Anda di halaman 1dari 29

CRITICAL BOOK REVIEW

KEWARGANEGARAAN

DOSEN PENGAMPU:

FAUZIERNIE FAHMI, S.Pd., M.Hum.

DISUSUN OLEH:

NAMA : ATIKAH ZAHRAH MATONDANG


NIM : 0801183455
KELAS : IKM 9 (SEMESTER II)

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATRA UTARA
TAHUN AKADEMIK 2018/2019
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum wr.wb

Puji syukur kita panjatkan berkat kehadirat Allah SWT. Yang berkat dengan rahmat
dan hidayatnya saya diberikan kemudahan sehingga dapat menyelesaikan tugas yaitu
“Critical Book Review” ini dengan tepat waktu. Shalawat serta salam semoga terlimpah kita
curahkan kepada Nabi Muhammad SAW.
Ucapan terimakasih saya kepada Dosen Ibu FAUZIERNIE FAHMI, S.Pd., M.Hum.
telah memberikan pengarahan tugas ini kepada saya.
Saya menyadari bahwa tugas ini masih jauh dari kata sempurna oleh sebab itu kritik
dan saran sangat saya harapkan. Atas kritik dan saran yang ibu berikan saya ucapkan
terimakasih.
Berikut yang dapat saya tuliskan. Semoga bermanfaat bagi kita semua. Aamiin..

Medan, 24 Juni 2019

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A. IDENTITAS BUKU

Judul Buku : Buku Pendidikan Pancasila


Sampul : Buku Pendidikan Pancasila
Penulis : Dr. Ujang Charda S., S.H., M.H., M.I.P.
Penerbit : PT Rajagrafindo Persada
Tahun Terbit : 2018
Cetakan :2
Jumlah Halaman : 361
ISBN : 978-602-425-280-9

B. PENDAHULUAN

Pendidikan Kewarganegaraan adalah salah satu mata pelajaran yang diwajibkan


dari tingkat Sekolah Dasar, menengah, hingga Perguruan Tinggi. Hal ini dimaksudkan
agar dapat memupuk karakter siswa untuk memiliki rasa nasionalisme, juga
membentuk karakter sosial dan karakter bangsa sejak dini. Karakter Bangsa adalah
perilaku yang diharapkan yang dimiliki oleh warga Negara sebagai cerminan dari
Pancasila dan UUD 1945.

Pendidikan Pancasila mengarah Pada moral yang diharapkan dapat diwujudkan


dalam kehidupan sehari-hari, yaitu perilaku yang memancarkan iman dan takwa
terhadap Tuhan yang Maha Esa dalam masyarakat yang terdiri atas berbagai golongan
agama, perilaku yang bersifat kemanusiaan yang adil dan beradap, perilaku
kebudayaan, dan beranekaragam kepentingan, perilaku yang mendukung kerakyatan
yang mengutamakan kepentingan bersama di atas kepentingan perorangan dan
golongan. Pancasila diangkat dari pandangan hidup yang berkembang dalam kehidupan
bangsa Indonesia yang kemudian pandangan hidup ini dirumuskan secara cerdas oleh
para pendiri bangsa dan diangkat sebagai dasar kehidupan bernegara. Pancasila memuat
prinsip-prinsip dasar bagi Negara, berarti bahwa Pancasila sebagai dasar filsafat Negara
yang memuat ajaran-ajaran atau prinsip-prinsip dasar saja.
BAB II
INTI (ISI BUKU PER BAB)

BAB 1 ( ORIENTASI TERHADAP PENDIDIKAN PANCASILA )

Landasan pendidikan pancasila

a. Landasan historis :
pancasila mendapat tempat yang berbeda-beda dalam pandangan renzim
pemerintah yang bekuasa dan penafsiran pancasila didominasi oleh pemikiran-
pemikiran dari rezim untuk melanggengkan kekuasaannya. Pada masa orde lama,
pancasila ditafsirkan dengan nasionalis, agama, dan komunis (nasakom)yang
disebut juga Tri Sila, kemudian kemudian diperas lagi menjadi Eka Sila(gotong
royong). Pada masa orde baru, pancasila harus dihayati dan diamalkan pedoman
penghayatan dan pengalaman pancasila.

b. Landasan yuridis :

Landasan yuridis mengacu kepada peraturan perundang-undangan yang


melegtimasi pendidikan pancasila yang pertama-tama dapat dilihat dalam alinea
keempat pembukan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun
1945. Perkembangan landasan yuridis menegenai mengenai pendidikan pancasila
sebagai norma dasar Negara dan dasar Negara Republik Indonesia yang berlaku
adalah pancasila yang tertuang dalam pembukaan UUD 1945 keputusan Presiden
Republik Indonesia mengenai Dekrit Presiden/panglima tertinggi angkatan perang
tentang kembali kepada UUD Negara Republik Indonesia tahun 1945.
c. Landasan sosiologis :

Bangsa Indonesia yang penuh kebhinekaan terdiri atas lebih dari 300 suku
bangsa yang tersebar di lebih dari 17.000 pulau, secara sosiologis telah
mempraktikan pancasila, karena nilai-nilai yang terkandung di dalamnya
merupakan kenyataan-kenyataan ( materil, formal, dan fungsional) yang ada
dalam masyarakat Indonesia.

d. Landasan filosofis :
Pancasila sebagai dasar filsafat Negara, menjadi jiwa dari peraturan
perundang-undang yang berlaku dalam kehidupan bernegara.

e. Landasan kultural:
Pancasila sebagai kepribadian dan jati diri bangsa Indonesia merupakan
pencerminan nilai-nilai yang telah lama tumbuh dalam kehidupan bangsa
Indonesia. Nilai-nilai yang dirumuskan dalam Pancasila bukan pemikiran satu
orang, seperti halnya ideology komunis yang merupakan pemikiran dari Karl
Marx, melainkan pemikiran konseptual dari tokoh-tokoh bangsa Indonesia, seperti
Soekarno, Moh Hatta, Muhammad Yamin, Soepomo, dan tokoh- tokoh lain.

Tujuan Pendidikan Pancasila

Pendidikan Pancasila mengarah Pada moral yang diharapkan dapat diwujudkan dalam
kehidupan sehari-hari, yaitu perilaku yang memancarkan iman dan takwa terhadap Tuhan
yang Maha Esa dalam masyarakat yang terdiri atas berbagai golongan agama, perilaku yang
bersifat kemanusiaan yang adil dan beradap, perilaku kebudayaan, dan beranekaragam
kepentingan, perilaku yang mendukung kerakyatan yang mengutamakan kepentingan
bersama di atas kepentingan perorangan dan golongan.
Tujuan Penyelengaraan Pendidikan Pancasila di Perguruan tinggi

Secara spesifik tujuan penyelenggaraan pendidikan pancasila di perguruan tinggi


adalah untuk:

 Memperkuat pancasila sebagai falsafah Negara dan ideology bangsa melalui


revitalisasi nilai-nilai dasar pancasila sebagai norma dalam kehidupan bermasyarakat
berbangsa dan bernegara.
 Memberikan pemahan dan pengahayatan atas jiwa dan nilai-nilai dasar Pancasila
kepala Mahasiswa sebagai warga Negara Republik Indonesia, serta membimbing
untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara.

Rumusan Pancasila

1. Rumusan Pancasila Secara Etimologis


Secara etimologis, istilah pancasila berasal dari sanksekerta India (bahasa
kasta Brahmana) yang menurut Muhammad Yamin perkataan pancasila memiliki
arti secara leksikal, yakni “Panca artinya lima, syila vocal i pendek artinya batu
sendi, alas atau dasar, syila: vocal i panjang artinya peraturan tingkat laku yang
baik, yang penting atau yang senonnoh”. Kata-kata tersebut, kemudian dalam
bahasa Indonesia terutama bahasa jawa “susila” yang memiliki hubungan dengan
moralitas. Masuknya kebudayaan India ke Indonesia melalui penyebaran agama
hindu dan budha, maka ajaran pancasila budhisme- pun masuk kedalam
kepustakaan jawa, terutama pada zaman Majapahit. Setelah Majapahit runtuh dan
agama Islam tersebar keseluruh Indonesia, sisa-sisa pengaruh ajaran moral
budha(Pancasila) masih juga dikenal masyarakat jawa yang disebut dengan “lima
larangan” atau “lima pantangan” moralitas.

2. Rumusan Pnacasila Secara Terminologis


Proklamasi kemerdekaan tanggal 17 Agustus 1945 telah melahirkan Negara
Republik Indonesia, dan untuk melengkapi alat-alat perlengkapan Negara
sebagaimana lazimnya Negara-negara merdeka, maka panitia persiapan
kemerdekaan Indonesia (selanjutnya disebut PPKI) segera mengadakan sidang.
Rumusan pancasila sebagaimana tercantum dalam pembukaan UUD 1945 ini
secara konstitusional sah dan benar sebagai dasar Negara rakyat Indonesia.

3. Rumusan Pancasila secara Historis


Proses perumusan Pancasila diawali ketika dalam sidang badan penyelidik
usaha-usaha persiapan kemerdekaan Indonesia (selanjutnya disebut BPUPKI)
pertama, Radjiman Wedyodiningrat mengajukan suatu masalah tentang calon
rumusan dasar Negara Indonesia yang akan dibentuk. Pada sidang tersebut tampil
tiga orang pembicara yaitu: Muhammad Yamin, Soepomo, Soekarno.

4. Rumusan Pancasila seacara Sosio-Filosofis


Pengertian pancasila yang bersifat sosiologis di dalam fungsinya sebagai
pengatur hidup kemasyarakatan pada umumnya, sedangkan pengertian yang
bersifat etis dan filosofis di dalam fungsinya sebagai pengatur tingkah laku pribadi
dan cara-cara dalam mencari kebenaran.
Tujuan Mempelajari Pancasila

Tujuan mempelajari Pancasila adalah ingin mengetahui pancasila yang benar, yakni
yang dapat dipertanggungjawabkan, baik secara yuridis konstitusional maupun secara
objektif ilmiah. Secara yuridis konstitusional, karena pancasila adalah dasar Negara yang
dipergunakan sebagai dasar mengatur/menyelenggarakan pemerintah Negara.

BAB 2 ( MEMAHAMI SEJARAH PANCASILA SEBAGAI LAMBANG NEGARA


INDONESIA)

A. Pancasila dalam Sejarah Bangsa Indonesia


President Soekarno pernah mengatakan “jangan sekali-kali meninggalkan
sejarah”. Perkataan ini dapat dimaknai, bahwa sejarah mempunyai fungsi yang
beragam bagi kehidupan, seperti diungkap seorang filsuf Yunani yang bernama
Cicero. Pengertian umum sejarah merupakan guru kehidupan. Begitu kuat
mengakarnya pancasila dalam jiwa bangsa menjadikan pancasila terus Berjaya
sepanjang masa. Hal tersebut disebabkan ideology Pancasila tidak hanya sekedar
“confirm and deepen” identitas bangsa Indonesia. Ia lebih dari itu, Pancasila adalah
identitas bangsa Indonesia sendiri sepanjang masa.

1. Pancasila Pra Kemerdekaan


Proses perumusan Pancasila diawali ketika daloam sidang BPUPKI pertama
ketika Radjiman Wedyodiningrat pada tanggal 29 mei 1945 mengajukan suatu
masalah tetang suatu calon rumusan dasar Negara Indonesia yang akan dibentuk. Pada
sidang pertama BPUPKI yang dilaksanakan dari tanggal 29 mei-19 juni 1945, tampil
berturut-turut untuk berpidato menyampaikan usulannya tentang dasar Negara. Pada
tanggal 29 mei 1945 Muhammad Yamin mengusulkan calon rumusan dasar Negara
Indonesia peri kebangsaan, peri kemanusiaan, peri kehutanan, peri kerakyatan dan
peri kesejahteraan rakyat.

2. Pancasila Era Kemerdekaan


Pada tanggal 6 agustus 1945 bom atom dijatuhkan di kota Hirosima oleh
Amerika Serikat yang mulai menurunkan moral semangat tentara jepang. Sehari
kemudian BPUPKI berganti nama menjadi PPKI menegaskan keinginan dan tujuan
mencapai Kemerdekaan Indonesia, bom atom kedua dijatuhkan di Nagasaki yang
membuat jepang menyerah kepada Amerika dan sekutunya. Peristiwa ini pun
dimanfaatkan oleh Indonesia untuk memproklamasikan kemerdekaannya.

3. Pancasila Era Orde Lama


Terdapat dua pandangan besar terhadap dasar Negara yang berpengaruh
terhadap munculnya Dekrit Presiden. Pandangan tersebut, yaitu mereka yang
memenuhi “anjuran” presiden/pemerintah untuk “kembali ke UUD 1945” dengan
Pancasila sebagaimana dirumuskan dalam Piagam Jakarta sebagai dasar Negara,
sedangkan pihak lainnya menyetujui “kembali ke Undang-undang Dasar 1945”, tanpa
cadangan, artinya pancasila, seperti dirumuskan dalam pembukaan Undang-undang
dasar yang disahkan PPKI tanggal 18 agustus 1945 sebagai dasar Negara. Namun,
kedua usulan tersebut tidak mencapai kuorum keputusan sidang konstituante.

4. Pancasila Era Orde Baru


Setelah lengsernya sebagai Presiden, selanjutnya Jenderal Soeharto yang
memegang kendali terhadap negri ini. Dengan berpindahnya kursi ke presidenan
tersebut, arah pemahaman terhadap berpindahnya kursi ke presidenan tersebut, arah
pemahaman terhadap pancasila pun mulai diperbaiki. Pada peringatan hari lahirnya
istilah pancasila, 1 juni 1967 Presiden Soeharto mengatakan, bahwa “Pancasila makin
banyak mengalami ujian zaman dan makin bulat tekad kita mempertahankan
Pancasila.

5. Pancasila Era Reformasi


Pancasila yang seharusnya sebagai nilai dasar moral etika bagi Negara dan
aparat pelaksana Negara, dalam kenyataan digunakan sebagai alat legitimasi politik.
Puncak dari keadaan tersebut ditandai dengan hancurnya ekonomi nasional, maka
timbullah berbagai gerakan masyarakat yang dipelopori oleh mahasiswa, cendikiawan
dan masyarakat sebagai gerakan moral politik yang menuntut adanya “reformasi” di
segala bidang politik, ekonomi dan hokum. Saat orde baru tumbul, muncul fobia
terhadap pancasila. Dasar Negaraitu untuk sementara waktu seolah dilupakan, karena
hamper selalu identic dengan renzim orde baru. Dasar Negara itu berubah menjadi
ideology tubggal dan satu-satunya sumber nilai serta kebenaran. Negara menjadi
maha tahu mana yang benar dan mana yang salah.
B. Pancasila Sebagai Lambang Negara Indonesia
1. Sejarah lambang Negara

Garuda sebagai lambang Negara muncul dalam berbagai kisah, sudah menjadi
lambang kerajaan atau stempel kerajaan di jawa, seperti kerajaan Airlangga. Di Bali
yang dalam banyak kisah Garuda melambangkan kebajikan, pengetahuan, kekuatan,
keberanian, kesetiaan, dan disiplin. Garuda sebagai kendaraan Whisnu memiliki sifat
pemelihara dan penjaga tatanan alam semesta. Dalam tradisi Bali, Garuda dimuliakan
sebagai “Tuan segala makhluk yang dapat terbang” dan “Raja agung para burung”. Di
Bali biasanya digambarkan sebagai makhluk yang memiliki kepala,paruh,sayap, dan
cakar elang, tetapi memiliki tubuh dan lengan manusia biasanya digambarkan dalam
ukiran yang halus dan rumit dengan warna cerah keemasan, digambarkan dalam
posisi sebagai kendaraan Wishnu, atau dalam adegan pertempuran melawan Naga.
Garuda sebelum digunakan secara resmi sebagai lambang Negara Republik Indonesia,
juga sudah diapakai sebagai lambang kerajaan Samudera Pasai yang dulu kala
berpusat di Aceh Utara.

Rancangan lambang Negara tersebut mendapat masukan dari Partai Masyumi


untuk dipertimbangkan kembali, karena adanya keberatan terhadap gambar burung
Garuda dengan tangan dan bahu manusia yang memegang perisai dan dianggap
terlalu bersifat mitologis. Sultan Hamid II kembali mengajugan rancangan gambar
lambang Negara yang telah disempurnakan berdasarkan aspirasi yang berkambang,
sehingga tercipta bentuk Rajawali-Garuda Pancasila, disingkat Garuda Pancasila.

2. Pengertian Lambang Negara

Garuda Pancasila merupakan symbol cerminan kedaulatan Negara di dalam


tata pergaulan dengan Negara-negara lain dan menjadi cerminan kemandirian dan
eksistensi Negara Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makur.
Lambang Negara menjadi kekuatan yang sanggup menghimpun serpihan sejarah
nusantara yang beragam sebagai bangsa besar dan Negara kesatuan Republik
Indonesia. UUD 1946 sudah mengatur berbagai hal yang menyangkut tentang
lambang Negara. Pengaturan lambang Negara dalam bentuk undang-undang yang
diamatkan Pasal 36C UUD 1945 direalisasikan melalui undang-undang nomor 24
tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara, serta Lagu kebangsaan.
Pengaturan lambang Negara, sebagai symbol identitas wujud eksistensi bangsa dan
Negara kesatuan Republic Indonesia dilaksanakan berdasarkan asas-asas sebagai
berikut:
a. Persatuan
b. Kedaulatan
c. Kehormatan
d. Kebangsaan
e. Kebhinnekatunggalikaan
f. Ketertiban
g. Kepastian Hukum
h. Keseimbangan
i. Keserasian
j. Keselarasan

Pengaturan lambang Negara melalu Undang-undang Nomor 24 tahun 2009


bertujuan untuk:
a. Memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa dan Negara Kesatuan
Republic Indonesia.
b. Menjaga kehormatan yang menunjukkan kedaulatan bangsa dan Negara
Kesatuan Republic Indonesia.
c. Menciptakan ketertiban, kepastian, dan standardisasi penggunaan labang
Negara.

3. Bentuk Lambang Negara


Lambang Negara kesatuan republic Indonesia berbentuk Garuda Pancasila
yang kepalanya menoleh lurus ke sebelah kanan, perisai berupa jantung yang
digantung dengan rantai pada leher Garuda, dan semboyan Bhinneka Tunggal Ika
ditulis di atas pita yang dicekram oleh Garuda. Garuda dengan perisai
sebagaimana dimaksud memiliki paruh, sayap, ekor, dan cakar yang mewujudkan
lambang tenaga pembangunan Garuda sebagai dimaksud memiliki sayap yang
masing-masing berbulu 17, ekor berbulu 8, pangkal ekor berbulu 19, dan leher
berbulu 45.
Ditengah-tengah perisai menurut pasa 46 Undang-undang Nomor 24 tahun
2009 terdapat sebuah garis hitam tebal yang melukiskan khatulistiwa. Pada perisai
sebagaimana dimaksud terdapat lima buah ruang yang mewujudkan dasar
Pancasila.

4. Penggunaan Lambang Negara


Menurut pasal 51 Undang-undang nomor 24 tahun 2009, Lambang Negara
wajib digunakan di :
a. Dalam gedung, kantor, atau ruang kelas satuan pendidikan.
b. Luar gedung atau kantor.
c. Lembaran Negara, tambahan lembaga Negara, berita Negara dan tambahan
berita Negara.
d. Paspor, ijazah, dan dokumen resmi yang diterbitkan pemerintah.
e. Uang logam atau uang kertas.
f. Materai.
5. Larangan Penggunaan Lambang Negara
Pasal 57 Undang-undang Nomor 24 tahun 2009 merumuskan, bahwa setiap
orang dilarang:
a. Mencoret, menulisi, menggambari, atau membuat rusak lambang Negara
dengan maksud menodai, menghina, atau merendahkan kehormatan
lambang Negara.
b. Menggunakan lambang Negara yang rusak dan tidak sesuai dengan
bentuk, warna, dan perbandingan ukuran.
c. Membuat lambang untuk perseorangan, partai politik, perkumpulan,
organisasi dan atau perusahaan yang sama atau menyerupai lambang
Negara.
d. Menggunakan Lambang Negara untuk keperluan selain yang diluar dalam
undang-undang.

BAB 3 (MEMAHAMI PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT)

A. Pengertian Filsafat
Istilah filsafat dalam bahasa Indonesia memilki padanan kata falsafah (Arab),
philosophy (Inggris), philosophia (Latin), philosophie (Jerman, Belanda, Prancis).
Semua istilah itu bersumber pada istilah Yunani, yaitu philosophia. Philosopia dalam
bahasa Yunani merupakan kata majemuk yang terdiri dari Philein berarti mencintai,
sedangkan philos teman (philia, cinta). Selanjutnya shopos berarti bijaksana,
sedangkan shopia berarti kebijaksanaan, (kearifan). Ada dua arti secara etimologi dari
filsafat yang sedikit berbeda. Pertama, apabila istilah filsafat mengacu pada asal kata
philein dan shopos, maka artinya mencintai hal-hal yang bersifat bijaksana (bijaksana
maksud sebagai kata sifat). Kedua, apabila filsafat mengacu pada asal kata philos dan
shopia, maka artinya adalah teman kebijaksanaan (kebijaksanaan dimaksud sebagai
kata benda).

B. Pengertian Pancasila sebagai Sistem Filsafat


Pancasila diangkat dari pandangan hidup yang berkembang dalam kehidupan
bangsa Indonesia yang kemudian pandangan hidup ini dirumuskan secara cerdas oleh
para pendiri bangsa dan diangkat sebagai dasar kehidupan bernegara. Pancasila
memuat prinsip-prinsip dasar bagi Negara, berarti bahwa Pancasila sebagai dasar
filsafat Negara yang memuat ajaran-ajaran atau prinsip-prinsip dasar saja.

1. Pancasila sebagai Jati Diri Bangsa Indonesia


Kedudukan dan fungsi Pancasila harus dipahami sesuai dengan konteksnya,
misalnya Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia, sebagai dasar
filsafat Negara Republik Indonesia, sebagai ideology bangsa dan Negara
Indonesia. Pancasila pada hakikatnya adalah system nilai (value system) yang
merupakan kristalisasi nilai-nilai luhur kebudayaan bangsa Indonesia sepanjang
sejarah yang berakar dari unsur-unsur kebudayaan luar yang sesuai, sehingga
secara keseluruhannya terpadau menjadi kebudayaan bangsa Indonesia.

2. Susunan Kesatuan Sila-sila Pancasila yang Bersifat Organis.


Kesatuan sila-sila Pancasila yang bersifat organis tersebut pada hakikatnya
secara filosofis bersumber pada hakikat dasar ontologis manusia sebagai
pendukung dari inti, isi dari sila-sila Pancasila, yaitu hakikat manusia
monopluralir yang memiliki unsur-unsur susunan kodrat jasmani sebagai pribadi
berdiri sendiri makhluk Tuhan Yang Maha Esa.

3. Susunan Pancasila yang Bersifat Hierarkis dan Berbentuk Piramidal.


Susunan Pancasila adalah hierarkis dan mempunyai bentuk pyramidal dan
dilihat dari inti isinya, urutan-urutan lima sila Pancasila menunjukkan suatu
rangkaian urutan dalam luas pengertian (kuantitas) dan isi pengertian
(kualitas) yang berjenjang.

C. Konsep Dasar Filsafat Pancasila


Konsep dasar itu adalah pandangan tentang manusia yang mempunyai peran sentral
dalam filsafat Pancasila, manusia sebagai subjek maupun sebagai objek. Hakikat
manusia adalah sebagai makhluk monopluralis yang terdiri dari beberapa unsur yang
merupakan satu kesatuan.
1 Monodualis susunan kodrat manusia yang terdiri dari:
a. Jiwa yang tersusun atas tiga sumber yang terdiri dari:
1) Akal berkaitan dengan logika.
2) Rasa berkaitan dengan estetika
3) Kehendak berkaitan dengan etika
b. Raga yang terdiri dari gejala-gejala
1) Benda mati berciri fasis dan kimiawi
2) Benda hisup (vegetative) cirinya tumbuh, berkembang,
memperbanyak diri, dan mati.
2. sifat Kodrat
a. makhluk individu
b. makhluk social
3. kedudukan kodrat
a. makhluk Tuhan
b. makhluk mandiri

D. Landasan Filsafat Pancasila


Filsafat Pancasila dapat didefinisikan sebagai refleksi kritis dan rasional tentang
pancasila sebagai dasar Negara dan kenyataan budaya bangsa, dengan tujuan untuk
mendapatkan pokok-pokok pengertiannya yang mendasar dan menyeluruh. Pancasila
dikatakan sebagai filsafat, karena Pancasila merupakan hasil perenungan jiwa yang
mendalam yang dilakukan oleh founding father Indonesia, yang dituangkan dalam
suatu system. Pengertian filsafat Pancasila secara umum adalah hasil berpikir atau
pemikiran yang sedalam-dalamnya dari bangsa Indonesia yang dianggap, dipercaya
dan diyakini sebagai kenyataan, norma-norma dan nilai-nilai yang benar, adil,
bijaksana, dan paling sesuai dengan kehidupan dan kepribadian bangsa.

1. Landasan Otologis Pancasila


Kata otologis berasal dari kata Yunani, yaitu “on”, “ontos” (=ada,keberadaan) dan
logos =teori, ilmu tentang eksistensi. Jujun s Suriasumantri mengemukakan,
bahwa ontologis adalah mengupas hakikat apa yang dikaji. Ontology merupakan
cabang tertua dari filsafat yang membicarakan tentang hakikat kenyataan yang ada
(being) yang meliputi beberapa permasalahan.
2. Landasan Epistemologis Pancasila
Epistemologis atau disebut juga teori pengetahuan (theory of knowledge) yang
secra etimologi, istilah epistemologis berasal dari kata yunani, yaitu espisteme =
pengetahuan, dan logos=teori, informasi. Epistemologis adalah cara mendapatkan
pengetahuan yang benar.
3. Landasan Aksiologis Pancasila
Aksiologis dalam bahasa inggris: axiology dari kata yunani axio (layak, pantas),
dan logos (ilmu, studi mengenai). Secara sederhana, Jujun S. Suriasumantri
mengemukakan, bahwa aksiologis adalah sebagai teori nilai yang berkaitan
dengan kegunaan dari pengetahuan yang diperoleh. Dasar aksiologi ilmu
membahas tentang manfaat yang diperoleh manusia dari pengetahuan yang
didapatkannya.

BAB 4 (MEMAHAMI PANCASILA SEBAGAI SISTEM NILAI, ETIKA, DAN NORMA)

A. Pengertian Nilai, Etika, dan Norma


1. Pengertian Nilai
Nilai pada hakikatnya adalah sifat atau kualitas yang melekat pada suatu
objek, bukan objek itu sendiri. Sesuatu itu mengandung nilai, artinya ada sifat atau
kualitas yang melekat pada benda itu, misalnya bunga itu indah, perbuatan itu
susila. Indah, susila adalah sifat atau kualitas yang melekat pada bunga dan
perbuatan. Dengan demikian, nilai itu sebenarnya adalah sesuatu kenyataan yang
tersembunyi di balik kenyataan-kenyataan lainnya.

2. Pengertian Etika
Etika atau ethics, sebenarnya adalah suatu cabang dari filsafat yang mencoba
untuk mengevaluasi dan menetapkan teori umum tentang tingkah laku
berdasarkan aturan-aturan moral. Istilah ethics berasal dari bahasa yunani ethikos
(moral) dan ethos (sifat) juga merujuk pada nilai-nilai atau aturan-aturan tingkah
laku yang ditentukan oleh suatu kelompok atau perorangan, misalnya dalam
ungkapan “tindakan tidak etis (unethical behavior) pengertian etika yang paling
mendasar adalah “nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau
masyarakat”. Dalam peristilahan agama Islam, perkataan etika dikenal sebutan
“akhlak”, sedangkan dalam bahasa sehari-hari di Indonesia disebut dengan
“budi”.

3. Pengertian Norma
Manusia adalah makhluk yang dapat dipandang dari berbagai sudut pandang.
Sejak ratusan tahun sebelum Isa, manusia telah menjadi salah satu objek filsafat,
objek formal yang mempersoalkan hakikat manusia maupun objek materiil yang
mempersoalkan manusia sebagai apa adanya manusia dan dengan berbagai
kondisinya. Falsafah ini dinyatakan secara lebih tegas oleh P.J. Boumann dengan
kata-katanya: Manusia baru menjadi manusia setelah hidup dengan sesamanya.
Sementara itu, dilihat dari sifat isi kaidah, kaidah dibedakan atas 4 yaitu:
a. Internal artinya dalam melaksanakan norma itu diperhatikan niat yang
mendorongnya.
b. Ekternal yaitu norma itu telah dianggap dilaksanakan dengan sempurna.
c. Otonom artinya norma itu tetap mengikat manusia dan harus ditaati walau
manusia itu hidup seorang diri.
d. Heteronom, artinya norma itu baru berlaku jika manusia hidup
bermasyarakat.
e.
4. Hubungan Nilai, Norma, dan Moral
Nilai adalah kualitas dari suatu yang bermanfaat bagi kehidupan manusia, baik
lahir maupun batin. Dalam kehidupan manusia nilai dijadikan landasan, alasan,
dan motivasi dalam bersikap dan bertingkah laku, baik disadari maupun tidak.
Nilai berbeda dengan fakta, karena fakta dapat diobservasi melalui suatu verifikasi
empiris, sedangkan nilai bersifat abstrak yang hanya dapat dipahami, dipikirkan,
dimengerti dan dihayati oleh manusia. hubungan moral dan etika sangat erat sekali
dan kadang keduanya dengan begitu saja disamakan, namun sebenarnya kedua hal
tersebut memiliki perbedaan.

5. Hubungan Nilai, Norma, dan Sanksi


Nilai terbentuk atas dasar pertimbangan-pertimbangan cipta, rasa, karsa, dan
keyakinan seseorang atau kelompok masyarakat bangsa. Hubungan antara nilai,
norma, dan sanksi sangat penting, karena penjelmaan nilai menjadi norma (apakah
norma hokum atau bukan norma hukum) akan sangat memengaruhi pelaksanaan
dari nilai-nilai itu. Mengingat, bahwa nilai-nilkai mempunyai sifat subjektif dan
objektif, maka hal ini juga memengaruhi peralihan nilai menjadi norma beserta
status norma dan sanksinya, sehingga penerapan nilai-nilai dalam hidup sehari-
hari diperlukan adanya keserasian.

B. Pancasila sebagai Nilai Dasar Fundamental bagi Bangsa dan Negara


Pancasila sebagai dasar filsafat Negara serta filsafat hidup bangsa Indonesia,
pada hakikatnya merupakan suatu nilai-nilai yang bersifat sistematis, fundamental,
dan menyeluruh. Oleh karena itu, sila-sila Pancasila merupakan satu kesatuan yang
bukat dan utuh, hierarkis, dan sistematis. Dalam pengertian ini, sila-sila pancasila
merupakan suatu system filsafat, sehingga konsekuensinya kelima sila bukan tepisah-
pisah dan memiliki makna sendiri-sendiri, melainkan memiliki esensi serta makna
yang utuh. Selain itu, secara kausalitas bahwa nilai-nilai Pancasila adalah bersifat
objektif dan juga subjektif. Artinya esensi nilai-nilai pancasila adalah bersifat
universal, yaitu ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan.

BAB 5 (MEMAHAMI MUATAN SILA-SILA DALAM PANCASILA)

A. Hakikat Nilai-nilai yang Terkandung dalam Pancasila

Kata hakikat dapat diartikan sebagai suatu inti yang terdalam dari segala sesuatu yang
terdiri dari jumlah unsur tertentu dan yang mewujudkan sesuatu itu, sehingga terpisah dengan
sesuatu lain dan bersifat mutlak. Ditunjukkab oleh, hakikat segala sesuatu mengandung
kesatuan mutlak dari unsur-unsur yang menyusun atau membentuknya. Adapun sila-sila
Pancasila adalah sistematis hierarkis, artinya kelima sila Pancasila itu menunjukkan suatu
rangkaian urutan-urutan yang bertingkat (hierarkis).
B. Isi Arti Materi Muatan Sila-sila dalam Pancasila
1. Muatan Sila Ketuhanan Yang Maha Esa

Ketuhanan berasal dari kata Tuhan, ialah Allah, pencipta segala yang ada dan
semua makhluk. Yang Maha Esa berarti Yang Maha Tunggal, tiada sekutu, esa dalan
zat-Nya, esa dalam sufat-Nya, esa dalam perbuatan-Nya. Artinya, bahwa sifat tuhan
adalah sesempurna-sesempurnanya, bahwa perbuatan Tuhan tiada dapat disamakan
oleh siapapun.

Keyakinan adanya Tuhan Yang Maha Esa itu bukan suatu dogma atau
kepercayaan yang tidak dapat dibuktikan kebenarannya melalui akal pikiran,
melainkan suatu kepercayaan yang berakar pada pengetahuan yang benar yang dapat
diuji atau dibuktikan melalui kaidah-kaidah logika. Dengan menyertakan moral
ketuhanan sebagai dasar negara Pancasila memberikan dimensi transedental pada
kehidupan politim serta mempertemukan dalam hubungan simbolis antara konsepsi
daulat Tuhan dan daulat rakyat.

2. Muatan Sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab

Kemanusian berasak dari kata manusia, yaitu makhluk berbudi yang memiliki
potensi pikir, rasa, karsa, dan cipta. Karena potensi ini, manusia menduduki atau
memiliki martabat yang tinggi. Dengan akal budinya, manusia menjadi
berkebudayaan dan dengan budi nuraninya manusia menyadari nilai-nilai, dan norma-
norma. Sila kemanusiaan yang Adil dan Beradab adalah kesadaran sikap dan
perbuatan manusia yang didasarkan kepada potensi budi nurani manusia dalam
hubungan dengan norma-norma dan kebudayaan umumnya, baik terhadap diri
pribadi, sesama manusia, maupun terhadap alam dab hewan.
3. Muatan Sila Persatuan Indonesia.

Pengertian Indonesia dalan sila Persatuan Indonesia adalah bangsa, jadi


Persaruan Indonesia ialah persatuan bangsa yang mendiami wilayah Indonesia.
Bangsa yang mendiami wilayah Indonesia ini bersatu,karena didorong untuk
mencapai kehidupan kebangsaan yang bebas dalam wadah negara yang merdeka dan
berdaulat. Persatuan Indonesia merupakan faktor yang dinamis dalam kehidupan
bangsa Indonesia, bertujuan memajukan kesejahteraan umum, dan mencerdaskan
kehidupan bangsa serta ikut serta mewujudkan perdamaian dunia yang abadi.
Perwujudan Persatuan Indonesia adalah perwujudab daru paham kebangsaan Idonesia
yang dijiwai oleh Ketuhanan Yang Maha Esa, serta kemanusiaan yang Adil dan
Beradab.

4. Muatan Sila Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam


Permusyawaratan/Perwakilan.

Sila Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam


Permusyawaratan/Perwakilan secara etimologi mengandung makna sebagai berikut:

 Kerakyatan berasal dari kata rakyat, berarti sekelomoik manusia yang berdiam
dalan suatu wilayah tertentu.
 Hikmat kebijaksanaan berarti penggunaan pikiran atau rasio yang sehat
dengan selalu mempertimbangjab persathan dan kesatuan bangsa
 Permusyawaratan adalah suatu tata cara khas kepribadian Indonesia untuk
merumuskan dan atau memutuskab sesuatu hal bedasarkan kehendak rakyat.
 Perwakilan adalah suatu sistem arti tata cara (prosedur) mengusahakan turut
serta rakyat mengambil bagian dalam kehidupan bernegara.

Sila keempat Pancasila mengandung beberapa ciri alam pikiran demokrasi di


indonesia.

5. Muatan Sila Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia.

Keadilan sosial berarti keadilan yang berlaku dalam masyarakat segala bidang
kehidupan, baik materiil maupun spiritual, sedangkan kata seluruh rakyat berarti
setiap orang yang menjadi rakyat indonesia maupun warga Negara Indonesia yang
berada di luar negeri. Sila Keadilan Sosial bagi seluruh Rakyat Indonesia pada
prinsipnya menegaskan, bahwa tidak akan ada kemiskinan dalam Negara Indonesia
yang merdeka. Secara khusus keadilan sosial dalam dila kelima Pancasila
menekankan pada prinsip keadilan dan kesejahteraan ekonomi atau apa yabg oleh
Soekarno sebut dengan prinsip sociale rechtvaadigheid,yakni persamaan, emansipasi,
dan partisipasi yang dikehendaki bangsa ini bukan hanya di bidang politik, melainkan
juga dibidang perekonomian.

BAB 6 (MEMAHAMI PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI BANGSA DAN NEGARA)

A. Pengertian Ideologi

Istilah ideologi berasal dari kata idea berarti gagasan, konsep, pengertian dasar, cita-
cita, dan logos yang berarti ilmu. Ideologi berarti ilmu pengertian-pengertian dasar atau
dalam pengertian sehari-hari, idea disamakan artinya dengan cita-cita. Cita-cita yang
dimaksud adalah cita-cita yang bersifat tetap yang harus dicapai, sehingga cita-cita yang
bersifat tetap itu sekaligus merupakan dasar, pandangan, atau paham. Dalan arti ini ideologi
menjadi bagian dari apa yang disebutnya uberbau atau suprastruktur (bangunan atas) yang
didirikan di atas kekuatan-kekuatan yang memiliki faktor-faktor produksi yang menentukan
coraknya, dan karena itu kebenarannya relatif, dan semata-mata hanya benar untuk golongan
tertentu.
B. Makna Ideologi bagi Bangsa Indonesia

Manusia dalam mewujudkan tujuannya untuk meningkatkan harkat dan martbatnya


senantiasa membutuhkan orang lain dan selanjutnya membutuhkan suatu lembaga bersama
untuk melindungi haknya atau dalam pengertian ini manusia membentuk negara. Negara
sebagai lembaga kemasyarakatan, sebagai organisasi hidup manusia, senantiasa memiliki
cita-cita, harapan, ide-ide,serta pemikiran-pemikiran yang secara bersama merupakan suatu
orientasi yang bersifat dasariah bagi semua tindakan dalam hidup kenegaraan. Ideologi selain
sebagai sumber motivasi juga merupakan sumber semangat dalam berbagai kehidupan
negara. Olrh karenanya akan menjadi realistis manakala terjadi orientasi yang bersifat
dinamis antara masyarakat, bangsa dengan ifrologi, dengan demikian ideologi akan bersifat
terbuka dan antisipatif bahkan bersifat reformatif dalam arti senantiasa mampu mengadaptasi
perubahan-perubahan sesuatu dengan aspirasi bangsanya.

C. Perbandingan Ideologi Pancasila dengan Ideologi Lain

1. Ideologi Pancasila
Ideologi nasional berupa berkumpulan pikiran-pikiran rakyat yang mengandung
pandangan tentang keadaan bangsa, memuat perspektif atau harapan masa depan masa depan
bangsa dan memberi arah serta dorongan bagi seluruh kegiatan manusia. Istilah nasional di
sini dapag diartikan kumpulab masyarakat yang telah menetap dalam suatu negara.

2. Ideologi Liberalisme

Liberalisme tumbuh dari konteks masyarakat Eropa pada abad pertengan feodal,
dimana sistem sosial ekonomi dikuasi oleh kaum aristokratis feodal dan menindas hak-hak
individu. Liberalisme tidak diciptakan oleh golongan pedagang dan idustri, melainkan
diciptakan oleh golongan intelektual yang digerakkan oleh keresahan ilmiah (rasa ingin tahu
dan keinginan untuk mencari pengetahuan yang baru) dan artistik umum pada zaman itu.

Masyarakat terbaik (renzim terbaik) menurut paham liberal adalah yang


memungkinkan individu mengembangkan Kemampuan-kemampuan individu sepenuhnya.
Ciri-ciri ideologi liberal sebagai berikut:

 Demokrasi merupakan bentuk pemerintah yang lebih baik.


 Anggota masyarakat memiliki kebebasan intelektual penuh, termasuk kebebasan
berbicara, kebebasan beragama, dan kebebasab pers.
 Pemerintah hanya mengatur kehidupan masyarakat secara bebas.

3. Ideologi Konservatif

Ketika liberalisme menggoncangkan struktur masyarakat feodal yang mapan,


golongan feodal berusaha mencari ideologi tandingan untuk menghadapi kekuasaan persuasif
liberalisme. Dari sinilah muncul ideologi konservatisme sebagai reaksi atas paham liberal.
Paham konservatif cenderung ditandai dengan ciri seperti berikut.

 Masyarakat yang terbaik adalah masyarakat tertata.


 Untuk menciptakan masyarakat yang tertata dan stabil itu diperlukan suatu
pemerintah yang memiliki kekuasaan yang mengikat tetapi bertanggung jawab.
 Paham ini menekankan tanggung jawab pada pihak penguasa dalam masyarakat untuk
membantu pihak yang lemah.
4. Ideologi Sosialisme-Komunisme

Awal sosialisme yang muncul pada bagian pertama abad kesembilan belas dikenal
dengan Sosialis Utopia. Sosialisme ini lebih didasarkan pada pandangan kemanusiaan dan
mrnganut kesempurnaan watak manusia. Paham sosialis berkeyakinan perubahan dapat
dilakukan dengan cara damai dan demokratis. Pada pihak lain, paham komunis berkeyakinan
perubahan atas sistem kapitalisme harus dicapai dengan cara-cara revolusi, dan pemerintahan
oleh diktator proletariat sangat diperlukan pada masa transisi.
5. Ideologi Fasisme

Fasisme merupakan tipe nasionalisme yang romantis dengan segala kemegahan


upacara dan simbol-simbol yang mendukungnya untuk mencapai kebesaran negara. Hal ini
dapat dicapai apabila terdapat seorang pemimpin kharisnatik dengan simbol kebesaran negara
yang didukung oleh massa rakyat. Dukungan massa yang fanatik ini tercipta berkat
indoktrinasi, slogan-slogan dan simbol-simbol yang di tanamkan sang pemimpin besar dan
aparatnya.
D. Kedudukan dan Fungsi Pancasila dalan Tata Kehidupan Bangsa Indonesia

Dalam pengertian ini Pancasila dipergunakan sebagai petunjuk hidup sehari-hari


(Pancasila diamalkan dalam hidup sehari-hari). Dengan kata lain, Pancasila dipergunakan
untuk penunjuk arah semua aktivitas atau kegiatan dan kehidupan di dalam segala bidang,
yang berarti semua tingkah laku dan tidak atau perbuatan setiap manusia Indonesia harus
dijiwai dan merupakan pancaran dari semua sila di dalam Pancasila. Pancasila yang harus
dihayati ialah Pancasila sebagaimana tercantum di dalam Pembukaan UUD 1945, yang
dengan demikian jiwa keagamaan, jiwa yang berperi kemanusiaan, jiwa kebangsaan, jiwa
kerakyatan, dan jiwa yang menjunjung tinggi keadilan sosial.
1. Pancasila sebagai Jiwa Bangsa Indonesia

Pancasila yang kita gali dari bumi Indonesia sendiri merupakan jiwa bangsa
Indonesia,karena Pancasila memberikan corak yang khas kepada bangsa Indonesia dan
tidak dapat dipisahkan dari bangsa Indonesia, serta merupakan ciri khas yang dapat
membedakan bangsa Indonesia dari bangsa yang lain. Perjanjian luhur rakyat Indonesia
yang disetujui oleh wakil-wakil rakyat Indonesia menjelang dan sesudah Proklamasi
Kemerdekaan yang kita junjung tinggi,bukan sekedar karena ia ditemukan kembali dari
kandungan kepribadian dan cita-cita bangsa Indonesia yang terpendam sejak berabad-
abad yang lalu.
2. Pancasila sebagai Kepribadian Bangsa Indonesia

Pancasila sebagai Kepribadian Bangsa Indonesia diwujudkan dalam sikap mental


dan tingkah laku serta amal perbuatan sikap mental. Sikap mental dan tingkah laku
mempunya ciri khas, artinya dapat dibedakan dengan bangsa lain atau disebut dengan
kepribadian. Pancasila sebagai jiwa bangsa lahir bersamaan adanya Bangsa Indonesia.
3. Pancasila sebagai Pandangan Hidup Bngsa Indonesia
Pandangan hidup adalah nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat, yang dipilih
oleh setiap pribadi dan golongan dalam masyarakat. Mengahadapi segala macam
masalah, manusia selalu berpegang sikap dan pandangan hidupnya. Pandangan hidup
mempunyai fungsi sebagai acuan untuk menata hubungan manusia dengan dirinya
sendiri, sesamanya, dan dengan alam sekitarnya maupun dengan Tuhannya.
4. Pancasila Sebagai Ideologi Bangsa dan Negara Indonesia
Pancasila sebagai suatu ideology bangsa dan Negara Indonesia, maka
pancasila pada hakikatnya bukan hanya merupakan suatu hasil perenungan dan
pemikiran suatu orang atau kelompok orang sebagaimana ideology-idelogy lain di
dunia, namun Pancasila diangkat dari nilai-nilai adat istiadat, nilai-nilai kebudayaan
serta nilai religious yang terdapat dalam pandangan hidup masyarakat Indonesia.
5. Pancasila sebagai Dasar Negara Republik Indonesia
Pancasila sebagai dasar Negara diperjuangkan untuk mengatur seluruh tatanan
kehidupan bangsa dan Negara Indonesia, artinya segala sesuatau yang berhubungan
dengan pelaksanaan system ketatanegaraan Negara kesatuan Republik Indonesia
(NKRI) harus berdasarkan pancasila. Hal ini berarti juga bahwa semua peraturan yang
berlaku di Negara Republik Indonesia harus bersumber kepada pancasila.
6. Pancasila sebagai Cita-cita dan Tujuan Bangsa Indonesia
Tujuan bangsa Indonesia adalah untuk mewujudkan masyarakat adil dan
makmur berdasarkan Pancasila. Dalam hal ini hendak di wujudkan oleh bangsa
Indonesia adalah masyarakat yang adil dan makmur yang merata materiil dan spiritual
berdasarkan pancasila dalam wadah Negara kesatuan Republik Indonesia yang
merdeka, bersatu, berdaulat, dalam suasana perikehidupan bangsa yang aman,
tentram, tertib, dan dinamis, serta dalam lingkungan pergaulan dunia yang merdeka,
bersabat, dan bersatu.

E. Memahami Makna Pancasila sebagai Ideologi Negara dari putusan Mahkamah


Konstitusi Nomor 100/PUU-XI/2013

1. Pokok pekara
Mahkamah konstitusi Republik Indonesia melalui putusan nomor 100/PUU-
XI/2013 telah menerima, memeriksapekara konstitusi pada tingkat pertama dan
terakhir, lalu menjatuhkan putusan dalam pekara pengujian Undang-undang nomor 2
tahun 2011 tentang perubahan atas undang-undang Nomor 2 tahun 2008 tetang partai
Politik atas permohonan para pemohon yang menguji pasal 34. Dari rumusan, pasal
34 ayat (3b) huruf a undang-undang Nomor 2 Tahun 2011 menimbulkan
ketidakpastian hokum bagi para pemohin, karena bertentangan dengan pembukaan
UUD 1945 alinea keempat yang telah menempatkan sila-sila Pancasila sebagai dasar
Negara.

2. Pendapat Ahli
a. Sujito
Dari sisi historis, melihat pancasila sebagai way of life, pandangan
hidup bangsa, dan istilah itu muncul dari penggalinya (founding fathers) yang
disampaikan Soekarno pada tanggal 1 juni 1945 dalam sidang BPUPKI dan
dijelaskan pula oleh Soekarno melalui kursus-kursus Pancasila di berbagai
tempat dan berbagai macam kesempatan.

b. Kaelan
MPR, DPR, dan pemerintah mengeluarkan fatwa empat pilar
berbangsa dan bernegara yang isinya adalah Pancasila, UUD 1945, Bhinneka
Tunggal Ika, dan NKRI, jika diletakkan dalam suatu kajian linguistic berarti
berdasarkan logika, itu merupakan suatu varian yang sama dan empat varian
itu juga harus sebagai dasar.

BAB 7 (MEMAHAMI DEOKRASI PANCASILA)

Pengertian demokrasi pancasila, para filsuf klasik, seperti plato, Aristoteles, dan
Polybios pada umumnya mengklasifikasikan bentuk-bentuk negara menjadi tiga
bentuk, yaitu monarki, aristokrasi, dan demokrasi. Kriteria yang digunakan dalam
klasifikasi tersebut adalah sebagai berikut. Yang pertama, jumlah orang yang
memegang pemerintahan, apakah satu orang tunggal, beberapa, atau golongan orang
atau dipegang oleh seluruh rakyat. Yang kedua, sifat pemerintahannya, apakah
ditujukan untuk kepentingan umum, ini yang baik atau hanya untuk kepentingan
pemegang pemerintah itu saja, ini yang buruk.

Prinsip-prinsip demokrasi pancasila, prinsip demokrasi menurut Sadek, J.


Sulayman, dalam demokrasi terdapat sejumlah prinsip yang menjadi standar baku.
Diantaranya, kebebasan berbicara setiap warga negara, pelaksanaan pemilu untuk
menilai apakah pemerintah yang berkuasa layak didukung kembali atau harus diganti,
kekuasaan dipegang oleh suara mayoritas tanpa mengabaikan kontrol minoritas,
peranan partai politik yang sangat penting sebagai wadah aspirasi politik rakyat,
pemisahan kekuasaan legislatif, eksekutif, dan yudikatif, supremasi hukum (semua
harus tunduk pada hukum), semua individu bebas melakukan apa saja tanpa boleh
dibelenggu.

Penerapan demokrasi pancasila di Indonesia, penerapan demokrasi di Negara


Kesatuan Republik Indonesia, dapat dipandang sebagai pola hidup berkelompok dalam
suatu organisasi negara sesuai dengan keinginan orang-orang yang hidup dalam
kelompok tersebut (demos) juga sebagai mekanisme dalam meraih cita-cita hidup
berkelompok yang ada dalam UUD 1945 sebagai bentuk kerakyatan. Keinginan orang-
orang yang ada dalam kelompok tersebut ditentukan oleh pandangan hidupnya
(weltanschauung), falasafah hidupnya (filosofiche gronslag) dan ideologi bangsa yang
bersangkutan.

BAB 8 (MEMAHAMI HAK DAN KEWAJIBAN ASASI DALAM PANCASILA)

A. Sejarah Perkembangan Hak Asasi Manusia

Pengklaiman Indonesia sebagai Negara hokum apabila dicermati dan ditelusuri dari
substanti Pembukaan maupun pasal-pasal dalam Undang-undang Dasar Republik Indonesia
Tahun 1945, bahwa model Negara yang dianut Indonesia adalah Negara hokum dalam arti
meteriil atau diistilahkan dengan Negara kesejahteraan atau Negara kemakmuran yang
tercipta karena atas berkat rahmat dan ridha Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorong
oleh keinginan luhur bangsa untuk berkehidupan, kebangsaan yang bebas, merdeka
berdasarkan suatu ketertiban menuju kesejahteraan demi terselenggaranya tujuan nasional.

Penciptaan hokum yang ditujukan terhadap perlindungan hak asasi manusia menurut
mahzab hokum kodrati merupakan bagian dari hokum Tuhan atau dalam Islam disebut
Sunatullah yang eksistensinya menjadi landasan bagi hokum positif atau hokum tertulis yang
pada akhirnya berubah menjadi teori hak kodrati, hak dasar. Hak kodrati tersebut merupakan
suatu bagian ide buatan yang dirancang untuk menjelaskan hakikat manusia dalam
masyarakat sebagai model konsep hak asasi modern.

B. Istilah dan Pengertian Hak Asasi Manusia


Istilah hak asasi manusia diperkenalkan oleh Roosevelt ketika Universal Declaration
of Human Rights dirumuskan pada tahun 1948 sebagai pengganti istilah the rights of man.
Istilah hak asasi manusia dalam beberapa bahasa asing dikenal dengan sebutan sebagai
berikut: droit I’home (Prancis), yang berarti hak manusia, human rights (Inggris) atau
mensenrechten (Belanda). Hak asasi manusia merupakan terjemahan dari istilah human rights
(Inggris) atau mensen rechten (Belanda) tersebut menurut A. Hamid S. Atamimi
memasukkan kata asasi sangat berlebihan yang semestinya cukup dengan istilah hak-hak
manusia. menelurusi pengertian hak asasi manusia secara teorotik dapat dijumpai pada
pendapat Miriam Budiardjo yang mengatakan, bahwa: “Hak asasi adalah hak yang dimilki
manusia yang dimilki manusia yang telah diperoleh dan dibawanya bersamaan dengan
kelahirannya di dalam kehidupan masyarakat.
C. Macam- macam Hak Asasi Manusia

Ajaran hokum kodrat berdasarkan pemikiran skolastik memberikan jalan beroikir,


bahwa hokum kodrat adalah hokum yang berlaku secara universal dan abadi yang bersumber
dari Tuhan (iasional) dan yang bersumber dari akal (rasio) manusia. berdasarkan uraian,
dapat diuraikan mengenai macam-macam hak sebagai berikut:

1. Hak untuk hidup


2. Hak untuk bicara dan menyampaikan pendapat
3. Hak kebebasan berkumpul
4. Hak untuk turut serta dalam pemerintahan
5. Hak untuk melanjutkan keturunan
6. Hak untuk mendapatkan kesejahteraan
7. Hak untuk memeroleh keadilan dan rasa aman
8. Hak untuk beragam dan menjalankan ibadah
9. Hak atas kedudukan yang sama di hadapan hokum

D. Pemahaman Hak dan Kewajiban Asasi Manusia dalam Pancasila

Sebagai penduduk serta warga Negara, kita memiliki hak dan kewajiban, marilah kita
salami hak-hak dan kebebasan dasar atau hak-hak asasi manusia apakah yang terkandung di
dalam sila-sila Pancasila itu :

1. Hak asasi manusia dalam sila Ketuhan Yang Maha Esa


Dalam hal ini setiap orang dijamin untuk melakukan ibadah menurut agama
dan keyakinan masing-masing.

2. Hak asasi manusia dalam sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab
Setiap orang berhak untuk diperlakukan secara sepintas, tidak boleh disiksa
dan dihukum secara sewenang-wenang.

3. Hak asasi manusia dalam Sila Persatuan Indonesia


Bahwa persatuan Indonesia atau kesadaran suatu bangsa itu lahir dari
keinginan untuk bersatu sebagai suatu bangsa, lahir dari sikap yang mengutamakan
kepentingan bangsa di atas kepentingan suku, golongan, partai, dan lain-lain.

4. Hak asasi manusia dalam sila Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan
dalam Permusyawaratan/Perwakilan
Kerakyatan berisi pengakuan akan harkat dan martabat manusia yang berarti
pula menghormati dan menjujung tinggi segala hak asasi yang melekat padanya.

5. Hak asasi manusia dalam sila Keadilan Sosial bagi seluruh Rakyat Indonesia
Keadilan social berwujud kehendak melaksanakan kesejahteraan bagi seluruh
anggota masyarakat.
BAB 9 ( MEMAHAMI PANCASILA DALAM SISTEM KETATANEGARAAN
INDONESIA)

Isi arti pancasila menurut pembukaan UUD 1945, disini dimaksudkan adalah
pancasila sebagai filasafat atau ideologi bangsa dan negara Republik Indonesia yang uraian
sebagai berikut:

1. Ketuhanan Yang Maha Esa, sila ini mengandung pokok-pokok pikiran yaitu
pengakuan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, dan pengakuan adanya kebebasan
memeluk agama dan kepercayaan masing-masing.

2. Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, sila ini mengandung pokok-pokok pikiran
yaitu dasar kemanusiaan yang adil dan Beradab pada prinsipnya adalah suatu
sikap dan perbuatan manusia untuk memenuhi hasrat atau tuntutan kodrat manusia
secara kebutuhan kejiwaan, perseorangan, kemakhlukan sosial, pribadi berdiri
sendiri, dan makhluk Tuhan dalam kesatuan monodualistik, monoprularistik,
harmonis, dan dinamis. Dan dalam hubungan dengan bangsa lain, maka prinsip
sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab telah meletakkan politik luar negeri
Indonesia, yaitu bebas dan aktif.

3. Persatuan Indonesia, sila ini mengandung pokok-pokok pikiran yaitu, pada


hakikatnya sila Persatuan Indonesia mengandung prinsip nasionalisme, cinta
bangsa, dan tanah air, menggalang terus persatuan dan kesatuan bangsa. Dan
Persatuan Indonesia mengandung pokok pikiran atau prinsip persahabatan dan
persaudaraan segala bangsa Indonesia.

4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam


permusyawaratan/perwakilan, sila ini mengandung pokok-pokok pikiran, yaitu
asas kekeluargaan ialah sila kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
dalam permusyawaratan/perwakilan mengandung pokok-pokok pikiran tentang
asas kekeluargaan, baik dalam lapangan politik maupun sosial ekonomi.
Permusyawaratan/perwakilan dalam sila kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan adalah bahwa rakyat di dalam
mengandung bagian dalam kehidupan bernegara dilakukan oleh badan perwakilan.
Dan adapun negara hukum dan konstitusi dalam sila kerakyatan yang dipimpin
oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan terkandung pokok
pikiran tentang negara Indonesia adalah negara hukum yang konstitusional,
artinya bahwa negara Indonesia itu didasarkan atas hukum.

5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, sila ini mengandung pokok-pokok
pikiran yaitu, asas pemerataan pada prinsipnya sila keadilan sosial menghendaki
adanya kemakmuran yang merata diantara seluruh rakyat, bukan merata secara
statis melainkan merata yang dinamis dan meningkat. Di dalam hubungan dengan
sesama manusia, sesama bangsa dan bangsa yang lain, keadilan sosial
mengandung pengertian, bahwa keadilan sosial bukan hanya terbatas buat rakyat
indonesia seluruhnya, akan tetapi juga buat seluruh umat manusia. Dan keadilan
sosial bagi seluruh rakyat Indonesia ini meliputi dan dijiwai oleh sila-sila
sebelumnya dan merupakan tujuan dari sila keempat yang didahuluinya.
1. Hubungan Antara Bagian-bagian dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945

Makna Proklamasi Kemerdekaan, yaitu pernyataan bangsa Indonesia kepada diri


sendiri maupun kepada dunia luar, bawa bangsa Indonesia telah merdeka, dan
tindakan-tindakan yang segera harus dilaksanakan berkaitan dengan pernyataan
kemerdekaan itu, telah dirinci dan mendapat pertanggungjawaban dalam pembukaan
UUD 1945. Hal ini dapat dilihat pada:

a. Bagian pertama (alinea pertama) Proklamasi Kemerdekaan(Kami bangsa


Indonesia dengan ini menyatakan Kemerdekaan Indonesia) mendapat pengegasan
dan penjelasan pada alinea pertama sampai dengan alinea ketiga Pembukaan
UUD 1945.
b. Bagian kedua (alinea kedua) Proklamasi Kemerdekan (Hal-hal mengenai
pemindahan kekuasan dan lain-lain diselenggarakan dengan cara seksama dan
dalam tempo yang sesingkat-singkatnya) yang merupakan amanat tindakan yang
harus segera dilaksanakan, yaitu pembentukan negara Republik Indonesia yang
berdasarkan Pancasila dan termuat dalam Pembukaan UUD 1945 alinea keempat.

2. Impelentasi Pembukaan ke dalam Pasal-pasal Undang-Undang Dasar 1945


Ada pun rangkaian makna yang terkandung dalam pembukaan UUD 1945 adalah
sebagai berikut.

a. Rangkaian peristiwa dan keadaan yang mendahului terbentuknya negara, yang merupakan
rumusan dasar-dasar pemikiran yang menjadi latar belakang pendorong bagi Kemerdekan
kebangsaan Indonesia dalam wujud terbentuknya Negara Indonesia (alinea I, II, dan III
Pembukaan)
b. Yang merupakan ekspresi dari peristiwa dan keadaan setelah Negara Indonesia terwujud
(alinea IV Pembukaan)

Tujuan pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, di dalam isi pembukaan


tersebut pada bagian pertama, adalah bertujuan untuk mempertanggungjawabkan, bahwa
kemerdekaan bagi segala bangsa merupakan hak kodrat, hak moral. Oleh karena itu, sudah
selayaknya bila diperjuangkan dan dipertahankan. Bagian kedua, untuk menetapkan cita-cita
bangsa Indonesia yaitu negara yang merdeka, bersatu, adil dan makmur. Bagian ketiga, untuk
menegaskan bahwa proklamasi kemerdekaan menjadi permulaan dan dasar hidup kebangsaan
dan hidup seluruh orang Indonesia atas berkat Allah yang maha kuasa. Bagian keempat,
bertujuan untuk melaksanakan segala sesuatu dalam hal penyelenggaraan cita-cita negara dan
dasar pancasila, asas kerohanian atau ideologi negara.

BAB 10 ( REFLEKSI PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA REFORMASI DALAM


KEHIDUPAN BERMASYARAKAT, BERBANGSA, DAN BERNEGARA)

Istilah paradigma pada awalnya berkembang dalam filsafat ilmu pengetahuan


yang dalam bahasa Inggris disebut dengan paradigm dari bahasa Yunani paradeigma,
dari para (di samping, di sebelah) dan dekynai (memperlihatkan yang berarti model
contoh, arketipe, ideal). Menurut Oxfor English Dictionary, paradigm atau paradigma
adalah contoh atau pola, akan tetapi di dalam komunitas ilmiah paradigma dipahami
sebagai sesuatu yang lebih konseptual dan signifikan, meskipun bukan sesuatu yang
tabu untuk diperdebatkan.

Pancasila sebagai paradigma pembangunan, secara filosofis hakikat


kedudukan pancasila sebagai paradigma pembangunan nasional mengandung suatu
konsekuensi, bahwa dalam segala aspek pembangunan nasional kita harus
mendasarkan pada hakikat nilai-nilai pancasila.
Pancasila sebagai paradigma pembangunan IPTEK, Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi (IPTEK) pada hakikatnya merupakan suatu hasil kreativitas rohani
manusia. Unsur rohani (jiwa) manusia meliputi aspek akal, rasa, dan kehendak.
Tujuan yang esensial dari IPTEK adalah demi kesejahteraan umat manusia, sehingga
IPTEK pada hakikatnya tidak bebas nilai, namun terikat oleh nilai. Pengembangan
IPTEK sebagai hasil budaya manusia harus didasarkan pada moral Ketuhanan dan
Kemanusiaan yang Adil dan Beradab.

Pancasila sebagai Paradigam pembangunan bidang Politik, pengembangan


dan pembangunan bidang politik harus mendasarkan pada tuntutan hak dasar
kemanusiaan yang di dalam istilah ilmu hukum dan kenegaraan disebut hak asasi
manusia. Pancasila sebagai Paradigma pengembangan Ekonomi, maka sistem
ekonomi Indonesia mendasarkan atas kekeluargaan seluruh bangsa. Tujuan ekonomi
itu sendiri adalah untuk memenuhi kebutuhan manusia, agar manusia menjadi lebih
sejahtera. Ekonomi harus mendasarkan pada kemanusiaan, yaitu demi kesejahteraan
manusia, sehingga harus menghindarkan diri dari pengembangan ekonomi yang hanya
mendasarkan persaingan bebas, monopoli dan lainnya yang menimbulkan penderitaan
pada manusia, penderitaan atas manusia satu dengan lainnya. Pancasila sebagai
Paradigma pengembangan Sosial Budaya, dalam pengembangan sosial budaya pada
masa reformasi dewasa ini kita harus mengangkat nilai-nilai yang dimiliki bangsa
Indonesia sebagai dasar nilai, yaitu nilai-nilai pancasila itu sendiri. Prinsip etika
pancasila pada hakikatnya bersifat humanistik, artinya nilai-nilai pancasila
mendasarkan pada nilai yang bersumber pada harkat dan martabat manusia sebagai
makhluk yang berbudaya. Pancasila sebagai Paradigma pengembangan Hankam,
pertahanan dan keamanan negara haruslah mendasarkan pada tujuan demi
kepentingan rakyat sebagai warga negara. Pertahanan dan keamanan harus menjamin
hak-hak dasar, persamaan derjat serta kebebasan kemanusiaan dan Hankam
diperuntukkan demi terwujudnya keadilan dalam masyarakat agar negara bnar-benar
meletakkan pada fungsi yang sebenarnya sebagai suatu negara hukum dan bukannya
suatu negara yang berdasarkan kekuasaan. Dan pancasila sebagai Paradigma
pengembangan kehidupan beragama.

Pancasila sebagai Paradigma Reformasi, Negara Indonesia ingin mengadakan


suatu perubahan, yaitu menata kembali kehidupan berbangsa dan bernegara demi
terwujudnya masyarakat madani yang sejahtera, masyarakat yang bermartabat
kemanusiaan yang mengharagai hak-hak asasi manusia, masyarakat yang demokratis
yang bermoral religius serta masyarakat yang bermoral kemanusiaan dan beradab.
Pada hakikatnya reformasi adalah mengembalikan tatanan kenegaraan ke arah sumber
nilai yang merupakan platform kehidupan bersama bangsa Indonesia, yang selama ini
diselewengkan demi kekuasaan sekelompok orang, baik pada masa orde lama maupun
orde baru.

Pancasila dalam paradigma kehidupan kampus mencakup Tridharma


perguruan tinggi dan budaya Akademik kampus. Tridharma perguruan tinggi adalah
standar Nasional Pendidikan tinggi terdiri atas standar nasional pendidikan, standar
nasional penelitian, dan standar nasional pengabdian kepada masyarakat merupakan
satu kesatuan yang tidak terpisahkan dalam pelaksanaan tridharma perguruan tinggi.
Standar nasional pendidikan tinggi bertujuan untuk menjamin tercapainya tujuan
pendidikan tinggi yang berperan strategis dalam mencerdaskan kehidupan bangsa,
memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan menerapkan nilai humaniora
serta pembudayaan dan pemberdayaan bangsa Indonesia yang berkelanjutan. Dan
budaya akademik kampus adalah warga dari suatu perguruan tinggi adalah insan-insan
yang memiliki wawasan dan integritas ilmiah. Oleh karena itu, masyarakat akademik
harus senantiasa mengembangkan budaya ilmiah yang merupakan esensi pokok dari
aktivitas perguruan tinggi. Terdapat sejumlah ciri masyarakat ilmiah sebagai budaya
akademik yaitu:

1. Kritis, senantiasa mengembangkan sikap ingin tahu segala sesuatu untuk


selanjutanya diupayakan jawaban dan pemecahannya melalui suatu kegiatan
ilmiah penelitian.

2. Kreatif, senantiasa mengembangkan sikap inovatif, berupaya untuk menemukan


sesuatu yang baru dan bermanfaat bagi masyarakat.

3. Objektif, kegiatan ilmiah yang dilakukan harus benar-benar berdasarkan kepada


suatu kebenaran ilmiah, bukan karena kekuasaan, uang atau ambisi pribadi.
BAB III
PENUTUP

A. Kelebihan
-Sampul

 Berwarna dan gambarnya juga seperti buku pendidikan Pancasila pada


umumnya.
-Refrensi
 Refrensinya cukup lengkap tertulis di dalamnya.
-Isi
 Isinya lengkap dan banyak, tersusun secara terperinci.

B. Kekurangan
- Tulisan
 Font nya sedikit kecil, jadi sedikit kurang jelas.
 Ada beberapa kata yang salah tulis .
 Banyaknya footnote membuat bingung pembaca.
 Jarak antar kata terlalu dempet atau sempit, membuat silap para pembaca.
- Kertas
 Kertasnya buram membuat tulisan sedikit buram juga.
- Cetakan
 Ada beberapa lembar yang tulisannya sulit dibaca karena bebayang atau
buram.
- Gambar
 Tidak berwarna dan sedikit tidak jelas.
- Lem
 Baru dibuka dari sampul sudah lepas beberapa lembar dari buku.
C. Kesimpulan
Sistem ketatanegaraan dengan berdasarkan pada nilai-nilai dan yang berhubungan
dengan Pancasila, dapat menjadikan karakter suatu bangsa memiliki moral yang sesuai dengan
yang tercermin dalam sila-sila Pancasila. Negara Indonesia dan masyrakat Indonesia dengan
ketatanegaraannya berdasar pada Pancasila akan membawa dampak positif bagi terbentuknya
bangsa Indonesia. Tujuan diadakannya pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan ini tidak
lain karena ingin menciptakan generasi yang berkarakter dan memiliki rasa nasionalisme yang
tinggi terhadap bangsa Indonesia. Pendidikan Kewarganegaraan juga merupakan pondasi atau
modal utama bagi seluruh bangsa Indonesia untuk dapat mempelajari, memahami, dan
mencintai setiap aspek dari Indonesia sendiri.

D. Saran

Dapat disadari bahwa Pancasila merupakan falsafah negara kita republik Indonesia,
maka kita harus menjungjung tinggi dan mengamalkan sila-sila dari Pancasila tersebut
dengan setulus hati dan penuh rasa tanggung jawab. Pancasila juga harus dipelajari lebih
mendalam secara terperinci kalau tidak Pancasila bisa di salah artikan atau salah dalam
memahami arti setiap Sila-sila yang ada.

Masyarakat juga harus lebih berpartisipasi dalam pelaksanaan Pendidikan


Kewarganegaraan, harus dapat memahami dan mempraktekan dalam kehidupan sehari-hari
bukan hanya menjadi sebatas teori didalam kelas saja. Kita sebagai masyarakat juga harus
mendukung setiap upaya dari pemerintah dalam mengatasi setiap permasalahan di negeri ini.
Sehingga dapat tercipta Indonesia yang lebih baik kedepannya.

Anda mungkin juga menyukai