Anda di halaman 1dari 10

RESUME

FILSAFAT PENDIDIKAN

“DASAR FILSAFAT PENDIDIKAN PANCASILA”

Dosen Pengampu:

Drs.Jalius,M.Pd

Tia ayu ningrum,M.Pd

Disusun Oleh :

Zakia

22003224

DEPARTEMEN PENDIDIKAN KHUSUS

FALKUSTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2023
DASAR FILSAFAT PENDIDIKAN PANCASILA

A. Dasar Pikiran Dan Rasional Filsafat Pendidikan Pancasila

Pendidikan merupakan upaya untuk membangun sumber daya manusia yang memerlukan
wawasan luas, karena pendidikan merupakan salah satu unsur penunjang dalam kehidupan
manusia sebagai wujud syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa untuk mengolah anugerah indah
yang diberikan kepada manusia berupa akal. Salah satu hal untuk mengaplikasikannya adalah
setiap makhluk (manusia) memiliki hak yang sama untuk mendapatkan pendidikan yang
berorientasi pada wajib belajar selama 9 tahun. Pendidikan nasional merupakan salah satu faktor
penting dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia sebagai sarana untuk
mendapatkan kehidupan yang layak dan mencerdaskan kehidupan bangsa sesuai dengan yang
termaktub dalam UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945, dan tujuan UU No. 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yakni menciptakan insan yang religius, berilmu,
berakhlak mulia, dan terampil.

Secara etimologis, istilah Pancasila berasal dari bahasa Sansekerta (India) bahasa kasta
Brahmana, sedang bahasa rakyat biasa adalah bahasa Prakerta. Menurut Muhammad Yamin
(Kaelan, 2002), secara leksikal "Pancasila" memiliki dua macam arti: "panca" (lima), "syila"
(batu sendi, alas, dasar). "Syiila" (peraturan tingkah laku yang baik, yang penting). Pancasila
sebagai dasar negara Indonesia (ideologi) dan menjadi pedoman hidup (way of life), jiwa dan
kepribadian bangsa Indonesia (Kaelan, 2002, hal. 1). Oleh karena itu, melalui pendididkan
Pancasila, peserta didik diharapkan mampu memahami, menganalisis, dan menjawab masalah
yang dihadapi secara berkesinambungan dan konsisten dengan cita-cita dan tujuan nasional
dalam Pembukaan UUD 1945. Sehingga dengan demikian, Pendidikan Pancasila bertujuan untuk
menghasilkan peserta didik yang beriman dan bertakwa kepada. Tuhan YME, berakhlak mulia,
mendukung persatuan bangsa, mengutamakan kepentingan bersama, dan berupaya mewujudkan
keadilan sosial dalam masyarakat.

Secara etimologis istilah "filsafat" berasal dari bahasa Yunani "philein" yang artinya
cinta, dan "sophos" artinya hikmah atau kebijaksanaan atau wisdom. Jadi secara harfiah istilah
filsafat mengandung makna cinta kebijaknaan.

Senada dengan pendapat Harold Titus di atas, Barnadib (2002) menjelaskan bahwa
filsafat sebagai pandangan yang menyeluruh dan sistematis. Menyeluruh karena filsafat bukan
hanya pengetahuan, melainkan juga suatu pandangan yang dapat menembus sampai di balik
pengetahuan itu sendiri. Dengan pandangan yang lebih terbuka ini, hubungan dan pertalian.
antara semua unsur yang mengarahkan perhatian dan kedalaman mengenai kebajikan
dimungkinkan untuk dapat ditemukan. Sistematis, karena filsafat menggunakan berpikir secara
sadar, teliti, dan teratur sesuai dengan hukum-hukum yang ada. Sehingga menurut Harun
Nasution (Barnadib, 2002) dapat dikatakan bahwa filsafat berpikir menurut tata tertib (logika),
bebas (tidak terikat pada tradisi, dogma, serta agama) dan dengan sedalam-dalamnya sehingga
sampai ke dasar-dasar persoalan.Bangsa Indonesia memiliki filsafat umum atau filsafat negara
ialah Pancasila sebagai falsafah Negara, Pancasila patut menjadi jiwa bangsa Indonesia, menjadi
semangat dalam berkarya.pada segala bidang. Pasal 2 UU-RI No. 2 Tahun 1989 menetapkan
bahwa pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Rincian
selanjutnya tentang hal itu tercantum dalam penjelasan UU-RI No. 2 Tahun 1989, yang
menegaskan bahwa pembangunan nasional termasuk dibidang pendidikan adalah pengamalan
pancasila, dan untuk itu pendidikan. nasional mengusahakan antara lain: "Pembentukan manusia
Pancasila sebagai manusia pembangunan yang tinggikualitasnyadan mampu mandiri" Sedangkan
ketetapan MPR- RINo.II/MPR/1978 tentang Pedoman Penghayatan Pengamalan Pancasila
menegaskan pula bahwa pancasila itu adalah jiwa seluruh rakyat Indonesia, kepribadian bangsa
Indonesia, pandangan hidup bangsa Indonesia, dan dasar Negara Republik Indonesia. Pancasila
sebagai sumber dari segala gagasan mengenai wujud bangsa manusia dan masyarakat yang
dianggap baik, sumberdari segala sumber nilai yang menjadi pangkal serta muara dari setiap
keputusan. dan tindakan dalam pendidikan dengan kata lain: Pancasila sebagai sumber sistem
nilai dalam pendidikan.

Adapun beberapa landasan dalam filsafat pendidikan pancasila, yaitu:

1) .Landasan Historis
Dalam hidup berbangsa dan bernegara dewasa ini terutama dalam masa reformasi,
bangsa Indonesia sebagai bangsa harus memiliki visi serta pandangan hidup yang
kuat agar tidak terombang-ambing di tengah-tengah masyarakat internasional.
Dengan kata lain perkataan. bangsa Indonesia harus memiliki nasionalisme serta rasa
kebangsaan yang kuat. Hal ini dapat terlaksana bukan melalui kekuasaan atau
hegemoni ideologi melainkan suatu kesadaran berbangsa dan bernegara yang berakar
pada sejarah bangsa.Jadi secara historis bahwa nilai-nilai yang terkandung dalam
setiap sila pancasila sebelum dirumuskan dan disahkan menjadi dasar negara
Indonesia secara objektif historis telah dimiliki oleh bangsa Indonesia sendiri.
Sehingga asal nilai-nilai Pancasila tersebut tidak lain adalah dari bangsa Indonesia
sendiri, atau dengan kata lain bangsa Indonesia sebagai kausa materialis Pancasila.
Oleh karena itu berdasarkan fakta objektif secara historis kehidupan bangsa Indonesia
tidak dapat dipisahkan dengan nilai-nilai Pancasila. Atas dasar pengertian dan alas an
historis inilah maka sangat penting bagi p980ara generasi penerus bangsa terutama
kalangan intelektual kampus untuk mengkaji, memahami dan mengembangkan
berdasarkan pengembangan ilmiah, yang pada gilirannya akan memiliki suatu
kesadaran serta wawasan kebangsaan yang kuat berdasarkan nilai-nilai yang
dimilikinya sendiri. Konsekuensinya secara historis Pancasila dalam kedudukannya
sebagai dasar filsafat negara serta ideology bangsa dan negara bukannya suatu
ideology yang menguasai bangsa, namun justru nilai-nilai dari sila-sila Pancasila itu
melekat dan berasal dari bangsa Indonesia itu sendiri
2) Landasan Kultural
Setiap bangsa di dunia dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara
senantiasa memiliki suatu pandangan hidup, filsafat hidup serta pegangan hidup agar
tidak terombang- ambing dalam kancah pergaulan masyarakat internasional, Setiap
bangsa memiliki ciri khas serta pandangan hidup yang berbeda dengan bangsa lain.
Negara komunisme dan liberalism meletakkan dasar filsafat negaranya pada suatu
konsep ideology tertentu, misalnya komunisme mendasarkan ideologinya pada
konsep pemikiran Karl Marx. Berbeda dengan bangsa-bangsa lain. Bangsa Indonesia
mendasarkan pandangan hidupnya. dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara
pada suatu asas cultural yang dimiliki dan melekat pada bangsa itu sendiri. Nilainilai
kenegaraan dan kemasyarakatan yang terkandung dalam sila-sila Pancasila bukanlah
hanya merupakan suatu hasil konseptual seseorang saja. Melainkan merupakan suatu
hasil kaarya besar bangsa Indonesia sendiri, yang diangkat dari nilai-nilai cultural
yang dimiliki oleh bangsa Indonesia sendiri melalui proses refleksi filosofis paara
pendiri negara seperti Soekarno, M Yamin, M Hatta, Sepomo serta para tokoh pendiri
negara lainnya.
3) Landasan Yuridis
Negara Republik Indonesia yang berdiri 17 agustus 1945 sebenarnyaadalah negara
pancasila.. Predikat prinsipil ini berdasarkan ketentuan yuridiskonstitusional bahwa
negara Indonesia berdasarkan pancasila, sebagai termaksud di dalam pembukaan
undang-undang dasar 1945 dinyatakan: "kemudian daripada itu, untuk membentuk
suatu pemerintahan negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia. dan
seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka disusunlah
kemerdekaan kebangsaanIndonesiaitu dalam suatu susunan negara republik Indonesia
yang berkedaulatanrakyat dengan berdasar kepada: ketuhanan yang maha esa,
kemanusiaan yangadil dan beradab, persatuan Indonesia, dan kerakyatan yang
dipimpin olehhikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, serta
denganmewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia" Ketentuan
yuridis konstitusional ini mengandung makna konsekuensi baik formal maupun
fungsional, bahkan imperatif bahwa :
a. Pancasila adalah dasar negara atau fiafat negara republik Indonesia
b. Pancasila adalah norma dasar dan norma tertinggi di dalam negararepublik
Indonesia
c. Pancasila adalah ideologi negara, ideologi nasional Indonesia
d. Pancasila adalah identitas dan karakteristik bangsa atau kepribadian nasional,
yang perwujudannya secara melembaga, sebagai sistem negara pancasila
e. Pancasila adalah jiwa dan kepribadian bangsa, pandangan hidup(keyakinan
bangsa) yang menjiwai sistem kenegaraan dankemasyarakatan Indonesia Karena
itu pancasila adalah sistem filsafat Indonesia yang berpotensial dan fungsional,
yang normatif ideal. Sesungguhnya ketentuan formal atau yuridis konstitusional
di dalam pembukaan undang-undang dasar 1945, bahwa pancasila dasar negara
republik Indonesia itu diangkat dari realitas sosio-budaya dan tata nilai dasar
masyarakat Indonesia. Justru karena nilai-nilai dasar ini telah menjiwai dan
merupakan perwujudan kepribadian bangsa, maka identitas substansialdan
instrunsik ini ditingkatkan dalam hidup kenegaraan (sebagai sitem kenegaraan)
secara formal.Motivasi demikian bersumber atas keyakina bahwa nilai pancasila
adalah keyakinan atau pandangan hidup yang benar, baik dan unggu
4) .Landasan Filosofis
Pancasila adalah sebagai dasar filsafat negara dan pandangan filosofis bangsa
Indonesia. Oleh karena itu sudah merupakan suatu keharusan moral untuk secara
konsisten merealisasikannya dalam setiap aspek kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara. Hal ini berdasarkan pada suatu kenyataan secara
filosofis dan objektif bahwa bangsa Indonesia dalam hidup bermasyarakat dan
bernegara mendasarkan pada nilai-nilai yang tertuang dalam sila-sila Pancasila
yang secara filosofis merupakan filosofi bangsa Indonesia sebelum mendirikan
negara.
B. Hubungan Filsafat Pendidikan Pancasila Dengan Penyelenggaraan Pendidikan,
Dan Masyarakat
Filsafat pendidikan Indonesia berakar pada nilai-nilai budaya yang terkandung
pada Pancasila. Nilai Pancasila tersebut harus ditanamkan pada peserta didik melalui
penyelenggaraan pendidikan nasional dalam semua level dan jenis pendidikan. Ada dua
pandangan yang menurut (Jumali dkk, 2004), perlu dipertimbangkan dalam menetukan
landasan filosofis dalam. pendidikan Indonesia. Pertama, pandangan tentang manusia
Indonesia. Filosofis pendidikan nasional memandang bahwa manusia Indonesia sebagai:
1) Makhluk Tuhan Yang Maha Esa dengan segala fitrahnya;
2) Makhluk individu dengan segala hak dan kewajibannya,
3) Makhluk sosial dengan segala tanggung jawab hidup dalam masyarakat yang
pluralistik, baik dari segi lingkungan sosial budaya, lingkungan hidup, dan segi
kemajuan Negara Kesatuan Republik Indonesia di tengah-tengah masyarakat
global yang senantiasa berkembang dengan segala tantangannya.

Pancasila dengan sistem pendidikan ditinjau dari filsafat pendidikan, bahwa


Pancasila pandangan hidup bangsa yang menjiwai dalam kehidupan sehari-hari. Karena
itu, sistem pendidikan nasional Indonesia wajar apabila dijiwai, didasari, dan
mencerminkan identitas Pancasila. Cita dan karsa bangsa Indonesia diusahakan secara
melembaga dalam sistem pendidikan nasioanl yang bertumpu dan dijiwai oleh suatu
keyakinan, pandangan hidup dan folosofi tertentu. Inilah dasar pikiran mengapa filsafat
pendidikan Pancasila merupakan tuntutan nasional dan sistem filsafat pendidikan
Pancasila adalah sub sistem dari sistem negara Pancasila. Dengan memperhatikan fungsi
pendidikan dalam membangun potensi bangsa, khususnya dalam melestarikan
kebudayaan dan kepribadian bangsa yang ada pada akhirnya. menentukan eksistensi dan
martabat bangsa, maka sistem pendidikan nasional dan filsafat pendidikan pancasila
seyogyanya terbina secara optimal supaya terjamin tegaknya martabat dan kepribadian
bangsa. Filsafat pendidikan Pancasila merupakan aspek rohaniah atau spiritual sistem
pendidikan nasional, tiada sistem pendidikan nasional tanpa filsafat pendidikan.
a) .Hubungan Masyarakat dan Pendidikan
Hubungan masyarakat dengan pendidikan menampakkan hubungan korelasi
positif. Artinya pendidikan yang maju dan modern pula. Sebaliknya pendidikan yang
maju dan modern hanya ditemukan dan diselenggarakan oleh masyarakat maju dan
modern. Hubungan timbal halil yang saling menentukan itu bahkan seakan-akan
hubungan kausalitas. hubungan sebab-akibat, yakni karena pendidikan masyarakat
menjadi sementara dilain pihak pendidikan maju dilaksanakan di dalam dan oleh
masyarakat maju pula hubungan korelasi positif. Akan tetapi hubungan demikian belum
memberikan prinsip dan persepsi bagaimana kita bersikap,agar kebijaksanaan dan strategi
pengembangan pendidikan ditetapkan dan dilaksanakan. Analisis filosofis dapat
memperjelas antar-hubungan itu.
b) Filsafat Pendidikan dan Pancasila Sebagai Sistem Filsafat
1) Filsafat pendidikan
Secara sederhana filsafat pendidikan ialah nilai dan keyakinan-keyakinan
filosofis yang menjiwai, mendasari dan memberikan identitas (kerakteristik) suatu
sistem pendidikan. Artinya filsafat pendidikan ialaha jiwa, roh, dan kepribadian
sistem pendidikan nasional. Bagi bangsa dan negara Indonesia keyakinan atau
pandangan hidup bangsa, dasar negara Republik Indonesia ialah Pancasila.
Karenanya sistem pendidikan nasional Indonesia wajarlah dijiwai, didasari dan
mencerminkan identitas Pancasila itu. Cita dan karsa bangsa kita, atau tujuan
nasional dan hasrat luhur rakyat Indonesia tersimpul didalam pembukaan UUD
1945 sebagai perwujudan jiwa nilai Pancasila. Cita dan karsa ini wajar
didusahakan secara melembaga didalam sistem pendidikan nasional Pancasila
Pada gilirannya sistem pendidikan nasional ini sebagai sistem, bertumpu dan
dijiwai oleh suatu keyakinan, pandangan hidup atau filosofi tertentu. Inilah dasar
pikiran atau rasional mengapa filsafat pendidikan Pancasila merupakan tuntutan
nasional, atau konsekuensi dari sistem Negara Pancasila wajar tercermin dan
dilaksanakan di dalam berbagai sub-sistem kehidupan nasional bangsa kita secara
keseluruhan (semua aspek kehidupan bangsa dan masyarakat). Dengan
memperhatikan fungsi pendidikan dalam membangun potensi negara bangsa,
khususnya dalam melestarikan kebudayaan dan kepribadian bangsa yang pada
akhirnya menentukan eksistensi dan martabat negara bangsa, maka sistem
pendidikan nasional dan filsafat pendidikan Pancasila seyogyanya terbina mantap
supaya terjamin tegaknya martabat dan kepribadian bangsa, sekaligus pelestarian
sistem kenegaraan Pancasila berdasarkan UUD 1945. demikian ialah perwujudan
manusia Indonesia seutuhnya.
2) Pancasila Sebagai Sistem Filsafat
Lazim dipahami setelah menjadi konsensus nasional dan ditetapkan
sebagai dasar negara (filsafat negara) Republik Indonesia, Pancasila adalah
pedoman sekaligus cita-cita bersama dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara. Secara formal, yuridis- konstitusional, kedudukan dan fungsi
Pancasila sebagai dasar negara bersifat imperatif. Namun, kita juga menyadari
bahwa pengamalannya dalam keseharian hidup bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara masih akan selalu menghadapi berbagai ancaman, tantangan, hambatan
dan gangguan. Demikian pula tentang pelestarian dan pewarisannya kepada
generasi penerus. Untuk melihat benar atau tidaknya Pancasila adalah suatu
sistem filsafat berikut akan diuraikan menurut berbagai aspek yaitu:
a) ASPEK ONTOLOGI
Ontologi ialah penyelidikan hakikat ada (esensi) dan keberadaan
(eksistensi) segala sesuatu: alam semesta, fisik, psikis, spiritual, metafisik,
termasuk kehidupan sesudah mati, dan Tuhan. Ontologi Pancasila mengandung
azas dan nilai antara lain:

1. Tuhan yang mahaesa adalah sumber eksistensi kesemestaan. Ontologi


ketuhanan bersifat religius, supranatural, transendental dan suprarasional,
2. Ada kesemestaan, alam semesta (makrokosmos) sebagai ada tak terbatas,
dengan wujud dan hukum alam, sumber daya alam yang merupakan
prwahana dan sumber kehidupan semua makhluk: bumi, matahari, zat
asam, air, tanah subur, pertambangan, dan sebagainya,
3. Eksistensi subyek pribadi manusia: individual, suku, nasional, umat
manusia (universal). Manusia adalah subyek unik dan mandiri baik
personal maupun nasional, merdeka dan berdaulat. d. Eksistensi tata
budaya, sebagai perwujudan martabat dan kepribadian manusia yang
unggul. Baik kebudayaan nasional maupun universal adalah perwujudan
martabat dan kepribadian manusia sistem nilai, sistem kelembagaan hidup
seperti keluarga, masyarakat, organisasi, negara. Eksistensi kultural dan
peradaban perwujudan teleologis manusia: hidup dengan motivasi dan
cita-cita sehingga kreatif, produktif, etis, berkebajikan;
4. Eksistensi bangsa-negara yang berwujud sistem nasional, sistem
kenegaraan yang merdeka dan berdaulat, yang menampilkan martabat,
kepribadian dan kewibawaan nasional. Sistem kenegaraan yang merdeka
dan berdaulat merupakan puncak prestasi perjuangan bangsa, pusat
kesetiaan, dan kebanggaan nasional.
b) ASPEK EPISTIMOLOGI
Epistemologi menyelidiki sumber, proses, syarat-syarat batas, validitas dan
hakikat ilmu. Epistemologi Pancasila secara mendasar meliputi nilai-nilai dan
azas-azas:
1. Mahasumber ialah Tuhan, yang menciptakan kepribadian manusia
dengan martabat dan potensi unik yang tinggi, menghayati
kesemestaan, nilai agama dan ketuhanan. Kepribadian manusia
sebagai subyek diberkati dengan martabat luhur. pancaindra, akal,
rasa, karsa, cipta, karya dan budi nurani. Kemampuan martabat
manusia Sumber pengetahuan dibedakan dibedakan secara kualitatif,
antara:
2. Sumber primer, yang tertinggi dan terluas, orisinal: lingkungan alam,
semesta, sosio- budaya, sistem kenegaraan dan dengan dinamikanya;
3. Sumber sekunder: bidang-bidang ilmu yang sudah ada
berkembang.kepustakaan,dokumentasi
4. Sumber tersier: cendekiawan, ilmuwan, ahli, narasumber, guru. f.
Wujud dan tingkatan pengetahuan dibedakan secara hierarkis
5. Pengetahuan indrawi
6. Pengetahuan ilmiah
7. Pengetahuan filosofis; Pengetahuan religius.
8. Pengetahuan manusia relatif mencakup keempat wujud tingkatan itu.
9. Martabat kepribadian manusia dengan potensi uniknya memampukan
manusia untuk menghayati alam metafisik jauh di balik alam dan
kehidupan, memiliki wawasan

c) ASPEK AKSIOLOGIS
Aksiologi menyelidiki pengertian, jenis, tingkatan, sumber dan hakikat
nilai secara kesemestaan. Aksiologi Pancasila pada hakikatnya sejiwa dengan
ontologi dan epistemologinya. Pokok-pokok aksiologi itu dapat disarikan sebagai
berikut:
a) Tuhan yang mahaesa sebagai mahasumber nilai, pencipta alam semesta dan
segala isi beserta antarhubungannya, termasuk hukum alam. Nilai dan hukum
moral mengikat manusia secara psikologis-spiritual: akal dan budi nurani,
obyektif mutlak menurut ruang dan waktu secara universal. Hukum alam dan
hukum moral merupakan pengendalian semesta dan kemanusiaan yang menjamin
multieksistensi demi keharmonisan dan kelestarian hidup.
b) Subyek manusia dapat membedakan hakikat mahasumber dan sumber nilai dalam
perwujudan Tuhan yang mahaesa, pencipta alam semesta, asal dan tujuan hidup
manusia (sangkan paraning dumadi, secara individual maupun sosial)
c) . Nilai-nilai dalam kesadaran manusia dan dalam realitas alam semesta yang
meliputi: Tuhan yang mahaesa dengan perwujudan nilai agama yang diwahyukan-
Nya, alam semesta dengan berbagai unsur yang menjamin kehidupan setiap
makhluk dalam antarhubungan yang harmonis, subyek manusia yang bernilai bagi
dirinya sendiri (kesehatan, kebahagiaan, etc.) beserta aneka kewajibannya. Cinta
kepada keluarga dan sesama adalah kebahagiaan sosial dan psikologis yang tak
ternilai. Demikian pula dengan ilmu, pengetahuan, sosio-budaya umat manusia
yang membentuk sistem nilai dalam peradaban manusia menurut tempat dan
zamannya.
d) Manusia dengan potensi martabatnya menduduki fungsi ganda dalam hubungan
dengan berbagai nilai: manusia sebagai pengamal nilai atau 'konsumen nilai yang
bertanggung jawab atas norma-norma penggunaannya dalam kehidupan bersama
sesamanya, manusia sebagai pencipta nilai dengan karya dan prestasi individual
maupun sosial (in adalah subyek budaya). "Man created everything from
something to be something else, God created everything from nothing to be
everything." Dalam keterbatasannya, manusia adalah prokreator bersama Allah.
e) Martabat kepribadian manusia secara potensial-integritas bertumbuhkembang dari
hakikat manusia sebagai makhluk individu-sosial-moral: berhikmat
kebijaksanaan, tulus dan rendah hati, cinta keadilan dan kebenaran, karya dan
darma bakti, amal kebajikan bagi sesame
f) Manusia dengan potensi martabatnya yang luhur dianugerahi akal budi dan nurani
sehingga memiliki kemampuan untuk beriman kepada Tuhan yang mahaesa
menurut

DAFTAR REFERENSI

Giri, I. P. A. A., Ardini, N. L., & Kertiani, N. W. (2021). Pancasila sebagai Landasan Filosofis
Pendidikan Nasional. Sanjiwani: Jurnal Filsafat, 12(1), 116-126.

Gunawan, I., & Wahyudi, A. V. (2020). Fungsi Filsafat Pancasila Dalam Ilmu Pendidikan.
Dilndonesia. Tatar Pasundan: Jurnal Diklat Keagamaan, 14(2), 209-218.

Jalaludin, dan Abdullah Idi. 2011. Filsafat Pendidikan. Jakarta:PT. RajaGrafindo Persada.
Ningrum, T. A. (2011). Dasar-Dasar Filsafat Pendidikan Pancasila. Makalah:Universitas
Negeri Padang.Tersedia di:https://www.scribd.com/doc/298815389/dasar-dasar filsafat-
pendidikanpancasila
Semadi, Y. P. (2019). Filsafat Pancasila Dalam Pendidikan Di Indonesia Menuju Bangsa
Berkarakter. Jurnal Filsafat Indonesia, 2(2), 82-89.

Anda mungkin juga menyukai