Anda di halaman 1dari 17

PENGUJIAN SUBSTANTIVE

Dosen Pengampu:

Ulfa Nurhayani, S.E., M.Si/ Se., M.Pd/ Rini Herlina,


M.Si,Ak,CA

Oleh:Kelompok4

Fauziahpanggabean (7193342005)
EssiSimatupang (7193342020)
SuhairoNasuha (7193342027)

PRODIPENDIDIKANAKUNTANSI

FAKULTASEKONOMI

UNIVERSITASNEGERIMEDAN

2021
Kata Pengantar
Pertama-tama kami mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa,
karena telah memberikan rahmat dan karunia-Nya serta kesehatan kepada kami, sehingga
mampu menyelesaikan makalah ini yang berjudul” Pengujian Substantve”. Tugas ini
dibuat untuk memenuhi salah satu mata kuliah kami yaitu “ Pemeriksaan Akuntansi”

Tugas makalah ini disusun dengan harapan dapat menambah pengetahuan dan
wawasan kita semua khususnya dalam hal Pemeriksaan Akutansi. Kami menyadari
bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, apabila dalam tugas ini terdapat
banyak kekurangan dan kesalahan, kami mohon maaf karena sesungguhnya pengetahuan
dan pemahaman kami masih terbatas, karena keterbatasan ilmu dan pemahaman kami
yang belum seberapa.

Karena itu kami sangat menantikan saran dan kritik dari pembaca yang sifatnya
membangun guna menyempurnakan tugas ini. Kami berharap semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca dan bagi kami khususnya. Atas perhatian nya kami
mengucapkan Terimakasih.

Medan, 10 November 2021

Kelompok 4
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................i

DAFTAR ISI................................................................................................................ii

BAB I.............................................................................................................................1

A. Latar Belakang.........................................................................................................1

B. Rumusan Masalah....................................................................................................1

C. Tujuan......................................................................................................................1
.................................................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN..............................................................................................2

A. Pengertian Pengujian Substantive...........................................................................2

B. Perancangan Pengujian Substantif...........................................................................2

C. Sifat Pengujian Substantif.......................................................................................2

D. Pengembangan Program Audit untuk Pengujian Substantif....................................4

E. Pertimbangkan pilihan berhubungan dngn perancangan pengujian substantif........6

F. Pertimbangan Khusus dalam Perancangan Pengujian Substantif............................7

G. Hubungan Asersi, Tujuan Audit dan pengendalian Sustantive...............................8

H. Studi Kasus.............................................................................................................9

BAB III PENUTUP......................................................................................................10

A. Kesimpulan.............................................................................................................11

B. Saran.......................................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................13
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Masalah-masalah dalam laporan keuangan merupakan hasil dari kelemahan pengendalian


internal yang sangat serius. Maka dari itu di dalam sebuah perusahaan harus ada yang
namanya pengendalian internal.

Pengendalian internal dapat mengurangi bukti audit yang direncanakan dalam audit atas
laporan keuangan. Untuk melakukan penilaian atas komponen risiko pengendalian dalam
model risiko audit, auditor harus mendapatkan pemahaman atas pengendalian internal
dan mendapatkan bukti-bukti yang mendukung penilaian tersebut.[1]

Pengendalian internal ini dilakukan agar komponen risiko dapat diketahui dan dapat
dinilai. Penilaian risiko-risiko harus dinilai, karena penilaian risiko merupakan langkah
awal auditor menyusun laporan keuangan. Memberikan tinjauan mengenai proses
pemahaman pengendalian internal dan penilaian risiko pengendalian internal untuk suatu
audit terintregrasi atas laporan keuangan dan efektifitas pengendalian internal terhadap
laporan keuangan.[2] Sehingga, para auditor dapat paham atas pengendalian internal dan
melakukan pengujian yang diperlukan untuk mengaudit pengendalian internal dan
melakukan pengujian untuk pengauditan atas laporan keuangan.

Risiko pengendalian ada beberapa macam, salah satunya yaitu Risiko Deteksi. Dimana
Risiko Deketsi mengharuskan auditor tidak salah saji dalam mengaudit laporan keuangan.
Dan Risiko Deteksi harus direncankan serta diuji dengan menggunakan pengujian
substantif. Oleh karena itu, penulis mencoba mengangkat tema ini dalam makalah yang
berjudul “Pengujian Substantif” .

B. Rumasan Masalah

1. Jelaskan apa itu yang dimaksud Pengujian Substantive ?

2. Bagaimana merancang Pengujian Substantif ?

3. Bagaimana mengembangkan Program Audit untuk Pengujian Substantif ?

4. Apa yang menjadi Pertimbangan-pertimbangan Khusus dalam Perancangan Pengujian


Substantif ?
C. Tujuan

Untuk Mengetahui Rumusan Masalah Diatas


BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Pengujian Substantive

Sukrisno Agoes, 1996 : 80 menyatakan bahwa Pengujian substantif adalah “test terhadap
kewajaran saldo-saldo perkiraan laporan keuangan Neraca dan Laporan Rugi Laba”.
Menurut Mulyadi, 2002 : 150 pengujian substantif merupakan “prosedur audit yang
dirancang untuk menemukan kemungkinan kesalahan moneter yang secara langsung
mempengaruhi kewajaran penyajian laporan keuangan”. Prosedur pengujian substantif
dirancang untuk memperoleh bukti mengenai kelengkapan, keakuratan, keabsahan data-
data yang dihasilkan oleh sistem akuntansi serta ketepatan penerapan perlakuan akuntansi
terhadap transaksi-transaksi dan saldo-saldo. Mulyadi, 2002 : 74 Menurut standar
pekerjaan lapangan ketiga, “auditor harus mengumpulkan bukti audit kompeten yang
cukup sebagai dasar memadai untuk memberikan pendapat atas laporan keuangan
auditan”. Pengujian substantif menghasilkan bukti audit tentang kewajaran setiap asersi
laporan keuangan signifikan. Pada pihak lain, pengujian substantif dapat mengungkapkan
kekeliruan atau salah saji moneter dalam pencatatan dan pelaporan transaksi dan saldo
akun.

B. Perancangan Pengujian Substantif

Untuk mendapatkan dasar yang masuk akal dalam memberi pendapat atas laporan
keuangan kliennya, auditor harus memperoleh bukti kompeten yang cukup seperti
disyaratkan oleh standar pekerjaan lapangan ketiga dalam standar auditing. Pengujian
substantif di satu sisi bisa menghasilkan bukti tentang kewajaran setiap asersi laporan
keuangan yang signifikan, dan di sisi lain pengujian substantif juga bisa menghasilkan
bukti yang menunjukkan adanya kekeliruan jumlah rupiah atau salah saji dalam
pencatatan atau pelaporan transaksi dan saldo- saldo. Perancangan pengujian substantif
meliputi penentuan sifat, saat, dan luas pengujian yang diperlukan untuk memenuhi
tingkat risiko deteksi yang dapat diterima untuk setiap asersi.[15]

C. Sifat Pengujian Substantif

Sifat pengujian substantif berhubungan dengan jenis dan keefektifan prosedur


pengauditan yang akan dilakukan. Bila tingkat risiko deteksi yang diterima rendah maka
auditor harus menggunakan prosedur yang lebih efektif dan biasanya lebih mahal. Dan
bila risiko deteksi yang diterima tinggi auditor menggunakan prosedur yang kurang
efektif yang biasanya lebih murah. Pengujian substantif terdiri dari tiga jenis yaitu :
a. Prosedur Analitis

Prosedur analitis seringkali dipandang kurang efektif bila dibandingkan dengan pengujian
detil. Namun demikian, dalam keadaan tertentu prosedur ini justru dipandang lebih
efektif. Sebagai contoh, perbandingan antara jumlah seluruh pembayaran kepada seorang
pemasok dengan barang yang sesungguhnya diterima, bisa memberi petunjuk tentang
adanya kelebihan pembayaran. Hal ini mungkin tidak terdeteksi pada waktu dilakukan
pengujian atas masing-masing transaksi pembayaran kepada pemasok.

Dalam hal tertentu jika prosedur analitis dipandang efektif, pelaksanaan prosedur ini juga
bisa menghemat biaya audit. Hal seperti itu biasanya nampak pada audit atas perusahaan-
perusahaan tertentu seperti perusahaan listrik, gas, dan telepon.

PSA No.22, Prosedur Analitis (SA 329.11), menyatakan bahwa efektivitas dan efisiensi
prosedur analitis tergantung pada : [16]

1) Sifat asersi

2) Kelayakan dan kemampuan untuk memprediksi suatu hubungan

3) Tersedianya dan keandalan data yang digunakan untuk membuat taksiran

4) Ketepatan taksiran

Apabila hasil prosedur analitis sesuai dengan taksiran, dan tingkat risiko deteksi yang
bisa diterima untuk asersi tinggi, maka auditor tidak perlu melakukan pengujian detil.
Prosedur analitis biasanya ,tidak begitu mahal biaya pelaksanaannya. Oleh karena itu,
auditor perlu mempertimbangkan seberapa jauh prosedur ini dapat digunakan untuk
mencapai tingkat risiko deteksi yang dapat diterima sebelum auditor memutuskan untuk
melakukan pengujian detil.

b. Pengujian Detil Transaksi

Pengujian detil transaksi terutama berupa penelusuran (Tracing) dan pencocokan ke


dokumen pendukung (vouching). Sebagai contoh, detil transaksi bisa ditelusur dari
dokumen pendukung. Misalnya faktur penjualan dan voucher ke dalam catatan akuntansi
seperti jurnal penjualan dan dan register voucher.

Dalam pengujian ini auditor memeriksa sebagian (dengan sampel) atau seluruh
pendebetan dan pengkreditan atas suatu rekening. Hasil pengujian tersebut digunakan
untuk menarik kesimpulan tentang saldo rekening yang bersangkutan. Pengujian ini
biasanya dilakukan dengan menggunakan dokumen-dokumen yang terdapat dalam arsip
klien. Efektivitas pengujian tergantung pada prosedur dan dokumen yang digunakan.
Pengujian detil transaksi biasanya lebih banyak menyita waktu dan biayanya juga lebih
mahal. Efisiensi biaya akan tercapai bila auditor melaksanakan pengujian bebarengan
dengan pengujian pengendalian yang disebut pengujian bertujuan ganda.

c. Pengujian Detil Saldo-saldo

Pengujian detil atas saldo-saldo dilakukan untuk mendapatkan bukti secara langsung
tentang sebuah saldo rekening, dan bukan pada masing-masing pendebetan atau
pengkreditan yang telah menghasilkan saldo tersebut. Efektifitas pengujian ini juga
tergantung pada prosedur yang digunakan dan tipe bukti yang diperoleh.

D. Pengembangan Program Audit untuk Pengujian Substantif

Perancangan pengujian substatif meliputi penentuan sifat, saat, dan luasnya pengujian
substantif untuk setiap asersi laporan keuangan yang signifikan. Auditor menghubungkan
asersi-asersi, tujuan, khusus audit,dan pengujian substantif dalam mengembangkan
program audit tertulis untuk pengujian substantif.

Tujuan suatu audit laporan keuangan secara keseluruhan adalah untuk menyatakan
pendapat apakah laporan keuangan klien telah disajikan secara wajar, dalam segala hal
yang material, sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Dalam merancang
pengujian subtantif, auditor harus menenukan bahwa pengujian yang tepat telah
diidentifikasi untuk mencapai tujuan audit spesifik yang berkaitan dengan setiap asersi.
[20]

1. Program Audit Untuk Pengujian Substantif

Program audit adalah daftar prosedur-prosedur audit yang harus dilakukan. Sebagai
tambahan daftar prosedur audit, setiap program audit harus memiliki kolom-kolom
untuk :

a) Suatu referensi silang ke kertas kerja lain yang berisi bukti yang diperoleh dari setiap
prosedur (bila memungkinkan).

b) Paraf auditor yang malaksanakan masing-masing prosedur.

c) Tanggal pelaksanaan prosedur diselesaikan.

Dampak praktik, auditor kadang-kadang membuat rincian yang berbeda untuk hal-hal
tertentu dalam program auditnya. Dalam keadaan bagaimanapun program audit
hendaknya cukup detil agar dapat memberikan :

a) Garis-garis besar pekerjaan yang akan dilakukan.


b) Dasar untuk koordinasi, supervise, dan pengawasan audit.

c) Catatan mengenai pekerjaan yang dilakukan.

2. Rerangka Umum Pengembangan Program Audit Untuk Pengujian Substantif

Apabila program audit dibuat untuk piutang dagang dan investasi jangka pendek, maka
langkah audit yang perlu dilakukan :

a) Verifikasi kebeneran penjumlahan dan tentukan kecocokan antara rekening control


piutang dagang.

b) Verifikasi kebenaran penjumlahan dan tentukan kecocokan rekening investasi di buku


besar dengan daftar detil investasi.

3. Rerangka Umum untuk pengembangan program audit untuk pengujian substantif

Perencanaan Awal :

a) Identifikasi asersi-asersi laporan keuangan yang harus dicakup oleh program audit.

b) Kembangkan tujuan-tujuan audit spesifik untuk setiap kategori asersi.

c) Tentukan risiko bawaan dan risiko pengendalian, dan tentukan pula tingkat risiko
deteksi akhir untuk setiap asersi, sejalan dengan tingkat risiko audit keseluruhan dan
tingkat materialistas yang dapat diterima.

Berdasarkan pengetahuan yang diperoleh dari prosedur-prosedur untuk mendapatkan


pemahaman mengenai kebijakan dan prosedur pengendalian intern yang relevan,
bayangkan catatan akuntansi, dokumen pendukung, dan proses akuntansi, dan proses
pelaporan keuangan yang berhubungan dengan asersi-asersi.

E. Pertimbangkan pilihan-pilihan yang berhubungan dengan perancangan


pengujian substantif:

Alternatif untuk mengakomodasi berbagai tingkat resiko deteksi yang dapat diterima:

Sifat :

Prosedur analitis

Pengujian detail transaksi

Pengujian detail saldo-saldo


Saat: Interim atau akhir tahun

Luas: Besarnya sampel

Berbagai tipe bukti pendukung yang mungkin tersedia:

Analisis dokumen perhitungan fisik

Konfirmasi elektonik pernyataan tertulis lisan

Berbagai tipe prosedur audit yang tersedia.

Prosedur analitis Konfirmasi observasi

Teknik audit Perhitungan Inspeksi

Pengajuan pertanyaan Penelusuran

Pencocokan ke dokumen Pengerjaan ulang berbantuan Computer

Pengujian substantif untuk dimasukkan ke dalam program audit

a) Tentukan prosedur awal untuk :

1) Menelusur saldo awal ke kertas kerja tahun lalu (jika mungkin dilakukan)

2) Mereview aktivitas dalam rekening buku besar dan menyelediki hal hal yang tidak
biasa.

3) Memeriksa kebenaran penjumlahan pada catatan pendukung atau daftar untuk


digunakan pada pengujian berikutnya, dan memeriksa kecocokannya dengan saldo di
buku besar, untuk meyakinkan adanya kecocokan diantara keduanya.

b) Tentukan prosedur analitis yang akan digunakan

c) Tentukan pengujian detail transaksi yang akan dilakukan

d) Tentukan pengujian detail saldo-saldo yang akan dilakukan (sebagai tambahan atas a
1, 2, 3 diatas)

e) Pertimbangkan apakah ada ketentuan atau prosedur khusus yang bisa diterapkan pada
asersi yang sedang diuji, seperti prosedur-prosedur yang ditetapkan PSA (sebagai contoh,
keharusan untuk melakukan observasi perhitungan fisik persediaan), atau yang ditetapkan
oleh instansi lain yang berwenang yang belum termasuk pada (c) dan (d) diatas.

Tentukan prosedur-prosedur untuk menentukan kesesuain dengan penyajian dan


pengungkapan menurut prinsip-prinsip akuntansi berlaku umum.
F. Pertimbangan-pertimbangan Khusus dalam Perancangan Pengujian Substantif

Berikut adalah pertimbangan-pertimbangan khusus dalam perancangan pengujian substantif,


yaitu:[21]

1. Rekening-Rekening Laba-Rugi

Secara tradisional pengujian detil saldo rekening lebih difokuskan pada rekening-rekening
laporan keuangan yang disajikan dalam neraca (rekening riil) dibandingkan dengan
rekening-rekening laba rugi (rekening nominal). Pendekatan ini efisien dan logis karena
setiap rekening laba rugi pasti akan terkait dengan satu atau lebih rekening neraca.

a) Prosedur analisis untuk rekening-rekening laba-rugi

Prosedur analisis bisa menjadi alat auditor dalam mendapatkan bukti tentang saldo-saldo
rekening laba-rugi. Jenis pengujian substantif bias digunakan secara langsung atau tidak
langsung. Pengujian langsung terjadi bila sebuah rekening pendapatan atau rekening
biaya dibandingkan dengan data yang relevan untuk menentukan kewajaran saldonya.

b) Pengujian detil untuk rekening-rekening laba-rugi

Apabila bukti yang diperoleh dari prosedur analisis dan dari pengujian detil atas rekening
neraca yang berkaitan tidak mengurangi risiko deteksi pada tingkat rendah yang dapat
diterima, maka diperlukan pengujian detil langsung atas asersi-asersi yang berhubungan
dengan rekening-rekening laba-rugi. Hal ini terjadi apabila :

1) Risiko bawaan tinggi.

2) Risiko pengendalian tinggi.

3) Prosedur analisis menunjukkan adanya hubungan tidak biasa dan fluktuasi tak
diharapkan.

4) Rekening memerlukan analisis.

Rekening-rekening yang biasanya membutuhkan analisis terdiri dari :

a) Biaya hukum dan honorarium konsultan

b) Biaya reparasi dan pemeliharaan


c) Biaya perjalanan dan representasi

d) Gaji dan biaya direksi

e) Pajak dan lisensi

f) Biaya sewa dan loyalitas

g) Biaya sumbangan

h) Biaya advertensi

2. Rekening-Rekening yang Berkaitan dengan Estimasi Akuntansi

Estimasi akuntansi adalah perkiraan mengenai suatu elemen laporan keuangan, pos, atau
rekening yang terjadi bila tidak bisa diukur secara pasti.estimasi akuntansi mempunyai
pengaruh signifikan terhadap laporan keuangan perusahaan. PSA No. 37, Audit atas
Estimasi Akuntansi (SA 342.07) menyatakan bahwa tujuan auditor dalam mengevaluasi
estimasi akuntansi adalah untuk memperoleh bukti audit kompeten yang cukup untuk
memberikan keyakinan memadai bahwa :

a) Semua estimasi akuntansi yang material bagi laporan keuangan telah ditetapkan.

b) Estimasi akuntansi tersebut masuk akal dalam kondisi yang bersangkutan.

c) Estimasi akuntansi disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku dan
diungkap secara memadai.

Untuk mengevaluasi kepantasan suatu taksiran akuntansi, SA 342.09 menjelaskan bahwa


auditor biasanya memusatkan terhadap faktor-faktor asumsi kunci yang :

a) Signifikan terhadap estimasi akuntansi

b) Peka terhadap perubahan

c) Penyimpangan dari pola histories

d) Subjektif dan rawan terhadap salah saji serta bias

Bukti tentang kepantasan suatu estimasi bisa diperoleh auditor melalui satu atau
kombinasidari pendekatan-pendekatan berikut :

a) Mereview dan uji proses yang digunakan oleh manajemen dalam menyusun estimasi.

b) Membuat ekspetasi terpisah tentang estimasi.


c) Mereview peristiwa atau transaksi kemudian yang terjadi sebelum selesainya pekerjaan
lapangan.

Prosedur-prosedur yang dilakukan meliputi :

a) Pertimbangan relevansi, keandalan, dan kecukupan data dan faktor faktor lain yang
digunakan manajemen.

b) Mengevaluasi kepantasan dan konsistensi asumsi-asumsi.

c) Mengerjakan ulang perhitungan yang telah dilakukan manajemen.

3. Rekening-Rekening Berkaitan dengan Transaksi dengan Pihak yang Memiliki


Hubungan Istimewa

Tujuan auditor dalam pengauditan atas transaksi-transaksi yang dilakukan dengan pihak-
pihak yang memiliki hubungan istimewa adalah untuk mendapatkan bukti mengenai
tujuan, sifat, dan luasnya transaksi ini serta dampaknya terhadap laporan keuangan. PSA
No. 34, Pihak yang Mamiliki Hubungan Istimewa (SA 334.09) menyatakan bahwa
pengujian substantif harus meliputi hal-hal berikut :

a) Memahami tujuan transaksi dari usaha.

b) Memeriksa faktur dan mereview surat perjanjian, kontrak, dan dokumen relevan
lainnya.

c) Menentukan apakah transaksi telah disetujui oleh dewan komisaris, atau direksi atau
pejabat yang berwenang.

d) Melakukan pengujian kewajaran terhadap jumlah yang diungkapkan, atau yang


dipertimbangkan untuk diungkapkan dalam laporan keuangan.

e) Mengatur audit atas rekening koran antar perusahaan yang dilaksanakan pada tanggal
yang bersamaan.

f) Menginspeksi atau mengkonfirmasi dan memperoleh keyakinan atas nilai, dan mudah
atau tidaknya jaminan dialihkan.
G. Hubungan antara asersi, Tujuan Audit dan Pengendalian Substantive

Hubungan antara asersi, tujuan audit khusus, dan pengujian substantif adalah tujuan
menyeluruh audit laporan keuangan adalah menyatakan pendapat apakah Lap keu klien
disajikan secara wajar dengan mengembangkan sejumlah tujuan audit khusus setiap akun
berdasarkan 5 asersi laporan keuangan yang dapat menentukan apakah pengujian telah
diidentifikasi untuk mencapai tujuan audit khusus yang ada dalam setiap asersi.

H. STUDI KASUS

PERAN PENGUJIAN SUBSTANTIF DALAM PENINGKATAN KUALITAS AUDIT


PADA BPR (STUDI KASUS PADA BEBERAPA KAP DI MALANG)

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar peran dari pengujian
substantif dalam meningkatkan kualitas audit pada BPR di Malang. Pengujian substantif
dirasa dapat meningkatkan kualitas audit sehingga penulis ingin meneliti sejauh mana
peningkatan kualitas audit yang dapat diberikan. Studi kasus dilakukan pada 2 KAP yang
berlokasi di Malang agar dapat meningkatkan validitas dari hasil penelitian tersebut.
Penelitian ini termasuk jenis penelitian kualitatif deskriptif dengan menggunakan studi
kasus. Data yang digunakan adalah data primer atau data yang dikumpulkan dari tempat
terjadinya peristiwa. Metode pengumpulan data menggunakan wawancara mendalam atau
Indepth interview dan juga observasi selama kegiatan berlangsung. Metode analisa data
menggunakan metode analisis data interaktif atau mereduksi data yang telah dikoleksi
lalu membuat kesimpulan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengujian substantif
dapat meningkatkan kualitas audit berdasarkan prosedur yang telah dilakukan di lapangan
serta peran sistem pengendalian dari BPR sendiri yang mempengaruhi tingkat
peningkatan itu sendiri. Penelitian ini juga menemukan adanya kendala yang dihadapi
oleh auditor di lapangan seperti waktu, anggaran, dan keterbatasan informasi dari pihak
BPR.

Hasil dari penelitian ini dilakukan pada 2 KAP yang berlokasi di Malang sebagai
objek penelitian. Alasan penulis memilih KAP sebagai objek penelitian karena KAP
adalah sebuah badan usaha yang telah mendapatkan izin dari menteri keuangan sebagai
wadah bagi akuntan publik dalam memberikan jasanya. Dengan kata lain auditor yang
bekerja di KAP memiliki kualitas yang sudah memenuhi standar profesional akuntansi
publik dan izin akuntan publik sehingga sangat layak untuk dijadikan sebagai objek
penelitian. Kedua KAP tersebut adalah KAP Made Sudarma, Thomas & Dewi dan KAP
Suprihadi dan Rekan. Kedua KAP tersebut masing-masing berdiri pada tahun 1989 dan
1997. Alasan penulis memilih kedua KAP tersebut karena kedua KAP ini sudah lama
mengaudit BPR dan juga sudah rekanan dengan BI. Artinya BI merekomendasikan KAP
tersebut untuk mengaudit BPR yang mana dibawahi oleh BI. Alasan penelitian tersebut
dilakukan pada 2 KAP agar dapat meningkatkan validitas dari hasil penelitian tersebut.
Sebagai hasil akhir dari penulisan, penulis menyusun suatu kesimpulan berdasarkan
hasil analisa dari wawancara mendalam dan observasi terhadap 2 KAP tersebut.
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diangkat sebagai topik penelitian ini,
dapat disimpulkan bahwa pemahaman auditor terhadap pengujian substantif itu sendiri
berkaitan erat dengan angka dan materialitas serta pengujiannya hanya dilakukan pada
akun-akun yang dirasa penting dan berkaitan erat dengan bidang usaha klien. Pengujian
substantif itu sendiri dirasa auditor memang sangat meningkatkan kualitas audit pada saat
di BPR karena melalui pengujian akun demi akun akan dapat meningkatkan keyakinkan
auditor bahwa nominalnya sesuai dan tidak ada yang salah saji. Namun dibalik
peningkatan kualitas audit, auditor menghadapi banyak kendala dalam pengujian
substantif tersebut. Secara garis besar tekanan waktu, anggaran, dan keterbatasan
informasi menjadi hal utama yang membuat auditor sangat terbatas dalam melakukan
pengujian substantif pada BPR, sehingga dengan kata lain dapat terjadi penurunan
kualitas bila dibandingkan dengan auditor yang bekerja tanpa kendala tersebut.

BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

Tujuan audit memilih sampel suatu populasi, adalah untuk mendapatkan sampel yang
representatif. Sampel representatif adalah sampel yangmemiliki karakteristik yang sama
dengan populasi. Artinya item populasi yangdimasukan dalam sampel sama dengan item
yang tidak dimasukkan dalamsampel. Dalam praktik, auditor tidak dapat mengetahui
apakah suatu sampelrepresentatif atau tidak, bahkan setelah semua pengujian telah
selesai. Namun auditor dapat meningkatkan kemungkinan suatu sampel
menjadirepresentatif dengan melakukan langkah-langkah sampling audit dengan benar.
Adapun langkah- langkah dari sampling audit yaitu

 merencanakan sampel,
 memilih sampel,
 melaksanakan pengujian, dan
 mengevaluasi hasil.

Dua hal yang dapat menjadikan hasil sampel menjadi tidakrepresentatif yaitu kekeliruan
nonsampling dan kekeliruan sampling.

Saran

Bagi akademisi, senantiasa berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran matakuliah


pengauditan 2 khususnya terkait materi sampling dalam pengujijan pengendalian dan
pengujian substantif atas transaksi yang menjadi pembahasan utama dari penulisan karya
tulis ini.

DAFTAR PUSTAKA
Agoes, Sukrisno. 2008. Auditing (Pemeriksaan Akuntan) Oleh Kantor Akuntan Publik. Lembaga
Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta

http://khaerunnisa26.blogspot.com/2017/02/resiko-deteksi-dan-pengujin-substantif.html

Anda mungkin juga menyukai