Anda di halaman 1dari 21

LK 1: Lembar Kerja Belajar Mandiri

Judul Modul Konsep Dasar Keilmuan


Kewarganegaraan
Judul Kegiatan Belajar (KB) 1. Konsep Dasar Prinsip dan Prosedur
Pembelajaran PPKn
2. Struktur Metode dan Spirit
Keilmuan Kewarganegaraan
3. Konsep Kajian Keilmuan
Kewarganegaraan
BerlandaskanPancasila dan UUD
1945
4. Isu-isu Kewarganegaraan
No Butir Refleksi Respon/Jawaban
1 Daftar peta konsep (istilah KB 1. Konsep Dasar Prinsip dan Prosedur
dan definisi) di modul ini Pembelajaran PPKn

A. Konsep Dasar Pembelajaran PPKn

1. Pendidikan Budi Pekerti Sebagai Prakonsepsi PPKn Di


Indonesia
Melalui Pendidikan Taman Nasional, Ki Hajar Dewantara
menggagas konsep Budi Pekerti sebagai upaya membentuk
pribadi manusia atau warganegara yang berbudi pekerti
sehingga terbentuklah rasa kebangsaan yang suci,
ketertiban dan kedamaian lahir batin

2. Civics Sebagai Bentuk Awal PKn di Indonesia


Dengan menggagas PPKn sebagai pendidikan morality
menunjukkan bahwa Indonesia punya konsep khusus dalam
mengusung pendidikan kewarganegaraan yang berfokus
pada pengembangan aspek moral seorang warganegara.
Konsep Morality tersebut berkembang seiring dengan
dinamika kewarganegaraan di Indonesia yakni civics
education meliputi :
1. Kecakapan dan kemampuan penguasaan pengetahuan
Kewarganegaranan (Civic Knowledge) dengan materi ini :
Demokrasi, HAM, dan Masyarakat Madani
2. Kecakapan dan kemampuan sikap kewarganegaraan
(Civic Dispositions) : Pengakuan kesetaraan, toleransi,
kebersamaan, pengakuan keragaman, kepekaan
terhadap masalah warga negara antara lain masalah
demokrasi dan hak asasi manusia
3. Kecakapan dan kemampuan mengartikulasikan
keterampilan kewarganegaraan (Civic Skills) :
kemampuan berpartisipasi dalam proses pembuatan
kebijakan publik, kemampuan melakukan kontrol
terhadap penyelenggara negara dan pemerintah.
 Selanjutnya kajian materi PPKn merupakan petunjuk
pemahaman internalisasi atau personalisasi nilai,serta
bagaimana praktis kehidupan menjadi manusia
Indonesia seutuhnya yang sehat, baik melalui proses
kematangan mental spiritual yang utuh dan mantap,
juga matang yang akan berguna bagi dirinya sendiri,
keluarga, masyarakat, maupun kehidupan berbangsa
dan bernegara yang harmoni.
a) Menurut Cholisin (2016), Civics memiliki tiga rumpun
keilmuan diantaranya adalah politik, hukum, dan moral.
Melalui ketiga rumpun tersebut lahirlah konsep PPKn di
Indonesia sebagai wahana Pendidikan politik, pendidikan
hukum, dan pendidikan moral bagi seluruh warga Negara
Indonesia termasuk peserta didik di sekolah.
b) Di Indonesia Civics, diterapkan sebagai mata pelajaran di
sekolah pada tahun 1961, dan resmi masuk dalam kurikulum
sekolah pada tahun 1968

3. PPKn Sebagai Pendidikan Nilai dan/atau Moral.


Sebagai Pendidikan Nilai, materi PPKn merupakan petunjuk
pemahaman internalisasi atau personalisasi nilai, serta
bagaimana praktis kehidupan menjadi manusia (warga
negara) Indonesia seutuhnya
4. PPKn Sebagai Pendidikan Hukum
PPKn : Salah satu tonggak penting dalam upaya mendidik
warganegara menjadi manusia yang sadar dan taat hukum.
 Sekolah sebagai lembaga pendidikan memegang
peranan penting dalam penginternalisasian hukum pada
peserta didik/anak.
 Dalam konseptual keilmuan civics, PPKn memiliki tugas
untuk membentuk civic awareness (kesadaran
warganegara) di dalam atribut pribadi menjadi
warganegara yang taat dan sadar terhadap hukum
(law awareness).
5. PPKn Sebagai Pendidikan Politik
PPKn merupakan program pendidikan di sekolah dan secara
socio-pedagogies dijadikan sebagai wahana utama serta
esensi pendidikan demokrasi atau pendidikan politik di
Indonesia yang direalisasikan melalui:
a. Civic Intellegence, yaitu kecerdasan dan daya nalar
warga negara baik dalam dimensi spiritual,
rasional, emosional, maupun sosial;
b. Civic Responsibility, yaitu kesadaran akan hak dan
kewajiban sebagai warga negara yang bertanggung
jawab dan;
c. Civic Participation, yaitu kemampuan berpartisipasi
warga negara atas dasar tanggungjawabnya, baik
secara individual, sosial, maupun sebagai pemimpin
hari depan.
 sosio-pedagogis adalah mengembangkan potensi
individu sebagai insan Tuhan dan makhluk sosial
menjadi warga negara Indonesia yang cerdas,
demokratis, taat hukum, beradab, dan religius)
B. Prinsip Pembelajaran PPKn
Pancasila sebagai prinsip utama dalam pembelajaran PPKn.
Pembelajaran PPKn menekankan pada konteks transfer
morality. PPKn sebagai pendidikan moral secara utuh
mengkonsepsi pembelajaran dan keilmuannya berdasarkan
pada Pancasila sebagai item principal.
Prinsip dasar orientasi Pembelajaran PPKn
mengutamakan transfer dan implementasi nilai-nilai
Pancasila sebagai sumber moril dan nilai yang penting
untuk ditransfer kepada peserta didik.
1. PPKn sebagai tradisi social studies
Barr, Barth, dan Shermis (1977) mengidentifikasi "The Three
Social Studies Traditions, yaitu: (1) Social Studies as
Citizenship Transmission (Civic Education); (2) Social Studies
as Social Science; (3) Social Studies as Reflective Inquiry.
a) Social Studies as Citizenship Transmission
 Esensi Pembelajarannya : pada guru,
 Tujuan Transmisi : agar siswa meyakini dan
mempelajari konsep kewarganegaraan yang
diajarkan guru
 Cara Pembelajaran : Guru menyajikan asumsi-asumsi,
kepercayaan-kepercayaan, dan harapan-harapan
tentang masyarakatnya.
b) Social Studies Taught as Social Science.
 Tujuan : agar para siswa dapat memperoleh
pengetahuan, keterampilan, dan perlengkapan disiplin
ilmu sosial sehingga akhirnya mereka menjadi efektif
sebagai warga negara
 social science : terkait dengan masalah-masalah, isu-isu,
dan topik-topik disiplin ilmu sosial masing-masing
c) Social Studies Taught as Reflective Inquiry
 Reflective Inquiry : tradisi pembelajaran berdasarkan
pada kedudukan filsafat yang berakar pada masa lalu
 Cara Pembelajarannya : mengidentifikasi sejumlah teori
dan praktik yang baik pada masa lalu dan masa kini.
 Tujuan reflective inquiry : mendorong para siswa untuk
menganalisis tentang apa saja yang terlibat dalam suatu
keputusan, Proses Pembuatan UU, Pemilihan Anggota
Legislatif, dan kehidupan pemerintahan itu sendiri pada
masyarakat yang demokratis.

2. Pancasila sebagai prinsip utama dalam pembelajaran


PPKn.
PPKn sebagai pendidikan moral secara utuh
mengkonsepsi pembelajaran dan keilmuannya
berdasarkan pada Pancasila sebagai item principal.

PPKn mengusung konsep transfer nilai-nilai Pancasila ke


dalam struktur keilmuannya yang hendak diberikan
kepada peserta didik atau warga Negara.

C. Prosedur Pembelajaran PPKn


1 Dasar Dan Arah Rekonstruksi Pembelajaran PPKn di
Sekolah

a) Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun


1945, Pasal 31 : (1) ,, berhak mendapatkan pendidikan. (3),,,
meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta ahlak mulia dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang-
undang, (5) Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi
dengan menunjang tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk
kemajuan peradaban serta kesejahteraan umat manusia
b) UU No. Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional : Pasal 2, Pasal 3, dan Pasal 37
 Pasal 2 : Pendidikan Nasional berdasarkan pada
Pancasila dan UUD Negara Republik Indonesia Tahun
1945
 Pasal 3 :
a) Fungsi Pendidikan Nasional ; mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa,
b) Tujuan : mengembangkan potensi peserta didik
agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab.
 Penjelasan Pasal 37 UU No. 20 Tahun 2003
Pendidikan kewarganegaraan dimaksudkan untuk
membentuk peserta didik menjadi manusia yang
memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air

2 Prosedur Pembelajaran PPKn Berbasis Nilai dan Urgensi


Falsafah Pancasila di Sekolah, Masyarakat, dan
Pemerintahan

Prosedur pembelajaran PPKn yang terstruktur, strategis,


refresentatif:
a) Mengacu pada kurikulum 2013, pembelajaran PPKn di
tingkat menengah maka, pembelajaran PPKn merupakan
pembelajaran yang berkonsepkan deep knowledge
(Pengetahuan Formal) dan constructed knowledge.
b) Bersendikan pesan moril bapak pendidikan Ki Hadjar
Dewantara yaitu pembelajaran yang menerapkan nilai-nilai
dengan memberi keteladanan (ing ngarso sung tulodo),
membangun kemauan (ing madyo mangun karso), dan
mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses
pembelajaran (tut wuri handayani).
c) Berlandaskan pada nilai-nilai Pancasila, dimana seorang guru
juga harus mampu menyusun perangkat pembelajaran yang
memungkinkan untuk dapat membentuk peserta didik yang
cakap kompetensinya dan menjadi lulusan ynag kompeten
 constructed knowledge :memahami beberapa perspektif
dan merumuskan kesimpulan yang dipengaruhi oleh
disiplin pengetahuan yang mereka miliki
3 Metode Keilmuan PPKn
Metode yang dianggap paling cocok untuk memfasilitasi
keperluan strategi dan metode belajar Pendidikan Pancasila
dan Kewarganegaraan antara lain:
1. Metode inkuiri digunakan untuk meningkatkan
keterampilan berpikir kritis dan hasil belajar peserta
didik
2. Model pembelajaran berbasis portofolio (portofolio
based learning).
3. pendekatan kontekstual (Contextual Teaching and
Learning/CTL)
pembelajaran campuran yang menggabungkan
pembelajaran secara tatap muka dengan virtual (online)
yang dikenal dengan istilah blended learning

KB 2. Struktur Metode dan Spirit Keilmuan


Kewarganegaraan

1. Civic merupakan ilmu yang secara historis


sebagai ilmu yang membentuk warga negara
menjadi warga negara yang baik dan cerdas
dan secara filosofis sebagai ilmu yang
mentransfer dan menginternalisasi nilai-nilai
kebaikan kepada warga negara ( morality
transmission )
2. PPKn mengembangkan tradisi transmisi
kewarganegaraan dan terus berkembang
menjadi citizenship education. Dan di dalam
tradisi ini termuatlah keilmuan PPKn suatu
paradigma sistemik yang diantaranya terdiri
atas domain akademis, domain kurikuler,
dan domain sosio kultural.
3. Pembelajaran PPKn termasuk tradisi ilmu
sosial yaitu citizenship transmision secara
konseptual terbagi atas beberapa komponen-
komponen yang tersebar pada 3 (tiga)
paradigma domain yaitu:
a. domain akademis
b. domain kurikuler
c. domain sosial kultural secara struktur
dan fungsional di ikat oleh kebajikan dan
budaya kewarganegaraan atau civic virtue
dan civic culture.
4. Pembelajarannya mengacu pada tiga fokus
perhatian yaitu:
a. PKn sebagai pendidikan politik : berupaya
untuk membangun dan membentuk
warganegara yang berperan aktif di dalam
politik atau politik kewarganegaraan.
Peran warga negara baik di bidang politik,
hukum, ekonomi, substansi materi PKn
adalah demokrasi politik, demokrasi
ekonomi, dan demokrasi sosial. Peranan
waraganegara yang aktif merupakan
wujud dari sikap demokratis untuk
mendukung tegaknya kehidupan
berbangsa dan bernegara yang sejalan
dengan amanah dari 4 konsensus
Indonesia yaitu Pancasila, UUD 1945,
Bhineka Tunggal Ika, dan Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
b. PKn sebagai pendidikan hukum :
merupakan patronasi untuk keilmuan
PKn dalam konteks rule of law dan law
enforcement (penegakannya), yang
membantu dalam membentuk sikap
demokratis warganegara dalam ketertiban
hukum.
c. PKn sebagai Pendidikan moral: mengarah
kepada konstekstualisasi penanaman
nilai-nilai ideal Pancasila kepada seluruh
warganegara
5. Dalam khasanah pengetahuan, pendidikan
kewarganegaraan (PKn) (civic/citizenship
education) merupakan bidang kajian atau
studi yang bersifat multifaset dengan konteks
epistemologis lintas bidang keilmuan. Sifat
multidimensionalitas yang membuat bidang
studi PKn dapat disikapi sebagai pendidikan
kewarganegaraan, pendidikan politik,
pendidikan nilai dan moral, pendidikan
kebangsaan, pendidikan kemasyarakatan,
pendidikan hukum dan hak azasi manusia,
serta pendidikan demokrasi.
6. Komponen Keilmuan Civics mempunyai
karakterstik dalam upaya membentuk
seseorang menjadi warga negara yang baik.
Adapun karakteristik civics menurut
Branson, (1999) dalam (Setiawan dan Yunita,
2017) bahwa materi civics harus mencakup
tiga komponen, yaitu :
a. Komponen Pertama Civic Knowledge
(pengetahuan kewarganegaraan),
“berkaitan dengan kandungan atau nilai
apa yang seharusnya diketahui oleh
warganegara” (Branson, 1999). Aspek ini
menyangkut kemampuan akademik
keilmuan yang dikembangkan dan
berbagai teori atau konsep politik, hukum
dan moral. Dengan demikian, mata
pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan
merupakan bidang kajian multidisipliner.
b. Komponen Kedua, Civic Skill meliputi
keterampilan intektual (intelectual skills)
dan keterampilan berpartisipasi
(participator), dalarn kehidupan
berbangsa dan bernegara. Contoh
keterampilan intelektual adalah
keterampilan dalam merespon berbagai
persoalan politik, misalnya merancang
dialog dengan DPRD. Dalam contoh
tersebut, keterampilan berpartisipasi
adalah keterampilan menggunakan hak
dan kewajiban di bidang hukum,
misalnya segera melapor kepada polisi
atas terjadinya kejahatan yang diketahui.
c. Komponen Ketiga, civic disposition
(watak-watak kewarganegaraan)
merupakan dimensi yang paling subtantif
dan esensial dalam mata pelajaran PKn.
Dimensi watak kewarganegaraan dapat
dipandang sebagai “muara” yang ditandai
dengan penekanan pada dimensi watak,
karakter, sikap dan potensi lain yang
bersifat afektif.
7. Substansi dalam pembelajaran PKn secara
pedagogis dan filosofis mengarah pada aspek
morality dengan fokus substansinya adalah
persoalan demokrasi atau politik
warganegara, membangun warga negara yang
baik (good citizen) dan warga negara yang
cerdas (smart citizen) dalam menghadapi
lingkungan kehidupannya. Kecerdasan yang
perlu dimiliki oleh seorang warga negara
adalah kecerdasan dalam berbagai aspek,
yakni kecerdasan dalam intelektual,
emosional, sosial, dan bahkan spiritual
8. Kurikulum PPKn tersusun secara sistematis
dan eksplisit dalam upaya mengembangkan
karakter warganegara dalam berkehidupan
berbangsa dan bernegara sesuai dengan 4
(empat) konsensus yaitu: Pancasila, UUD
1945, Bhinneka Tunggak Ika dan NKRI.
Namun demikian PPKn, juga tetap dengan
konsep dan struktur keilmuan yang secara
filosofis dan pedagogis membentuk suatu
ilmu yang fundamental berdasarkan capaian
kompetensi yang eksplisit orientasinya yaitu
pengetahuan warganegara, keterampilan
warganegara, dan watak warganegara serta
dengan model dan capaian hasil belajar yang
terukur.
9. Sumber Filosofis Tradisi Struktur Keilmuan
PPKn:
a. Tradisi Perenialisme dicirikan dengan
imperatif nilai-nilai luhur kebangsaan
(Pancasila) dan kebernegaraan (UUD NRI
Tahun 1945 dan konstitusi, serta
lainnya), terbaca secara implisit sebagai
aspek metakognisi (semangat atau
tendensi) dalam substansi yang menjadi
muatan Kompetensi Dasar (KD).
b. Tradisi Esensialisme dicirikan dengan
kemasan sebagai mata pelajaran yang
dipayungi oleh disiplin keilmuan
politik/kenegaraan tertuang dalam
bentuk rumusan logika struktural
keilmuan dalam sebuah keutuhan
Kompetensi Dasar (KD).
c. Tradisi Progresifisme dicirikan dengan
pengorganisasian pengalaman belajar
(learning experiences) yang bermuatan
substansi dan proses psikologis-
pedagogis secara spiral meluas (extending
communityapproaches), tercermin dalam
rumusan perilaku, baik yang bersifat
afektif, konatif, maupun keterampilan
yang termuat dalam setiap KD dan antar
KD dalam satu tingkat kelas.
d. Tradisi Rekonstruksionisme dicirikan
dengan muatan dan dorongan dan/atau
fasilitasi bagi individu untuk memberikan
kontribusi sesuai dengan kemampuannya
kepada orang lain, masyarakat, bangsa
dan negara. Pengorganisasian
pengalaman belajar (learning experiences)
yang bermuatan substansi dan proses
psikologis-pedagogis dilakukan secara
spiral meluas (extending community
approaches sebagaimana hal itu
tercermin dalam rumusan dalam setiap
KD dan antar KD dalam satu tingkat
kelas.
10.Secara pedagogis metode pembelajaran
terbagi atas 3 (tiga) strategi (Uno, 2014) yaitu:
a. Strategi Pengorganisasian: sebagai
langkah untuk menentukan isi bidang
studi yang dipilih untuk pembelajaran
seperti pemilihan isi, penataan isi,
pembuatan diagram, dan lainnya.
b. Strategi Penyampaian: sebagai langkah
untuk mendapatkan respons siswa
dengan menata interaksi dengan baik.
11.Strategi Pengelolaan: langkah untuk
menyiapkan strategi mengelola kelas. Metode
tersebut secara tersadar, terencana, dan
terukur harus digalakkan di dalam
pengajaran civics. Hal ini sebagai upaya
menghindari penyakit pembelajaran
tradisionil civics seperti:
a. Ujian akhir biasanya menanyakan
hafalan;
b. Buku civics isinya sangat dipengaruhi
oleh essentialism-verbalism;
c. Indoktrinasi, ground covering technique,
dan yang sejenisnya adalah yang paling
gampang;
d. Kurangnya kegiatan-kegiatan penulisan
ilmiah mengenai metode, sehingga
penyebaran prinsip-prinsip metode yang
tercantum dalam rencana pendidikan,
sulit untuk dijalankan.
12.Strategi pembelajaran PKn dengan
pendekatan inquiri dapat memicu
pembelajaran yang lebih kontekstual sesuai
dengan gejala-gejala kehidupan
kewarganegaraan yang sedang hangat terjadi
yang kemudian guru bersama siswa mencari
solusi atau jawaban. Sedangkan dengan
pendekatan ekspositori maka pembelajaran
PKn lebih bermakna dengan penyampaian
materi yang secara optimal melalui materi-
materi yang faktual.
13.Langkah-langkah metode inkuiri adalah
sebagai berikut (Wahab dan Spariya, 2011):
1) Perumusan masalah
2) Perumusan hipotesis
3) Konseptualisasi
4) Pengumpulan data
5) Pengujian dan analisis data
6) Menguji hipotesis
7) Memulai inkuiri lagi.
14.Pembelajaran PPKn berbasis portofolio
merupakan metode pembelajaran untuk
pembentukan warga negara demokratis,
yakni cara membelajarkan anak didik dengan
mengembangkan kecerdasan warga negara
(civic intelligence) dalam dimensi spiritual,
rasional, emosional dan sosial,
mengembangkan tanggung jawab warga
negara (civic responsibility), dan
mengembangkan anak didik berpartisipasi
sebagai warga negara (civic participation)
guna menopang tumbuh dan berkembangnya
warga negara yang baik.
15.Metode pembelajaran PKn berdasarkan pada
portofolio (Wahab dan Sapriya, 2011)
merupakan kumpulan informasi/data yang
tersusun dengan baik yang menggambarkan
rencana kelas siswa berkenaan dengan suatu
isu kebijakan publik yang telah diputuskan
untuk dikaji, baik dalam kelompok kecil
maupun kelas secara keseluruhan. Portofolio
kelas berisi bahan-bahan seperti pernyataan-
pernyataan tertulis, peta grafik photografi,
dan karya seni asli. Bahan-bahan ini
menggambarkan:
1) Hal-hal yang telah dipelajari siswa
berkenaan dengan suatu masalah yang
telah mereka pilih.
2) Hal-hal yang telah dipelajari siswa
berkenaan dengan alternatif-alternatif
pemecahan terhadap masalah tersebut.
3) Kebijakan publik yang telah dipilih atau
dibuat oleh siswa untuk mengatasi
masalah tersebut.
4) Rencana tindakan yang telah dibuat siswa
untuk digunakan dalam mengusahakan
agar pemerintah menerima kebijakan
yang mereka usulkan.
16.Pembelajaran dengan berbasiskan portofolio
mengajak para siswa untuk bekerjasama
dengan teman-temannya di kelas dan dengan
bantuan guru serta para relawan agar
tercapai tugas-tugas pembelajaran berikut:
1) Mengidentiflkasi masalah yang akan
dikaji.
2) Mengumpulkan dan menilai informasi
dari berbagai sumber berkenaan dengan
masalah yang dikaji.
3) Mengkaji pemecahan masalah.
4) Membuat kebijakan publik.
5) Membuat rencana tindakan.
17.Tahap kegiatan dalam penyelesaian tugas
sebagai berikut:
 Tahap I : Mengidentifikasi Masalah
Kebijakan Publik di Masyarakat.
 Tahap II : Memilih Satu Masalah Untuk
Kajian Kelas
 Tahap III : Mengumpulkan Informasi
Tentang Masalah yang Akan dikaji oleh
Kelas.
 Tahap IV : Membuat Portofolio Kelas
 Tahap V : Menyajikan Portofolio
 Tahap VI : Refleksi Terhadap
Pengamatan Belajar dalam Pembelajaran
PKn yang Berbasis Portofolio, Kelas
dibagi ke dalam Empat Kelompok. Setiap
Kelompok Bertanggung Jawab Untuk
Membuat Satu Bagian Portofolio Kelas.
18.PPKn sebagai suatu pendidikan yang
berkonsentrasi pada pembentukan cultural
unity (kebangsaan) yang cinta akan nilai
luhur bangsanya sendiri, yang tradisi sosial
yang pertama yaitu “social studies taught as
citizenship transmision” dimana di setiap
bangsa di dunia dihadapkan pada upaya
pembentukan cultural unity yang didasarkan
pada pemahaman bahwa generasi muda
mengetahui sejarah bangsanya, disamping
itu juga harus diajarkan tentang patriotisme.
Selain itu cultural unity juga menghendaki
adanya pembentukan nilai terhadap
kesadaran individu (warganegara) yang
memiliki rasa kesamaan terutama dalam segi
bahasa. Hal ini sebagai bentuk spirit
kewarganegaraan Indonesia yang
mengutamakan tumbuh kembangnya rasa
persatuan bangsa
19.Spirit kewarganegaraan muncul dengan
adanya perasaan patriotisme yang tinggi dan
kedudukan bahasa punya efek yang baik bagi
seluruh warganegara Indonesia yang
majemuk untuk membentuk rasa persatuan
kebangsaan, sebagai cikal bakal lahirnya
semangat kewarganegaraan Indonesia yang
menginginkan adanya rasa patriotik dan rasa
persatuan dalam bingkai kehidupan
berbangsa dan bernegara.
20.Civics memiliki peranan penting dalam
mewujudkan kemerdekaan melalui
perjuangan, rasa cinta tanah air, patriotik,
dan kesadaran dalam bernegara (seperti taat
hukum, beraspirasi dalam politik, memahami
hak dan kewajiban, menghargai perjuangan
pahlawan nasional, dll).
21.PPKn bertujuan untuk membentuk peserta
didik menjadi manusia yang memiliki rasa
kebangsaan dan cinta tanah air yang dijiwai
oleh nilai-nilai Pancasila, nilai dan norma
UUD 1945, semangat Bhineka Tunggal Ika,
dan komitmen kolektif ber-Negara Kesatuan
Republik Indonesia”.
22.Tujuan umum dan tujuan khusus
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
dengan gugus muatan substantif dan
pedagogis sebagai berikut (Winataputra,
2015):
a. Substansi yang bersumber dari nilai dan
moral Pancasila, sebagai dasar negara,
pandangan hidup, dan ideologi nasional
Indonesia serta etika dalam pergaulan
Internasional.
b. Substansi yang bersumber dari Undang
Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 sebagai hukum dasar yang
menjadi landasan konstitusional
kehidupan bermasyarakat, berbangsa,
dan bernegara.
c. Substansi yang bersumber dan/atau
berkaitan erat dengan konsep dan makna
Bhinneka Tunggal Ika, sebagai wujud
komitmen keberagaman kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara
yang utuh dan kohesif secara nasional
dan harmonis dalam pergaulan
antarbangsa.
d. Substansi yang bersumber dari konsep
dan makna Negara Kesatuan Republik
Indonesia, sebagai bentuk final Negara
Republik Indonesia yang melindungi
segenap bangsa dan tanah tumpah darah
Indonesia.
23.Kerajaan-kerajaan Islam memberi sumbangsi
(Herdiawanto, Wasitaatmadja, dan
Hamdayama, 2018):
1) Nilai Persatuan: kerajaan Demak,
Palembang, dan Aceh bersatu untuk
mengusir bangsa portugis dari Malaka.
2) Nilai Musyawarah: soerang raja selalu
bermusyawarah kepada para pejabat
Nistana atau kepada penasehat raja
sebelum memutuskan suatu kebijakan.
3) Nilai Keadilan Sosial: Pada masa kerajaan
Islam, kehidupan sosial masayarakatnya
dilandasai oleh ajaran-ajaran Islam
seperti zakat dan sedekah.
4) Nilai Toleransi Beragama: Pada masa
kerajaan Islam, kehidupan masyarakat
pada saat itu dapat dilihat dengan status
keragaman agama namun antara
pemeluk agama yang berbeda dapat
hidup berdampingan.
5) Nilai Cinta Tanah Air: Pada abad ke-16
dan 17 masyarakat kerajaan Islam di
Indonesia pada masa itu sangat
disibukkan dalam upaya
mempertahankan wailayah kekuasaannya
dari pendudukan bangsa Eropa. Contoh,
perlawanan Sultan Agung dari Mataram
terhadap Belanda.
6) Nilai Budaya: Perkembangan seni budaya
pada masa kekuasaan Islam cukup pesat.
Terbukti dengan munculnya hasil karya
budaya masyarakat seperti kaligrafi, seni
ukir, seni pahat dan seni bangunan.
24.Sejarah lahirnya pancasila menunjukkan
semangat perjuangan bangsa Indonesia
untuk mencapai kemerdekaan karena ada
rumusan Pancasila sebagai dasar bahwa
Indonesia adalah Negara yang berdikari,
bertekad kuat, dan Negara dengan bangsa
yang beradab. Dan juga dengan
dicetuskannya sumpah pemuda pada 1928,
yang menjadi poin utama spirit bangsa
Indonesia khusunya kaum pemuda untuk
memproklamirkan semangat kemerdekaan
sehingga Indonesia dapat merumuskan staat
fundamental norm.
25.Hakikat UUD 1945 Sebagai Kaidah
Fundamental Bagi Warganegara Indonesia:
UUD 1945 sebagai konstitusi Indonesia yang
berperan sebagai dasar hukum Negara yang
didalamnya termuat segenap aspirasi
masyarakat Indonesia dalam membangun
bangsa. Tujuan bangsa Indonesia bahkan
tertuang di dalam preambule UUD 1945.
Pernyataan Indonesia yang menegaskan
sebagai Negara hukum sebagaimana
termaktub di dalam Pasal 1 Ayat (3) Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia
1945. Dapat dipahami bahwa Indonesia
adalah Negara rechstaat (Negara hukum) dan
bukan machstaat (kekuasaan belaka). Lebih
jelas dalam (Asshiddiqie, 2009) bahwa Prinsip
ini termuat di dalam Pasal 1 ayat (3)
dikarenakan sifatnya yang sangat mendasar
dan fundamental.
26.Ciri-ciri Negara hukum (Santoso:2013) adalah
adanya:
1) Asas pengakuan dan perlindungan hah-
hakasasi manusia;
2) Asas legalitas;
3) Asas pembagian kekuasaan;
4) Asas peradilan yang bebas dan
tidakmemihak;
5) Asas kedaulat rakyat
6) Asas demokrasi
7) Asas konstitusional.
27.UUD 1945 atau konstitusi Indonesia dapat
dipahami sebagai pedoman dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara mempunyai dua
fungsi yaitu:
1) Membagi kekuasaan dalam Negara
2) Membatasi kekuasaan pemerintah atau
penguasa dalam Negara (Setiawan, 2015).
28.Kedudukan pembukaan Undang-Undang
Dasar 1945 bagi Negara Republik Indonesia
diantaranya:
a. Sumber dari motivasi dan aspirasi
perjuangan dan tekad bangsa Indonesia;
b. Sumber dari cita-cita hukum dan cita-cita
moral yang ingin ditegakan dalam
lingkungan intemasional dan nasional;
c. Mengandur nilai-nilai universal dan
lestari universal artinya bahwa nilai-nilai
tersebut dijunjung tinggi oleh bangsa
yang beradab. Lestari artinya bahwa ia
mampu menampung dinamika
masyarakat.
29.Pendidikan kewarganegaraan sebagai
program pendidikan memiliki peranan yang
penting untuk mendukung hakikat UUD
1945 sebagai kaidah fundamental bagi
warganegara Indonesia. Substansi PPKn juga
berwujudkan suatu materi yang berorientasi
pada pembentukan kehdupan berbangsa dan
bernegara yang berlandaskan konstitusi
sebagai dasar hukum.

KB 3. Konsep Kajian Keilmuan


Kewarganegaraan BerlandaskanPancasila dan
UUD 1945

1. konstitusi Indonesia atau UUD 1945 dibentuk agar hak-hak


asasi manusia dan didalamnya hak-hak warganegara turut
terjamin dan dilindungi oleh negara terutama
penyelenggaraan negara serta yang paling penting adalah
dengan adanya kesadaran konstitusi yang tinggi dari para
warganegara akan memiliki kontribusi penting bagi control
terhadap jalannya kekuasaan yang sehat dan kuat.
2. Aktualisasi PPKn sebagai wahana pendidikan hukum
sebagaimana dijelaskan diatas, merupakan bentuk dasar
dan rekonstruksi keilmuan PPKn yang secara substantif-
pedagogis dijiwai oleh norma Undang-undang Dasar 1945.
3. kurikulum 2013 secara adaptif menerapkan tradisi filosofi
yang salah satunya menekankan pada transfer imperatif
norma-norma UUD 1945 sebagai suatu tradisi perenialisme
4. Tradisi perenialisme materi PPKn yang bersumber dari
norma-norma UUD 1945 secara implisit perlu tercermin ke
dalam kompetensi dasar pada kurikulum PPKn
5. secara praktis aktualisasi norma-norma UUD 1945 ke dalam
pembelajaran PPKn termasuk kedalam tradisi esensialisme.
6. pembelajaran PPKn yang mengaktualisasikan norma-norma
UUD 1945 kedalam proses belajar mengajar PPKn
terhimpun kedalam filosofi tradisi progresifisme yang
dicirikan dengan pengorganisasian pengalaman belajar.
7. aktualisasi norma-norma UUD 1945 dalam pembelajaran
PPKn juga merupakan bagian dari tradisi
rekonstruksionisme pembelajaran PPKn yang dicirikan
dengan muatan dan dorongan bagi individu untuk
memberikan kontribusi dalam konteks perwujudan norma-
norma UUD 1945 di dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara.
8. Keempat tradisi diatas yaitu perenialisme, esesnisalisme
progresifisme, dan rekonstruksionisme merupakan tradisi
pembelajaran PPKn yang secara substantif- pedagogis
menjembatani aktualisasi norma-norma pada UUD 1945
sebagai landasan konstitusional
9. Kausalitas konsepsi norma-norma UUD 1945 dalam
pembelajaran PPKn sebagaimana dijelaskan sebelumnya
merupakan bagian dari perwujudan kesaktian prinsip Rule
of Law.
10. Atas dasar prinsip rule of law, norma-norma pada UUD
1945 perlu untuk disosialisasikan dan diinternalisasikan
sampai pada penjewantahan norma- normanya.
11. Dilihat dari aspek keilmuannya yang juga tergabung
kedalam tradisi pertama social studies yaitu social studies
taught as citizenship transmission, bahwa PPKn
diharapkan menjadi suatu program pendidikan yang
mampu membentuk cultural unity (kesatuan budaya) yang
didasarkan bahwa generasi muda harus mengetahui
sejarah bangsanya
12. Urgensi lain pentingnya peran PPKn dalam membentuk
cultural unity warganegara yang sadar dan paham akan
sejarah bangsanya dengan metode value inculcation
sejarah bangsanya, adalah pengetahuan sejarah bangsanya
sendiri mampu membentuk rasa patriotisme dan
nasionalisme.
13. Dimensi kepribadian seorang warganegara adalah civic
virtue (kebajikan warganegara). Kebajikan
kewarganegaraan sangat terkait pada dasar filsafat negara,
dan ide dasar yang diyakini, dijunjung tinggi, dan
diwujudkan sebagai kepribadian, yang tentunya berbeda
dari negara satu ke negara yang lainnya, karena memang
setiap negara-bangsa memiliki sejarah, geopolitik, ideologi
negara, konstitusi, dan konteks kehidupannya masing-
masing, karena itu bersifat unik/khas.
14. Konstelasi (tatanan) psikososial kebajikan
kewarganegaraan dalam konteks kehidupan negara-bangsa
Indonesia pada dasarnya bersumbu pada nilai dan moral
Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi nasional yang
dilembagakan dalam tatanan nilai dan norma
konstitusional UUD NRI Tahun 1945, didukung dengan
komitmen kolektif bernegara-kesatuan Republik Indonesia.
15. Upaya mengembangkan kebajikan warganegara, dalam
pembelajaran PPKn sendiri muatan sejarah perjuangan
bangsa Indonesia banyak dikaitkan dengan upaya
konstruksi 4 (empat) konsensus Indonesia yaitu Pancasila,
UUD 1945, Bhineka Tunggal Ika, dan NKRI.
16. Sementara dalam perskpektif pedagogis PPKn,
pengetahuan, kemampuan, dan tanggungjawab
warganegara akan sejarah perjuangan bangsa Indonesia
adalah bentuk dari pengembangan civic virtue (keadaban
warganegara) yang terwujud dalam sikap patriotisme dan
nasionalisme. Bentuk civic virtue yang patriotik dan
nasionalis dapat terwujud dengan sumbangsi holistik
antara civic responsibility (skills, competence, dan
participation), dengan civic confidence (knowledge dan
disposition).
17. Bhinneka Tunggal Ika sendiri adalah sebagai motto Negara,
yang diangkat dari penggalan kakawin Sutasoma karya
besar MPU Tantular pada zaman Keprabonan Majapahit
(abad 14) secara harfiah diartikan sebagai bercerai berai
tetapi satu atau Although in pieces yet One (Setiawan &
Yunita, 2017).
18. Secara praksis kehidupan kenegaraaan yang berbasis
pemikiran monoculturalism ternyata ideology nation-state
dengan prinsip unity of disscent, unity of culture, unity of
language and often unity of religion (persamaan
pendapat, persatuan budaya, persatuan bahasa dan
seringkali persatuan agama) tidak mudah diwujudkan
19. Masyarakat madani-Pancasila yang multikultural
merupakan “civic community” atau “civil society” yang
ditandai oleh berkembangnya peran organisasi
kewarganegaraan di luar organisasi kenegaraan dalam
mencapai keadilan dan kesejahteraan sosial sesuai
Pancasila.
20. tantangan bagi pendidikan demokrasi konstitusional di
Indonesia adalah bersistemnya pendidikan Pancasila
dengan keseluruhan upaya pengembangan kualitas
warganegara dan kualitas kehidupan multikultural yang
ber-Pancasila dan berkonstitusi UUD 1945, dalam
masyarakat, bangsa dan negara Indonesia.
21. civic virtue adalah kemauan dari warganegara untuk
menempatkan kepentingan umum diatas kepentingan
pribadi.
22. civic dispositions adalah sikap dan kebiasaan berpikir
warganegara yang menopang berkembangnya fungsi sosial
yang sehat dan jaminan kepentingan umum dari sistem
demokrasi. Sedangkan civic committments adalah
komitmen warganegara yang bernalar dan diterima dengan
sadar terhadap nilai dan prinsip demokrasi konstitusional.
23. protection of the rights of the individual" adalah
pelindungan hak-hak asasi manusia.
24. civic dispositions meliputi sejumlah karakteristik
kepribadian, yakni civility atau keadaban (hormat pada
orang lain dan partisipatif dalam kehidupan masyarakat),
individual responsibility atau tanggung jawab individual,
self discipline atau disiplin diri, civic mindednes atau
kepekaan terhadap masalah kewargaan, open mindedness
(terbuka, skeptis, mengenal ambiguitas), compromise
(prinsip konflik dan batas-batas kompromi), toleration of
diversity atau toleransi atas keberagaman, patience and
persis tence atau kesabaran dan ketaatan, compassion
atau keterharuan, generosity atau kemurahan hati, and
loyalty to the nation and its priciples atau kesetiaan pada
bangsa dan segala aturannya. (Quigley, dkk, 1991).
25. civic commitments adalah kesediaan warga negara untuk
mengikatkan din dengan sadar kepada ide dan prinsip serta
nilai fundamental demokrasi konstitusional,

KB 4. Implentasi ICT dalamPembelajaran


PPKn

1. Isu kewarganegaraan yakni suatu masalah yang


urgen atau penting terkait kehidupan
warganegara dalam bermasyarakat, berbangsa,
dan bernegara.

2. Konteks isu-isu kewarganegaraan meliputi Isu


Kewarganegaran dalam konteks lokal, Isu
Kewarganegaraan dalam konteks nasional, Isu
Kewarganegaraan dalam konteks regional, Isu
Kewarganegaraan dalam konteks global.

3. Isu kewarganegaraan dalam konteks lokal


berorientasi pada isu-isu kewarganegaraan pada
teritori lokal atau wilayah bagian suatu Negara
seperti provinsi atau kabupaten kota.

4. Multikultur adalah sebuah ideologi yang mengakui


dan mengagungkan perbedaan. Perbedaan yang
dimaksud adalah perbedaan orang per orang atau
perbedaan budaya, seperti perbedaan nilai-nilai,
sistem, budaya, kebiasaan dan politik
(http://id.m.wikipedia.org)
5. Etnosentrisme adalah rasa kecintaan dan
kepercayaan terhadap suatu adat atau suku yang
berlebihan

6. Ilustrasi akibat Etnosentrisme, terjadinya


perang suku dayak dengan Madura.

7. Pendidikan multikulturalisme adalah pendidikan yang


menitikberatkan pada 2 hal yaitu kebebasan dan toleransi.
Kebebasan berarti ketiadaan dari paksaan-paksaan atau
pembatasan-pembatasan. Sedangkan Toleransi adalah
bersikap menenggang (menghargai, membolehkan pendirian
(pendapat, pandangan, kepercayaan, kebiasaan, kelakuan,
dan sebagainya) yang berbeda atau bertentangan dengan
pendiriannya sendiri. (https://www.kbbi.online-
jagokata.com)

8. Nasional sendiri dapat diartikan sesuatu yang


bersifat kebangsaan; berkenaan atau berasal
dari bangsa sendiri; meliputi suatu bangsa.
(https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/nasional).

9. Separatisme adalah suatu paham yang mengambil


keuntungan dari pemecah-belahan dalam suatu
golongan (bangsa). Separatisme politis adalah
suatu gerakan untuk mendapatkan kedaulatan
dan memisahkan suatu wilayah atau kelompok
manusia (biasanya kelompok dengan kesadaran
nasional yang tajam) dari satu sama lain atau
suatu negara lain.

10. Diskriminasi adalah sikap membedakan dengan


sengaja terhadapp golongan-golongan yang
berhubungan dengan kepentingan tertentu.
Marjinalisasi adalah suatu proses peminggiran
akibat perbedaan yang menyebabkan kemiskinan
dengan asusmsi gender.
(https://www.kemenppa.go.id)
11. Isu Radikalisme adalah suatu paham yang
dibuat-buat oleh sekelompok orang yang
menginginkan perubahan atau pembaharuan sosial
dan politik secara drastis dengan menggunakan
cara-cara kekerasan.

12. Isu ekstrimisme adalah paham atau keyakinan


yang kuat terhadap sesuatu melebihi batas
kewajaran dan dapat melanggar hukum.

13. Isu global adalah setiap peristiwa atau wacana


yang mampu menyita perhatian masyarakat global
dan bagaimana masyarakat merespon isu
tersebut.

14. Konflik kemanusiaan adalah masalah-


masalah yang dialami secara eksistensial
disebabkan oleh perilaku manusia dalam
menjalani kehidupan, seperti konflik antar
individu, perilaku agresi, cinta, kesehatan mental,
dan konflik antar kelompok

15. Hubungan bilateral adalah jenis hubungan yang


melibatkan dua pihak. Biasanya digunakan untuk
menyebut hubungan yang melibatkan hanya dua
negara, khususnya suatu hubungan politik, budaya
dan ekonomi di antara 2 Negara.

16. Global citizenship adalah kewarganegaraan


dunia dalam makna luas mengacu pada seseorang
yang mengutamakan identitas "masyarakat
global" di atas identitasnya sebagai warga
negara. Menurut konsep ini, identitas seseorang
sudah melintasi batas geografi atau politik dan
manusia di planet Bumi saling bergantung dengan
satu sama lain; umat manusia merupakan satu
kesatuan.

17. Digital citizenship merupakan pemahaman


tentang keamanan menggunakan internet,
mengetahui cara menemukan, mengatur dan
membuat konten digital (termasuk literasi media,
dan praktek skill secara teknis), pemahaman
tentang cara berperan untuk meningkatkan
tanggung jawab dalam interaksi antarbudaya
(multikultur).

18. Civic literacy atau literasi warganegara, perlu


diadakan pembinaan dan edukasi secara baik
untuk memahami dan keterlibatan pada isu-isu
kewarganegaraan yang meliputi bidang ideologi,
politik, hukum, ekonomi, sosial, budaya,
pertahanan keamanan dan agama, dalam konteks
lokal, nasional, regional, dan global dalam bingkai
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

2 Daftar materi yang sulit KB. 1. Konsep Dasar Prinsip dan Prosedur
dipahami di modul ini Pembelajaran PPKn
1. Penerapan Startegi pembelajaran PPKn Berbasis Nilai dalam
kelas.
2. Konsep Bhineka Tunggal Ika dalam bingkai multikultural nilai-
nilai Pancasila.
3. Isu kewarganegaraan dalam konteks global

KB 2. Struktur Metode dan Spirit Keilmuan


Kewarganegaraan
1. Tradisi Citizenship Transmision Pembelajaran
PKn
2. Konsep Sinergi atau Kombinasi Komponen-
Komponen PPKn
3. Komponen Keilmuan Civics

KB 3. Konsep Kajian Keilmuan


Kewarganegaraan BerlandaskanPancasila dan
UUD 1945
1. apa dan bagaimana Kewarganegaraan yang Ber-Bhineka
Tunggal Ika.
2. Konsep bhineka tunggal ika dalam bingkai multikultural
nilai-nilai Pancasila

KB 4. Isu-isu Kewarganegaraan
1. Bagaimana peran pelajaran PPKn dalam menangkal isu-
isu kewarganegaraan pada tingkat sekolah

3 Daftar materi yang sering KB. 1. Konsep Dasar Prinsip dan Prosedur
mengalami miskonsepsi Pembelajaran PPKn
1. Pancasila sebagai prinsip utama dalam pembelajaran PPKn
dan implementasinya dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara.
2. PPKn sebagai Pendidikan Nilai dikaitkan dengan kebijakan
atau peraturan yang dikeluarkan/dibuat oleh pemerintah.

KB 2. Struktur Metode dan Spirit Keilmuan


Kewarganegaraan
1. Strategi dan metode belajar inquiri
2. Pembelajaran PPKn berbasis portofolio

KB 3. Konsep Kajian Keilmuan


Kewarganegaraan BerlandaskanPancasila dan
UUD 1945
1. cita-cita keberadaan dari masayarakat madani dan good
government
2. Strategi pembelajaran PKn yang perlu dikembangkan sesuai
dengan pendekatan field psychology

KB 4. Isu-isu Kewarganegaraan
1. Pendidikan multikultural di berbagai wilayah Indonesia
2. Bagamaina cara mengimplementasikan Civic Literacy
secara efektif

Anda mungkin juga menyukai