Anda di halaman 1dari 10

PENDALAMAN MATERI BAHASA INDONESIA MODUL 1 PENDAGOGIK

LK 1.2: Lembar Kerja Belajar Mandiri


Judul Modul Konsep Dasar Ilmu Pendidikan
Judul Kegiatan Belajar (KB) 1. Konsep Dasar,Rasional, dan Landasan Ilmu
Pendidikan
2. Karakteristik Peserta Didik
3. Teori Belajar dan Implikasinya dalam
Pembelajaran
4. Kurikulum Pendidikan di Indonesia

No Butir Refleksi Respon/Jawaban


1 Daftar peta konsep (istilah dan KB 1 Konsep Dasar,Rasional, dan Landasan Ilmu
definisi) di modul ini Pendidikan

1.Konsep Dasar, Rasional dan Ilmu Pendidikan


2.Landasan Ilmu Pendidikan:
a. Landasan Material
-Sarana dan Prasarana
-Peserta didik
-Lingkungan
b. Landasan Konseptual:
1. Landasan Filosofis:
*Esensialisme : prinsip idealisme dan realisme
*Parenialisme: kenikmatan sepanjang masa
*Progresivisme: perubahan untuk maju
*Rekonstruksionalisme: kelanjutan berpikir progresif
*Behaviorisme: stimulus dan respon
*Pancasila: tujuan dan cita-cita bangsa
2. Landasan Yuridis:
*Pasal 31 UUD 1945 tentang pendidikan nasional
*UU No 20 tahun 2003 sistem pendidikan nasional
Pasal 1 ayat 1 dan 2
*UU No 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen
*UU No 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan
*Permen
3. Landasan Empiris:
*Landasan Psikologis perkembangan dan belajar
Peserta didik
*Landasan Sosiologis: Norma kehidupan
*landasan Historis: Sejarah Bangsa
4. Landasan Religi:
* Makhluk Tuhan YME
* Kesatuan badan dan rohani
* Makhluk Individu
* Makhluk Sosial
3. Penerapan Landasan Ilmu Pendidikan Dalam Praktek
Ilmu Pendidikan
a. Landasan Filosofis: Pandangan-pandangan
yangbersumber dari filsafat pendidikan mengenai
hakikat manusia,hakikat ilmu, nilai serta perilaku
yang dinilai baik dan dijalankan setiap lembaga
pendidikan
b. Landasan Yuridis:
Pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan
UUD 45,Undang-undang pendidikan dan Peraturan
Pemerintah.
c. Landasan Empiris:
-landasan psikologis
-landasan historis
-landasan sosiologis
d. Landasan Religi:
Asumsi-asumsi yang bersumber dari agama yang
menjadi titik tolak dalam rangka praktik pendidikan
atau studi pendidikan

KB 2. Karakteristik Peserta didik


A. Pengertian karakteristik peserta didik
1. Karakteristik berasal dari kata karakter yang berarti
ciri, watak, tabiat, dan kebiasaan yang dimiliki
seseorang dan sifatnya tetap.
2. Karakteristik peserta didik merupakan pola kelakuan
/kemampuan yg dimiliki peserta didik sebagai hasil
pembawaan dan lingkungan.
3. Karakteristik menurut Ardhana dalam Asri
Budiningsih ( 2017:11)
Karakteristik peserta didik merupakan salah satu
variabel dalam desai pembelajaran yang biasanya
didefinisikan sebagai latar belakang pengalaman
yang dimiliki peserta didik termasuk aspek aspek
lain yang ada pada diri mereka.
B. Ragam karakteristik peserta didik meliputi:
1. Etnik / suku bangsa
2. Kultural / kebudayaan
3. Status sosial / sosial - ekonomi keluarga
4. Minat / keinginan/ kemauan
5. Perkembangan kognitif
 menurut menurut Pieget dalam masganti(2012: 83)
perkembangan intelektual anak terbagi atas tahap –
tahap berikut:
a. 0,0-2,0 thn tahap sensorimotorik
b. 2 - 7 thn tahap preoperasional
c. 7-11 thn tahap operasional konkrit
d. 11-15 thn thn tahap operasional formal
6. Kemampuan awal
Menurut Ali (1984:54)kemampuan awal merupakan
keadaan pengetahuan dan keterampilan yang harus
dimiliki terlebih dahulu oleh peserta didik sebelum
mempelajari pengetahuan dan keterampilan baru.
7. Gaya belajar
 Pengertian gaya belajar
a. Menurut Masganti ( 2012:49)
Gaya belajar merupakan suatu cara yang dipilih
untuk menerima informasi dari lingkungan dan
memprosesnya
b. Menurut DePorter dan Hemacki dalam Masganti
(2012: 49)
Gaya belajar adalah kombinasi dari cara
menyerap dan mengatur dan mengolah informasi.
c. Berdasarkan kedua pendapat tersebut gaya belajar
adalah cara yang dipilih/ digunakan oleh peserta
didik dalam menerima, mengatur, dan memproses
informasi/pesan
 Macam –macam gaya belajar menurut Connell (
dalam Yaummi: 2013:125) terdiri dari:
a. Visual leaners (visual)
Gaya belajar menggunakan media penglihatan
(gambar,video, poster)
b. Auditory leaners (auditif)
Gaya belajar menggunakan media pendengaran (
ceramah, rekaman, diskusi)
c. Kinesthetic leaners (kinestatik)
Gaya belajar dengan kekuatan fisik,gerak/
menyentuh/meraba/melakukan
8. Motivasi
Menurut Wlodkouski (dalam Suciati, 1994:41)
motivasi adalah suatu kondisi yang
menyebabkan/menimbulkanperilaku tertentu
dan yang memberi arah dan ketahanan pada
tingkah laku.
9. Perkembangan emosi
Menurut Kartono dalam Sugihartono(2013:20)
emosi sebagai tergugahnya perasaan yang
disertai dengan perubahan – perubahan dalam
tubuh
10. Perkembangan Sosial
 Kemampuan sosial dapat menyesuaikan diri
terhadap norma tradisi pada kelompok
masyarakat
 Faktor yang mempengaruhi perkembangan sosial
a. Keluarga
b. Kematengan
c. Teman sebaya
d. Sekolah
e. Status sosial
11. Perkembangan moral dan spiritual
 Menurut Kohlberg(dalam Suyanto, 2006:135),
Sunardi dan Imam Sujadi (2016:7-8)
Perkembangan moral anak terbagi menjadi 3
tahap:
1. Preconventional ( 6 – 10 tahun)
2. Conventional ( 10 – 17 tahun)
3. Postconventional ( 17 – 28 tahun)
 Menurut Zohar dan Marshal (dalam Mustafa Ali)
kecerdasan spiritual adalah kemampuan untuk
menghayati nilai dan makna, kesadaran diri,
fleksibel dan adaftif, cenderung memandang
suatu holistik, dan cenderung mencari jawaban-
jawaban fundamental atas situasi hidupnya.
12. Perkembangan motorik
 Menurut Hurlock perkembangan motorik adalah
perkembangan gerakan jasmaniah melalui
kegiatan pusat saraf, urat saraf dan otot yang
terkondisi.
 Perkembangan motorik menurut
Santrock(2011:242) dikelompokkan menjadi:
a. perkembangan motorik kasar ( gerakan tubuh
menggunakan otot besar dipengaruhi kematangan
anak masing-masing)
b. perkembangan motorik halus (otot halus yang
dipengaruhi oleh kesempatan belajar dan berlatih)

KB. 3 Teori Belajar dan Implikasinya dalam


Pembelajaran

1. Teori belajar behavioristik menyatakan bahwa belajar


adalah perubahan tingkah laku. Seseorang dianggap
belajar jika ia telah mampu menunjukkan perubahan
tingkah laku. Pentingnya masukan atau input yang
berupa stimulus dan keluaran atau output yang berupa
respons. Stimulus adalah sesuatu apa saja yang diberikan
oleh guru kepada peserta didik, dan respon berupa rekasi
atau tanggapan yang dihasilkan oleh peserta didik
terhadap stimulus yang diberikan oleh guru.
2. Ciri dari teori belajar behavioristik adalah
mengutamakan unsur-unsur dan bagian kecil, bersifat
mekanistis, menekankan peranan lingkungan,
mementingkan pembentukan reaksi atau respon,
menekankan pentingnya latihan, mementingkan
mekanisme hasil belajar, mementingkan peranan
kemampuan dan hasil belajar yang diperoleh adalah
munculnya perilaku yang diinginkan.
3. Teori belajar behavioristik sering disebut S-R
(Stimulus–Respon) psikologis artinya bahwa tingkah
laku manusia dikendalikan oleh ganjaran atau reward dan
penguatan atau reinforcement dari lingkungan.
4. Pendapat tokoh-tokoh aliran behavioristik;
a. Edward Lee Thorndike,
mengemukakan bahwa belajar adalah proses interaksi
antara stimulus (S) dan respon (R). Thorndike juga
mengemukakan beberapa hukum tentang belajar:
hukum kesiapan (Law of Readiness), hukum latihan
(Law of Excercise), hukum akibat (Law of Effect).
b. Jhon Broades Watson,
mengemukakan bahwa belajar adalah proses interaksi
antara stimulus dan respon, dimana stimulus dan
rsepon yang dimaksud harus berbentuk tingkah laku
yang dapat diamati (observabel) dan dapat di ukur.
c. Edwin Ray Guthrie,
mengatakan bahwa dalam kegiatan belajar peserta
didik perlu sesering mungkin diberikan stimulus agar
hubungan antara stimulus dan respon bersifat lebih
tetap. Guthrie juga percaya bahwa hukuman
(punishment) memegang peranan penting dalam
proses belajar. Hukuman yang diberikan pada saat
yang tepat akan mampu merubah kebiasaan dan
perilaku seseorang.
d. Burrhusm Frederic Skinner,
belajar merupakan perilaku dan perubahan-perubahan
perilaku yang tercermin dalam kekerapan respon yang
merupakan fungsi dari kejadian dalam lingkungan
kondisi. Teori Skinner dikenal dengan “operant
conditioning”, dengan enam konsepnya, yaitu:
penguatan positif dan negatif, shapping, pendekatan
suksetif, extinction, chaianing of respon, dan jadwal
penguatan.
5. Implikasi teori behavioristik dalam pembelajaran, bahwa
kegiatan belajar ditekankan sebagai aktifitas “mimetic”
yang menuntut peserta didik untuk mengungkapkan
kembali pengetahuan yang sudah dipelajari. Penyajian
materi pelajaran mengikuti urutan dari bagian-bagian ke
keseluruhan. Pembelajaran dan evaluasi menekankan pada
hasil, dan evaluasi menuntut satu jawaban benar. Jawaban
yang benar menunjukkan bahwa peserta didik telah
menyelesaikan tugas belajarnya. Pada jaman modern ini,
aplikasi teori behavioristik berkembang pada pembelajaran
dengan powerpoint dan multimedia.
6. Teori belajar kognitif sebagai suatu bentuk teori belajar
yang disebut sebagai model perseptual. Teori belajar
kognitif menyatakan bahwa belajar merupakan
perubahan persepsi dan pemahaman yang tidak selalu
dapat terlihat sebagai tingkah laku yang nampak sehingga
lebih mementingkan proses belajar dari pada hasil
belajarnya. Pengetahuan yang dimiliki sebelumnya yang
dimiliki seseorang sangat menentukan keberhasilan
mempelajari informasi/ pengetahuan yang baru.
7. Pendapat tokoh-tokoh aliran kognitif;
a. Jean Piaget, proses belajar seseorang akan
mengikuti pola dan tahap-tahap perkembangan sesuai
dengan umurnya. Pola dan tahap-tahap ini bersifat
hirarkhis. Piaget membagi tahap-tahap
perkembangan kognitif ini menjadi empat yaitu,
tahap sensorimotor (umur 0-2 tahun), tahap
praoperasional (umur 2-7/8 tahun), tahap operasional
konkret, dan tahap operasional formal.
b. Jerome Bruner, mengembangkan toerinya yang
disebut free discovery learning. Teori ini
menjelaskan bahwa proses belajar akan berjalan
dengan baik dan kreatif jika guru memberi
kesempatan kepada peserta didik untuk menemukan
suatu aturan (termasuk konsep, toeri, definisi, dan
sebagainya) melalui contoh-contoh yang yang
menggambarkan (mewakili) aturan yang menjadi
sumbernya. Peserta didik dibimbig secara induktif
untuk mengetahui kebenaran umum. Menurut Bruner
perkembangan kognitif seseorang terjadi melalui tiga
tahap yang ditentukan oleh caranya melihat
lingkungan, yaitu; enactive, iconic, dan symbolic.
c. David Ausubel, berpendapat bahwa peserta didik
akan belajar dengan baik jika isi pelajaran
(instructional content) sebelumnya didefinisikan dan
kemudian dipresentasikan dengan baik dan tepat
kepada peserta didik (advance orginizer). Advance
orginizer adalah konsep atau informasi umum yang
mewadahi semua isi pelajaran yang akan diajarkan
kepada peserta didik.
8. Implikasi teori kognitif dalam pembelajaran, selama
kegiatan pembelajaran berlangsung keterlibatan peserta
didik secara aktif sangat dipentingkan. Perbedaan
individual pada diri peserta didik perlu diperhatikan,
karena faktor ini sangat mempengaruhi keberhasilan
belajar peserta didik. Interaksi dalam bentuk diskusi tidak
dapat dihindarkan. Pertukaan gagasan menjadi tanda bagi
perkembangan penalaran peserta didik.
9. Teori belajar konstruktivistik memahami belajar
sebagai proses pembentukan (kontruksi) pengetahuan
oleh peserta didik itu sendiri. Peserta didik diberikan
kesempatan untuk mengembangkan ide-idenya secara
luas.
Peserta didik harus aktif selama kegiatan pembelajaran,
aktif berpikir, menyusun kosep, dan memberi makna
tentang hal-hal yang sedang dipelajari, tetapi yang paling
menentukan terwujudnya gejala belajar adalah niat
belajar peserta didik itu sendiri.
10. Pendapat tokoh aliran konstruktivistik;
a. Lev Vygotsky, merupakan tokoh pelopor teori
konstruktivistik atau juga di sebut teori belajar
sosiokultur, bahwa titik tekan utamanpada teori ini
adalah pada bagaimana seseorang belajar dengan
bantuan orang lain dalam suatu zona keterbatasan
dirinya yaitu Zona Proksimal Developmen (ZPD)
atau Zona Perkembangan Proksimal dan mediasi. Di
mana anak dalam perkembangannya membutuhkan
orang lain untuk memahami sesuatu dan
memecahkan masalah yang dihadapinya.
11. Implikasi teori konstruktivistik dalam pembelajaran
modern adalah berkembangnya pembelajaran dengan
web (web learning) dan pembelajaran melalui sosial
media (social media learning). Model pembelajaran
melalui web maupun sosial media ini membuat peserta
didik menjadi pembelajar yang bebas yang dapat
menentukan sendiri kebutuhan belajarnya.
12. Teori belajar humanistik menyatakan bahwa tujuan
belajar adalah untuk memanusiakan manusia. Proses
belajar dianggap berhasil jika siswa telah memahmai
lingkungan dan dirinya sendiri. Teori humanistik sangat
mementingkan isi yang dipelajari dari pada proses belajar
itu sendiri. Hal ini menjadikan teori humanistik bersifat
sangat eklektik maksudnya toeri ini dapat memanfaatkan
teori apa saja asal tujuannya tercapai.
13. Pendapat tokoh-tokoh aliran humanistik;
a. David A. Kolb, membagi tahapan belajar menjadi
empat tahap pengalaman konkrit, pengamatan aktif
dan reflektif, konseptualisasi, eksperimen aktif.
b. Peter Honey dan Alan Mumford, menggolongkan
peserta didik menjadi empat tipe yaitu peserta didik
tipe aktivis, peserta didik tipe reflektor, peserta didik
tipe teoris, dan peserta didik tipe pragmatis.
c. Jurgen Hubermas membagi tiga macam tipe belajar
yaitu technical learning (belajar teknis), practical
elarning (belajar praktis), dan emancpatory learning
(belajar emansipatori).
d. Benjamin Samuel Bloom dan David Krathwohl,
tujuan belajar yang dikemukakan dirangkum dalam
tiga kawasan yang disebut dengan Taksonomi Bloom
yaitu kawasan kognitif, kawasan afektif, dan
kawasan psikomotor.
14. Implikasi teori humanistik dalam pembelajaran, guru
dapat menawarkan berbagai sumber belajar kepada
peserta didik, seperti situs-situs web yang mendukung
pembelajaran. Inti dari pembelajaran humanistik adalah
bagaimana memanusiakan peserta didik dan membuat
proses pembelajaran yang menyenangkan bagi peserta
didik. Dalam prakteknya teori humanistik ini cenderung
mengarahkan peserta didik untuk berfikir induktif,
mementingkan pengalaman, serta membutuhkan
keterlibatan peserta didik secara aktif dalam proses
belajar.

KB. 4 Kurikulum Pendidikan di Indonesia


1. Konsep dasar kurikulum
Para ahli pendidikan memiliki penafsiran yang berbeda
tentang kurikulum. namun demikian, dalam penafsiran
yang berbeda itu, ada juga kesamaannya. Kesamaaan
tersebut adalah, bahwa kurikulum berhubungan erat
dengan usaha mengembangkan peserta didik sesuai
dengan tujuan yang hendak dicapai. Dari beberapa
konsep, pada dasarnya kurikulum dianggap sebagai mata
pelajaran, pengalaman belajar dan sebagai perencanaan
program pembelajaran. Ketiga konsep tersebut diraukan
sebagai berikut :
a. Kurikulum sebagai daftar mata pelajaran
Dalam menentukan dan menyeleksi kurikulum perlu
memperhitungkan tingkat kesulitan, minat peserta didik
dan urutan bahan. Perencanaan dan implementasi
kurikulum ditekankan kepada penggunaan metode dan
strategi pembelajaran yang memungkinkan peserta didik
menguasai materi pembelajaran.
b. Kurikulum sebagai pengalaman belajar siswa
Pergeseran pemaknaan kurikulum dari sejumlah mata
pelajaran kepada pengalaman, selain disebabkan
meluasnya fungsi dan tanggung jawab sekolah juga
dipengaruhi oleh penemuan-penemuan dan pandangan
baru dalam bidang psikologi belajar. Pandangan baru
tersebut menganggap bahwa belajar bukan hanya
mengumpulkan sejumlah pengetahuan, akan tetapi proses
perubahan tingkah laku. Peserta didik dianggap telah
belajar manakala telah memiliki perubahan perilaku.
Tentu saja perubahan perilaku akan terjadi manakala
siswa memiliki pengalaman belajar. Oleh sebab itu dalam
proses belajar pengalaman dianggap lebih penting
daripada menumpuk sejumlah pengetahuan.
c. Kurikulum sebagai rencana atau program
belajar
kurikulum sebagai suatu rencana rencana pembelajaran
harus bermuara pada perolehan pengalaman peserta didik
yang sengaja dirancang untuk mereka miliki. Dengan
demikian kurikulum harus mencakup dua sisi yang sama
penting, yaitu perencanaan pembelajaran serta bagaimana
perencanaan itu diimplementasikan menjadi pengalaman
belajar siswa dalam rangka pencapaian tujuan
yangdiharapkan.

2. Pembaharuan kurikulum disekolah


Sebagai salah satu komponen penting dalam system
pendidikan, kurikulum tidak hanya dirumuskan sebagai
tujuan yang hendak dicapai sehingga memperjelas arah
pendidikan, akan tetapi juga memberikan pemahaman
tentang pengalaman belajar yang harus dimiliki oleh
peserta didik. Oleh karena itu sudah semestinya dalam
perjalanan suatu kurikulum perlu untuk terus ditelaah dan
disesuaikan dengan kebutuhan dan perkembangan zaman
3. Peran dan fungsi komponen kurikulum
Menurut Hamid (1998) kegagalan tersebut disebabkan
kekeliruan dalam menghayati peran dan fungsi dari
sebuah kurikulum. Kita hanya terjebak pada pengertian
kurikulum sebagai dokumen dan seperangkat rencana
saja. Sebagai salah satu komponen penting dalam sistem
pendidikan, paling tidak kurikulum memiliki tiga peran
(Wina Sanjaya;2008) yaitu peran konservatif, peran
kreatif dan peran kritis evaluatif.Mari kita cermati uraian
terkait masing-masing peran tersebut :
a. Peran Konservatif
pendidikan pada hakikatnya merupakan proses social
dimana salah satu tugasnya adalah mempengaruhi dan
membina perilaku manusia sesuai dengan nilai-nilai
sosial yang hidup di lingkungan masyarakatnya.

b. Peran Kreatif
Peran kreatif menekankan bahwa kurikulum harus
mampu mengembangkan sesuatu kebaruan yang sesuai
dengan perubahan tersebut. Sehingga kurikulum harus
mampu mengembangkan sesuatu yang baru sesuai
dengan perkembangan yang terjadi dan kebutuhan
masyarakat pada masa sekarang dan masa yang akan
datang
c. Peran kritis dan evaluatif
Berangkat dari suatu realita bahwa nilai-nilai kehidupan
dan budaya dalam masyarakat senantiasa berkembang
atau mengalami perubahan maka peran kurikulum tidak
hanya mewariskan nilai dan budayamelainkan juga
berperan untuk menilai dan memilih nilai budaya serta
pengetahuan baru yang akan diwariskan. Dalam hal ini
fungsi kurikulum sebagai kontrol atau filter sosial. Nilai-
nilai sosial yang sudah tidak sesuai lagi dengan keadaan
atau realitas keadaan dan tuntutan masa kini dihilangkan
dan dilakukan suatu modifikasi atau penyempurnaan-
penyempurnaan.

4. Hakekat perkembangan kurikulum


pengembangan kurikulum pada hakikatnya adalah proses
penyusunan rencana tentang isi dan bahan pelajaran yang
harus dipelajari serta bagaimana harus mempelajarinya.
Namun, dalam rangka proses pengembangan kurikulum
ini harus berangkat dari visi, misi, serta tujuan yang ingin
dicapai oleh masyarakat.
Ada dua hal yang harus dipertimbangan dalam
menentukan isi pengembangan kurikulum, yaitu
rentangan kegiatan, misi, dan visi sekolah. 1)Rentangan
Kegiatan (Range of Activity)2)Pengembangan isi
kurikulum biasanya diawali dengan rancangan kebijakan
kurikulum, rancangan bidang studi, program pengajaran,
unit pengajaran dan rencana pembelajaran.
dalam sebuah pengembangan kurikulum guru
memerlukan beberapa prinsip untuk mengembangkan
kurikulum. Diantara beberapa prinsipnya adalah prinsip
relevansi, prinsip fleksibilitas, prinsip efektivitas, prinsip
efisiensi.
5. Faktor yang mempengaruhi implementasi kurikulum
Menurut Chaudry(2015) faktor yang mempengaruhi
implementasi kurikulum adalah faktor guru, peserta didik,
sarana dan fasilitas, lingkungan
164sekolah, peminatangrup, budaya dan ideologi,
supervisi pembelajaran, dan proses asesmen sebelum
pelaksanaan sebuah implementasi kurikulum

6. Strategi penerapan kurikulum dan tantangannya di


masa depan
Strategi dalam penerapan kurikulum dipengaruhi oleh
kesiapan mental guru dalam menyikapi perubahan yang
akan terjadi di masa depan, sehingga kita perlu mengkaji
tantangan-tantangan apa saja di masa depan yang dapat
dijadikan acuan dalam menentukan strategi dalam
penerapan kurikulum.
a. Kesiapan guru menerima perubahan
Akibat dari resistensi terhadap perubahan yang
cenderung sudah mengakar kuat dalam diri guru,
membuat guru memasuki sebuah zona yang
disebut zona nyaman dan cenderung sulit untuk
meninggalkan. Dalam zona ini, guru akan
cenderung enggan melakukan sebuah perubahan
karena perubahan selalu memerlukan sebuah
proses berpikir dan memerlukan sebuah usaha-
usaha baru yang dianggap merusak sebuah
tatanan kenyamanan. Maka, untuk
mengantisipasi tidak terjadinya perubahan yang
diharapkan, diperlukan kondisi perubahan mental
yang kuat dan perubahan model mental .
b. Keterbukaan pola berpikir
perubahan yang mendasar terdapat pada
perubahan pola pikir untuk menerima perubahan
dan kurikulum. Pola pikir mempengaruhi
berbagai macam perilaku yang dihasilkan oleh
manusia.Manusia dengan pola pikir tetap akan
sulit untuk mencapai keinginan karena sudah
menetap dan lambat. Sedangkan orang yang
memiliki pola pikir bertumbuh, akan selalu bisa
bertahan dalam kondisi apapun karena selalu
bertumbuh dan bisa menyesuaikan dengan
berbagai macam cara. Padahal, sebenarnya
manusia bisa bertahan dengan usaha yang kuat,
tahan terhadap kritik dan pujian, serta siap
menghadapi tantangan. Pola pikir ini perlu
dibawa dalam ruang kelas dan pembelajaran.
Setiap waktu, guru selalu menghadapi berbagai
perubahan kecil di dalam ruang kelas.
2 Daftar materi yang sulit dipahami di 1. Istilah-istilah dalam landasan pendidikan
modul ini 2. Penerapan berbagai landasan ilmu
3. Pendidikan dalam praktik pendidikan
4. membedakan karakteristik etnik dan kultural
5. membedakan perkembangan moral dan spiritual
6. Implikasi teori belajar humanistik dalam kegiatan
pembelajaran

3 Daftar materi yang sering 1. Memahami istilah dalam konsep dasar,landasan, dan
mengalami miskonsepsi penerapan ilmu pendidikan.
2. Pengertian karakteristik peserta didik oleh para ahli
3. Ragam karakteristik etnik, kultural, status sosial,
perkembangan sosial.
4. Implikasi teori belajar behavioristik dan kognitif
dalam kegiatan pembelajaran

Anda mungkin juga menyukai