Anda di halaman 1dari 30

Nama : Nela Ambarwati

ID SIMPKB : 201901118148

LK 0.1: Lembar Kerja Belajar Mandiri (Profesional Modul 1-6)

Judul Modul 1 Karakter Profesional Guru PPKn


Judul Kegiatan Belajar (KB) 1. Cinta Tanah Air dan Bela
Negara
2. Kesamaptaan dan
Kepemimpinan
3. Kerjasama, Komunikasi,
Kepekaan Sosial dan
Kepedulian Terhadap
Masyarakat, Profesi dan
Lingkungan
4. Budaya dan Karakter Bangsa
Sebagai Sumber Belajar PPKn

No Butir Refleksi Respon/Jawaban


1 Garis besar materi yang 1. KB 1 : Cinta tanah air adalah mengenal
dipelajari dan mencintai wilayah nasional sehingga
selalu waspada serta siap membela tanah
air Indonesia terhadap segala bentuk
ancaman, tantangan, hambatan, dan
gangguan yang dapat membahayakan
kelangsungan hidup bangsa dan negara.
Bela negara adalah sikap dan perilaku
warga negara yang dijiwai oleh kecinta-
annya kepada NKRI yang berdasarkan
Pancasila dan Undang Undang Dasar
1945 dalam menjamin kelangsungan
hidup bangsa dan negara. Pengaruh
asing di era globalisasi dapat dianalogi-
kan sebagai virus yang menakutkan,
namun selama ketahanan nasional
sebagai sistem kekebalan tubuh cukup
kuat, virus tersebut seharusnya tidak
menjadi kekuatan yang mengancam.
Salah satu upaya strategis mewujudkan
hal tersebut yaitu melalui Pendidikan
Kewarganegaraan, yang akan membang-
un kompetensi kewarganegaraan.
Pendidikan Kewarganegaraan akan
merevitalisasi wawasan kebangsaan yang
akan menanamkan kebanggaan sebagai
bangsa pejuang, menjadikan Pancasila
sebagai acuan kritis dan etika politik
dalam bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara, menegakkan kedaulatan
rakyat, serta menata nilai-nilai funda-
mental spiritual segenap komponen
bangsa melalui pengakuan terhadap
kebhinekaan bangsa. Ancaman secara
garis besar diklasifikasikan menjadi
ancaman faktual dan ancaman potensial.
2. KB 2 : Kesamaptaan merupakan suatu
keadaan siap siaga yang dimiliki oleh
seseorang baik secara fisik, mental,
maupun sosial dalam menghadapi situasi
kerja yang beragam. Istilah lainnya
adalah siap siaga dalam segala kondisi.
Guru PPKn yang samapta adalah guru
yang mampu meminimalisir terjadinya
hal-hal yang tidak diinginkan terkait
dengan pelaksanaan kerja. Salah satu
bagian kesamaptaan yang wajib dimiliki
dan dipelihara oleh guru PPKn adalah
kesamaptaan jasmani. Kesamaptaan
jasmani adalah kegiatan atau
kesanggupan seseorang untuk
melaksanakan tugas atau kegiatan fisik
secara lebih baik dan efisien. Untuk
mengetahui dan memelihara
kesamaptaan jasmani yang dimiliki maka
diperlukan serangkaian bentuk tes dan
latihan kesamaptaan jasmani. Beberapa
bentuk kesamaptaan fisik yang sering
digunakan dalam melatih kesamaptaan
jasmani, yaitu; lari 12 menit, pull up, sit
up, push up, shutle run (lari membentuk
angka 8), lari 2.4 km atau cooper test,
dan berenang. Ragam latihan
kesamaptaan lainnya yang dapat
dilakukan untuk meningkatkan
kesegaran jasmani, diantaranya senam,
bersepeda, berjalan cepat, dan lari
maraton. Kesamaptaan mental adalah
kesiapsiagaan seseorang dengan
memahami kondisi mental,
perkembangan mental, dan proses
menyesuaikan diri terhadap berbagai
tuntutan sesuai dengan perkembangan
mental/jiwa (kedewasaan) nya, baik
tuntutan dalam diri sendiri maupun luar
dirinya sendiri, seperti menyesuaikan diri
dengan lingkungan rumah, sekolah,
lingkungan kerja dan masyarakat.
Seorang guru PPKn dapat dikatakan
telah memiliki kesamaptaan mental, jika
ia mampu menerima dan berbagi rasa
aman, kasih sayang, kebahagiaan, dan
rasa diterima oleh orang lain dalam
melakukan berbagai aktivitas. Ahli jiwa
mengatakan bahwa pengaruh mental itu
dapat dilihat pada perasaan, pikiran,
kelakuan, dan kesehatan. Sasaran
latihan kesamaptaan jasmani dan mental
adalah dengan mengembangkan
dan/atau memaksimalkan kekuatan
jasmani dan mental dengan tujuan
mengembangkan modal dasar kita
sebagai insani yaitu modal insani. Modal
manusia adalah komponen yang sangat
penting di dalam organisasi. Manusia
dengan segala kemampuannya bila
dikerahkan keseluruhannya akan
menghasilkan kinerja yang luar biasa.
Ada enam komponen dari modal
manusia, yakni; (1) modal intelektual; (2)
modal emosional; (3) modal sosial; (4)
modal ketabahan, (5) modal moral; dan
(6) modal kesehatan. Keenam komponen
modal manusia ini diharapkan muncul
dalam sebuah kinerja guru sebagai
pelayan masyarakat yang baik. d.
Kepemimpinan adalah upaya untuk
mempengaruhi orang lain dengan
memberikan dorongan dan bimbingan
dalam bekerjasama untuk mengejar
tujuan yang telah disepakati bersama.
Agar peranan pemimpin tersebut berhasil
perlu berbagai sifat antara lain yaitu:
bersikap adil, memberikan sugesti,
mendukung tercapainya tujuan, sebagai
katalisator, menciptakan rasa aman,
sebagai wakil organisasi, sumber
inspirasi, dan yang terakhir mau
menghargai.
3. KB 3 : Kompetensi Sosial adalah
kemampuan guru untuk berkomunikasi
dan bergaul secara efektif dengan peserta
didik, tenaga kependidikan, orang tua
peserta didik, dan masyarakat sekitar.
Ruang lingkup kemampuan sosial
tersebut dirinci menjadi beberapa
faktor,yaitu: bersikap inklusif dan
bertindak obyektif, beradaptasi dengan
lingkungan tempat bertugas dan dengan
lingkungan masyarakat, berkomunikasi
secara efektif, empatik dan santun
dengan komunitas profesi sendiri
maupun profesi lain, secara lisan dan
tulisan dalam bentuk lain, serta
berkomunikasi secara empatik dan
santun dengan masyarakat. Kerjasama
merupakan hal penting dalam sebuah
organisasi maupun lingkungan kerja. Di
sekolah guru PPkn harus
memaksimalkan potensi pendukung
kerjasama tersebut sebagai upaya
menciptakan suasana kondusif dalam
kerjasama. komunikasi adalah proses
penyampaian sebuah pesan dalam
bentuk atau cara penyampaian yang bisa
disesuaikan sehingga makna dari pesan
tersebut dapat diterima sehingga terjadi
pertukaran pesan verbal maupun non-
verbal, dan hasil dari komunikasi yang
telah dilakukan memungkinkan untuk
mengubah tingkah laku seseorang
(perubahan yang terjadi di dalam diri
seseorang). c) Kepekaan sosial atau yang
sering disebut dengan istilah empati
adalah suatu kondisi dimana seseorang
mampu menempatkan diri pada keadaan
emosi orang lain dan seolah-olah
mengalaminya sendiri.
4. KB 4 : Secara umum, budaya diartikan
sebagai keseluruhan sistem berpikir,
nilai, moral, norma, dan keyakinan
(belief) manusia yang dihasilkan
masyarakat. Sementara itu, makna
karakter sendiri adalah watak, tabiat,
akhlak, atau kepribadian seseorang yang
terbentuk dari hasil internalisasi
berbagai kebajikan (virtues) yang diyakini
dan digunakan sebagai landasan untuk
cara pandang, berpikir, bersikap, dan
bertindak. Pendidikan budaya dan
karakter bangsa dalam Sisdiknas sendiri
berfungsi mengembangkan kemampuan
dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa,
bertujuan untuk berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga negara yang demokratis
serta bertanggung, dan pendidikan
karakter tersebut dilakukan dalam
rangka mencapai tujuan pendidikan
nasional jawab. Dasar utama
pemanfaatan budaya dan karakter
bangsa sebagai sumber belajar secara
historis terlihat pada nilai-nilai
patriotisme dan semangat kebangsaan
yang menjadi legacy dari para pendiri
bangsa Indonesia. pemanfaatan budaya
dan karakter bangsa Indonesia sebagai
sumber belajar PPKn tudak hanya
bertujuan untuk menciptakan manusia
Indonesia yang berbudaya dan
berkarakter, namun juga berfungsi
untuk melahirkan generasi Indonesia
yang memiliki semangat kebangsaan
dengan menjunjung tinggi kearifan lokal
(local wisdom) bangsa Indonesia.
2 Daftar materi yang sulit 1. Contoh ancaman faktual terhadap NKRI
dipahami di modul ini 2. Modal Insani Pendukung Kesamaptaan
dalam Menghadapi Perubahan
Lingkungan Strategis
3. Pentingnya komunikasi yang efektif
dalam sebuah proses kerjasama
4. Nilai utama pendidikan budaya dan
karakter bangsa sebagai sumber belajar
PPKn
3 Daftar materi yang sering 1. Ancaman faktual dan konseptual
mengalami miskonsepsi 2. Tipe manusia quitter dan camper
3. Karakter dan kepribadian

Judul Modul 2 Kompetensi Guru PPKn Dalam


Mengembangkan Potensi Peserta
Didik di Era Revolusi Industri 4.0
Judul Kegiatan Belajar (KB) 1. Profesionalisme Guru PPKN Dalam Era
Industri 4.0
2. Psikologi Perkembangan Peserta Didik
3. Teori dan Perangkat Pembelajaran PPKn
4. Komunikasi Interaksi Profesional Guru
PPKn

No Butir Refleksi Respon/Jawaban


1 Garis besar materi yang 1. KB 1 : Ruang lingkup profesionalisme
dipelajari guru memiliki tiga ruang lingkup yaitu:
a. layanan administrasi berkaitan
dengan kemampuan guru untuk
memahami
bagaimana sekolah itu dikelola, apa
peranan guru di dalamnya, bagaimana
memanfaatkan prosedur serta
mekanisme pengelolaan tersebut untuk
kelancaran tugas-tugasnya sebagai guru;
b. layanan Instruksional yang
berkaitan dengan penyelenggaraan
proses belajar mengajar, menuntut guru
untuk menguasai isi atau materi bidang
studi yang diajarkan serta wawasan
yang berhubungan dengan materi itu,
kemampuan mengemas materi itu sesuai
dengan latar belakang perkembangan
dan tujuan pendidikan, serta menyajikan
sedemikian rupa sehingga merangsang
murid untuk menguasai dan
mengembangkan materi itu dengan
menggunakan kreativitasnya; c. layanan
bantuan berkaitan dengan tugas
membantu murid dalam mengatasi
masalah belajar pada khususnya dan
masalah-masalah pribadi yang akan
berpengaruh terhadap keberhasilan
belajarnya. Prinsip guru dalam
melaksanakan tugas dijelaskan dalam
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2015
tentang Guru dan Dosen pasal 7 yang
terdiri dari :1) memiliki bakat, minat,
panggilan jiwa, dan idealisme; 2)
memiliki komitmen untuk meningkatkan
mutu pendidikan, keimanan, ketakwaan,
dan akhlak mulia; 3) memiliki kualifikasi
akademik dan latar belakang pendidikan
sesuai dengan bidang tugas; 4) memiliki
kompetensi yang diperlukan sesuai
dengan bidang tugas; 5) memiliki
tanggung jawab atas pelaksanaan tugas
keprofesionalan; 6) memperoleh
penghasilan yang ditentukan sesuai
dengan prestasi kerja; 7) memiliki
kesempatan untuk mengembangkan
keprofesionalan secara berkelanjutan
dengan belajar sepanjang hayat; 8)
memiliki jaminan perlindungan hukum
dalam melaksanakan tugas
keprofesionalan; dan 9) memiliki
organisasi profesi yang mempunyai
kewenangan mengatur hal-hal yang
berkaitan dengan tugas keprofesionalan
guru. Kompetensi yang harus dimiliki
oleh guru berdasarkan Undang-Undang
No.14 Tahun 2005 tentang Guru dan
Dosen Pasal 10 ayat (1) mencakup
kompetensi pedagogik, kompetensi
kepribadian, kompetensi sosial dan
kompetensi profesional yang diperoleh
melalui pendidikan profesi.
2. KB 2 : Psikologi perkembangan memiliki
tiga tujuan utama yaitu : 1) sebagai
petunjuk bagi individu untuk
mengetahui apa yang diharapkan
masyarakat dari mereka pada usia usia
tertentu, 2) memberi motivasi kepada
setiap individu untuk melakukan apa
yang diharapkan dari mereka oleh
kelompok sosial pada usia tertentu, 3)
sebagai bekal dalam penyesuaian diri
pada situasi baru. Tahapan
perkembangan kognitif menurut Piaget
dibagi menjadi empat tahapan yaitu : 1)
tahap sensori, 2) tahap praoperasional, 3)
tahap operasi konkrit, dan 4) tahap
operasi formal. Tahapan perkembangan
moral menurut Kohlberg dibagi menjadi
tiga tahapan yaitu : 1) Moralitas
Prakonvensional yang terdiri dari a)
kepatuhan dan orientasi hukuman, b)
individualisme dan pertukaran; 2)
Moralitas Konvensional yang terdiri dari
a) hubungan antar pribadi yang baik, b)
memelihara tatanan sosial; 3) Moralitas
Pascakonvensional yang terdiri dari a)
kontrak sosial dan hak-hak individual, b)
prinsip-prinsip universal. Tahapan
perkembangan psikososial menurut
Erikson dibagi menjadi 8 tahapan
yaitu, 1) Trust vs Mistrust (percaya vs
tidak percaya) pada kelahiran – 18
bulan, 2) Autonomy vs Doubt
(kemandirian vs keraguan) pada usia 18
bulan – 3 tahun, 3) Initiative vs Guilt
(inisiatif vs rasa bersalah) pada usia 3
tahun – 6 tahun, 4) Industry vs Inferiority
(ketekunan vs rasa rendah diri) pada usia
6 tahun – 12 tahun, 5) Identity vs Role
Confusion (identitas vs kekacauan
identitas)pada usia 12 tahun -18 tahun,
6) Intimacy vs Isolation (keintiman vs
isolasi) pada usia ± 18 tahun – 40 tahun,
7) Generativity vs Self Absorption
(generativitas vs stagnasi) pada usia ± 40
tahun – 65 tahun, 8) Integrity vs
despair (integritas vs keputusasaan) pada
usia ± 65 ke atas. Tahapan
perkembangan kognitif menurut
Bruner yaitu : 1) Enaktif, tahap belajar
dnegan memanipulasi objek secara
langsung, 2) Ikonik, tahap melihat dunia
melalui visualisasi, 3) simbolik, memiliki
gagasan abstrak yang banyak
dipengaruhi bahasa dan logika. Periode
perkembangan memiliki tahapan sebagai
berikut: 1) periode anak, 2) periode
remaja, dan 3) periode dewasa.
3. KB 3 : Empirisme adalah aliran yang
menjadikan pengalaman sebagai sumber
pengetahuan. Aliran ini beranggapan
bahwa pengetahuan diperoleh melalui
pengalaman dengan cara observasi/
penginderaan. Ajaran-ajaran pokok
empirisme yaitu: a) Pandangan bahwa
semua ide atau gagasan merupakan
abstraksi yang dibentuk dengan
menggabungkan apa yang dialami, b)
Pengalaman inderawi adalah satu-
satunya sumber pengetahuan, dan bukan
akal atau rasio, c) Semua yang kita
ketahui pada akhirnya bergantung pada
data inderawi, d) Semua pengetahuan
turun secara langsung, atau di
simpulkan secara tidak langsung dari
data inderawi (kecuali beberapa
kebenaran definisional logika dan
matematika), e) Akal budi sendiri tidak
dapat memberikan kita pengetahuan
tentang realitas tanpa acuan pada
pengalaman inderawi dan penggunaan
pancaindera kita. b. Aliran behavioristik
memiliki pandangan bahwa hasil belajar
(perubahan perilaku) bukanlah berasal
dari kemampuan internal manusia
(insight) tetapi karena faktor stimulus
yang menimbulkan respons.
Konstruktivisme adalah suatu
pendekatan terhadap belajar yang
berkeyakinan bahwa orang secara aktif
membangun atau membuat
pengetahuannya sendiri dan realitas
ditentukan oleh pengalaman orang itu
sendiri pula. perencanaan proses
pembelajaran meliputi silabus dan
rencana pelaksanaan pembelajaran yang
memuat sekurang-kurangnya beberapa
hal, diantaranya : 1) tujuan
pembelajaran, 2) materi/isi, 3) strategi
dan metode pembelajaran, 4) media dan
sumber belajar, 5) evaluasi.
4. KB 4 : TIK (Information and
Communication Technology) adalah
berbagai aspek yang melibatkan
teknologi, rekayasa dan teknik
pengolahan yang digunakan dalam
pengendalian dan pemrosesan informasi
serta penggunaannya, hubungan
computer dengan manusia dan hal yang
berkaitan dengan social, ekonomi dan
kebudayaan. Pembelajaran berbasis TIK
berhubungan dengan pemanfaatan media
teknologi dan informasi, seperti
komputer, internet, telepon, media audio
visual dan alat bantu lainnya yang
dikemas dalam bentuk program
pembelajaran e-learning. Beberapa
pembelajaran berbasis TIK yang dapat
dikembangkan dalam pembelajaran PKn
adalah : 1) Computer Based Instruction
(CBI), 2) Web Based Education (E-
Learning), 3) Blended Learning. Cara
komunikasi yang efektif antara guru
dengan masyarakat sekolah antara lain:
1) menyederhanakan yang rumit, 2)
membiasakan berbicara yang baik di
lingkungan sekolah, 3) berbicara secara
langsung, 4) menghargai adanya
perbedaan kebudayaan, 5) memberikan
feedback yang baik, 6) menyesuaikan
antara ucapan dan perbuatan, 7)
presentasi secara visual, 8) jadilah
humoris yang menyenangkan, 8)
menerima masukan, 9) murah senyum.
2 Daftar materi yang sulit 1. Bentuk-bentuk layanan administrasi,
dipahami di modul ini layanan instruksional dan layanan
bantuan
2. Pengaruh perkembangan peserta didik
terhadap kompetensi pedagogik guru.
3. Penerapan PBK model games dalam
pembelajaran PPKn
3 Daftar materi yang sering 1. Evaluasi dan penilaian
mengalami miskonsepsi 2. Tahapan perkembangan psikososial
menurut Erikson
3. Aliran empirisme
4. Computer Based Instruction (CBI) dan
Web Based Education

Judul Modul 3 Konsep Dasar Keilmuan Kewarganegaraan


Judul Kegiatan Belajar (KB) 1. Konsep Dasar, Prinsip dan Prosedur
Pembelajaran PPKn
2. Struktur, Metode dan Spirit Keilmuan
Kewarganegaraan
3. Konsep Kajian Keilmuan
Kewarganegaraan Berlandaskan
Pancasila Dan Uud 1945
4. Isu-Isu Kewarganegaraan

No Butir Refleksi Respon/Jawaban


1 Garis besar materi yang 1. KB 1 : Pada dasarnya pembelajaran PPKn
dipelajari jika dikaji dari segi ontologi keilmuannya
terdapat konsep dasar, prinsip, dan
prosedur keilmuannya yang perlu untuk
dipahami dan dilaksanakan secara baik
oleh seluruh pemangku kepentingan
PPKn dalam hal ini adalah Guru.
Paradigma ini merupakan salah satu
langkah bagus dalam pembelajaran PPKn
untuk mewujudkan pembelajaran yang
efektif dan memberi pengaruh yang
signifikan terhadap peserta didik dalam
membentuk atribut civic knowledge, civic
skill, dan civic disposition peserta didik
untuk menjadi warganegara yang baik
dan cerdas serta memiliki rasa
kebangsaan yang baik dan berfilosofikan
Pancasila. PPKn sebagai suatu
pendidikan bagi warganegara untuk
mendidik mereka dalam ranah politik,
hukum, dan moral. Konsep awalnya yang
mengusung “Budi Pekerti”
menjadikannya sebagai pendidikan yang
berfokus untuk membentuk morality
warganegara. Sehingga dengan demikian
pembelajaran PPKn sesungguhnya dapat
membina dan membentuk secara baik,
terstruktur, dan arif morality
warganegara. Pembelajaran PPKn
memiliki standar tradisi yang kuat dalam
ranah Ilmu Sosial dalam upaya
mewujudkan urgensi citizenship
transmission yang berfokus pada
karakter warganegara yang cerdas dan
baik. PPKn sebagai wahana pendidikan
Politik bertujuan untuk membentuk
semangat civic participatory warganegara
dan membentuk civil society. Selain itu
PPKn sebagai wahana pendidikan hukum
juga memiliki peran penting untuk
meningkatkan kesadaran warganegara
(civic awareness) dalam berkonstitusi.
Terakhir PPKn sebagai wahana
pendidikan moral juga signifikan
pengaruhnya terhadap warganegara
untuk membentuk perasaan moral yang
baik dalam berkehidupan berbangsa dan
bernegara sesuai dengan pancasila dan
UUD 1945. Disamping itu pancasila
sebagai falsafah bangsa dan dasar Negara
menjadi dua tolak ukur utama yang perlu
diintegrasikan kedalam capaian
kompetensi peserta didik melalui
pembelajaran PPKn. Dan selain itu juga
perlu pengembangan kompetensi peserta
didik dalam pembelajaran PPKn untuk
dikorelasikan dengan standar kompetensi
inti kurikulum 2013 agar secara yuridis
dan pedagogis, PPKn menjadi
pembelajaran yang efektif dari segi
konsep, prinsip, dan prosedur
pembelajaran bagi warganegara atau
peserta didik.
2. KB 2 : Pembelajaran PPKn jika dikaji dari
segi ontologi keilmuannya mencakup
konsep dasar, prinsip, dan prosedur
keilmuannya yang perlu untuk dipahami
dan dilaksanakan secara baik oleh
seluruh pemangku kepentingan PPKn
dalam hal ini adalah Guru. Paradigma ini
merupakan salah satu langkah bagus
dalam pembelajaran PPKn untuk
mewujudkan pembelajaran yang efektif
dan memberi pengaruh yang signifikan
terhadap peserta didik dalam membentuk
atribut civic knowledge, civic skill, dan
civic disposition peserta didik untuk
menjadi warganegara yang baik dan
cerdas serta memiliki rasa kebangsaan
yang baik dan berfilosofikan Pancasila.
PPKn sebagai suatu pendidikan bagi
warganegara untuk mendidik mereka
dalam ranah politik, hukum, dan moral.
Konsep awalnya yang mengusung “Budi
Pekerti” menjadikannya sebagai
pendidikan yang berfokus untuk
membentuk morality warganegara.
Sehingga dengan demikian pembelajaran
PPKn sesungguhnya dapat membina dan
membentuk secara baik, terstruktur, dan
arif morality warganegara. Pembelajaran
PPKn juga memiliki standar tradisi yang
kuat dalam ranah Ilmu Sosial dalam
upaya mewujudkan urgensi citizenship
transmission yang berfokus pada karakter
warganegara yang cerdas dan baik. PPKn
sebagai wahana pendidikan Politik
bertujuan untuk membentuk semangat
civic participatory warganegara dan
membentuk civil society. Selain itu PPKn
sebagai wahana pendidikan hukum juga
memiliki peran penting untuk
meningkatkan kesadaran warganegara
(civic awareness) dalam berkonstitusi.
Terakhir PPKn sebagai wahana
pendidikan moral juga signifikan
pengaruhnya terhadap warganegara
untuk membentuk perasaan moral yang
baik dalam berkehidupan berbangsa dan
bernegara sesuai dengan pancasila dan
UUD 1945. Disamping itu Pancasila
sebagai falsafah bangsa dan dasar negara
menjadi dua tolak ukur utama yang perlu
diintegrasikan ke dalam capaian
kompetensi peserta didik melalui
pembelajaran PPKn. Selain itu, juga perlu
pengembangan kompetensi peserta didik
dalam pembelajaran PPKn untuk
dikorelasikan dengan Standar
Kompetensi Inti Kurikulum 2013 agar
secara yuridis dan pedagogis, PPKn
menjadi pembelajaran yang efektif dari
segi konsep, prinsip, dan prosedur
pembelajaran bagi warganegara atau
peserta didik.
3. KB 3 : Pendidikan pancasila dan
kewarganegaraan (PPKn) adalah program
pendidikan yang dalam implementasinya,
pembelajaran lebih menekankan pada
pengambangan aspek value inculcation.
Metode penanaman nilai menjadi cara
yang relevan untuk mendukung visi dan
misi PPKn dalam mengembangkan
potensi peserta didik yang memiliki rasa
kebangsaan, cinta tanah air, dan
demokratis dan bertanggung jawab
melalui semangat dan komitmen pada
empat konsensus bangsa Indonesia yaitu
Pancasila, UUD 1945, Bhinneka Tunggal
Ika, dan NKRI. Ke empat konsensus
tersebut sebagai landasan bagi
warganegara Indonesia dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara. Dalam hal ini, peran guru
sangatlah penting. Guru PPKn secara
pedagogis dan profesional harus
menguasai substansi keempat konsensus
tersebut untuk dijabarkan atau
diinternalisasi dalam kompetensi dasar
kurikulum PPKn dalam mendukung
aspek kompetensi inti kurikulum PPKn di
sekolah. Kemampuan substantif-
pedagogik menjadi elemen penting bagi
seorang pengajar PPKn di sekolah. Hal ini
tidak lepas dari perannya untuk
mensosialisasikan ilmu dan
menginternalisasikan ilmu yang
bermanfaat bagi peserta didik dalam hal
ini adalah civics (sebagai ilmunya
program PPKn).
4. KB 4 : Paradigma baru PPKn yang
mengedepankan aspek civic literacy atau
literasi warganegara, perlu diadakan
pembinaan dan edukasi secara baik
untuk memahami dan keterlibatan pada
isu-isu kewarganegaraan yang meliputi
bidang ideologi, politik, hukum, ekonomi,
sosial, budaya, pertahanan keamanan
dan agama, dalam konteks lokal,
nasional, regional, dan global dalam
bingkai Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI). Pada konteks lokal, isu
kewarganegaraan banyak menyangkut
soal etnosentrisme. Pada konteks
nasional, ada banyak sekali isu
kewarganegaraan yang hangat terjadi dan
dapat memecah keutuhan serta
harmonisasi hidup rukun bangsa
Indonesia. Sebut saja masalah ideologi
separatisme, diskriminasi, dan
marginalisasi. Pada konteks regional, isu
seputar kewarganegaraan di kawasan
ASEAN banyak membahas tentang
radikalisme. Sedangkan dalam konteks
Global, isu-isu ewarganegaraan berakar
dari masalah aktualisasi
kewarganegaraan global yang sarat akan
konflik kemanusiaan, hubungan bilateral
maupun multilateral, ancaman
keamanan atau suasana kondusif secara
global, konflik hak asasi manusia, dan
masalah pengungsian. Selain itu, isu
penting lainnya adalah persoalan warga
digital, dimana seorang warga negara
digital memiliki peran yang vital untuk
berkontribusi terhadap isu
perkembangan kewarganegaraan di
lingkungan global. Disinilah letak peran
vital seorang guru, termasuk adalah guru
PPKn. Dalam dimensi pendidikan
tersemat tanggung jawab besar. Untuk
itu, Guru PPKn secara pedagogis dan
profesional harus menguasai substansi
dan terampil mengaktualisasi konsep
kewarganegaraan yang juga berfokus
pada pemahaman dan bertanggungjawab
pada isu-isu kewarganegaraan yang
mutakhir sehingga dapat menjadi agen
pembentukan warganegara yang dapat
melibatkan diri peserta didik serta
sumbangsi atau berpartisipasi aktif
peserta didik untuk mampu menghadapi
berbagai tantangan isu kewarganegaraan
yang meliputi bidang ideologi, politik,
hukum, ekonomi, sosial, budaya,
pertahanan keamanan dan agama, dalam
konteks lokal, nasional, regional, dan
global dalam bingkai Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI).
2 Daftar materi yang sulit 1. Spirit pengembangan keilmuan
dipahami di modul ini kewarganegaraan
2. Isu-isu kewarganegaraan berdasarkan
pendekatan global dalam perspektif
pendidikan
3 Daftar materi yang sering 1. Struktur, metode, dan spirit keilmuan
mengalami miskonsepsi kewarganegaraan
2. Socio-culture PPKn

Judul Modul 4 Sumber Pembelajaran PPKn Berbasis


Karakter
Judul Kegiatan Belajar (KB) 1. Sumber-Sumber Pembelajaran PPKn
2. Buku dan Internet Sebagai Sumber
Pembelajaran PPKn
3. Sumber Pembelajaran PPKn Berbasis ICT
4. Implementasi ICT dalam Pembelajaran
PPKn

No Butir Refleksi Respon/Jawaban


1 Garis besar materi yang 1. KB 1 : Sumber belajar (learning
dipelajari resources) adalah semua sumber baik
berupa data, orang dan wujud tertentu
yang dapat digunakan oleh peserta didik
dalam belajar, baik secara terpisah
maupun secara terkombinasi sehingga
mempermudah peserta didik. sumber
belajar yang dapat digunakan oleh
peserta didik untuk mempelajari suatu
hal dalam pemenuhan bekal diri siswa
seperti pengetahuan, sikap dan
keterampilan yang berasal dari pencarian
informasi, seni bertanya, keterampilan
dalam penggunaan media dan teknologi
untuk menelusuri jawaban, kecakapan
membangun komunikasi dan interaksi
kepada guru, teman sejawat dan
lingkungannya. Ruang lingkup sumber
belajar adalah komponen-komponen yang
berkontribusi dalam khasanah keilmuan,
sumbangsihnya adalah kebermanfaatan
yang rasional, terukur, dan realistis
seperti informasi, manusia, bahan
media/alat, teknik dan lingkungan. Maka
dengan segala kelengkapan itu peserta
didik dapat menyerap dan
menjadikannya sebagai referensi
keilmuan. Kebutuhan peserta didik
dalam mencari sumber belajar harus
dibekali kemampuan untuk memahami,
menerapkan, menganalisis, menyeleksi
/filterisasi, serta mengevaluasi dalam
menyerap sumber belajar. kendatipun
sumber belajar selama ini dianggap
sebagai suatu hal yang sulit dan mahal
untuk mendapatkannya. Ini bukan
menjadi alasan untuk menghambat
kreativitas dan inovasi, pemanfaatan
bahan-bahan atau benda-benda yang ada
sekitar dilingkungannya dapat dijadikan
sebagai sumber belajar. Dengan berbekal
kreativitas, tenaga pendidik seharusnya
dapat membuat dan menyediakan
sumber belajar yang sederhana dan
murah. Bagaimanapun juga pemanfaatan
sumber belajar harus hadir sebagai
bentuk upaya penguatan karakter karena
sumber belajar memiliki fungsi untuk
meningkatkan produktivitas pendidikan,
untuk membangun kemandirian,
kemampuan mengelola informasi,
efektifitas belajar yang terhambat arak
dan waktu untuk belajar, kemudian
untuk memungkinkan penyajian
pendidikan yang lebih luas. Bila sumber
belajar dapat di manajemen dengan baik
maka tujuan dan potensi yang didapat
dari sumber belajar tersebut dapat mem
daya guna tingkat gairah belajar;
Memungkinkan adanya interaksi yang
lebih langsung antara peserta didik
dengan lingkungan; memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk
mencari pengalaman yang
memungkinkan peserta didik untuk
belajar mandiri sesuai dengan tingkat
kemampuannya; Menghilangkan
kekacauan penafsiran; Upaya penguatan
karakter tidak hanya melalui pendekatan
tekstual, melainkan ranah kontekstual
yang berperan penting dalam
kedigdayaan manusia dalam membangun
karakter. Rasional, terukur dan realistis
menjadi alasan kuat untuk bisa
memberikan jawaban atas pemenuhan
bekal diri peserta didik. Sumber belajar
dijadikan rujukan yang kompatibel dalam
memenuhi kebutuhan belajar peserta
didik. Guru hadir sebagai garda depan
dalam panutan/teladan, bimbingan dan
mengawasi.Tindakan yang Kreatif dan
inovatif dalam memanajerial sumber
belajar yang relevan dengan
mengakomodir referensi yang akurat dan
kekinian.
2. KB 2 : Buku teks adalah buku yang
dijadikan pegangan peserta didik pada
jenjang tertentu sebagai sumber belajar,
berkaitan dengan bidang studi PPKn.
Buku teks biasanya dilengkapi sarana
pembelajaran sebagai penunjang dalam
program pembelajaran dan sebagai bahan
referensi atau bahan rujukan oleh peserta
didik, serta memperlancar efisiensi dan
efektivitas kegiatan pembelajaran. Selain
buku teks dalam bentuk cetak, ermacam-
macam sumber belajar juga bisa diakses
melalui internet dengan menggunakan
berbagai fasilitas yang ada pada sistem
jaringan internet.
3. KB 3 : Kemampuan memilih sumber-
sumber pembelajaran PPKn merupakan
salah satu komponen penting yang harus
dimiliki oleh guru- guru PPKn guna
menghasilkan proses pembelajaran yang
efektif serta meningkatkan kemampuan
peserta didik untuk memahami,
mengingat dan mengorganisir kembali
informasi-informasi yang dihasilkan pada
pembelajaran PPKn. Efektifitas dan
relevansi sumber-sumber pembelajaran
ini berkaitan erat dengan media yang
digunakan untuk mengeksplorasi dan
menyajikannya kepada peserta didik.
Perkembangan ICT yang pesat
memudahkan guru dan peserta didik
untuk mengakses dan menggunakan
sumber-sumber pembelajaran PPKn yang
relevan. Diantaranya adalah penggunaan
internet untuk menghimpun sumber
pembelajaran untuk kemudian disusun
dan disajikan dengan berbasis komputer.
Penyajian sumber-sumber pembelajaran
tersebut dapat menggunakan media
visual, media audio maupun maupun
projected still media. Penyajian
menggunakan media visual menyajikan
materi dalam bentuk visualisasi materi
menggunakan media yang relevan seperti
power point dan ditampilkan baik
menggunakan OHP maupun infocus.
Media visual memiliki empat fungsi, yakni
1) fungsi atensi, 2) fungsi afektif, 3) fungsi
kognitif dan 4) fungsi kompensatoris.
Keempat fungsi ini bisa dielaborasi lebih
jauh dengan menggunakan model
pembelajaran diantaranya model ASSURE
dengan enam langkah, yakni 1) analyze
learner, 2), state objectives 3) select
methods, media, material 4) Utilize
media and materiels, 5) Require learner
participation, dan 6) Evaluate and revise.
Penggunaan media audio sebagai sumber
pembelajaran dapat dilakukan dengan
menghasilkan bunyi misalnya melalui
pemutaran audio cassette tape recorder,
radio, telepon dan audio disk. Bentuk-
bentuk audio yang bisa digunakan
sebagai sumber pembelajaran PPKn
antara lain kumpulan pidato-pidato
tokoh-tokoh negara yang relevan dengan
pokok bahasan maupun dialog-dialog
dalam bentuk audio lainnya. Projected
still media merupakan media yang
memerlukan proyektor untuk
menampilkan informasi dalam bentuk
gambar/tulisan yang tidak bergerak
seperti transparansi slide, power point,
microfilm dan lain sebagainya.
Penggunaan projected still media sebagai
sumber pembelajaran dilakukan dengan
menampilkan media yang berisi materi-
materi yang relevan dengan mata ajar
PPKn yang sedang didiskusikan di kelas.
4. KB 4 : Selain mengenal ICT sebagai
sumber pembelajaran, guru juga perlu
untuk mengimplementasikan ICT pada
proses pembelajaran PPKn. Implementasi
ICT sebagai sumber pembelajaran dapat
menstimulasi siswa untuk terlibat aktif
dengan desain pembelajaran yang kreatif
dan inovatif. Pada konteks ini terdapat
tiga hal yang harus dipertimbangkan
guru, yakni 1) memilih materi sebagai
sumber pengetahuan; 2) keadaan warga
sekolah terkait siswa dan lingkungan
belajar; dan 3) model pembelajaran yang
didesain.
2 Daftar materi yang sulit 1. Peluang guru PPKn dalam menggunakan
dipahami di modul ini media pembelajaran berbasis ICT
3 Daftar materi yang sering 1. Projected still media
mengalami miskonsepsi

Judul Modul 5 Membangun Karakter Keindonesiaan


Guru PPKn dan Peserta Didik
Judul Kegiatan Belajar (KB) 1. Karakteristik Peserta Didik Dari Aspek
Fisik, Moral, Sosial, Kultural, Emosional
dan Intelektual
2. Karakteristik Etika Profesi Guru dan
Aplikasinya Dalam Pembelajaran PPKn
3. Kualifikasi Dan Regulasi Profesionalisme
Guru PPKn
4. Pengembangan Kemampuan Profesional
Guru PPKn

No Butir Refleksi Respon/Jawaban


1 Garis besar materi yang 1. KB 1 : Karakteristik peserta didik dari
dipelajari aspek fisik. Pertumbuhan dan
perkembangan fisik peserta didik dapat
dibagi atas tiga tahap, yaitu tahap setelah
lahir hingga usia tiga tahun, tahap anak-
anak hingga masa pubertas (3-10 tahun),
tahap pubertas (10-14 tahun), dan tahap
remaja/adolesen (usia 12 tahun ke atas).
Berdasarkan tahapan di atas, maka anak
usia sekolah (SD-SMP) dimasukan dalam
tahap pra pubertas dan pubertas awal,
sedangkan anak SMP hingga SMA
dimasukan dalam tahap remaja. Pada
usia sekolah menengah yaitu usia
SMP/SMA dan sederajat peserta didik
berada pada masa remaja atau pubertas
yang merupakan masa peralihan atau
transisi masak kanak-kanak dengan
dewasa. Salah satu segi perkembangan
yang cukup pesat dan nampak dari luar
adalah perkembangan fisik remaja yaitu
postur tubuh yang tinggi tetapi kurus.
Selain terjadi pertambahan tinggi badan
yang sangat cepat, pada masa remaja
berlangsung perkembangan seksual yang
cepat pula. Karakteristik peserta didik
dari aspek moral. Pokok pertama yang
penting dalam pelajaran menjadi pribadi
bermoral ialah belajar apa yang
diharapkan kelompok dari anggotanya
dalam bentuk hukum, kebiasaan dan
peraturan. Di Sekolah seorang guru
mungkin memberi peraturan yang
berbeda dari guru lainnya. Bahkan di
kelompok bermain peraturan permainan
dan olahraga mungkin berbeda,
tergantung pada pimpinan dan
keinginan. Pokok kedua dalam belajar
menjadi orang bermoral ialah
mengembangkan hati nurani sebagai
kendali internal bagi perilaku individu.
Pokok ketiga dalam belajar menjadi
orang yang bermoral adalah
pengembangan rasa bersalah dan rasa
malu. Pokok keempat dalam belajar
menjadi orang bermoral ialah
mempunyai kesempatan melakukan
interaksi dengan anggota kelompok
sosial. Karakteristik peserta didik dari
aspek sosial. Perkembangan sosial
mempunyai arti kemampuan untuk
berperilaku sesuai dengan harapan-
harapan kelompok sosialnya, dan ini
merupakan keterampilan berpikir baru
yang dimiliki remaja. Remaja sering
berpenampilan mengikuti bayangan dan
sering membuat cara-cara untuk
menunjukkan kehebatannya.
Karakteristik sosial remaja adalah adanya
kecenderungan ambivalensi keinginan
menyendiri dengan keinginan untuk
bergaul dengan banyak teman, dan
ambivalensi antara keinginan untuk
bebas dari dominasi pengaruh orangtua
dengan kebutuhan bimbingan dan
bantuan dari orang tuanya. Usia remaja
memiliki ketergantungan yang kuat
pada kelompok sebaya yang disertai
konformitas tinggi. Karakteristik peserta
didik dari aspek kultural. Aspek
kultural merupakan yang berhubungan
dengan kebudayaan, suatu cara hidup
yang berkembang, dan dimiliki bersama
oleh sebuah kelompok orang, dan
diwariskan dari generasi ke generasi.
Budaya terbentuk dari beberapa unsur
yang membangunnya yaitu sistem
bahasa, sistem pengetahuan, sistem
kekerabatan, sistem peralatan hidup,
sistem ekonomi, sistem religi, dan
sistem kesenian. Apabila dapat dipahami
bagi para pendidik, melalui proses
dan tahapan memperoleh data dan fakta
dari observasi yang komprehensif
terhadap peserta didik, tentunya dapat
memberikan masukan bagi guru
dalam memetakan; perbedaan potensi,
mengoptimalkan potensi, serta
menentukan cara mengatasi kesulitan
belajar peserta didik dalam setiap
rancangan pelaksanaan pembelajaran
yang akan dilaksanakan sehingga apa
yang menjadi tujuan pembelajaran dapat
tercapai dengan kondisi yang
melibatkan semua peserta didik, tidak
diskriminatif, nyaman dan
menyenangkan. Karakteristik peserta
didik dari aspek emosional. Kecerdasan
emosional sebagai kemampuan seseorang
untuk dapat memotivasi diri sendiri dan
tekun dalam menghadapi frustasi,
mengontrol dorongan-dorongan impulsif
(kondisi saat seseorang mendapatkan
dorongan untuk melakukan sebuah
tindakan tanpa memikirkan
konsekuensinya terlebih dahulu) dan
mampu menunda pemuasannya,
mengatur suasana hati sehingga tidak
mempengaruhi kemampuan berfikir, dan
berempati. Tanpa kecerdasan emosional
yang sehat, seseorang mudah dikalahkan
oleh nafsunya yang mengalahkan daya
nalar sehingga menjadi lebih emosional
dan salah langkah sehingga menyesali
perbuatannya. Karakteristik peserta
didik dari aspek intelektual.
Kemampuan intelektual merupakan
potensi bawaan (potential ability), namun
beberapa penelitian menunjukkan dalam
perkembangannya dipengaruhi oleh
kualitas lingkungan. Aspek Intelektual
merupakan tingkat kecerdasan peserta
didik yang diukur dari kemampuan
kognitif dalam menyelesaikan masalah,
menalar dan berpikir logika
berdasarkan faktual dan empirisnya
dengan berpikiran jernih berdasarkan
ilmu pengetahuan, tingkat pengertian
atau kesadaran, terutama yang
menyangkut pemikiran dan pemahaman.
Potensi intelektual sudah pasti
berhubungan dengan kecerdasan yaitu
prestasi akademik, kecerdasan
umum, kemampuan khusus (bakat), dan
kreativitas.
2. KB 2 : Guru profesional dengan tugas
utama mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai, dan
mengevaluasi peserta didik. Suatu profesi
mempunyai seperangkat elemen inti yang
membedakannya dengan pekerjaan
lainnya. Seorang penyandang profesi
dapat disebut profesional manakala
elemen- elemen inti itu sudah menjadi
bagian integral dari kehidupannya.
Danim (2010) merangkum beberapa hasil
studi para ahli mengenai sifat-sifat atau
karakteristik-karakteristik profesi seperti
berikut ini : a. Kemampuan intelektual
yang diperoleh melalui pendidikan.
b. Memiliki pengetahuan spesialisasi.
Pengetahuan spesialisasi adalah sebuah
kekhususan penguasaan bidang
keilmuan tertentu. c. Memiliki
pengetahuan praktis yang dapat
digunakan langsung oleh orang lain atau
klien. d. Memiliki teknik kerja yang dapat
dikomunikasikan atau communicable.
e. Memiliki kapasitas mengorganisasikan
kerja secara mandiri atau self
organization. Istilah mandiri disini berarti
kewenangan akademiknya melekat pada
dirinya. f. Mementingkan kepentingan
orang lain (altruism). Seorang guru harus
siapmemberikan layanan kepada peserta
didiknya pada saat bantuan itu
diperlukan, apakah di kelas, di
lingkungan sekolah, bahkan di luar
sekolah. g. Memiliki kode etik. Kode etik
ini merupakan norma-norma yang
mengikat guru dalam bekerja. h. Memiliki
sanksi dan tanggung jawab komunitas.
i. Mempunyai sistem upah. Sistem upah
yang dimaksudkan disini adalah
standar gaji. j. Budaya professional.
Etika Profesi Guru dan Aplikasi dalam
Pembelajaran, kode etik guru
dibuat oleh organisasi atau asosiasi
profesi guru. Persatuan guru Republik
Indonesia (PGRI), telah membuat kode
etik guru yang disebut dengan Kode Etik
Guru Indonesia (KEGI). KEGI ini
merupakan hasil konferensi pusat PGRI
Nomor V/konPus II/XIX/2006 pada
tanggal 25 Maret 2006 di Jakarta yang
disahkan pada Kongres XX PGRI No.
07/Kongres/XX/ PGRI/2008 tanggal 3
Juli 2008 di Palembang. KEGI ini dapat
menjadi kode etik tunggal bagi setiap
orang yang menyandang profesi guru di
Indonesia atau menjadi referensi bagi
organisasi atau asosiasi profesi guru
selain PGRI untuk merumuskan Kode
Etik bagi anggotanya. Berikut ini
disajikan kode etik guru sebagai acuan
guru dalam menjalankan tugas
keprofesian, meliputi: a. Hubungan Guru
dengan Peserta Didik b. Hubungan Guru
dengan Orang Tua/Wali c. Hubungan
Guru dengan Masyarakat d. Hubungan
Guru dengan Sekolah dan Teman Sejawat
e. Hubungan Guru dengan Profesi
f. Hubungan Guru dengan Organisasi
Profesi g. Hubungan Guru dengan
Pemerintah. Melaksanakan tugas
profesinya, guru menyadari sepenuhnya
bahwa Kode Etik Guru Indonesia (KEGI)
sebagai pedoman bersikap dan
berperilaku yang mengejawantah dalam
bentuk nilai-nilai moral dan etika dalam
jabatan guru sebagai pendidik putra-
putri bangsa. KEGI yang tercermin dalam
tindakan nyata itulah yang disebut etika
profesi atau menjalankan profesi secara
beretika.
3. KB 3 : Guru yang berkualitas dibawah
standar tidak mungkin dapat
meningkatkan kreatifitas dan inovasi
guru baik di sekolah maupun di
masyarakat. Dalam Undang-Undang
Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan
Dosen, Guru wajib memiliki kualifikasi
akademik, kompetensi, sertifikat
pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta
memiliki kemampuan untuk mewujudkan
tujuan pendidikan nasional. Kualifikasi
akademik adalah tingkat pendidikan
minimal yang harus dipenuhi oleh
seorang pendidik yang dibuktikan dengan
ijazah dan atau sertifikasi keahlian yang
relevan sesuai ketentuan perundang-
undangan yang berlaku dapat
meningkatkan kreatifitas dan inovasi
guru baik di sekolah dan di masyarakat.
Selain memiliki kualifikasi akademik
seorang guru juga harus memiliki
beberapa kompetensi, kompetensi
tersebut yaitu kompetensi pedagogik,
kompetensi kepribadian, kompetensi
sosial, dan kompetensi profesional.
Adanya persyaratan untuk menjadi guru
minimal berijazah sarjana (S1) atau
diploma empat (D4), dengan tidak
membedakan apakah itu guru SD, guru
SMP atau guru pada jenjang pendidikan
menengah. Sertifikat pendidik diberikan
kepada guru yang telah memenuhi
standar profesional guru. Guru
profesional merupakan syarat mutlak
untuk menciptakan sistem dan praktik
pendidikan yang berkualitas. Sertifikat
pendidik adalah sebuah sertifikat yang
ditandatangani oleh perguruan tinggi.
Seseorang yang tidak memiliki ijazah
dan/atau sertifikat keahlian tetapi
memiliki keahlian khusus yang diakui
dan diperlukan dapat diangkat menjadi
pendidik setelah melewati uji kelayakan
dan kesetaraan. tujuan sertifikasi guru
adalah untuk meningkatkan mutu dan
menentukan kelayakan guru dalam
melaksanakan tugas sebagai agen
pembelajaran dan mewujudkan tujuan
pendidikan nasional dan meningkatkan
kompetensi peserta agar mencapai
standar kompetensi yang ditentukan.
Implementasi regulasi atau peraturan UU
No.14 Tahun 2005 dan PP No.74 Tahun
2008 tentang guru, menyaratkan guru
berkualifikasi akademik sekurang-
kurangnya S1 atau D-IV dan memiliki
sertifikat Pendidik. Pendidikan S1 atau D-
IV dan memiliki sertifikat Pendidik dapat
meningkatkan kreatifitas dan inovasi
guru baik di sekolah dan di masyarakat.
Selanjutnya Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia No.32 Tahun 2013
Tentang Perubahan Atas Peraturan
Pemerintah No.19 Tahun 2009 Tentang
Standar Nasional Pendidikan meliputi (1)
standar isi, (2) standar proses, (3) standar
kompetensi lulusan, (4) standar pendidik
dan tenaga kependidikan, (5) standar
sarana dan prasarana, (6) standar
pengelolaan, (7) standar pembiayaan dan
(8) standar penilaian pendidikan.
Implementasi (2) standar proses dapat
meningkatkan kreatifitas dan inovasi
guru di sekolah karena proses
pembelajaran pada satuan pendidikan
diselenggarakan secara interaktif,
inspiratif, menyenangkan, menantang,
memotivasi peserta didik untuk
berpartisipasi aktif serta memberikan
ruang yang cukup bagi prakarsa,
kreativitas, dan kemandirian sesuai
dengan bakat minat, dan perkembangan
fisik serta psikologis peserta didik.
4. KB 4 : Pengembangan Keprofesian
Berkelanjutan (PKB) Guru PPKn. PKB
adalah pengembangan kompetensi guru
yang dilaksanakan sesuai dengan
kebutuhan, bertahap, berkelanjutan
untuk meningkatkan profesionalismenya.
Guru memelihara, meningkatkan, dan
memperluas pengetahuan dan
keterampilan guru untuk melaksanakan
proses pembelajaran. Pembelajaran
menjadi berkualitas sehingga dapat
meningkatkan pengetahuan,
keterampilan, dan pemahaman peserta
didik. Kegiatan PKB ini mencakup
kegiatan pengembangan diri, publikasi
ilmiah, dan/atau karya inovatif. PKB
dalam pengambangan profesi guru
merupakan salah satu dari unsur yang
diperlukan untuk memenuhi angka kredit
yang dipersyaratkan untuk kenaikan
jabatan fungsional guru. Pasal 11
Permennegpan dan RB tahun 2009.
Pengembangan Diri pada kegiatan PKB
Pengambangan diri sebagai upaya untuk
meningkatkan profesionalisme diri agar
memiliki kompetensi yang sesuai dengan
peraturan perundang-undangan atau
kebijakan pendidikan nasional serta
perkembangan ilmu pengetahuan,
teknologi, dan/atau seni. Kegiatan
tersebut dilakukan melalui pendidikan
dan pelatihan (diklat) fungsional dan
teknis atau melalui kegiatan kolektif
guru. Secara rinci penjelasan kedua
macam kegiatan dimaksud adalah 1)
Pendidikan dan Latihan Fungsional dan
2) Teknis dan Kegiatan Kolektif Guru.
Setiap paket kegiatan yang diikuti oleh
setiap guru harus dibuatkan
laporannya dan produk kegiatannya.
Apabila dalam 1 tahun seorang guru
mengambil 4 paket kegiatan, maka ia
harus menyiapkan 4 laporan hasil
kegiatan KKG/MGMP beserta lampiran
hasil/produk kegiatannya dan bukti fisik
pendukung. Seorang guru dapat
memperoleh angka kredit dari kegiatan
KKG/MGMP paling sedikit telah hadir
aktif sebanyak 85%. Ketua KKG/MGMP
membuat rekap keikutsertaan peserta
dalam kegiatan kolektif selama satu
tahun, dan sertifikat/surat keterangan
ditandatangani oleh kepala dinas
pendidikan provinsi/kabupaten/kota
sesuai dengan kewenangannya atau
kepala UPTD atas nama kepala dinas
pendidikan kabupaten/kota atas usulan
dari ketua KKG/MGMP. Guru yang akan
mengikuti kegiatan kolektif guru atas
dasar penugasan baik oleh kepala
sekolah maupun atas kehendak sendiri.
Publikasi Ilmiah pada kegiatan PKB.
Publikasi ilmiah adalah karya tulis ilmiah
yang telah dipublikasikan kepada
masyarakat. Publikasi juga merupakan
bentuk kontribusi seorang guru terhadap
peningkatan kualitas pembelajaran di
sekolah dan sebagai pengembangan
dunia pendidikan secara umum. Bentuk
publikasi yang dapat dilakukan oleh guru
adalah presentasi pada forum ilmiah,
publikasi hasil penelitian atau gagasan
inovatif pada bidang pendidikan formal,
dan publikasi buku teks pelajaran, buku
pengayaan dan/atau pedoman guru.
Presentasi pada Forum Ilmiah. Guru
seringkali diundang untuk mengikuti
pertemuan ilmiah. Mereka juga
kadang diminta untuk memberikan
presentasi untuk mengisi pertemuan
ilmiah tersebut. Untuk keperluan itu,
guru harus membuat prasaran ilmiah.
Prasaran ilmiah adalah sebuah tulisan
ilmiah berbentuk makalah yang berisi
ringkasan laporan hasil penelitian,
gagasan, ulasan, atau tinjauan ilmiah.
Untuk memperoleh angka kredit dalam
kegiatan pengembangan keprofesian
berkelanjutan, maka isi makalah
seharusnya mengenai permasalahan
pada bidang pendidikan formal pada
satuan pendidikannya sesuai tugas guru
yang bersangkutan. Isi makalah di luar
hal tersebut atau terlalu umum dan tidak
berkaitan dengan tugas guru yang
bersangkutan, tidak atau kurang jelas
kaitannya dengan permasalahan
pendidikan/pembelajaran pada satuan
pendidikan, serta kurang menunjukkan
kesesuaian dengan tugas pokok dan
fungsi guru, tidak dapat diberikan angka
kredit. Karya inovatif pada kegiatan
PKB. Karya inovatif adalah karya hasil
pengembangan ilmu pengetahuan,
teknologi, dan/atau seni yang bermanfaat
bagi pendidikan dan/atau masyarakat,
yang terdiri dari (1) menemukan teknologi
tepat guna; (2) menemukan/menciptakan
karya seni; (3) membuat/memodifikasi
alat pelajaran/peraga/praktikum; (4)
mengikuti pengembangan/penyusunan
standar, pedoman, soal, dan sejenisnya.
Kategori Karya Inovatif. Guru adalah
salah satu komponen penentu
terwujudnya mutu pendidikan di sekolah
khususnya dan akan berdampak pada
tinggi rendahnya kualitas pendidikan di
suatu negara. Guru yang memiliki kinerja
baik akan memiliki kontribusi yang
banyak bagi kemajuan peserta didiknya.
Sebaliknya, jika kinerja guru kurang
berkualitas, kemajuan yang seharusnya
dicapai peserta didik juga akan
terhambat. Oleh karena itu, wajar apabila
guru dituntut untuk selalu
mengembangkan profesinya secara
berkelanjutan agar benar-benar menjadi
profesional. Salah satu perwujudannya
adalah dengan menciptakan karya
inovatif. Guru secara individual maupun
kelompok dapat mengembangkan
profesinya melalui 3 unsur yaitu (1)
Pengembangan Diri, (2) Publikasi Ilmiah,
(3) Karya Inovatif. Guru PPkn diharapkan
dapat mengembangkan profesinya
sesuai dengan regulasi yang berlaku.
Guru dapat berkarya untuk
mengembangkan profesinya secara
berkelanjutan dalam upaya mewujudkan
guru profesional yang bermartabat dan
sejahtera.
2 Daftar materi yang sulit 1. Karakteristik keprofesian guru dan etika
dipahami di modul ini profesi guru secara komprehensif
2. Realitas penerapan regulasi tentang
kewajiban tugas dan kewenangan guru
dalam menjalankan profesinya.
3. Realitas implementasi pengembangan diri
guru PPKn saat ini
3 Daftar materi yang sering 1. Karakteristik peserta didik dari aspek
mengalami miskonsepsi sosial dan kultural

Judul Modul 6 Pengembangan Evaluasi Berbasis ICT dan


Pemanfaatan Hasil PTK Dalam
Pembelajaran PPKn
Judul Kegiatan Belajar (KB) 1. Evaluasi Pembelajaran PPKn Berbasis ICT
2. Keterampilan Guru PPKn dalam
Pembelajaran
3. Model-Model Pembelajaran PPKn yang
Inovatif dan Kreatif Sesuai Materi
Pembelajaran PPKn Berbasis ICT
4. Penelitian Tindakan Kelas dalam
Pembelajaran PPKn
No Butir Refleksi Respon/Jawaban
1 Garis besar materi yang 1. Kemajuan Teknologi Informasi dan
dipelajari Komunikasi (TIK/ICT) salah satu sarana
yang sangat berpengaruh terhadap
kehidupan manusia saat sekarang ini.
Dalam dunia pendidikan, ICT salah satu
sarana yang dapat membantu
meningkatkan kualitas pendidikan,
karena melalui ICT dapat dikembangkan
kreativitas pengajaran yang sangat
membantu dalam kelancaran dan
keberhasilan proses belajar mengajar.
Peningkatan kompetensi guru merupakan
hak setiap guru. Untuk mendorong
peningkatan kompetensi guru adalah
dengan pemanfaatan ICT dalam
pembelajaran dan merancang serta
melaksanakan evaluasi dan penilaian
pembelajaran berbasis ICT. Google Form
dapat menjadi salah satu software yang
direkomendasikan untuk membuat alat
evaluasi (penilaian). Tampilan muka dan
caranya sangat sederhana sehingga
mudah untuk dimengerti.
2. KB 2 : Guru memegang peran utama
dalam pembangunan pendidikan, guru
juga sangat menentukan keberhasilan
peserta didik dalam proses belajar
mengajar. Guru merupakan komponen
yang paling berpengaruh terhadap
terciptanya proses dan hasil pendidikan
yang berkualitas. Oleh karena itu, upaya
perbaikan apapun yang dilakukan untuk
meningkatkan kualitas pendidikan tidak
akan memberikan hasil yang signifikan
tanpa didukung oleh guru yang
profesional dan berkualitas. Keterampilan
dasar yang harus dimiliki seorang guru
adalah: Keterampilan dasar membuka
dan menutup pelajaran; Keterampilan
dasar menjelaskan; Keterampilan dasar
mengadakan variasi; Keterampilan dasar
memberikan penguatan; Keterampilan
dasar bertanya; Keterampilan dasar
mengelola kelas; Keterampilan dasar
mengajar perorangan/kelompok kecil;
Keterampilan dasar membimbing diskusi
kelompok kecil.
3. KB 3 : Berkembangnya teknologi serta
dampak yang ditimbulkannya sangat
menuntut kemampuan untuk
beradaptasi secara kreatif dan
kepiawaian mencari pemecahan yang
imajinatif. Demikian pula dari sudut
pendidikan. Sudah saatnya penekanan
dalam proses belajar mengajar yang
hanya menekankan pada pemikiran
reinovatif, hafalan dan mencari satu
jawaban yang benar terhadap soal-soal
yang diberikan untuk ditinggalkan, kini
beralih ke proses-proses pemikiran yang
tinggi termasuk berpikir kreatif dan
inovatif. Dengan kata lain saat ini
kreativitas dan berpikir inovatif benar-
benar dibutuhkan agar kompetensi yang
diharapkan dari pembelajaran PPKn
dapat tercapai. Sebuah ide kreatif
seorang guru sangat diperlukan untuk
dapat mengubah situasi pembelajaran
menjadi menarik dan efektif sekaligus
mengajak siswa lebih aktif. Jika saat ini
adalah era teknologi digital, ada
kemungkinan ide pembelajaran yang kita
kembangkan adalah lebih banyak
berhubungan dengan teknologi digital
karena secara mayoritas siswa akan lebih
tertarik menghadapi sesuatu yang up to
date. Dalam era globalisasi persoalan-
persoalan yang muncul dalam
pembelajaran salah satunya harus
diantisipasi dengan inovasi-inovasi
terhadap model pembelajaran atau media
pembelajaran. Seorang guru merupakan
inovator yang pada dasarnya dituntut
untuk memiliki kemampuan dalam
meningkatkan mutu pendidikan melalui
inovasi pembelajaran. Guru sebagai
inovator pembelajaran mau tidak mau
harus meningkatkan kemampuan
diantaranya : (1) Teknologi yang
merupakan kekuatan pendorong
terhadap inovasi dan kesuksesan. (2) Ada
kreativitas yang tergantung gagasan-
gagasan yang dimunculkan. Seorang
inovator adalah orang yang berhasil
mengambil peluang-peluang untuk
mewujudkan gagasan-gagasan yang ada
dan secara realita dapat dikembangkan.
Untuk membelajarkan siswa sesuai
dengan cara-gaya belajar mereka
sehingga tujuan pembelajaran dapat
dicapai dengan optimal ada berbagai
model pembelajaran. Dalam praktiknya,
kita (guru) harus ingat bahwa tidak ada
model pembelajaran yang paling tepat
untuk segala situasi dan kondisi. Oleh
karena itu, dalam memilih model
pembelajaran yang tepat haruslah
memperhatikan kondisi siswa, sifat
materi bahan ajar, fasilitas-media yang
tersedia, dan kondisi guru itu sendiri.
Pada saat ini, pembelajaran ICT di
lingkungan sekolah/universitas
merupakan hal yang sangat penting. Hal
ini dikarenakan semakin meningkatnya
kebutuhan informasi dan komunikasi
dalam berbagai keperluan seiring dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi (IPTEK). ICT yang secara
sederhana disimbolkan oleh perangkat
komputer dan jaringan internet serta
perangkat komunikasi telah banyak
dimanfaatkan untuk meningkatkan
produktivitas kerja para pelajar mulai
dari sekolah dasar hingga perguruan
tinggi. E-learning mempermudah
interaksi antara peserta didik dengan
materi, peserta didik dengan pengajar
maupun sesame peserta didik. Peserta
didik dapat saling tukar informasi dan
dapat mengakses bahan-bahan belajar
setiap saat dan berulang-ulang. Dengan
kondisi yang demikian itu peserta didik
dapat lebih memantapkan penguasaan
terhadap materi pembelajaran. Model
pembelajaran peer teaching dikenal juga
dengan istilah tutor sebaya. Peer teaching
merupakan salah satu model
pembelajaran yang berbasis active
learning. Sejumlah ahli percaya bahwa
satu pelajaran benar-benar dikuasai
hanya apabila peserta didik mampu
mengajarkan pada peserta didik lainnya.
Pembelajaran peer teaching merupakan
cara yang efektif untuk menghasilkan
kemampuan mengajar teman sebaya.
Pemanfaatan komputer sebagai media
pendidikan sangat dibutuhkan.
Pembelajaran komputer dibuat agar siswa
dapat terangsang dalam belajar menurut
tingkat kecepatan penguasaan masing-
masing karena siswa sebagai user.
Komputer mampu menampilkan gambar-
gambar, video, teks yang dapat
dianimasikan, serta dapat menambah
motivasi siswa untuk belajar karena
komputer dapat memberikan kesempatan
kepada siswa untuk belajar secara
dinamis, interaktif dan perorangan.
Beberapa bentuk penggunaan komputer
media yang dapat digunakan dalam
pembelajaran.Multimedia yang efektif
dalam pembelajaran tidak hanya terdiri
dari menggunakan beberapa media
bersama-sama, tapi menggabungkan
media yang penuh kesadaran dengan
cara yang memanfaatkan karakteristik
masing-masing individu, memperluas dan
meningkatkan pengalaman belajar.
Dengan menggunakan multimedia
pembelajaran sangat membantu dalam
proses belajar mengajar dan memiliki
keuntungan dan kelebihan dibandingkan
menggunakan pembelajaran
konvensional.
4. KB 4 : Pelaksanaan PTK merupakan cara
yang efektif dalam mengidentifikasi
masalah belajar siswa sehingga solusi
atas permasalahan tersebut juga dapat
secara tepat diberikan kepada siswa. PTK
juga mampu menjadi sarana bagi guru
untuk dapat segera mengambil tindakan
secara menyeluruh terkait permasalahan
siswa baik secara akademik maupun non
akademik. Penelitian Tindakan Kelas ini
terdapat empat langkah kegiatan yang
lazim dilakukan yaitu (1) perencanaan, (2)
pelaksanaan, (3) pengamatan dan (4)
refleksi.
2 Daftar materi yang sulit 1. Arti penting ICT dalam penilaian
dipahami di modul ini pembelajaran
2. Keterampilan dasar mengadakan variasi
mengajar
3. Prosedur perancangan media
pembelajaran.
4. Langkah-langkah membuat proposal PTK
dalam pembelajaran PPKn
5. Tahap-tahap melaksanakan PTK dalam
pembelajaran PPKn

3 Daftar materi yang sering 1. Evaluasi selektif dan evaluasi


mengalami miskonsepsi penempatan
2. Fungsi e-leraning sebagai suplemen dan
komplemen
3. Karakteristik penilaian otentik
4. Model peer teaching

Anda mungkin juga menyukai