Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN

Resume Buku Pendidikan Pancasila oleh


Prof.Dr.H. Kaelan, M.S.

Dosen Pengampu :
Nasrul Wahyu Suryawan, M.Pd

Disusun Oleh :
1. Fatma Nur Sholikhah (20)
2. Tata Ayu Nurindahsari (38)

PROGRAM STUDI S1 FARMASI IB


STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN
TAHUN 2018/2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan
Rahmat, Inayah, Taufik dan Hinayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan
penyusunan resume ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana.
Semoga makalah inidapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk
maupun pedoman bagi pembaca dalam administrasi pendidikan dan unruk
peningkatan kesadaran dan wawasan mahasiswa akan status, hak, dan kewajiban
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta peningkatan
kualitas dirinya sebagai manusia. Buku “PENDIDIKAN PANCASILA” karangan
Prof. Dr. H. Kaelan, M.S seorang dosen Universitas Gajah Mada isinya sanagat
bagus. Dia menjelaskan Pancasila secara rinci mulai dari sejarah munculnya
pancasila, nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila, kegunaan Pancasila serta
menjelaskan hubungan Pancasila dengan UUD 1945.
Buku tersebut juga memungkinkan untuk dikonsumsi oleh semua
kalangankarena dari sisi ekonomisnya itu sangat murah jika dibandingkan dengan
ilmu-ilmuyang terkandung dalam buku tersebut. Akhirnya kami merasa dalam
penyusunan resume buku “Pendidikan Pancasila” ini masih banyak
kekurangannya maka kami mengharap kritik dan saran yang membangun dari
pembaca. Kami menyadarisepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari
segi susunan kalimat maupun tat bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan
terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat
memperbaiki resume ini. Akhir kata besar harapan kami agar makalah ini
bermanfaat bagi kita semua.

Madiun, Oktober 2018

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................... i


DAFTAR ISI.................................................................................................... ii
BAB I : IDENTITAS BUKU .......................................................................... 1
BAB II : REPORT.............................................................................................
1. BAB I Pendahuluan....................................................................................
2. BAB II Pancasila dalam konteks bangsa indonesia....................................
3. BAB III Pancasila sebagai sistem filsafat..................................................
4. BAB IV Etika politik dalam pancasila.......................................................
5. BAB V Realisasi pancasila.........................................................................
BAB III : ANALISIS DINAMIKA..................................................................
BAB IV : PENUTUP........................................................................................
BAB I
IDENTITAS BUKU

Judul : Pendidikan Pancasila


Penulis : Prof. Dr. Kaelan, M.s.
Penerbit : Paradigma Yogyakarta
Tahun Terbit : 2016, Edisi refisi kesebelas 2016
BAB II
REPORT

1. BAB I PENDAHULUAN
A. Landasan Pendidikan Pancasila
1. Landasan Historis
Beratus- ratus tahun bangsa Indonesia dalam pejalanan hidupnya
berjuang untuk menemukan jati dirinya sebagai suatu bangsa yang
merdeka, mandiri, serta memiliki suatu prinsip yang tersimpul dalam
filsafat hidup bangsa. Setelah melalui proses yang panjang, yang di
dalamnya tersimpul ciri khas, sifat, dan karakter bangsa yang berbeda
dengan bangsa lain, yang kemudian dirumuskan menjadi lima prinsip
yang kemudian dikenal diberi nama pancasila. Yang dari itu dapat
diketahui bahwa nilai-nilai yang terkandung dalam setiap sila Pancasila
telah dimiliki oleh bangsa Indonesia sendiri.
2. Landasan Kultural
Berbeda dengan bangsa lain, bangsa Indonesia mendasarkan
pandangan hidupnya dalam bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara ada
suatu asas kultural yang melekat pada bangsa itu sendiri. Nilai-nilai
kultural ini diangkat melalui roses refleksi filosofis para pendiri negara
seperti Soekarno, M. Yamin, M. Hatta, Soeomo, serta para tokoh lainnya.
3. Landasan Yuridis
Landasan yuridis perkuliahan pendidikan pancasila di perguruan
tinggi tentang Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional. Pasal 1ayat 2 disebutkan bahwa sistem pendidikan
nasional berdasarkan Pancasila. Hal ini mengandung makna bahwa
Pancasila merupakan sumber hukum pendidikan nasional.
4. Landasan Filosofis
Pancasila adalah sebagai dasar filsafat negara dan pandangan
filosofis bangsa Indonesia. Oleh karena itu sudah merupakan keharusan
untuk selalu merealisasikannya dalam setiap aspek kehidupan. Seperti
aspek penyelenggaraan negara harus bersumber pada nilai-nilai Pancasila
termasuk pelaksanaan kenegaraan, baik dalam pembangunan nasional,
ekonomi, politik, hukum, sosial budaya, maupun pertahanan dan
keamanan.
B. Tujuan Pendidikan Pancasila
Pendidikan ancasila bertujuan menghasilkan masyarakat yang
berperilaku bertanggung jawab atas apa yang dikehendaki hati nuraninya,
mampu mengenali masalah hidup serta cara pemecahannya, mengenali
perkembangan zaman, dan mampu memaknai peristiwa sejarah dan nilai
budaya bangsa. Yang terpenting adalah masyarakat diharapkan mampu
memahami, menganalisis, dan menjawab permasalahan bangsanya.
C. Pembahasan Pancasila Secara Ilmiah
Pancasila sebagai suatu kajian ilmiah harus memenuhi syarat-syarat
ilmiah, seperti yang dikemukakan oleh I.R. Poedjowijatno dalam
buku Tahu dan Pengetahuan yang merinci:
1.  Berobjek
Syarat pertama suatu pengetahuan disebut ilmiah adalah harus
memiliki objek, oleh karena itu pembahasan pancasila secara ilmiah
harus memiliki objek. Dan objek dari pembahasan Pancasila adalah
bangsa Indonesia itu sendiri.
2.  Bermetode
Untuk mendapat kebenaran yang bersifat objektif diperlukan suatu
metode. Salah satu metode pembahasab Pancasila adalah
metode analitico syntetic yaitu suatu perpaduan metode analisis dan
sintetis
3.  Bersisitem
Pembahasan Pancasila sebagai suatu sistem yaitu pada Pancasila itu
sendiri sebagai objek pembahasan ilmiah bersifat runtut, tanpa adanya
pertentangan, sehingga sila-sila Pancasila itu merupakan suatu kesatuan
yang sistemik.
4.  Bersifat Universal
Nilai-nilai Pancasila itu harus bersifat universal yang artinya
kebenarannya itu tidak terbatas oleh waktu, ruang, keadaan, kondisi,
maupun jumlah tertentu.

D. Beberapa Pengertian Pancasila


1. Pengertian Pancasila secara Etimologis
Menurut Muhammad Yamin, dalam bahasa Sansekerta perkataan
“Pancasila” memiliki dua macam arti yaitu:
“panca” artinya “lima” “syila” vokal i pendek artinya “batu sendi”,
“alas”, atau “dasar” “syiila” vokal i panjang artinya “peraturan
tingkah laku yang baik, yang penting atau yang senonoh”.
2. Pengertian Pancasila secara Historis
Pada tanggal 1 Juni 1945 di dalam sidang tersbut Ir. Soekarno
berpidato mengenai calon rumusan dasar negara Indonesia. Kemudian
Soekarno menamai dasar negara tersebut dengan nama “Pancasila” yang
rumusannya sebagai berikut:
a. Nasionalisme atau Kebangsaan Indonesia
b. Internasionalisme atau Perikemanusiaan
c. Mufakat atau Demokrasi
d. Kesejahteraan sosial
e. Ketuhanan yang Berkebudayaan
3. Pengertian Pancasila secara Terminologis
Untuk melengkapi perlengkapan negara sebagaimana lazimnya negara
merdeka, maka Panitia Persiaan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) pada
tanggal 18 Agustus 1945 telah mengesahkan UUD negara yang disebut
UUD 1945.
Dildalam UUD 1945 tercantum rumusan Pancasila sebagai berikut :
a. Ketuhanan yang maha esa
b. Kemanusiaan yang adil dan beradab
c. Persatuan Indonesia
d. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyarawatan/perwakilan
e. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
Rumusan yang tercantum tersebut secara konstitusional sah dan benar
sebagai dasar negara repuiblik Indonesia.
2. BAB II PANCASILA DALAM KONTEKS SEJARAH BANGSA
INDONESIA (KUASA MATERIALIS PANCASILA)
A. Pengantar
Suatu bangsa dalam mewujudkan suatu negara modern, secara
objektif memiliki karakteristik sendiri-sendiri, dan melalui proses serta
perkembangan sesuai dengan latar belakang sejarah realitas sosial,
budaya, etnis, kehidupan keagamaan, dan letak geografis negara tersebut.
Dan negara Indonesia dalam perjuangannya mewujudkan negara modern
diwarnai dengan penjajahan bangsa asing selama 3,5 abad. kemudian
dalam mendirikan negara, bangsa Indonesia menggali nilai-nilai yang
dimiliki oleh bangsa itu. Nilai-nilai tersebut diolah dan disahkan menjadi
dasar filsafat negara.
Nilai-nilai tersebut adalah dari bangsa indonesia sendiri, sehingga
bangsa indonesia sebagai kausa materialisPancasila. Oleh karena itu
untuk memahami Pancasila secara lengkap dan utuh diperlukan
pemahaman sejarah perjuangan bangsa Indonesia.
B. Nilai-nilai Pancasila dalam Sejarah Indonesia
a. Zaman Kutai
Masyarakat Kutai memebuka sejarah Indonesia pertama kalinya
menampilkan nilai sosial politik dan ketuhanan dalam bentuk kerajaan
kenduri serta sedekah pada para Brahmana.
b. Zaman Sriwijaya
Tiga tahap pembentukan negara indonesia :
1. Sriwijaya/ sayilendra (600-1400) – kedatuan
2. Majapahit (1293-1525) – keprabuan
3. Modern (17 Agustus 1945-Sekarang)
c. Zaman kerajaan-kerajaan sebelum Majapahit
Banyak kerajaan kecil yang mendukung akan lahirnya kerajaan
Majapahit seperti Isana, Kalasan, Darmawangsa, dll.
d. Kerajaan Majapahit
Empu Prapanca menilis Negarakertagama yang memuat istilah
Pancasila. Begitu juga Empu Tantular yang mengarang kitab
Sutasoma yang memuat Bhineka Tunggal Ika Tan Hana Dharma
Magrua yang berarti walau berbeda namun satu jua adanya sebab
tidak ada agama yang memiliki Tuhan yang berbeda. Hal ini
menunjukkan adanya realitas kehidupan agama pada saat itu, yaitu
Hindu dan Budha.
Sumpah Palapa yang diucapkan oleh Mahapatih Gajah Mada
dalam sidang Ratu dan Menteri-menteri di paseban keprabuan
Majapahit tahun 1331, yang berisi cita-cita mempersatukan seluruh
nusantara raya sebagai berikut : “Saya barua akan berhenti berpuasa
makan pelapa, jikalau seluruh nusantara bertakluk di bawah
kekuasaan negara.Impian ini telah mempersatukan silayah nusantara
dalam sebuah kesatuan menjadi kenyataan hingga saat ini.
C. Zaman Penjajahan
Belanda terbukti menindas rakyat Indonesia melalui berbagai cara,
namun berkat kegigihan para pejuang untuk bebas dari penjajah, kerajaan
dan pemerintahan yang ada saat itu melakukan perundingan silih
berganti. Namun, semua perlawanan senantiasa kandas karena tidka
disertai rasa persatuan dan kesatuan dalam menaklukkan penjajah.
D. Kebangkitan Nasional
Terjadinya pergolakkan kebangkitan dunia timur mendorong bangkitnya
semangat kesadaran berbangsa yang ditandai dengan lahirnya Budi
Utomo, disusul dengan lahirnya SDI, SI, Indische Partij, PNI, dll.
Munculnya organisasi kepemudaan menunjukkan bahwa persatuan untuk
melawan penjajah mulai terealisasikan.
E. Zaman Penjajahan Jepang
Indonesia jatuh ke tangan Jepang karena Belanda takluk pada Jepang. Tak
ada bedanya dengan Belanda, Jepang pun memeras tenaga rakyat untuk
kepentingan Jepang. Janji merdeka diberikan pada Indonesia berkali-kali
melalui BPUPKI dan PPKI. BPUPKI mengadakan sidang untuk
mewujudkan keinginan merdeka, yaitu pada :
a. 29 Mei 1945 – 1 Juni 1945
Membahas usulan0usulan rumusan dasar negara. Sidang ini dihadiri oleh
beberapa tokoh penting, seperti :
 Mr. Muh. Yamin
 Prof. Dr. Soepomo
 Ir. Soekarno
b. 10 Juli 1945 – 16 Juli 1945
Membentuk “Panitia Sembilan” untuk membuat pembukuan hukum dasar
yang lebih kita kenal dengan istilah Undang-Undang Dasar.
F. Proklamasi Kemerdekaan dan Sidang PPKI
Proklamasi Jepang kalah perang melawan tentara sekutu, Jepang
terdesak memberikan kemerdekaan Indonesia melalui PPKI sebagai tim
perncang kemerdekaan Indoensia. PPKI beranggotakan 21 orang, yang
tidak satupun anggotanya dari pihak Jepang sehingga dapat leluasa
merundingkan proklamasi untuk kemerdekaan Indonesia.
G. Masa Setelah Proklamasi Kemerdekaan
Arti proklamasi kemerdekaan bagi Indonesia :
a. Secara yuridis, Proklamasi menjadi awal tidak berlakunya hukum
kolonial, dan mulai berlakunya hukum masional.
b. Secara politis ideologis, Proklamasi berarti bahwa Indonesia terbebas
dari penjajahan dan memiliki kedulatan untuk menentukan nasib
sendiri.

3. BAB III PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT


A. Pengertian Filsafat
Istilah filsafat berasal dari bahasa Yunani, kata ini bersifat majemuk
yaitu dari kata philos yang berarti sahabat dan kata sopia yang berarti
pengetahuan yang bijaksana. Maka philosopia menurut arti katanya
berarti cinta pada pengetahuan yang bijaksana. Filsafat memiliki bidang
bahasan yang luas yaitu segala sesuatu baik yang bersifat konkrit maupun
abstrak.
B. Rumusan Kesatuan Sila-sila Pancasila Sebagai Suatu Sistem
Sistem adalahsuatu keasatuan bagian-bagian yang saling
berhubungan, saling bekarja sama untuk suatu tujuan tertentu dan secara
keseluruhan merupakan suatu kesatuan utuh yang memiliki ciri-ciri :
1. Suatu kesatuan bagian-bagian
2. Bagian-bagian tersebut mempunyai fungsi sendiri-sendiri
3. Saling berhubungan dan saling ketergantungan.
4. Keseluruhan dimaksudkan untuk mencapai suatu tujuan tertentu
(tujuan sistem)
5. Terjadi dalam suatu lingkungan yang kompleks
Pancasila yang terdiri atas bagian-bagian yaitu sila-sila Pancasila
setiap sila pada hakikatnya merupakan suatu asas sendiri, fungsi sendiri
namun secara keseluruhan merupakan suatu kesatuan yang sistematis.
C. Kesatuan Sila-sila Pancasila Sebagai Suatu Filsafat
Kesatuan sila-sila Pancasila pada hakikatnya bukanlah hanya
merupakan kesatuan yang bersifat formal logis saja namun juga meliputi
kesatuan makna, dasar ontologis, dasar epistemiologis serta dasar
oaksiologis dari sila-sila pancasila. Secara filosofis Pancasila sebagai
suatu kesatuan sistem filsafat memiliki dasar ontologis, dasar
epistemologis, dan dasar oskologis sendiri yang berbeda degan sistem
filsafat yang lainnya misalnya materialisme, liberalisme, pragmatisme,
komunisme, idealisme dan lain paham filsafat di dunia.
1. Dasar Antropologis Sila-Sila Pancasila
2. Dasar Epistemologis Sila-sila Pancasila
3. Dasar Aksiologis Sila-sila Pancasila
D. Pancasila Sebagai Nilai Dasar Fundanmental Bagi Bangsa Dan Negara
Republik Indonesia
1. Dasar Filosofis
2. Nilai-Nilai Pancasila Sebagai Nilai Fundamental
E. Inti Isi Sila-Sila Pancasila
1. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Sila Kemanusiaan Yang Adil Dan Berdap
3. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa
4. Sila Kerakyatan Tang Dipimpin Oleh Hikmah Kebijaksanaan Dalam
Permusyawarahan/Perwakilan
5. Sila Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia

4. BAB IV ETIKA POLITIK BERDASARKAN PANCASILA


A. Pengantar
Dalam filsafat Pancasila terkandung di dalamnya suatu pemikiran-
pemikiran yang bersifat kritis, mendasar, rasional, sitematis dan
komprehensif (menyeluruh) dan sistem pemikiran ini merupakan suatu
nilai. Oleh karena itu, suatu pemikiran filsafat tidak secraa langsung
menyajikan norma-norma yang merupakan pedoman dalam suatu
tindakan atau aspek praksis melainkan suatu nilai-nilai yang bersifat
mendasar. Norma-norma tersebut meliputi :
1. Norma moral
Berkaitan dengan tingkah laku manusia, dapat diukur dari sudut
baik maupun buruk.
2. Norma hukum
Suatu sistem peraturan perundang-undangan yang berlaku di
Indonesia.
Etika adalah suatu ilmu yang membahas tentang bagaimanadan mengapa
kita mengikuti suatu ajaran moral tertentu, atau bagaimana kita harus
mengambil sikap yang bertanggung jawab berhadapan dengna pelbagai
jaaran moral.
B. Pengertian nilai, norma dan moral
Nilai merupakan kemampuan yang dipercayai yang ada pad asuatu
benda untuk memuaskan manusia. Jadi hakikatnya, nilai merupakan sifat
atau kualitas yang melakat pada suatu objek, bukan objek itu sendiri.
C. Nilai dasar, nilai instrumental dan nilai praksis
1. Nilai Dasar
Nilai dasar tidak dapat diamati melalui indera manusia, namun
berkaitan dengan tingkah laku manusia atau segala aspek kehidupan
manusia yang bersifat nyata. Nilai bersifat universal karena
menyangkut hakikat kenyataan objektif segala sesuatu misalnya
Tuhan, manusia atau segala sesuatu lainnya.
2. Nilai Instrumental
Merupakan suatu pedoman yang dapat diukur dan diarahkan, sehingga
dapat dikatakan bahwa nilai instrumental juga merupakan suatu
eksplisitasi dari nilai dasar.
3. Nilai Praksis
Merupakan perwujudan dari nilai instrumental sehingga dapat
berbeda-beda wujudnya, namun demikian tidak bisa menyimpang atau
bahkan tidak dapat bertentangan karena nilai dasar, nilai instrumental
dan nilai praksis merupakan suatu sistem perwujudan yang tidak boleh
menyimpang dari sistem tersebut.
D. Etika politik
Sebagai dasar negara Pancasila tidak hanya merupakan sumber
peraturan perundang-undangan, melainkan juga merupakan sumber
moralitas. Sila pertama serta sila kedua adalah sumber utama bagi
kehidupan kebangsaan.
Etika politik menuntut agar kekuasaan dalam negara dijalankan
sesuai dengan (1) asas legalitas, (2) dilakukan secara demokratis, (3)
dilaksanakan berdasarkan prinsip moral. Etika politik ini juga harus
direalisasikan oleh setiap individu dalam pelaksanaan pemerintahan
negara.
5. BAB V REALISASI PANCASILA
A. Pengantar
Nilai-nilai Pancasila adalah merupakan nilai yang universal. Nilai-
nilai tersebut dijabarkan sehingga menjadi norma-norma moral, untuk
direalisasikan, dilaksanakan, dan diamalkan oleh setiap warga negara
Indinesia. Oleh karena itu, masalah pokok dalam aktualisasi Pancasila
adalah bagaimana nilai-nilai Pancasila tersebut dijabarkan dalam bentuk
norma-norma yang jelas dalam kaitannya dengan tingkah laku semua
warga.
Aktualisasi Pancasila dapat dibedakan menjadi 2 macam yaitu
aktualisasi pancasila objektif yaitu realisasi pada segala aspek
kenegaraan dan aktualisasi subjektif yaitu realisasi pada individu
B. Realisasi Pancasila yang Objektif
Yaitu realisasi serta implementasi nilai-nilai Pancasila dalam segala
aspek penyelenggaraan negara. Hal ini adalah perwujudan nilai-nilai
Pancasila dalam kedudukannya sebagai dasar negara Republik Indonesia.
Oleh karena itu implementasi ini berkaitan dengan norma-norma hukum
dan moral.
C. Realisasi Pancasila yang Subjektif
Adalah pelaksanaan Pancasila pada setiap pribadi seseorang, setiap
warganegara, setiap individu, setiap penduduk, setiap penguasa dan
setiap orang Indonesia.
BAB III
ANALISIS DINAMIKA

BAB I Pendahuluan
Pancasila telah menjadi bagian dari pasang surut sejarah politik bangsa. 
Politik aliran era demokrasi parlementer membawa bangsa ini dalam kontestasi
ideologis yang penuh instabilitas politik disertai dengan munculnya
pemberontakan daerah.  Langkah Bung Karno mengeluarkan Dekrit Presiden 5
Juli 1959 menjadi momentum dimana Pancasila diteguhkan kembali sebagai
Dasar Negara.  Tantangan kembali muncul ketika PKI dengan komunisme yang
anti Pancasila mulai memperluas pengaruh, memanfaatkan arah politik luar negeri
Indonesia dalam suasana revolusioner menentang kembalinya nekolim. 
Puncaknya adalah meletusnya G30S/PKI 1965, suatu upaya perebutan kekuasaan
secara tidak sah, sekaligus subversi ideologis terhadap Pancasila sebagai Dasar
Negara.  Meski demikian, perjuangan dan kebulatan tekad dari seluruh kekuatan
politik bangsa berhasil membendung upaya subversi ideologis tersebut dan
menegakan Pancasila sebagai Dasar Negara. (liputan 6.com)

BAB 2 Pancasila Dalam Konteks Sejarah Bangsa Indonesia


Disekolah para murid dengan mudah menyebutkan cita-cita masa depan
mereka dan jarang diajak untuk bertanya tentang siapa leluhur serta asal usul
kakek nenek moyang mereka. Seolah olah hanya merupakan medan proyeksi
masa depan peserta didik dan mengabaikan kesempatan untuk melakukan refleksi
masa lalu mereka sendiri. Padahal, dengan mempertanyakan masa lalu mereka
sendiri, pintu masuk untuk belajar sejarah bias ditemukan. Dengan, mengajak
peserta didik mengenal masa lalu, pada saat yang sama mereka juga diajak untuk
melatih imajinasi akan masa lalu itu sendiri. Maka dari itu sejarah sangat penting
untuk dikenang.

BAB 3 Pancasila Sebagai Sistem Filsafat


Jika setiap manusia benar-benar memahami nilai secara hakiki fungsi dan
tujuan dari pancasila iru sendiri maka tak aka nada pengikisan nilai. Penelataran
suatu ideology Negara yang disisihkan oleh arus perkembangan zaman dimasa
kini, disinilah fungsi dari suatu filsafat sebagai wadah atau tempat para pemuda
pemuda Indonesia untuk lebih merenungi lagi arti dan makna dari nilai-nilai
dalam pancasila. Dan perlu disayangkan bahwa, terlalu banyak tantangan yang
dialami dalam pengaktualisasian pancasila dalam hal sistem filsafat, karena terlalu
banyaknya masyarakat yang terhegemoni dalam belenggu budaya asing, yang
terus menerus menciptakan suatu gaya hidup yang berubah menjadi kebutuhan
bagi bangsa kita. Sehingga terbentuklah suatu masyarakat yang futuristik tapi buta
akan budayanya sendiri termasuk ideologinya yaitu Pancasila.

BAB 4 Etika Politik


Seorang politisi maupun pejabat negara  yang terlibat dalam kasus hukum,
hendaknya dengan berjiwa ksatria dapat menghadapinya sesuai dengan nilai-nilai
etika dan budaya yang tertanam di bangsa ini. Apalagi melihat cita-cita bangsa
Indonesia adalah menuju kepada negara hukum (rechtsstaat) di mana dalam
prosesnya penegakan hukum harus dilaksanakan secara tegas dan tidak tebang
pilih demi mencapai kepastian hukum. Setiap orang pada dasarnya memiliki hak
yang sama di hadapan hukum (equality before the law) untuk mendapatkan proses
peradilan yang jujur dan terbuka (fair trial) serta imparsial, sehingga pada
akhirnya tidak berpotensi melakukan tindakan menghalangi proses hukum
(obstruction of justice).

BAB 5 Realisasi Pancasila


Memperingati Hari Pancasila, dalam pembangunan di Indonesia pemerintah
seharusnya merancang pembangunan dengan meletakkan nilai-nilai Pancasila di
depannya. Demikian dinyatakan Sejarawan Universitas Indonesia (UI), Anhar
Gonggong yang dihubungi, Senin (01/6) pagi dalam rangka memaknai Pancasila
dalam memperingati Hari Lahir Pancasila yang jatuh pada hari ini."Misalnya saat
orang bicara soal Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia (sila ke-5
Pancasila), apa yang dimaksud dengan itu artinya seharusnya keadilan itu
diterapkan bagi semua dan bukan hanya untuk segelintir orang," jelasnya.Anhar
mencontohkan, hingga saat ini pemerintah masih menggunakan istilah raskin atau
beras bagi masyarakat miskin. Dimana rakyat miskin diberikan beras untuk orang
miskin yang mutunya jelek, sehingga dipertanyakan apakah itu sejalan dengan
Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia."Apa hak orang kaya
mendapatkan yang enak sementara pemerintah memberikan yang jelek kepada
orang miskin. keadilannya dimana?," ucap dia."Realisasikan nilai-nilai Pancasila.
Istilah raskin itu sesuai tidak dengan Dasar Negara, Keadilan Sosial Bagi Seluruh
Rakyat Indonesia?," tegasnya.Anhar menilai, yang menjadi persoalan Bangsa
Indonesia sekarang ini karena justru pemerintah menjalankan berbagai hal yang
anti Pancasila.

1.
BAB IV
PENUTUP

KESIMPULAN
Buku Pendidikan Pancasila karangan Prof. Dr. H. Kaelan, M. S membahas
tetang kondisi persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia dewasa ini. Serta
penyimpangan implementasi Pancasila pada masa Orde Lama dan Orde Baru
menimbulkan gerakan reformasi di Indonesia. Sehingga terjadilah suatu
perubahan yang cukup besar dalam berbagai bidang terutama bidang kenegaraan,
hukum maupun politik. Dan buku ini sangat menarik dan sangat bagus. Bahasa
yang digunakan juga mudah untuk dipahami oleh masyarakat umum dan
khususnya untuk mahasiswa. Dari buku ini dapat diambil suatu pesan bahwa
perlunya kita untuk menerapkan atau mengamalkan nilai-nilai pancasila dalam
kehidupan sehari-hari, sehingga kita dapat memahami arti dari sila-sila pancasila
yang sesungguhnya.

Anda mungkin juga menyukai