Anda di halaman 1dari 94

BAB I

Memahami Landasan dan Tujuan Pendidikan Pancasila

Deskripsi Singkat :

Bab ini menjelaskan landasan-landasan pendidikan pancasila,


tujuan pembelajaran pendidikan Pancasila, peraturan-peraturan mengenai
pendidikan Pancasila.

VISI Pendidikan Pancasila


Terwujudnya kepribadian sivitas akademika yang bersumber pada nilai-
nilai Pancasila.

MISI Pendidikan Pancasila

1. Mengembangkan potensi akademik peserta didik (misi psikopedagogis).


2. Menyiapkan peserta didik untuk hidup dan berkehidupan dalam
masyarakat, bangsa dan negara (misi psikososial).
3. Membangun budaya ber-Pancasila sebagai salah satu determinan
kehidupan (misi sosiokultural).
4. Mengkaji dan mengembangkan pendidikan Pancasila sebagai sistem
pengetahuan terintegrasi atau disiplin ilmu sintetik (synthetic
discipline), sebagai misi akademik (Sumber: Tim Dikti).

1. Landasan Pendidikan Pancasila

Landasan Historis

Setelah melalui suatu proses yang cukup panjang dalam


perjalanan sejarah bangsa Indonesia untuk menemukan jati dirinya
yang didalamnya tersimpul ciri khas, sifat dan karakter bangsa
yang berbeda dengan bangsa lain, yang oleh para pendiri negara
kita dirumuskan dalam suatu rumusan yang meliputi lima prinsip
(lima sila) yang kemudian dinamakan Pancasila.

Konsekuensinya secara historis Pancasila dalam


kedudukannya sebagai dasar filsafat bangsa dan negara, bukannya
suatu ideologi yang menguasai bangsa, namun justru nilai-nilai dari
sila-sila Pancasila itu melekat dan berasal dari bangsa Indonesia itu
sendiri.

1
Landasan Kultural

Nilai-nilai kenegaraan dan kemasyarakatan yang terkandung


dalam sila-sila Pancasila, bukanlah hanya merupakan suatu hasil
konseptual seseorang saja, tetapi merupakan suatu hasil karya besar
bangsa Indonesia sendiri melalui proses refleksi filosofis para pendiri
negara seperti; Soekarno, M. Yamin M. Hatta, Soepomo, serta para
pendiri negara lainnya.

Satu-satunya karya besar bangsa Indonesia yang sejajar


dengan karya besar bangsa lain di dunia ini adalah hasil penilaiaan
tentang bangsa dan negara yang mendasarkan pandangan hidup
suatu prinsip nilai yang tertuang dalam sila-sila Pancasila, oleh karena
itu para generasi penerus bangsa terutama kalangan intelektual
kampus sudah seharusnya untuk mendalami secara dinamis dalam
serta menyambungkannya sesuai dengan kebutuhan jaman.

Landasan Yuridis

- Undang Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2012 tentang


Sistem Pendidikan Tinggi
- Undang Undang Republik Indonesia Nomor 2 tahun 1989 , tentang
Sistem Pendidikan Nasional
- SK Dirjen Dikti, Nomor 232/U/2000, tentang Pedoman Penyusunan
Kurikulum Pendidikan Tinggi,
- SK Dirjen Dikti, Nomor 265/Dikti/2000, tentang Penyempurnaan
Kurikulum Inti Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MKPK),
dan
- SK Dirjen Dikti, Nomor 38/Dikti/Kep/2002, tentang Rambu-rambu
Pelaksanaan Kelompok Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian
di Perguruan Tinggi.

Landasan Filosofis

Pancasila sebagai dasar filsafat negara dan pandangan


filosofis bangsa Indonesia, oleh karena itu sudah merupakan suatu
keharusan moral untuk secara konsisten merealisasikan dalam setiap
aspek kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Secara filosofis bangsa Indonesia sebelum mendirikan
negara adalah sebagai bangsa yang berketuhanan dan
berkemanusiaan, hal ini berdasarkan kenyataan obyektif bahwa
manusia adalah mahluk Tuhan YME. Setiap aspek penyelenggaraan

2
negara harus bersumber pada nilai-nilai Pancasila termasuk sistem
peraturan perundang-undangan di Indonesia. Oleh karena itu dalam
realisasi kenegaraan termasuk dalam proses reformasi dewasa ini
merupakan suatu keharusan bahwa Pancasila merupakan sumber
nilai dalam pelaksanaan kenegaraan, baik dalam pembangunan
nasional, ekonomi, politik, hukum, social budaya, maupun pertahanan
keamanan.

2. Tujuan Pendidikan Pancasila

2.1. Tujuan Pendidikan Pancasila

1. Menjadi pribadi yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang


Maha Esa;
2. Sehat jasmani dan rohani, berakhlak mulia, dan berbudi pekerti
luhur;
3. Memiliki kepribadian yang mantap, mandiri, dan bertanggung jawab
sesuai hari nurani;
4. Mampu mengikuti perkembangan IPTEK dan seni; serta
5. Mampu ikut mewujudkan kehidupan yang cerdas dan
berkesejahteraan bagi bangsanya.

2.2. Tujuan Nasional/Tujuan Negara

Pendidikan Pancasila diharapkan dapat mewujudkan tujuan


nasional tujuan negara, yaitu Pemerintah Negara Indonesia yang
melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia dan untuk mewujudkan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan dan ikut melaksanakan ketertiban dunia
yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan
sosial.

2.3. Tujuan Pendidikan Nasional

Dapat mewujudkan tujuan pendidikan nasional seperti diatur


dalam UU. No. 20 Tahun 2003 pasal 3 yang menjelaskan bahwa
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa
kepada Tuhan YME, berakhlak mulia, dapat berilmu, cakap, kreatif,
mandiri, dan menjadi warga negara demokrasi serta bertanggung
jawab.
Kompetensi lulusan pendidikan Pancasila adalah
seperangkat tindakan intelektual penuh tanggung jawab sebagai
seorang warga negara dalam memecahkan berbagai masalah

3
dalam hidup bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara dengan
menerapkan pemikiran yang berlandaskan nilai-nilai Pancasila.
Sifat intelektual tersebut tercermin pada kemahiran, ketepatan, dan
keberhasilan bertindak, sedangkan sifat penuh tanggung jawab
diperlukan sebagai kebenaran tindakan dilirik dari aspek IPTEK,
etika ataupun kepatuhan agama serta budaya.

Pendidikan Pancasila bertujuan untuk menghasilkan peserta


didik dengan sikap dan perilaku :

1. Beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME


2. Berkeperimanusiaan yang adil dan beradab
3. Mendukung persatuan bangsa
4. Mendukung kerakyatan yang mengutamakan kepentingan
bersama diatas kepentingan individu maupun golongan
5. Mendukung upaya untuk mewujudkan suatu keadilan sosial
dalam masyarakat

Melalui pendidikan Pancasila warga negara Republik


Indonesia diharapkan mampu memahami, menganalisis dan
menjawab masalah-masalah yang dihadapi oleh masyarakat
bangsanya secara berkesinambungan dan konsisten dengan cita-
cita dan tujuan nasional.

Secara spesifik, tujuan penyelenggaraan Pendidikan Pancasila di


perguruan tinggi adalah untuk:

1. Memperkuat Pancasila sebagai dasar falsafah negara dan ideologi


bangsa melalui revitalisasi nilai-nilai dasar Pancasila sebagai norma
dasar kehidupan bermasyarakat,berbangsa, dan bernegara.
2. Memberikan pemahaman dan penghayatan atas jiwa dan nilai-nilai
dasar Pancasila kepada mahasiswa sebagai warga negara Republik
Indonesia, dan membimbing untuk dapat menerapkannya dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
3. Mempersiapkan mahasiswa agar mampu menganalisis dan mencari
solusi terhadap berbagai persoalan kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara melalui sistem pemikiran yang berdasarkan
nilai-nilai Pancasila dan UUD Negara RI Tahun 1945.
4. Membentuk sikap mental mahasiswa yang mampu mengapresiasi
nilai-nilai ketuhanan, kemanusiaan, kecintaan pada tanah air, dan
kesatuan bangsa, serta penguatan masyarakat madani yang
demokratis, berkeadilan, dan bermartabat berlandaskan Pancasila,
untuk mampu berinteraksi dengan dinamika internal daneksternal

4
masyarakat bangsa Indonesia (Direktorat Pembelajaran dan
Kemahasiswaan, 2013: viii).

Rangkuman :

Secara umum tujuan mempelajari Pancasila adalah untuk


mengetahui Pancasila secara baik dan benar dan dapat
dipertanggungjawabkan secara objektif ilmiah dan yuridis konstitusional.

Melalui pendidikan Pancasila warga negara Indonesia diharapkan


mampu memahami, dapat menganalisis dan dapat menjawab masalah-
masalah yang dihadapi baik intern maupun ekstern secara
berkesinambungan, sesuai cita-cita dan tujuan nasional sebagaimana
yang terdapat dalam Pembukaan Uud 1945.

DAFTAR PUSTAKA

1. Elly M. Setiadi, Panduan Kuliah Pendidikan Pancasila untuk Perguruan


Tinggi, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2003.
2. H. Subandi Al Marsudi, Pancasila dan UUD 1945 Dalam Paradigma
Reformasi, Pt. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2000.
3. Sunarjo Wereksosuharjo, Filsafat Pancasila Secara Ilmiah dan
Aplikatif, Andi, Jogyakarta, 2003.
4. Uud 1945 Hasil Amandemen dan Proses Amandemen UUD 1945,
Grafika, 2002
5. http://hitamandbiru.blogspot.com/2012/07/landasan-historis-kultural-
yuridis-dan.html#ixzz4xdkcCvYc

5
BAB II

Pancasila dalam Arus Sejarah Bangsa Indonesia

Deskripsi Singkat :

Bab ini menjelaskan pertumbuhan pemahaman kebangsaan


Indonesia. Mengetahui mengenai sejarah perjuangan bangsa Indonesia

2.1. Masa Kejayaan Nasional

Berdirinya negara kebangsaan Indonesia tidak dapat dipisahkan


dengan kerajaan-kerajaan yang telah berdiri sebelumnya yang
merupakan warisan nenek moyang bangsa Indonesia (menurut Mr. M.
Yamin). Negara Kebangsaan Indonesia terbentuk melalui tiga tahap
yaitu :

Kesatu : Zaman Sriwijaya dibawah wangsa Syailendra (600-1400 M)


yang bercirikan kedatuan.
Kedua : Negara kebangsaan zaman Majapahit (1293 – 1525) yang
bercirikan ke prabuan.
Ketiga : Negara kebangsaan modern yaitu Negara Indonesia
merdeka (sekarang negara Proklamasi 17-8-45).
(sekretariat Negara Republik Indonesia 1995 : 11).

1.1.2. Masa Kerajaan Sriwijaya

Negara kebangsaan yang pertama muncul pada abad 7 yaitu


kerajaan Sriwijaya, dibawah kekuasaan wangsa Syailendra. Hal ini
dibuktikan dengan adanya prasasti kedukan bukit di kaki Bukit
Siguntang Palembang yang bertarikh 605 caka atau 683M dalam
bahasa Melayu kuno dan huruf pallawa.

Kerajaan Sriwijaya adalah kerajaan maritim yang mengandalkan


kekuatan lautnya. Lalu lintas laut di sebelah barat seperti Selat Sunda
(688), kemudian tahun 775 menguasai selat Malaka. Kerajaan
Sriwijaya pada waktu itu merupakan suatu kerajaan besar yang cukup
disegani di kawasan Asia Selatan.

Perdagangan dilakukan dengan mempersatukan pedagang,


pengrajin, dan pegawai raja yang disebut Tuha An Vatakvurah sebagai
pengawas dan pengumpul semacam koperasi sehingga rakyat mudah
untuk memasarkan barang dagangannya (Kneth R. Hall, 1976:75-77)
demikian pula dalam sistem pemerintahan terdapat pegawai pengurus
pajak, harta benda kerajaan, rohaniawan yang menjadi pengawas
teknis, pembangunan gedung-gedung dan patung-patung suci
sehingga pada saat itu kerajaan dalam menjalankan sistem negaranya

6
tidak dapat dilepaskan dengan nilai ketuhanan (Suwarno 1993).
Agama dan kebudayaan dikembangkannya dengan mendirikan
suatu Universitas Agama Budha, yang sangat terkenal di negara lain di
Asia. Banyak musafir dari negara lain misalnya dari cina belajar
terlebih dahulu di Universitas tersebut terutama tentang agama Budha
dan bahasa Sangsekerta sebelum melanjutkan studinya ke India,
malahan banyak guru-guru besar tamu dari India yang mengajar di
Sriwijaya, misalnya Dharmakirti. Cita-cita tentang kesejahteraan
bersama dalam suatu negara telah tercermin pada kerajaan Sriwijaya
yaitu berbunyi “Marvuat Vanua Criwijaya Siddha-Yatra Subhiksa”
(suatu cita-cita negara yang adil dan makmur), (Sulaiman, tanpa
tahun : 53).

2.1.2. Masa Kerajaan Majapahit

Kerajaan Majapahit berdiri pada tahun 1293. Kerajaan


Majapahit mencapai keemasannya pada pemerintahan raja Hayam
Wuruk dengan mahapatihnya Gajah mada yang dibantu oleh
laksamana Nala dalam memimpin armadanya untuk menguasai
nusantara. Wilayah kekuasaan Majapahit membentang dari
semenanjung Melayu (Malaysia sekarang) sampai Irian barat melalui
Kalimantan Utara.
Pada waktu itu agama Hindu dan Budha hidup berdampingan
dengan damai dalam suatu kerajaan. Empu Prapanca menulis
Negarakertagama (1365). Dalam kitab tersebut telah terdapat istilah
“Pancasila”. Empu Tantular mengarang buku Sutasoma, dan didalam
buku itulah kita jumpai selakan persatuan nasional yaitu “Bhineka
Tunggal Ika” yang bunyi lengkapnya “Bhineka Tunggal Ika Tan Haua
Dharma Mangrua” artinya walaupun berbeda, namun satu jua, adanya
sebab tidak ada ada agama yang memiliki tuhan yang berbeda. Hal ini
menunjukkan realitas kehidupan beragama pada saat itu, yaitu agama
Hinda dan Budha. Bahkan salah satu kerajaan yaitu Pasai yang
berada dibawah kekuasaannya telah memeluk agama Hindu. Toleransi
positif dalam kehidupan beragama di junjung tinggi sejak masa bahari
yang telah silam.

Sumpah Palapa yang diucapkan oleh mahapatih Gajah Mada


dalam sidang raku dan menteri-menteri di praseban keprabuhan
Majapahit pada tahun 1331, yang berisi cita-cita mempersatukan
seluruh nusantara raya sebagai berikut : “Saya baru akan berhenti
berpuasa makan palapa jikalau seluruh nusantara bertakluk di bawah
kekuasaan negara Majapahit”.

Selain itu dalam hubungannya dengan negara lain raja Hayam


Wuruk senantiasa mengadakan hubungan bertetangga dengan baik
dengan kerajaan tiongkok, Ayoda, Champa dan Kamboja.

Menurut prasasti Brumbung (1329) dalam tata pemerintahan

7
kerajaan Majapahit terdapat semacam penasihat yang memberikan
nasihat kepada raja, hal ini sebagai nilai musyawarah mufakat yang
dilakukan oleh sistem pemerintahan kerajaan Majapahit. Majapahit
menjulang dalam arena sejarah kebangsaan Indonesia dan banyak
meninggalkan nilai-nilai yang diangkat dalam nasionalisme negara
kebangsaan Indonesia 17 – 8 – 1945.

Kemudian disebabkan oleh faktor keadaan dalam negari sendiri


seperti perselisihan dan perang saudara pada permulaan abad XV,
maka kerajaan Majapahit mengalami keruntuhan pada tahun 1520
pada permulaan abad XVI.

Sumpah Palapa yang diucapkan oleh mahapatih Gajah Mada


dalam sidang ratu dan menteri-menteri di praseban keprabuhan
Majapahit pada tahun 1331, yang berisi cita-cita mempersatukan
seluruh nusantara raya sebagai berikut : “Saya baru akan berhenti
berpuasa makan palapa jikalau seluruh nusantara bertakluk di bawah
kekuasaan negara Majapahit”.

Selain itu dalam hubungannya dengan negara lain raja Hayam


Wuruk senantiasa mengadakan hubungan bertetangga dengan baik
dengan kerajaan tiongkok, Ayoda, Champa dan Kamboja.

Menurut prasasti Brumbung (1329) dalam tata pemerintahan


kerajaan Majapahit terdapat semacam penasihat yang memberikan
nasihat kepada raja, hal ini sebagai nilai musyawarah mufakat yang
dilakukan oleh sistem pemerintahan kerajaan Majapahit. Majapahit
menjulang dalam arena sejarah kebangsaan Indonesia dan banyak
meninggalkan nilai-nilai yang diangkat dalam nasionalisme negara
kebangsaan Indonesia 17-8-1945.

Kemudian disebabkan oleh faktor keadaan dalam negeri sendiri


seperti perselisihan dan perang saudara pada permulaan abad XV,
maka kerajaan Majapahit mengalami keruntuhan pada tahun 1520
pada permulaan abad XVI.

2.2. Perjuangan Bangsa Indonesia Melawan Sistem Penjajahan

2.2.1 Perjuangan Bangsa Indonesia Sebelum Abad Ke XX

Letak Indonesia yang strategis dan kemakmuran yang


berlimpah-limpah menyebabkan bangsa lain menaruh perhatian besar
pada Indonesia. Mereka pertama kali datang ke Indonesia dengan
melakukan perdagangan, kemudian berkoloni, akhirnya menjadi
imperialis dengan cara menguasai pemerintahan dan menaklukkan
teritorial.

8
Sejak itu bangsa Indonesia menjadi suatu bangsa lemah dan
menjadi jajahan bangsa barat diantaranya Inggris dan Belanda.

Setelah abad XX hampir setiap daerah mengadakan perlawanan


namun tidak terorganisir. Kemudian timbul pergerakan nasional yang
dimulai berdirinya Budi Utomo dan dilanjutkan dengan organisasi
politik lainnya.

2.2.2. Kebangkitan Nasional 1908

Pada zaman kerajaan Sriwijaya dan Majapahit bangsa


Indonesia suatu bangsa yang berdaulat, mampu menyelenggarakan
kesejahteraan dan kecerdasan rakyatnya serta mengadakan
hubungan persahabatan antar bangsa.

Setelah datangnya bangsa barat rapuhlah kedaulatan,


kemerdekaan, kesejahteraan dan kebahagiaan lenyap karena dijajah
oleh bangsa barat.

Bangsa Indonesia mulai menyadari bahwa sesungguhnya


kemerdekaan itu adalah hak segala bangsa dan oleh sebab itu
penajajahan di atas bumi harus dihapuskan, karena tidak sesuai
dengan kemanusiaan dan prikeadilan.

Oleh karena itu maka timbul kesadaran bangsa Indonesia perlu


bersatu menentang penjajah guna membentuk negara yang berdaulat
guna melepaskan diri dari cengkeraman penjajah.

Dengan melalui pendidikan dan kebudayaan dalam


memperjuangkan cita-cita bangsa Indonesia melalui bidang sosial,
ekonomi, kebudayaan dan politik, mulai membentuk organisasi yang
ditandai dibentuknya Budi Utomo pada tanggal 20 Mei 1908, dipelopori
oleh Dr. Wahidin Sudirohusodo, gerakan inilah yang merupakan awal
gerakan nasional untuk mewujudkan suatu bangsa yang memiliki
kehormatan akan kemerdekaan dan kekuatannya sendiri.

Setelah itu muncullah organisasi-organisasi pergerakan lainnya


seperti Serikat Dagang Islam (SDI) tahun 1909 yang kemudian
mengubah bentuk menjadi gerakan politik dengan nama Serikat Islam
(SI) tahun 1911 dibawah pimpinan H.O.S. Cokroaminoto.

Pada tahun 1913 berdiri Indische Partij dipimpin tiga serangkai


yaitu Douwes Dekker, Ciptomangua Kusumo dan Suwardi
Saryaningrat (Ki hajar Dewantara). Kemudian berdiri Partai Nasional
tahun 1927 yang dipelopori oleh Soekarno. Sejak itu perjuangan
nasional dititik beratkan pada kesatuan nasional dengan tujuan yang
jelas yaitu Indonesia Merdeka.

9
Dengan melalui pendidikan dan kebudayaan dalam
memperjuangkan cita-cita bangsa Indonesia melalui bidang sosial,
ekonomi, kebudayaan dan politik, mulai membentuk organisasi yang
ditandai dibentuknya Budi Utomo pada tanggal 20 Mei 1908, dipelopori
oleh Dr. Wahidin Sudirohusodo, gerakan inilah yang merupakan awal
gerakan nasional untuk mewujudkan suatu bangsa yang memiliki
kehormatan akan kemerdekaan dan kekuatannya sendiri.
Setelah itu muncullah organisasi-organisasi pergerakan lainnya
seperti Serikat Dagang Islam (SDI) tahun 1909 yang kemudian
mengubah bentuk menjadi gerakan politik dengan nama Serikat Islam
(SI) tahun 1911 dibawah pimpinan H.O.S. Cokroaminoto.

Pada tahun 1913 berdiri Indische Partij dipimpin tiga serangkai


yaitu Douwes Dekker, Ciptomangun Kusumo dan Suwardi
Suryaningrat (Ki Hajar Dewantara). Kemudian berdiri Partai Nasional
tahun 1927 yang dipelopori oleh Soekarno. Sejak itu perjuangan
nasional dititik beratkan pada kesatuan nasional dengan tujuan yang
jelas yaitu Indonesia Merdeka.

2.2.3. Sumpah Pemuda 1928

Perjuangan nasional yang dititik beratkan pada kesatuan


nasional dan Indonesia merdeka dan kesadaran bangsa Indonesia itu
terus dikembangkan oleh golongan pemuda. Tujuan kesatuan nasional
dan kemerdekaan diekspresikan dengan kata-kata yang jelas,
kemudian diikuti dengan tampilnya golongan pemuda yang tokoh-
tokohnya antara lain Muh. Yamin, Wongsonegoro, Kuncoro
Purboprawoto serta tokoh-tokoh muda lainnya.

Perjuangan rintisan kesatuan nasional, kesadaran bangsa


Indonesia untuk bersatu dicetuskan didalam Sumpah Pemuda pada
tanggal 28 Oktober 1928, yang isinya Satu Bahasa, Satu Bangsa dan
Satu Tanah Air Indonesia dan pada saat itu dikumandangkan lagu
Indonesia Raya untuk pertama kalinya. Peristiwa ini sebagai
pergerakan kebangkitan kesadaran untuk bersatu dalam berjuang
untuk mengusir penjajah dan mewujudkan kemerdekaan Negara
Kesatuan Republik Indonesia.

Pada tahun 1931 dibentuk Partai Indonesia (Partindo) sebagai


pengganti PNI, karena PNI dibubarkan oleh pengikutnya. Kemudian
golongan demokrat antara lain Moh. Hatta dan St. Syahril mendirikan
PNI baru yaitu Partai Nasional Indonesia.

PNI baru ini bertujuan untuk segera mencapai kemerdekaan


dengan kekuatan sendiri. Dengan Sumpah Pemuda inilah seluruh
pemuda di nusantara ini berjuang dengan bahu menbahu tidak lagi

10
memperhatikan perbedaan suku, pulau, bahasa dan kelompok,
golongan dalam rangka mewujudkan Indonesia Merdeka.

2.2.4. Perjuangan Bangsa Indonesia Pada Masa Penjajahan


Jepang

Kedatangan tentara Jepang disambut dengan baik dan rasa rela,


karena merasa terlepasnya tindakan sewenang dari penjajah Belanda.
Tetapi harapan tersebut musnah sama sekali karena tindakan militer
Jepang yang bertangan besi dan sewenang-wenang, yang tidak
berbeda dengan penjajah Belanda.

Fasis jepang masuk ke Indonesia dengan propaganda “Jepang


Pemimpin Asia, Jepang saudara tua bangsa Indonesia”.

Kebebasan rakyat berserikat dan berkumpul serta


mengeluarkan pendapat terutama membicarakan kemerdekaan
dilarang sama sekali. Selama masa penjajahan Jepang yang relatif
pendek, yaitu selama ±3 tahun (1942 – 1945) penderitaan rakyat lahir
batin terasa sekali. Namun hal ini tidak mengurangi semangat
kemerdekaan bangsa Indonesia bahkan dapat dijadikan sebagai dasar
yang sangat besar untuk mengusir penjajahan di bumi pertiwi yang
tercinta ini.

Dalam perang melawan sekutu Jepang makin terdesak. Oleh


karena itu agar mendapat dukungan dari bangsa Indonesia, maka
pemerintah Jepang bersikap bermurah hati terhadap bangsa
Indonesia, yaitu menjanjikan Indonesia merdeka kelak dikemudian
hari.

Untuk mendapatkan simpati dan dukungan dari bangsa


Indonesia maka sebagai realisasi janji tersebut maka dibentuklah
suatu badan yan bertugas untuk menyelidiki usaha-usaha persiapan
kemerdekaan Indonesia yaitu Badan Penyelidik Usaha-Usaha
Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) atau Dokuritzu Zyumbi Tioosakai
yang diketuai oleh Dr. KRT Radjiman Wedijodiningrat.

2.3. Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945

2.3.1. Proses Perumusan Pancasila dan UUD 45

Sesuai dengan janji Jepang, akibat kekalahan dalam Perang


Pasifik, maka kesempatan tersebut sangat menguntungkan bangsa
Indonesia untuk mencapai kemerdekaan. Walaupun demikian, dalam
perjuangannya bangsa Indonesia tidak pernah menggantungkan diri
semata-mata kepada janji Jepang tersebut.

Pada hakikatnya bangsa Indonesia tetap menyusun negara dan

11
kekuatan sendiri yang mempunyai kepercayaan pada diri sendiri.
Kepercayaan pada diri sendiri membara dan menggelora didalam
sanubari bangsa Indonesia yang sama tua dengan penajajah itu
sendiri.

Sebagai realisasi dari janji Jepang maka pada tanggal 28 Mei


1945 oleh Pemerintah Jepang dibentuk sebuah badan yang disebut
Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia
(BPUPKI) yang beranggotakan 62 orang bangsa Indonesia yang
diketuai oleh Dr. KRT Radjiman Widijodiningrat.

Maksud dan tujuan pembentukan BPUPKI yaitu :

Untuk menyelidiki usaha-usaha persiapan kemerdekaan


sesuai dengan janji politik bagi kemerdekaan Indonesia kelak
dikemudian hari.

Sidang pertama BPUPKI pada tanggal 29 Mei s.d 1 Juni


1945. Dalam rapat tersebut dibicarakan tentang dasar negara.

Sedangkan sidang untuk menyusun UUD negara akan


dibicarakan pada sidang berikutnya.

Dalam sidang tersebut dibentuk panitia yang terdiri dari :

- Panitia Perumus Hukum Dasar


- Panitia Perancang Hukum Dasar
- Panitia Penghalus Bahasa

Tugas BPUPKI

Mempelajari dan menyelidiki hal-hal yang menyangkut


masalah politik, ekonomi, tata pemerintahan negara Indonesia
merdeka.
Panitia Hukum Dasar terdiri dari Panitia Sembilan (9) yang
kemudian menghasilkan Jakarta Charter (Piagam Jakarta) yang
ditandatangani pada 22 Juni 1945. Panitia Sembilan ini diketuai
oleh Ir. Sukarno. Piagam Jakarta merupakan naskah politik.

Proses Perumusan Pancasila

Rumusan dikemukakan oleh Mr. Mhd. Yamin yaitu :


- Pri kebangsaan
- Pri kemanusiaan
- Pri ketuhanan
- Pri kerakyatan
- Pri kesejahteraan rakyat

Rumusan yang dikemukkan oleh Mr. Soeprapto pada tanggal 31

12
Mei 1945 yaitu
- Persatuan
- Kekeluargaan
- Keimbangan lahir batin
- Musyawarah
- Keadilan sosial

Rumusan yang dikemukakan oleh Ir. Soekarno pada tanggal 1


Juni 1945 yaitu :
- Kebangsaan / nasionalisme
- Prikemanusiaan / internasionalisme
- Mufakat / demokrasi
- Kesejahteraan sosial
- Ketuhanan Yang Maha Esa

Kemudian dikemukakannya Tri Sila


- Sasia nasionalisme
- Sasia demokrasi
- Ketuhanan

Kemudian dikemukakan Eka Sila


- Gotong Royong

Selanjutnya Panitia Hukum Dasar (Panitia Sembilan)


memasukkan pancasila dalam Piagam Jakarta (Jakarta Charter)
sebagai berikut :
1. Ketuhanan Yang Maha Esa dengan kewajiban menjalankan
syariat Islam bagi pemeluknya
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan / perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

Setelah BPUPKI selesai melaksanakan tugasnya maka


dibentuk PPKI dan dilantik pada tanggal 9 Agustus 1945.

Pada waktu UUD 45 disyahkan oleh PPKI (Panitia Persiapan


Kemerdekaan Indonesia) sebagai Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia pada tanggal 18 Agustus 1945 yang
pembukaannya diambil dari Piagam Jakarta yang telah diadakan
pembaharuan disana sini antara lain rumusan Pancasila menjadi :
1. Ketuhanan Yang maha Esa
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan / perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

13
Proses Perumusan UUD45

Setelah BPUPKI dibentuk dan dilaksanakan sidang pertama


pada tanggal 29 Mei - 1 Juni 1945 dibentuk panitia-panitia dalam
BPUPKI, yaitu :
- Panitia perumus hukum dasar
- Panitia perancang hukum dasar
- Panitia penghalus bahasa

Panitia Perumus Hukum Dasar (Panitia Sembilan)Bertugas


merumuskan pembentukan hukum dasar. Panitia ini menghasilkan
naskah politik yang terkenal dengan sebutan Piagam jakarta (Jakarta
Charter).

Panitia Perancang Hukum Dasar Panitia perancang hukum


dasar dibentuk panitia kecil yaitu :
- Panitia perancang hukum dasar
- Panitia perancang ekonomi dan keuangan
- Panitia perancang bagian tanah air

Panitia Perancang Hukum Dasar bertugas merumuskan


rancangan hukum dasar.
Setelah melakukan persidangan dari tanggal 10-16 Juli 1945
setelah mendengarkan pendapat berupa usul dan sarat dari semua
anggota berhasil merumuskan rancangan hukum dasar.

Panitia perancang ekonomi dan keuangan menghasilkan pasal


ekonomi dan keuangan seperti pasal 33 dan 34 UUD 45. Panitia ini di
ketua Drs. M. Hatta.

Panitia perancang bagian pembelaan tanah air menghasilkan


pasal-pasal mengenai pembelaan negara antara lain pasal 30 UUD 45.
Panitia ini diketuai oleh Abikusno Tjahrodoejoso.
Panitia penghalus bahasa yang bertugas untuk memperhalus
bahasa yang dikembangkan dalam pembukaan hukum dasar dan
rancangan hukum dasar negara.

Panitia telah berhasil melakukan penghalusan bahasa dalam


pembukaan hukum dasar dan rancangan hukum dasar yang akhirnya
menjadi UUD 45.

Panitia perumus hukum dasar dan panitia perancang hukum


dasar pada tanggal 16 Juli 1945 menyerahkan hasil tugasnya kepada
BPUPKI dan diterima dengan baik. Oleh karena tugas BPUPKI
dianggap selesai maka dibentuk PPKI dengan 21 anggota pada
tanggal 9 Agustus 1945, PPKI dibentuk dengan tugas :
“Mempersiapkan segala sesuatu untuk kemerdekaan”. PPKI
diketuai oleh Ir. Soekarno dan wakil kertua Drs. M. Hatta. Tugas pokok

14
PPKI “ Secepatnya memerdekakan Indonesia”.

2.3.2. Proklamasi Kemerdekaan dan Maknanya

Bangsa Indonesia sudah sekian lama dijajah, terakhir


penajajahan Jepang dari tahun 1942 sampai tahun 1945. Pada tahun
1945 pada masa perang dunia kedua, Jepang berhadapan dengan
tentara sekutu. Pada tanggal 6 Agustus 1945 dan tanggal 9 Agustus
1945 bom atom dijatuhkan oleh tentara Amerika Serikat di Hirosima
dan Nagasaki, akibatnya Jepang bertekuk lutut. Pada saat itu terjadi
kekosongan kekuasaan. Para pemimpin dan golongan pemuda tidak
tinggal diam. Kemudian memproklamirkan kemerdekaan pada tanggal
17 Agustus 1945.

Proklamasi kemerdekaan itu dilakukan oleh Ir. Soekarno dan


Drs. Mohammad Hatta atas nama bangsa Indonesia.

Proklamasi kemerdekaan bangsa Indonesia dilakukan dengan


penuh tekad dan keyakinan, dilandasi dan dijiwai akan suatu cita-cita
hukum sebagaimana dirumuskan didalam pembukaan UUD 45.

Dari pernyataan ini jelaslah bahwa kemerdekaan indonesia


bukanlah merupakan hadiah dari hasil realisasi janji pemerintah
Jepang, tetapi hasil perjuangan bangsa Indonesia sendiri selama
berabad-abad dengan segala pengorbanannya. Indonesia adalah
negara pertama merdeka setelah Perang Dunia II.

Teks autentik Proklamasi Kemerdekaan yang ditandatangani


oleh Soekarno dan Hatta atas nama bangsa Indonesia. Teks inilah
yang dibacakan pada tanggal 17 Agustus 1945.

Teks Proklamasi

“Kami bangsa Indonesia dengan ini menyatakan


Kemerdekaan Indonesia. Hal-hal yang mengenai pemindahan
kekuasaan dan lain-lain, diselenggarakan dengan cara
seksama dan dalam tempo yang sesingkat singkatnya.”

Jakarta, hari 17 bulan 8 tahun 45


Atasnama Bangsa Indonesia
Soekarno / Hatta

Ir. Soekarno didampingi Drs. M. Hatta memproklamirkan


Kemerdekaan Indonesia pada hari Jum’at tanggal 17-8-45, jam
10.00 pagi di Pegangsaan Timur 56 Jakarta.

15
Kemudian dilaksanakan upacara pengibaran Sang Merah Putih.
Bendera Pusaka Sang Saka Merah Putih ini dijahit oleh Ibu
Fatmawati Soekarno dan kemudian dikibarkan kembali setiap tahun
pada tanggal 17 Agustus untuk memperingati detik-detik yang
paling penting dalam sejarah bangsa Indonesia. Mulai tahun 1968,
yang dikibarkan adalah duplikatnya untuk menjaga agar Bendera
Pusaka tidak rusak.

Secara ilmiah Proklamasi Kemerdekaan dapat mengandung


pengertian sebagai berikut :

1. Dari sudut ilmu hukum (secara yuridis) Proklamasi merupakan


saat tidak berlakunya tertib hukum kolonial dan saat berlakunya
tertib hukum Nasional.
2. Secara politis ideologis Proklamasi mengandung arti bahwa
bangsa Indonesia terbebas dari penjajahan bangsa asing dan
memiliki kedaulatan untuk menentukan nasib sendiri dalam
suatu Negara Proklamasi Indonesia.

2.3.3. Proses Pengesahan Pancasila Dasar Negara dan UUD 45

Setelah Panitia Perumus Hukum Dasar dan Panitia Perancang


Hukum Dasar pada tanggal 16 Juli 1945 menyerahkan hasil tugasnya
kepada BPUPKI dan hasil itu diterima dengan baik. Oleh karena telah
selesainya rumusan hukum dasar, maka tugas BPUPKI dianggap
selesai dan BPUPKI dibubarkan.

Kemudian dibentuk PPKI dengan 21 anggota. Pada tanggal 9


Agustus 1945 PPKI dilantik. Pada tanggal 17 Agustus 1945 bangsa
Indonesia memproklamirkan kemerdekaan. PPKI yang beranggotakan
21 orang ditambah 6 orang dari utusan daerah sehingga menjadi 27
orang dan dinamakan Lembaga nasional.

Rumusan pancasila yang dimuat dalam Piagam Jakarta


(Jakarta Charter) sebagai berikut :

1. Ketuhanan Yang Maha Esa dengan kewajiban menjalankan syariat


Islam bagi pemeluknya
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan / perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

16
Piagam Jakarta dijadikan pembukaan UUD 45 setelah diadakan
perubahan disana sini

No. Piagam Jakarta Pembukaan UUD 45


1. Mukadimah Pembukaan
2. Dalam suatu Hukum Dasar D Undang Undang Dasar
i
3. Dengan berdasarkan Dengan berdasarkan kepada
ga
Ketuhanan dengan Ketuhanan Yang Maha Esa
n
kewajiban menjalankan t
Syariat Islam bagi i
pemeluknya
4. Menurut dasar kemanusiaan Kemanusiaan yang adil
yang adil dan beradab beradab

Rumusan Pancasila yang terdapat dalam Pembukaan UUD 45 sebagai


berikut :
- Ketuhanan Yang maha Esa
- Kemanusiaan yang adil dan beradab
- Persatuan Indonesia
- Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan / perwakilan
- Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

Sehari sesudah Proklamasi Kemerdekaan pada tanggal 18


Agustus 1945, PPKI dalam sidang pertamanya menetapkan tiga (3)
buah keputusan yang sangat penting bagi kehidupan negara, yaitu :

1. Mengesahkan dan menetapkan Undang Undang Dasar Republik


Indonesia
2. Memilih Ir. Soekarno sebagai Presiden dan Drs. M. Hatta sebagai
Wakil Presiden
3. Sebelum terbentuknya MPR, pekerjaan Presiden untuk sementara
waktu dibantu oleh Komite Nasional.

Pancasila yang telah dirumuskan oleh BPUPKI yang dimuat


dalam Piagam Jakarta dan setelah diadakan perubahan dijadikan
Pembukaan UUD.

Perumusan Batang Tubuh UUD oleh BPUPKI dijadikan Batang


Tubuh UUD.

Setelah PPKI mengesahkan UUD 45 pada tanggal 18 Agustus


1945 maka Pancasila yang terdapat dalam Pembukaan UUD adalah
Sah secara Yuridis sebagai Dasar Negara dan secara keseluruhan

17
Pembukaan dan Batang Tubuh UUD Syah secara Yuridis sebagai
Hukum Dasar Negara Republik Indonesia, yang kemudian dikenal
dengan UUD 1945.

Jadi Pancasila yang benar dan sah adalah Pancasila yang


terdapat dalam Pembukaan UUD 45 yang dapat
dipertanggungjawabkan secara Yuridis Konstitusional maupun Objektif
ilmiah.

Secara Yuridis Konstitusional karena Pancasila adalah Dasar


Negara yang mengatur menyelenggarakan Negara.

Secara Objektif Ilmiah karena Pancasila adalah suatu faham


filsafat suatu philosophical way of thinking atau philosophical system,
sehingga uraiannya harus lugas dan dapat diterima oleh akal sehat.

Selanjutnya Pancasila yang benar itu kita amalkan sesuai


dengan fungsinya, dan kemudian Pancasila yang benar itu kita
amankan agar jiwa dan semangatnya, perumusan dan sistematikanya
yang sudah tepat dan benar itu tidak diubah-ubah apalagi dihapuskan
atau diganti dengan isme lainnya.

Mengamankan Pancasila yaitu timbulnya kecenderungan pada


diri seseorang untuk berusaha menjaga agar sesuatu itu tetap baik
keadaannya, sehingga ia dapat memanfaatkannya selama mungkin.

UUD yang telah disyahkan yang sekarang dikenal sebagai UUD


45 adalah merupakan Hukum Dasar, Hukum Pokok yang tertulis yang
harus dipedomani dan dijadikan pegangan bagi pembuatan peraturan-
peraturan yang dibawahnya sebagai pelaksana dari UUD 45 dan
peraturan-peraturan itu tidak boleh bertentangan dengan Hukum Dasar
datu Hukum Pokok yaitu UUD 45.

2.4. Perjuangan Mempertahankan dan Mengisi Kemerdekaan


Indonesia

2.4.1. Masa Revolusi Fisik

Setelah Proklamasi Kemerdekaan 17-8-45 ternyata bangsa


Belanda ingin menamkan kembali kekuasaannya di Indonesia, yaitu
pemaksaan untuk mengakui NICA (Netherlands Indies Civil
Administration). Selain itu Belanda secara licik mempropagandakan
kepada dunia luar bahwa negara Proklamasi Republik Indonesia
hadiah Fasis Jepang.

Pada tanggal 22 Agustus 1945 dalam sidang PPKI mengambil


keputusan membentuk :

- Komite Nasional (KNIP)

18
- Panitia Nasional Indonesia
- Badan Keamanan Rakyat

Komite Nasional yang dibentuk sebagai penjelmaan tujuan dan


cita-cita bangsa Indonesia untuk menyelenggarakan kemerdekaan
Indonesia yang berdasarkan Kedaulatan Rakyat.

KNIP (Komite Nasional Indonesia Pusat) diresmikan dan dilantik


pada tanggal 29 Agustus 1945.

Partai Nasional Indonesia pada waktu itu dimaksud sebagai


satu-satunya partai politik di Indonesia. Akan tetapi kemudian dengan
maklumat tanggal 31 Agustus 1945 diputuskan bahwa gerakan dan
persiapan PNI ditunda dan segala kegiatan dicurahkan kedalam
Komite Nasional. Semenjak itu gagasan satu partai ini tidak pernah
dihidupkan lagi.

Badan Keamanan Rakyat (BKR) ditetapkan sebagai bagian dari


Badan Penolong Keluarga Korban Perang (BPKKP) yang merupakan
sebuah organisasi yang ditujukan untuk memelihara keselamatan
masyarakat.

Sejak Proklamasi 17-8-1945 para pemuda mengorganisasi


dirinya dalam berbagai badan perjuangan untuk membela
kemerdekaan. Dalam waktu singkat di berbagai tempat di Indonesia
telah terbentuk badan-badan perjuangan seperti; Angkatan Pemuda
Indonesia (API), Pemuda Republik Indonesia, Pemuda Republik
Indonesia Andalas (PRIA), Pemuda Andalas (PA), Hisbullah, Sabillah,
Barisan Pemberontak Rakyat Indonesia, Kebaktian Rakyat Indonesia
Sulawesi, Pemuda Indonesia Maluku dan lain-lain.

Maklumat pemerintah tanggal 31-8-1945 menetapkan pekik


perjuangan “MERDEKA” sebagai salam nasional yang berlaku mulai 1
September 1945.

Pekik merdeka menggema dimana-mana. Juga Semboyan


“SEKALI MERDEKA TETAP MERDEKA’, ‘MERDEKA ATAU MATI’,
menjadi ucapan umum para pemuda dan pejuang yang menunjukkan
tekad untuk mempertahankan kemerdekaan, jika perlu dengan nyawa
sebagai taruhannya.

Pada tanggal 19 September 1945 di Jakarta diselenggarakan


rapat raksasa di lapangan Ikada untuk menyambut Proklamasi
Kemerdekaan.

Rakyat membajiri lapangan rapat, sekalipun bala tentara


Jepang melakukan penjagaan keras. Sebelumnya pimpinan tentara
Jepang telah melarang penyelenggaraan rapat tersebut.

19
Pada tanggal 10 September 1945 Panglima Bala Tentara
Jepang di Jawa, mengeluarkan pengumuman, yang menyatakan
bahwa pemerintahan akan diserahkan kepada sekutu dan tidak
kepada Indonesia.

Pertempuran terjadi antara Jepang dan rakyat Indonesia. Pada


tanggal 20 Oktober 1945, markas besar tentara Jepang di Surabaya
menyerah kepada rakyat, kemudian oleh tentara jepang di Yogyakarta,
pada tanggal 7 Oktober 1945 dan hal yang sama diikuti pula di kota-
kota lain.

Kekuatan asing yang berikutnya yang harus dihadapi oleh


rakyat RI adalah pasukan sekutu yang ditugaskan untuk menduduki
wilayah Indonesia, melucuti tentara Jepang.

Yang melaksanakan tugas ini adlah Komando Asia Tenggara


(South East Asia Command) dibawah pimpinan Laksamana Lord Louis
Mauntbatten. Untuk melaksanakan tugas itu di bentuk “Allied Forces
Netherland East Indies” (AFNEI) dibawah pimpinan Letjen Sir Philip
Christeson.

Pasukan-pasukan sekutu dan AFNEI mulai mendarat di jakarta


tanggal 29 September 1945. Pasukan yang tergabung dalam AFNEI
hanya bertugas di Sumatera dan jawa, sedangkan pendudukan daerah
Indonesia selebihnya diserahkan kepada Angkatan Perang Australia.

Kedatangan sekutu semula disambut dengan sikap terbuka oleh


pihak Indonesia. Akan tetapi setelah diketahui bahwa pasukan sekutu
datang membawa orang-orang NICA yang hendak mengembalikan
kekuasaan kolonial Hindia Belanda, sikap Indonesia menjadi curiga
dan kemudian bermusuhan.

Letnan Jenderal Sir Philip Christeson menyadarai bahwa usaha


pasukan-pasukan sekutu tidak akan berhasil tanpa bantuan
pemerintah Republik Indonesia. Oleh karena itu Christeson bersedia
berunding dengan pemerintah Republik Indonesia dan pada tanggal 1
Oktober 1945 mengeluarkan pernyataan yang pada hakekatnya
mengakui secara “de facto negara RI”.

Dengan sebuah maklumat, pada tanggal 5 Oktober 1945


Pemerintah membentuk Tentara Keamanan Rakyat (TKR).

Peristiwa peristiwa yang terjadi :

Pertempuran mulai pecah pada 15 Oktober 1945 di Semarang dalam


melawan Jepang. Pada 25 Oktober 1945 di Surabaya dimulai Inggris
menyerbu penjara Republik untuk membebaskan perwira-perwira

20
Sekutu yang ditawan Republik.

Pada tanggal 28 Oktober 1945 pos-pos di seluruh kota Surabaya


diserang oleh rakyat Indonesia. Kemudian pecah perang di Surabaya
tanggal 10 November 1945 yang kemudian ditetapkan oleh pemerintah
sebagai hari Pahlawan.

Pada tanggal 23 November 1945 berlangsung pertempuran di


Ambarawa. Tanggal 12 Desember 1945 dibawah pimpinan Kolonel
Sudirman pasukan Indonesia melakukan serangan serentak, akhirnya
pasukan Indonesia berhasil menghalau pasukan tentara Inggris dari
Ambarawa.

Pada tanggal 18 Desember 1945 Pemerintah mengangkat Kolonel


Sudirman sebagai Panglima Besar TKR dengan pangkat Jenderal.
Sebagai Kepala Staf TKR diangkat Oerip Soemoharjo dengan pangkat
Letnan Jenderal.

Pada tanggal 19 Desember 1945 terjadi pertempuran di daerah


Kerawang Bekasi, digempur oleh tentara Sekutu. Mengingat situasi
keamanan yang makin memburuk di kota Jakarta karena Belanda
semakin merajalela melakukan aksi teror, maka pada tanggal 4 Januari
1946 Presiden dan Wakil Presiden pindah ke Yogyakarta.

Pada tanggal 23 Maret 1945 terjadinya pembungihangusan kota


Bandung oleh TRI dalam rangka melawan tentara sekutu. Ismail
marzuki menciptakan Mars Perjuangan yang terkenal “Halo-halo
Bandung”.

Pada tanggal 1-5 Januari1947 terjadi pertempuran “lima hari lima


malam” di Palembang. Tanggal 6 januari 1947 dicapai persetujuan
gencatan senjata antara pemerintah Republik Indonesia dengan
Belanda di Palembang.

Pada tanggal 25 Maret 1947 “Persetujuan Linggarjati” ditandatangani


di Istana Rijswijk, sekarang Istana Merdeka Jakarta. Inggris
Mengumumkan pengakuannya secara “de facto”-nya terhadap
Republik Indonesia. Setelah itu pemerintah Amerika Serikat
menyampaikan pula pengakuan de factonya terhadap RI yang meliputi
daerah Sumatera, Jawa dan Madura.

Pada tanggal 5 Mei 1947 TRI dipersatukan. Pada tanggal 3 Juni 1947
didirikan TNI. Sebagai pucuk pimpinan TNI diangkat Panglima Besar
Angkatan Perang Jenderal Sudirman.

Pada tanggal 21 Juli 1947, Balanda melancarkan Agresi Militer


pertama. Tanggal 8 Desember 1947 diadakan perjanjian Renville atas
jasa KTN (Komisi Tiga Negara), Australia, Belgia dan Amerika Serikat.
Perjanjian Renville ditandatangani tanggal 17 Januari 1948.

21
Pada Tanggal 18 September 1948 PKI / FDR (Front Demokrasi
Rakyat) melakukan penghianatan dan pemberontakan terhadap RI.
Penghianatan dan pemberontakan tersebut dikenal pula peristiwa
Madiun.

Pada tanggal 18 Desember 1948, pukul 23. 30 Dr. Bul memberitahukan


kepada delegasi RI dan KTN bahwa Belanda tidak lagi mengakui dan
terikat pada persetujuan Renville.

Pada tanggal 19 Desember 1948, jam 06. 00 pagi, Agresi Militer Belanda
kedua terjadi. Pada agresi kedua ini seluruh kota Yogyakarta dikuasai
Belanda.

Presiden, Wakil Presiden dan beberapa Pejabat Tinggi lainnya


ditawan Belanda. Presiden Soekarno diterbangkan ke Prapat dan
Wakil Presiden Hatta ke Bangka. Presiden Soekarno kemudian
dipindahkan juga ke Bangka. Pada tanggal 28 Januari 1949, Dewan
Keamanan PBB mengeluarkan sebuah resolusi yang berisi :

1. Penghentian semua operasi militer dengan segera oleh Belanda


dan penghentian semua aktifitas gerilya oleh Republik, kedua pihak
harus bekerjasama untuk mengadakan perdamaian kembali
2. Pembebasan dengan segera dan dengan tidak bersyarat semua
tahanan politik di dalam daerah Republik oleh Belanda
3. Belanda harus memberikan kesempatan kepada pembesar-
pembesar pemerintah Republik untuk kembali ke Yogyakarta
4. Perundingan-perundingan akan dilakukan dalam waktu yang
secepat-cepatnya dengan dasar Persetujuan Linggarjati,
Persetujuan Renville dan terutama berdasarkan pembentukan
suatu pemerintahan interium federal paling lambat pada tanggal 15
Maret 1949, pemilihan untuk Dewan Pembuat Undang Undang
Dasar Negara Indonesia Serikat selambat-lambatnya pada tanggal
1 Juli 1949
5. Mulai sekarang Komisi Jasa-Jasa Baik (Komisi Tiga Negara) ditukar
namanya menjadi Komisi Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk
Indonesia yaitu United Nations Commision for Indonesia atau UNCI
dan tugasnya adalah membantu melancarkan perundingan-
perundingan untuk mengurus pengembalian kekuasaan pemerintah
Republik untuk mengamat-amati pemilihan dan berhak mengajukan
usul-usul menganai berbagai-bagai hal yang dapat membantu
tercapainya penyelesaian.

Setelah melalui perundingan yang berlarut-larut, akhirnya pada


tanggal 7 Mei 1949 tercapai persetujuan, yang kemudian dikenal
dengan nama “Roem Royen Statement”.

22
Isi persetujuan itu adalah sebagai berikut :

Deklarasi Indonesia menyatakan kesediaan Pemerintah Republik


Indonesia untuk :

1. Mengeluarkan perintah kepada “pengikut Republik yang


bersenjata” untuk menghentikan perang gerilya
2. Bekerjasama dalam mengembalikan perdamaian dan menjaga
ketertiban dan keamanan
3. Turut serta dalam KMB di Den Haag, dengan maksud untuk
mempercepat “penyerahan” kedaulatan yang sungguh dan lengkap
kepada Negara Indonesia Serikat dengan tidak bersyarat.

Pernyataan Belanda pada pokoknya berisi :

1. Menyetujui kembalinya Pemerintah Republik Indonesia ke


Yogyakarta
2. Menjamin penghentian gerakan-gerakan militer dan membebaskan
semua tahanan politik
3. Tidak akan mendirikan atau mengakui negara-negara yang ada di
daerah yang dikuasai oleh RI sebelum 19 Desember 1948 dan
tidak akan meluaskan negara atau daerah dengan merugikan
Republik
4. Menyetujui adanya Republik Indonesia sebagai bagian dari Negara
Indonesia Serikat
5. Berusaha dengan sungguh-sungguhnya supaya KMB segera
diadakan sesudah Pemerintah Republik kembali ke Yogyakarta.

Setelah Yogyakarta dikosongkan dari tentara Belanda dan TNI


sepenuhnya menguasai kota tersebut, pada tanggal 6 Juli 1949
Presiden Soekarno dan Wakil Presiden Hatta ke Yogyakarta.

Setelah bergerilya hampir tujuh (7) bulan, akhirnya pada tanggal


10 Juli 1949 Panglima Besar Jenderal Sudirman

Pada tanggal 13 Juli 1949 di Jakarta Pemerintah Darurat


Republik Indonesia (PDRI) di Sumatera mengembalikan mandat
kepada Pemerintah Pusat Yogya. Mr. Syafruddin Prawiranegara
menyerahkan mandatnya dengan resmi kepada Wakil Presiden
Muhammad Hatta.

Pada tanggal 7 Agustus 1949, Sukarmadji Maridjan


Kartosuwiryo di suatu desa di Kabupaten Tasikmalaya,
memproklamasikan berdirinya “Negara islam Indonesia”. Gerakan
berpusat di Jawa Barat tetapi pengaruhnya meluas ke daerah lain
sampai ke Jawa Tengah, Aceh, Sulawesi Selatan dan Kalimantan
Selatan. Darul Islam (DI) dan Tentara Islam Indonesia (TII) yang
dipimpin Kartosuwiryo dapat dilenyapkan.

23
2.4.2. Masa Demokrasi Liberal

Setelah Proklamasi Kemerdekaan, pemerintah NICA masuk


kembali dengan membonceng tentara sekutu yang diwakili oleh tentara
Inggris.

Belanda secara licik mempropagandakan kepada dunia luar


bahwa negara Proklamasi RI hadiah Fasis Jepang. Untuk melawan
propaganda Belanda pada dunia internasional, maka Pemerintah RI
mengeluarkan tiga (3) buah maklumat.

Maklumat Wakil Presiden no. X tanggal 16 Oktober 1945


yangmenghentikan kekuasaan luar biasa dari Presiden sebelum masa
waktunya (seharusnya berlaku selama 6 bulan). Kemudian maklumat
tersebut memberikan kekuasaan MPR dan DPR yang semula
dipegang oleh Presiden kepada KNIP.

Maklumat Pemerintah tanggal 3 November 1945, tentang


pembentukan partai politik yang sebanyak-banyaknya oleh rakyat. Hal
ini sebagai akibat dari anggapan pada saat itu bahwa salah satu ciri
demokrasi adalah multi partai. Maklumat tersebut juga sebagai upaya
agar Dunia Barat menilai bahwa Negara Proklamasi sebagai Negara
Demokrasi.

Maklumat Pemerintah tanggal 14 November 1945 yang intinya


maklumat ini mengubah sistem Kabinet Presidensial menjadi Kabinet
Parlementer berdasrkan asas Demokrasi Liberal.

Keadaan yang demikian ini telah membawa ketidak setabilan di


bidang politik. Berlakunya demokrasi liberal adalah jelas-jelas
merupakan penyimpangan secara konstitusional terhadap UUD 45,
serta secara ideologis terhadap Pancasila.

Akibat penerapan sistem kabinet parlementer tersebut maka


Pemerintah Negara Indonesia mengalami jatuh bangun kabinet
sehingga membawa konsekuensi yang sangat serius terhadap
kedaulatan Negara Indonesia saat itu.

Pada tanggal 2 November 1949 tercapailah persetujuan KMB.


Hasil utamanya adalah :

1. Belanda akan menyerahkan kedaulatan kepada Republik Indonesia


Serikat pada akhir Desember 1949
2. Mengenai Irian barat penyelesaiannya ditunda selama satu tahun

24
Pada tanggal 27 Desember 1949 pengakuan kedaulatan
Republik Indonesia Serikat oleh Belanda. Dan dilakukan perubahan-
perubahan kebijaksanan pemerintah yang secara berangsur-angsur
mengubah sistem kabinet presidentil menjadi kabinet parlementer.

Maklumat pemerintah 14 November 1945 yang mengubah


sistem kabinet presidenti, menjadi kabinet parlementer yaitu suatu
kabinet yang dipimpin oleh seorang perdana menteri dan yang
bertanggungjawab kepada KNIP.

Belum genap tiga bulan umur Kabinet Republik Indonesia


pertama, terjadi pergantian Kabinet. Kabinet Republik Indonesia kedua
dipimpin oleh Sultan Syahrir sebagai Perdana Menteri.

Dari Keadaan tersebut dapat diketahui adanya penyimpangan-


penyimpangan yaitu :

1. Dibidang ideologi pada usaha untuk menyelewengkan


Pancasila ke liberalisme atau komunis
2. Dibidang politik terjadi penyimpangan dari sistem pemerintahan
presidentil berdasar UUD 45 menjadi sistem parlementer
3. Dibidang ekomoni, dilaksanakan politik ekonomi liberal
4. Dibidang sosial budaya tampak adanya kecenderungan
perubahan pada hidup.

Setelah pemulihan keadaan 27 Desember 1949, terbentuklah


Republik Indonesia Serikat (RIS). Berdasarkan konstitusi RIS negara
berbentuk federasi dan meliputi seluruh daerah Indonesia. RIS terdiri
dari negara-negara bagian.

Konstitusi RIS 1949 merupakan hasil lanjutan dari KMB yang


berlangsung di negeri Belanda. Konstitusi RIS terdiri dari Mukadimah,
4 alenia dan Batang Tubuh 197 pasal.

Sistem konstitusi RIS berbeda dengan UUD 45, dimana


pertanggungjawaban pemerintah dipegang oleh Presiden, maka
menurut konstitusi RIS, pertanggungan jawab pemerintah dipegang
oleh menteri-menteri baik bersama-sama untuk seluruhnya, maupun
masing-masing untuk begiannya sendiri-sendiri (pasal 188 Konstitusi
RIS).

Sedang Presiden dalam menjalankan kewajibannya tidak dapat


diganggu gugat. Dengan demikian, maka RIS menganut sistem
demokrasi parlementer. Kabinet dipimpin oleh seorang Perdana
Menteri. Parlemen RIS terdiri dari dua badan (bicameral) yaitu : Senat
dan DPR.

25
Senat terdiri dari wakil-wakil daerah bagian. Setiap daerah
bagian mempunyai dua orang anggota dalam Senat, sedangkan tiap-
tiap anggota mempunyai satu suara. DPR RIS anggotanya 150 orang.
Masa berlaku konstitusi RIS 1949 tidak sampai satu tahun. Hal itu
terjadi karena satu persatu negara dari RIS membubarkan diri. Mereka
menyadari sepenuhnya bahwa bentuk negara RIS merupakan
kelanjutan politik “devide et empera” oleh Belanda, yang ingin
menguasai kembali Indonesia yang telah dijajah ±350 tahun dari tahun
1602-1942.

Pada tangal 17 Agustus 1950 diresmikan RIS menjadi Negara


Kesatuan Republik Indonesia, dengan menggunakan UUDS 50. UUDS
50 ini juga menggunakan sistem pertanggung jawaban menteri datau
kabinet ministeril

Jadi UUDS 50 memakai sistem Demokrasi Parlementer. Sesuai


pasal 83 UUDS 50 menyatakan :

“Presiden dan Wakil Presiden tidak dapat diganggu gugat, menteri-


menteri bertanggung jawab atas seluruh kebijaksanaan pemerintah
baik bersama-sama untuk seluruhnya, maupun masing-masing untuk
bagiannya sendiri-sendiri”.

Didalam sistem demokrasi parlementer, pengaruh DPR


terhadap kedudukan kabinet sangat besar, sehingga jatuh bangunnya
suatu kabinet tergantung sikap DPR kepadanya.

Bagi suatu negara yang hanya dua partai sistem pemerintahan


ini, pemerintahannya akan stabil oleh karena partai yang menang akan
memimpin pemerintahan. Pihak oposisi di DPR lebih kecil jumlah
anggotanya dari partai yang memegang pemerintahan. Sedangkan
pemerintahan Republik Indonesia dengan sengaja atau telah
membiarkan timbulnya dan merajalelanya sistem banyak partai, yang
ternyata mengakibatkan tidak adanya stabilitas dalam lapangan politik,
pemerintahan dan tidak adanya stabilitas dalam segala bidang.

Dipraktekkannya sistem demokrasi parlementer serta sistem


banyak partai ini sebenarnya sudah lama berjalan, yaitu sebelum
berlakunya UUDS 50 pada tanggal 17-8-1950, yaitu beberapa bulan
sesudah proklamasi. Sejak tanggal 11 Nopember 1945 kita telah
menyimpang dan prinsip UUD 45 yang menghendaki adanya kabinet
presidentil dan mulailah membuka sejarah baru, ialah sejarah mulai
berjalannya sistem kabinet ministeril atau mempraktekkan sistem
demokrasi parlementer.

Sistem demokrasi parlementer ini kemudian diadopsi oleh


konstitusi RIS 1949 dan UUDS 50. Sejak kita mempraktekkan sistem
demokrasi parlementer dan sistem banyak partai, tidak pernah kita
mengalami keadaan yang stabil di bidang politik dan ekonomi.

26
Hasil pemilihan DPR yang diadakan pada tanggal 29
September 1955 dan konstituante pada tanggal 15 Desember 1955
yang semula kita harapkan akan dapat mengurangi jumlah partai di
Negera Republik Indonesia, ternyata setelah pemilihan umum partai
malah menjadi banyak.

Mengingat makin gentingnya keadaan dan mengingat pula


bahwa konstituante sangat lambat dalam menunaikan tugasnya, maka
pada tanggal 22 April 1959, Presiden Soekarno mengucapkan
amanatnya dimuka sidang pleno konstituante yang pada pokoknya
menganjurkan agar supaya konstituante menerima ajakan Presiden
untuk kembalike UUD 45 telah mengandung azas-azas yang dapat
dipakai untuk mencapai tujuan revolusi. Namun ini tidak ada
keputusan, malahan sebagian besar dari anggota konstituante
mengadakan pernyataan untuk tidak menghadiri lagi sidang-sidang
konstituante.

Maka dengan ini konstituante tidak mungkin lagi untuk


menyelesaikan tugasnya mengubah UUDS 50 seperti yang
diamanatkan oleh pasal 134 UUDS 50.

Negara semakin dalam keadaan bahaya.

Untuk menyelamatkan negara dalam keadaan bahaya ini,


Presiden Republik Indonesia mengeluarkan Dekrit pada 5 Juli 1959,
yaitu :
1. Menetapkan UUD 45 berlaku lagi bagi segenap bangsa Indonesia
dan seluruh Tumpah Darah Indonesia.
2. Tidak berlaku lagi UUDS 50
3. Pembentukan MPRS yang terdiri atas anggota DPR ditambah
dengan utusan-utusan dari daerah-daerah dan golongan.
4. Pembentukan DPA Sementara.

2.4.3. Masa Orde Lama

Masa orde lama ialah suatu priode atau kurun waktu antara 5
Juli 1959 – 11 Maret 1966. masa sebelum 5 Juli 1959 tidak disebut
orde baru atau orde lama. Orde dapat diartikan tatanan, susunan atau
aturan.

Tujuan pada masa ORLA yaitu Tri kerangka Tujuan Revolusi :

- Negara Kesatuan
- Sosialisme
- Dunia Baru

Dasar dan landasan Negara RI yaitu Pancasila dan UUD 45.


Landasan ideal yaitu Pancasila. Landasan struktural / konstitusional
yaitu pemerintahan yang stabil sesuai dengan UUD 45.

27
Dalam melaksanakan UUD 45 pada masa ORLA banyak
penyimpangan, penuh penyelewengan-penyelewengan dalam bidang
ideologi, konstitusi / hukum, sosial, politik, ekonomi dan moral / agama.

Bentuk dan jenis penyelewengan Orde Lama

Dalam bidang ideologi

Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa dan dasar negara,


diperas silanya dan diputarbalikkan urutannya. Pemerasan dan
pemutarbalikkan ini akan menghilangkan arti dan peran Pancasila itu
sendiri.

Bidang konstitusi / hukum

a. Dalam UUD 45 susunan peraturan perundangan adalah sebagai


berikut :
- UUD
- Ketetapan MPR
- Undang-undang dan Perbu
- Peraturan pemerintah (PP)
- Keputusan Presiden
- Keputusan / Instruksi yang lebih rendah.

b. Presiden membubarkan DPR hasil Pemilihan Umum. Sistem


pemerintahan berdasarkan UUD 45, Presiden tidak berhak
membubarkan DPR. DPR bersama Presiden merupakan partner,
pada dasarnya harus bisa kerjasama dibidang legislatif.

c. Ketua Lembaga Tertinggi dan Lembaga Tinggi Negara diangkat


sebagai menteri. Kalau Ketua Lembaga diangkat menjadi menteri
maka Ketua Lembaga menjadi pembantu Presiden. Hal ini tidak
sesuai dengan UUD 45.

d. Presiden menjadi pusat segala kekuasaan sehingga mengaburkan


fungsi dan tugas wewenang Badan Legislatif, Eksekutif dan
Yudikatif. Hal ini bertentangan dengan UUD 45.

e. Pengangkatan Presiden seumur hidup bertentangan dengan UUD


1945. UUD 1945 mengatakan bahwa jabatan Presiden selama
5 tahun.

f. Segala-galanya berada di atas hukum revolusi, mengarah pada


otoriter dan menjurus kepada diktator. Hal ini bertentangan dengan
jiwa Pancasila dan UUD 45.

28
Bidang sosial dan politik

Bangsa Indonesia digolongkan dalam tiga golongan, yaitu golongan


nasional, agama dan komunis (NASAKOM). Setiap golongan
berkompetisi dengan cara tidak sehat. Timbul istilah golongan kanan,
golongan kiri dan golongan revolusioner. Golongan ini selalu
dipertentangkan. Hal ini tidak sesuai dengan asas musyawarah dan
mufakat yang sesuai dengan jiwa Pancasila dan UUD 45. Politik yang
bebas aktif menjadi kontradiksi antara kekuatan baru melawan
kekuatan lama yang mengarah pada blok sosial / komunis.

Bidang ekonomi

Keadaan ekonomi semakin merosot sehingga inflasi dengan


kenaikan harga yang tinggi tidak terkendali. Ini disebabkan karena
terjadi KKN. Rakyat yang sudah menderita dibebani dengan dalih dana
revolusi guna keperluan proyek Presiden.

Bidang moral / agama

Terjadinya krisis kemerosotan akhlak masyarakat, terjadinya


dekadensi moral, baik dimasyarakat maupun dikalangan pimpinan.
Banyak sekali penyelewengan pada masa orde lama. Pancasila
diarahkan menjadi Nasakom, negara hukum yang demokrasi menjadi
otoriter, masyrakat yang adil dan makmur hanya berlaku bagi segelintir
atasan yang berkuasa.

2.4.4. Masa Orde Baru

Orde Baru adalah suatu tata kehidupan baru dan sikap mental baru
yang berdasarkan Pancasila dan UUD 45 yang pelaksanaannya
secara konstitusional.
Masa Orde baru dimulai setelah dikeluarkan Surat Perintah
Sebelas Maret (Supersemar), pada tanggal 11 Maret 1966. Pada
Masa Orba berdasarkan Pancasila dan UUD 45. landasan ideal
Pancasila dan landasan konstitusional UUD 45 dan landasan
opreasional Tap-Tap MPR.

Tujuan :
“Menegakkan kebenaran dan keadilan demi Ampera, Tritura, dan
Hanura”.

TRITURA
- Pembubaran PKI dan ormas-ormasnya
- Pembersihan kabinet dari unsur G30S PKI
- Turunkan harga

29
Kegiatan Pembangunan
Pembangunan digiatkan disegala bidang dan lebih
ditingkatkan. Mulai tanggal 5 Juli 1959, berlaku kembali semua
ketentuan-ketentuan sesuai dengan UUD 45.

Barsama dengan itu seluruh kekuatan G30S/PKI dan orde


lama telah dapat dihancurkan atau disingkirkan. Orba bertekad
bulat untuk melaksanakan Pancasila dan UUD 45 secara murni dan
konsekuen.

Mulai saat itulah ketentuan-ketentuan menurut UUD 45


mulai dilaksanakan sesungguhnya. Ketentuan-ketentuan konstitusi
dan fungsi, wewenang MPRS mulai dijalankan.

Orba telah berhasil menjalankan aspirasi rakyat dalam


mengadakan koreksi-koreksi terhadap penyimpangan-
penyimpangan, kecurangan-kecurangan dan keadaan buruk
diberbagai bidang selama orla melalui cara-cara konstitusional,
yaitu melalui sidang-sidang MPRS, Sidang Umum MPRS IV tahun
1966 dan Sidang Umum Istimewa MPRS tahun 1967.

Sejumlah ketetapan yang bersifat prinsipil telah dihasilkan,


seperti :

- Tap MPRS IX/MPRS/1966 mengukuhkan Supersemar


- Tap MPRS XXI/MPRS/1966 mengenai pembubaran PKI dan
ormas-ormasnya
- Tap MPRS XII/MPRS/1966 tentang pembaharuan landasan
politik luar negeri
- Tap MPRS XX/MPRS/1966 tentang memorandum DPR-GR
mengenai sumber tertib hukum RI dan tata urutan peraturan
perundangan RI.

Sidang Istimewa MPRS tahun 1967 diadakan atas


permintaan DPR yang menganggap behwa Presiden waktu itu
telah 0sungguh-sungguh melanggar ketentuan UUD 45. Kemudian
Sidang Istimewa MPRS telah memutuskan menarik kembali
mandat MPRS dari Presiden Soekarno daktu itu, karena dianggap
tidak dapat menjalankan haluan negara dan keputusan-keputusan
Majelis sebagaimana layaknya, dan Jenderal Soeharto sebagai
pejabat Presiden.

Dengan hasil Pemilihan Umum 1971 terbentuklah DPRD RI,


DPRD Tk I, DPRD TK II dan pda tahun 1972 terbentuklah MPR
yang anggota-anggotanya terdiri dari seluruh anggota DPR hasil
Pemilihan Umum, utusan-utusan daerah yang dipilih oleh DPRD Tk
I dan utusan-utusan golongan, baik dari ABRI maupun non ABRI

30
yang mewakili berbagai golongan-golongan fungsional, termasuk
koperasi dan organisasi yang berkecimpung dibidang ekonomi
seperti yang dikehendaki oleh UUD 45.

MPR hasil pemilu tahun 1971 itu telah mengadakan Sidang


Umummya pada tahun 1973 dan telah berhasil melaksanakan
tugasnya sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Dasar 45
dengan baik, yaitu menbuat GBHN tahun 1973-1978 dan memilih
Presiden dan Wakil Presiden untuk 5 (lima) tahun.

Memutuskan menarik kembali mandat MPRS dari Presiden


Soekarno waktu itu, karena dianggap tidak dapat menjalankan
haluan negara dan keputusan-keputusan Majelis sebagaimana
layaknya, dan Jenderal Soeharto sebagai pejabat Presiden.

Dengan hasil Pemilihan Umum 1971 terbentuklah DPRD RI,


DPRD Tk I, DPRD TK II dan pda tahun 1972 terbentuklah MPR
yang anggota-anggotanya terdiri dari seluruh anggota DPR hasil
Pemilihan Umum, utusan-utusan daerah yang dipilih oleh DPRD Tk
I dan utusan-utusan golongan, baik dari ABRI maupun non ABRI
yang mewakili berbagai golongan-golongan fungsional, termasuk
koperasi dan organisasi yang berkecimpung dibidang ekonomi
seperti yang dikehendaki oleh UUD 45.

MPR hasil pemilu tahun 1971 itu telah mengadakan Sidang


Umummya pada tahun 1973 dan telah berhasil melaksanakan
tugasnya sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Dasar 45
dengan baik, yaitu membuat GBHN tahun 1973-1978 dan memilih
Presiden dan Wakil Presiden untuk 5 (lima) tahun. Demikian pula
dibentuk DPA dan BPK.

Dalam kegiatan legislatif juga telah berjalan dengan baik


melalui “partnership” yang tegas antara pemerintah dan DPR
sesuai dengan ketentuan dan semangat UUD 45. DPR ternyata
telah dapat berfungsi dengan intensif dan efektif, baik dalam
melaksanakan kekuasaan legislatif maupun hak budgetnya.
Selama Orba pelaksanaan pemilu setiap lima tahun berjalan
dengan baik.

Terbentuknya kabinet presidentil dengan menteri-menteri


diangkat oleh Presiden dan bertanggung jawab kepada Presiden.
Presiden dibantu menteri-menterinya menetapkan program kerja
untuk melaksanakan putusan-putusan MPR, GBHN dan keputusan-
keputusan lainnya.

Kemudian kegiatan penting dari Presiden / Mandataris


adalah penyiapan Repelita sebagai pelaksanaan GBHN yang mana
telah menetapkan jangka panjang 25 tahun pertama dari jangka
panjang 25 tahun kedua.

31
Pada tahun 1997 Indonesia dilanda krisis ekonomi,
mahasiswa, pemuda, rakyat meminta Presiden Soeharto mundur.
Akhirnya Soeharto mengundurkan diri dan menggantikannya
dengan Wakil Presiden yaitu Prof. DR. B.J. Habibi menjadi
Presiden tahun 1998.

Pada tahun 1999 diadakan Pemilu dan terbentuk MPR.


Kemudian MPR tahun 2000 memilih Abdulrahman Wahid sebgai
Presiden dan Megawati Soekarno Putri sebagai Wakil Presiden.

Pada tahun 2001, krisis ekonomi semakin tidak teratasi,


pemerintahan tidak stabil, sering sekali terjadi penggantian menteri.
Akhirnya Presiden Abdulrahman Wahid mengeluarkan maklumat
untuk membubarkan MPR. Tindakan Presiden ini melanggar UUD,
oleh sebab itu dilakukan Sidang istimewa MPR, akhirnya MPR
menyabut mandat Abdulrahman Wahid sebagai Presiden serta
memilih dan mengangkat Megawati Soekarno Putri sebagai
Presiden dan Drs. Hamzah Haz sebagai Wakil Presiden.

2.4.5. Masa Reformasi

Dimasa Orde Baru segala aspek dalam kehidupan


berbangsa dan bernegara tampak stabil, tetapi dibalik semua itu
kecurangan baik dalam sistem pemerintahan maupun
ketatanegaraan yang menganut paham demokrasi. Selama masa
ini tanpa disadari rakyat Indonesia disuapi dengan kebohongan-
kebohongan. Segala aspirasi dan kritikan terhadap pemerintahan
dibekukan dan anggota masyarakat menyuarakan suara hatinya
akan dijerat oleh undang-undang suversi (UU no. 11/PNPS/1963
tentang pemberantasan kegiatan suversi).dan dicap sebagai
pembangkang atau pembuat kekacauan atau bahkan dianggap
sebagai makar. Begitu juga pers tidak boleh secara bebas
mengemukakan dan menulis opini mereka. ( Permenpen no.
14/1984 tentang Surat Izin Penerbitan Pers).

Akhirnya rakyat Indonesia terbangun dari tidurnya setelah


selama 32 tahun hidup dengan kebohongan-kebohongan yang
dibuat pemerintah, dengan suatu gebrakan dari kalangan muda,
dimana menimbulkan suatu gerakan Reformasi disegala bidang
pada tahun 1998. Agenda pertama yang dilaksanakan adalah
melantik kabinet “Reformasi Pembangunan” pada tanggal 25 Mei
1998, disusul dengan mengusut kekayaan mantan presiden
Soeharto serta kroni-kroninya. Agenda kedua adalah menegakan
hukum dan keadilan disegala sisi kehidupan bangsa yang
didalamnya juga tersirat penegakan demokrasi dan HAM di
Indonesia. Agenda ketiga yang paling mendesak adalah
menstabilkan dan menguatkan ekonomi rakyat. Agenda keempat
adalah penghapusan dwi fungsi ABRI. Dari keempat agenda di atas

32
yang dinilai sulit diwujudkan adalah stabilitas kondisi ekonomi
negara.

Pengusutan KKN oleh Soeharto dan kroni-kroninya telah


diinstruksikan oleh Presiden BJ Habibie kepada menteri kehakiman
Muladi. Orang pertama yang diperiksa adalah pencetus program
nasional (Mobnas) Tommy Soeharto yang menjadi tersangka dalam
manipulasi pajak sehingga negara menanggung kerugian Triliunan
rupiah. Kemudian pengusutan tentang penyelewengan uang rakyat
lainnya terus dillaksanakan.

Dalam masa reformasi telah mengalami tiga kali


penggantian kepemimpinan nasional, yang dimulai dari
pemerintahan BJ Habibie, kemudian K.H. abdulrahman wahid yang
diselenggarakan pada sidang tahunan MPR 1999 dan selanjutnya
pemerintahan Megawati Soekarno Putri dengan kabinet gotong
royong yang memerintah sampai tahun 2004.

Pada masa reformasi ini MPR juga berhasil


mengamandemen UUD 1945 sebanyak empat kali sampai tahun
2002, yang mencakup penghapusan satu lembaga negara yaitu
Dewan Pertimbangan agung (DPA).

Rangkuman :

Berdirinya negara Indonesia tidak dapat dipisahkan dengan


kerajaan-kerajaan yang telah berdiri sebelumnya, yang merupakan
warisan nenek moyang bangsa Indonesia.

Kebebasan bangsa dan negara Indonesia dari kaum penjajah


adalah melibatkan semua bangsa Indonesia, terutama tokoh-tokoh yang
terlibat langsung dalam mempersiapkan kemerdekaan Indonesia. Seperti
yang terlibat dalam BPUPKI dan PPKI, dimana sampai akhirnya bangsa
Indonesia dapat memproklamassikan kemerdekaannya dengan tekad dan
penuh keyakinan, yang dilandasi dan dijiwai cita-cita hukum bangsa
Indonesia sebagaimana dirumuskan dalam Pembukaan UUD 1945.

Dengan jiwa patriotisme dan rasa persatuan yang kuat karena


dilandasi Pancasila, semua masalah baik intern maupun ekstern dapat
dilalui bangsa Indonesia, hingga lengsernya kepemimpinan Soeharto
pada tahun 1998 dan terbentuknya masa Reformasi.

DAFTAR PUSTAKA
1. Elly M. Setiadi, Panduan Kuliah Pendidikan Pancasila untuk Perguruan
Tinggi, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2003.
2. H. Subandi Al Marsudi, Pancasila dan UUD 1945 Dalam Paradigma
Reformasi, Pt. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2000.

33
3. Sunarjo Wereksosuharjo, Filsafat Pancasila Secara Ilmiah dan
Aplikatif, Andi, Jogyakarta, 2003.
4. UUD 1945 Hasil Amandemen dan Proses Amandemen , Grafika, 2002

34
BAB III
Pengertian Kedudukan, Sifat, dan Fungsi UUD 1945

Kompentensi Umum :

Setelah mengikuti perkuliahan ini mahasiswa diharapkan dapat


memahami sistem ketatanegaraan Republik Indonesia berdasarkan
Pancasila dan UUD 1945.

Deskripsi Singkat :

Bab ini menjelaskan mengenai pengertian hukum dasar,


kedudukan dan fungsi UUD 1945.

3.1. Pengertian Hukum Dasar

Hukum dasar adalah hukum pokok yang harus dipedomani dan


dijadikan pegangan bagi peraturan-peraturan yang dibawahnya
sebagai pelaksana dari UUD dan peraturan-peraturan itu tidak boleh
bertentangan dengan Hukum Dasar atau Hukum Pokok yaitu UUD.
Hukum Dasar terbagi dua, yaitu :
- Hukum Dasar Tertulis
- Hukum Dasar Tidak Tertulis (Konvensi)

Yang dimaksud Hukum Dasar Tertulis, yaitu; UUD. Negara


Republik Indonesia mempunyai Hukum Dasar Tertulis yaitu UUD 1945,
maka sebagai Hukum Dasar/Hukum Pokok, yaitu UUD itu mengikat,
baik bagi Pemerintah, setiap lembaga, Negara Indonesia dimanapun ia
berada, maupun bagi setiap penduduk yang ada di wilayah Negara
Republik Indonesia.

Yang dimaksud Hukum Dasar Tidak Tertulis (Konvensi), yaitu


aturan-aturan dasar yang timbul dan terpelihara dalam praktek
penyelenggaraan negara. Konvensi ini merupakan aturan-aturan
pelengkap yang mengisi kekosongan yang timbul dalam praktek
kenegaraan yang tidak terdapat dalam UUD, walaupun demikian
konvensi itu tidak bertentangan dengan ketentuan-ketentuan yang
terdapat dalam UUD, yang dimaksud Hukum Dasar Tidak Tertulis
(Konvensi), yaitu kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan terus-menerus
di lingkungan kelembagaan negara.

3.1.1. Pengertian UUD 1945

Sebelum terjadinya perubahan atau amandemen atas UUD 45


ialah keseluruhan naskah yang terdiri dari dan tersusun atas 3 (tiga)
bagian, yaitu; bagian Pembukaan 4 alenia, Batang Tubuh yang terdiri
dari 16 Bab, 37 Pasal, 4 Pasal aturan peralihan, dan 2 ayat aturan
tambahan, bagian yang terakhir ialah Penjelasan pasal demi pasal.

35
Pada waktu UUD 45 disahkan oleh PPKI dalam sidangnya
tanggal 18 Agustus 1945 baru meliputi pembukaan dan batang tubuh
saja, sedangkan penjelasannya belum termasuk didalamnya, karena
naskah resminya dimuat dan disahkan dalam berita Republik
Indonesia tanggal 15 Februari 1946, penjelasan dimaksud telah
menjadi bagian daripada UUD 45 seperti yang dinyatakan diatas
meliputi Pembukaan, Batang Tubuh, dan Penjelasan.

Setelah UUD 45 diamandemen pada :


- 19 Oktober 1999
- 18 Agustus 2000
- 09 November 2001
- 10 Agustus 2002
Maka UUD 45 ialah keseluruhan naskah yang terdiri dari 2 bagian,
yaitu :
- Pembukaan
- Batang Tubuh yang terdiri dari 16 Bab, 37 Pasal, 4 Pasal
aturan peralihan dan 2 pasal aturan tambahan.

3.1.2. Kedudukan UUD 1945

UUD 45 adalah Hukum Dasar, Hukum Pokok yang berisikan


norma-norma, aturan-aturan atau ketentuan yang harus dilaksanakan
dan ditaati. Sebagai Hukum Dasar atau Hukum Pokok, UUD 45 dalam
kerangka tata aturan atau tata tingkatan norma hukum yang berlaku
menempati kedudukan yang tinggi dan semua perundang-undangan,
peraturan-peraturan yang berada dibawahnya tidak boleh
bertentangan.

3.1.3. Sifat UUD 1945

Apabila kita perhatikan isi daripada UUD 45 bersifat singkat, hal


ini sangat berbeda apabila dibandingkan dengan UUD Negara lain
seperti UUD Philipina, juga kalau dibandingkan dengan konstitusi RIS
(1949) dan UUDS’50.

Selain bersifat singkat juga bersifat supel, sifat singkat dan


supel dari UUD 45 ini dinyatakan dalam penjelasan yang memuat
alasan-alasan sebagai berikut; Undang-Undang Dasar 45 hanya
memuat aturan-aturan pokok saja, sedangkan aturan-aturan yang
menyelenggarakan terlaksananya aturan-aturan pokok itu diserahkan
pada undang-undang dan atau peraturan yang lebih rendah. Aturan
demikian lebih mudah cara pembuatan untuk mengubah dan
mencabutnya.

Kemudian Pancasila dan UUD 45 hanya memuat pokok-pokok


pikiran mengenai hal-hal yang pokok pula, karena singkatnya UUD 45

36
mungkin sekali terdapat hal-hal yang kurang jelas sehingga
memerlukan penjelasan-penjelasan untuk menjaga agar tidak terjadi
kesimpang-siuran yang dapat mengakibatkan kaburnya maksud dan
tujuan yang sebenarnya, maka diperlukan penjelasan, dan yang paling
berhak adalah MPR, apabila telah ditetapkan oleh MPR maka seluruh
rakyat Indonesia harus mematuhinya.

3.1.4. Fungsi UUD 1945

Setelah dikeluarkan Dekrit Presiden 5 Juli 1959 yang


mengesahkan kembali UUD 45 dimana tidak berlaku lagi UUDS’50
dan dengan Tap MPRS No. XX/MPRS/1966 telah dinyatakan Dekrit
Presiden 5 Juli 1959 sebagai sumber tertib hukum dan diperkokoh Tap
MPR No. V/MPR/1973 dan Tap MPR No IX/MPR/ 1978 menyatakan
Tap MPR No. XX/MPRS/1966 tetap berlaku.

Dengan demikian maka UUD 45 syah secara yuridis sebagai


Hukum Dasar, Hukum Pokok atau UUD 45 menjadi Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia; UUD 45 berfungsi sebagai hukum
pokok dan hukum yang tertinggi yang harus dipedomani oleh
peraturan perundang-undangan yang berada dibawahnya tidak boleh
bertentangan.

Jadi UUD 45 berfungsi sebagai alat pengontrol bagi norma-


norma hukum yang dibawahnya atau pengontrol peraturan-peraturan
perundang-undangan yang lebih rendah, apakah sesuai atau tidak
dengan ketentuan UUD.

3.2. Kedudukan Pembukaan UUD 1945 Sebagai Kaidah Fundamental


Negara RI

3.2.1. Makna dan Pembukaan UUD 1945

Dilihat dari arti dan makna, pembukaan UUD 45, maka


pembukaan UUD 45 merupakan penjabaran dari Proklamasi,
sedangkan pembukaan UUD 45 dijabarkan secara rinci dalam batang
tubuh UUD 45.

Pembukaan UUD 45 yang terdiri dari 4 alinia itu menjadi sumber


motivasi dan aspirasi perjuangan dan tekad bangsa Indonesia, yang
merupakan sumber dari cita-cita hukum dan ciri moral yang ingin
ditegakkan, baik dalam lingkungan nasional maupun dalam
hubungannya dengan pergaulan bangsa-bangsa di dunia.

Tiap-tiap alinia dan kata-katanya mengandung arti dan makna


yang sangat dalam, serta mengandung nilai-nilai universal dan lestari,
”dikatakan mengandung nilai yang universal, karena mengandung nilai
yang dijunjung tinggi oleh bangsa-bangsa beradab diseluruh muka

37
bumi”.

Sedangkan dikatakan nilai lestari karena mampu menampung


dinamika masyarakat dan akan tetap menjadi landasan perjuangan
bangsa dan Negara selama bangsa Indonesia tetap setia kepada
Negara Proklamasi 17 Agustus 1945.

3.2.2. Makna Tiap-tiap Alinea Pembukaan UUD 1945

Hal ini menunjukkan keteguhan dan kuatnya pendirian bangsa


Indonesia menghadapi masalah kemerdekaan melawan penjajah.

a. Alinea pertama ini mengungkapkan suatu dalil objektif, yaitu agar


semua bangsa di dunia dapat menjalankan hak kemerdekaannya
yang merupakan hak asasinya, disini letak moral luhur dari
kemerdekaan Indonesia, alinea pertama ini juga mengandung
suatu pernyataan subjektif, yaitu aspirasi bangsa Indonesia sendiri
untuk membebaskan diri dari penjajahan.
Hal tersebut di atas meletakkan tugas kewajiban kepada
bangsa/pemerintah Indonesia untuk senantiasa berjuang melawan
setiap bentuk penjajahan dan mendukung kemerdekaan setiap
bangsa, pendirian ini menjadi landasan dalam mengendalikan
politik luar negeri.

b. Alinea kedua menunjukkan adanya ketetapan dan ketajaman


penilaian yaitu :

1. Bahwa perjuangan pergerakan di Indonesia telah sampai pada


tingkat yang menentukan.
2. Bahwa memorandum yang telah dicapai tersebut harus
dimafaatkan untuk menyatakan kemerdekaan.
3. Bahwa kemerdekaan tersebut bukan merupakan tujuan akhir,
tetapi masih harus diisi dengan mewujudkan Negara Indonesia
merdeka bersatu, berdaulat adil dan makmur.

c. Alenia ketiga menegaskan kembali apa yang menjadi motivasi riil


dan material bangsa Indonesia untuk menyatakan kemerdekaanya,
tetapi juga menjadi keyakinan/kepercayaanya, menjadi motivasi
spiritualnya, bahwa maksud dan tidakannya menyatakan
kemerdekaan itu diberkati oleh Allah Yang Maha Kuasa, alenia ini
memuat motivasi spiritual yang luhur serta suatu pengukuhan dari
proklamasi kemerdekaan dan menunjukkan ketaqwaan bangsa
Indonesia terhadap Tuhan YME.

d. Alenia keempat merumuskan dengan padat tujuan dan prinsip-


prinsip dasar untuk mencapai tujuan bangsa Indonesia setelah
menyatakan dirinya merdeka. Alenia ini merumuskan dengan padat
tujuan dan prinsip-prinsip dasar yang mengandung adanya

38
penegasan :

1) Tujuan negara atau tujuan nasional.


2) Negara berbentuk Republik dan berkedaulatan rakyat.
3) Negara Indonesia mempunyai dasar falsafah Pancasila.

3.2.3. Pokok Pikiran Pembukaan UUD 1945

Pokok-pokok pikiran yang diciptakan dan dijelaskan dalam


Batang Tubuh UUD 45, pokok pikiran dimaksud terdiri atas 4 (empat)
pokok pikiran, yaitu :

1. Pokok Pikiran Pertama : Persatuan


2. Pokok Pikiran Kedua : Keadilan Sosial
3. Pokok Pikiran Ketiga : Kerakyatan
4. Pokok Pikiran Keempat : Ketuhanan Yang Maha Esa, dan
Kemanusiaan yang adil dan beradab

Pokok pikiran ini tidak lain daripada pancaran dasar falsafah


Negara Pancasila

3.2.4. Hubungan Pokok-Pokok Pikiran Dalam Pembukaan UUD


1945 dengan Batang Tubuh UUD 1945

Antara pembukaan dan Batang Tubuh UUD 45 keduanya


merupakan satu kesatuan nilai dan norma terpadu, hal ini
dikarenakan didalam pembukaan tersebut mengandung pokok-pokok
pikiran yang tidak lain daripada nilai-nilai dasar negara Pancasila
yang terdapat dalam pembukaan UUD 45 diciptakan kedalam Batang
Tubuh UUD 45 dalam bentuk pasal-pasalnya, dengan demikian
terjadinya penjabaran atas nilai dasar kedalam norma dasar

Sistem Pemerintahan Negara RI


Tujuh Kunci Pokok Sistem Pemerintahan Negara Republik
Indonesia

Sistem Pemerintahan Negara Indonesia dijelaskan dalam


penjelasan UUD 45 yang dikenal dengan tujuh kunci pokok, yaitu :
1. Indonesia ialah Negara yang berdasarkan atas hukum
2. Sistem Konstitusional.
3. Kekuasaan Negara yang tertinggi ditangan MPR.
4. Presiden ialah penyelenggara Pemerintah Negara yang tertinggi
dibawah Majelis.

5. Presiden tidak bertanggung jawab kepada DPR.

39
6. Menteri Negara ialah pembantu Presiden, Menteri Negara tidak
bertanggung jawab kepada DPR.
7. Kekuasaan kepada Negara tidak tak terbatas (tidak absolut).

Tujuh kunci pokok dapat kita jelaskan sebagai berikut :

a. Negara Indonesia berdasarkan atas hukum (Rechtsstaat) tidak


berdasarkan atas kekuasaan belaka (machtsstat), artinya
pemerintah, lembaga negara, dan seluruh rakyat dalam
melaksanakan tindakan harus dilandasi oleh hukum atau harus
dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Negara hukum yang
dimaksud, bukan hanya sebagai Negara hukum dalam arti formal,
tetapi negara hukum dalam arti luas yaitu negara hukum dalam arti
material.
Negara bukan saja melindungi segenap bangsa Indonesia dan
seluruh tumpah darah Indonesia tetapi juga harus memajukan
kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa,
dengan landasan dan semangat negara hukum dalam arti material,
setiap tindakan negara haruslah mempertimbangkan dua
kepentingan ataupun landasan yaitu landasan hukum
(rechtmatigheid), dan kegunaannya (doelmaligheid).

b. Pemerintah berdasarkan atas sistem konstitusi (hukum dasar),


tidak bersifat absolutisme. Artinya cara pengendalian pemerintah
dibatasi oleh ketentuan hukum lainnya yang merupakan produk
konstitusional.

c. MPR adalah pemegang kekuasaan Negara Tertinggi MPR


pemegang kedaulatan rakyat (Die Gesamte Staatgewattlight
alleinei Majelis) kedaulatan rakyat dipegang oleh suatu badan
bernama MPR sebagai penjelmaan seluruh rakyat Indonesia
(Vertetungorgan des willen des staatsockes).

Berdasarkan amandemen UUD 45, MPR berwenang :


- Mengubah dan menetapkan UUD
- Melantik Presiden dan atau Wakil Presiden
- MPR hanya dapat memberhentikan Presiden dan atau -
Wakil Presiden dalam masa jabatannya menurut Un
dang-Undang.

Presiden dan atau Wakil Presiden dapat diberhentikan dalam masa


jabatannya oleh MPR, apabila terbukti telah melakukan
pelanggaran hukum berupa pengkhianatan terhadap negara,
korupsi, penyuapan, tindak pidana berat lainnya, atau perbuatan
tercela maupun apabila terbukti tidak lagi memenuhi syarat sebagai
Presiden dan atau Wakil Presiden.

d. Presiden ialah penyelenggara pemerintah negara yang tertinggi

40
dibawah Majelis. Dalam menjalankan pemerintah negara,
kekuasaan dan tanggung jawab adalah ditangan Presiden
(Concentration of power and responsibility upon the President),
Presiden diberi tugas untuk melaksanakan kebijaksanaan rakyat
yang berupa ketetapan-ketetapan MPR, oleh sebab itu Presiden
bertanggung jawab kepada MPR.

e. Presiden tidak bertanggung jawab kepada DPR, disamping


Presiden adalah DPR, Presiden dan DPR membentuk Undang-
Undang (Gezetzgebung) termasuk untuk menetapkan APBN. Oleh
karena itu Presiden harus bekerjasama dengan Dewan, artinya
kedudukan Presiden tidak tergantung pada Dewan.]

Berdasarkan amandemen UUD 45 DPR dalam melaksanakan


fungsi pengawasan dapat mengajukan usul pemberhentian
Presiden dan atau Wakil Presiden kepada MPR setelah terlebih
dahulu mengajukan pertimbangan kepada Mahkamah Konstitusi,
untuk memeriksa, mengadili, dan meminta pendapat DPR bahwa
Presiden dan atau Wakil Presiden telah melakukan pelanggaran
hukum berupa pengkhianatan terhadap negara, korupsi,
penyuapan, tindak pidana lainnya.

f. Menteri negara ialah pembantu Presiden, Menteri negara tidak


bertanggung jawab kepada DPR.
Dalam penjelasan UUD 45 menyatakan : Presiden mengangkat
dan memberhentikan Menteri-Menteri Negara, Menteri-menteri itu
tidak bertanggung jawab kepada DPR, kedudukannya tidak
tergantung dari Dewan akan tetapi tergantung pada Presiden,
mereka ialah Pembantu Presiden.
Pengangkatan dan pemberhentian Menteri-Menteri adalah
sepenuhnya oleh Presiden. Menteri-Menteri tersebut tidak
bertanggung jawab kepada DPR, tetapi bertanggung jawab kepada
Presiden. Menteri-Menteri ini menjalankan kekuasaan
pemerintahan dibidangnya masing-masing.

g. Kekuasaan kepala negara tidak tak terbatas (tidak absolut)


Meskipun kepala negara tidak bertanggung jawab kepad aDPR, ia
bukan diktator

3.3.2. Kelembagaan Negara

Berdasarkan amandemen UUD 45 lembaga Negara terdiri dari :


1) MPR ( pasal 2 (1 ) )
2) Presiden ( pasal 4 (1 ) )
3) DPR ( pasal 19 (1 ) )
4) BPK ( pasal 23 E (1) )
5) MA ( pasal 24 (2 ) )

41
6) MK ( pasal 24 (C ) )
7) KY ( pasal 24 (B ) )

1) MPR diatur dalam bab II


Dalam pasal 2 ( 1 ) dinyatakan bahwa anggota MPR terdiri atas
anggota DPR dan anggota DPD yang dipilih melalui pemilihan
umum

Fungsi MPR :
a. Berwenang mengubah dan menetapkan UUD
b. Melantik Presiden dan/ atau Wakil Presiden
c. Hanya dapat memberhentikan Presiden atau Wakil Presiden
dalam masa jabatannya menurut Undang – Undang

Meskipun kepala Negara tidak bertanggung jawab kepada DPR ia


bukan diktator,artinya kekuasaan tidak tak terbatas. Di atas,
ditegaskan bahwa ia bertanggung jawab kepada MPR. Namun ia
memperhatikan sunguh – sungguh suara DPR.
Sesuai dengan sistem ini maka kedudukan dan peranan DPR
adalah kuat. Bukan saja ia tidak dapat dibubarkan oleh Presiden
dan ia memegang wewenang memberikan persetujuan kepada
Presiden dalam membentuk UU dan menetapkan APBN, tetapi
DPR badan yang memegang pengawasan terhadap Presiden.

2) Presiden Republik Indonesia


Presiden diatur dalam Bab III tentang kekuasaan Pemerintahan
Negara :
 Dalam pasal 4 ( 1 ) UUD 45 dinyatakan bahwa Presiden
Republik Indonesia memegang kekuasaan pemerintahan
menurut UUD
 Dalam pasal 5 dinyatakan pula Presiden berhak mengajukan
rancangan UU kepada DPR dan Presiden menetapkan
peraturan pemerintah untuk menjalankan UU sebagaimana
mestinya, berdasarkan ketentuan tersebut diatas, maka
Presiden yang memegang kekuasaan pemerintahan
(sebagai kepala Negara yang berdasarkan hukum yang
berlaku) yang harus berdasarkan UUD. Presiden berhak
menetapkan Perpu dalam halikwal ketentuan yang
memaksa.

3) Dewan Perwakilan Rakyat

DPR diatur dalam bab VI pasal 19 s.d pasal 22 UUD dipilih


mmelalui pemilihan umum, pelaksanaan pemilu ditetapkan dengan
UU Pemilu untuk memilih :
- Anggota DPR Pusat
- Anggota DPRD Provinsi
- Anggota DPRD Kabupaten

42
- DPD

Pemilu dilakukan secara demokrasi, bersifat langsung, umum,


bebas, rahasia dan adil.

UU pemilu nomor 12 tahun 2003 tentang pemilu anggota


DPR,DPD,dan DPRD.

a. Pemilu adalah sarana pelaksaan kedaulatan rakyat dalam Negara


kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan pancasila dan UUD
45.
b. Pemilu dilaksanakan oleh komisi pemilihan umum (KPU ) adalah
lembaga yang bersifat nasional, tetap dan mandiri, untuk
menyelenggarakan pemilu.
c. Pemilu dilaksanakan 5 ( lima ) tahun sekali pada hari libur atau hari
yang diliburkan.
d. Kedudukan DPR adalah kuat, oleh karena tidak dapat dibubarkan
oleh Presiden yang memegang kekuasaan tertinggi dalam
pemerintahan Negara.
e. Fungsi dari tugas DPR.
a. Fungsi legeslasi.
b. Fungsi Anggaran
c. Fungsi Pengawasan
f. Fungsi Legeslasi
1) DPR memegang kekuasaan membentuk UU
2) Setiap rencana undang undang dibahas oleh DPR dan untuk
mendapat persetujuan bersama.
3) Perpu yang dikeluarkan oleh presiden harus mendapat
persetujuan DPR dalam persidangan yang berikutnya. Jika tidak
mendapatkan persetujuan maka perpu harus dicabut.
g. fungsi Anggaran
1) Rancangan undang-undang anggaran pendapatan dan belanja
Negara diajukan oleh Presiden untuk dibahas bersama DPR
dengan memperhatikan pertimbangan DPD.
2) Apabila DPR tidak mnyetujui rancangan anggaran pendapatan
dan belanja Negara yang diusulkan oleh Presiden, pemerintah
menjalankan anggaran pendapatan dan belanja Negara tahun
yang lalu.
h. Fungsi pengawasan

DPR berhak mengawasi Presiden dalam hal melaksanakan


pemerintahan, apabila presiden telah melakukan pelanggaran
hukum berupa penghianatan terhadap Negara, korupsi,
penyuapan, tindak pidana berat lainya atau perbuatan tercela
maupun terbukti tidak lagi memenuhi syarat sebagai presiden dan
atau wakil presiden, DPR berhak mengajukan usul kepada MPR
untuk memberhentikan Presiden dan atau Wakil presiden setelah

43
mendapatkeputusan dari mahkama konstitusi ( MK).
Pengajuan permintaan DPR kepada mahkamah konstitusi
hanya dapat dilakukan sekurang – kurangnya 2/3 dar jumlah DPR
yang hadir dalam sidang paripurna yang dihadiri sekurang –
kurangnya 2/3 dari anggota DPR.

4).Dewan Perwakilan Daerah

DPD diatur dalam Bab VII A pasal 22 c yang menyebutkan


anggota DPD dipilih dari setiap provinsi melaui pemilu, anggota
DPD dari setiap provinsi jumlahnya sama dan jumlah seluruh
anggota DPD itu tidak lebih dari sepertiga jumlah anggota DPR.

Tugas dan fungsi DPD ( Pasal 220 )


a. DPD dapat mengajukan kepada DPR rancangan undang-undang
yang berkaitan dengan otonomi daerah, pembentukan dan
pemekaraan dan penggabungan daerah, pengelolahan sumber
daya alam, dan sumber daya ekonomi lainnya, serta yang berkaitan
dengan pertimbangan keuangan pusat dan daerah.
b. Membahas rancangan undang-undang seperti pada ayat (1), serta
memberikan pertimbangan kepada DPR atas rancangan undang-
undang anggaran pendapatan dan belanja Negara dan rancangan
UU yang berkaitan dengan pajak,pendidikan, dan agama.
c. DPD dapat melakukan pengaawasan atas pelaksanaan UU seperti
yang diatur ayat (1 ) dan (2 ).

5). Badan pemeriksaan keuangan Negara ( BPK ) diatur dalam Bab VII
A pasal 23 E s.d. 23 G
 Untuk memeriksa pengelolahan dan tanggung jawab tentang
keuangan Negara diadakan satu/badan pemeriksaan keuangan
yang bebas dan mandiri.
 Hasil pemeriksa keuangan Negara diserahkan kepada
DPR,DPD,DPRD sesuai dengan kewenangannya.
 Anggota BPK dipilih oleh DPR dengan memperhatikan
pertimbangan DPD dan diresmikan oleh Presiden

6). Mahkamah Agung

Dalam Bab XI pasal 24 (1) yang menyatakan bahwa kekuasaan


kehakiman dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung dan peradilan
yang berada dibawahnya dalam lingkungan peradilan
umum,peradilan agama, peradilan militer, peradilan tata usaha
Negara dan oleh sebuah Mahkamah Konstitusi.

Fungsi Mahkamah Agung


 Mengadili pada tingkat kasasi
 Menguji peraturan Undang-Undang dibawah Undang-Undang
terhadap Undang-Undang

44
 Calon hakim agung diusulkan komisi yudisial kepada DPR untuk
mendapat persetujuan dan selanjutnya ditetapkan sebagi hakim
agung oleh Presiden
7) Mahkamah Konstitusi
.
Mahkamah konstitusi mengadili pada tingkat pertama dan
terakhir, yang pelaksanaan bersifat final untuk menguji Undang-
Undang terhadap Undang-Undang Dasar, memutus sengketa
kewenangan lembaga Negara yang kewenangannya diberikan oleh
UUD, memutus pembubaran partai politik dan memutus
perselisihan tentang hasil pemilihan umum.

8). Komisi Yudisial

Komisi Yudisial diatur dalam pasal 24 B (1) yang menyatakan


bahwa Komisi Yudisial bersifat mandiri, yang berwenang
mengusulkan pengangkatan hakim agung dan mempunyai
wewenang lain dalam rangka menjaga dan menegakan
kehormatan, keluhuran martabat, serta perilaku hakim.

3.3.3. Hubungan Negara, Warga Negara, dan HAM menurut UUD


1945

Dalam Bab 1 pasal 1 diatur dalam bentuk dan kedaulatan yaitu :


a. Negara Indonesia adalah Negara kesatuan yang berbentuk
Republik.
b. Kedaulatan adalah ditangan rakyat dan dilaksanakan menurut
UUD.
c. Negara Indonesia adalah Negara hukum

Negara kesatuan Republik Indonesia adalah sebuah Negara


kepulauan yang berciri nusantara dengan wilayah yang batas-batas
dan hak-haknya ditetapkan dengan UU.

Dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia terdapat Warga


Negara dan penduduk yang menjadi warga Negara ialah orang
Indonesia asli dan orang-orang bangsa-bangsa lain yang disahkan
Undang-Undang sebagai warga Negara.

Penduduk ialah warga Negara Indonesia dan orang asing yang


bertempat tinggal di Indonesia. Segala warga Negara bersamaan
kedudukannya didalam hukum dan pemerintahan dan wajib
menjunjung hukum dan pemerintahan dengan tidak ada kecualinya.

Hak – Hak warga nagara antara lain :


a. berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi
kemanusiaan.
b. berhak ikut serta dalam upaya pembelaan Negara.

45
c. kemerdekaan berserikat dan berkumpul , mengeluarkan pikiran
dengan lisan dan tulisan dan sebagainya ditetapkan undang-
undang.

Hak asasi manusia

Selain hak –hak warga Negara tersebut di atas di atur tersendiri


tentang hak –hak asasi manusia dalam UUD 45.hak asasi manusia
diatur dalam psl 28 A s.d. 28 J yang dapat disimpulkan sebagai
berikut :
Setiap orang berhak :
a. untuk hidup serta mepertahankan hidup dan kehidupannya.
b. membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan melalui
perkawinan yang sah.
c. setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan
berkembang, perlindungan dari kekerasaan dan diskriminasi.
d. mengmbangkan diri melalui pemenuhan kehidupan dasarnya,
mendapat pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu yang
diperoleh dari pendidikan itu.
e. memajukan dirinya dalam memperjuangkan haknya secara kolektif
untuk membangun masyarakat bangsa dan negaranya.
f. memperoleh kesempatan yang sama dalam pemerintahan.
g. setiap orang bebas memeluk agama dan beribadat menurut
agamanya.
h. setiap orang berhak atas perlindungan diri pribadi, keluarganya,
kehormatan, martabat, dan harta benda yang di bawah
kekuasaannya.
i. setiap orang berhak mendapat kemerdekaan dan perlakuan yang
khusus untuk memperoleh kesempatan dan manfaat yang sama
guna mencapai persamaan dan keadilan.
j. setiap orang berhak bebas dari perlakuan yang bersifat diskrminatif
atas dasar apapun dan berhak mendapat perlindungan terhadap
perlakuan yang bersifat diskriminatif.

3.3.4. Perubahan UUD 1945

Perubahan Undang-Undang Dasar dalam bab XVI pada pasal 37


Perubahan UUD 45, dapat saja dilakukan dengan ketentuan sebagai
berikut :
a. Usul perubahan pasal-pasal Undang-Undang Dasar dapat
diagendakan dalam sidang MPR apabila diajukan oleh sekurang-
kuarangnnya 1/3 dari jumlah anggota MPR.
b. Setiap usul perubahan pasal-pasal Undang-undang Dasar diajukan
secara tertulis dan ditunjukan dengan jelas bagian yang diusulkan
untuk diubah besrta alasannya.
c. Untuk mengubah pasal-pasal UUD, sidang MPR dihadiri oleh
sekurang-kurangnya 2/3 dari jumlah anggota MPR.
d. Putusan untuk mengubah pasal-pasal Undan-Undang Dasar

46
dilakukan dengan perstujuan sekurang-kurangnya lima puluh
persen (50 %) ditambah satu anggota dari seluruh anggota MPR.
e. Khusus mengenai bentuk Negara kesatuan RI yang diatur dalam
bab 1 pasal 1 (1), tidak dilakukan perubahan.

3.3.5. Lambang-Lambang Persatuan Indonesia

Dalam bab XV pasal 35 s.d. 36 c megatur lambang persatuan


Indonesia Yaitu :
a. Sang merah putih merupakan Bendera Negara Indonesia dan
lambang kedaulatan Negara Republik Indonesia. Lenyapnya
Bendera Merah Putih berarti lenyap pula Kedaulatan Negara
Republik Proklamasi 17 Agustus 1945.
b. Bahasa Indonesia adalah bahasa nasional sejajar dengan bahasa-
bahasa nasional Negara lain. Di Kepulauan Nusantara banyak
terdapat bahasa daerah, namun bahasa daerah tersebut
merupakan sumber dari bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia
merupakan alat pemersatu,oleh karena itu setiap warga Negara
Indonesia harus menguasai Bahasa Indonesia.
c. Garuda Pancasila adalah Lambang Negara Republik Indonesia
dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika, yang artinya walaupuin
berbeda – beda namun satu jua. Negara Republik Indonesia yang
bercirikan nusantara yang terdiri dari pulau, bahasa yang berbeda,
agama yang berbeda namun satu jua. Burung Garuda yangb
melambangkan proklamasi 17 Agustus 1945 dan dasardari
Falsafah Negara, pandangan hidup bangsa ialah Pancasila.
d. Lagu Indonesia Raya adalah lagu kebangsaan Indonesia yang
diciptakan oleh Wage Rudolf Supratman dan dinyanyikan untuk
pertama kali pada waktu sumpah pemuda 28 Oktober1928, lagau
kebangsaan ini memberikan inspirasi dan motivasi bagi rakyat
Indonesia untuk membebaskan diri dari penjajahan/imprialis.
e. Lagu kebangsaan Indonesia Raya dinyayikan pada setiap
memperingati hari Proklamasi dan hari sesuai lainnya atau pada
waktu pembukaan rapat – rapat organisasi yang bersifat regional
dan nasional

3.3.6. Kedudukan Aturan Peralihan Dan Aturan Tambahan

- Aturan peralihan
a. Jangan sampai terjadinya kekosongan hukum
b. Semua peraturan dan lembaga Negara yang lain masih
tetap berlaku sepanjang belum terbentuk yang baru
c. Untuk memberikan batasan waktu agar peraturan atau
lembaga yang akan di bentuk tidak berlarut-larut.

47
- Aturan tambahan
a. Yang belum tertuang pada aturan peralihan dapat dimuat
pada aturan tambahan
b. Semua keputusan yang belum ditetapkan dapat ditetapkan
untuk di ambil keputusan yang pada waktu berikutnya.

Rangkuman :

Hukum dasar tertulis bangsa Indonesia adalah UUD 1945, di mana


sebagai hukum dasar maka UUD 1945 itu mengikat semua warga negara
Indonesia tanpa terkecuali. Selain hukum dasar tertulis ada yang disebut
hukum dasar tidak tertulis (Konvensi), yaitu aturan-aturan dasar yang
timbul dan terpelihara dalam praktek ketatanegaraan.

Pembukaan UUD 1945 yang terdiri dari 4 alinea itu menjadi sumber
motivasi dan aspirasi perjuangan dan tekad bangsa Indonesia, yang
merupakan sumber cita-cita hukum dan ciri moral yang ingin ditegakan.

Jadi UUD 1945 berfungsi sebagai alat pengontrol bagi norma-


norma hukum yang di bawahnya atau sebagai pengontrol peraturan
perundang-undangan yang lebih rendah, apakah sesuai atau tidak dengan
ketentuan UUD.

Pembukaan UUD 1945 dan Batang Tubuh UUD 1945 keduanya


merupakan satu kesatuan nlai dan norma terpadu, hal ini karena di dalam
pembukaan tersebut mengandung pokok-pokok pikiran yang tidak lain
daripada nilai-nilai dasar yang dijabarkan dalam batang tubuh dalam
bentuk pasal-pasal.

DAFTAR PUSTAKA

1. Elly M. Setiadi, Panduan Kuliah Pendidikan Pancasila untuk


Perguruan Tinggi, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2003.
2. H. Subandi Al Marsudi, Pancasila dan UUD 1945 Dalam Paradigma
Reformasi, Pt. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2000.
3. Sunarjo Wereksosuharjo, Filsafat Pancasila Secara Ilmiah dan
Aplikatif, Andi, Jogyakarta, 2003.
4. UUD 1945 Hasil Amandemen dan Proses Amandemen , Grafika,
2002

48
BAB IV
Dinamika Pelaksanaan UUD 1945

Deskripsi Singkat :

Pada pertemuan kali ini akan dibahas tentang dinamika


pelaksanaan UUD 1945.

4.1. Masa Awal Kemerdekaan

Sejak Proklamasi 17 Agustus 1945 dan disyahkannya UUD 45 oleh


PPKI tanggal 18 Agustus 1945 sejak itu berlakulah UUD 45. Namun
sistem pemerintahan belum dapat dilaksanakan sebagaimana
mestinya seperti yang diatur dalam UUD.

Pada waktu itu baru ter bentuk DPA sementara, sedangkan DPR
dan MPR belum dapat dibentuk karena harus melalui pemilu.
Sebelum MPR dan DPR terbentuk masih memperlakukan aturan
peralihan pasal IV, segala kekuasaan dijalankan pleh presiden dengan
bantuan sebuah komite nasional.

Selama kurun waktu 1945-1949 UUD 45 tidak dapat dilaksanakan


dengan baik, karena masih dihadapkan masalah untuk membela dan
mempertahankan kemerdekaan terutama ancaman dari kolonial
Belanda untuk menjajah kembali. Kemudiaan juga terjadi berbagai
peristiwa yang bersumber pada pertimbangan ideology yang bermuara
pada gerakan atau pemberontakan yang hendak merobek keutuhan
Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila,
antara lain pemberontakan PKI Madiun 1948 dan pemberontakan
DI/TII, sehingga seluruh tenaga bangsa dicurahkan semuanya untuk
berperang mempertahankan proklamasi 17 Agustus 1945 dan
pancasila sebagai dasar dan ideologi negar bangsa Indonesia

Dalam kurun waktu 1945 – 1949 terdapat dua perkembangan


penting dalam ketatanegaraan yaitu :

a. Perubahan Fungsi Komite Nasional


Perubahan Fungsi komite nasional pusat dari pembantu
Presiden menjadi badan yang diserahi kekuasaan legeslatif dan
ikut menetapkan GBHN. Perubahan fungsi itu karena adanya
maklumat Wakil Presiden No. X tanggal 16 Oktober 1945.
b. Perubahan sistem Kabinet Presidensial Menjadi Kabinet
Parlementer.
Perubahan ini karena dikeluarkanya maklumat presiden/
pemerintah tanggal 14 November 1945, perubahan ini atas usul
Badan Pekerjaan Komite Nasional Indonesia Pusat (BPKNIP)

49
pada tanggal 11 November 1945.

Sejak tanggal 14 November 1945 kekuasaan pemerintah


(Eksekutip) dipegang oleh perdana menteri sebagai pimpinan kabinet
dengan para menteri secara bersama-sama atau sendiri-sendiri dan
Perdana menteri bertanggung jawab pada KNIP, yang berfungsi
sebagai DPR.

Hal ini sangat berpengaruh pada kehidupan bangsa dan Negara


yang berakibat makin terjadinya ketidakstabilan dibidang politik,
ekonomi, pemerintahan maupun keamanan. Dalam ketidakstabilan
tersebut kemedekaan Indonesia dapat dipertahankan yaitu dengan
diakuinya kedaulatan Republik Indonesia oleh kolonial belanda pada
tanggal 27 Desember 1949 namun sejak tanggal 27 Desember 1949
semangat ideologi liberal memuncak dengan dibentuknya Negara
Indonesia Serikat (RIS) yang merupakan hasil KMB di Den Haag
negeri Belanda.

Sejak 27 Desember 1949 UUD 45 tidak berlaku lagi sebagai UUD


Negara Federal, melainkan hanya berlaku sebagai UUD Negara RI
yang berpusat di Yogyakarta, karena RI adalah merupakan Negara
bagian dari RIS dan dalam Kerangka konstitusi RIS. Kemudian antara
Negara RI dengan RIS terjadi suatu persetujuan yaitu kembali
membentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan
UUDS 50 sejak tanggal 17 agustus 1950. UUDS 50 sistem pemerintah
Negara menganut sistem parlementer yaitu kabinet dipimpin oleh
perdana Menteri.

Penentuan sistem parlementer yang dianut oleh UUDS 50


berlandaskan pada pemikiran demokrasi liberal yang mengutamakan
kebebasan individu, bukan seperti pemikiran dalam UUD 45 yang
menganut sistem presidensial yang berlandaskan demokrasi pancasila
yang berintikan “Pada kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, sebagai perinsip
kesinambungan, keselarasan dan keserasihan antara hak dan
kewajiban. “Presiden bertanggung jawaban kepada pemberi madat,
yaitu MPR tidak pada DPR, sedangkan Menteri-Menteri bertanggung
jawab kepada presiden.

UUDS 50 dilaksanakan sejak 17 Agustus 1950 sampai dengan 5


juli 1959, sejak berlaku UUDS 50 dengan sistem kabinet parlementer,
pemerintahan semakin tidak stabil, hal ini tampak dengan terjadinya
pengantian kabinet, sehingga dari tahun 1950 sampai dengan 1959
telah 9 kali pergantian kabinet.
Pada bulan September 1955 diadakan pemilu untuk memilih
anggota DPR dan bulan Desember 1955 diadakan pemilu untuk
memilih anggota konstituate. Tugas konstituate membuat suatu
rancangan Undang-Undang Dasar yang tetap sebagai pengganti

50
UUDS 50.Lebih dari dua tahun Badan Konstituante belum berhasil
merumuskan rancangan Undang-Undang Dasar. Perbedaan pendapat
mengenai dasar Negara, dalam sidang konstituante, hal ini akan
menimbulkan perpecahan bangsa.

Pada tanggal 22 April 1959, Presiden berpidato didepan sidang


konstituante dan menyarankan agar kembali ke UUD 45, Badan
Konstituante tidak berhasil menetapkan UUD 45 sebagai UUD tetap
Negara Indonesia.

Untuk menyelamatkan Negara maka presiden mengeluarkan Dikrit


5 juli 1959, dan MA membenarkan tindakan Presiden yang didasarkan
kepada hukum darurat (staatsnoodrecht) dan DPR dalam sidangnya
27 juli 1959 secara aklamasi menyetujui untuk melaksanakan UUD 45.

Dekrit Presiden 5 juli 1959 yang menyatakan :


1. Menetapkan pembubaran konstituante
2. Menetapkan UUD 45 berlaku lagi bagi segenap bangsa Indonesia
dan seluruh tumpah darah Indonesia , terhitung mulai hari tanggal
penetapan Dekrit ini, maka tidak berlakunya lagi UUDS 50.
3. Pembentukan MPRS yang terdiri atas anggota-anggota DPR
ditambah dengan utusan-utusan dari daerah dan golonggan-
golonggan, serta DPAS, akan diselenggarakan dalam waktu
sesingkat-singkatnya.

4.2. Masa Orde Lama

Sejak 5 juli 1959, UUD 45, berlaku lagi bagi bangsa Indonesia,
namun walaupun UUD 45 secara yuridis formal sebagai hukum dasar
tertulis yang berlaku di Indonesia, realisasi ketatanegaraan Indonesia
tidak melaksanakan UUD 45 itu sendiri.

Terjadinya penyimpangan dalam bidang ideologi yaitu


dikukuhkannya ideologi NASAKOM. Dipaksakannya doktrin Negara
dalam keadaan revolusi, presiden sebagai pimpinan besar revolusi
diangkat seumur hidup.

Penyimpangan-penyimpangan yang terjadi antara lain :


1. Penyimpangan ideologis, yakni konsepsi Pancasila berubah
menjadi konsepsi NASAKOM.
2. Demokrasi terpimpin yang semula bersumberkan pada sila ke 4
dari pancasila, dalam pelaksanakannya cenderung menjadi
pemusatan kekuasaan pada presiden/ pemimpin besar revolusi
dengan wewenang yang melebihi, ditentukan oleh UUD 1945,
yaitu dengan mengeluarkan produk hukum yang setingkat
dengan Undang-Undang tanpa persetujuan DPR dalam bentuk
penetapan Presiden.
3. MPRS Ir. Soekarno sebagai presiden seumur hidup, hal ini

51
bertentangan dengan ketentuan UUD 45 yang menetapkan
masa jabatan presiden lima tahun.
4. Pada tahun 1960, karena mengangkat DPR tidak dapat
menyetujui RAPBN yang diajukan oleh pemerintah, presiden
Membubarkan DPR hasil pemilu 1955 dan membentuk DPR
gotong royong ( DPR-GR ).
5. Hak budget DPR tidak berjalan karena setelah tahun 1960
pemerintah tidak mengajukan RUU APBN untuk mendapatkan
persetujuan DPR.
6. Pimpinan lembaga Negara tertinggi Negara dijadikan menteri
Negara, yang berarti sebagai pembantu Presiden.

Penyimpangan-penyimpangan tersebut berarti tidak berjalannya


sistem yang ditetapkan dalam UUD 45 dan memburuknya keadaan
politik dan keamanan serta terjadinya kemerosotan di bidang ekonomi.

Memburuknya keadaan ini mencapai puncaknya dengan


pemberontakan G 30 S/PKI. Pemberontakan tersebut dapat
digagalkan berkat ketangguhan komponen bangsa yang setia pada
pancasila dan berkat rahmat Tuhan Yang Maha Kuasa.

4.3. Masa Orde Baru

Setelah keluarnya Supersemar yang intinya memberikan


wewenang mengambil langkah-langkah pengamanan yang diangkap
perlu untuk menyelamatkan keadaan kepada Letjen Soeharto , dengan
landasan Supersemar ini Letjen soeharto mengeluarkan keputusan
atas nama Presiden/Panglima tertinggi ABRI/mandataris
MPR/Pemimping besar Revolusi untuk membubarkan PKI dan ormas-
ormasnya.

Hal ini sebagai awal lahirnya ORBA, yakni orde atau tantanan
kehidupan masyarakat bangsa dan Negara atas dasar pelaksanaan
pancasila dan UUD 45 secara murni dan konsekuen. Mengamalkan
pancasila dan UUD 45 secara murni dan konsekuen berarti
menyubangkan kehidupan ketatanegaraan yang berdasarkan
demokrasi, konstitusi dan hukum.

ORBA telah berhasil menyalurkan aspirasi rakyat dan


menggariskan haluan pembaharuan dengan cara yang konstitusional,
yakni melalui siding-sidang MPRS tahun 1967, dan sidang umum
MPRS V tahun 1968 di Ibukota Negara, Jakarta.

Ketetapkan MPRS yang bersifat Prinsipil telah dihasilkan dalam


sidang umum MPRS IV 1966 antara lain :

a. Tap MPRS No IX/1966 mengkukuhkan supersemar


b. Tap MPRS No X/1966 menyatakan bahwa sebelum MPR hasil

52
pemilu terbentuk, MPRS berkedudukan dan berfungsi ssebagai
MPR serta semua lembaga-lembaga Negara didudukkan kembali
kepada posisi dan fungsi sesuai UUD 45
c. Tap MPRS No XI/1966 menentukan bahwa pemilu yang bersifat
langsung, umum, bebas, dan rahasia diselenggarakan selambat –
lambatnya pada tanggal 5 juli 1968
d. Tap MPRS No XVIII/1966 yang dengan permintaan maaf, menarik
kembali pengangkatan Pimpinan besar Revolusi menjadi Presiden
seumur hidup
e. Tap MPR No XXV/ 1966 tentang pembubaran PKI, pernyataan
sebagai organisasi terlarang diseluruh wilayah Negara Republik
Indonesia dan larangan setiap kegiatan untuk menyebarkan atau
mengembangkan paham komunisme/marxisme leninisme.

Dalam situasi politik dan ekonomi yang sangat memperhatinkan


maka DPRGR pada bulan Februari 1967 mengeluarkan suatu resolosi
yakni,meminta MPRS agar mengadakan sidang istimewa untuk
meminta pertanggung jawaban Presiden Soekarno, menanggapi
resolusi DPRGR tersebut MPRS mengadakan sidang istimewa pada
bulan maret 1967.

Sidang istimewa telah mengambil putusan yang ditetapkan dalam


tap MPRS no XXXIII/1967 yang menetapkan :

a. Presiden Soekarno telah tidak dapat memenuhi pertanggung


jawaban konstitusional dan tidak dapat menjalankan haluan dan
putusan MPRS sebagaimana layaknya kewajiban seorang
mandataris MPRS seperti diatur dalam UUD 45.
b. Sidang menetapkan berlakunya tap MPRS No. XV/MPRS/1966
(tentang pemilihan/penunjukan wakil Presiden dan tata cara
pengangkatan pejabat Presiden) dan mengangkat jenderal
Soeharto , pengemban Tap MPRS No IX/1966 (tentang
pengukuhan superseamar) ,diangkat sebagai pejabat Presiden
berdasarkan pasal 8 UUD 45 sampai dipilihnya Presiden oleh MPR
hasil pemilu.

Dengan adanya ketetapan MPRS No. XXXIII/MPRS/1967,


terjadilah pergantian pimpinan nasional, Presiden/Mandataris MPR
secara konstitusional, yang mencerminkan kehendak dan aspirasi
rakyat.

Dalam rangka konsolidasi ORBA serta secepatnya memulai


pelaksanaan pembangunan nasional, MPRS mengadakan sidang
umum dalam tahun 1968. Sasarannya adalah untuk menetapkan
jadwal pemilu baru dan mengadakan haluan pembangunan nasional
GBAHN yang sesuai dengan kebutuhan, serta memilih Presiden.

53
Sidang umum MPRS V taahun 1968 telah dapat menghasilkan
putusan – putusan seperti :
1. Tap MPRS No XLI/MPRS/1968 yang menjadwalkan kembali
pelaksanaan Pemilu seperti yang ditetapkan dalam Tap MPR
No.XI/1966dari selambat – lambatnya tanggal 5 juli 1968 menjadi
selambat – lambatnya tanggal 5 juli 1971
2. Tap MPRS No XLIV/1968 tentang pengangkatan pengemban
ketetapan MPRS No IX/1966 sebagai presiden RI untuk masa kerja
lima tahun ,sedangkan Wakil presiden ditiadakan pemilihan.
3. Tap MPRS No XLI/1968 tentang tugas pokok kabinet Ampera ,
yang menetapkan antara lain melaksanakan pemilu sesuai dengan
Tap MPRS No XLII/1968 dan menyusun serta melaksanakan
pembangunan lima tahun pertama.

Sidang umum MPRS V tahun 1968 diusahakan agar menghasilkan


GBHN ,tetapi tidak berhasil karena rancangan GBHN belum disiapkan
dengan sempurna.

Pada tahun 1971 diadakan pemilu yang merupakan pemilu


pertama pada masa ORBA ,hasil pemilu terbentuk DPR RI , DPRD Tk I
,dan DPRD Tk II, selanjutnya di bentuk MPR yang anggotanya terdiri
dari :
a. Seluruh anggota DPR yang berjumlah 460 orang yang terdiri dari
300 orang hasil pemilu, 160 orang diangkat dari ABRI.
b. Utusan daerah yang dipilh oleh DPRD.
c. Utusan golongan

Jumlah anggota MPR dua kali anggota DPR yaitu 920 orang dalam
sidang umum MPR tahun 1973 telah berhasil melaksanakan tugas
antara lain :
1) Menetapkan peraturan tata tertib MPR
2) Membuat GBHN
3) Memilih presiden dan wakil presiden
4) Menentukan penyelenggaraan pemilu selambat – lambatnya tahun
1977 yang diikuti oleh tiga peserta pemilu yaitu partai politik dan
golkar

Pada tahun 1975 dihasilkan UU pemilu No 4 tahun 1975 sebagai


pengganti UU No 5 Tahun 1969, yang itinya ialah bahwa peserta
pemilu terdiri dari 3 organisasi kekuatan sosial politik yakni PPP, PDI,
dab GOLKAR .pemilu 1977 adalah pemilu kedua. Pada tahun 1982
diselenggarakan pemilu ketiga antara lain ketetapan MPR No. II/1983
sebagai landasan bagi penyusnan Repelita keempat 1984 -1989
didalam ketetapan dinyatakan bahwa parpol dan golkar harus benar –
benar menjadi kekuatan sosial politik yang hanya berasaskan
Pancasila sebagai satu-satu nya asas, disamping itu dalam GBHN
juga dinyatakan bahwa pembangunan nasional adalah sebagai
pegamalan pancasila.

54
Pada tahun 1987 dilaksanakan pemilu ke empat. Pada tahun 1992
diselenggarakan pemilu kelima. Pada tahun 1997 diselenggarakan
Pemilu keenam. Maka masa ORBA sejak tahun 1973 mulai
membangun landasan dibidang politik untuk tinggal landas dengan
terbentuknya suatu mekanisme kepemimpinan nasional setiap lima
tahu apabila mekanisme kepemimpinan nasional setiap lima tahun,
sesuai dengan ketentuan UUD 45 dapat terus dipelihara
pelaksanaanya dengan lancar dan tertib, akan merupakan faktor
penunjang, yang penting dalam uasaha mencapai tujuan nasional,
stabilitas nasional yang dinamis serta meningkatkan ketahanan
nasional khususnya ketahanan dibidang bidang politik.

Selama ORBA telah meletakan berbagai kebijakan dan tindakan


yang bersipat melengkapi atau mengembangkan ketentuan UUD 45
praktek kenegaraan seperti itu terus dipelihara dan dimantapkan ,yakni
melalui hukum dasar yang tidak tertulis (konvensi) serta melalui
ketetapan – ketetapan MPR.

Contoh dari konvensi sebagai berikut :


1) Pidato kenegaraan Presiden didepan sidang Paripurna DPR pada
setiap tanggal 16 Agustus, bertepatan pula dipermulaan masa
persidangan DPR yang berisi laporan pelaksaan tugas
pemerintahan serta pengutaraan arah kebijaksanaan mendatang
yang akan ditempuh.
2) Perjanjian yang berbentuk agreement ditetapkan keputusan
Presiden dengan pemberitahuan kepada DPR.praktek ini dilakukan
dengan pertimbangan praktis , karena ternyata jumlah persetujuaan
(agreement) antara negara itu sangat banyak.
3) Prakarsa Presiden menyiapkan GBHN untuk disampaikan kepada
MPR
4) Penyampaian RAPBN oleh presiden dalam sidang paripurna DPR

Produk-produk hukum yang bersifat melengkapi melalui ketetapan


MPR :
1) Pengambilan keputusan berdasarkan musyawarah mufakat yang
senantiasa diutamakan dari pada pengambil keputusan dengan
suara terbanyak
2) Penyampaian dengan pertangungjawaban Presiden dengan akhir
masa jabatanya didepan sidang MPR, serta penilaian MPR atas
pertanggung jawaban tersebut.
3) Pengaturan lebih lanjut atas kedudukan dan hubungan tata kerja
lembaga tertinggi negara dengan/atau antara lembaga-lembaga
tinggi negara.
4) Penentuaan Menteri dalam Negeri, Menlu dan Menhankam yang
secara bersama-sama melaksanakan tugas sebagai pemangku
jabatan Presiden, apabila Presiden dan wakil presiden behalangan
tetap.

55
4.4 Masa Orde Reformasi

Setelah 32 tahun Presiden Soeharto memegang tampuk pimpinan


Negara Republik Indonesia pada tanggal 21 Mei 1998, menyatakan
berhenti/mengundurkan diri dan diserahkan kepada Prof. Dr. Ing. H. B.
J. Habibie, mandatnya/berhentinya H. M. Soeharto tidak terlepas
adanya :
1) Krisis ekonomi dan moneter yang melanda asia, seperti Korea
Selatan, Jepang, Negara yang tergabung dalam ASEAN.
2) Krisis ekonomi dan moneter di Indonesia menunjukkan bahwa
fundamental ekonomi Indonesia sangat rapuh, karena tidak
dibangun atas landasan ekonomi kerakyatan, melainkan lebih
ditopang oleh kekuatan ekonomi yang dikendalikan sekelompok
orang yang dinamakan konglomerat.
3) Ketidakberdayaan Pemerintah untuk segera bangkit dari krisis,
kemudian berkembang munculnya peristiwa kerusuhan di pusat
maupun di daerah.
4) Akibat daripada itu, mendorong lahirnya gerakan reformasi yang
dipelopori oleh para mahasiswa dan kaum cendikiawan kampus.

Gerakan reformasi lahir sebagai realisasi, dan koreksi atas


pelanggaran negara yang menyimpang dari ideologi Pancasila, dan
mekanisme UUD 45, yang semasa rezim Orde Baru dijadikan
semboyan baku, yaitu melaksanakan Pancasila dan UUD 45 secara
murni dan konsekuen.

Berbagai permasalahan yang menumpuk, dan terakumulasi,


selama itu telah mengakibatkan ketidakseimbangan kekuasaan
diantara lembaga-lembaga negara dan makin jauh dari cita-cita
demokrasi, dengan berlangsungnya sistem kekuasaan yang bercorak
absolut dan otoriter, karena wewenang dan kekuasaan Presiden
berlebihan serta melahirkan KKN, sehingga terjadi krisis
multidimensional pada hampir seluruh aspek kehidupan.
Dalam masa Pemerintahan Presiden B. J. Habibie dengan
pemerintahan yang dikenal dengan kabinet reformasi, gerakan
reformasi telah digulirkan, sehingga hal ini telah mendorong secara
relatif terjadinya kemajuan-kemajuan dibidang politik, penegakkan
kedaulatan rakyat, peningkatan peran masyarakat disertai
pengurangan dominasi peran pemerintah dalam kehidupan praktek
antara lain :
1) terselenggarannya sidang istimewa MPR tahun 1998
2) terselenggarannya pemilu multi partai pada tanggal 7 Juni 1999
dengan diikuti sebanyak 48 partai politik dari 143 parpol yang telah
didirikan.
3) terwujudnya netralitas pegawai negeri, TNI, dan Polri dalam pemilu.
4) kebebasan pers dan pelepasan dan pemberian amnesti tahanan
politik.
5) ratifikasi berbagai konvensi yang bertalian dengan hak-hak asasi

56
manusia.
6) disahkan UU No. 39 tahun 1999 tentang HAM.
7) pengesahan berbagai peraturan perundang-undangan dibidang
politik dan ekonomi.

Walaupun berbagai upaya telah dilakukan, belum mampu


mengangkat bangsa dari keterpurukan krisis ekonomi, budaya korupsi,
kolusi, dan nepotisme, lemahnya penegakkan hukum dan belum
terwujudnya supermasi hukum, tidak berhasil mengatasi berbagai
gerakan separatisme, seperti di Aceh, Irian Jaya, dan Maluku, serta
lepasnya Timor-Timur sebagai provinsi ke-27, melalui proses
penentuan pendapat tanggal 30 Agustus 1999, yang merupakan
implementasi dari persetujuan New York tanggal 5 Mei 1999 yang
dilakukan oleh Pemerintah Republik Indonesia dan Republik Portugal
tanpa persetujuan DPR.

Sidang Umum MPR tahun 1999 menolak pertanggungjawaban


Presiden B. J. Habibie dengan ketetapan MPR No. III/1999 dengan
penolakan pertanggungjawaban Presiden oleh MPR maka Presiden
B.J. Habibie menyatakan tidak bersedia lagi untuk dicalonkan sebagai
Presiden Republik Indonesia. MPR hasil Pemilu 7 Juni 1999 berhasil
memilih dan mengangkat Presiden KH. Abdurrahman Wahid dan Wakil
Presiden Megawati Soekarno Putri. Pada masa pemerintahan Presien
K.H. Abdurrahman Wahid dan Wakil Presiden Megawati telah terjadi
empat kali perubahan Undang-Undang Dasar 1945 :

1. Melalui Keputusan Rapat Paripurna MPR RI ke-12 tanggal 19


Oktober 1999.
2. Melalui Keputusan Sidang Umum MPR RI tanggal 18 Agustus
2000.
3. Melalui Keputusan MPR RI tanggal 19 November 2001.
4. Melalui Keputusan MPR RI tanggal 10 Agustus 2002.

Perubahan pada Undang-Undang Dasar 1945 hanya dilakukan


pada Pasal-Pasal Batang Tubuh UUD 1945, sedangkan pada
Pembukaan tidak dapat diubah dengan jalan apapun, karena
Pembukaan UUD 45 merupakan kaedah Negara yang fundamental
serta merupakan penjabaran kunci dari Proklamasi 17 Agustus 1945.

Rangkuman :

Penentuan sistem parlemen yang dianut oleh UUDS 1950


berlandasakan pada pemikiran demokrasi liberal yang mengutamakan
kebebasan individu, bukan seperti pemikiran dalam UUD 1945 yang
menganut sistem presidensial yang berlandaskan domokrasi Pancasila,
yang berisikan pada ”kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
dalam permusyawaratan/ perwakilan, sebagai prinsip berkesimanbungan,

57
keselarasan dan keserasian antara hak dan kewajiban. Presiden
bertanggung jawab kepada pemberi mandat, yaitu MPR dan tidak kepada
DPR, sedangkan menteri-menteri bertanggung jawab kepada Presiden.

Orba telah berhasil menyalurkan aspirasi rakyat dan menggariskan


haluan pembaharuan dengan cara yang konstitusional, yakni melalui
sidang MPRS V tahun 1967, dan sidang umum MPRS tahun 1968 di
ibukota negara Jakarta.

Ketetapan MPRS yang bersifat prinsipil telah dihasilkan dalam


sidang umum MPRS IV 1966, antara lain :
a. Tap MPRS No. IX/1966 mengukuhkan supersemar.
b. Tap MPRS No. X/1966, menyatakan bahwa sebelum MPR hasil pemilu
terbentuk, MPRS berkedudukan dan berfungsi sebagai MPR serta
semua lembaga-lembaga negara didudukan kembali pada posisi dan
fungsinya sesuai UUD 1945.
c. Tap MPRS No. XI/1966, menentukan bahwa pemilu yang bersifat
langsung, bebas, umum dan rahasia diselenggarakan selambat-
lambatnya pada tanggal 5 Juli 1968.
d. Tap MPRS XVIII/1966, yang dengan permintaan maaf, menarik
kembali pengangkatan pimpinan besar revolusi menjadi presiden
seumur hidup.
e. Tap XXV/ 1966, tentang pembubaran PKI, pernyataan sebagai
organisasi terlarang diseluruh wilayah negara Republik Indonesia dan
larangan setiap kegiatan untuk menyebarkan atau mengambangkan
paham komunisme/ markisme/ leninisme.

DAFTAR PUSTAKA
1. Elly M. Setiadi, Panduan Kuliah Pendidikan Pancasila untuk
Perguruan Tinggi, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2003.
2. H. Subandi Al Marsudi, Pancasila dan UUD 1945 Dalam Paradigma
Reformasi, Pt. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2000.
3. Sunarjo Wereksosuharjo, Filsafat Pancasila Secara Ilmiah dan
Aplikatif, Andi, Jogyakarta, 2003.
4. UUD 1945 Hasil Amandemen dan Proses Amandemen , Grafika,
2002

58
BAB V
Pancasila Sebagai Filsafat

Deskripsi Singkat :

Bab ini menguraikan tentang pancasila sebagai filsafat.

5.1. Cara Berfikir Filsafat

5.1.1. Beberapa Pengertian Filsafat

Secara etimalogis istilah filsafat berasal dari bahasa Yunani


yaitu berasal dari kata Philosophia.
- Philos atau Philein artinya suka, cinta, mencintai.
- Shophos atau Shophia artinya kebijaksanaan, hikmah,
kepandaian.
Jadi dapat kita simpulkan filsafat mengandung arti cinta kepada
kebijaksanaan atau cinta kepada ilmu. Falsafah dalam bahasa
Belanda digunakan istilah Wejsbegeerte yang meliputi dua kata :
Wijs = pandai, berilmu
Begeerte = keinginan
Jadi mengandung arti keinginan untuk ilmu

Dalam arti praktis filsafat mengandung makna alam


berfikir/alam/fikiran. Berfilsafat adalah berfikir secara mendalam
atau radikal. Radikal berasal dari kata radix, yang artinya “akar”.
Maka berpikir secara radikal berarti berpikir sampai ke akar-
akarnya dan sungguh-sungguh terhadap hakikat sesuatu. Hakikat
ialah kebenaran atau kenyataan yang sebenarnya, dengan
demikian “berfilsafat” mengandung arti mencari kebenaran atas
sesuatu .

Dalam kamus Bahasa Indonesia


W.J.S. Poerwadarninta mengatakan filsafat sebagai pengetahuan
dan penyelidikan dengan akal budi mengenai sebab-sebab, asas-
asas, hukum, dan sebagainya daripada segala yang ada di alam
semesta ataupun mengenai kebenaran dan arti adanya sesuatu.

Menurut Plato (427-348SM)


Filsafat ialah sebuah pengetahuan yang bersifat untuk mencapai
kebenaran asli.

Menurut Aristoteles (382-322SM)


Filsafat ialah ilmu pengetahuan yang meliputi kebenaran yang
terkandung didalamnya ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, etika,
ekonomi, politik, dan estetika.

59
Para Filsuf abad pertengahan seperti :
Descartes “Filsafat ialah kumpulan segala pengetahuan di mana
Tuhan, alam, dan manusia, menjadi pokok penyelidikannya.”

Menurut pakar Indonesia, yaitu :


Darji Darmodihardjo “Filsafat ialah pemikiran manusia dalam
usahanya mencari kebijaksanaan dan kebenaran yang sedalam-
dalamnya sampai keakar-akarnya, teratur (sistimatis) dan
menyeluruh (universal).”

Dari uraian tersebut maka filsafat disebut ibu/induk dari segala ilmu
pengetahuan (Queen of Knowledge). Ilmu merupakan bagian dari
pengetahuan.

Ilmu ialah pengetahuan yang mempunyai objek, metode, dan


sistematika tertentu. Pengetahuan mengandung pengertian lebih
luas dari ilmu, karena pengetahuan segala sesuatu kebenarannya
diterima oleh manusia, baik yang telah teruji menjadi ilmu maupun
yang belum teruji.
Ilmu pengetahuan mempelajari gejala alam sebagaimana adanya,
ilmu pengetahuan sering dikaitkan dengan perkataan teknologi,
hubungan antara keduanya yaitu ilmu digunakan manusia untuk
mencari tahu, sedang teknologi digunakan sebagai alat untuk
mencapai maksud (Scientist seeks to know, Technologist to do).

5.1.2. Obyek Filsafat

Melihat dari obyeknya, maka obyek filsafat meliputi hal-hal yang


ada dan yang dianggap atau diyakini ada, seperti manusia, dunia,
dan Tuhan.

Menurut para ahli objek filsafat dibedakan sebagai berikut :


1. Objek materia, yaitu mengenai objek sesuatu yang ada dan yang
mungkin ada.
2. Objek forma, yaitu untuk mengerti segala sesuatu yang ada
sedalam-dalamnya, hakikatnya metafisis.

Filsafat meliputi cabang-cabang atau bidang-bidang sebagai


berikut :
1. Ontologi ialah bidang/cabang filsafat yang menyelidiki hakikat dari
realita yang ada.
2. Epistemologi ialah sesuatu cabang filsafat yang membahas
sumber, batas, proses hakikat dan validitas pengetahuan.
3. Aksiologi ialah cabang filsafat yang menyelidiki nilai.

60
5.1.3. Tujuan dan Kegunaan Filsafat
1. Tujuan filsafat
a) Tujuan Teoritis yaitu filsafat berusaha untuk mencapai
kenyataan atau untuk mencapai hal yang nyata.
b) Tujuan Praktis, yaitu mempergunakan hasil daripada filsafat
yang teoritis tersebut untuk memperoleh pedoman hidup,
guna dipraktekkan dan dijadikan pedoman dalam praktek
kehidupan.

2. Kegunaan filsafat
Kalau kita lihat dari uraian-uraian tersebut diatas, maka
kegunaan filsafat ialah untuk memberikan dinamika dan
ketekunan dalam mencari kebenaran, arti dan makna hidup.

5.2. Pengertian Pancasila Secara Filosofis

Falsafah dalam pengertian umum dibedakan yaitu falsafah dalam


arti proses dan falsafah dalam arti produk, kemudian dikenal falsafah
sebagai ilmu dan falsafah sebagai pandangan hidup dan juga dikenal
falsafah dalam arti teoritis dan falsafah dalam arti praktis.

Pancasila dapat digolongkan dalam arti produk, sebagai


pandangan hidup, dan falsafah arti praktis. Ini berarti Falsafah
Pancasila mempunyai fungsi dan peranan sebagai pedoman dan
pegangan dalam hal sikap, tingkah laku, dan perbuatan dalam
kehidupan sehari-hari, dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa,
dan bernegara bagi bangsa Indonesia dimanapun mereka berada.
Pancasila sebagai falsafah hidup bangsa Indonesia, tumbuh dan
berkembang bersamaan dengan tumbuh dan berkembangnya bangsa
Indonesia.

Prinsip-prinsip yang terdapat dalam Pancasila bersumber pada


budaya dan pengalaman bangsa Indonesia yang berkembang akibat
dari upaya bangsa dalam mencari jawaban atas persoalan-persoalan
esensial yang menyangkut makna atas hakikat sesuatu yang menjadi
bagian dari kehidupan bangsa Indonesia yang meliputi antara lain :
 alam semesta
 manusia dan kehidupannya
 nilai-nilai yang kemudian diangkat menjadi norma yang mengatur
kehidupan.

61
5.3. Nilai-Nilai Pancasila Menjadi Dasar dan Arah Keseimbangan
antara Hak dan Kewajiban Azasi Manusia

Pancasila yang merupakan falsafah hidup bangsa Indonesia


mengandung nilai-nilai dasar yang dijunjung tinggi oleh bangsa
Indonesia bahkan oleh bangsa yang beradab.

Nilai-nilai dasar tersebut terdapat dalam Pembukaan UUD 1945


pada alenia keempat yaitu, nilai Ketuhanan, nilai-nilai Kemanusiaan,
nilai Persatuan, nilai Kebudayaan, dan nilai Keadilan Sosial.

Nilai-nilai Pancasila ini merupakan satu-kesatuan bulat dan utuh,


yang tersusun secara sistematis-hirarkhis, artinya bahwa antara nilai
dasar yang satu dengan nilai dasar yang lainnya saling berhubungan,
tidak boleh dipisah-pisahkan, dipecah-pecah maupun ditukar
tempatnya.

Menempatkan pengertian Pancasila sebagai satu kesatuan


dimaksudkan agar tidak menimbulkan pengertian yang lain atau keliru
terhadap Pancasila. Dalam rangka memahami hakikat nilai-nilai dasar
Pancasila pengupasan sila demi sila tidak dilarang asalkan senantiasa
berpijak pada adanya hubungan korelasi tersebut secara utuh tanpa
bermaksud menghapuskan ataupun mengubah susunan tempat,
status dari sila-sila yang ditetapkan.

Pancasila yang sarat dengan nilai-nilai perlu diketahui secara


mendalam dan diamalkan dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam
kehidupan pribadi maupun dalam rangka kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara sesuai dengan tujuan praktis daripada
suatu filsafat yang dalam hal ini berkenaan dengan filsafat Pancasila.

Dasar Ontologis Pancasila

Dasar Ontologis Pancasila pada hakikatnya adalah manusia yang


memiliki hakikat mutlak monopluralis oleh karena itu hakikat dasar ini
juga disebut sebagai dasar antropologis. Subjek pendukung pokok
sila-sila Pancasila adalah manusia, hal ini dapat dijelaskan sebagai
berikut yaitu yang berketuhanan Yang Maha Esa, yang berkemanusian
yang adil dan beradab, yang berpersatuan, yang berkerakyatan yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan serta yang berkeadilan sosial pada hakikatnya adalah
manusia (Notonegoro 1975:23).

Demikian juga jikalau kita pahami dari segi filsafat Negara bahwa
Pancasila adalah filsafat Negara, adapun pendukung pokok Negara
adalah rakyat dan unsur-unsur rakyat adalah manusia itu sendiri,
sehingga tepatlah jikalau dalam filsafat Pancasila bahwa hakikat dasar
antropologis sila-sila Pancasila adalah manusia.

62
Manusia sebagai pendukung pokok Pancasila secara ontologis
memiliki hal-hal yang mutlak yaitu terdiri atas susunan kodrat manusia
sebagai makhluk individu dan makhluk sosial.

Kedudukan kodrat manusia sebagai makhluk pribadi dan sebagai


makhluk Tuhan. Sebagai makhluk pribadi anda berdiri sendiri, sebagai
makhluk Tuhan maka secara hirarkhis sila pertama Ketuhanan Yang
Maha Esa mendasari dan menjiwai keempat sila-sila Pancasila lainnya
(Notonegoro 1975:53).

Sebagai suatu sistim filsafat landasan sila-sila Pancasila dalam hal


isinya menunjukkan suatu hakikat makna yang bertingkat, serta
ditinjau dari kekuasaannya memiliki bentuk piramida.

Dasar epistemologis Pancasila pada hakikatnya tidak dapat


dipisahkan dengan dasar ontologisnya. Pancasila sebagai ideology
bersumber pada nilai-nilai dasarnya yaitu filsafat Pancasila, oleh
karena itu dasar epistemologis Pancasila tidak dapat dipisahkan
dengan konsep dasarnya tentang hakikat manusia.

Kalau manusia merupakan basis ontologism dari Pancasila, maka


dengan demikian mempunyai implikasi terhadap bangunan
epistemologi yang ditempatkan dalam bangunan filsafat manusia.

Tiga persoalan yang mendasar dalam epistemology, yaitu :


1. tentang sumber pengetahuan manusia
2. tentang teori kebenaran pengetahuan manusia
3. tentang watak pengetahuan manusia
(menurut Tilas 1984:20)

Dasar Akseologi Sila-Sila Pancasila

Sila-sila sebagai suatu sistem filsafat juga memiliki satu kesatuan


dasar aksiologinya sehingga nilai-nilai yang terkandung dalam
Pancasila pada hakikatnya merupakan satu kesatuan. Aksiologi
meliputi nilai-nilai normatif, parameter apa yang disebut kebenaran
atau kenyataan dalam konteks dunia material atau non material, dunia
simbolik dan sebagainya.

Akseologi juga menuntun kaidah-kaidah normatif dalam


menerapkan ilmu kedalam praksis dalam kerangka pengembangan
ilmu yang menyangkut etik dan heuristik, bahkan sampai dimensi
budaya untuk menangkap tidak saja kemanfaatan ilmu melainkan juga
arti dan maknanya bagi kehidupan umat manusia.

63
Adapun yang dimaksud heurilistik dalam fakta-fakta non ilmiah
yang memberi pengaruh, bahkan menjadi dasar bagi lahirnya cabang
ilmu baru. Pada hakikatnya segala sesuatu ada nilainya, hanya nilai
macam apa saja yang ada serta bagaimana hubungan nilai tersebut
dengan manusia.

Menurut Max Schelar bahwa nilai yang ada tidak sama luhurnya
dan tidak sama tingginya. Menurut tinggi rendahnya nilai dapat
digolongkan menjadi empat tingkatan, yaitu :
1. nilai-nilai kenikmatan
2. nilai-nilai kehidupan
3. nilai-nilai kejiwaan
4. nilai-nilai kerohanian

Berdasarkan uraian mengenai nilai-nilai tersebut maka dapat


dikemukakan pula bahwa yang mengandung nilai itu bukan hanya
sesuatu yang bersifat material, akan tetapi juga sesuatu yang bersifat
non material. Menurut Notonegoro bahwa nilai-nilai Pancasila
termasuk nilai kerohanian tetapi nilai-nilai kerohanian yang mengalami
nilai material dan nilai-nilai vital.

Dengan demikian nilai-nilai Pancasila yang tergolong nilai


kerohanian itu juga mengandung nilai-nilai lain secara lengkap dan
harmonis, yaitu nilai material, nilai vital, nilai kebenaran, nilai
keindahan atau estetis, nilai kebaikan atau nilai moral, maupun nilai
kesucian yang secara keseluruhan bersifat sistematik hirarkhis.

Rangkuman :

Dalam arti praktis filsafat mengandung makna alam berfikir/ alam


fikiran. Berfilsafat adalah berfikir secara mendalam atau radikal. Radikal
berasal dari kata radix, yang artinya “akar”. Maka berpikir secara radikal
berarti berpikir sampai ke akar-akarnya dan sungguh-sungguh terhadap
hakikat sesuatu. Hakikat ialah kebenaran atau kenyataan yang
sebenarnya, dengan demikian “berfilsafat” mengandung arti mencari
kebenaran atas sesuatu.
Dalam kamus Bahasa Indonesia W.J.S Poerwadarninta
mengatakan filsafat sebagai pengetahuan dan penyelidikan dengan akal
budi mengenai sebab-sebab, asas-asas, hukum, dan sebagainya
daripada segala yang ada di alam semesta ataupun mengenai kebenaran
dan arti adanya sesuatu.
Ilmu ialah pengetahuan yang mempunyai objek, metode, dan
sistematika tertentu. Pengetahuan mengandung pengertian lebih luas dari
ilmu, karena pengetahuan segala sesuatu kebenarannya diterima oleh
manusia, baik yang telah teruji menjadi ilmu maupun yang belum teruji.
Ilmu pengetahuan mempelajari gejala alam sebagainya adanya,
ilmu pengetahuan sering dikaitkan dengan perkataan teknologi, hubungan
antara keduanya yaitu ilmu digunakan manusia untuk mencari

64
tahu,sedang teknologi digunakan sebagai alat untuk mencapai maksud
(Scientist seeks to know,Technologist to do).

DAFTAR PUSTAKA :

1. Elly M. Setiadi, Panduan Kuliah Pendidikan Pancasila untuk


Perguruan Tinggi, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2003.
2. H. Subandi Al Marsudi, Pancasila dan UUD 1945 Dalam Paradigma
Reformasi, Pt. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2000.
3. Sunarjo Wereksosuharjo, Filsafat Pancasila Secara Ilmiah dan
Aplikatif, Andi, Jogyakarta, 2003.
4. UUD 1945 Hasil Amandemen dan Proses Amandemen , Grafika,
2002

65
BAB VI
PANCASILA SEBAGAI ETIKA POLITIK

Deskripsi Singkat :

Bab ini menjelaskan pengertian Pancasila sebagai nilai, moral,


norma dan nilai-nilai yang terkandung di dalam Pancasila. Selain itu juga
dijelaskan mengenai nilai dasar, instrumen dan praksis, dimana Pancasila
sebagai nilai fundamental bagi bangsa dan negara Indonesia yang harus
direalisasikan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

6.1. Pengertian Nilai, Moral dan Norma

Pengertian Etika dan Pancasila sebagai Etika Politik

Setiap orang pasti mempunyai moral, tetapi belum tentu setiap


orang berpikiran kritis tentang moralnya. Pemikiran yang kritis tentang
moral inilah yang disebut etika (Dardji Darmodihardjo, 1996:33).

Manusia yang baik tidak cukup hanya bermoral, tetapi juga harus
beretika. Dengan berpikir kritis terhadap moral yang diyakininya, ia tidak
akan gamang apabila sewaktu-waktu seseorang yang dijadikan panutan
moralnya telah tiada atau kehilangan pamornya.

Nilai, norma, dan moral yang terkandung dalam Pancasila sebagai


dasar dan falsafah bangsa Indonesia harus dikaji secara kritis,sehingga
kita menerima Pancasila bukan sesuatu yang diwariskan dari para
orangtua atau pendahulu kita. Dengan mengkaji secara objektif dan
ilmiah, kita tidak mudah goyah oleh masuknya ideologi lain yang tidak
sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia.

Jadi, Pancasila sebagai etika, mengajak kita untuk berpikir kritis,


ototkritik, kaji banding sehingga Pancasila yang kita terima sebagai dasar
negara dan dasar kehidupan berbangsa benar-benar hasil pilihan bangsa
dan negara Indonesia, bukan sesuatu yang dipaksakan.

Dalam suasana reformasi sekarang ini Pancasila juga merupakan


etika politik. Artinya, kehidupan berpolitik (berpemerintahan, bernegara,
dan sebagainya) harus dilandasi nilai-nilai Pancasila sehingga arah
perjuangan reformasi benar-benar sesuai dengan cita-cita nasional
Indonesia. Kehidupan berpolitik diarahkan tidak untuk kepentingan pribadi,
golongan ataupun partai politik tertentu tetapi untuk kelangsungan bangsa
dan negara Indonesia.

66
Pancasila yang diterapkan oleh para pendiri negara memuat nilai-
nilai luhur dan mendalam, yang menjadi pandangan hidup dan dasar
negara. Nilai-nilai Pancasila secara bertahap harus benar-benar
diwujudkan dalam perilaku kehidupan negara dan masyarakat.

1. Pengertian Nilai

Dalam pandangan hidup suatu bangsa terkandung konsep dasar


mengenai kehidupan yang dicita-citakan oleh bangsa itu, terkandung
pikiran-pikiran yang terdalam dan gagasan sesuatu bangsa mengenai
wujud kehidupan yang dianggap baik. Pandangan hidup suatu bangsa
adalah suatu kristalisasi dari nilai-nilai yang dimiliki oleh bangsa itu sendiri,
yang diyakini kebenarannya dan menimbulkan tekad pada bangsa itu
untuk mewujudkannya. Menilai artinya menimbang, yaitu kegiatan
manusia menghubungkan sesuatu dengan sesuatu untuk selanjutnya
mengambil keputusan. Keputusan itu dapat mengatakan, berguna, atau
tidak berguna benar atau tidak benar, indah atau tidak indah, baik atau
tidak baik, religius atau tidak religius. Ini semua dihubungkan dengan
unsur-unsur yang ada pada manusia yaitu jasmani, cipta, karsa dan rasa
serta kepercayaan.

Dikatakan mempunyai nilai, apabila berguna (nilai kegunaan),


benar (nilai kebenaran/logis), baik (nilai moral dan ethis) dan nilai religius
(nilai agama). Kalau kita perhatikan inti isi Pancasila sebagai pandangan
hidup bangsa dan dasar negara, maka terkandung nilai-nilai:
1. Nilai ketuhanan, nilai kemanusiaan, nilai persatuan, nilai kerakyatan
dan nilai keadilan.
2. Nilai ideal, nilai material, nilai spiritual, nilai pragmatis dan nilai positif.
3. Nilai logis, nilai estetis, nilai etis, nilai social, dan nilai religius.

Di dalam tatanan nilai kehidupan bernegara, ada yang disebut sebagai


nilai dasar, nilai instrumental, dan nilai praksis

2. Pengertian Moral

Moral adalah ajaran baik dan buruk tentang perbuatan dan


kelakuan (akhlak). Jadi, moral adalah tingkah laku manusia yang
dilakukan dengan sadar dipandang dari sudut baik dan buruknya dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Moral dihubungkan
dengan etika dan etiket yang membicarakan tata susila dan tata sopan
santun. Tata susila adalah budi pekerti manusia tentang baik dan buruk,
salah dan benar dari sikap, perbuatan, dan kelakukan. Dengan kata lain,
tata susila adalah falsafah tentang praktek kehidupan manusia yang
berasal dari luar dirinya dan memberi pengaruh dalam dirinya.

Tata susila berusaha berbuat baik karena hati kecilnya


menganggap baik dan bersumber dalam hati nuraninya lepas hubungan
dari pengaruh orang lain berarti tata sopan santun adalah berbuat baik

67
sekedar lahir saja tidak bersumber dari perasaan hati, hanya sekedar
menghargai orang lain dalam pergaulan. Jadi tata susila berasal dari
dalam diri manusia dan memberi pengaruh ke luar sedangkan tata
kesopanan berasal dari luar manusia dan memberi pengaruh ke dalam

Moral meliputi hidup manusia itu diri sendiri dan dalam


kehidupannya bersama dalam keluarga, masyarakat, bangsa. Dan dalam
negara serta dunia. Pancasila sebagai moral perorangan, moral bangsa,
dan moral negara mempunyai pengertian:
1. Dasar negara Republik Indonesia, yang merupakan sumber dari
segala sumber hukum yang ada dan berlaku.
2. Pandangan hidup bangsa Indonersia yang dapat mempersatukan serta
memberi petunjuk dalam mencapai kesejahteraan dan kebahagiaan
lahir dan batin dalam masyarakat yang beraneka ragam sifatnya.
3. Jiwa dan kepribadian bangsa Indonesia karena Pancasila merupakan
ciri khas bangsa Indonesia yang tidak dapat dipisahkan dari bangsa
Indonesia serta yang membedakan bangsa Indonesia dengan bangsa
lain.

3. Pengertian Norma

Norma (kaedah) adalah petunjuk tingkah laku (perilaku) yang harus


dilakukan dan tidak boleh dilakukan dalam hidup sehari-hari, berdasarkan
suatu alasan (motivasi) tertentu dengan disertai sanksi.

Pada dasarnya, yang dimaksud dengan norma adalah pedoman,


patokan, atau aturan bagi seseorang untuk bertindak dan bertingkah laku
di dalam masyarakat. Ada beberapa macam norma dalam masyarakat,
yaitu norma agama, norma kesusilaan, norma kesopanan, dan norma
hukum.

Pancasila sebagai Sumber Perubahan Hukum

Dalam negara terdapat suatu dasar fundamental atau pokok kaidah


yang merupakan sumber hukum positif, yaitu Pancasila. Pancasila
merupakan:
cita-cita hukum
 kerangka berpikir,
 sumber nilai,
 sumber arah penyusunan dan perubahan hukum positif di Indonesia.

Dalam pengertian inilah Pancasila berfungsi sebagai paradigma


hukum terutama kaitannya dengan berbagai macam upaya perubahan
atau pembaharuan hukum.

68
Materi dalam suatu produk hukum dapat senantiasa diubah sesuai
dengan perkembangan zaman, iptek serta perkembangan aspirasi rakyat.
Namun sumber nilai hukumnya harus tetap Pancasila, mengingat
kenyataan hukum itu tidak berada pada situasi vakum.

Pancasila dipandang sebagai cita-cita hukum dapat memenuhi


fungsi konstitutif dan fungsi regulatif.

Fungsi Konstitutif:
“Pancasila menentukan dasar suatu tata hukum yang memberi arti dan
makna bagi hukum itu sendiri. Tanpa dasar yang diberikan oleh Pancasila,
hukum itu akan kehilangan arti dan maknanya.

Fungsi Regulatif
“Pancasila menentukan apakah suatu hukum positif itu merupakan produk
yang adil atau tidak adil.”
Pancasila disebut sebagai sumber dari segala sumber peraturan
perundang-undangan di Indonesia karena ia adalah pangkal derivasi
(sumber penjabaran) dari tertib hukum di Indonesia termasuk UUD 1945,
yaitu Pasal 27 (1)
Sumber hukum Pancasila meliputi dua pengertian:
a. Sumber formal hukum, yaitu sumber hukum ditinjau dari bentuk dan
tata cara penyusunan hukum, yang mengingat terhadap komunitasnya,
misalnya UU, PERMEN, PERDA.
b. Sumber material hukum, yaitu sumber hukum yang menentukan materi
atau isi suatu norma hukum.

Pancasila sebagai Nilai Pertahanan dan Keamanan

Pertahanan dan keamanan ini dikaitkan dengan penegak hukum


yang memiliki integritas sesuai dengan sumpah jabatan dan tanggung
jawab moral sebagai hukum. Integritas dan moralitas para aparat penegak
hukum dengan sendirinya harus berlandaskan nilai-nilai serta norma yang
bersumber pada landasan filosofis negara, Pancasila. Hal ini tidak hanya
berlaku bagi aparat keamanan, tetapi juga bagi kalangan politisi dan
intelektual.

6.2. Nilai dasar, Nilai Instrumental dan Nilai Praktis.

a. Nilai Dasar
Nilai dasar adalah asas-asas yang kita terima sebagai dalil yang
kurang lebih mutlak. Nilai dasar berasal dari nilai-nilai kultural atau budaya
yang berasal dari bangsa Indonesia itu sendiri, yaitu yang berakar dari
kebudayaan, sesuai dengan UUD 1945 yang mencerminkan hakikat nilai

69
kultural. Pada dasarnya nilai dasar yang dianut bangsa Indonesia adalah:
kebersamaan, persatuan dan kesatuan, baik dalam bidang IPOLEK-SOS
maupun HANKAM, yang disebut dengan istilah lebih halus sebagai
kekeluargaan, yang menolak paham individualisme dan egoisme, baik
egoisme perseorangan maupun egoisme kelompok. Dari nilai dasar ini
pulalah bersumbernya wawasan nasional kita tentang kerakyatan,
keadilan social, bahkan wawasan nusantara.

Dihubungkan dengan sistem ketatanegaraan Indonesia, nilai dasar


tercantum dalam hukum dasar tertulis, yang meliputi: Pembukaan, Batang
Tubuh dan Penjelasan UUD 1945. Didalam dokumen tersebut terkandung
kaidah-kaidah paling hakiki, cita-cita dan tujuannya, tatanan dasar dan
juga ciri-ciri khasnya.

b. Nilai Instrumental
Nilai instrumental adalah pelaksanaan umum nilai-nilai dasar,
biasanya dalam wujud norma sosial atau norma hukum, yang selanjutnya
akan terkristalisasi dalam lembaga-lembaga yang sesuai dengan
kebutuhan tempat dan waktu. Nilai instrumental, walaupun lebih rendah
daripada nilai dasar, tetapi tidak kalah penting karena nilai ini mewujudkan
nilai umum menjadi konkret serta sesuai dengan zaman. Nilai Instrumental
merupakan tafsir positif terhadap nilai dasar yang umum.

Sifat nilai ini sudah lebih kontekstual, dapat dan bahkan harus
disesuaikan dengan tuntunan zaman; Dari segi kandungan nilainya, maka
nilai instrumental merupakan kebijakan, strategi, organisasi, sistem,
rencana, program, bahkan juga proyek-proyek yang menindaklanjuti nilai
dasar. Nilai instrumental terpengaruh oleh perubahan waktu,
keadaan,atau tempat, sehingga secara berkala memerlukan penyesuaian.
Nilai instrumental tercantum dalam seluruh dokumen kenegaraan yang
menindaklanjuti UUD dan belum termasuk kepada nilai praksis, seperti
GBHN, UU dan peraturan pelaksanaannya.

Jika ditinjau dari segi lembaga yang berwenang menyusun nilai


instrumental ini, ada 3 (tiga) lembaga yang bertanggung jawab untuk itu,
yakni: MPR, Presiden dan DPR. Ke dalam nilai instrumental juga dapat
dimasukkan hukum dasar tidak tertulis, yang tumbuh dalam praktek
penyelenggaraan negara.

c. Nilai Praktis
Nilai praktis adalah nilai yang sesungguhnya kita laksanakan dalam
kenyataan. Semangat nilai praksis ini seyogyanya sama dengan
semangat nilai dasar dan nilai instrumental. Nilai inilah yang
sesungguhnya merupakan bahan ujian apakah nilai dasar dan nilai
instrumental sungguh-sungguih hidup dalam masyarakat atau tidak.

70
Nilai inilah yang sesungguhnya merupakan bahan ujian apakah
nilai dasar dan nilai instrumental sungguh-sungguih hidup dalam
masyarakat atau tidak.

Sifat daripada nilai ini amat dinamis, karena yang diinginkan adalah
tegaknya nilai instrumental itu dalam kenyataan. Dari segi kandungan
nilainya, nilai praksis merupakan gelanggang pertarungan antara
idealisme dengan realitas.

Nilai praksis terdapat pada banyak wujud penerapan nilai-nilai


Pancasila baik secara tertulis maupun secara tidak tertulis, baik oleh
cabang eksekutif, cabang legislatif, cabang yudikatif, oleh organisasi
kekuatan sosial-politik, oleh organisasi kemasyarakatan, oleh badan-
badan ekonomi, oleh pemimpin kemasyarakatan, maupun oleh warga
negara secara perseorangan.

Nilai praksis terkandung dalam kenyataan sehari-hari yaitu dalam


cara bagaimana kita melaksanakana nilai-nilai Pancasila. Kritik yang
sering terjadi tidak diarahkan pada nilai dasar maupun nilai
instrumentalnya, melainkan pada nilai praksisnya, terutama jika dalam
keadaan normal terjadi pelanggaran nilai-nilai yang justru seharusnya
ditegakkan. Misalnya: korupsi, kolusi, penyiksaan terhadap tahanan,
perselingkuhan guru dengan murid, perjudian yang dilarang tetapi justru
dilindungi, dan sebagainya.

6.3. Pancasila sebagai nilai dasar fundamental bagi bangsa dan


Negara RI.

Sumber nilai-nilai kehidupan bangsa Indonesia adalah sila


Ketuhanan Yang Maha Esa. Sila ini juga merupakan norma dasar yang
mengatur hubungan antara manusia dengan individu dan anggota
kelompok dan sesamanya, negara, pemerintah serta bangsa lain di dunia.
Ketuhanan yang Maha Esa menjiwai, mendasari dan memimpin
perwujudan kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia
yang berdaulat penuh dan bersifat kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan guna mewujudkan
keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Pancasila merupakan nilai
luhur bangsa Indonesia. Karena itu, nilai yang terkandung dalam sila-
silanya merupakan petunjuk yang harus kita ikuti dan kita kerjakan agar
menjadi warga negara yang baik.

Nilai-nilai yang terkandung dalam kehidupan berbangsa adalah:


 Nilai ideal
 Nilai material
 Nilai spiritual
 Nilai pragmatis
 Nilai positif
 Nilai logis

71
 Nilai etis
 Nilai estetis
 Nilai social
 Nilai religius atau keagamaan

Nilai lain yang terdapat dalam Pancasila dan UUD 1945 adalah nilai
perjuangan bangsa Indonesia dalam merebut kemerdekaan Republik
Indonesia. Nilai dalam pengembangan Pancasila adalah antara lain:

1. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa

Perkataan ketuhanan berasal dari Tuhan. Siapakah Tuhan itu?


Jawaban kita ialah, Pencipta segala yang ada dan semua mahkluk. Yang
Maha Esa berarti Maha Tunggal, tiada sekutu bagiNya, Esa dalam
zatNya, dalam sifatNya maupun dalam perbuatanNya. Zat Tuhan itu tidak
terdiri dari macam-macam zat yang banyak lalu menjadi satu, atau
sebagai sesuatu yang dapat dikaitkan dengan macam-macam zat
menurut angan-angan dan akal manusia.

Keberadaan Tuhan tidaklah disebabkan oleh keberadaan daripada


mahkluk dan siapapun, sedangkan sebaliknya keberadaan daripada
mahkluk dan siapapun justru disebabkan oleh adanya kehendak Tuhan.
Karena itu Tuhan adalah prima causa, yaitu sebagai penyebab pertama
dan utama atas timbulnya sebab-sebab yang lain. Dengan demikian
Ketuhanan Yang Maha Esa mengandung makna adanya keyakinan
terhadap Tuhan Yang Maha Tunggal, yang menciptakan alam semesta
beserta isinya.

Dengan keyakinan demikian, negara Indonesia didirikan atas


landasan moral luhur, yaitu berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa, yang
sebagai konsekuensinya, maka negara menjamin kepada warga negara
dan penduduknya untuk memeluk dan untuk beribadat sesuai dengan
agama dan kepercayaannya, seperti pengertian yang terkandung dalam:
a. Pembukaaan UUD 1945 alinea ketiga, yang antara lain berbunyi:
“Atas berkat rakhmat Allah Yang Maha Kuasa………”
Dari bunyi kalimat ini membuktikan bahwa negara Indonesia tidak
menganut paham maupun mengandung sifat sebagai negara
sekuler, yakni suatu paham yang memisahkan secara tegas antara
urusan negara dengan urusan agama.
Selain daripada itu sekaligus menunjukkan bahwa negara
Indonesia bukan merupakan negara agama, yaitu negara yang
didirikan atas landasan agama tertentu, melainkan sebagai negara
yang didirikan atas landasan Pancasila atau negara Pancasila.

b. Pasal 29 UUD 1945

72
(1) Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa
(2) Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk
memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat
menurut agamanya dan kepercayaannya itu.

Oleh karena itu di dalam Negara Indonesia tidak boleh ada


pertentangan dalam hal Ketuhanan Yang Maha Esa, dan sikap atau
perbuatan yang anti terhadap Tuhan Yang Maha Esa, anti agama,
maupun sikap dan perbuatan yang menjurus pada pemaksaan di dalam
beragama. Juga di Indonesia tidak boleh ada paham anti Tuhan
(Atheisme).

Dalam kaitan ini tepatlah konsepsi yang dikembangkan oleh


pemerintah untuk senantiasa memelihara dan mewujudkan 3 model
kerukunan hidup yang meliputi:
1. Kerukunan hidup antar umat seagama
2. Kerukunan hidup antar umat beragama
3. Kerukunan hidup antara umat beragama dan Pemerintah

Tri Kerukunan Hidup tersebut merupakan salah satu faktor perekat


kesatuan bangsa. Bidang kerukunan beragama termasuk bidang yang
sangat sensitif, dan sesuai dengan sifatnya yang melekat pada diri pribadi
manusia dalam hubungannya dengan Tuhan, segala pergesekan yang
dapat menimbulkan keretakan hidup berdasarkan faktor agama, harus
dijauhi dan diselesaikan secara baik-baik dan musyawarah, tanpa harus
mengorbankan keyakinan terhadap agama yang dianut oleh masing-
masing pemeluknya.

Sila I, Ketuhanan Yang Maha Esa ini menjadi sumber utama nilai-
nilai kehidupan bangsa Indonesia, yang menjiwai dan mendasari serta
membimbing perwujudan dari sila II sampai dengan sila V.

2. Sila Kemanusiaan yang adil dan beradab

Perkataan Kemanusiaan berasal dari kata manusia, yakni mahkluk


ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, yang memiliki potensi pikir, rasa, karsa
dan cipta. Karena potensi ini manusia mempunyai, menempati kedudukan
dan martabat yang tinggi. Dengan akal budinya manusia menjadi
berbudaya, dan dengan nuraninya manusia menyadari akan nilai-nilai dan
norma-norma.

Kata adil mengandung makna bahwa suatu keputusan dan


tindakan didasarkan atas ukuran/norma-norma yang obyektif, dan tidak
subyektif, sehingga tidak sewenang-wenang.

Kata beradab berasal dari kata adab, artinya budaya. Jadi adab

73
mengandung arti berbudaya, yaitu sikap hidup, keputusan dan tindakan
yang selalu dilandasi oleh nilai-nilai budaya, terutama norma sosial dan
kesusilaan/moral. Kata adab mengandung pengertian tata kesopanan,
kesusilaan atau moral. Dengan demikian beradab dapat ditafsirkan
sebagai berdasarkan atas nilai-nilai kesusilaan atau moralitas khususnya,
dan kebudayaan pada umumnya.

Kemanusiaan yang adil dan beradab mengandung pengertian


adanya kesadaran sikap dan perbuatan manusia yang didasarkan kepada
potensi budi nurani manusia dalam hubungannya dengan norma-norma
dan kebudayaan umumnya, baik pada diri pribadi, sesama manusia
maupun pada alam sekitarnya/lingkungan hidup. Potensi kemanusiaan
dimiliki oleh semua manusia di dunia, tanpa memandang ras, keturunan
dan warna kulit, serta bersifat universal.

Kemanusiaan yang adil dan beradab bagi bangsa Indonesia


bersumber pada ajaran Tuhan Yang Maha Esa, yaitu sesuai denganm
kodrat manusia sebagai ciptaanNya. Hal ini selaras dengan:
a. Pembukaan UUD 1945 aline pertama.
“Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan
oleh sebab itu maka penjajahan diatas dunia harus dihapuskan karena
tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan”
b. Pasal 27, 28, 29, 30 dan 31 UUD 1945.

3. Sila Persatuan Indonesia

Persatuan berasal dari kata satu, yang berarti utuh, tidak terpecah-
pecah, persatuan mengandung pengertian bersatunya macam-macam
corak yang beraneka ragam menjadi satu kebulatan.
Persatuan Indonesia ialah persatuan bangsa yang mendiami
wilayah Indonesia. Bangsa yang mendiami wilayah Indonesia ini bersatu
karena didorong untuk mencapai kehidupan kebangsaan yang bebas
dalam wadah negara yang merdeka dan berdaulat. Persatuan Indonesia
merupakan faktor yang dinamis dalam kehidupan bangsa Indonesia,
dengan tujuan memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan
kehidupan bangsa serta ikut mewujudkan perdamaian dunia yang abadi.

Persatuan Indonesia merupakan perwujudan dari paham


kebangsaan Indonesia yang dijiwai oleh sila Ketuhanan Yang Maha Esa
dan sila Kemanusiaan yang adil dan beradab, sehingga paham
kebangsaan Indonesia bukan paham kebangsaan yang sempit
(chauvinisme), tetapi paham kebangsaan yang menghargai bangsa lain
sesuai dengan sifat kehidupan bangsa yang bersangkutan.

Karena itu Nasionalisme Indonesia adalah nasionalisme yang

74
mengatasi segala paham, baik paham golongan maupun paham
kesukuan, yang selalu membina tumbuhnya persatuan dan kesatuan
bangsa Indonesia, seperti dilukiskan dalam lambang Garuda Pancasila
dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika, yang mengandung makna:
berbeda-beda tetap satu jua.

Hakikat pengertian sila ini selaras dengan:


a. Pembukaan UUD 1945 alinea keempat yang berbunyi antara Lain:
“Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu Pemerintahan
negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan
seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut
serta melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan social, maka
disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia ini dalam suatu
undang-undang dasar negara Indonesia…..”
b. Pasal-pasal 1, 32, 35 dan 36 UUD 1945.

4. Sila Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam


permusyawaratan/perwakilan

Kerakyatan berasal dari kata rakyat, yaitu sekelompok manusia.


Kerakyatan dalam hubungannya dengan sila ini menunjukkan makna
bahwa kekuasaan yang tertinggi berada ditangan rakyat. Karena itu
kerakyatan disebut pula sebagai kedaulatan rakyat, artinya rakyat yang
berdaulat/berkuasa dan menentukan, atau diistilahkan dengan demokrasi,
yang berarti rakyat yang memerintah atau pemerintahan dengan
mengikutsertakan rakyat.

Hikmat kebijaksanaan mengandung arti adanya penggunaan


pikiran atau rasio yang sehat dengan selalu mempertimbangkan
persatuan dan kesatuan bangsa, kepentingan rakyat dan dilaksanakan
dengan sadar, jujur dan bertanggung jawab serta didorong oleh itikad baik
sesuai dengan hati nurani.

Permusyawaratan adalah suatu tata cara untuk merumuskan dan


atau memutuskan sesuatu hal berdasarkan kehendak rakyat, sehingga
tercapai keputusan yang berdasarkan kebulatan pendapat atau mufakat.
Permusyawaratan merupakan salah satu ciri khas mencerminkan
kepribadian bangsa Indonesia. Perwakilan adalah suatu sistem dalam arti
tata cara atau prosedur dengan mengusahakan turut sertanya rakyat
untuk mengambil bagian dalam kehidupan bernegara melalui badan-
badan atau lembaga-lembaga perwakilan yang ada.

Sila keempat merupakan sendi yang penting daripada asas

75
kekeluargaan, dan asas bahwa tata pemerintahan Republik Indonesia
didasarkan atas kedaulatan rakyat. Hakikat pengertian sila ini selaras
dengan:
a. Pembukaan UUD 1945 alinea keempat yang antara lain berbunyi
sebagai berikut:
“…maka disusunlah kemerdekaan itu dalam suatu Undang-
undang Dasar Negara Indonesia, yang berkedaulatan
rakyat…….”
b. Pasal-pasal 1, 2, 3, 28 dan 37 UUD 1945.

5. Sila Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

Keadilan berasal dari kata adil, yang berarti tidak berat sebelah.
Keadilan sosial berarti keadilan yang berlaku dalam musyawarah di
segala bidang kehidupan, baik materiil maupun spiritual.

Seluruh rakyat Indonesia berarti setiap orang yang menjadi rakyat


Indonesia, baik yang berdiam di wilayah kekuasaan Negara Republik
Indonesia maupun Warga Negara Indonesia yang berada di luar negeri.
Dengan demikian, keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
mengandung arti bahwa setiap orang Indonesia mendapat perlakuan yang
adil dalam bidang hukum, politik, sosial, ekonomi, dan kebudayaan.

Sila keadilan sosial ini merupakan tujuan dari keempat sila yang
mendahului, sebagai tujuan bangsa Indonesia dalam bernegara, yang
perwujudannya ialah tata masyarakat adil dan makmur berdasarkan
Pancasila.

Hakikat pengertian sila ini selaras dengan:


a. Pembukaan UUD 1945 alinea kedua yang berbunyi:

“Dan perjuangan pergerakkan kemerdekaan Indonesia telah


sampailah pada saat yang berbahagia dengan selamat sentausa
mengantarkan rakyat Indonesia ke depan pintu gerbang
kemerdekaan negara Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat,
adil dan makmur”

b. Pasal-pasal 23,27,28,29,31,33 dan 34 UUD 1945.

6.4. Makna Nilai-nilai setiap Sila Pancasila.

Darjidarmodihardjo, dkk. (1991 : 52) merumuskan nilai-nilai yang


terkandung dalam Pancasila sebagai berikut:
1. Dalam sila I Ketuhanan Yang Maha Esa terkandung nilai-nilai religius
antara lain:

a. Keyakinan terhadap adanya Tuhan Yang Maha Esa dengan sifat-

76
sifatnya Yang Maha sempurna, yakni Maha Kasih, Maha Kuasa,
Maha Adil, Maha Bijaksana, dan sifat suci lainnya.
b. Ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, yakni menjalankan
perintahNya dan menjauhi segala laranganNya.
c. Nilai sila I ini meliputi dan menjiwai sila-sila II, III, IV.dan V.
2. Dalam sila II Kemanusiaan yang adil dan beradab, terkandung nilai-
nilai kemanusiaan, antara lain:
a. Pengakuan terhadap adanya martabat manusia;
b. Perlakuan yang adil terhadap sesama manusia;
c. Pengertian manusia yang beradab yang memiliki daya cipta, rasa,
karsa, dan keyakinan sehingga jelas adanya perbedaan antara
manusia dan hewan;
d. Pengertian manusia yang beradab yang memiliki daya cipta, rasa,
karsa, dan keyakinan sehingga jelas adanya perbedaan antara
manusia dan hewan;
e. Nilai sila II meliputi dan menjiwai sila III, IV, dan V.
3. Dalam sila III yang berbunyi Persatuan Indonesiaterkandung nilai
persatuan bangsa, antara lain:
a. Persatuan Indonesia adalah persatuan bangsa yang mencakup
seluruh wilayah Indonesia;
b. bangsa Indonesia adalah persatuan suku-suku bangsa yang
mendiami wilayah Indonesia;
c. pengakuan terhadap ke-“Bhinneka Tunggal Ika”-an suku bangsa
dan kebudayaan bangsa (berbeda-beda namun satu jiwa) yang
memberikan arah pembinaan kesatuan bangsa;
Nilai sila III ini meliputi dan menjiwai sila IV dan V.
4. Dalam sila IV Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijkasanaan
dalam permusyawaratan/perwakilan terkandung nilai kerakyatan,
antara lain:
a. kedaulatan negara adalah di tangan rakyat;
b. pemimpin kerakyatan adalah hikmat kebijaksanaan yang dilandasi
oleh akal sehat;
c. manusia Indonesia sebagai warga negara dan warga masyarakat
Indonesia mempunyai kedudukan, hak, dan kewajiban yang
sama;
d. musyawarah untuk mufakat dicapai dalam permusyawaratan wakil-
wakil rakyat;
e. nilai sila IV meliputi dan menjiwai sila V
5. Dalam sila V Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia terkandung
nilai keadilan sosial, antara lain:
a. perwujudan keadilan sosial dalam kehidupan social atau
kemasyarakatan meliputi seluruh rakyat Indonesia;
b. keadilan dalam kehidupan sosial terutama meliputi bidang-bidang
ideologi, politik, ekonomi, sosial, kebudayaan, dan pertahanan
keamanan nasional (Ipoleksosbudhankamnas);
c. cita-cita masyarakat adil dan makmur secara material dan spiritual
yang merata bagi seluruh rakyat Indonesia;
d. keseimbangan antara hak dan kewajiban, dan menghomati hak

77
orang lain;
e. cinta akan kemajuan dan pembangunan;
f. nilai sila V ini diliputi dan dijiwai sila I, II, III, dan IV.

Rangkuman :

Pancasila yang diterapkan oleh pendiri negara memuat nilai-nilai


luhur dan mendalam, yang menjadi pandangan hidup dan dasar negara.
Nilai-nilai Pancasila secara bertahap harus benar-benar diwujudkan dalam
perilaku kehidupan negara dan masyarakat.

Dalam tatanan hidup suatu bangsa terkandung konsep dasar


mengenai kehidupan yang dicita-citakan oleh bangsa itu, terkandung
pikiran-pikiran yang mendalam dan gagasan suatu bangsa mengenai
wujud kehidupan yang dianggap baik. Kalau kita perhatikan isi Pancasila
sebagai pandangan hidup bangsa dan dasar negara, maka terkandung
nilai-nilai :
1. Nilai Ketuhanan, nilai kemanusiaan, nilai persatuan, nilai
kerakyatan dan nilai keadilan.
2. Nilai ideal, nilai material, nilai spiritual, nilai pragmatis dan nilai
positif.
3. Nilai logis, nilai estetis, nilai etis, nilai sosial, dan nilai religius.

Di dalam tatanan nilai kehidupan bernegara, ada yang disebut sebagai


nilai dasar, nilai instrumental dan nilai praksis. Dan yang paling utama
adalah nilai Ketuhanan sebagai mana yang terkandung dalam sila
pertama, karena nilai tersebut menjiwai nilai lainnya.

Manuasia yang baik tidak cukup hanya bermoral, tetapi juga harus
beretika. Sebagai manusia yang bermoral dan kritis terhadap moral yang
diyakini kebenarannya, maka ia tidak akan gamang walaupun orang yang
menjadikannya bermoral telah tiada atau kehilangan pamornya.

DAFTAR PUSTAKA :

1. Elly M. Setiadi, Panduan Kuliah Pendidikan Pancasila untuk


Perguruan Tinggi, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2003.
2. H. Subandi Al Marsudi, Pancasila dan UUD 1945 Dalam Paradigma
Reformasi, Pt. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2000.
3. Sunarjo Wereksosuharjo, Filsafat Pancasila Secara Ilmiah dan
Aplikatif, Andi, Jogyakarta, 2003.
4. UUD 1945 Hasil Amandemen dan Proses Amandemen , Grafika,
2002

78
BAB VII

79
PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI NEGARA

Deskripsi Singkat :

Bab ini menjelaskan pengertian ideologi, makna ideologi bagi


bangsa dan negara, perbandingan pelaksanaan ideologi Pancasila
dengan ideologi liberalisme dan sosialisme, serta mengenai Pancasila
sebagai ideologi tertbuka dan perbandingannya dengan ideologi tertutup.

7.1. Pengertian ideologi

Istilah ideologi berasal dari kata idea yang berarti gagasan,


konsep, pengertian dasar, cita-cita dan logos yang berarti ilmu. Jadi
secara harafiah ideologi berarti ilmu tentang pengertian dasar, ide
atau cita-cita. Cita-cita yang dimaksudkan adalah cita-cita yang tetap
sifatnya dan harus dapat dicapai sehingga cita-cita itu sekaligus
merupakan dasar, pandangan, paham.
Ideologi yang semula berarti gagasan, ide, cita-cita itu
berkembang menjadi suatu paham mengenai seperangkat nilai atau
pemikiran yang oleh seseorang atau sekelompok orang menjadi suatu
pegangan hidup.

Beberapa pengertian ideologi:

a. A.S. Hornby mengatakan bahwa ideologi adalah


seperangkat gagasan yang membentuk landasan teori
ekonomi dan politik atau yang dipegangi oleh seorang atau
sekelompok orang.
b. Soerjono Soekanto menyatakan bahwa secara umum
ideologi sebagai kumpulan gagasan, ide, keyakinan,
kepercayaan yang menyeluruh dan sistematis, yang
menyangkut bidang politik, sosial, kebudayaan, dan agama.
c. Gunawan Setiardja merumuskan ideologi sebagai
seperangkat ide asasi tentang manusia dan seluruh realitas
yang dijadikan pedoman dan cita-cita hidup.
d. Frans Magnis Suseno mengatakan bahwa ideologi sebagai
suatu sistem pemikiran yang dapat dibedakan menjadi
ideologi tertutup dan ideologi terbuka
Ideologi tertutup, merupakan suatu sistem pemikiran
tertutup. Ciri-cirinya: merupakan cita-cita suatu kelompok
orang untuk mengubah dan memperbarui masyarakat; atas
nama ideologi dibenarkan pengorbanan-pengorbanan yang
dibebankan kepada masyarakat; isinya bukan hanya nilai-
nilai dan cita-cita tertentu, melainkan terdiri dari tuntutan-
tuntutan konkret dan operasional yang keras, yang diajukan
dengan mutlak.
Ideologi terbuka, merupakan suatu pemikiran yang terbuka.

80
Ciri-cirinya: bahwa nilai-nilai dan cita-citanya tidak dapat
dipaksakan dari luar, melainkan digali dan diambil dari moral,
budaya masyarakat itu sendiri; dasarnya bukan keyakinan
ideologis sekelompok orang, melainkan hasil musyawarah
dari konsensus masyarakat tersebut; nilai-nilai itu sifatnya
dasar, secara garis besar saja sehingga tidak langsung
operasional.

7.2. Makna Ideologi Bagi Negara

Makna ideologi Pancasila adalah sebagai keseluruhan


pandangan, cita-cita, keyakinan dan nilai bangsa Indonesia yang
secara normatif perlu diwujudkan dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara.

Dari pengertian diatas dapatlah dikemukakan bahwa ideologi


mempunyai beberapa fungsi, yaitu memberikan :

1. Struktur kognitif, ialah keseluruhan pengetahuan yang dapat


merupakan landasan untuk memahami dan menafsirkan dunia dan
kejadian-kejadian dalam alam sekitarnya.
2. orieantasi dasar dengan membuka wawasan yang memberikan
makna serta menunjukkan tujuan dalam kehidupan manusia
3. Norma-norma yang menjadi pedoman dan pegangan bagi
sesorang untuk melangkah dan bertindak
4. bekal dan jalan bagi sesorang untuk menemukan identitas
5. kekuatan yang mampu menyemangati dan mendorong seseorang
untuk menjalankan kegiatan dan mencapai tujuan
6. pendidikan bagi seseorang atau masyarakat untuk memahami,
menghayati serta menolakkan tingkah lakunya sesuai dengan
orientasi dan norma-norma yang terkandung didalamnya.

https://guruppkn.com/macam-macam-ideologi-di-dunia
7.3. Macam macam Ideologi
1. Komunisme

Komunis merupakan salah satu ideology besar yang digunakan oleh


beberapa negara di dunia ini. awal ajarannya berasal dari tokoh karl marx
dan friederich engels dimana fokus utama tujuan dari ideology ini adalah
untuk memperjuangkan hak semua kelas sosial yang ada di dalam
masyarakat menjadi kelas sosial yang sama tanpa adanya perbedaan sesuai
dengan hak dan kewajiban warga negara. Komunisme juga memiliki nama
lain yaitu marxisme atau leninisme karena kedua tokoh inilah yang
melahirkan ideology ini di dunia.

81
Ideology komunis tumbuh karena adanya pertentangan terhadap ideology
kapitalisme dimana buruh dan tani tidak diapresiasi dengan baik dan hanya
dianggap sebagai salah satu faktor produksi saja. imbas dari pemikiran
tersebut adalah terjadinya ketimpangan yang sangat besar antara
pengusaha dan buruh. Oleh karena itu muncullah partai komunis yang
memperjuangkan hak rakyat terutama rakyat kecil.

Terciptanya partai komunis

Partai komunis tercipta sebagai salah satu jembatan yang akan mengambil
kekuasaan pemerintah dengan menggunakan cara yang telah
diperbolehkan. Paham komunis ini kemudian masuk dalam posisi
pemerintah dan memerintah dengan menentang adanya akumulasi modal
yang terdapat pada kaum ekspatriat saja. pada prinsipnya yang digunakan
oleh komunis, kesejahteraan rakyat yang menyeluruh dan rata merupakan
prinsip utama dan untuk mewujudkannya seluruh faktor produksi
merupakan milik negara sehingga negara akan dengan mudah memberikan
bagi hasil yang sama rata ke seluruh rakyatnya.

Namun pada negara yang menjadi penganut komunis ini tidak


membenarkan adanya agama karena agama dianggap dapat menghambat
kinerja dengan angan-angan yang tidak jelas serta kelakuan yang tidak
jelas pula. Tidak hanya agama namun kepercayaan lainnya pun demikian
seperti takhayul, setan dan barang ghaib lainnya. jadi, paham komunis
lebih kepada paham duniawi dan materi saja.Pergerakan paham ini cukup
luas dengan pengaruhnya yang cukup besar di dunia. diawali dengan
meletusnya revolusi Bolshevik di Rusia pada tanggal 7 november 1917.
Paham komunis ini kemudian menyebar dengan luas ke beberapa negara di
berbagai belahan dunia. sampai pada tahun 2005, negara yang menganut
paham ini adalah tiongkok, korea utara, kuba, Vietnam, laos,

2. Kapitalisme

Ideology kapitalisme banyak digunakan oleh berbagai negara di dunia


hingga saat ini. inti dari paham ini adalah adanya capital atau modal yang
dikuasai oleh pihak swasta dimana negara tidak memiliki kekuasaan atas
terjadinya sistem ekonomi dan hanya berperan sebagai pengawas saja.
para pengusaha ini memiliki tujuan yang jelas yaitu mendapatkan
keuntungan sebesar-besarnya dengan pengorbanan yang seminimal
mungkin sehingga untuk mencapai hal tersebut negara tidak boleh ikut
campur dalam usaha mereka.

Tokoh yang sangat terkenal dengan ideology ini adalah adam smith atau
yang juga dikenal sebagai bapak ilmu ekonomi. paham ini awalnya adalah

82
sebuah cara untuk menentang adanya paham merkantilisme dimana
menurut paham merkantilisme tanah merupakan sumber modal utama dan
melupakan sumber modal lainnya. Istilah invisible hand atau tangan tak
tampak sangat terkenal dikemukakan oleh adam smith dimana menurutnya
pasar yang bekerja akan selalu diarahkan oleh tangan tak tampak sehingga
tidak perlu adanya peraturan pemerintah dan segala intervensinya.

Dampak adanya ideologi kapitalisme

Namun, perkembangan kapitalis ini menuai banyak kecaman dan kritik


dari banyak orang karena dianggap sebagai cara yang menjadikan
kesenjangan di dalam masyarakat semakin meningkat. Para pengusaha
yang kaya akan terus kaya dan para buruh akan tetap menjadi buruh karena
tidak adanya intervensi dari pemerintah. Selain itu peran pemerintah pun
cenderung lemah bahkan tidak ada. Hal ini akan semakin parah jika yang
menduduki bangku pemerintahan adalah para pengusaha itu sendiri. Selain
itu banyak para tokoh agama dari berbagai agama juga tidak menyukainya.
Dulu yang menerapkan paham ini adalah negara di eropa seperti inggris
dan amerika.

3. Anarkisme

Ideology lainnya yang pernah ada di dunia adalah paham anarkisme.


Anarkisme merupakan sebuah tatanan politik dimana dianjurkan tidak
perlu adanya negara dan merupakan sebuah tindakan sukarela yang
mengatur dirinya sendiri. Namun ada beberapa orang yang mendefinisikan
sebagai suatu tatanan tanpa adanya hierarki di dalamnya sehingga
semuanya dianggap sama. Menurut paham anarkisme, negara merupakan
sesuatu yang tidak dibutuhkan dan dapat menjadikan gangguan.

Sesuai dengan namanya terkadang para orang yang menganut anarkisme


ini menggunakan kekerasan menjadipenyebab terjadinya penyalahgunaan
kewenangan dalam mencapai tujuannya atau dalam berusaha
menyampaikan ide yang dimilikinya. namun, ideology ini menjadikan
berbagai pertentangan di kalangan masyarakat karena tidak adanya aturan
yang jelas dan menjadikan negara kacau karena tidak ada patokan antara
baik dan benar. Negara penganut anarkisme berada di sebagian negara
spanyol namun usianya tidak lama.

4. Liberalisme

Paham ideology liberalism tidak kalah terkenalnya dengan paham ideology


yang sudah dijelaskan di atas. Jadi, liberal berarti bebas. Para penganut
liberalisme ini percaya bahwa untuk menciptakan tatanan dunia yang
bagus dan maju harus didasarkan pada kebebasan baik kebebasan dalam
pandangan politik bahkan agama sehingga sering terjadinya penyebab
tawuran.

83
Di dalam paham liberalism ini terdapat tiga nilai pokok utama yang
menjadikannya kuat yaitu life, liberty dan property. Nilai-nilai yang
terkandung dalam tiga hal tersebut dapat dilihat sebagai berikut:

1. kesempatan yang sama – di dalam paham ideology liberalism


meyakini bahwa setiap orang berhak memiliki kesempatan yang
sama dalam mencapai sesuatu hal. Namun karena adanya perbedaan
kualitas antara satu manusia dengan lainnya bisa membuat
pencapaian dari tiap individu akan berbeda tergantung dengan
kemampuan yang dimilikinya.
2. Persamaan hak – persamaan hak merupakan kunci penting yang
harus dimiliki oleh setiap manusia bagi ideology ini. Liberalisme
memberikan hak yang sama kepada setiap penganutnya untuk
memilih sesuatu terutama dalam hal politik. Hal ini juga bisa
digunakan sebagai hal yang membuang keegoisan di dalam diri
setiap individu.
3. Kepedulian pemerintah – Pemerintah harus melakukan kegiatan
yang sudah disetujui terlebih dahulu oleh rakyat. Karena dalam
ideology liberalism mendudukan rakyat sebagai pemegang
kekuasaan tertinggi.
4. Fungsi pemerintah dan negara – Pemerintah dan negara memiliki
fungsi sebagai pengawas dan pemberi nasehat serta menetapkan
berbagai aturan dan hukum yang harus ditaati oleh warganya. Jadi,
warga negara akan merasa terlindungi dan patokan antara benar dan
salah jelas sehingga mudah untuk menyesuaikan diri.

Dalam pemikiran ideology ini menekankan adanya pemusatan kekuasaan


pada diri individu jadi tidak dipegang oleh negara melainkan setiap invidu
memiliki hak untuk menyampaikan segala ide dan pendapatnya. Namun
perlu diketahui bukan berarti bahwa liberalisme tidak berperilaku yang
sebebas-bebasnya.

5. Sosialisme

Paham sosialisme ini mungkin hampir sama konsepnya dengan paham


ideology komunisme karena pada prinsipnya yaitu mengutamakan
kepemilikan segala sesuatu secara bersama tidak ada yang namanya hak
kepemilikan individu. Istilah sosialisme ini muncul pada abad ke 19 di
perancis dan kemudian pengaruhnya menyebar ke berbagai kalangan di
dunia. tokoh dari ideology sosialisme ini adalah karl marx atas kritiknya
terhadap kaum kapitalis yang telah menyengsarakan para buruh dan tani.

Para buruh dan tani hanya dijadikan sebagai faktor produksi dan tidak
dilihat lagi gaji yang mereka dapatkan. Tingkat kelayakan hidup mereka
sangat kurang sehingga muncullah bahwa dalam negara harus melindungi
rakyatnya sedemikian rupa tanpa adanya perbedaan dari satu orang ke
orang lainnya sehingga terjadi kesejahteraan yang utuh di dalam suatu
negara.

84
Kritik dengan adanya ideologi sosialisme

Namun seiring dengan perjalanannya, ideology sosialisme ini


mendapatkan kritik dari beberapa tokoh dunia. ada beberapa kelemahan
yang dimiliki oleh ideology sosialisme sehingga tidak mudah digunakan
sebagai ideology. Selengkapnya dapat dilihat sebagai berikut:

 Warga negara akan merasa tidak diapresiasi atas apa yang telah
dikerjakannya. Hal ini terjadi karena dalam paham sosialisme
pendapatan antar warga negara disamakan meskipun beban kerja
mereka tidak sama. Jadi bagi orang yang memiliki pekerjaan lebih
berat dengan resiko lebih tinggi akan sangat sulit mendapatkan
insentif atas apa yang telah dikerjakannya. Sebaliknya para
pengangguran yang bahkan tidak bekerja juga akan mendapatkan jatah
yang sama dengan orang yang bekerja. Hal ini akan membuat
timbulnya kecemburuan sosial.
 Tidak adanya kebebasan berfikir dan kreativitas. Dalam negara yang
menerapkan sosialisme sebagai ideology tidak akan menganggap
kreativitas adalah sebuah hal yang perlu dimiliki oleh rakyatnya. Hal
tersebut dilakukan karena dalam negara sosialisme warga negara
bekerja pada sektor yang telah ditetapkan oleh negara sepenuhnya.
Jadi, warga negara tidak bisa menolak dan otomatis tidak bisa
mengembangkan kreativitas di dalam dirinya.
 Tidak adanya pendidikan moral di dalam negara yang menganut
paham ideology ini. hal tersebut dikarenakan, paham sosialisme hanya
bertujuan pada sektor ekonomi saja dan pembagiannya rata pada
warga negaranya namun tidak mengindahkan adanya hal-hal lainnya
selain ekonomi.

Meskipun demikian paham sosialis ini juga memiliki beberapa keuntungan


antara lain sebagai berikut:

 Seluruh warga negara sudah disediakan berbagai kebutuhan hidupnya


seperti pakaian, makanan, minuman, rumah, sekolah, pendidikan dan
juga pekerjaan. Jadi warga negara baik yang normal maupun memiliki
kekurangan tidak akan dibeda-bedakan.
 Semua kegiatan dari warga negara sudah direncanakan dengan baik
seluruhnya oleh negara sehingga rakyat tidak perlu khawatir lagi
adanya kekurangan pada kebutuhannya.
 Semua kekayaan alam akan diproduksi oleh negara jadi
keuntungannya akan masuk dalam negara tidak pada korporasi saja.

6. Konservatisme

Ideology lainnya yang ada di dunia adalah ideology konservatisme. Paham


ini lebih memusatkan pada nilai-nilai ajaran kuno atau tradisional dan
menentang keras dengan adanya modernisasi dan globalisasi. Karena

85
adanya perbedaan niliai disetiap negara maka tujuan dari paham
konservtaif juga berbeda sesuai dengan budayanya masing masing

Awalnya perkembangan ideology ini tidak bergitu terkenal hingga


meletusnya revolusi perancis yang kemudian banyak orang yang ingin
kembali ke tatanan dunia lama. Hal ini sangat beralasan karena
modernisasi ternyata tidak memberikan dampak yang baik bagi warga
negara dan menumbuhkan perpecahan di dalamnya sehingga merujuk pada
bagian yang sangat tidak menyenangkan. Negara yang sampai saat ini
masih menggunakan paham ini adalah negara-negara di eropa yang
biasanya di dukung oleh para pekerja pasar dan para pengusaha serta
pejabat berkerah putih.

7. Komunitarianisme

Ideology komunitarianisme merupakan paham komunis gaya baru


atau dalam versi modern. Paham utamanya tetap sama dengan
komunis klasik yaitu menentang adanya paham kapitalis dan
liberalis. Namun paham ini tidak sebagaimana komunis klasik tapi
telah mengalami banyak perubahan dalam pemikirannya.

8. Libertanianisme

Pada paham ideology libertanianisme warga negaranya sangat


menjunjung tinggi adanya kebebasan terutama dalam kebebasan
individu. Proses pemilihan dilakukan secara utuh pada tiap individu dan
negara tidak berhak adanya pengaturan terhadap masyarakat. Pada
paham ini juga lebih menganjurkan untuk tidak membuat adanya
lembaga sosial karena bisa menganggu jalannya negara. Yang paling
penting di sini adalah kebebasan individu baik dalam ranah politik
maupun dalam ranah ekonomi

Meskipun mereka menjunjung tinggi adanya kebebasan individu,


mereka ini sangat menentang keras adanya hak kepemilikan individu
pada sektor-sektor strategis. Mereka masih membutuhkan negara
sebagai alat untuk mengatur dan mengawasi jalannya sebuah tatanan
negara

9. Nazisme

Nazi merupakan singkatan dari nasional sosialisme adalah salah satu


paham yang berasal dari negara jerman dimana tokohnya yang sangat
fenomenal adalah adolf hitler. Paham ini disinyalir bukanlah menjadi
paham baru melainkan adalah paham yang dikombinasikan dari
berbagai jenis paham lainnya seperti anti yahudi. Oleh karena itu pada
masa kejayannya banyak para yahudi yang mendapatkan hukuman
mati.

86
Paham ideology nazisme sangat ketat dan sangat keras sehingga banyak
ditentang oleh banyak orang. ujung dari adanya nazisme ini adalah
adolf hitler dibunuh. Namun hal tersebut masih menjadi perdebatan
apakah adolf hitler memang sudah mati atau belum pada saat tersebut.
Banyak orang yang mengatakan bahwa adolf hitler berhasil meloloskan
diri dan kabur ke negara lainnya yang jauh dari eropa. Meskipun aliran
ini sudah dianggap hilang, namun tidak menutup kemungkinan masih
ada sisa-sisa orang yang masih mempercayai ideology ini. mereka tidak
menunjukkan diri dan merupakan organisasi bawah tanah

10. Nasionalisme

Nasionalisme merupakan paham dimana kedaulatan negara menjadi hal


yang mutlak dimana untuk mencapai hal tersebut harus dilakukan
kerjasama atas orang-orang yang memiliki tujuan dan kepentingan yang
sama. Keberadaan negara sangatlah penting dalam paham ini dan
keamanannya sangat dijaga ketat baik keamanan internal maupun
keamanan eksternal

Saat ini ada beberapa bentuk dari nasionalisme ini diantaranya adalah
sebagai berikut:

 Nasionalis kewarganegaraan – Pada aliran nasionalis


kewarganergaraan menunjukkan bahwa suatu proses politik yang
sangat berperan adalah warga negaranya, jadi rakyat merupakan
komponen yang sangat penting dan paling berperan di dalam
tatanan sistem negara.
 Nasionalis etnis – Nasionalis etnik ini percaya bahwa suatu tatanan
negara dengan kebenaran politik di dalamnya akan sangat
tergantung pada budaya dan etnis yang ada di dalam negara
tersebut.
 Nasionalis romantic – Romantisme dari paham nasionalis ini
berkembang dari nasionalis etnik dimana budaya dan ras serta etnik
merupakan sumber kebenaran politik utama dan kemudian sejarah
dan budaya dari negara tersebut diulas kembali dan dijadikan
sebagai salah satu identitas negara

11. Monarkisme

Monarkisme merupakan paham dimana kerajaan merupakan sumber utama


dari kesejahteraan negaranya. Saat ini masih ada banyak negara yang
menganut paham monarki diantaranya adalah Brunei Darussalam, Arab
Saudi dan lainnya. jadi pusat kekuasaan tertinggi adalah raja yang
memerintah dan segenap keturunannya.

87
12. Fasisme

Fasisme merupakan salah satu ideology yang sangat keras karena mereka
ingin mengatur segala aspek kehidupannya mulai dari politik, budaya,
ekonomi dan hal lainnya di negara tersebut. Pada paham ini mereka
berusaha untuk membentuk partai tunggal di dalam negara sehingga partai
inilah yang akan mengatur berjalannya negara. Para penganut paham fasis
ini percaya bahwa pemimpin tunggal yang kuat dan otoriter mampu
menciptakan kedaulatan dan kesejahteraan bersama di dalam sistem
negara.

Paham fasisme ini mulai berkembang setelah perang dunia 1 dan terus
berkembang hingga pada perang dunia ke 2. Namun karena pahamnya
yang keras dan menguntungkan satu pihak saja yaitu yang memiliki
kekuasaan maka hal ini kemudian banyak mendapatkan pertentangan dari
dunia luar sehingga paham ini juga runtuh

13. Demokrasi

Demokrasi berasal dari bahasa yunani yaitu demos yang berarti rakyat dan
kratos yang berarti kekuasaan. Jadi, demokrasi merupakan kekuasaan yang
berada di tangan rakyat. Dalam pelaksanaannya demokrasi memiliki
slogan kuat yaitu oleh rakyat, dari rakyat dan untuk rakyat. Landasan
pemikiran dari paham demokrasi ini adalah kekuasaan tertinggi berada di
tangan rakyat dengan memiliki dewan perwakilan rakyat yang pada
kenyataannya menjadi lembaga pemerintahan eksekutif, yudikatif dan
legislative.

Dalam pemerintahan demokrasi pemimpin dipilih oleh rakyat secara


langsung melalui proses pemilihan umum. Kemudian rakyat juga memilih
wakil-wakilnya sebagai sarana penyalur lidah rakyat kepada pemerintahan
yang berkuasa. Ada beberapa negara yang menganut ideology ini yaitu
inggris, Denmark, norwegia, swedia, amerika, Israel, Venezuela, belgia,
Australia, selandia baru dan lainnya.

Berikut adalah macam-macam dari ideologi demokrasi ;

1. Demokrasi Pancasila

Ideology demokrasi pancasila merupakan ideology yang dianut oleh


satu negara saja di dunia yaitu Indonesia. fokus utama dalam paham
demokrasi pancasila adalah membentuk negara yang demokratis namun
tetap tidak meninggalkan ideology pancasila sebagai dasar negara. Jadi,
demokrasi tetap dilakukan asalkan masih pada di dalam pancasila dan
tidak mencederai pancasila. Apabila sudah keluar dari pancasila maka
demokrasi tersebut tidak bisa dilaksanakan dan harus menggantinya
dengan yang baru.

88
2. Demokrasi Kristen .

Demokrasi Kristen merupakan suatu tatanan negara dimana menerapkan


demokrasi berdasarkan asas agama Kristen dalam pelaksanannya.
Ideology ini muncul karena adanya aliran religious pada abad ke 19 dan
berkembang di wilayah eropa dan amerika latin.

3. Demokrasi Islam

Demokrasi islam merupakan tatanan negara yang menerapkan paham


demokrasi namun tetap berlandaskan pada asas islam sebagai patokan
utamanya. Namun hal ini tidak berlangsung lama karena pada dasarnya
demokrasi tidak cocok dengan agama islam.

Demikian beberapa ideology yang ada di dunia, beberapa ideology


mungkin masih bertahan sampai saat ini namun ada juga yang sudah
punah karena tidak cocok dengan perubahan zaman dan tidak mudah
diterapkan di dalam sistem kemasyarakatan bersama di dalam sebuah
negara. beberaa paham yang beraliran keras sebagain besar sudah runtuh.
pada prinsipnya tidak ada negara yang menerapkan ideologi secara utuh,
saat ini negara akan menggunakan berbagai kombinasi dari beberapa
ideologi karena memang sangat sulit menerapkan satu macam ideologi
saja.

7.4. Pancasila sebagai ideologi terbuka

Fungsi pancasila memberikan orientasi kedepan mengharuskan


bangsa Indonesia selalu menyadari situasi kehidupan yang sedang
dihadapinya. Kemajuan ilmu pengetahuan, kecanggihan ilmu teknologi
dan lajunya sarana komunikasi membuat dunia semakin kecil dan
menguatnya interdepensi dikalangan bangsa-bangsa di dunia. Ini
berarti bahwa pembangunan nasional tidak hanya ditentukan oleh
factor-factor dalam negeri, melainkan banyak dipengaruhi oleh factor-
factor yang tekait secara mondial. Bangsa Indonesia yang sedang
sibuk membangun dengan usaha memcahkan masalah-masalah
dalam negeri seperti kemiskinan, kesenjangan sosial dan lain
sebagainya, mau tidak mau ikut terseret kedalam jaringan politik dunia,
yang semakin dipengaruhi oleh ketentuan-ketentuan ekonomi raksasa,
globalisasi ekonomi jelas memberikan dampaknya yang cukup jauh.
Baik dalam bentuk ancaman ketergantungan yang mrempersulit
usahan bangsa kemandirian, maupun dalam bentuk pemupukan modal
dikalangan kelompok elit`yang tidak selalu sejalan dengan
kebijaksanaan pemerataan kesajahteraan.

Hal itu mewunjudkan bahwa bangsa Indonesia dihadapkan


pada tantangan untuk survival, yaitu tantangan memilki cara hidup dan

89
tingkat kehidupan yang wajar secara manusiawi dan adil. Tantangan itu
hanya bisa diatasi apabila bangsa Indonesia disatu pihak tetap
mempertahankan identitasnya dalam persatuan ikatan persatuan
nasional, dan dilain pihak mampu mengembangkan dinamikanya, agar
mampu bersaing dengan bangsa-bangsa yang lain. Dinamika tersebut
mengandalkan kemampuan untuk menjalankan adaptasi terhadap
proses kehidupan yang barudan menjalankan inovasi untuk
menciptakan kualitas kerja kualitas produk yang semakin baik. Daya
saing masyarakat hanya akan meningkat, apabila selalu dipupuk sikap
yang nasional dan kritis serta kreativitas dikalangan masyarakat.

Untuk menjawab tantangan tersebut,jelaslah pancasila perlu


tampil sebagai ideologi terbuka, karena ketertutupan hanya membawa
kepada kemandengan. Keterbukaan bukan berarti mengubah nilai-nilai
dasar pancasila, tetapi mengekplisitkan wawasan secara lebih konkrit.
Sehingga memiliki kemampuan yang lebih tajam untuk memecahkan
masalah-masalah baru.

Suatu ideologi adalah terbuka,sejauh tidak dipaksakan dari luar,


tetapi terbentuk justru atas kesepakatan masyarakat, sehingga
merupakan milik masyarakat.

Sebaiknya ideologi tertutup memutlakan pandangan secara


totaliter, sehingga masyarakat tidak mungkin mengambil jarak
terhadapnya dan tidak mungkin memilkinya. Sebaliknya masyarakat
dan bahkan martabat manusia akan dikorbankan untuknya.

Dalam ideologi terbuka terdapat cita-cita dan nilai-nilai yang


bersifat mendasar dan tidak langsung bersifat operasional.oleh karena
itu setiap kali harus dieksplisitkan. Eksplitasi dilakukan dengan
menghadapkannya pada`berbagai masalah yang selalu silih berganti
melalui refleksi yang rasional, sehingga terungkap makna
operasionalnya. Dengan demikian jelas bahwa penjabaran ideologi
dilaksanakan melalui interprestasi dan reinterprestasi yang kritis
disitulah dapat ditunjukan kekuatan ideologi terbuka hal yang tidak
didapatkan dalam ideologi tertutup karena memilki sifat yang dinamis
dan tidak akan membeku. Sebaliknya ideologi tertutup mematikan cita-
cita atau nilai-nilai dasar yang hanya mampu menunjukannya fosil-fosil
yang mati.

Keterbukaan ideologi pancasila didukung oleh beberapa hal,


antara lain :
a. tekad bangsa dalam memperjuangkan tercapainya tujuan nasional
atau tujuan proklamasi.
b. pembangunan nasional yang teratur dan maju pesat
c. tekad yang kuat dalam mempertahankan nilai sila – sila pancasila
yang sifatnya abadi
d. hilangnya ideologi komunis/ sosialis sebagai ideologi tertutup.

90
Hal-hal yang membatasi keterbukaan ideologi pancasila
adalah :
a. stabilitas nasional yang mantap
b. tetap berlakunya larangan faham komunisme di Indonesia
c. adanya pencegahan atas pengembangan ideologi liberal di
Indonesia
d. pencegahan terhadap gerakan ekstern dan paham-paham lain
yang bisa mengoyahkan nilai persatuan dan kesatuan bangsa

Ideologi pancasila mengajarkan kepada manusia untuk beriman


dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa`karena hidup manusia
juga tergantung kepada-Nya.

Dengan demikian sehingga penulis dapat menyimpulkan bahwa


suatu ideologi terbuka mengandung semacam dinamika internal yang
memungkinkannya untuk memperbaharui diri atau maknanya dari
waktu kewaktu sehingga isinya tetap relevan dan komunikatif
sepanjang jaman,tanpa menyimpang dari apalagi mengingkari hakikat
atau jati dirinya. Oleh karena itu meskipun secara formal ia mungkin
masih asa secara substansi ia tidak lagi hadir karena sudah direvisi
atau sama sekali diganti oleh nilai-nilai dasar baru.

Rangkuman :

Pengertian “ Ideologi “ secara umum dapat diikatakan sebagai


kumpulan gagasan-gagasan, ide-ide, keyakinan -keyakinan, kepercayaan-
kepercayaan yang menyeluruh dan sistematis, yang menyangkut dan
mengatur tingkah laku sekelompok manusia tertentu dalam berbagai
bidang kehidupan.

Pada hakikatnya ideologi tidak lain adalah hasil refleksi manusia


berkat kemampuannya mengadakan distansi terhadap dunia
kehidupannya. Diantaranya yaitu ideologi dan kenyataaan hidup
masyarakat terjadi hubungan dialektis, sehingga berlangsung timbal balik
yang terwujud dalam interaksi yang disatu pihak memacu ideologi makin
realities dan di lain pihak mendorong masyarakat makin mendekati bentuk
yang ideal. Ideologi mencerminkan cara berfikir masyarakat namun juga
membentuk masyarakat menuju cita-cita. Dengan demikian terlihatlah
bahwa ideologi bukanlah sekedar pengetahuan teoritis belaka, tetapi
merupakan sesuatu yang dihayati menjadi suatu keyakinan. Ideologi
adalah suatu pilihan yang jelas membawa komitmen untuk
mewujudkannya. Semakin mendalam kesadaran ideologi seseorang akan
bearti semakin tinggi pula rasa komitmennya untuk melaksanakannya.
Komitmen itu mencerminkan dalam sikap seseorang yang menyakini

91
dalam ideologisnya sebagai ketentuan-ketentuan normative yang harus
ditaati dalam hidup bermasyarakat.

Selain itu flksibelitasnya pelaksanaan ideologi Pancasila yang


menganut sistem ideologi terbuka menambah keyakinan masyarakat
bahwa pilihan dan keyakinan mereka tidak salah, dimana dengan
keterbukaan tersebut bangsa dan negara Indonesia akan selalu
mengalami kemajuan dengan tetap memegang teguh nilai-nilai Pancasila.

DAFTAR PUSTAKA :

Elly M. Setiadi, Panduan Kuliah Pendidikan Pancasila untuk Perguruan


Tinggi, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2003.

H. Subandi Al Marsudi, Pancasila dan UUD 1945 Dalam Paradigma


Reformasi, Pt. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2000.

Sunarjo Wereksosuharjo, Filsafat Pancasila Secara Ilmiah dan Aplikatif,


Andi, Jogyakarta, 2003.

UUD 1945 Hasil Amandemen dan Proses Amandemen , Grafika, 2002

http : arynatalina.staff.gunadarma.ac.id

http://destipradita10.blogspot.co.id/2015/06/pengertian-dan-makna-
ideologi-bagi.html

92
DAFTAR FUSTAKA

AW. WIJAYA Pedomanan Pokok dan perkuliahan Pancaila.


Darji Darmadiharjo, 1979 Panacasila suatu orientasi singkat, PN Balai
Pustaka Jakarta.
Notonagoro 1959 Pembukaan UUD 1945 (Pokok kaidah Fundamental
Negara Indonesia UGM, Yogyakarta.
------1974, Pancasila Dasar Falsafah Negara, Pantjuran Tudjuh,
Jakarta.
------1980 Beberapah hal Falsafah Pancasila, Pantjuran Tudjuh,
Jakarta.
Pusat Studi Pancasila UGM, 1999, Reformasi dalam Prespektif Hukum,
Politik, keamanan Globalisasi dan Pembangunan Ekonomi, No.3
Yogyakarta.
H. Subandi Al Marsudi, SH., MH. Pancasila dan UUD 1945 dalam
Paradigma Reformasi
Sartono Kertodirdjo,1992 Kebudayaan Pembangunan dalam
Fresfektif sejarah Gajah Mada Universitas Press, Yogyakarta.
Soediman Kertohadiprodjo,1970 Beberapa Pikiran sekitar Pancasila,
Penerbit Alumni Bandung.
Soeroso Prawirohardjo,dkk (cd) 1987 Pancasila sebagai Orientasi Ilmu
PT BP Kedaulatan Rakyat, Yogyakarta.Undang-undang Dasar
1945

93
94

Anda mungkin juga menyukai