Anda di halaman 1dari 28

CRITICAL BOOK REPORT

PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA

Dosen Pengampuh:

Dra. INAYAH HANUM, M.Pd

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 3

ANNISA KARTIKA SAFIRA (7181142022)

DWI MAHARANI (7193342003)

SUHAIRO NASUHA SITORUS (7193342027)

MAY SAROH (7193342002)

PENDIDIKAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, dimana telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya serta kesehatan kepada kami, sehingga mampu menyelesaikan tugas critical book
report. Kami juga berterimakasih kepada Ibu Dra Inayah Hanum, M.Pd sebagai dosen mata
kuliah Pendidikan Bahasa Indonesia.
Tugas critical book report ini dikerjakan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
kami, yaitu Pendidikan Bahasa Indonesia. Tugas critical book report ini disusun dengan harapan
dapat menambah pengetahuan dan wawasan kita semua. Kami menyadari bahwa tugas critical
book report ini masih jauh dari kesempurnaan, apabila dalam tugas ini terdapat banyak
kekurangan dan kesalahan,kami mohon maaf. Oleh karena itu kami sangat menantikan saran
dan kritik dari pembaca yang sifatnya membangun guna menyempurnakan tugas ini. Kami
berharap semoga tugas critical book report ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan bagi kami
khususnya, atas perhatiannya kami mengucapkan terimakasih.

Medan, 14 Desember 2020

Kelompok 3
DAFTAR ISI

Contents
KATA PENGANTAR..................................................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................................ii
BAB I......................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.....................................................................................................................................1
A. Rasionalisasi PenulisanCBR........................................................................................................1
B. Manfaat Penulisan CBR..............................................................................................................1
C. Tujuan Penulisan CBR................................................................................................................1
D. Identitas Buku………………………………………………………………………………………………………………………1

BAB II.....................................................................................................................................................2
RINGKASAN ISI BUKU.............................................................................................................................2
BAB 1 Sejarah dan kedudukan bahasa indonesia..............................................................................2
BAB 2 Ejaan……………………..……………………………………………………………………………………………………………4
BAB 3 Kalimat………………………………………………………………………………………………………………………………..6

BAB 4 Paragraf…………………………………………………………………………………………………………………………….8.

BAB 5 Perencanaan Karangan………………………………………………………………………………………………………10

BAB 6 Diksi……………………………………………………………………………………………………………………………………14

BAB 7 Notasi Ilmiah……………………………………………………………………………………………………………………..15

BAB 8 Konveksi Naskah……………………………………………………………………………………………………………….16

BAB 9 Plagiasi………………………………………………………………………………………………………………………………18

BAB 10 Transiliterasi Huruf Arab - Latin………………………………………………………………………………………20

BAB III……………………………………………………………………………………………………………………………………………..22

PEMBAHASAN ISI BUKU…………………………………………………………………………………………………………………22

A. Kelebihan……………………………………………………………………………………………………………………………22

B. Kekurangan…………………………………………………………………………………………..……………………………….22

BAB IV..................................................................................................................................................23
PENUTUP.............................................................................................................................................23
A. Kesimpulan..............................................................................................................................23
B. Saran........................................................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………………………………………………………………….24
BAB I

PENDAHULUAN

A. Rasionalisasi Penulisan CBR

Pada dasarnya seorang pelajar berhak memilih buku sebagai bahan pembelajarannya
atau pun literaturnya. Banyak buku yang tersedia dengan berbagai materi ataupun teori
namun tipe pelajar dalam belajar berbeda-beda. Ada buku yang menyajikan teori yang
sederhana dan mudah di pahami, ada juga yang menyajikan teori yang susah di pahami.
Hal ini lah yang menjadi tujuan penulis dalam membuat CBR ini.

B. Manfaat Penulisan CBR


1. Mendalami dan memahami fungsi CBR
2. Mengkritisi topik yang terdapat dalam buku
3. Melatih kemampuan mahasiswa dalam menulis
4. Untuk menganalisis apakah buku tersebut mudah di pahami atau sukar.
C. Tujuan Penulisan CBR
1. Memenuhi tugas yang di berikan
2. Mengasah kemampuan penulis dalam bersikap kritis
3. Bertambahnya referensi belajar
D. Identitas Buku

1. Judul Buku : Bahasa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi

2. Penulis : Ahmad Bahtiar,M. Hum. Dan Fatimah,M.Pd

3. ISBN : 978-602-0946-26-9

4. Editor :Dr. Nuryani

5. Kota Terbit : Bogor

6. Penerbit : Penerbit IN MEDIA

7. Jumlah Halaman : 199 halaman


BAB II

RINGKASAN ISI BUKU

BAB 1

SEJARAH DAN KEDUDUKAN BAHASA INDONESIA

A. SEJARAH

Bahasa Indonesia secara resmi diakui keberadaannya pada saat Sumpah Pemuda 1928. Para
pemuda yang menjadi pendiri bangsa dan negara Indonesia pada waktu itu mengucapkan sumpah bahwa
mereka mengaku (1) bertumpah darah satu, tanah air Indonesia, (2) berbangsa satu, bangsa Indonesia,
serta (3) menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia. Dengan diikrarkannya Sumpah Pemuda,
resmilah bahasa Melayu, yang sudah dipakai sejak abab VII itu menjadi bahasa Indonesia. Pada waktu itu
bahasa Indonesia dalam masyarakat masih disebut sebagai “bahasa Melayu”. Bahkan Pemerintah Hindia
Belanda melarang pemakaian nama “bahasa Indonesia” sampai mereka takluk pada balatentara Jepang
(1942). Pemilihan bahasa Melayu menjadi bahasa persatuan dengan nama ‘bahasa Indonesia”,
dilatarbelakangi berbagai alasan. Bahasa Melayu sudah menjadi bahasa yang kosmopolitan dan
internasional sebelum tercetusnya Sumpah Pemuda. Bahasa tersebut sudah dipakai sebagai bahasa
perantara (lingua franca) bukan saja di Kepulauan Nusantara, melainkan juga hampir di seluruh Asia
Tenggara. Bahasa Melayu digunakan tidak hanya untuk komunikasi antar suku bangsa tetapi dengan
bangsa lain seperti Arab, Cina, India, Belanda dan bangsa asing lainnya. Ini tidak hanya sekadar sebagai
alat komunikasi di bidang ekonomi (perdagangan), tetapi juga di bidang sosial (alat komunikasi massa),
politik (perjanjian antar kerajaan), sastra-budaya, termasuk dalam penyebaran agama.

Beberapa peristiwa penting yang mengandung arti dalam sejarah perkembangan bahasa Indonesia
dapat disebutkan sebagai berikut:

1. Pemerintah Hinda Belanda pada 1901 menunjuk Prof. Charles Van Ophuisjsen dibantu Engku Nawawi
gelar Soetan Ma’moer dan Moehammad Taib Soetan Ibrahim untuk menyusun pembakuan bahasa
Melayu, yang melahirkan sistim ejaan penulisan bahasa Melayu dengan huruf Latin, yang kemudian
dikenal sebagai “Ejaan van Ophuijsen” dan dimuat dalam Kitab Logat Melajoe dengan anak judul
Woordenlisjst voor de spelling der Maleische Taal met Latinjnsche Karakter.

2. Selain diajarkan di sekolah-sekolah Pemerintah Belanda, yang dibangun untuk menyiapkan tenaga
pemerintahan kolonial, Bahasa Melayu olahan pemerintah tersebut disebarkan secara sistematis melalui
bacaan-bacaan. Untuk menjalankan kegiatan tersebut didirikan Commisie voor de Inlandche Shool en
Volslectuur (Taman Bacaan Rakyat, 1908) yang kemudian menjadi Kantoor voor de Volksectuur yang
diberi nama “Balai Pustaka” (1917).

3. Pada 25 Juni 1918 keluar ketetapan Ratu Belanda yang memberikan kebebasan kepada anggota-
anggota Dewan Rakyat (Volksrad) untuk mempergunakan bahasa Melayu dalam perundingan-
perundingan.

4. Pada Mei 1933 Sutan Takdir Alisyahbana menerbitkan majalah Pujangga Baru sebagai reaksi atas
sensor yang dilakukan oleh Balai Pustaka terhadap karya sastrawan, terutama terhadap karya sastra yang
menyangkut rasa nasionalisme. Tujuan pendiriannya untuk menumbuhkan kesusastraan baru yang sesuai
semangat zamannya dan mempersatukan para sastrawan dalam satu wadah karena sebelumnya cerai berai
dengan menulis di berbagai majalah.

5. Tahun 1938, dalam rangka memperingati sepuluh tahun Sumpah Pemuda, diselenggarakan Kongres
Bahasa Indonesia I di Solo, Jawa Tengah. Kongres ini dihadiri oleh bahasawan dan budayawan
terkemuka pada saat itu, seperti Prof. Dr. Hoesein Djajadiningrat, Prof. Dr. Poerbatjaraka, dan Ki Hajar
Dewantara.

6. Tahun 1942-1945 (masa pendudukan Jepang), Jepang melarang pemakaian bahasa Belanda yang
dianggapnya sebagai bahasa musuh.

7. Tahun 1947 masa Negara Republik Indonesia berpusat di Yogyakarta, dibentuklah sebuah panitia
Ejaan Bahasa Indonesia yang diketuai oleh Menteri Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan ketika itu
yaitu Mr. Soewandi. Pada 19 Maret 1947 Menteri Mr. Soewandi dalam surat keputusannya SK No.
264/Bhg. A/47 menetapkan perubahan ejaan bahasa Indonesia.

8. Tahun 1963 ada upaya dari pemerintah Republik Indonesia dan pemerintah Diraja Malaysia untuk
mengadakan satu ejaan dengan mengingat antara bahasa Indonesia dan bahasa Melayu yang dipergunakan
sebagai bahasa resmi pemerintah Diraja Malaysia masih satu rumpun atau memiliki kesamaan.

9. Tahun 1948 terbentuk sebuah lembaga yang menangani pembinaan bahasa dengan nama Balai Bahasa.
Lembaga ini, pada tahun 1968, diubah namanya menjadi Lembaga Bahasa Nasional dan pada tahun 1972
diubah menjadi Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa yang selanjutnya lebih dikenal dengan
sebutan Pusat Bahasa.

10. Pada 16 Agustus 1972 Presiden Republik Indonesia, Soeharto meresmikan penggunaan Ejaan yang
Disempurnakan (kemudian biasa disingkat EYD) yang dikuatkan dengan Keputusan Presiden Nomor 57,
tahun 1972 dan Tap.MPR No. 2/1972. Ejaan tersebut menggantikan ejaan lama, ejaan Republik atau
ejaan Soewandi. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan dan Pembentukan Istilah
resmi diberlakukan 31 Agustus 1972.

B. KEDUDUKAN BAHASA INDONESIA

Bahasa Indonesia memiliki kedudukan yang penting bagi bangsa Indonesia tercermin dalam
ikrar ketiga Sumpah Pemuda, 28 Oktober 1928, dan UUD 1945, Bab XV Pasal 36. Ikrar ketiga Sumpah
Pemuda yang berbunyi “Kami putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, bahasa
Indonesia”, tersebut menegaskan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional. Sebagai bahasa nasional
dirumuskan fungsi bahasa Indonesia dalam “Seminar Politik Bahasa Nasional” yang diselenggarakan oleh
Pusat Bahasa di Jakarta, 25 – 28 Februari 2010. Hasil rumusan seminar tersebut mengungkapkan bahwa
sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia memiliki fungsi sebagai :

1. Lambang kebanggaan nasional

2. Lambang identitas nasional

3. Alat pemersatu masyarakat yang berbeda latar budayanya


4. Alat perhubungan antarbudaya dan antardaerah

BAB 2

EJAAN

A. PENGERTIAN DAN SEJARAH EJAAN

Kata “”ejaan” berasal dari kosakata bahasa Arab hijs’ menjadi eja yang mendapat akhiran – an.
Huruf yang dieja disebut huruf hijaiyah. Mengeja adalah membaca huruf demi huruf. Ejaan adalah sistem
tulis menulis yang dibakukan (distandardisasikan). Ejaan berarti pula lambang ujaran. Dengan kata lain,
ejaan adalah lambang dari bunyi bahasa. fonem /a/ dilambangkan dengan huruf a, jeda dilambangkan
dengan koma (,), kesenyapan dilambangkan dengan titik (.), dan sebagainya.

Sedangkan J.S. Badudu menyatakan bahwa ejaan adalah pelambangan fonem dengan huruf.
Dalam sistem ejaan suatu bahasa, ditetapkan bagaimana fonem-fonem dalam bahasa itu dilambangkan.
Lambang fonem dinamakan huruf. Sejumlah huruf dalam suatu bahasa disebut abjad.3 Menurut Zainal E.
Arifin dan S. Amran Tasai ejaan adalah keseluruhan peraturan bagaimana melambangkan bunyi ujaran
dan bagaimana antarhubungan antara lambanglambang itu.4 Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
menjelaskan bahwa ejaan adalah kaidan-kaidah cara menggambarkan bunyi-bunyi (kata, kalimat dsb.)
dalam bentuk tulisan (huruf-huruf) serta penggunaan tanda baca.

Ejaan yang Disempurnakan (EYD) diresmikan tanggal 16 Agustus 1972 oleh Presiden Republik
Indonesia berdasarkan Putusan Presiden No. 57, Tahun 1972. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
menyebarkan buku kecil yang berjudul Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan, sebagai
patokan pemakaian ejaan itu. Karena penuntun itu perlu dilengkapi, Panitia Pengembangan Bahasa
Indonesia, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, yang dibentuk oleh Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan dengan surat putusannya tanggal 12 Oktober 1972, No. 156/P/1972 (Amran Halim, Ketua),
menyusun buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan yang berupa pemaparan
kaidah ejaan yang lebih luas. Setelah itu, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dengan surat putusannya
No. 0196/1975 memberlakukan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan dan
Pedoman Umum Pembentukan Istilah.

B. RUANG LINGKUP EYD

Ruang lingkup EYD mencakup lima aspek yaitu :

1. Pemakaian huruf membicarakan bagian-bagian dasar dari suatu bahasa yaitu, abjad, vokal, konsonan,
pemenggalan, dan nama diri

2. Penulisan huruf membicarakan bagaimana penulisan huruf kapital dan dan huruf miring

3. Penulisan kata membicarakan bidang morfologi dengan segala bentuk dan jenisnya berupa kata dasar,
kata turunan, kata ulang, gabungan kata, kata ganti (kau, ku, mu, dan nya), kata depan (di, ke, dan dari),
kata sandang (si dan sang), partikel, singkatan, dan akronim, dan angka dan lambang bilangan.

4. Penulisan unsur serapan membicarakan kaidah cara penulisan unsur serapan, terutama kosakata yang
berasal dari bahasa asing.
5. Pemakaian tanda baca (pungtuasi) membicarakan teknik penerapan kelima belas tanda baca dalam
penulisan dengan kaidah masing-masing. Tanda baca itu adalah:

1) Tanda titik (.)

2) Tada koma (,)

3) Tanda titik koma (;)

4) Tanda titik dua (:)

5) Tanda hubung (-)

6) Tanda pisah ( __)

7) Tanda elipsis (...)

8) Tanda tanya (?)

9) Tanda seru (!)

10) Tanda kurung ((...))

11) Tang kurung siku ([...])

12) Tanda petik ganda (”...”)

13) Tanda petik tunggal (’...’)

14) Tanda garis miring (/)

15) Tanda penyingkat (’)

C. CAKUPAN EYD

Ruang lingkup Ejaan yang Disempurnakan (EYD) meliputi,

1. Pemakaian Huruf

a. Huruf Abjad

b. Huruf Vokal

c. Huruf Konsonan

d. Huruf Diftong

e. Gabungan Huruf Konsonan

f. Nama Diri

2. Penulisan Huruf
3. Penulisan Kata

1) Kata Dasar

2) Kata Turunan

3) Kata Ulang

4) Gabungan Kata

5) Kata Ganti ku, kau, mu, dan nya

6) Kata Depan di, ke, dan dari

7) Kata si dan sang

8) Partikel

9) Singkatan dan Akronim

10) Angka dan Lambang Bilangan a

4. Pemakaian Tanda Baca/Pungtuasi

5. Penulisan Unsur Serapan

BAB 3

KALIMAT

A. PENGERTIAN KALIMAT

Kalimat adalah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan, yang mengungkapkan
pikiran yang utuh.6 Kalimat adalah satuan gramatikal yang dibatasi oleh adanya jeda panjang yang
disertai nada akhir turun atau naik.7 Kalimat ialah satuan bagian ujaran yang didahului dan diikuti oleh
kesenyapan sedangkan intonasinya menunjukkan bahwa bagian ujaran itu sudah lengkap.8 Dari beberapa
definisi kalimat tersebut, dapat disimpulkan bahwa penekanan definisi-definisi kalimat di atas terletak
pada bahasa lisan. Hal ini terbukti dengan adanya kata-kata: ujaran, kesenyapan, intonasi, turunnya suara,
dan adanya jeda panjang yang disertai nada naik atau turun. Kalimat ialah bagian terkecil ujaran atau teks
(wacana) yang mengungkapkan pikiran utuh secara ketatabahasaan.9 Kalimat ialah satuan bahasa berupa
kata atau rangkaian kata yang berdiri sendiri dan yang menyatakan makna lengkap.

B. UNSUR KALIMAT

Unsur kalimat adalah fungsi sintaksis yang dalam buku-buku tata bahasa lama biasa disebut
jabatan kata dalam kalimat, yaitu subyek (S), predikat (P), objek (O), pelengkap (Pel), dan keterangan
(K). Kalimat bahasa Indonesia baku sekurang-kurangnya terdiri atas dua unsur, yakni subyek dan
predikat. Fungsi unsur yang lain (obyek, pelengkap, dan keterangan) dalam suatu kalimat tidak wajib
hadir.

1. Predikat

Predikat (P) adalah bagian kalimat yang memberi tahu melakukan (tindakan) apa atau dalam
keadaan bagaimana subyek (pelaku). Selain menyatakan tindakan atau perbuatan subyek (S), sesuatu
yang dinyatakan oleh P dapat pula mengenai sifat, situasi, status, ciri atau jadi diri S. Predikat dapat
berupa kata atau frasa, sebagian besar berkelas verba atau adjektiva, tetapi dapat juga nomina atau frasa
nominal.

2. Subyek

Subyek (S) adalah bagian kalimat yang menunjukkan pelaku, sosok (benda), sesuatu hal, atau
masalah yang menjadi pangkal/pokok pembicaraan. Subyek biasanya diisi oleh jenis kata/frasa verbal.

3. Obyek

Obyek (O) adalah bagian kalimat yang melengkapi P. Obyek pada umumnya diisi oleh nomina,
frasa nominal, atau klausa. Letak O selalu di belakang P yang berupa verba transitif, yaitu verba yang
menuntut wajib hadirnya O.

4. Pelengkap

Pelengkap (Pel) atau komplemen adalah bagian yang melengkapi P. Letak Pel umumnya di
belakang berupa verba. Posisi itu juga ditempati O, dan jenis kata yang mengisi Pel dan O juga sama,
yaitu dapat berupa nominal, frasa nominal, atau klausa. Namun, antara Pel dan O terdapat perbedaan.

5. Keterangan

Keterangan (Ket) adalah bagian kalimat yang menerangkan berbagai hal tentang bagian kalimat
yang lainnya. Unsur keterangan dapat berfungsi menerangkan S, P, O, dan Pel. Posisinya bersifat
manasuka, dapat di awal, di tengah, atau di akhir kalimat.

C. POLA KALIMAT DASAR

Kalimat dasar bukanlah nama jenis kalimat, melihat acuan atau patron untuk membuat berbagai
tipe kalimat. Kalimat dasar terdiri atas beberapa struktur kalimat yang dibentuk dengan unsur kalimat
yaitu S, P, O, Pel, Ket. Sejalan dengan batasan bahwa struktur kalimat minimal S-P, sedang O, Pel., Ket.
merupakan tambahan yang berfungsi melengkapi dan memperjelas arti kalimat, maka kalimat yang paling
sederhana adalah yang bertipe S-P, dan yang paling komplek adalah yang bertipe S-P-O-Pel-Ket.

D. KALIMAT EFEKTIF

1. Pengertian Kalimat Efektif

Kalimat yang baik dan benar dapat memudahkan orang lain untuk memahaminya. Kalimat yang
baik haruslah mengikuti kaidah-kaidah tata bahasa, pilihan kata (diksi), penalaran dan
keserasian.Kelengkapan unsur sebuah kalimat sangat menentukan kejelasan sebuah kalimat. Kalimat
yang demikian disebut kalimat efektif. Sebuah kalimat yang efektif mempersoalkan bagaimana ia dapat
mewakili secara tepat isi dan pikiran atau perasaan pengarang, bagaimana ia dapat mewakilinya secara
segar, dan sanggup menarik perhatian pembaca dan pendengar apa yang dibicarakan.

Dari pendapat beberapa ahli, dapat disimpulkan bahwa hakikat kalimat efektif yaitu apabila kita
akan membuat kalimat yang baik dan benar harus berdasarkan kaidah-kaidah yang berlaku dan kalimat
tersebut mudah dipahami oleh orang lain.

2. Ciri-ciri Kalimat Efektif

a. Kesepadanan

b. Keparalelan

c. Ketegasan

d. Kehematan

e. Kecermatan

f. Kepaduan

g. Kelogisan

BAB 4

PARAGRAF

A. PENGERTIAN

Paragraf merupakan bagian karangan atau tulisan yang membentuk satu kesatuan pikiran atau ide
atau gagasan. Setiap paragraf dikendalikan oleh satu ide pokok. Ide pokok paragraf harus dikemas dalam
sebuah kalimat, yang disebut kalimat utama. Dari kalimat utama paragraf itulah kalimat-kalimat penjelas,
baik yang sifatnya mayor maupun minor, dituliskan secara tuntas, lengkap, terperinci.35 Paragraf adalah
satuan bahasa tulis yang terdiri dari beberapa kalimat. Satu hal lagi yang harus dicatat di dalam sebuah
paragraf, yakni bahwa paragraf itu harus merupakan satu kesatuan yang padu dan utuh. Jadi, pertautan
yang terjadi antara kalimat satu dan kalimat yang lainnya itu mengandaikan terjadinya kepanduan dan
kesatuan unsur-unsur yang membangun paragraf itu. Dengan pemahaman seperti di atas dapat ditegaskan
bahwa sesungguhnya sebuah paragraf harus mengemban ide pokok atau ide utama.

Selanjutnya Miller mengatakan, “Paragraf itu harus mempunyai kesatuan perlakuan dan kesatuan
suasana. Gaya atau ‘style’ penulisan yang diterapkan mulai dari awal paragraf hingga akhir paragraf,
hendaknya tetap sama. Keseluruhan kalimat dalam paragraf harus dikendalikan oleh salah satu ide pokok
yang dikemas dalam kalimat efektif. Kalimat yang berisi ide pokok paragraf itulah yang disebut topic
sentence.” Frank Chaplen (dalam Rosihan Anwar, 2004) mengatakan bahwa paragraf yang baik ialah
paragraf yang memungkinkan pembaca memahami kesatuan informasi yang terkandung di dalamnya.

B. UNSUR-UNSUR PARAGRAF
1. Kalimat Penjelas Mayor

Kalimat penjelas mayor (major support sentences) adalah kalimat penjelas yang utama. Kalimat
penjelas yang utama itu bertugas menjelaskan secara langsung ide pokok dan kalimat utama yang terdapat
di dalam paragraf itu. Jadi, hubungan antara kalimat utama dan kalimat penjelas utama di dalam sebuah
paragraf itu bersifat langsung.

2. Kalimat Penjelas Minor

Dapat dikatakan kalimat penjelas minor karena kalimat penjelas itu tidak secara langsung
menjelaskan ide pokok dan kalimat utama paragraf. Akan tetapi, kalimat penjelas minor demikian itu
menjelaskan kalimat penjelas mayor tertentu secara langsung. Jadi, sebuah kalimat penjelas minor telah
menjelaskan secara langsung kalimat penjelas utama yang lainnya.

C. STRUKTUR PARAGRAF

Paragraf non-naratif atau paragraf yang sering digunakan dalam karya ilmiah dapat disusun
dengan kemungkinan-kemungkinan struktur sebagai berikut: (1) struktur 1,2,4,3; (2) struktur 1,2,3; (3)
struktur 1,2; (4) struktur 2,1; (5) struktur 2,4,1; (6) struktur 1,4,2,3; (7) struktur 2,3,4,1. Kalimat topik atau
kalimat utama paragraf hanya dimungkinkan muncul di depan sendiri, atau sebaliknya di bagian belakang
sendiri. Kalimat topik atau kalimat utama yang ditempatkan di depan, paragraf ini disebut dengan
paragraf deduktif. Sementara itu, jika ditempatkan di bagian paling belakang paragrafnya disebut paragraf
induktif. Kerangka paragraf deduktif dapat digambarkan seperti berikut: Kalimat topik/ide topik berada di
awal paragraf, selanjutnya diikuti dengan kalimat penjelas/ide penjelas pertama; (a) kalimat tambahan/ide
tambahan 1, (b) kalimat tambahan/ide tambahan 2, (c) dan seterusnya jika ada, lalu diikuti dengan kalimat
penjelas/ide penjelas kedua; (a) kalimat tambahan/ide tambahan 1, (b) kalimat tambahan/ide tambahan 2,
(c) dan seterusnya jika ada.

D. TEKNIK PEMAPARAN PARAGRAF

1. Paragraf Deskriptif

Paragraf deskriptif adalah sebuah paragraf yang bertujuan menggambarkan sejelasjelasnya suatu
objek. Penulis seolah-olah berada di tempat itu sehingga ia dapat melihat dan mendengar sendiri segala
hal yang ada di tempat itu. Oleh karena itu, paragraf deskriptif dapat dikatakan lebih menekankan pada
dimensi ruang.

2. Paragraf Ekspositoris

Paragraf jenis ini disebut juga paragraf paparan. Tujuannya adalah untuk menampilkan atau
memaparkan sosok objek tertentu yang hendak dituliskan. Penyajiannya tertuju pada satu unsur dari objek
itu saja, dan teknik pengembangannya dapat menggunakan analisis kronologis maupun analisis
keruangan.

3. Paragraf Argumentatif

Paragraf jenis ini sering disebut juga paragraf persuasif. Tujuannya adalah untuk membujuk dan
meyakinkan pembaca tentang arti penting dari objek tertentu yang dijelaskan dalam paragraf itu. Paragraf
ini banyak digunakan untuk kepentingan propaganda, demonstrasi, promosi, negosiasi, dan lain
sebagainya.

4. Paragraf Naratif

Paragraf naratif berkaitan sangat erat dengan penceritaan atau pendongengan dari sesuatu.
Paragraf naratif banyak ditemukan dalam cerita-cerita pendek, pendongengan, novel, dan lain-lain.
Tujuannya adalah untuk menghibur para pembaca, kadangkala, bahkan membawa para pembaca
bertualang bersama, karena demikian terpesona dengan apa yang dinarasikan itu.

E. JENIS PARAGRAF

1. Paragraf Pembuka

2. Paragraf Pengembang

3. Paragraf Penutup

F. CARA PENGEMBANGAN PARAGRAF

1. Pola Pengembangan Ruang dan Waktu

2. Pola Pengembangan Sebab-Akibat

3. Pola Pengembangan Susunan Pembanding

4. Pola Pengembangan Ibarat

5. Pola Pengembangan Susunan Daftar

6. Pola Pengembangan Susunan Contoh

7. Pola Pemgembangan Susunan Bergambar

G. KOHERENSI DAN KOHESI PARAGRAF

Kalimat-kalimat di dalam sebuah paragraf harus berkaitan antara yang satu dan lainnya.
Keberkaitan itu harus mencakup dua macam hal, yakni bentuk maupun isinya. Bilamana keberkaitan
dalam hal bentuk dan isi paragraf itu dapat dibangun, maka paragraf semacam itu dapat disebut sebagai
paragraf yang kohesif dan koheren. Kepaduan dalam bidang isi dan makna, lazimnya dapat dibangun
dengan berpegang teguh pada prinsip bahwa setiap paragraf hanya dapat mengembangkan satu ide pokok.
Ide pokok yang dapat diletakkan dalam posisi yang variatif itu harus dikembangkan dan dijabarkan secara
tuntas melalui kalimat-kalimat mayor, kalimat-kalimat minor, dan kalimatkalimat penegasnya.

BAB 5

PERENCANAAN KARANGAN

A. PENGERTIAN
Perencanaan karangan yaitu semua tahap persiapan penulisan. Kegiatan menulis bukanlah suatu
kegiatan yang kebetulan, melainkan memang telah direncanakan. Dengan begitu, penulis benar-benar siap
mengungkapkan gagasannya melalui tulisan. “Secara teoretis, perencanaan karangan terdiri atas tiga
tahapan, yaitu prapenulisan, penulisan, dan pascapenulisan (revisi).” Pada tahap prapenulisan, seorang
penulis dituntut untuk mempersiapkan bahan-bahan yang akan dijadikan tulisan. Persiapan ini meliputi
penentuan tema, topik, ataupun judul, tujuan penulisan, masalah yang akan dibahas, teknik pengumpulan
bahan atau teknik penelitian, penentuan buku rujukan penyusunan kerangka karangan, dan sebagainya.
Pada tahap penulisan, penulis dituntut untuk mengembangkan kerangka yang sudah dibuat tadi. Dengan
kalimat, ungkapan, frase, kata-kata, penulis mengembangkan kerangka tersebut menjadi paragraf subbab,
bab, wacana, akhirnya menjadi karya tulis yang utuh. Pada tahap pascapenulisan, penulis mengurangi
segala kekeliruan dan kekurangan yang mungkin timbul. Pada tahap ini, penulis juga dapat menambah
referensi dan merevisi penulisan yang telah diketik sehingga menjadi tulisan yang sempurna. Tahap ini
biasa disebut dengan tahap revisi.

B. STRUKTUR KARANGAN

Sebuah kerangka karangan mengandung rencana kerja, memuat ketentuan-ketentuan pokok


bagaimana suatu topik harus diperinci dan dikembangkan. Kerangka karangan menjamin suatu
penyusunan yang logis dan teratur, serta memungkinkan seorang penulis membedakan gagasan-gagasan
utama dari gagasan-gagasan tambahan. Sebuah kerangka karangan tidak boleh diperlakukan sebagai suatu
pedoman yang kaku, tetapi selalu dapat mengalami perubahan dan perbaikan untuk mencapai suatu
bentuk yang semakin lebih sempurna. Kerangka karangan dapat berbentuk catatan-catatan sederhana,
tetapi dapat juga berbentuk mendetil, dan digarap dengan sangat cermat.

C. MANFAAT PERENCANAAN KARANGAN

Penyusunan kerangka karangan sangat dianjurkan, karena akan menghindarkan penulis dari
kesalahan-kesalahan yang tak perlu terjadi. Kegunaan kerangka karangan bagi penulis adalah sebagai
berikut:

1. Kerangka karangan dapat membantu penulis menyusun kerangka secara teratur, tidak membahas atau
gagasan sampai dua kali, dan dapat mencegah penulis keluar dari sasaran yang sudah dirumuskan dalam
topik atau judul.

2. Kerangka karangan akan memperlihatkan bagian-bagian pokok karangan, sekaligus memberi


kemungkinan bagi penulisnya untuk memperluas bagian-bagian tersebut. Hal ini akan membantu penulis
menciptakan suasana yang berbeda-beda, sesuai variasi yang diinginkan.

3. Kerangka karangan akan memperlihatkan kepada penulisnya,bahan atau materi apa yang dibutuhkan
dalam pembahasan yang akan ditulisnya nanti.

Pada umumnya,bentuk kerangka karangan dibedakan atas kerangka kalimat dan kerangka topik.
Kerangka kalimat menggunakan kalimat berita yang lengkap dalam merumuskan tiap topik, subtopik,
maupun sub-sub topik. Sedangkan, di dalam kerangka topik, tiap butir dalam kerangka tersebut terdiri
atas topik yang berupa frase.

D. PENYUSUNAN KERANGKA KARANGAN


Langkah-langkah dalam menyusun kerangka karangan adalah sebagai berikut,

1. Rumuskan tema

2. Mengadakan inventarisasi topik – topik bawahan yang dianggap merupakan perincian dari tesis
atau pengungkapan maksud tadi .

3. Penulis berusaha mengadakan evaluasi semua topik yang telah tercatat pada langkah kedua di
atas.

4. Untuk mendapatkan sebuah kerangka karangan yang sangat terperinci maka langkah kedua dan
ketiga dikerjakan berulang–ulang untuk menyusun topik – topik yang lebih rendah tingkatannya.

E. TEMA, TOPIK, DAN JUDUL KARANGAN

1. Tema

Tema berasal dari bahasa Yunani “thithenai”, berarti sesuatu yang telah diuraikan atau sesuatu
yang telah ditempatkan. Tema merupakan amanat utama yang disampaikan oleh penulis melalui
karangannya. Dalam karang mengarang, tema adalah pokok pikiran yang mendasari karangan yang akan
disusun. Dalam tulis menulis, tema adalah pokok bahasan yang akan disusun menjadi tulisan. Tema ini
yang akan menentukan arah tulisan atau tujuan dari penulisan artikel itu.

2. Topik

Pengertian topik adalah berasal dari bahasa Yunani “topoi” yang berarti tempat, dalam tulis
menulis berarti pokok pembicaraan atau sesuatu yang menjadi landasan penulisan suatu artikel.

3. Judul Karangan

Judul adalah nama yang dipakai untuk buku, bab dalam buku, kepala berita, dan lainlain; identitas
atau cermin dari jiwa seluruh karya tulis, bersifat menjelaskan diri dan yang manarik perhatian dan
adakalanya menentukan wilayah (lokasi). Dalam artikel judul sering disebut juga kepala tulisan. Ada
yang mendefinisikan judul adalah lukisan singkat suatu artikel atau disebut juga miniatur isi bahasan.
Judul hendaknya dibuat dengan ringkas, padat dan menarik. Judul artikel diusahakan tidak lebih dari lima
kata, tetapi cukup menggambarkan isi bahasan.

F. POLA SUSUNAN KARANGAN

Pola susunan yang paling utama adalah pola alamiah dan pola logis.

1. Pola Alamiah
Susunan atau pola alamiah adalah suatu urutan unit-unit kerangka karangan sesuai dengan
keadaan yang nyata di alam. Sebab itu susunan alamiah dapat dibagi lagi menjadi tiga bagian utama, yaitu
urutan berdasarkan waktu (urutan kronologis), urutan berdasarkan ruang (urutan spasial), dan urutan
berdasarkan topik yang sudah ada.

2. Pola logis

Tanggapan yang sesuai dengan jalan pikiran untuk menemukan landasan bagi setiap persoalan,
mampu di tuang dalam suatu susunan atau urutan logis. Urutan logis sama sekali tidak ada hubungan
dengan suatu ciri yang inheren dalam materinya, tetapi erat dengan tanggapan penulis.

G. MACAM-MACAM KERANGKA KARANGAN

Kerangka karangan sementara atau informal merupakan suatu alat bantu, sebuah penuntun bagi
suatu tulisan yang terarah. Sekaligus ia menjadi dasar untuk penelitian kembali guna mengadakan
perombakan-perombakan yang di anggap perlu. Karena kerangka karangan ini hanya bersifat sementara,
maka tidak perlu di susun secara terperinci. Tetapi, karena ia juga merupakan sebuah kerangka karangan,
maka ia harus memungkinkan pengarangnya menggarap persoalannya secara dinamis, sehingga perhatian
harus dicurahkan sepenuhnya pada penyusunan kalimat-kalimat, alineaalinea atau bagian-bagian tanpa
mempersoalkan lagi bagaimana susunan karangannya, atau bagaimana susunan bagian-bagiannya.
Kerangka karangan informal (sementara) biasanya hanya terdiri dari tesis dan pokokpokok utama, paling
tinggi dua tingkat perincian. Alasan untuk menggarap sebuah kerangka karangan semntara dapat berupa
topik yang tidak kompleks, atau karena penulis segera menggarap karangan itu.

H. KERANGKA KARANGAN FORMAL

Kerangka karangan yang bersifat formal biasanya timbul dari pertimbangan bahwa topik yang
akan digarap bersifat sangat kompleks, atau suatu topik yang sederhana tetapi penulis tidak bermaksud
untuk segera menggarapnya. Proses perencanaan sebuah kerangka formal mengikuti prosedur yang sama
seperti kerangka informal. Tesisnya di rumuskan dengan cermat dan tepat, kemudian dipecah-pecah
menjadi bagian-bagian bawahan (sub-ordinasi) yang dikembangkan untuk menjelaskan gagasan
sentralnya. Tiap sub-bagian dapat diperinci lebih lanjut menjadi bagian-bagian yang lebih kecil. Sejauh
diperlukan untuk menguraikan persoalan itu sejelas-jelasnya. Dengan perincian yang sekian banyak,
sebuah kerangka karangan dapat mencapai lima atau tiga tingkat perincian sudah dapat di sebut kerangka
formal.

I. BERDASARKAN PERUMUSAN TEKSNYA

1. Kerangka Kalimat

Kerangka kalimat mempergunakan kalimat berita yang lengkap untuk merumuskan tiap unit,
baik untuk merumuskan tesis maupun untuk merumuskan unit-unit utama dan unit-unit bawahannya.
Perumusan tesis dapat mempergunakan kalimat majemuk bertingkat, sebaliknya untuk merumuskan tiap
unit hanya boleh mempergunakan kalimat tunggal.

2. Kerangka Topik
Kerangka topik dimulai dengan perumusan tesis dalam sebuah kalimat yang lengkap. Sesudah itu
semua pokok, baik pokok-pokok utama maupun pokok-pokok bawahan, di rumuskan dengan
mencantumkan topiknya saja, dengan tidak mempergunakan kalimat yang lengkap.

J. SYARAT KERANGKA YANG BAIK

1. Tesis atau Pengungkapan Maksud Harus Jelas

2. Tiap Unit dalam Kerangka Karangan Hanya Mengandung Satu Gagasan

3. Pokok-pokok dalam Kerangka Karangan Harus disusun Secara Logis

4. Harus Mempergunakan Pasangan Simbol yang Konsisten

BAB 6

DIKSI

A. PENGERTIAN DIKSI

Diksi ialah pilihan kata. Maksudnya, memilih kata yang tepat untuk menyatakan sesuatu. Dalam
memilih kata yang setepat-tepatnya untuk menyatakan suatu maksud, kita tidak dapat lari dari kamus.
Kamus memberikan suatu ketepatan kepada kita tentang pemakaian kata-kata. Dan makna kata yang
tepatlah yang diperlukan. Kata yang tepat akan membantu seseorang mengungkapkan dengan tepat apa
yang akan disampaikannya, baik lisan maupun tulisan.

B. MACAM-MACAM HUBUNGAN MAKNA

1. Sinonim

Merupakan kata-kata yang memiliki persamaan/kemiripan makna. Sinonim sebagai ungkapan


(bisa berupa kata, frase, atau kalimat) yang maknanya kurang lebih sama dengan makna ungkapan lain.
Contoh : Kata buruk dan jelek, mati dan wafat.

2. Antonim

Merupakan ungkapan (berupa kata, frase, atau kalimat) yang maknanya dianggap kebalikan dari
makna/ungkapan lain. Contoh: Kata bagus berantonim dengan kata buruk; kata besar berantonim dengan
kata kecil.

3. Polisemi

Adalah sebagai satuan bahasa (terutama kata atau frase) yang memiliki makna lebih dari satu.
Contoh: Kata kepala bermakna ; bagian tubuh dari leher ke atas, seperti terdapat pada manusia dan
hewan, bagian dari suatu yang terletak di sebelah atas atau depan, seperti kepala susu, kepala meja,dan
kepala kereta api, bagian dari suatu yang berbentuk bulat seperti kepala, kepala paku dan kepala jarum
dan Iain-lain.
4. Hiponim

Adalah suatu kata yang yang maknanya telah tercakup oleh kata yang lain, sebagai ungkapan
(berupa kata, frase atau kalimat) yang maknanya dianggap merupakan bagian dari makna suatu ungkapan.
Contoh : kata tongkol adalah hiponim terhadap kata ikan, sebab makna tongkol termasuk makna ikan. 5.
Hipernim Merupakan suatu kata yang mencakup makna kata lain.

5. Homonim Merupakan kata-kata yang memiliki kesamaan ejaan dan bunyi namun berbeda arti.

6. Homofon Merupakan kata-kata yang memiliki bunyi sama tetapi ejaan dan artinya berbeda.

8. Homograf Merupakan kata-kata yang memiliki tulisan yang sama tetapi bunyi dan artinya berbeda.

C. MAKNA KATA

1. Makna Denotatif dan Konotatif

2. Makna Umum dan Makna Khusus

3. Makna Leksikal dan Makna Gramatikal

4. Makna Peribahasa

5. Makna Kias dan Lugas

6. Kata Konkret dan Kata Abstrak

7. Majas atau Gaya Bahasa

BAB 7

NOTASI ILMIAH

A. KUTIPAN

1. Pengertian Kutipan

Kutipan adalah pinjaman kalimat atau pendapat dari seorang pengarang, atau ucapan seseorang
yang terkenal, baik terdapat dalam buku-buku maupun majalah-majalah. Mengutip itu tidak tercela.
Bahkan, sepanjang dilakukan secara jujur, mengutip merupakan suatu keniscayaan dalam menulis karya
ilmiah. Namun begitu, jika dilakukan tanpa kejujuran mengutip merupakan suatu tindakan plagiat
(penjiplakan). Oleh sebab itu, sedapat mungkin dalam sebuah karangan ilmiah, kutipan ditulis dengan
catatan (notes) supaya terlepas dari tuduhan menjiplak.

2. Prinsip-prinsip Mengutip

a. Jangan mengadakan perubahan

b. Bila ada kesalahan

c. Menghilangkan bagian kutipan


3. Jenis Kutipan

Menurut jenisnya, kutipan dapat di bedakan atas kutipan langsung dan kutipan tidak langsung
(kutipan isi). Kutipan langsung adalah pinjaman pendapat dengan mengambil secara lengkap kata demi
kata, kalimat demi kalimat dari sebuah teks asli. Sebaliknya, kutipan tak langsung adalah pinjaman
pendapat seorang pengarang atau tokoh terkenal berupa inti sari atau ikhtisar dari pendapat tersebut.

4. Cara-cara Mengutip

a. Kutipan langsung yang tidak lebih dari empat baris

b. Kutipan langsung yang lebih dari empat baris

c. Kutipan tak langsung

B. CATATAN KAKI

Yang dimaksud dengan catatan kaki adalah keterangan-keterangan atas teks karangan yang
ditempatkan pada kaki halaman karangan yang bersangkutan.

C. BIBLIOGRAFI

Adalah sebuah daftar yeng berisi judul buku-buku, artikel-artikel, dan bahan-bahan penerbitan
lainya, yang mempunyai pertalian dengan sebuah karangan atau sebagian dari karangan yang tengah
digarap.

BAB 8

KONVENSI NASKAH

Konvensi naskah adalah penulisan naskah karangan ilmiah berdasarkan kebiasaan, aturan yang
lazim, dan sudah disepakati. Kelaziman ini cenderung menjadi aturan baku yang digunakan di perguruan
tinggi. Aturan tersebut kemudian disesuaikan dengan karakterisk masing perguruan tinggi tersebut
sehingga setiap kampus memiliki panduan untuk penulisan karya tulis bagi setiap warganya. Namun,
penulisan naskah ilmiah tidak sebatas pada kegiatan akademik di perguruan tinggi. Para profesional
dalam berbagai disiplin ilmu yang bekerja di berbagai bidang disiplin ilmu yang bekerja di berbagai
kantor lembaga pemerintah dan swasta baik di dalam maupun luar negeri cenderung menggunakan model
naskah yang sudah lazim atau berdasarkan konvensi.

A. PENGETIKAN

Persyaratan pengetikan teks karangan ilmiah mencakup penggunaan kertas, batas margin, spasi,
bentuk, dan ukuran huruf.

B. PENGORGANISASIAN KARANGAN

Pengorganisasian karangan adalah penyusunan seluruh unsur karangan menjadi satu kesatuan
karangan dengan berdasarkan persyaratan formal kebahasaan yang baik, benar, cermat, logis, penguasaan,
wawasan keilmuwan bidang kajian yang ditulis secara memadai; format pengetikan yang sistematis.
C. PELENGKAP PENDAHULUAN (PRELIMANARIES)

1. Halaman Sampul dan Halaman Judul

2. Halaman Pengesahan Halaman

3. Kata Pengantar

4. Abstrak

5. Daftar Isi

6. Daftar Gambar

7. Daftar Tabel

D. PELENGKAP PENUTUP (REFERENSI MATTER)

1. Daftar Pustaka

Daftar yang berisi judul buku-buku, artikel-artikel, dan bahan-bahan penerbitan lainnya, yang
mempunyai pertalian dengan sebuah karangan atau sebagian dari karangan yang tengah digarap.

2. Lampiran (Apendiks)

Lampiran merupakan pelengkap karangan ilmiah. Lampiran ini dapat berupa esai, daftar nama,
model analisis, dan lain-lain. Lampiran ini disertakan sebagai bagian dari pembuktian ilmiah. Penyajian
dalam bentuk lampiran agar tidak menggangu pembahasan jika disertakan dalam uraian.

3. Indeks

Indeks adalah daftar kata atau istilah yang digunakan dalam uraian dan disusun secara alfabetis
(urut abjad). Penulisan indeks disertai nomor halaman yang mencantumkan penggunaan istilah tersebut.
Indeks berfungsi untuk memudahkan pencarian kata dan penggunaaanya dalam pembahasan.

4. Riwayat Hidup Penulis

Daftar riwayat hidu memuat nama, tempat dan tanggal lahir, pendidikan, pengalaman kerja, dan
karya ilmiah yang terkait dengan materi makalah.

E. PENYUNTINGAN NASKAH

Untuk menghasilkan tulisan yang sempurna, perlu penyuntingan naskah karangan dengan jalan
membaca secara cermat setelah tulisan selesai dan memperbaiki beberapa kesalahan dan
kekurangsempurnaan yang sekiranya muncul berdasarkan konvensi naskah yang baku. Penyuntingan
naskah bertujuan untuk menyempurnakan format naskah, urutan pembahasan, pengendalian variabel,
bahasa, keindahan tampilan, posisi tampilan, komposisi, dan kelengkapan naskah. Penyuntingan meliputi
seluruh unsur tulisan yang meliputi bagian pelengkap pendahuluan (Prelimanaries), naskah utama
karangan (Main Body), dan pelengkap penutup (Referensi Matter). Sedangkan unsur bahasa yang
terdapat pada karangan meliputi penggunaan ejaan, diksi, kalimat efektif, paragraf, frasa, dan klausa dan
segala aspek kebahasan lainnya.

BAB 9

PLAGIASI

A. PENGERTIAN

Salah satu bentuk pelanggaran kode etik dalam penulisan karya ilmiah adalah plagiarisme.
Plagiarisme berasal dari dua kata Latin - plagiarius yang berarti penculik, dan plagiare yang berarti
mencuri Yang dimaksud plagiarisme adalah mencuri gagasan, kata-kata, kalimat, atau hasil penelitian
orang lain dan menyajikannya seolah-olah sebagai karya sendiri.

Plagiasi bisa terjadi karena berbagai penyebab seperti tidak paham plagiasi (ada plagiasi sengaja
dan ada plagiasi tidak sengaja), tidak cukup waktu mengerjakan tulisan (bisa juga malas), tidak membaca
ulang hasil tulisan, dan lain-lain. Plagirisme merupakan salah satu bentuk kecurangan akademis
(academic fraud) sehingga pelakunya harus dikenakan sanksi.

B. BENTUK-BENTUK PLAGIASI

Kecurangan akademik dalam bentuk plagiasi sering terjadi dalam beberapa bentuk yang meliputi
sebagai berikut :

1. Menggunakan atau mengambil teks, data atau gagasan orang tanpa memberikan pengakuan terhadap
sumber secara benar dan lengkap.

2. Menyajikan struktur, atau tubuh utama gagasan yang diambil dari sumber pihak ketiga sebagai gagasan
atau karya sendiri, bahkan meskipun referensi pada penulis lain dicantumkan. Bagian yang diambil sangat
panjang, terdiri dari banyak rangkaian kalimat, bahkan banyak alinea atau struktur atau pola gagasan atau
pola argumentasi orang lain.

3. Mengambil materi atau audio atau visual orang. Atau materi tes, software, dan kode program tanpa
menyebut sumber dan menampilkannya seolah-seolah sebagai karya sendiri.

4. Tidak menunjukkan secara jelas dalam teks, misalnya dengan tanda kutipan atau penggunaan lay out
tertentu, bahwa kutipan literal atau yang mendekati literal dimasukkan ke dalam sebuah karya, bahkan
meskipun rujukan yang benar terhadap sumber sudah dimasukkan

5. Menfarafrase (mengubah kalimat orang lain ke dalam susuan kalimat sendiri tanpa mengubah idenya)
isi dari teks orang lain tanpa rujukan yang memadai terhadap sumber.

6. Menggunakan teks yang pernah dikumpulkan sebelumnya, atau menggunakan teks yang mirip dengan
teks yang pernah dikumpulkan sebelumnya
C. JENIS-JENIS PLAGIASI

1. Plagiarisme Penuh atau ‘Plagiarisme Lengkap’

Setiap kali seorang penulis menyalin konten dari sumber lain secara penuh, itu disebut
plagiarisme penuh. Dalam plagiarisme ini, penulis tidak mengubah apa-apa dari sumber aslinya. Bahasa,
aliran, dan bahkan tanda baca tersebut disalin sedemikian rupa, seseorang tidak bisa mengutip bahkan
perbedaan kecil dalam dua isinya. Plagiarisme penuh, mengacu pada menyalin konten asli orang lain, kata
demi kata, dan menyajikannya sebagai karyanya sendiri.

2. Plagiarisme Parsial

Ketika seseorang menggabungkan data dari dua atau tiga sumber yang berbeda dalam karyanya,
itu mencapai plagiarisme parsial. plagiarisme semacam ini betujuan untuk menyalin pekerjaan orang lain,
tidak sepenuhnya, tetapi sebagian. Seseorang menjiplak konten dengan cara ini, memanfaatkan maraknya
parafrase, yang berarti bahwa ia menyajikan ide yang sama dalam bentuk yang berbeda, dengan
memanipulasi bahasa dari konten asli, tapi aliran tetap sama.

3. Minimalis Plagiarisme

Plagiarisme minimalistik dilakukan ketika seseorang memparafrase konten yang sama tetapi
dalam aliran yang berbeda. Pada jenis ini, plagiator mencoba untuk menyalin ide-ide, pendapat,
pemikiran dan konsep dari penulis lain sedemikian rupa sehingga karyanya tidak tampak seperti telah
menjiplak. Apa yang dia lakukan adalah bahwa ia tidak hanya mengubah konstruksi kalimat dan
membuat penggunaan kosakata sinonim, tetapi ia juga mengubah urutan di mana pikiran telah disajikan
dalam karya asli. Ini adalah perubahan dalam aliran yang membuat pekerjaan tampak asli, meskipun
tidak. Meskipun menulis kembali hampir tampak seperti aslinya. Banyak orang tidak menganggap ini
sebagai plagiarisme, mungkin karena sulit dibuktikan.

4. Plagiarisme Mosaic

Plagiarisme jenis ini paling umum dilakukan pelajar. Contoh plagiarisme mosaik terjadi sebagian
besar karena kurangnya pengetahuan atau ketidaktahuan tentang plagiarisme, dan cara-cara untuk
menghindarinya. Ketika seseorang mengubah konstruksi kalimat tetapi tidak mau repot-repot untuk
mengubah kata-kata asli, hasilnya kemudian, adalah bahwa perubahan kalimat, perubahan aliran, tetapi
kata-kata tetap sama.

D. SANKSI TERHADAP PLAGIASI

Plagiarisme dan berbagai bentuk kecurangan akademik sangat dilarang karena kebenaran dalam
ilmu pengetahuan tidak boleh dirusak, dan bagi banyak ilmuwan, kebenaran inilah yang membuat seluruh
pekerjaan ilmuwan menjadi berharga. Jika penulis melakukan plagiasi maka akan dikenakan sanksi sesuai
dengan jabatan atau profesi yang disandangnya.

E. CARA MENGHINDARI PLAGIASI

Secara sederhana, plagiasi sebenarnya bisa dihindari dengan menggunakan teknik yang
diperbolehkan (legal) dalam dunia akademis. Pengetahuan atau teknik ini antara lain berkaitan dengan
tata cara mengutip dan melakukan parafrase. Kemampuan untuk mengutip secara akurat sumber tersebut
sangatlah penting.

BAB 10

TRANSLITERASI HURUF ARAB-LATIN

A. PENGERTIAN

Transliterasi berasal dari bahasa Inggris transliteration (tran’alih, pindah, ganti, dan literation
‘liter, huruf ’) yaitu pergantian huruf demi huruf dari abjad yang satu ke abjad yang lainnya.43 Umumnya
transliterasi dilakukan dari huruf Arab ke huruf Latin untuk membantu masyarakat Indonesia baik untuk
kajian keislaman (memahami alquran) maupun untuk penulisan karya tulisan yang menggunakan
berbagai Istilah Arab yang belum dapat dianggap sebagai kata bahasa Indonesia yang masih terbatas
penggunaannya. Untuk itu perlunya pedoman yang mengatur transliterasi huruf Arab-Latin. Terdapat dua
manfaat transliterasi Arab-Latin. Pertama, membantu umat Islam yang belum memahami huruf Arab.
Kedua, dalam bidang keagamaan khususnya studi Islam, transliterasi dibutuhkan karena istilah dan
kosakata bidang keislaman sebagian besar memakai kosakata bahasa Arab yang belum diindonesiakan,
sementara itu penulisannya disarankan menggunakan huruf latin. Transliterasi dimaksudkan sebagai
pengalihhurufan dari abjad yang satu ke abjad yang lain. Transliterasi Arab-Latin di sini ialah penyalinan
huruf-huruf Arab dengan huruf-huruf latin beserta perangkatnya.

B. PRINSIP PEMBAKUAN

Pembakuan pedoman transliterasi Arab-Latin ini disusun dengan prinsip sebagai berikut:

1. Sejalan dengan Ejaan yang Disempurnakan

2. Huruf Arab yang belum ada padanannya dalam huruf Latin dicarikan padanan dengan cara
memberi tambahan tanda diakritik, dengan dasar “satu fonem satu lambang”.

3. Pedoman transliterasi ini diperuntukkan bagi masyarakat umum.

C. RUMUSAN PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN

Hal-hal yang dirumuskan secara konkret dalam pedoman transliterasi Arab-Latin merujuk pada
SKB Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI, tertanggal 22 Januari 1988 No.
158/1987 dan 0543b/U/1987 meliputi:

1. Konsonan

2. Vokal (tunggal dan rangkap)

3. Maddah

4. Ta’marbutah

5. Syaddah

6. Kata sandang (di depan huruf syamsiah dan qamariah)


7. Hamzah

8. Penulisan kata

9. Huruf Kapital

10. Tajwid

BAB III
PEMBAHASAN ISI BUKU

A. KELEBIHAN

1. Materi yang disampaikan pada buku ini sangat jelas dan juga mudah untuk dipahami oleh para
pembaca, khususnya untuk mahasiswa.

2. Materi yang disampaikan menggunakan bahasa yang lugas dan mudah dimengerti.

3. Mampu memberikan informasi tentang cara menulis karya ilmiah yang baik dan benar dan kelak
akan berguna bagi mahasiswa untuk menghadapi tugas akhir.

4. Kertas yang digunakan menggunakan kualitas yang bagus, bukan dari kertas yang berasal dari daur
ulang sehingga kualitas yang dihasilkan tidak bagus.

5. Buku ini dilengkapi dengan catatan kaki yang lengkap dan sesuai dengan penulisannya dengan
aturan pencatatan kaki.

6. Cover yang digunakan juga sangat bagus, yang dimana pada covernya dominan pada warna merah
dan putih yang mencerminkan negara kita yaitu Indonesia, dan di covernya tersebut juga terdapat gambar
buku-buku dan toga, yang mencerminkan mahasiswa.

B. KEKURANGAN

1. Kurangnya contoh-contoh untuk memperdalam penjalasan yang dibahas.

2. Bukunya terlalu tipis, tetapi materi yang disamapaikan sangat banyak yang kemudian menyebabkan
materi yang disampaikan menjadi singkat dan tanpa dilengkapi detail-detail dari tiap bab maupun contoh
dari tiap-tiap materi tersebut.

BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Secara keseluruhan, buku ini layak untuk para mahasiswa/mahasiswi sebagai referensi atau
pedoman untuk belajar dan memahami apa isi yang ada dibuku tersebut dan buku ini juga sudah
merupakan materi dari para ahli Indonesia.

B. SARAN

Diharapkan dalam setiap karya tulis,tata cara penulisan karya tulisnya harus sesuai dengan
kaidah-kaidah yang ada . karena apabila da kesalahan dalam penulisan makna artinya pun akan berbeda.

DAFTAR PUSTAKA
http//www.penerbitinmedia.com

Anda mungkin juga menyukai