Protection of the rights of the individual diartikan pelindungan
hak-hak asasi manusia.
20. Civic dispositions meliputi sejumlah karakteristik kepribadian,
yakni civility atau keadaban (hormat pada orang lain dan
partisipatif dalam kehidupan masyarakat), individual responsibility
atau tanggung jawab individual, self discipline atau disiplin diri,
civic mindednes atau kepekaan terhadap masalah kewargaan,
open mindedness (terbuka, skeptis, mengenal ambiguitas),
compromise (prinsip konflik dan batas-batas kompromi),
toleration of diversity atau
toleransi atas keberagaman, patience and persis tence atau k
esabaran dan ketaatan, compassion atau keterharuan, generosity
atau kemurahan hati, and loyalty to the nation and its priciples
atau kesetiaan pada bangsa dan segala aturannya. (Quigley, dkk,
1991).
21. Civic commitments adalah kesediaan warga negara untuk
mengikatkan din dengan sadar kepada ide dan prinsip serta nilai
fundamental demokrasi konstitusional.

KB 4. Isu-Isu Kewarganegaraan

1. Isu kewarganegaraan sebagai suatu masalah yang urgen atau


penting terkait kehidupan warganegara dalam bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara.
2. Isu kewarganegaraan dalam konteks lokal berorientasi pada
isu-isu kewarganegaraan pada teritori lokal atau wilayah bagian
suatu Negara seperti provinsi atau kabupaten kota.
3. Status legal bangsa Indonesia adalah bangsa yang multikultur
dapat berubah makna menjadi suatu oksimoron atau majas yang
menempatkan dua antonim dalam suatu hubungan sintaksis
(https://id.wikipedia.org/wiki/Oksimoron) dimana multikulturnya
bangsa Indonesia diikuti oleh rasa kecintaan dan kepercayaan
terhadap suatu adat atau suku yang berlebihan atau disebut dengan
etnosentris.
4. Kebebasan negatif (bebas dari sesuatu) berarti 'non-interferensi,
ketiadaan dari kendala-kendala ekstemal, biasanya dipahami untuk
diartikan sebagai hukum atau semacarn kendala fisik
5. Kebebasan positif (bebas melakukan sesuatu) dipahami dengan
pelbagai cara, yakni sebagai otonomi atau penguasaan diri (self-
mastery), sebagai pengembangan diri atau sebagai bentuk moral
atau kebebasan dalam diri (inner freedom).
6. Pendidikan multikulturalisme adalah pendidikan yang
menitikberatkan pada 2 hal yaitu kebebasan dan toleransi.
7. Liberasi yang merupakan sebuah gagasan kebebasan yang radikal,
yakni penghapusan seluruh sistem penindasan, dan menawarkan
prospek kepuasan manusia yang menyeluruh. Sebagai contoh,
penindasan seksual dan ras dan manipulasi yang pervasif.
8. Pendidikan multikultural merupakan proses pengembangan
sikap dan tata laku seseorang atau sekelompok orang dalam usaha
mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran, pelatihan,
proses, perbuatan, dan cara-cara mendidik yang menghargai
pluralitas dan heterogenitas secara humanistik.
9. Nasional sendiri dapat diartikan sesuatu yang bersifat kebangsaan;
berkenaan atau berasal dari bangsa sendiri; meliputi suatu bangsa.
10. Kewarganegaraan adalah perihal kebangsaan atau berkenaan
dengan bangsa sendiri yang meliputi unsur- unsur seperti kesatuan
bahasa, kesatuan daerah, kesatuan ekonomi, kesatuan hubungan
ekonomi, dan kesatuan budaya.
11. Isu kewarganegaraan dalam konteks nasional secara garis besar
akan meliputi isu-isu yang berkaitan dengan bidang ideologi,
politik, hukum, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan keamanan dan
agama dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI).
12. Dalam konteks ini, isu kewarganegaraan teritori regional
berfokus pada region ASEAN. Dimana isu-isu tersebut berlatar di
Negara-negara ASEAN yang diantaranya dapat berupa bidang
ideologi, politik, hukum, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan
keamanan dan agama.
13. Radikalisme adalah suatu paham yang dibuatbuat oleh
sekelompok orang yang menginginkan perubahan atau
pembaharuan sosial dan politik secara drastis dengan
menggunakan cara-cara kekerasan.
14. Dalam konteks global, isu kewarganegaraan diulas lebih luas lagi
teritorinya, isu-isu yang paling rentan terjadi termasuk yang secara
signifikan berdampak pada Negara Indonesia yang diantaranya
dapat meliputi di bidang ideologi, politik, hukum, ekonomi, sosial,
budaya, pertahanan keamanan dan agama.
15. Global Citizenship Education artinya Pendidikan
Kewarganegaraan Global.
16. Digital citizenship merupakan pemahaman tentang keamanan
menggunakan internet, mengetahui cara menemukan, mengatur
dan membuat konten digital (termasuk literasi media, dan praktek
skill secara teknis), pemahaman tentang cara berperan untuk
meningkatkan tanggung jawab dalam interaksi antarbudaya
(multikultur), serta pemahaman tentang hak dan kewajiban dalam
menggunakan media internet.
2 Daftar Konsep Dasar, Prinsip dan Prosedur Pembelajaran PPKn
materi 1. Pembagian tradisi social studies menurut Barr, Barth, dan Shermis
yang sulit yaitu (1) Social Studies as Citizenship Transmission (Civic
dipahami Education); (2) Social Studies as Social Science; (3) Social Studies
di modul as Reflective Inquiry.
ini

Struktur, Metode dan Spirit Keilmuan Kewarganegaraan


1. Sumber filosofi tradisi struktur keilmuan PPKn yaitu tradisi
perenialisme, esensialisme, progresifisme, dan rekonstruksionisme.
2. Penerapan pembelajaran dengan metode inquiri.

Konsep Kajian Keilmuan Kewarganegaraan Berlandaskan


Berdasarkan Pancasila dan UUD 1945
1. Konsep bhineka tunggal ika dalam bingkai multikultural nilai-nilai
Pancasila.
Isu-Isu Kewarganegaraan
1. Isu kewarganegaraan dalam konteks global
3 Daftar Strategi pembelajaran PKn yang perlu dikembangkan sesuai dengan
materi pendekatan field psychology
yang sering
mengalami
miskonseps
i

Anda mungkin juga menyukai