Anda di halaman 1dari 47

CRITICAL BOOK REPORT

MK : PEND.BAHASA INDONESIA
PRODI : PEND. MATEMATIKA

Skor Nilai :

BAHASA INDONESIA DI PERGURUAN TINGGI

(NGALIMUN SYAHRONI, M.Pd., DWI WAHYU CANDRA DEWI, M.Pd.,


DAN MAHMUDI, M.Pd., 2013)

NAMA MAHASISWA :
DIANA NOVITA (4173311023)
DINDA KHAIRUNNISA (4173311024)
EFRIDA WULANDARI SIMAMORA (4173311027)
ENDANG WIFDA MUNJIAH GEA (4173311035)
FADILLA CAMELLIA (4173311043)

DOSEN PENGAMPU : Drs. AZHAR UMAR, M.Pd.


KELAS : MATEMATIKA DIK D 2017

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

FEBRUARI 2019
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh


Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan laporan ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan laporan
ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda
tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di
akhirat nanti.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-
Nya, baik itu berupa sehar fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu
untuk menyelesaikan pembuatan laporan Critical Book Report sebagai salah satu
tugas yang harus dipenuhi dalam mata kuliah Pendidikan Bahasa Indonesia.
Penulis tentu menyadari bahwa Critical Book Report ini masih jauh dari kata
sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya.
Untuk itu, penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk Critical
Book Report ini, agar Critical Book Report ini nantinya dapat menjadi makalah
yang lebih baik lagi. Dan apabila terdapat banyak kesalahan pada Critical Book
Review ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya
kepada Dosen kami Bapak Drs. AZHAR UMAR, M.Pd. yang telah membimbing
kami dalam menulis laporan ini.
Demikian, semoga Critical Book Report ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Medan, 28 Februari 2019


Penyusun,

Kelompok 4

Critical Book Report - Kelompok 4. Matematika Dik. D 2017 | i


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................... i


DAFTAR ISI .................................................................................................. ii

BAB I. PENDAHULUAN ............................................................................. 1


1.1 Rasonalisasi Pentingnya CBR ........................................................ 1
1.2 Tujuan Penulisan CBR ................................................................... 1
1.3 Manfaat CBR ................................................................................. 1
1.4 Identitas Buku yang direview ......................................................... 2

BAB II. RINGKASAN BUKU ....................................................................... 3


2.1 BAB I ............................................................................................ 3
2.2 BAB II ........................................................................................... 11
2.3 BAB III .......................................................................................... 17
2.4 BAB IV ......................................................................................... 22
2.5 BAB V ........................................................................................... 24
2.6 BAB VI ......................................................................................... 26
2.7 BAB VII ........................................................................................ 28
2.8 BAB VIII ....................................................................................... 30

BAB III. PEMBAHASAN ............................................................................. 32


3.1 Pembahasan Isi Buku ..................................................................... 32
3.2 Kelebihan dan Kekurangan Buku ................................................... 32

BAB IV. PENUTUP ...................................................................................... 37


4.1 Kesimpulan .................................................................................... 37
4.2 Saran .............................................................................................. 37

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 38


LAMPIRAN .................................................................................................. 43

Critical Book Report - Kelompok 4. Matematika Dik. D 2017 | ii


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Rasonalisasi Pentingnya CBR


Keterampilan membuat CBR pada penulis dapat menguji kemampuan dalam
meringkas dan menganalisi sebuah buku serta membandingkan buku yang
dianalisis dengan buku yang lain, mengenal dan memberi nilai serta mengkritik
sebuah karya tulis yang dianalisis.
Seringkali kita bingung memilih buku referensi untuk kita baca dan pahami,
terkadang kita hanya memilih satu buku untuk dibaca tetapi hasilnya masih
belum memuaskan misalnya dari segi analisis bahasa dan pembahasan, oleh
karena itu penulis membuat Critical Book Report Pendidikan Bahasa Indonesia
ini untuk mempermudah pembaca dalam memilih buku referensi terkhusus
pada pokok bahasa tentang Bahasa Indonesia.

1.2 Tujuan Penulisan CBR


Mengkritisi atau membandingkan sebuah buku tentang Bahasa Indonesia serta
membandingkan dengan dua buku yang berbeda dengan topik yang sama.
Yang dibandingkan dalam buku tersebut yaitu kelengkapan pembahasannya,
keterkaitan antar babnya, dan kelemahan dan kelebihan pada buku-buku yang
dianalisis.

1.3 Manfaat CBR


Manfaat yang dapat kita simpulkan pada hal diatas ialah:
1. Menambah wawasan pengetahuan tentang pengertian kepemimpinan, ciri-
ciri kepemimpinan, teori-teori kepemimpinan dan lainnya.
2. Mempermudah pembaca mendapatkan inti dari sebuah buku yang telah di
lengkapi dengan ringkasan buku , pembahasan isi buku, serta kekurangan
dan kelebihan buku tersebut.
3. Melatih siswa merumuskan serta mengambil kesimpulan-kesimpulan atas
buku-buku yang dianalisis tersebut.

Critical Book Report - Kelompok 4. Matematika Dik. D 2017 | 1


1.4 Identitas Buku yang direview
Identitas buku yang akan saya analisis/riview adalah:
1. Judul buku : BAHASA INDONESIA DI PERGURUAN TINGGI
2. Pengarang : NGALIMUN SYAHRONI, M.Pd.
DWI WAHYU CANDRA DEWI, M.Pd.
MAHMUDI, M.Pd.
3. Kota terbit : YOGYAKARTA
4. Tahun terbit : 2013
5. Penerbit : Aswaja Pressindo
6. Tebal buku : 128 Halaman
7. ISBN : 978 – 602 – 18664 – 3 – 6

Critical Book Report - Kelompok 4. Matematika Dik. D 2017 | 2


BAB II
RINGKASAN BUKU

2.1 BAB I : SEJARAH, KEDUDUKAN DAN FUNGSI BAHASA


INDONESIA
1. SEJARAH BAHASA INDONESIA
Bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu termasuk rumpun bahasa
Austronesia yang telah digunakan sebagai lingua franca di Nusantara
sejak abad-abad awal penanggalan modern, paling tidak dalam bentuk
informalnya. Bentuk bahasa sehari-hari ini sering dinamai dengan istilah
Melayu pasar. Selain Melayu pasar terdapat pula istilah Melayu tinggi.
Pada masa lalu bahasa Melayu tinggi digunakan kalangan keluarga
kerajaan di sekitar Sumatera, Malaya, dan Jawa. Bentuk bahasa ini lebih
sulit karena penggunaannya sangat halus, penuh sindiran, dan tidak
seekspresif bahasa Melayu pasar. Penamaan istilah “bahasa Melayu” telah
dilakukan pada masa sekitar 683-686 M., yaitu angka tahun yang
tercantum pada beberapa prasasti berbahasa Melayu kuno dari Palembang
dan Bangka.
Awal penamaan bahasa Indonesia sebagai jati diri bangsa bermula dari
Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928.
Bahasa Melayu Riau dipilih sebagai bahasa persatuan negara Republik
Indonesia atas beberapa pertimbangan sebagai berikut:
 Jika bahasa Jawa digunakan, suku-suku bangsa atau puak lain di
Republik Indonesia akan merasa dijajah oleh suku Jawa yang
merupakan puak (golongan) mayoritas di Republik Indonesia.
 Bahasa Jawa jauh lebih sukar dipelajari dibandingkan dengan bahasa
Melayu Riau. Ada tingkatan bahasa halus, biasa, dan kasar yang
digunakan untuk orang yang berbeda dari segi usia, derajat, ataupun
pangkat. Bila pengguna kurang memahami budaya Jawa, ia dapat
menimbulkan kesan negatif yang lebih besar.
 Bahasa Melayu Riau yang dipilih, dan bukan bahasa Melayu
Pontianak, Banjarmasin, Samarinda, Maluku, Jakarta (Betawi),
ataupun Kutai, dengan pertimbangan: Pertama, suku Melayu berasal

Critical Book Report - Kelompok 4. Matematika Dik. D 2017 | 3


dari Riau, Sultan Malaka yang terakhir pun lari ke Riau selepas
Malaka direbut oleh Portugis. Kedua, sebagai lingua franca, bahasa
Melayu Riau yang paling sedikit terkena pengaruh misalnya dari
bahasa Tionghoa Hokkien, Tio Ciu, Ke, ataupun dari bahasa lainnya.
 Pengguna bahasa Melayu bukan hanya terbatas di Republik Indonesia.
Pada 1945, pengguna bahasa Melayu selain Republik Indonesia yaitu
Malaysia, Brunei, dan Singapura. Pada saat itu, dengan menggunakan
bahasa Melayu sebagai bahasa persatuan, diharapkan di negaranegara
kawasan seperti Malaysia, Brunei, dan Singapura bisa ditumbuhkan
semangat patriotik dan nasionalisme negara-negara jiran di Asia
Tenggara.
Perkembangan dan pertumbuhan bahasa Melayu tampak makin jelas dari
peninggalan kerajaan Islam, baik yang berupa batu bertulis seperti tulisan
pada batu nisan di Minye Tujoh, Aceh, berangka 1380 M., maupun hasil
susastra (abad ke- 16 dan ke- 17), seperti Syair Hamzah Fansuri, Hikayat
Raja-Raja Pasai, Sejarah Melayu, Tajussalatin, dan Bustanussalatin.
Bahasa Melayu menyebar ke pelosok Nusantara bersamaan dengan
menyebarnya agama Islam di wilayah Nusantara. Bahasa Melayu mudah
diterima oleh masyarakat Nusantara sebagai bahasa perhubungan
antarpulau, antarsuku, antarpedagang, antarbangsa, dan antarkerajaan
karena bahasa Melayu tidak mengenal tingkat tutur. Bahasa Melayu
menyerap kosakata dari berbagai bahasa, terutama dari bahasa Sanskerta,
Persia, Arab, dan bahasa-bahasa Eropa. Perkembangan bahasa Melayu di
wilayah Nusantara memengaruhi dan mendorong tumbuhnya rasa
persaudaraan dan persatuan bangsa Indonesia.
Komunikasi antar-perkumpulan yang bangkit pada masa itu menggunakan
bahasa Melayu. Pemuda Indonesia yang tergabung dalam perkurnpulan
pergerakan secara sadar mengangkat bahasa Melayu menjadi bahasa
Indonesia, yang menjadi bahasa persatuan untuk seluruh bangsa Indonesia.
(Sumpah Pemuda, 28 Oktober 1928) Peristiwa-peristiwa penting berkaitan
dengan perkembangan bahasa Indonesia di antaranya:

Critical Book Report - Kelompok 4. Matematika Dik. D 2017 | 4


 Pada tahun 1901, disusunlah ejaan resmi bahasa Melayu oleh Ch. A.
Van Ophuijsen dan dimuat dalam Kitab Logat Melayu.
 Pada tahun 1908, pemerintah mendirikan sebuah badan penerbit buku
bacaan yang diberi nama Commissie voor de Volkslectuur, yang
kemudian pada tahun 1917 ia diubah menjadi Balai Pustaka. Balai itu
menerbitkan buku-buku novel seperti Siti Nurbaya dan Salah Asuhan,
buku-buku penuntun bercocok tanam, penuntun memelihara
kesehatan, yang tidak sedikit membantu penyebaran bahasa Melayu
di kalangan masyarakat luas.
 Pada 28 Oktober 1928 merupakan saat-saat yang paling menentukan
dalam perkembangan bahasa Indonesia karena pada tanggal itulah
para pemuda pilihan mamancangkan tonggak yang kukuh untuk
perjalanan bahasa Indonesia.
 Pada tahun 1933, secara resmi berdirilah sebuah angkatan sastrawan
muda yang menamakan dirinya sebagai Pujangga Baru yang dipimpin
oleh Sutan Takdir Alisyahbana dan kawan-kawan.
 Pada tarikh 25-28 Juni 1938, dilangsungkanlah Kongres Bahasa
Indonesia I di Solo. Dari hasil kongres itu dapat disimpulkan bahwa
usaha pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia telah
dilakukan secara sadar oleh cendekiawan dan budayawan Indonesia
saat itu.
 Pada 18 Agustus 1945, ditandatanganilah Undang-Undang Dasar RI
1945, yang salah satu pasalnya (Pasal 36) menetapkan bahasa
Indonesia sebagai bahasa negara.
 Pada 19 Maret 1947, diresmikan penggunaan Ejaan Republik (Ejaan
Soewandi) sebagai pengganti Ejaan van Ophuijsen yang berlaku
sebelumnya.
 Kongres Bahasa Indonesia II di Medan pada tarikh 28 Oktober-2
November 1954 juga salah satu perwujudan tekad bangsa Indonesia
untuk terus-menerus menyempurnakan bahasa Indonesia yang
diangkat sebagai bahasa kebangsaan dan ditetapkan sebagai bahasa
negara.

Critical Book Report - Kelompok 4. Matematika Dik. D 2017 | 5


 Pada 16 Agustus 1972, H.M. Soeharto, Presiden Republik Indonesia,
meresmikan penggunaan Ejaan Bahasa Indonesia Yang
Disempurnakan (EYD) melalui pidato kenegaraan di hadapan sidang
DPR yang dikuatkan pula dengan Keputusan Presiden No. 57 Tahun
1972.
 Pada 31 Agustus 1972, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
menetapkan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang
Disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah resmi
berlaku di seluruh wilayah Indonesia (Wawasan Nusantara).
 Kongres Bahasa Indonesia III yang diselenggarakan di Jakarta pada
28 Oktober-2 November 1978 merupakan peristiwa penting bagi
kehidupan bahasa Indonesia. Kongres yang diadakan dalam rangka
memperingati Sumpah Pemuda yang ke-50 ini selain memperlihatkan
kemajuan, pertumbuhan, dan perkembangan bahasa Indonesia sejak
1928, juga berusaha memantapkan kedudukan dan fungsi bahasa
Indonesia.
 Kongres Bahasa Indonesia IV diselenggarakan di Jakarta pada tarikh
21-6 November 1983. la diselenggarakan dalam rangka memperingati
hari Sumpah Pemuda yang ke-55. Dalam putusannya disebutkan
bahwa pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia harus lebih
ditingkatkan sehingga amanat yang tercantum di dalam Garis-Garis
Besar Haluan Negara, yang mewajibkan kepada semua warga negara
Indonesia untuk menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan
benar, dapat tercapai semaksimal mungkin.
 Kongres Bahasa Indonesia V diselenggarakan di Jakarta pada tarikh
28 Oktober-3 November 1988. la dihadiri oleh kira-kira 700 pakar
bahasa Indonesia dari seluruh Nusantara dan peserta tamu dari negara
sahabat seperti Brunei Darussalam, Malaysia, Singapura, Belanda,
Jerman, dan Australia. Kongres itu ditandatangani dengan
dipersembahkannya karya besar Pusat Pembinaan dan Pengembangan
Bahasa kepada pencinta bahasa di Nusantara, yakni Kamus Besar
Bahasa Indonesia dan Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia.

Critical Book Report - Kelompok 4. Matematika Dik. D 2017 | 6


 Kongres Bahasa Indonesia VI diselenggarakan di Jakarta pada tarikh
28 Oktober-2 November 1993. Pesertanya sebanyak 770 pakar bahasa
dari Indonesia dan 53 peserta tamu dari mancanegara meliputi
Australia, Brunei Darussalam, Jerman, Hong Kong, India, Italia,
Jepang, Rusia, Singapura, Korea Selatan, dan Amerika Serikat.
Kongres mengusulkan agar Pusat Pembinaan dan Pengembangan
Bahasa ditingkatkan statusnya menjadi Lembaga Bahasa Indonesia,
serta mengusulkan disusunnya Undang-Undang Bahasa Indonesia.
 Kongres Bahasa Indonesia VII diselenggarakan di Hotel Indonesia,
Jakarta pada 26-30 Oktober 1998.

2. BAHASA INDONESIA SEBAGAI BAHASA NEGARA


Bahasa Indonesia dinyatakan kedudukannya sebagai bahasa negara pada 18
Agustus 1945, karena pada saat itu UU Dasar 1945 disahkan sebagai UU
Dasar Negara RI. Dalam UU Dasar 1945 disebutkan bahwa Bahasa negara
ialah bahasa Indonesia. Dengan berlakunya UU Dasar 1945, bertambah
pula kedudukan bahasa Indonesia, yaitu sebagai bahasa negara dan bahasa
resmi.
Dalam kedudukannya sebagai bahasa negara, bahasa Indonesia dipakai
dalam segala upacara, peristiwa, dan kegiatan kenegaraan, baik secara lisan
maupun tulis. Dokumen-dokumen, undang-undang, peraturan-peraturan,
dan surat-menyurat yang dikeluarkan oleh pemerintah dan instansi
kenegaraan lainnya ditulis dalam bahasa Indonesia. Pidato-pidato
kenegaraan ditulis dan diucapkan dengan bahasa Indonesia. Warga
masyarakat pun dalam kegiatan yang berhubungan dengan upacara dan
peristiwa kenegaraan harus menggunakan bahasa Indonesia. Untuk
melaksanakan fungsi sebagai bahasa negara, bahasa perlu senantiasa dibina
dan dikembangkan.
Dalam kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi, bahasa Indonesia
bukan saja dipakai sebagai alat komunikasi timbal balik antara pemerintah
dan masyarakat luas, dan bukan saja dipakai sebagai alat perhubungan

Critical Book Report - Kelompok 4. Matematika Dik. D 2017 | 7


antardaerah dan antarsuku, tetapi juga dipakai sebagai alat perhubungan
formal pemerintahan dan kegiatan atau peristiwa formal lainnya.
Kebangkitan nasional telah mendorong perkembangan bahasa Indonesia
dengan pesat. Peranan kegiatan politik, perdagangan, persuratkabaran, dan
majalah sangat besar dalam memodernkan bahasa Indonesia. Proklamasi
kemerdekaan RI, 17 Agustus 1945, telah mengukuhkan kedudukan dan
fungsi bahasa Indonesia secara konstitusional sebagai bahasa negara. Kini,
bahasa Indonesia dipakai oleh berbagai lapisan masyarakat Indonesia, baik
di tingkat pusat maupun daerah.

3. BAHASA INDONESIA SEBAGAI BAHASA PERSATUAN


Unsur yang ketiga dari Sumpah Pemuda merupakan pernyataan tekad
bahwa bahasa Indonesia merupakan bahasa persatuan bangsa Indonesia.
Pada 1928 itulah bahasa Indonesia dikukuhkan kedudukannya sebagai
bahasa nasional. Bahasa Indonesia bisa menjalankan fungsi sebagai
pemersatu bangsa Indonesia. Dengan menggunakan bahasa Indonesia, rasa
kesatuan dan persatuan bangsa yang berbagai etnis terpupuk Kehadiran
bahasa Indonesia di tengah-tengah ratusan bahasa daerah tidak
menimbulkan sentimen negatif bagi etnis yang menggunakannya.
Sebaliknya, justru kehadiran bahasa Indonesia dianggap sebagai pelindung
sentimen kedaerahan dan sebagai penengah ego kesukuan. Dalam
hubungannya sebagai alat untuk menyatukan berbagai suku yang
mempunyai latar belakang budaya dan bahasa masing-masing, bahasa
Indonesia justru dapat menyerasikan hidup sebagai bangsa yang bersatu
tanpa meninggalkan identitas kesukuan dan kesetiaan kepada nilai-nilai
sosial-budaya serta latar belakang bahasa etnik yang bersangkutan.

4. BAHASA INDONESIA SEBAGAI BAHASA ILMU PENGETAHUAN,


TEKNOLOGI, dan SENI
Perjalanan panjang sejarah bangsa Indonesia itu telah menempatkan bahasa
Indonesia dalam dua kedudukan penting, yakni sebagai bahasa nasional dan
bahasa negara. Sejak diikrarkan sebagai bahasa nasional dan ditetapkan

Critical Book Report - Kelompok 4. Matematika Dik. D 2017 | 8


sebagai bahasa negara, bahasa Indonesia telah mengalami perkembangan
yang sangat pesat. Perkembangan itu telah mengantarkan bahasa Indonesia
sebagai lambang jati diri bangsa dan sebagai alat pemersatu berbagai suku
bangsa yang berbeda-beda latar belakang sosial, budaya, agama, dan bahasa
daerahnya. Di samping itu, bahasa Indonesia juga telah mampu mengemban
fungsinya sebagai sarana komunikasi modern dalam penyelenggaraan
pemerintahan, pendidikan, pengembangan ilmu, dan teknologi, serta seni.
Pencantuman bahasa Indonesia dalam Bab XV, Pasal 36 UUD 1945, bahasa
Indonesia berkedudukan juga sebagai bahasa budaya dan bahasa ilmu. Di
samping sebagai bahasa negara dan bahasa resmi. Dalam hubungannya
sebagai bahasa budaya, bahasa Indonesia merupakan satu-satunya alat yang
memungkinkan untuk membina dan mengembangkan kebudayaan nasional
sedemikian rupa karena bahasa Indonesia memiliki ciri-ciri dan identitas
sendiri, yang membedakannya dengan kebudayaan daerah. Saat ini, bahasa
Indonesia digunakan sebagai alat untuk menyatakan semua nilai sosial-
budaya nasional pada situasi inilah bahasa Indonesia telah menjalankan
kedudukannya sebagai bahasa budaya.
Dalam kedudukannya sebagai bahasa ilmu, bahasa Indonesia berfungsi
sebagai bahasa pendukung ilmu pengetahuna dan teknologi untuk
kepentingan pembangunan nasional. Penyebarluasan IPTEK dan
pemanfaatannya kepada perencanaan dan pelaksanaan pembangunan
negara dilakukan dengan menggunakan bahasa Indonesia. Penulisan dan
penerjemahan buku-buku teks serta penyajian pelajaran atau perkuliahan di
lembaga-lembaga pendidikan untuk masyarakat umum dilakukan dengan
menggunakan bahasa Indonesia.

5. BAHASA INDONESIA SEBAGAI BAHASA DALAM


PEMBANGUNAN
Bahasa Indonesia merupakan bahasa resmi Republik Indonesia. Pada saat
ini, bahasa Indonesia digunakan oleh hampir seluruh rakyat Indonesia.
Bahasa Indonesia merupakan bahasa resmi, dan bahasa pertama yang
digunakan, selain bahasa daerah. Sebagai bahasa resmi negara, bahasa

Critical Book Report - Kelompok 4. Matematika Dik. D 2017 | 9


Indonesia digunakan dalam berbagai kesempatan dan kegiatan. Sebagai
bahasa negara, bahasa Indonesia mempunyai fungsi sebagai alat
perhubungan pada tingkat nasional dalam berbagai kepentingan nasional.
Perencanaan dan pelaksanaan pembangunan sebagai kepentingan nasional
tentu akan menggunakan bahasa Indonesia. Karena itulah, bahasa Indonesia
akan digunakan dalam hal kepentingan perencanaan dan pelaksanaan
pembangunan. Bahasa Indonesia memiliki peran penting di dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Perannya tampak di
dalam kehidupan bermasyarakat di berbagai wilayah tanah tumpah darah.
Indonesia. Komunikasi perhubungan pada berbagai kegiatan masyarakat
telah memanfaatkan bahasa Indonesia di samping bahasa daerah sebagai
wahana dan peranti untuk membangun kesepahaman, kesepakatan, dan
persepsi yang memungkinkan terjadinya kelancaran pembangunan
masyarakat di berbagai bidang.
Bahasa Indonesia sebagai milik bangsa, dalam perkembangan dari waktu ke
waktu telah teruji keberadaannya, baik sebagai bahasa persatuan maupun
sebagai bahasa resmi negara. Bahasa Indonesia hingga kini menjadi perisai
pemersatu yang belum pernah dijadikan sumber permasalahan oleh
masyarakat pemakainya yang berasal dari berbagai ragam suku dan daerah.
Hal ini dapat terjadi, karena bahasa Indonesia dapat menempatkan dirinya
sebagai sarana komunikasi efektif, berdampingan dan bersama-sama
dengan bahasa daerah yang ada di Nusantara dalam mengembangkan dan
melancarkan berbagai aspek kehidupan dan kebudayaan, termasuk
pengembangan bahasa-bahasa daerah. Dengan demikian, bahasa Indonesia
dan juga bahasa daerah memiliki peran penting dalam memajukan
pembangunan masyarakat dalam berbagai aspek kehidupan.

6. FUNGSI BAHASA INDONESIA


Bahasa Indonesia di dalam kedudukannya sebagai bahasa nasional, bahasa
Indonesia berfungsi sebagai:
a. Lambang kebanggaan kebangsaan

Critical Book Report - Kelompok 4. Matematika Dik. D 2017 | 10


Sebagai lambang kebanggaan kebangsaan, bahasa Indonesia
mencerminkan nilai-nilai sosial budaya yang mendasari rasa kebangsaan
kita. Atas dasar kebangsaan ini, bahasa indonesia kita pelihara dan kita
kembangkan serta rasa kebanggaan pemakainya senantiasa kita bina.
b. Lambang identitas nasional
Sebagai lambang identitas nasional, bahasa Indonesia kita junjung
disamping bendera dan lambang bendera kita. Didalam melaksanakan
fungsi ini bahasa Indonesia tentulah harus memiliki identitasnya sendiri
pula sehingga ia serasi dengan lambang kebangsaan kita yang lain.
c. Alat perhubungan antarwarga, antardaerah dan antarbudaya
Fungsi bahasa Indonesia sebagai alat perhubungan antarwarga,
antardaerah, antarsuku bangsa ini adalah sebagai bahasa nasional. Berkat
adanya bahasa nasional kita dapat berhubungan satu dengan yang lain
sedemikian rupa sehingga kesalah pahaman sebagai akibat perbedaan
latar belakang sosial budaya dan bahasa tidak perlu dikhawatirkan.
d. Alat yang memungkinkan penyatuan berbagai suku bangsa dengan latar
belakang sosial budaya dan bahasanya masing masing ke dalam kesatuan
kebangsaan Indonesia

2.2 BAB II : RAGAM BAHASA


1. PENGGUNAAN BAHASA
Sehubungan dengan pemakaian bahasa Indonesia itu, timbul dua masalah
pokok, yaitu masalah penggunaan bahasa baku dan takbaku. Pemakaian
bahasa baku dan takbaku berkaitan dengan situasi resmi dan takresmi.
Dalam situasi resmi, seperti di sekolah, di kantor, atau dalam pertemuan-
pertemuan resmi digunakan bahasa baku. Sebaliknya, dalam situasi
takresmi, seperti di rumah, dia taman, di pasar, kita tidak dituntut
menggunakan bahasa baku.
Dengan demikian, kita tidak akan merampatkan pemakaian bahasa bahwa
pengguanaan bahasa Indonesia dengan baik dan benar tidak ditafsirkan
sebagai pengguanaan bahasa baku dalam segala situasi. Ada beberapa
kriteria penting yang perlu diperhatikan jika kita berbicara tentang ragam

Critical Book Report - Kelompok 4. Matematika Dik. D 2017 | 11


bahasa adalah: media yang digunakan, latar belakang penutur, dan pokok
persoalan yang dibicarakan. Berdasarkan media yang digunakan untuk
menghasilkan bahasa, ragam bahasa dapat dibedakan atas ragam bahas lisan
dan ragam bahasa tulis. Dilihat dari segi penuturnya, ragam bahasa
dibedakan menjadi: ragam daerah (dialek), ragam bahasa terpelajar, ragam
bahasa resmi, dan ragam bahasa tak resmi.

2. RAGAM DAERAH
Sebagaimana kita ketahui, bahasa Indonesia tersebar luas ke seluruh
Nusantara. Luasnya wilayah pemakaian bahasa itu menimbulkan perbedaan
pemakaian bahasa. Bahasa Indonesia yang digunakan di suatu daerah
berbeda dengan bahasa Indonesia yang digunakan di daerah lain. Misalnya,
bahasa Indonesia yang digunakan oleh orang Jayapura berbeda dengan
bahasa Indonesia yang digunakan oleh orang Medan, bahasa Indonesia yang
dipakai orang Denpasar berbeda dengan bahasa Indonesia yang digunakan
orang Jakarta, dan sebagainya. Penggunaan bahasa yang berbeda-beda
karena perbedaan daerah seperti itu disebut ragam daerah disebut logat.
Logat yang paling tampak yang mudah diamati ialah lafal. Logat bahasa
Indonesia orang Jawa tampak dalam pelafalan /b/ pada posisi awal nama-
nama kota seperti Bandung, Banyuwangi, Bangkalan, Bogor, dan Besuki,
atau realisasi pelafalan kata, seperti pendidi’an, tabra’an, kenai’an, dan
gera’an. Logat bahasa orang Bali dan Aceh akan tampak dalam realisasi
pelafalan /t/ sebagai retrofleks, seperti tampak pada kata thethapi, canthik,
dan kitha. Logat orang Tapanuli tampak realisasi pelafalan /e/ dengan
tekanan kata yang amat jelas, seperti yang tampak dalam kata-kata
sementara,sewenang-wenang, lebaran, dan gelang, ciri-ciri tekanan, turun
naiknya nada, dan panjang pendeknya bunyi bahasa membentuk aksen yang
berbeda-beda. Perbedaan logat bahasa Indonesia antara daerah yang satu
dan daerah yang lain biasanya dapat diterima tau tidak dipermasalahkan
selama bahasa yang digunakan itu dapat dipahami dan tidak mengganggu
kelancaran komunikasi.

Critical Book Report - Kelompok 4. Matematika Dik. D 2017 | 12


3. RAGAM BAHASA TERPELAJAR
Tingkat pendidikan penutur bahasa Indonesia turut mewarnai penggunaan
bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia yang digunakan oleh kelompok penutur
yang berpendidikan tampak jelas perbedaannya dengan yang digunakan
oleh kelompok penutur yang tidak berpendidikan, terutama dalam pelafalan
kata yang berasal dari bahasa asing, misalnya pidio (video), pilem (film),
komplek (kompleks), pajar (fajar), dan pitamin (vitamin). Perbedaan ragam
bahasa penutur yang berpendidikan dan yang tidak berpendidikan juga
tampak dalam bidang tata bahasa, misalnya mbawa (membawa), nyari
(mencari). Hal itu menunjukkan penuturnya kurang dapat memelihara
bahasanya. Ragam bahasa yang dituturkan oleh kelompok penutur
berpendidikan memiliki ciri keterpeliharaan. Ragam bahasa itulah yang
digunakan dalam dunia pendidikan, lembaga pemerintahan, media massa,
ilmu, dan teknologi. Ragam bahasa itu memiliki prestise yang tinggi.

4. RAGAM BAHASA RESMI DAN RAGAM BAHASA TAKRESMI


Ragam bahasa dipengaruhi pula oleh sikap penutur terhadap kawan bicara
(jika lisan) atau sikap penulis terhadap pembaca (jika dituliskan). Sikap itu
antara lain resmi, akrab, dingin, dan santai. Kedudukan kawan bicara atau
pembaca terhadap penutur atau penulis turut mempengaruhi sikap tersebut.
Tentu kita juga dapat mengamati bahasa surat lamaran/permohonan
pekerjaan yang berbeda dengan surat cinta dua remaja. Perbedaan-
perbedaan itu tampak dalam pilihan kata dan penerapan kaidah tata bahasa.
Sering pula ragam ini disebut gaya. Pada dasarnya setiap penutur bahasa
mempunyai kemampuan menggunakan bermacam ragam bahasa itu.
Namun, keterampilan menggunakan bermacam ragam bahasa bukan
merupakan warisan, melainkan dapat diperoleh melalui proses belajar, baik
melalui pelatihan maupun pengalaman. Keterbatasan penguasaan
ragam/gaya menimbulkan kesan bahwa penutur itu kurang luas
pergaulannya. Begitu juga, orang yang hanya menggunakan satu macam
gaya, misalnya dalam perintah, untuk berbagai situasi akan menimbulkan
kesan bahwa orang itu tidak mau akrab dengan kawan bicara. Jika terdapat

Critical Book Report - Kelompok 4. Matematika Dik. D 2017 | 13


jarak antara penutur dan kawan bicara atau penulis dan pembaca, akan
digunakan ragam bahasa resmi atau yang dikenal dengan bahasa baku.
Makin formal jarak penutur dan kawan bicara, akan makin resmi dan berarti
makin tinggi tingkat kebakuan bahasa yang digunakan. Sebaliknya, makin
rendah tingkat keformalannya, makain rendah pula tingkat kebakuan bahasa
yang digunakan.

5. RAGAM BAHASA BERDASARKAN POKOK PERSOALAN


Dilihat dari pokok persoalan yang dibicarakan, ragam bahasa dapat
dibedakan menjadi beberapa jenis. Sehari-hari, kita bergerak didalam
bermacam lingkungan masyarakat. Di lingkungan masyarakat yang berbeda
terdapat penggunaan bahasa yang berbeda.
Demikian pula, bahasa yang digunakan dalam lingkungan agama berbeda
dengan bahasa yang digunakan dalam lingkungan olahraga, hukum, atau
politik. Perbedaan itu tampak dalam pilihan atau penggunaan sejumlah
kata/istilah/ungkapan yang khusus digunakan dalam bidang-bidang
tersebut. Variasi dalam bidang tata bahasa sebenarnya juga tampak dalam
ragam bahasa menurut pokok persoalan tersebut. Kita dapat mengenali
kalimat-kalimat dalam khotbah/doa, kalimat-kalimat dalam karya ilmiah,
kalimat-kalimat dalam undang-undang, dan kalimat-kalimat dalam sastra.

6. RAGAM BAHASA LISAN dan RAGAM BAHASA TULIS


Ditinjau dari media atau sarana yang digunakan untuk menghasilkan
bahasa, penggunaan bahasa dapat dibedakan dalam dua macam ragam
bahasa, yaitu: ragam bahasa lisan dan ragam bahasa tulis. Bahasa yang
dihasilkan dengan menggunakan alat ucap (organ of speech) dengan fonem
sebagai unsur dasar dinamakan ragam bahasa lisan, sedangkan bahasa yang
dihasilkan dengan memanfaatkan tulisan dengan huruf sebagai unsur
dasarnya dinamakan ragam bahasa tulis.
Lafal merupakan aspek pembeda ragam bahasa lisan dari ragam bahasa
tulis, kita berurusan dengan lafal, dalam ragam bahasa tulis, kita berurusan
dengan tata cara penulisan (ejaan). Selain itu, aspek tata bahasa dan

Critical Book Report - Kelompok 4. Matematika Dik. D 2017 | 14


kosakata dalam kedua jenis ragam itu memiliki cara yang berbeda walaupun
bidangnya sama. Kedua ragam bahasa itu memiliki hubungan yang erat.
Ragam bahasa tulis, yang unsur dasarnya huruf, melambangkan ragam
bahasa lisan. Oleh karena itu, sering timbul kesan bahwa ragam bahasa lisan
dan ragam bahasa tulis itu sama. Padahal, kedua jenis ragam bahasa itu telah
berkembang menjadi dua sistem bahasa yang memiliki seperangkat kaidah
yang tidak identik benar meskipun ada pula kesamaannya.
Dalam hubungannya dengan ragam bahasa tulis baku, norma atau
kaidahnya dinyatakan secara tertulis dalam bentuk buku tata bahasa,
kamus, dan pedoman ejaan yang memberikan petunjuk atau kaidah
penulisan, termasuk pungtuasi. Semua itu merupakan pedoman dalam
penggunaan bahasa yang baku. Penggunaan bahasa baku dan tak baku ini
bertalian dengan situasi. Penggunaan bahasa baku berkaitan dengan situasi
resmi atau kedinasan (formal), sedangkan penggunaan bahasa takbaku
berkaitan dengan penggunaan bahasa dalam situasi tidak resmi atau diluar
kedinasan.
Dalam pemilihan penggunaan bahasa baku itu, selain situasi, perlu di
perhatikan juga kawan bicara, latar (setting), topik, dan tujuan pembicaraan.
Dalam hubungannya ragam bahasa tulis baku, ragam bahasa itu merupakan
hasil penataan secara cermat oleh penggunanya (bukan ekspresi spontan
seperti ragam bahasa lisan) sehingga ragam bahasa tulis itu memenuhi
kriteria : jelas, tegas, tepat, dan lugas.

7. BAHASA INDONESIA YANG BAIK DAN BENAR


Selain bermacam ragam bahasa yang telah kita bicarakan, ada lagi ragam
penggunaan bahasa yang khas, yaitu bahasa indonesia yang baik dan
benar,seperti dikemukakan dibawah ini.
1. Bahasa Bukan Sekadar Alat Komunikasi
Bahasa bukan sekadar alat komunikasi, bahasa itu alat pikir dan alat
ekspresi maka bahasa itu bersistem. Oleh karena itu, berbahasa bukan
sekadar berkomunikasi (asal mengerti/pokoknya mengerti); berbahasa
perlu menaati kaidah atau aturan bahasa yang berlaku. Kaidah bahasa

Critical Book Report - Kelompok 4. Matematika Dik. D 2017 | 15


ada yang tersirat dan ada yang tersurat. Kaidah bahasa yang tersirat
berupa intuisi penutur bahasa. Kaidah ini diperoleh secara resmi sejak
penutur belajar berbahasa Indonesia. Kaidah bahasa yang tersurat adalah
sistem bahasa (aturan bahasa) yang dituangkan dalam berbagai terbitan
yang dihasilkan oleh penutur bahasa yang berminat dan ahli dalam
bidang bahasa, baik atas inisiatif sendiri maupun atas dasar tugas yang
diberikan pemerintah, seperti buku-buku tata bahasa, kamus, dan
berbagai buku pedoman (misalnya pedoman ejaan pedoman pembentuk
istilah).
2. Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar
Ungkapan gunakanlah bahasa Indonesia yang baik dan benar telah
menjadi slogan yang memasyarakat, baik melalui jasa guru
dilingkungan sekolah, jasa media massa (media cetak, surat kabar, dan
majalah ataupun media elektronik radio, televisi, dan internet) maupun
melalui siaran pembinaan bahasa Indonesia. Apakah sebenarnya makna
ungkapan itu? Apakah yang dijadikan alat ukur (kriteria) bahasa yang
baik? Apa pula alat ukur bahasa yang benar? Supaya tidak hanya
mengucapkan slogan itu, tetapi dapat menerapkannya, marilah kita
perhatikan kriteria bahasa yang baik dan benar dibawah ini.
Kriteria yang digunakan untuk melihat penggunaan bahasa yang benar
adalah kaidah bahasa. Kaidah itu meliputi aspek: tata bunyi (fonologi),
tata bahasa (kata dan kalimat), kosakata (termasuk istilah), ejaan, dan
makna.
Pada aspek tata bunyi , misalnya kita telah menerima bunyi /f/, /v/, dan
/z/. Oleh karena itu, kata-kata yang benar adalah fajar, fakir (miskin),
motif, aktif, variabel, vitamin, devaulasi, zakat, zebra, dan izin, bukan
pajar, pakir (miskin),motip, aktip, pariabel, pitamin, depaluasi, jakat,
sebra, dan ijin. Masalah lafal juga termasuk aspek tata bunyi. Pelafalan
yang benar adalah kompleks, korps, transmigrasi,ekspor, bukan
komplek, korp, tranmigrasi, dan ekspot. Pada aspek tata bahasa,
mengenai bentuk kata misalnya, bentuk yang benar adalah ubah,
mencari, terdesak, mengebut, tegakkan, dan pertanggungjawaban,

Critical Book Report - Kelompok 4. Matematika Dik. D 2017 | 16


bukan obah/robah/rubah, nyari, kedesak, ngebut, tegakan, dan
pertanggungan jawab. Dari segi kalimat, pernyaataan dibawah ini tidak
benar karena mengandung subjek. Kalimat mandiri harus mempunyai
subjek, predikat, atau danobjek/keterangan.

2.3 BAB III : DIKSI ATAU PILIHAN KATA


1. PENGERTIAN DIKSI
Diksi adalah pilihan kata. Maksudnya, kita memilih kata yang tepat untuk
menyatakan sesuatu. Pilihan kata merupakan satu unsur sangat penting,
baik dalam dunia karang-mengarang maupun dalam dunia tutur setiap hari.
Dalam hal ini, makna kata yang tepatlah yang diperlukan. Kata yang tepat
akan membantu seseorang mengungkapkan dengan tepat apa yang ingin
disampaikannya, baik lisan maupun tulisan. Di samping itu, pemilihan kata
itu harus pula sesuai dengan situasi dan tempat penggunaan kata-kata itu.

2. MAKNA DENOTATIF DAN KONOTATIF


Makna denotatif adalah makna dalam alam wajar secara eksplisit. Makna
wajar ini adalah makna yang sesuai dengan apa adanya. Denotatif adalah
suatu pengertian yang dikandung sebuah kata secara objektif.
Makna konotatif adalah makna asosiatif, makna yang timbul sebagai akibat
dari sikap sosial, sikap pribadi, dan kriteria tambahan yang dikenakan pada
sebuah makna konseptual. Kata makan dalam makna konotatif dapat berarti
untung atau pukul Makna konotatif berbeda dari zaman ke zaman. Ia tidak
tetap. Kata rumah monyet mengandung makna konotatif. Akan tetapi,
makna konotatif itu tidak dapat diganti dengan kata lain sebab nama lain
untuk kata itu tidak ada yang tepat. Begitu juga dengan istilah rumah asap.
Makna-makna konotatif sifatnya lebih profesional dan operasional dari
pada makna denotatif. Makna denotatif adalah makna yang umum. Dengan
kata lain, makna konotatif adalah makna yang dikaitkan dengan suatu
kondisi dan situasi tertentu. Makna konotatif dan makna denotatif
berhubungan erat dengan kebutuhan pemakaian bahasa. Makna denotatif
ialah arti harfiah suatu kata tanpa ada satu makna yang menyertainya,

Critical Book Report - Kelompok 4. Matematika Dik. D 2017 | 17


sedangkan makna konotatif adalah makna kata yang mempunyai tautan
pikiran, perasaan, dan lain-lain yang menimbulkan nilai rasa tertentu.
Dengan kata lain, makna denotatif adalah makna yang bersifat umum,
sedangkan makna konotatif lebih bersifat pribadi dan khusus.

3. KATA UMUM DAN KHUSUS


Kata ikan memiliki acuan yang lebih luas daripada kata nila atau mujair.
Ikan tidak hanya nila atau tidak hanya mujair, tetapi ikan terdiri atas
beberapa macam, seperti gurame, lele, sepat, tuna, baronang, ikan koki,
dan ikan mas. Dalam hal ini, kata yang acuannya lebih luas disebut kata
umum, seperti ikan, sedangkan kata yang acuannya lebih khusus disebut
kata khusus, seperti gurame, lele, tawes, dan ikan mas.
Kata umum disebut superordinat, kata khusus disebut hiponim. Contoh kata
bermakna umum yang lain adalah bunga. Kata bunga memiliki acuan yang
lebih luas daripada mawar. Bukan hanya mawar, melainkan juga ros,
melati, dahlia, anggrek, dan cempaka. Sebaliknya, melati pasti sejenis
bunga; anggrek juga tergolong bunga, dahlia juga merupakan sejenis
bunga. Kata bunga yang memiliki acuan yang lebih luas disebut kata
umum, sedangkan kata dahlia, cempaka, melati, atau ros memiliki acuan
yang lebih khusus darl disebut kata khusus.

4. KATA KONKRET DAN ABSTRAK


Kata yang acuannya semakin mudah dicerap pancaindra disebut kata
konkret, seperti meja, rumah, mobil, air, cantik, hangat, wangi, suara. Jika
acuan sebuah kata tidak mudah diserap pancaindra, kata itu disebut kata
abstrak, seperti ide, gagasan, kesibukan, keinginan, angan-angan,
kehendak dan perdamaian. Kata abstrak digunakan untuk mengungkapkan
gagasan rumit. Kata abstrak mampu membedakan secara halus gagasan
yang bersifat teknis dan khusus. Akan tetapi, jika kata abstrak terlalu
diobral atau dihambur-hambtirkan dalam suatu karangan, karangan itu
dapat menjadi samar dan tidak cermat.

Critical Book Report - Kelompok 4. Matematika Dik. D 2017 | 18


5. SINONIM
Sinonim adalah dua kata atau lebih yang pada asasnya mempunyai makna
yang sama, tetapi bentuknya berlainan. Kesinoniman kata tidaklah mutlak,
hanya ada kesamaan atau kemiripan.
Sinonim ini dipergunakan tultuk mengalih-alihkan pemakaian kata pada
tempat tertentu sehingga kalimat itu tidak membosankan. Dalam
pemakaiannya bentuk-bentuk kata yang bersinonim akan menghidupkan
bahasa seseorang dan mengonkretkan bahasa seseorang sehingga kejelasan
komunikasi (lewat bahasa itu) akan terwujud. Dalam hal ini pemakai
bahasa dapat memilih bentuk kata mana yang paling tepat untuk
dipergunakannya, sesuai dengan kebutuhan dan situasi yang dihadapinya.
Kita ambil contoh kata cerdas dan cerdik. Kedua kata itu bersinonim, tetapi
kedua kata tersebut tidak persis sama benar.

6. PEMBENTUKAN KATA
Ada dua cara pembentukan kata, yaitu dari dalam clan dari luar bahasa
Indonesia. Dari dalam bahasa Indonesia terbentuk kosakata baru dengan
dasar kata yang sudah ada, sedangkan dari luar terbenhik kata baru melalui
tuzsur serapan.
Kita sadar bahwa kosakata bahasa Indonesia banyak dipengaruhi oleh
bahasa asing. Oleh sebab itu, pengaruh-memengaruhi dalam hal kosakata
pasti ada. Dalam hal ini perlu ditata kembali kaidah penyerapan katakata
itu. Kata-kata pungut adalah kata yang diambil dari katakata asing. Hal ini
disebabkan oleh kebutuhan kita terhadap nama dan penamaan benda atau
situasi tertentu yang belum dimiliki oleh bahasa Indonesia. Pemungutan
kata-kata asing yang bersifat internasional sangat kita perlukan karena kita
memerhikan suatu komunikasi dalam dunia dan teknologi modern, kita
memerlukan komunikasi yang lancar dalam segala macam segi kehidupan.

7. KESALAHAN PEMBENTUKAN DAN PEMILIHAN KATA


Pada bagian berikut akan diperlihatkan kesalahan pembentukan kata, yang
sering kita temukan, baik dalam bahasa lisan maupun dalam bahasa tulis.

Critical Book Report - Kelompok 4. Matematika Dik. D 2017 | 19


a. Penanggalan Awalan meng-
Penanggalan awalan meng- pada judul berita dalam surat kabar
diperbolehkan. Namun, dalam teks beritanya awalan meng- harus
eksplisit. Dibawah ini diperlihatkan benhik yang salah dan bentuk yang
benar. Amerika Serikat luncurkan pesawat bolak-balik Columbia.
(Salah). Amerika Serikat meluncurkan pesawat bolak-balik Columbia.
(Benar).
b. Penanggalan Awalan ber-
Kata-kata Kata-kata yang berawalan ber- sering menanggalkan awalan
ber-. Padahal, awalan ber- harus dieksplisitkan secara jelas. Di bawah
ini dapat dilihat bentuk salah dan benar dalam pemakaiannya.
Sampai jumpa lagi.- (Salah).
Sampai berjumpa lagi. (Benar).
c. Peluluhan bunyi /c/
Kata dasar yang diawal bttnyi /c/ sering menjadi luluh apabila mendapat
awalan meng-. Padahal, sesungguhnya bunyi /c/ tidak luluh apabila
mendapat awalan meng.
Di bawah ini diperlihatkan bentuk salah dan bentuk benar.
Paino sedang menyuci mobil. (Salah)
Paino sedang mencuci mobil. (Benar)
d. Penyengauan Kata Dasar
Ada lagi gejala penyengauan bunyi awal kata dasar. Penyengauan kata
dasar ini sebenarnya adalah ragam lisan yang dipakai dalam ragam tulis.
Akhirnya, pencampuradukan antara ragam lisan dan ragam tulis
menimbulkan suatu bentuk kata yang salah dalam pemakaian. Kita
sering menemukan penggunaan kata-kata, mandang, ngail, ngantuk,
nabrak, nanam, nulis, nyubit, ngepung, nolak, nyabut, nyuap, dan nyari.
e. Bunyi /s/, /k/, /p/, dan /t/ yang Berimbuhan meng-/peng
Kata dasar yang bunyi awalnya /s/, /k/, /p/, atau / t/ sering tidak luluh
jika mendapat awalan meng- atau peng. Padahal, menurut kaidah baku
bunyibunyi itu harus lebur menjadi bunyi sengau. Di bawah ini
dibedakan bentuk salah dan bentuk benar dalam pemakaian sehari-hari.

Critical Book Report - Kelompok 4. Matematika Dik. D 2017 | 20


Eksistensi Indonesia sebagai negara pensuplai minyak sebaiknya
dipertahankan. (Salah)
Eksistensi Indonesia sebagai negara penyuplai minyak sebaiknya
dipertahankan. (Benar)
f. Awalan ke- yang Keliru
Pada kenyataan sehari-hari, kata-kata yang seharusnya berawalan
tersering diberi berawalan ke-. Hal itu disebabkan oleh
kekurangcermatan dalam memilih awalan yang tepat. Umumnya,
kesalahan itu dipengaruhi oleh bahasa daerah (Jawa/Sunda). Di bawah
ini dipaparkan bentuk salah dan bentuk benar dalam pemakaian awalan.
Pengendara motor itu meninggal karena ketabrak oleh metro mini.
(Salah)
Pengendara motor itu meninggal karena tertabrak oleh metro mini.
(Benar)
g. Pemaknian Akhiran –ir
Pemakaian akhiran -ir sangat produktif dalam penggunaan bahasa
Indonesia sehari-hari. Padahal, dalam bahasa Indonesia baku, untuk
padanan akhiran –ir adalah -asi atau -isasi. Di bawah ini diungkapkan
bentuk yang salah dan bentuk yang benar.
Saya sanggup mengkoordinir kegiatan itu. (Salah)
Saya sanggup mengoordinasi kegiatan itu. (Benar)
h. Padanan yang Tidak Serasi
Di bawah ini dipaparkan bentuk salah dan bentuk benar, terutama dalam
memakai ungkapan penghubung intrakalimat.
Karena modal di bank terbatas sehingga tidak semua pengusaha lemah
memperoleh kredit. (Salah)
Karena modal di bank terbatas, tidak semua pengusaha lemah
memperoleh kredit. (Benar)
Modal di bank terbatas sehingga tidak semua pengusaha lemah
memperoleh kredit. (Benar)

Critical Book Report - Kelompok 4. Matematika Dik. D 2017 | 21


2.4 BAB IV : KALIMAT EFEKTIF
Permasalahan utama dalam penulisan karya ilmiah sering dihadapkan
dengan masalah penulisan kalimat efektif. Kalimat efektif dipahami
sebagai kalimat yang dapat menyampaikan informasi dan informasi tersebut
mudah dipahami oleh pembaca. Karya ilmiah ditulis untuk dipahami oleh
pembaca. Penulis hendaknya memperhatikan kalimat yang disusun. Kalimat
sangat penting dalam sebuah tulisan. Kalimat yang baik mudah dipahami oleh
pembaca. Kalimat efektif minimal terdiri atas S+P yang disusun hendaknya
memiliki kelengkapan struktur. Struktur kalimat bahasa Indonesia yaitu S P
0 K/Pel. Ide yang disampaikan dalam kalimat lengkap tidak terpotong-
potong. Apabila struktur tersebut tidak dipenuhi, maka kalimat yang disusun
menjadi tidak lengkap strukturnya. Kalimat yang tidak lengkap strukturnya
dinamakan kalimat yang fragmentaris. Kalimat fragmentaris tidak memiliki
struktur yang lengkap. Misalnya:
 Ira (Kalimat Fragmentaris).
 Ira belajar. (Kalimat Efektif tidak lengkap).
 Ira belajar bahasa Indonesia. (Kalimat Efektif Lengkap).
 Ira belajar bahasa Indonesia di kampus (Kalimat Efektif Lengkap).

1. Kalimat Efektif
Kalimat dikatakan efektif apabila berhasil menyampaikan pesan,
gagasan, perasaan, maupun pemberitahuan sesuai dengan maksud si
pembicara atau penulis. Untuk itu penyampaian harus memenuhi syarat
sebagai kalimat yang baik, yaitu strukturnya Benar, pilihan katanya tepat,
hubungan antar bagiannya logis, dan ejaannya pun harus benar. Dengan
demikian akan memenuhi persyaratan, pemakaian kalimat efektif dan
efisien yang mengacu pada pemakaian bahasa yang baik dan benar. Dalam
hal ini hendaknya dipahami pula bahwa situasi terjadinya komunikasi
juga sangat berpengaruh. Kalimat yang dipandang cukup efektif dalam
pergaulan, belum tentu efektif jika dipakai dalam situasi resmi,
demikian pula sebaliknya. Misalnya kalimat yang diucapkan kepada
tukang becak, "Berapa, Bang, ke pasar Klewer?" Kalimat tersebut jelas

Critical Book Report - Kelompok 4. Matematika Dik. D 2017 | 22


lebih efektif daripada kalimat lengkap, "Berapa saya barus membayar
Abang, bila saya menumpang becak Abang ke pasar Klewer?" Yang perlu
diperhatikan dalam membuat karya tulis ilmiah, baik berupa essai,
artikel, atau pun analisis yang bersifat ilmiah adalah penggunaan bahasa
secara tepat, yaitu memakai bahasa baku. Hendaknya disadari bahwa
susunan kata yang tidak teratur dan berbelit-belit, penggunaan kata
yang tidak tepat makna, dan kesalahan ejaan dapat membuat kalimat tidak
efektif. Berikut ini ada beberapa pola kesalahan yang umum terjadi dalam
penulisan serta perbaikannya agar menjadi kalimat yang efektif.

2. TRANSFORMASI KALIMAT
Transformasi berasal dari bahasa Inggris transformation yaitu suatu
proses mengubah bentuk bahasa menjadi bentuk-bentuk yang lain, baik dari
bentuk yang sederhana ke bentuk yang kompleks, maupun dari bentuk yang
kompleks ke bentuk yang sederhana (Keraf dalam Natawidjojo, 1986:
37). Berdasarkan pengertian tersebut, maka transformasi kalimat berupa
pengubahan bentuk kalimat menjadi bentuk kalmat lain. Pengubahan
tersebut akan berakibat makna yang dikandung oleh kalimat mengalami
perubahan juga. Perubahan bentuk kalimat ini untuk memperoleh
penggunaan bentuk kalimat yang bervariasi di samping itu menyangkut
informasi yang akan disampaikan kepada pembaca akan berarah. Ada
beberapa jenis transformasi sebagai berikut :
 Transformasi jeda yaitu dengan menggunakan jeda.
 Transformasi aposisi yaitu dengan menggunakan kata tugas yang.
 Transformasi setara yaitu dengan menggunakan kata tugas dare.
 Transformasi disyungtif dengan menggunakan kata tugas atau/tetapi.
 Transformasi opini yaitu dengan menggunakan kata tugas benar/tidak
benar.
 Transformasi total yaitu dengan menggunakan bentuk afirmatif dan
negatif.

3. KALIMAT TOPIK

Critical Book Report - Kelompok 4. Matematika Dik. D 2017 | 23


Topik ialah pokok pembicaraan atau pikiran. Topik ditentukan sebelum
penulis mulai kegiatannya. Wujud topik yang akan dibicarakan ada dua:
 Topik yang berupa bentuk kata misalnya;
 Terorisme (bentuk kata berimbuhan): teror + isme
 BBM (bentuk singkatan)
 Pilkada (bentuk akronim)
 Anti korupsi (bentuk berimbuhan)
 Tsunami (bentuk kata)
 Topik yang berupa bentuk kalimat.
 Terorisme sebagai ancaman perdamaian dunia.
 Krisis BBM.
 Demokrasi rakyat terbentuk melalui pilkada.
 Kondisi sekolah pasca tsunami.
 Dukungan moral terhadap gerakan anti korupsi

2.5 BAB V : PENGEMBANGAN PARAGRAF


1. Pengertian Paragraf
Paragraf merupakan inti Penuangan buah pikiran dalam sebuah karangan.
Dalam paragraf terkandung satu unit buah pikiran yang didukung
oleh semua kalimat dalam paragraf tersebut, mulai dari kalimat
pengenal, kalimat utama atau topik, kalimat-kalimat penjelas sampai
pada kalimat penutup. Himpunan kalimat ini saling bertalian dalam
suatu rangkaian untuk membentuk sebuah gagasan (Akhadiah dkk,
1991:144). Paragraf dapat juga dikatakan karangan yang pendek
(singkat). Dengan adanya paragraf, dapat dibedakan suatu gagasan
mulai dan berakhir.
2. Kegunaan Paragraf
 Untuk menandai pembukaan topik baru, atau pengembangan
lebih lanjut topik sebelumnya.
 Untuk menambah hal-hal yang penting atau untuk memerinci apa
yang sudah diutarakan dalam paragraf sebelumnya atau paragraf
yang terdahulu.

Critical Book Report - Kelompok 4. Matematika Dik. D 2017 | 24


3. Macam-macam Paragraf
Berdasarkan tujuannya, paragraf dapat dibedakan menjadi 3 yaitu:
1. Paragraf Pembuka yaitu paragraf yang berperan sebagai pengantar
untuk sampai kepada masalah yang akan diuraikan. Paragraf
pembuka (awal) mempunyai dua kegunaan, yaitu selain supaya
dapat menarik perhatian pembaca, juga berfungsi menjelaskan
tentang tujuan dari penulisan itu.
2. Paragraf Penghubung yaitu Paragraf penghubung berisi inti
persoalan yang akan dikemukakan. Oleh karena itu, secara
kuantitatif paragraf inilah yang paling panjang, dan antara
paragraf dengan paragraf harus saling berhubungan secara logis.
3. Paragraf Penutup yaituparagraf penutup mengakhiri sebuah
karangan. Biasanya paragraf ini berisi kesimpulan dari paragraf
penghubung. Dapat juga paragraf penutup berisi penegasan kembali
mengenai hal-hal yang dianggap penting dalam paragraf
penghubung. Paragraf penutup yang berfungsi mengakhiri sebuah
karangan tidak boleh terlalu panjang. Namun, tidak berarti,
paragraf ini dapat tiba-tiba diputuskan begitu saja. Jadi, seorang
penulis harus dapat menjaga perbandingan antara paragraf
pembuka, penghubung, dan penutup.

4. Syarat Syarat Pembentukan Paragraf


Berikut adalah syarat-syarat pembentukan paragraf yaitu :
1. Kesatuan, Tiap paragraf hanya mengandung satu gagasan pokok
atau satu topik. Fungsi paragraf ialah mengembangkan topik
tersebut. Oleh sebab itu, dalam pengembangannya tidak boleh
terdapat unsur-unsur yang sama sekali tidak berhubungan dengan
topik atau gagasan pokok tersebut.
2. Kepaduan, syarat kedua yang harus dipenuhi oleh sebuah
paragraf ialah koherensi atau kepaduan. Satu paragraf bukanlah
merupakan kumpulan atau tumpukan kalimat yang masing-
masing berdiri sendiri atau terlepas, tetapi dibangun oleh kalimat-

Critical Book Report - Kelompok 4. Matematika Dik. D 2017 | 25


kalimat yang mempunyai hubungan timbal balik. Pembaca dapat
dengan mudah memahami dan mengikuti jalan pikiran penulis
tanpa hambatan karena adanya loncatan pikiran yang
membingungkan. Urutan pikiran yang teratur, akan
memperlihatkan adanya kepaduan. Jadi, kepaduan atau koherensi
dititik beratkan pada hubungan antara kalimat dengan kalimat.
3. kata transisi atau ungkapan penghubung Untuk menyatakan
kepaduan dari sebuah paragraf, ada bentuk lain yang sering
digunakan yaitu penggunaan kata atau frase (kelompok kata)
dalam bermacam-macam hubungan.

5. Letak Kalimat Utama


Sebuah paragraf dibangun oleh beberapa kalimat yang saling
berhubungan dan hanya mengandung satu pikiran utama dan
dijelaskan oleh beberapa pikiran penjelas. Pikiran utama dituangkan
dalam kalimat Utama dan pikiran-pikiran penjelas atau perincian
dituang kedalam kalimat-kalimat penjelas. Penempatan kalimat utama
dalam pengembangan sebuah paragraf bermacam-macam. Ada paragraf
yang dimulai dengan peristiwa-peristiwa atau perincian kemudian
ditutup dengan kesimpulan yang kemudian baru perincian-perincian
untuk menjelaskan pikiran utama. Ada empat cara untuk meletakkan
kalimat utama, yaitu:
 Pada awal paragraf;
 Pada akhir paragraf;
 Pada awal dan akhir paragraf; dan
 Tanpa kalimat utama.

2.6 BAB VI
1. Beberapa Pengertian
Pernalaran adalah suatu proses berpikir manusia untuk menghubung-
hubungkan data atau fakta yang ada sehingga sampai pada suatu simpulan.
Data atau fakta yang akan dinalar itu boleh benar dan boleh tidak

Critical Book Report - Kelompok 4. Matematika Dik. D 2017 | 26


benar. Disinilah letaknya kerja pernalaran. Orang akan menerima data dan
fakta yang benar dan tentu saja akan menolak fakta yang belum jelas
kebenarannya. Data yang dapat dipergunakan dalam pernalaran untuk
mencapai satu simpulan ini harus berbentuk kalimat pernyataan. Kalimat
pernyataan yang dapat dipergunakan sebagai data itu disebut proposisi.
a. Proposisi dan Term
Terlebih dahulu harus diketahui apa yang dimaksud term dalam
pernalaran. Term adalah kata atau kelompok kata yang dapat dijadikan
subjek atau predikat dalam sebuah kalimat proposisi. Contoh: Semua
tebu manis. Semua tebu adalah term. manis adalah term.
b. Bentuk-Bentuk Proposisi
Berdasarkan dua jenis proposisi, yaitu berdasarkan kualitas (positif dan
negatif) dan berdasarkan kuantitas (umum dan khusus) ditemukan 4
macam proposisi, yaitu
1. proposisi umum-positif; -- disebut proposisi A
2. proposisi umum-negatif; -- disebut proposisi E
3. proposisi khusus-positif; -- disebut proposisi I
4. proposisi khusus-negatif. -- disebut proposisi O

2. Penalaran Deduktif
Pernalaran deduktif bertolak dari sebuah konklusi atau simpulan yang
didapat dari satu atau lebih pernyataan yang lebih umum. Simpulan
yang diperoleh tidak mungkin lebih umum daripada proposisi tempat
menarik simpulan itu. Proposisi tempat menarik simpulan itu disebut
premis. Penarikan simpulan (konklusi) secara deduktif dapat dilakukan
secara langsung dan dapat pula dilakukan secara tak langsung.

3. Penalaran Induktif
Penalaran induktif adalah penalaran yang bertolak dari pernyataan-
pernyataan yang khusus dan menghasilkan simpulan yang umum.
Dengan kata lain, simpulan yang diperoleh tidak lebih khusus daripada
pernyataan (premis).

Critical Book Report - Kelompok 4. Matematika Dik. D 2017 | 27


4. Salah Nalar
Gagasan, pikiran, kepercayaan, atau simpulan yang salah, keliru, atau cacat
disebut salah nalar. Salah nalar ini disebabkan oleh ketidaktepatan
orang mengikuti tata cara pikirannya. Apabila kita perhatikan beberapa
kalimat dalam bahasa Indonesia secara cermat, kadang-kadang kita
temukan beberapa pernyataan atau premis tidak masuk akal. Kalimat-
kalimat yang seperti itu disebut kalimat dari hasil salah nalar.

2.7 BAB VII : EJAAN BAHASA INDONESIA YANG DISEMPURNAKAN


1. PEMAKAIAN HURUF
a. Huruf Abjad

b. Huruf Vokal
Huruf yang melambangkan vokal dalam bahasa Indonesia terdiri atas
huruf a, e, i, o, dan u.

Critical Book Report - Kelompok 4. Matematika Dik. D 2017 | 28


c. Huruf Konsonan

d. Huruf Diftong

e. Pemenggalan Kata

Jika di tengah kata ada vokal yang berurutan, pemenggalan itu dilakukan di
antara kedua huruf vokal itu. Misalnya: ma-in, sa-at, bu-ah.
Huruf diftong ai, au, dan oi tidak pernah diceraikan sehingga pemenggalan
kata tidak dilakukan di antara kedua huruf itu.
Jika di tengah kata ada dua huruf konsonan yang berurutan, pemenggalan
dilakukan di antara kedua huruf konsonan itu. Gabungan huruf konsonan
tidak pernah diceraikan.
Jika di tengah kata ada tiga buah huruf konsonan atau lebih, pemenggalan
dilakukan di antara huruf konsonan yang pertama dan huruf konsonan yang
kedua.
Imbuhan akhiran dan imbuhan awalan, termasuk awalan yang mengalami
perubahan bentuk serta partikel yang biasanya ditulis serangkai dengan kata
dasarnya, dapat dipenggal pada pergantian baris.

Critical Book Report - Kelompok 4. Matematika Dik. D 2017 | 29


Jika suatu kata terdiri atas lebih dari satu unsur dan salah satu unsur itu dapat
bergabung dengan unsur lain, pemenggalan dapat dilakukan (1) di antara
unsur-unsur itu atau (2) pada unsur gabungan itu sesuai dengan kaidah 1a,
1b, 1c, dan 1d di atas.

2.8 BAB VIII : KETENTUAN PEMBENTUKAN ISTILAH


1. PEDOMAN PEMBENTUKAN ISTILAH
a. Istilah dan Tata Istilah
Istilah adalah kata atau frasa yang dipakai sebagai nama atau lambing
dan yang dengan cermat mengungkapkan makna konsep, proses,
keadaan, atau sifat yang khas dalam bidang ilmu pengetahuan, teknologi,
dan seni. Tata istilah (terminologi) adalah perangkat asas dan ketentuan
pembentukan istilah serta kumpulan istilah yang dihasilkannya.
b. Istilah Umum dan Istilah Khusus
Istilah umum adalah istilah yang berasal dari bidang tertentu, yang
karena dipakai secara.
Misalnya:
Anggaran belanja penilaian
Daya radio
Nikah takwa
Istilah khusus adalah istilah yang maknanya terbatas pada bidang
tertentu saja.
Misalnya: Apendektomi kurtosis, Bipatride pleistosen.
c. Persyaratan Istilah yang Baik
Dalam pembentukan istilah perlu diperhatikan persyaratan dalam
pemanfaatan
d. Nama dan Tata Nama
Nama adalah kata atau frasa yang berdasarkan kesepakatan menjadi
tanda pengenal benda, orang, hewan, tumbuhan, tempat, atau hal. Tata
nama (nomenklatur) adalah perangkat peraturan penamaan dalam
bidang ilmu tertentu, seperti kimia dan biologi, beserta kumpulan nama
yang dihasilkannya.

2. PROSES PEMBENTUKAN ISTILAH


a. Konsep Ilmu Pengetahuan dan Peristilahannya
Upaya kecendikiaan ilmuan (scientist) dan pandit (scholar) telah dan
terus menghasilkan konsep ilmiah, yang pengungkapannya dituangkan
dalam perangkat peristilahan. Ada istilah yang sudah mapan dan ada
pula istilah yang masih perlu diciptakan. Konsep ilmiah yang sudah
dihasilkan ilmuwan dan pandit Indonesia dengan sendirinya mempunyai
istilah yang mapan.

Critical Book Report - Kelompok 4. Matematika Dik. D 2017 | 30


b. Bahan Baku Istilah Indonesia
Tidak ada satu bahasa pun yang sudah memiliki kosakata yang lengkap
dan tidak memerlukan ungkapan untuk gagasan, temuan, atau rekacipya
yang baru. bahasa Inggris yang kini dianggap bahasa internasional
utama, misalnya, pernah menyerap kata dan ungkapan dari bahasa
Yunani, Latin, Prancis, dan bahasa lain, yang jumlahnya hampir tiga
perlima dari seluruh kosakatanya.
c. Pemantapan Istilah Nusantara
Istilah yang mengungkapkan konsep hasil galian ilmuwan dan pandit
Indonesia, seperti bhinneka tunggal ika, batik, banjar, sawer, gunungan,
dan pamor, telah lama diterima secara luas sehingga dapat dimantapkan
dan hasilnya dikodifikasi.
d. Pemadanan Istilah
Pemadanan istilah asing ke dalam bahasa Indonesia, dan jika perlu ke
salah satu bahasa serumpun, dilakukan lewat penerjemahan,
penyerapan, atau gabungan penerjemahan dan penyerapan. Demi
keseragaman, sumber rujukan yang diutamakan ialah istilah Inggris
yang pemakaiannya bersifat internasional karena sudah dilazimkan oleh
para ahli dalam bidangnya. Penulisan istilah serapan itu dilakukan
dengan atau tanpa penyesuaian ejaannya berdasarkan kaidah fonotaktik,
yakni hubungan urutan bunyi yang diizinkan dalam bahasa Indonesia.

Critical Book Report - Kelompok 4. Matematika Dik. D 2017 | 31


BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Pembahasan Isi Buku


Buku yang berjudul Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi ini, berisikan
delapan bab. Kedelapan bab tersebut adalah: bab I sejarah, kedudukan dan
fungsi bahasa Indonesia, bab II ragam bahasa, bab III diksi atau pilihan kata,
bab IV kalimat efektif, bab V paragraf, bab VI penalaran, bab VII ejaan bahasa
Indonesia yang disempurnakan, bab VIII ketentuan pembentukan istilah.
Pada bab I membahas tentang sejarah munculnya bahasa Indonesia. Juga
menjelaskan tentang kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa negara,
sebagai bahasa persatuan, sebagai bahasa ilmu pengetahuan, teknologi dan
seni, dan sebagai bahasa dalam pembangunan. Dalam bab ini juga memaparkan
beberapa fungsi dari bahasa Indonesia itu sendiri.
Pada bab II membahas tentang penggunaan bahasa Indonesia. Disini juga
dijelaskan berbagai ragam bahasa, seperti ragam bahasa di berbagai daerah
(dialek), ragam bahasa terpelajar, ragam bahasa resmi dan ragam bahasa tak
resmi, ragam bahasa berdasarkan pokok persoalan, ragam bahasa lisan dan
ragam bahasa tulis. Disini juga dibahas tentang bahasa Indonesia yang baik dan
benar.
Pada bab III membahas tentang diksi dan pilihan kata dalam bahasa Indonesia.
Bagian-bagiannya yaitu tentang pengertian diksi, makna denotatif dan
konotatif, kata umum dan kata khusus, kata kongkret dan abstrak, sinonim,
pembentukan kata, kesalahan pembentukan dan pemilihan kata, serta ungkapan
idiomatik.
Pada bab IV membahas tentang kalimat efektif. Dalam bab ini menjelaskan
secara rinci tentang kalimat efektif, dan tranformasi kalimat dan tentang
kalimat topik.
Pada bab V menjelaskan tentang paragraf. Memaparkan tentang pengertian
paragraf, kegunaan paragraf, macam-macam paragraf, syarat-syarat
pembentukan paragraf, letak kalimat utama, dan pengembangan paragraf.
Pada bab VI membahas tentang penalaran. Dalam bab ini juga membahas
tentang proporsi dalam penalaran. Kemudian membahas tentang jenis

Critical Book Report - Kelompok 4. Matematika Dik. D 2017 | 32


penalaran deduktif dan penalaran induktif. Juga menjelaskan maksud dari
istilah salah nalar.
Pada bab VII membahas tentang ejaan bahasa Indonesia yang disempurnakan.
Disini dijelaskan tentang pemakaian huruf secara umum, pemakaian huruf
kapital dan huruf miring, penulisan kata, penulisan unsur serapan, pemakaian
tanda baca.
Pada bab VIII dijelaskan tentang ketentuan penggunaan istilah dalam bahasa
Indonesia. Disini dipaparkan tentang bagaimana pedoman pembentukan
istilah, proses pembentukan istilah, aspek tata bahasa peristilahan, serta aspek
semantik peristilahan.
Secara umum, buku ini menjelaskan setiap materi dengan rangkaian kata-kata
yang sesuai dengan EYD dan menggunakan bahasa yang mudah dipahami oleh
pembaca. Pada beberapa bagian dalam buku ini juga dilengkapi dengan skema
yang memudahkan pembaca dalam memahami materi yang di paparkan.
Secara keseluruhan, buku ini hanya berisi tentang penjelasan setiap materi,
tidak dilengkapi dengan latihan-latihan soal. Juga tidak dilengkapi dengan
rangkuman di setiap akhir bab. Namun, dalam penjelasan di setiap materi
dalam buku ini dilengkapi dengan contoh-contoh kalimat yang sesuai materi
yang dipaparkan.
Buku ini bisa menjadi bahan acuan atau pedoman bagi pembaca untuk
dijadikan sebagai referensi atau sumber informasi dari berbagai materi dalam
ruang lingkup bahasa Indonesia. Buku ini dapat memudahkan pembaca dalam
memahami berbagai materi dalam bahasa Indonesia.

3.2 Kelebihan dan Kekurangan Buku


 Kelebihan buku 1
1. Pada buku ke-1 menjelaskan sejarah bahasa Indonesia dari asal mula
bahasa melayu hingga menjadi bahasa Indonesia
2. Pada buku ke-1 memaparkan sejarah bahasa Indonesia hingga fungsi
bahasa Indonesia secara lengkap
3. Gaya bahasa buku ini juga mudah dipahami dan dijelaskan lebih detail

Critical Book Report - Kelompok 4. Matematika Dik. D 2017 | 33


4. Pada buku ke-1 di menjelaskan ragam bahasa dari mulai daerah,
terpelajar resmi, pokok persoalan, lisan dan tulis, dan bahasa Indonesia
baik dan benar.
5. Pada buku ke1 dari tentang diksi atau pilihan kata.
6. Pada buku ke-1 menejelaskan kata umum dan kata khusus hingga
kesalahan pembentukan dan pemilihan kata.
7. Pada buku ke -1 menjelaskan kalimat efektif dan kalimat topic.
8. Pada buku ke-1 menjelaskan paragraf yaitu apa itu paragraf, fungsi,
jenisnya, syaratnya, hingga pengembangan paragraf.
9. Pada buku ke-1 menjelaskan penalaran deduktif dan induktif.
10. Pada buku ke-1 menjelaskan ejaan bahasa Indonesia yang di
sempurnakan Pada buku ke-1 menjelaskan ketentuan pembentukan kata
istilah.

 Kelebihan Buku II
1. Pada buku ke-2 memaparkan lebih detail asal mula bahasa Indonesia
dengan memaparkan tahun sejarah perkembangan bahasa Indonesia
dapat dirinci 33.
2. Pada buku ke-2 memberi lebih banyak referensi dari menurut para ahli.
3. Gaya bahasa pada buku ini mudah dipahami dan dijelaskan lebih detail.
4. Pada buku ke-2 di menjelaskan bahasa Indonesia ragam ilmiah dari
pengertian dan karakteristik, berbagai ragam bahasa,ragam ilmiah dan
menulis dan mempersentasi rgam ilmiah.
5. Pada buku ke-2 lebih memaparkan cara menulis karya ilmiah dengan
bahasa indoensia yang baik.
6. Pada buku ke-2 menjelaskan kaidah makna dan penggunaan pilihan
kata.
7. Pada buku ke-2 menjelaskan bagian bagian kalimat dari kalimat
tunggal, majemuk setara, majemuk bertingkat dan jenis konjungsi.
8. Pada buku ke-2 menjelaskan paragraf yaitu apa itu paragraf, fungsi,
jenisnya, syaratnya, hingga pengembangan paragraf.
9. Pada buku ke-2 menjelaskan keterampilan membaca.

Critical Book Report - Kelompok 4. Matematika Dik. D 2017 | 34


10. Pada buku-2 menjelaskan keterampilan menulis.
11. Pada buku ke-2 menjelaskan keterampilan berbicara.

 Kelebihan buku 3
1. Pada buku ke 3 menejelaskan lebih detail tentang mengapa bahasa
melayu diangkat menjadi bahasa Indonesia hingga kedudukan dan
fungsi bahasa Indonesia dengan jelas dan padat.
2. Pada buku ke-3 dari sub bab hanya menjelaskan inti sarinya saja.
3. Pada buku ke-3 dari bab 2 menjelaskan keragaman bahasa dipandang
dari jumlah penutur, luas penyebarannya, dipakainya sebagai sarana
ilmu dan susastra.
4. Pada buku ke-3 lebih menjelaskan penting atau tidaknya bahasa
Indonesia hingga bahasa Indonesia yang baik dan benar.
5. Pada buku ke-3 lebih menjelaskan pembagian kelas kata dalam bahasa
Indonesia.
6. Pada buku ini menjelaskan pembagian notasi ilmiah yaitu
footnote,innote,endnote,dan daftar pustaka.
7. Pada buku ke-3 menjelaskan plagiarisme.
8. Pada buku ke-3 menjelaskan resensi.
9. Pada buku ke-3 menjelaskan pemakaian huruf.
10. Pada buku ke-3 menjelaskan pemakaian tanda baca.
11. Pada buku ke-3 menjelaskan pilihan kata.
12. Pada buku ke-3 menjelaskan kalimat.
13. Pada buku ke-3 menjelaskan kalimat efektif.
14. Pada buku ke-3 menjelaskan penulisan karangan.

 Kekurangan buku 1
1. Pada buku ke 1 dilihat dari daftar pustaka tidak ada no halaman.
2. Pada buku ke-1 tidak terdapat sub tema tentang keterampilan membaca,
menulis dan berbicara dari buku ke-2.

Critical Book Report - Kelompok 4. Matematika Dik. D 2017 | 35


3. Pada buku ke-1 tidak ada sub tema yaitu bagian kalimat dari kalimat
tunggal,majemuk setara, majemuk bertingkat dan jenis konjungsi dari
bukunke-2.
4. Pada buku ke-1 tidak ada sub tema tentang resensi,pemakaian tanda baca,
dan menjelaskan penulisan karangan dari buku ke-3.

 Kekurangan buku 2
1. Pada buku ke-2 tidak banyak memaparkan asal usul bahasa Indonesia
dari bahasa melayu seperti buku ke-1.
2. Pada buku ke-2 tidak memaparkan sub tema dari buku ke-1 yaitu
ketentuan pembentukan kata istilah.
3. Pada buku ke-2 tidak memaparkan sub tema dari buku ke-3 yaitu
tentang resensi, pemakaian tanda baca, dan menjelaskan penulisan
karangan.

 Kekurangan buku 3
1. Pada buku ke -3 memiliki sub tema yang banyak dipaparkan akan tetapi
hanya menjelskan singkat namun masih ada kata istilah belum
dijelaskan dengan detail.
2. Pada buku ke-3 tidak banyak kata menurut para ahli atau refrensi yang
lebih banyak.
3. Pada buku ke-3 gaya bahasanya kurang mudah dipahami karena masih
ada kata istilahbelum diketahui.

Critical Book Report - Kelompok 4. Matematika Dik. D 2017 | 36


BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Dari tiga buku yang telah di uraikan kelebihan dan kekurangannya, dapat
disimpulkan bahwa, tiap-tiap buku tentu memiliki kelebihan dan kekurangan
masing-masing. Dari beberapa buku ini ada bab yang membahas topik yang
sama dan pada bab tertentu membahas isi yang berbeda. Pada masing-masing
buku juga dijelaskan tetntang sejarah Bahasa Indonesia.

4.2 Saran
Seharusnya dalam melakukan Critical Book Report, menggunakan dua buku
atau lebih sebagai sumber referensi agar ilmu dan wawasan yang di dapat lebih
banyak. Membaca dengan teliti dan keseluruhan agar dapat menemukan
kelebihan dan kekurangan dalam buku serta dapat memahami isi buku dengan
baik.

Critical Book Report - Kelompok 4. Matematika Dik. D 2017 | 37


DAFTAR PUSTAKA
Achmadi, Muchsin. 1990. Dasar-dasar Komposisi Bahasa Indonesia. Malang:
Yayasan Asih Asah Asuh.
Akhadiah M.K., Sabarti dkk. 1986. Buku Materi Pokok Bahasa Indonesia. Jakarta:
Universitas Terbuka.
Alek, Achmad HP. 2010. Bahasa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group.
Alwi, Hasan 2001. Bahan Penyuluhan Bahasa Indonesia: Paragraf. Jakarta:
Departemen Pendidikan Nasional.
................... dkk. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
................... dkk. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka.
Arifin F., Zainal. 1990. Penulisan Karangan Ilmiah dengan Bahasa Indonesia yang
Benar. Jakarta: PT Mediyatama Sarana Perkasa.
Arifin, Zainal dan Amran Tasai. 1989. Cermat Berbahasa Indonesia. Jakarta: PT
Mediyatama Sarana Perkasa.
Arikkunto, Suharsimi dkk. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.
Azhar, Lalu Muhammad. 1993. Proses Belajar Mengajar Pola CBSA. Surabaya:
Usaha Nasional.
Badudu, J.S. 1983. Inilah Bahasa Indonesia yang Benar. Jakarta: Gramedia
..................... 1985. Pelik-pelik Bahasa Indonesia. Bandung: Pustaka Prisma
..................... 1988. Cakrawala Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Gramedia.
..................... dan Sultan Mohammad Zain. 1996. Kamus Umum Bahasa Indonesia.
Jakarta: Pusta Sinar Harapan.
Budiman, Arief. 2004. Kamus Idiom Lengkap Inggris-Indonesia. Bandung: Pustaka
Grafika.
Daeng Nurjamal, dkk. 2011. Terampil Berbahasa (Menyusun Karya Tulis
Akademik, Memandu Acara dan Menulis Surat). Bandung: Alfabeta
Depdikbud. 1999. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Direktorat Pendidikan
Menengah Umum.
Depdiknas. 2003. UU No. 20 Tentang Sisdiknas. Jakarta: Direktorat Pendidikan
Menengah Umum.

Critical Book Report - Kelompok 4. Matematika Dik. D 2017 | 38


................... 2004. Panduan Materi Bahasa dan Sastra Indonesia. Jakarta:
Puspendik
.................. 2006. Standar Isi Bahasa Indonesia SMA. Jakarta: Direktorat
Pendidikan Menengah Umum
................... 2006. Acuan Pembelajaran Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian
Bahasa Indonesia. Yogyakarta: Seminar Nasional Dosen Bahasa Indonesia
Ghazali, A. Syukur. 2010. Pembelajaran Keterampilan Berbahasa dengan
Pendekatan Komunikatif-Interaktif. Bandung: PT. Refika Aditama
Gusrizal. 2000. Mari Belajar Bahasa Indonesia. Jakarta: Akademika Pressindo
Hakim, Lukman dkk. 1978. Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan. Seri
Penyuluhan 9. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.
Halim, Amran. 1975. Fungsi dan Kedudukan Bahasa Indonesia. Dalam Majalah
pengajaran Bahasa dan Sastra. Tahun I Nomor 5. Jakarta: Pusat Pembinaan
dan Pengembangan Bahasa.
.......................... 1980. Bahasa Indonesia Baku. Dalam Majalah pengajaran Bahasa
dan Sastra. Tahun VI Nomor 4. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan
Bahasa.
........................ 1983. Pembinaan Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa.
Hopkins, David. 1985. A Teacher,s Guide to Classroom Research. Milton Keynes-
Philadelphia: Open University Press.
Iskandarwassid dan Dadang Sunendar. 2008. Strategi Pembelajaran Bahasa.
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Keraf, Gorys. 1980. Komposisi. Ende-Flores: Nusa Indah.
...................... 1985. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: Gramedia
...................... 2004. Argumentasi dan Narasi. Jakarta: Gramedia
Komaidi, Didik. 2001. Panduan Lengkap Menulis Kreatif Teori dan
Praktek.Yogyakarta: Sabda Media
Kridalaksana, Harimurti 1975. Beberapa Ciri Bahasa Indonesia Standar. Dalam
Majalah Pengajaran Bahasa dan Sastra. Tahun I Nomor 1. Jakarta: Pusat
Pembinaan dan pengembangan Bahasa.
....................................... 1982. Pelangi Bahasa. Jakarta: Bhratara.

Critical Book Report - Kelompok 4. Matematika Dik. D 2017 | 39


....................................... 2001. Kamus Linguistik. Edisi Ketiga. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama. Marahimin, Ismail. 2001. Menulis Secara Populer.
Jakarta: Pustaka Jaya.
Markhamah, dkk. 2009. Analisis Kesalahan dan Kesantunan Berbahasa. Surakarta:
Muhammadiyah University Press
Mawardi. 2006. Bahasa Indonesia. Jakarta: Putra Kertonaton
Marwoto, Ms. dkk. 1985. Komposisi Praktis. Yogyakarta: PT Hanindita Offset.
Mustakim. 1994. Membina Kemampuan Bahasa. Jakarta: Gramedia
Moeliono, Anton.1980. “Bahasa Indonesia dan Ragam-ragamnya: Sebuah
Pengajaran.” Dalam Majalah Pembinaan Bahasa Indonesia. Jilid I Nomor 1.
Jakarta: Bharatara
........................... 1984. Pengembagan dan Pembinaan Bahasa. Jakarta: Jembatan.
........................... dkk. 1988. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka.
Moleong, Lexy J. 2001. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Nasution, Ahmad. 2004. Cermat Berbahasa Indonesia. Jakarta: Ganesa Exact.
Nurhadi, dkk. 2004. Bahasa dan Sastra Indonesia. Jakarta: Erlangga
Parera, J.D. 1976. “Diksi”. Dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra. Tahun II. Nomor
3. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa
Parera, J.D. 1980. “Kalimat Efektif”. Dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra. Tahun
IV. Nomor 1. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa
Poerwadarminta, W.J.S. 1979. Bahasa Indonesia untuk Karang Mengarang.
Jakarta: Balai Pustaka.
Pringgawidagda, Suwarna. 2002. Strategi Penguasaan Berbahasa. Yogyakarta:
Adicita Karya Nusa
Ramlan. M. 1988. Tata Bahasa Indonesia: Penggolongan Kata. Yogyakarta: Adi
Offset
................... 1992. Bahasa Indonesia yang Salah dan yang Benar. Yogyakarta:
Andi
Rosidi, Ajip. 2001. Bahasa Indonesia, Bahasa Kita: Sekumpulan Karangan.
Jakarta: Pustaka Jay

Critical Book Report - Kelompok 4. Matematika Dik. D 2017 | 40


Rozak, Abdul. 1985. Kalimat Efektif Struktur, Gaya dan Variasinya. Jakarta:
Gramedia
Rumandi Ahmad dan V. Sudiati. 1990. Bahasa dan Sastra Indonesia. Jakarta
Gramedia
Samsuri. 1985. Tata Kalimat Bahasa Indonesia. Jakarta: Sastra Hudaya
Sahid, Ichasanu. 2004. Kaji Latih Bahasa Dan Sastra Indonesia 2a. Jakarta: Bumi
Aksara
Siahaan, Bistok A. Dan Ruwiyantoro. 1986. Perencanaan Pengajaran Bahasa
Indonesia. Jakarta: Universitas Terbuka.
Sikumbang, Abd. Razak. 1981.”Paragraf dalam Komposisi”. FKSS, IKIP Padang
Situmorang, B.P. 1982. Bahasa Indonesia: Sebagai Bahan Kuliah Dasar Untuk
Perguruan Tinggi. Ende Flores: Nusa Indah
Soedjito dan Mansur Hasan. 1991. Keterampilan Menulis Paragraf. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Soedjito. 1988. Kalimat Efektif. Bandung: Remaja Karya
Sudarno dan Eman A. Rahman. 1986. Teramil Berbahasa Indonesia. Jakarta:
Hukmat Syahid Indah
Sugono, Dendy. 2009. Mahir Berbahasa Indonesia Dengan Benar. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama
.......................... 1985. Struktur Kalimat Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat
Pembinaan dan Pengembangan Bahasa
Sunardi, Haris dkk. 1995. Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Jakarta:
Yudistira
Suherli. 2007. Menulis Karngan Ilmiah. Jakarta: Arya Dua.
Susilawati dkk. 2002. Bahasa Indonesia. Surakarta: CV Grahadi
Sutedja Sumadipura, dan Harmoni Syam. 1996. Mampu Berbahasa Indonesia
Untuk Perguruan Tinggi. Bandung
Syafi‟ie, Imam. 1990. Bahasa Indonesia Profesi. Malang: IKIP Malang
Tarigan, Henry Guntur. 1984. Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa.
Bandung: Angkasa.
Tim Pelatih Proyek PGSM. 1999. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Dirjen Dikti,
Proyek Pengembangan Guru Sekolah Menengah.

Critical Book Report - Kelompok 4. Matematika Dik. D 2017 | 41


Widyamartaya.1997. Azas-azas Penulisan Karangan Ilmiah. Jakarta; Gramedia.
Yacub Nasucha dkk. 2009. Bahasa Indonesia Untuk Penulisan Karya Tulis Ilmiah.
Yogyakarta: Media Perkasa
Zulkifli. 1998. Penuntun Tulis-Menulis. Banjarmasin: Aulia.
............. 2012. Bahasa Indonesia Untuk Mahasiswa. Yogyakarta: Aswaja Pressindo

Critical Book Report - Kelompok 4. Matematika Dik. D 2017 | 42


LAMPIRAN

Critical Book Report - Kelompok 4. Matematika Dik. D 2017 | 43


Critical Book Report - Kelompok 4. Matematika Dik. D 2017 | 44

Anda mungkin juga menyukai