FILSAFAT PENDIDIKAN
Dosen Pengampu:
Drs.Jalius,M.Pd
Disusun Oleh :
Zakia
22003224
2023
DASAR FILSAFAT PENDIDIKAN PANCASILA
Pendidikan merupakan upaya untuk membangun sumber daya manusia yang memerlukan
wawasan luas, karena pendidikan merupakan salah satu unsur penunjang dalam kehidupan
manusia sebagai wujud syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa untuk mengolah anugerah indah
yang diberikan kepada manusia berupa akal. Salah satu hal untuk mengaplikasikannya adalah
setiap makhluk (manusia) memiliki hak yang sama untuk mendapatkan pendidikan yang
berorientasi pada wajib belajar selama 9 tahun. Pendidikan nasional merupakan salah satu faktor
penting dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia sebagai sarana untuk
mendapatkan kehidupan yang layak dan mencerdaskan kehidupan bangsa sesuai dengan yang
termaktub dalam UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945, dan tujuan UU No. 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yakni menciptakan insan yang religius, berilmu,
berakhlak mulia, dan terampil.
Secara etimologis, istilah Pancasila berasal dari bahasa Sansekerta (India) bahasa kasta
Brahmana, sedang bahasa rakyat biasa adalah bahasa Prakerta. Menurut Muhammad Yamin
(Kaelan, 2002), secara leksikal "Pancasila" memiliki dua macam arti: "panca" (lima), "syila"
(batu sendi, alas, dasar). "Syiila" (peraturan tingkah laku yang baik, yang penting). Pancasila
sebagai dasar negara Indonesia (ideologi) dan menjadi pedoman hidup (way of life), jiwa dan
kepribadian bangsa Indonesia (Kaelan, 2002, hal. 1). Oleh karena itu, melalui pendididkan
Pancasila, peserta didik diharapkan mampu memahami, menganalisis, dan menjawab masalah
yang dihadapi secara berkesinambungan dan konsisten dengan cita-cita dan tujuan nasional
dalam Pembukaan UUD 1945. Sehingga dengan demikian, Pendidikan Pancasila bertujuan untuk
menghasilkan peserta didik yang beriman dan bertakwa kepada. Tuhan YME, berakhlak mulia,
mendukung persatuan bangsa, mengutamakan kepentingan bersama, dan berupaya mewujudkan
keadilan sosial dalam masyarakat.
Secara etimologis istilah "filsafat" berasal dari bahasa Yunani "philein" yang artinya
cinta, dan "sophos" artinya hikmah atau kebijaksanaan atau wisdom. Jadi secara harfiah istilah
filsafat mengandung makna cinta kebijaknaan.
Senada dengan pendapat Harold Titus di atas, Barnadib (2002) menjelaskan bahwa
filsafat sebagai pandangan yang menyeluruh dan sistematis. Menyeluruh karena filsafat bukan
hanya pengetahuan, melainkan juga suatu pandangan yang dapat menembus sampai di balik
pengetahuan itu sendiri. Dengan pandangan yang lebih terbuka ini, hubungan dan pertalian.
antara semua unsur yang mengarahkan perhatian dan kedalaman mengenai kebajikan
dimungkinkan untuk dapat ditemukan. Sistematis, karena filsafat menggunakan berpikir secara
sadar, teliti, dan teratur sesuai dengan hukum-hukum yang ada. Sehingga menurut Harun
Nasution (Barnadib, 2002) dapat dikatakan bahwa filsafat berpikir menurut tata tertib (logika),
bebas (tidak terikat pada tradisi, dogma, serta agama) dan dengan sedalam-dalamnya sehingga
sampai ke dasar-dasar persoalan.Bangsa Indonesia memiliki filsafat umum atau filsafat negara
ialah Pancasila sebagai falsafah Negara, Pancasila patut menjadi jiwa bangsa Indonesia, menjadi
semangat dalam berkarya.pada segala bidang. Pasal 2 UU-RI No. 2 Tahun 1989 menetapkan
bahwa pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Rincian
selanjutnya tentang hal itu tercantum dalam penjelasan UU-RI No. 2 Tahun 1989, yang
menegaskan bahwa pembangunan nasional termasuk dibidang pendidikan adalah pengamalan
pancasila, dan untuk itu pendidikan. nasional mengusahakan antara lain: "Pembentukan manusia
Pancasila sebagai manusia pembangunan yang tinggikualitasnyadan mampu mandiri" Sedangkan
ketetapan MPR- RINo.II/MPR/1978 tentang Pedoman Penghayatan Pengamalan Pancasila
menegaskan pula bahwa pancasila itu adalah jiwa seluruh rakyat Indonesia, kepribadian bangsa
Indonesia, pandangan hidup bangsa Indonesia, dan dasar Negara Republik Indonesia. Pancasila
sebagai sumber dari segala gagasan mengenai wujud bangsa manusia dan masyarakat yang
dianggap baik, sumberdari segala sumber nilai yang menjadi pangkal serta muara dari setiap
keputusan. dan tindakan dalam pendidikan dengan kata lain: Pancasila sebagai sumber sistem
nilai dalam pendidikan.
1) .Landasan Historis
Dalam hidup berbangsa dan bernegara dewasa ini terutama dalam masa reformasi,
bangsa Indonesia sebagai bangsa harus memiliki visi serta pandangan hidup yang
kuat agar tidak terombang-ambing di tengah-tengah masyarakat internasional.
Dengan kata lain perkataan. bangsa Indonesia harus memiliki nasionalisme serta rasa
kebangsaan yang kuat. Hal ini dapat terlaksana bukan melalui kekuasaan atau
hegemoni ideologi melainkan suatu kesadaran berbangsa dan bernegara yang berakar
pada sejarah bangsa.Jadi secara historis bahwa nilai-nilai yang terkandung dalam
setiap sila pancasila sebelum dirumuskan dan disahkan menjadi dasar negara
Indonesia secara objektif historis telah dimiliki oleh bangsa Indonesia sendiri.
Sehingga asal nilai-nilai Pancasila tersebut tidak lain adalah dari bangsa Indonesia
sendiri, atau dengan kata lain bangsa Indonesia sebagai kausa materialis Pancasila.
Oleh karena itu berdasarkan fakta objektif secara historis kehidupan bangsa Indonesia
tidak dapat dipisahkan dengan nilai-nilai Pancasila. Atas dasar pengertian dan alas an
historis inilah maka sangat penting bagi p980ara generasi penerus bangsa terutama
kalangan intelektual kampus untuk mengkaji, memahami dan mengembangkan
berdasarkan pengembangan ilmiah, yang pada gilirannya akan memiliki suatu
kesadaran serta wawasan kebangsaan yang kuat berdasarkan nilai-nilai yang
dimilikinya sendiri. Konsekuensinya secara historis Pancasila dalam kedudukannya
sebagai dasar filsafat negara serta ideology bangsa dan negara bukannya suatu
ideology yang menguasai bangsa, namun justru nilai-nilai dari sila-sila Pancasila itu
melekat dan berasal dari bangsa Indonesia itu sendiri
2) Landasan Kultural
Setiap bangsa di dunia dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara
senantiasa memiliki suatu pandangan hidup, filsafat hidup serta pegangan hidup agar
tidak terombang- ambing dalam kancah pergaulan masyarakat internasional, Setiap
bangsa memiliki ciri khas serta pandangan hidup yang berbeda dengan bangsa lain.
Negara komunisme dan liberalism meletakkan dasar filsafat negaranya pada suatu
konsep ideology tertentu, misalnya komunisme mendasarkan ideologinya pada
konsep pemikiran Karl Marx. Berbeda dengan bangsa-bangsa lain. Bangsa Indonesia
mendasarkan pandangan hidupnya. dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara
pada suatu asas cultural yang dimiliki dan melekat pada bangsa itu sendiri. Nilainilai
kenegaraan dan kemasyarakatan yang terkandung dalam sila-sila Pancasila bukanlah
hanya merupakan suatu hasil konseptual seseorang saja. Melainkan merupakan suatu
hasil kaarya besar bangsa Indonesia sendiri, yang diangkat dari nilai-nilai cultural
yang dimiliki oleh bangsa Indonesia sendiri melalui proses refleksi filosofis paara
pendiri negara seperti Soekarno, M Yamin, M Hatta, Sepomo serta para tokoh pendiri
negara lainnya.
3) Landasan Yuridis
Negara Republik Indonesia yang berdiri 17 agustus 1945 sebenarnyaadalah negara
pancasila.. Predikat prinsipil ini berdasarkan ketentuan yuridiskonstitusional bahwa
negara Indonesia berdasarkan pancasila, sebagai termaksud di dalam pembukaan
undang-undang dasar 1945 dinyatakan: "kemudian daripada itu, untuk membentuk
suatu pemerintahan negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia. dan
seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka disusunlah
kemerdekaan kebangsaanIndonesiaitu dalam suatu susunan negara republik Indonesia
yang berkedaulatanrakyat dengan berdasar kepada: ketuhanan yang maha esa,
kemanusiaan yangadil dan beradab, persatuan Indonesia, dan kerakyatan yang
dipimpin olehhikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, serta
denganmewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia" Ketentuan
yuridis konstitusional ini mengandung makna konsekuensi baik formal maupun
fungsional, bahkan imperatif bahwa :
a. Pancasila adalah dasar negara atau fiafat negara republik Indonesia
b. Pancasila adalah norma dasar dan norma tertinggi di dalam negararepublik
Indonesia
c. Pancasila adalah ideologi negara, ideologi nasional Indonesia
d. Pancasila adalah identitas dan karakteristik bangsa atau kepribadian nasional,
yang perwujudannya secara melembaga, sebagai sistem negara pancasila
e. Pancasila adalah jiwa dan kepribadian bangsa, pandangan hidup(keyakinan
bangsa) yang menjiwai sistem kenegaraan dankemasyarakatan Indonesia Karena
itu pancasila adalah sistem filsafat Indonesia yang berpotensial dan fungsional,
yang normatif ideal. Sesungguhnya ketentuan formal atau yuridis konstitusional
di dalam pembukaan undang-undang dasar 1945, bahwa pancasila dasar negara
republik Indonesia itu diangkat dari realitas sosio-budaya dan tata nilai dasar
masyarakat Indonesia. Justru karena nilai-nilai dasar ini telah menjiwai dan
merupakan perwujudan kepribadian bangsa, maka identitas substansialdan
instrunsik ini ditingkatkan dalam hidup kenegaraan (sebagai sitem kenegaraan)
secara formal.Motivasi demikian bersumber atas keyakina bahwa nilai pancasila
adalah keyakinan atau pandangan hidup yang benar, baik dan unggu
4) .Landasan Filosofis
Pancasila adalah sebagai dasar filsafat negara dan pandangan filosofis bangsa
Indonesia. Oleh karena itu sudah merupakan suatu keharusan moral untuk secara
konsisten merealisasikannya dalam setiap aspek kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara. Hal ini berdasarkan pada suatu kenyataan secara
filosofis dan objektif bahwa bangsa Indonesia dalam hidup bermasyarakat dan
bernegara mendasarkan pada nilai-nilai yang tertuang dalam sila-sila Pancasila
yang secara filosofis merupakan filosofi bangsa Indonesia sebelum mendirikan
negara.
B. Hubungan Filsafat Pendidikan Pancasila Dengan Penyelenggaraan Pendidikan,
Dan Masyarakat
Filsafat pendidikan Indonesia berakar pada nilai-nilai budaya yang terkandung
pada Pancasila. Nilai Pancasila tersebut harus ditanamkan pada peserta didik melalui
penyelenggaraan pendidikan nasional dalam semua level dan jenis pendidikan. Ada dua
pandangan yang menurut (Jumali dkk, 2004), perlu dipertimbangkan dalam menetukan
landasan filosofis dalam. pendidikan Indonesia. Pertama, pandangan tentang manusia
Indonesia. Filosofis pendidikan nasional memandang bahwa manusia Indonesia sebagai:
1) Makhluk Tuhan Yang Maha Esa dengan segala fitrahnya;
2) Makhluk individu dengan segala hak dan kewajibannya,
3) Makhluk sosial dengan segala tanggung jawab hidup dalam masyarakat yang
pluralistik, baik dari segi lingkungan sosial budaya, lingkungan hidup, dan segi
kemajuan Negara Kesatuan Republik Indonesia di tengah-tengah masyarakat
global yang senantiasa berkembang dengan segala tantangannya.
c) ASPEK AKSIOLOGIS
Aksiologi menyelidiki pengertian, jenis, tingkatan, sumber dan hakikat
nilai secara kesemestaan. Aksiologi Pancasila pada hakikatnya sejiwa dengan
ontologi dan epistemologinya. Pokok-pokok aksiologi itu dapat disarikan sebagai
berikut:
a) Tuhan yang mahaesa sebagai mahasumber nilai, pencipta alam semesta dan
segala isi beserta antarhubungannya, termasuk hukum alam. Nilai dan hukum
moral mengikat manusia secara psikologis-spiritual: akal dan budi nurani,
obyektif mutlak menurut ruang dan waktu secara universal. Hukum alam dan
hukum moral merupakan pengendalian semesta dan kemanusiaan yang menjamin
multieksistensi demi keharmonisan dan kelestarian hidup.
b) Subyek manusia dapat membedakan hakikat mahasumber dan sumber nilai dalam
perwujudan Tuhan yang mahaesa, pencipta alam semesta, asal dan tujuan hidup
manusia (sangkan paraning dumadi, secara individual maupun sosial)
c) . Nilai-nilai dalam kesadaran manusia dan dalam realitas alam semesta yang
meliputi: Tuhan yang mahaesa dengan perwujudan nilai agama yang diwahyukan-
Nya, alam semesta dengan berbagai unsur yang menjamin kehidupan setiap
makhluk dalam antarhubungan yang harmonis, subyek manusia yang bernilai bagi
dirinya sendiri (kesehatan, kebahagiaan, etc.) beserta aneka kewajibannya. Cinta
kepada keluarga dan sesama adalah kebahagiaan sosial dan psikologis yang tak
ternilai. Demikian pula dengan ilmu, pengetahuan, sosio-budaya umat manusia
yang membentuk sistem nilai dalam peradaban manusia menurut tempat dan
zamannya.
d) Manusia dengan potensi martabatnya menduduki fungsi ganda dalam hubungan
dengan berbagai nilai: manusia sebagai pengamal nilai atau 'konsumen nilai yang
bertanggung jawab atas norma-norma penggunaannya dalam kehidupan bersama
sesamanya, manusia sebagai pencipta nilai dengan karya dan prestasi individual
maupun sosial (in adalah subyek budaya). "Man created everything from
something to be something else, God created everything from nothing to be
everything." Dalam keterbatasannya, manusia adalah prokreator bersama Allah.
e) Martabat kepribadian manusia secara potensial-integritas bertumbuhkembang dari
hakikat manusia sebagai makhluk individu-sosial-moral: berhikmat
kebijaksanaan, tulus dan rendah hati, cinta keadilan dan kebenaran, karya dan
darma bakti, amal kebajikan bagi sesame
f) Manusia dengan potensi martabatnya yang luhur dianugerahi akal budi dan nurani
sehingga memiliki kemampuan untuk beriman kepada Tuhan yang mahaesa
menurut
DAFTAR REFERENSI
Giri, I. P. A. A., Ardini, N. L., & Kertiani, N. W. (2021). Pancasila sebagai Landasan Filosofis
Pendidikan Nasional. Sanjiwani: Jurnal Filsafat, 12(1), 116-126.
Gunawan, I., & Wahyudi, A. V. (2020). Fungsi Filsafat Pancasila Dalam Ilmu Pendidikan.
Dilndonesia. Tatar Pasundan: Jurnal Diklat Keagamaan, 14(2), 209-218.
Jalaludin, dan Abdullah Idi. 2011. Filsafat Pendidikan. Jakarta:PT. RajaGrafindo Persada.
Ningrum, T. A. (2011). Dasar-Dasar Filsafat Pendidikan Pancasila. Makalah:Universitas
Negeri Padang.Tersedia di:https://www.scribd.com/doc/298815389/dasar-dasar filsafat-
pendidikanpancasila
Semadi, Y. P. (2019). Filsafat Pancasila Dalam Pendidikan Di Indonesia Menuju Bangsa
Berkarakter. Jurnal Filsafat Indonesia, 2(2), 82-89.