Anda di halaman 1dari 20

CRITICAL JURNAL RIVIEW

BAHASA INDONESIA RAGAM ILMIAH

Disusun oleh :

Nama : Cinthika Joe Apriani Harefa

Nim : 222102009

Kelas : A

Semester : I

Mata kuliah : Bahasa Indonesia

Dosen pengampu : Dernius Hura, S.pd, M.pd

UNIVERSITAS NIAS
FAKULTAS KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN (FKIP)
PROGRAM STUDI PEDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INGGRIS
2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan yang Maha Kuasa yang telah memberikan
nikmat, taufik, dan hidayah kepada saya. Sehingga saya dapat menyelesaikan critical book
riview yang berjudul “bahasa Indonesia ragam ilmiah” dengan baik tanpa halangan yang
berarti.

Dalam pengerjaan critical book riview yang saya susun dengan maksimal dan
mendapatkan bantuan dari berbagai pihak/sumber sehingga memperlancar pembuatan critical
book riview ini. Saya juga berterima kasih kepada Dosen yang sudah memberikan
bimbingannya kepada kami.

Terlepas dari semua itu, saya sebagai penulis biasa menyadari sepenuhnya bahwa masih
banyak kekurangan baik dari segi susunan maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan
kerendahan hati saya minta maaf dan saya juga mengharapkan kritik dan saran yang
membangun guna kesempurnaan tugas ini.

Demikian yang bisa saya sampaikan, semoga critical book riview ini dapat memberikan
manfaat ataupun menambah ilmu pengetahuan bagi pembaca.

Gunungsitoli, 7 September 2022

Penulis

I
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................i

DAFTAR ISI............................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................1

A. Rasionalisasi Pentingnya Critical Journal Review (CJR)............................................1


B. Tujuan Penulisan Critical Journal Review (CJR).........................................................1
C. Manfaat Critical Journal Review (CJR).......................................................................2
D. Identitas jurnal yang diriview.......................................................................................2

BAB II RINGKASAN ISI JURNAL.......................................................................................4


A. Jurnal I..........................................................................................................................4
B. Jurnal II.........................................................................................................................5
C. Jurnal III.......................................................................................................................6
D. Jurnal IV.......................................................................................................................8
E. Jurnal V........................................................................................................................10

BAB III KELEMAHAN DAN KEKURANGAN....................................................................12


BAB IV PENUTUP..................................................................................................................14
A. Kesimpulan...................................................................................................................14
B. Saran.............................................................................................................................14
BAB I

PENDAHULUAN

A. Rasionalisasi Pentingnya Critical Journal Review (CJR)

Critical Journal Review (CJR) sangat penting buat kalangan pendidikanterutama buat
mahasiswa maupun mahasiswi karena dengan mengkritik suatu jurnalmaka mahasiswa/i
ataupun si pengkritik dapat membandingkan dua jurnal dengantema yang sama, dapat melihat
mana jurnal yang perlu diperbaiki dan mana jurnalyang sudah baik untuk digunakan
berdasarkan dari penelitian yang telah dilakukanoleh penulis jurnal tersebut, setelah dapat
mengkritik jurnal maka diharapkanmahasiswa/i dapat membuat suatu jurnal karena sudah
mengetahui bagaimanakriteria jurnal yang baik dan benar untuk digunakan dan sudah
mengerti bagaimanacara menulis atau langkah-langkah apa saja yang diperlukan dalam
penulisan jurnaltersebut.

B. Tujuan Penulisan Critical Journal Review (CJR)

Critical journal Review ini dibuat bertujuan untuk belajar melalui pemenuhantugas mata
kuliah Profesi Pendidikan Jurusan Fisika Universitas Negeri Medan untukmembuat Critical
Journal Review (CJR) sehingga dapat menambah pengetahuanuntuk melihat atau
membandingkan dua atau beberapa jurnal yang baik dan yang benar. Setelah dapat
membandingkan maka akan dapat membuat suatu jurnal karenasudah dapat membandingkan
mana jurnal yang sudah baik dan mana jurnal yangmasih perlu diperbaiki dan juga karena
sudah mengerti langkah-langkah dari pembuatan suatu jurnal.

C. Manfaat Critical Journal Review (CJR)


1. Dapat membandingkan dua atau lebih jurnal yang direview.
2. Dapat meningkatkan analisis kita terhadap suatu jurnal.
3. Supaya kita dapat mengetahui teknik-teknik penulisan CJR yang benar.
4. Dan dapat menulis bagaimana jurnal yang baik dan benar.
5. Menambah pengetahuan kita tentang isi-isi dari jurnal-jurnal penelitian.

1
D. Identitas jurnal yang diriview :

1. Jurnal I
a) Judul : penggunaan bahasa baku dalam karya ilmiah mahasiswa
b) Penulis : Jamilah
c) Edisi terbit : 27 Desember 2017
d) Vol :6
e) ISSN : 2548-8376
f) No :2

2. Jurnal II
a) Judul : pemakaian bahasa dalam karya ilmiah populer
b) Penulis : I Dewa Putu Wijana
c) Edisi terbit : 1 Oktober 2013
d) Kota terbit : Yogyakarta
e) Vol :1

3. Jurnal III
a) Judul : analisis faktor kendala dalam penulisan karya tulis ilmiah, dan
Dampaknya terhadap motivasi menulis pada siswa SMP dikota Medan
b) Penulis : Oktaviandi Bertua Pardede, Budi Setia Munte, Henni Novriyanti br.
Manullang, Ayu Silvia Manullang, Sahria Sibuea
c) Edisi terbit : September 2019
d) Vol :4
e) Issn : 2550-0848

4. Jurnal IV
a) Judul : pemakaian bahasa Indonesia ragam ilmiah pada karya tulis best
practice guru SMPN se-kabupaten Sidoarjo
b) Penulis : Rahayu Pujiastuti, Mimas Ardhianti, Agung Pramujiono, Sunu Catur
Budiyono
c) Edisi terbit : 2022

2
d) Vol :1
e) ISSN : 2808 – 2893
f) No :4

5. Jurnal V
a) Judul : Analisis penggunaan bahasa Indonesia dalam penulisan karya ilmiah
b) Penulis : Pini Jamil hatul hani, Reza Rezeki, Indah Lestari, Meizana Parisa
c) Edisi terbit : September 2021
d) Vol :1
e) ISSN : 2798-2467
f) No :2

3
BAB II
RINGKASAN ISI JURNAL

A. Jurnal I
Fungsi bahasa ada beberapa macam, di antaranya adalah sebagai alat komunikasi.
Mahasiswa sebagai penulis karya ilmiah berupaya mengomunikasikan hasil pikirannya
kepada pembaca. Untuk itu diperlukan sarana dalam melakukannya, yakni bahasa Indonesia
ragam tulis, khususnya adalah ragam baku tulis. Ragam baku adalah ragam yang
dilembagakan dan diakui oleh sebagian besar warga masyarakat pemakainya sebagai bahasa
resmi dan sebagai kerangka rujukan norma bahasa dalam pengunaannya (Arifin dan Tasai,
2010).

Bahasa Indonesia yang amat luas wilayah pemakaiannya dan bermacam ragam
penuturnya, mau tidak mau, takluk pada hukum perubahan. Arah perubahan itu tidak selalu
tak terelakkan karena kita pun dapat mengubah secara berencana. Faktor sejarah dan
perkembangan masyarakat turut pula berpengaruh pada timbulnya sejumlah ragam bahasa
Indonesia. Ragam bahasa yang beraneka macam itu masih tetap disebut “bahasa Indonesia”
karena masing-masing inti sari bersama yang umum. Ciri dan kaidah tata bunyi, pembentukan
kata, tata makna, umumnya sama. Itulah sebabnya kita masih dapat memahami orang lain
yang berbahasa Indonesia walaupun di samping itu kita dapat mengenali beberapa perbedaan
dalam perwujudan bahasa Indonesianya (Moeliono, 1988).

Ragam Baku Tulis

Ragam baku disebut juga ragam ilmiah. Ragam ini merupakan ragam bahasa orang
berpendidikan yakni bahasa dunia pendidikan. Ragam ini jugalah yang kaidah-kaidahnya
paling lengkap diperikan jika dibandingkan dengan ragam bahasa yang lain. Ragam itu tidak
saja ditelaah tetapi juga diajarkan di sekolah. Ada dua macam ragam bahasa baku, yaitu
bahasa baku lisan dan bahasa baku tulisan. Adakalanya bahasa baku lisan suatu bahasa tidak
sama dengan bahasa baku tulisnya (Badudu, 1992).

Penulisan Karya Tulis Ilmiah dengan Bahasa Baku Ragam bahasa yang digunakan
dalam karya tulis ilmiah menunjukkan bahasa yang sesuai dengan bidangnya, yaitu ragam
keilmuan. Sudah selayaknya bahasa yang dipakai adalah bahasa Indonesia baku.

4
Ciri bahasa baku sebagaimana dikemukakan Meoliono (1988) adalah :
a. mempunyai kemantapan dinamis
b. sifat kecendekiaanya,
c. adanya proses penyeragaman kaídah bukan penyamaan ragam bahasa, atau
penyeragaman variasi bahasa.

Setelah dikenali ciri-ciri bahasa baku, berikut ini dijabarkan pembakuan di bidang ejaan,
lafal, kata, dan kalimat.

1. Ejaan

Ejaan dapat diartikan sebagai pelambangan bunyi-bunyi bahasa sesuai dengan huruf,
baik berupa huruf demi huruf maupun huruf yang sudah disusun menjadi kata, kelompok kata
(frasa), atau kalimat. Secara umum, ejaan berarti keseluruhan ketentuan yang mengatur
pelambangan bunyi bahasa, termasuk pemisahan dan penggabungannya, yang dilengkapi pula
dengan penggunaan tanda baca (Mustakim, 1992). Selanjutnya dikatakan bahwa dalam suatu
bahasa sistem ejaan lazimnya mempunyai tiga aspek, yaitu aspek fonologis, yang menyangkut
pelambangan fonem dengan huruf dan penyusunan abjad; aspek morfologis, yang
menyangkut pelambangan ujaran dengan tanda baca.

2. Aspek Fonologis
Kaidah dalam aspek fonologis ragam baku bahasa Indonesia antara lain menyangkut
penulisan huruf, pelafalan, dan pengakroniman. Penulisan huruf bahasa Indonesia
menyangkut soal abjad, vokal, diftong, konsonan, persukuan, dan nama diri.

3. Aspek Morfologis
Kaidah ragam baku bahasa Indonesia yang menyangkut aspek morfologis adalah kata, baik
pengimbuhan, penggabungan, pemenggalan, penulisan, maupun penyesuaian kosakata asing. Kata
dasar, kata turunan (kata jadian), kata ulang, gabungan kata-kata ganti, kata depan, kata si dan sang,
partikel, penulisan unsur serapan, tanda baca, dan penulisan angka dan bilangan penting untuk
diperhatikan dalam ragam baku bahasa Indonesia.

4. Aspek Sintaksis
Kaidah ragam baku bahasa Indonesia yang menyangkut aspek sintaksis meliputi frasa,
klausa, dan kalimat.

5
B. Jurnal II
Dari berbagai pakar yang telah memaparkan karakteristik ragam bahasa ilmiah,
pandangan Poerwadarminta (1979, 18) agaknya cukup memadai digunakan sebagai acuan
atau pegangan di dalam mengidentifikasikan variasi bahasa yang sering digunakan oleh para
ilmuan dalam mengkomunikasikan pikiran-pikirannya dalam situasi dan lingkungan
keilmuan. Secara lengkap dikatakan bahwa: “Ragam bahasa ilmiah adalah bahasa pikiran
yang sesungguh-sungguhnya. Yang disampaikan ialah kegiatankegiatan pikiran, ditujukan
kepada pikiran, dan harus pula ditangkap dengan pikiran. Ketepatan dan kesaksamaan
penuturan memegang peranan penting dalam bahasa ilmiah. Segala kemampuan yang yang
ada dalam bahasa dikerahkan untuk mengkomunikasikan kebenaran, pengertian, pendapat,
pengetahuan, keyakinan, dsb. seefisien-efisiennya. Karena itu, digunakan kata-kata,
ungkapan-ungkapan dan cara-cara penuturan yang khusus bagi satu bidang ilmiah dan teknik.
Ramlan dkk. (1985, 10) mencatat sekurang-kurangnya 7 ciri yang mutlak dimiliki oleh
bahasa ragam ilmu. Adapun ketujuh ciri itu antara lain menyangkut kebakuan kaidah
pengucapan dan penulisan dalam berbagai tataran kebahasaanya, kekhasan pemakaian istilah,
kejelasan dan kehematan pemakaian unsur-unsur kebahasaannya, kekohesifan dan
kekoherenan hubungan unsur-unsur pembentuk wacananya, serta ketidaktaksaan makna kata
atau maksud penuturannya, kedominanan pemakaian kalimat pasif, dan keajegan pemakaian
istilah, tanda baca, dan kata ganti diri.
Pendek kata, kalimat-kalimat dalam ragam tulisan lebih cermat sifatnya. Hubungan
unsur-unsur pembentuk kalimat, seperti subjek, predikat, dan objek harus nyata. Di dalam
ragam lisan nonformal salah satu atau beberapa di antaranya dapat ditanggalkan (Moeliono,
1977, 6).
Sementara itu, dengan memfokuskan pada tataran-tataran yang lebih kecil
Kridalaksana (1975) merinci 11 ciri bahasa baku (periksa pula Kushartanti, 2006, 1-2).
Kesebelas ciri itu adalah
1. adanya penggunaan afiks me dan bersecara eksplisit dan konsisten
2. adanya penggunaan fungsi gramatikal (subjek, predikat, objek, keterangan, dan
pelengkap) yang eksplisit dan konsisten
3. adanya keterbatasan penggunaan elemen dialek dan daerah
4. adanya penggunaan konjungsi bahwa dan karena secara konsisten dan eksplisit
5. adanya penggunaan pola aspek plus pelaku plus verba secara konsisten
6. adanya penggunaan konstruksi sintetis –nya dan me(N)-kan misalnya harganya dan
meninggikan, alih-alih konstruksi analitis dia punya harga dan dibuat tinggi
5
7. penggunaan klitika kah dan pun secara konsisten
8. penggunaan elemen-elemen leksikal yang baku
9. penggunaan bentuk sapaan yang konsisten
10. penggunaan istilah-istilah formal, dan
11. penggunaan ejaan formal.

Pembahasan mengenai bentuk atau wujud bahasa atau bagian-bagian yang membentuk
sebuah wacana informatif dalam berbagai kepustakaan selama ini lebih banyak berhubungan
dengan “wacana ilmiah murni”.
Beberapa di antaranya yang dapat disebutkan di sini misalnya kajian diakronis
terhadap perkembangan wacana keilmuan yang dilakukan oleh Gunarsson (1997, 99). Dalam
upaya memahami perkembangan historis wacana keilmuan atau wacana profesional harus
diperhatikan isi teks dan berbagai variasinya.
Sehubungan dengan itu, perkembangan itu harus dipandang sebagai proses dinamis
yang melibatkan tiga lapisan, yakni lapisan kognitif, lapisan sosietal, dan lapisan sosial.
Tulisan Johns (1996, 102) yang berjudul The Text and Its message mengulas secara panjang
lebar mengenai bagianbagian yang menyusun text, lalu menggambarkan penyusun teks itu
dalam berbagai model, seperti model diagram pohon, matriks, atau bagian alir. Rangkaian
bagian-bagian yang menyusun sebuah teks disebut sebagai struktur informasi sebuah teks.

C. Jurnal III
Pembelajaran bahasa Indonesia merupakan pelajaran yang penting dalam dunia
pendidikan.Pembelajaran bahasa Indonesia bertujuan untuk meningkatkan keterampilan berbahasa
yaitu keterampilan menyimak, berbicara, membaca dan menulis.Salah satu keterampilan yang harus
mampu dipahami dan ditingkatkan serta merupakan bagian yang tidak dapat terpisahkan oleh siswa
adalah keterampilan menulis. Menulis merupakan sebuah proses kreatif menuangkan gagasan dalam
bentuk bahan tulis dalam tujuan, misalnya memberitahukan, meyakinkan atau menghibur. Dari
berbagai jenis keterampilan menulis salah satu yang harus dipahami dan dipelajari oleh siswa Sekolah
Menengah Pertama (SMP) adalah menulis Karya Tulis Ilmiah (KTI). Menurut H.Dalman (2015:156)
KTI merupakan karya ilmiah yang bentuk, isi dan bahasanya mengunakan kaidahkaidah keilmuan atau
karya tulis ilmiah merupakan karya tulis yang dibuat berdasarkan pada kegiatan-kegiatan ilmiah
(penelitian, lapangan, percobaan laboratorium, telaah buku/library research, dan lain-lain). Di dalam
pembelajaran bahasa Indonesia terdapat standar kompetensi yang berisi menulis karya tulis sederhana
dengan menggunakan berbagai sumber pada silabus Bahasa Indonesia kelas IX yaitu penulisan KTI.
Melalui kegiatan (menulis karya tulis ilmiah) itu siswa diharapkan mampu menulis dan memahami
6
proses penulisan KTI yang baik dan benar. Pembelajaran bahasa Indonesia merupakan pelajaran
yang penting dalam dunia pendidikan.Pembelajaran bahasa Indonesia bertujuan untuk
meningkatkan keterampilan berbahasa yaitu keterampilan menyimak, berbicara, membaca
dan menulis.Salah satu keterampilan yang harus mampu dipahami dan ditingkatkan serta
merupakan bagian yang tidak dapat terpisahkan oleh siswa adalah keterampilan menulis.
Menulis merupakan sebuah proses kreatif menuangkan gagasan dalam bentuk bahan tulis
dalam tujuan, misalnya memberitahukan, meyakinkan atau menghibur. Dari berbagai jenis
keterampilan menulis salah satu yang harus dipahami dan dipelajari oleh siswa Sekolah
Menengah Pertama (SMP) adalah menulis Karya Tulis Ilmiah (KTI). Menurut H.Dalman
(2015:156) KTI merupakan karya ilmiah yang bentuk, isi dan bahasanya mengunakan
kaidahkaidah keilmuan atau karya tulis ilmiah merupakan karya tulis yang dibuat berdasarkan
pada kegiatan-kegiatan ilmiah (penelitian, lapangan, percobaan laboratorium, telaah
buku/library research, dan lain-lain). Di dalam pembelajaran bahasa Indonesia terdapat
standar kompetensi yang berisi menulis karya tulis sederhana dengan menggunakan berbagai
sumber pada silabus Bahasa Indonesia kelas IX yaitu penulisan KTI. Melalui kegiatan
(menulis karya tulis ilmiah) itu siswa diharapkan mampu menulis dan memahami proses
penulisan KTI yang baik dan benar.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh tim peneliti pada siswa SMP di
beberapa sekolah di Kota Medan . Maka berikut ini peneliti memberikan saran sebagai
berikut:
1. Disarankan bagi para guru terutama guru bahasa Indonesia untuk memotivasi siswa
dalam pembelajaran karya tulis ilmiah melalui beban kerja dan beban belajar yang
disesuaikan dengan kebutuhan pengetahuan yang dibutuhkan pada saat ini.
2. Siswa Memperbanyak kegiatan/ program ektrakurikuler dan kegiatan kolaborasi antar
sekolah, seperti mengikuti lomba antar kecamatan atau olimpiade mata pelajaran
berkaitan dengan KTI dan menulis siswa.
3. Sekolah Mengupayakan adanya media sharing seperti website sekolah, group sosmed,
atau pertemuan reguler untuk meningkatkan kompetensi siswa dalam sekolah/
yayasanSekolah hendaknya memeberi perhatian kinerja guru dan melatih para guru
agar menjadi profesional dan berpengalaman sehingga peserta didik tidak mengalami
kesulitan dalam proses belajar mengajar.

7
D. Jurnal IV
Seorang guru profesional dituntut memunyai beberapa kompetensi. Dalam UUGD Nomor 14
Tahun 2005, guru profesional dituntut memiliki empat kompetensi, yaitu kompetensi
kepribadian, pedagogik, profesional, dan sosial. Dengan memiliki keempat kompetensi
tersebut diharapkan guru dapat menjalankan tugasnya dengan baik.
Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Suyanto & Jihad (2013) bahwa seorang guru
profesional harus memiliki beberapa standar minimal, yaitu
(1) intelektual yang baik,
(2) pemahaman terhadap visi dan misi pendidikan nasional,
(3) kemampuan mentransfer ilmu pengetahuan kepada para siswa dengan tepat,
(4) pemahaman tentang konsep perkembangan psikologi anak,
(5) kemampuan mengorganisasi proses pembelajaran, dan
(6) kreativitas dan seni mendidik dan mengajar.
Untuk mencapai kompetensi tersebut, pemerintah melakukan pembinaan dan
pengembangan profesionalisme guru melalui Program Kegiatan Penilaian Keprofesian
Berkelanjutan (Kemendikbud, 2019). Melalui program tersebut, para guru diharapkan mampu
mengembangkan diri, membuat karya inovatif, dan publikasi ilmiah.
Para guru diharapkan dapat merancang pembelajaran berbasis keterampilan berpikir
tingkat tinggi yang juga dikenal dengan higher order thinking skill (HOTS) dan technological,
pedagogical, content knowledge (TPACK) (Rachmadi, 2019). Selain itu, dapat melaksanakan
pembelajaran dengan baik dan tepat, serta dapat mengevaluasi praktik pembelajaran dengan
baik.
Berdasarkan proses dan hasil belajar tersebut, diharapkan para guru mampu
memecahkan masalah pembelajaran di kelas. Setelah berhasil untuk memecahkan masalah,
diharapkan ada aktivitas tindak lanjut, yaitu menulis laporan dan publikasi artikel ilmiah. Hal
tersebut sesuai dengan pernyataan (Daryanto, 2013) bahwa salah satu wujud profesionalitas
guru, yaitu mampu mengomunikasikan yang sudah diperbuat dengan mengembangkan
menjadi karya tulis ilmiah, baik menulis laporan maupun artikel ilmiah.
Hal tersebut berarti guru harus dapat menulis laporan dan artikel ilmiah berdasarkan
hasil penelitian serta hasil aktivitas dari best practice. Menurut Kemendikbud (2016), best
practice adalah karya tulis guru yang berisi pengalaman terbaik dalam proses pembelajaran
sehingga mencapai hasil belajar yang ditetapkan. (U. Santoso, 2014) menambahkan bahwa
best practice adalah pengalaman praktik terbaik yang tidak hanya dilakukan guru dalam
mengatasi berbagai masalah di sekolah, tetapi juga pengalaman terbaik kepala sekolah, tenaga
8
kependidikan, maupun pengawas sekolah. Best practice yang dibuat oleh guru
merupakan upaya dalam memecahkan masalah pembelajaran sehingga dapat meningkatkan
kualitas proses dan hasil belajar. Menurut Setiawati et al. (2018), wujud best practice, dapat
berupa pengalaman terbaik ketika merancang perangkat pembelajaran, melakukan
pembelajaran yang menggunakan media pembelajaran atau model pembelajaran yang
inovatif.
Berdasarkan pengalaman terbaik tersebut, guru mengembangkan karya ilmiah, baik
berbentuk laporan maupun artikel dari best practice tersebut. Warsono et al. (2020)
menyatakan bahwa best practice merupakan bentuk tulisan yang merujuk pada karya ilmiah.
Ilmiah berarti memenuhi syarat keilmuan atau akademis. Oleh karena itu, untuk
mengembangkan laporan maupun menulis artikel ilmiah best practice perlu memerhatikan
sistematika, isi, juga ragam bahasa ilmiah.
Berhubungan dengan bahasa, baik laporan maupun artikel best practice harus
menggunakan bahasa Indonesia ragam ilmiah. Bahasa Indonesia ragam ilmiah biasanya
digunakan dalam pertemuan dan penulisan karya ilmiah. Santoso (2014) menyatakan bahwa
bahasa Indonesia ragam ilmiah digunakan untuk melaporkan atau mengomunikasikan hasil
kegiatan ilmiah yang dilakukan dalam suatu penelitian ilmiah.
Ragam bahasa ilmiah adalah bahasa yang mematuhi kaidah-kaidah ejaan yang berlaku
dan lebih menekankan pada segi kelugasan, ketepatan, dan kebakuan. Lugas karena mampu
menyampaikan informasi dengan jelas dan tidak bermakna ganda. Tepat karena mampu
menyampaikan gagasan penulisnya. Baku karena sesuai dengan kaidah. Suryoputro et al.
(2012) menyatakan bahwa bahasa Indonesia ragam ilmiah berarti bahasa Indonesia yang
memenuhi syarat atau ciri keilmuan, yaitu memiliki keformalan, kelogisan, ketaatasasan,
kelugasan dan kejelasan, keobjektifan, dan kefokusan pada gagasan.

Formal karena menggunakan bahasa baku atau bahasa yang baik dan benar. Logis,
artinya mampu digunakan secara tepat untuk mengungkapkan hasil berpikir. Konsisten berarti
menggunakan aspek-aspek kebahasaan dan ejaan yang sesuai dengan kaidah-kaidah
kebahasaan. Lugas dan jelas, karena dari aspek pengungkapannya tidak bertele-tele, tidak
berlebihan, dan tidak bermakna ganda. Objektif berarti menggunakan kata, kalimat berikut
struktur kalimat yang mampu menyampaikan gagasan secara apa adanya sehingga pembaca
dapat memahami pesan dengan tepat. Fokus pada gagasan, artinya berfokus atau bertolak
pada gagasan yang diungkapkan; bukan pada penulis sehingga penggunaan kata sapaan perlu
dihindari (Basuki et al., 2006)

9
E. Jurnal V
Disadari atau tidak, penggunaan bahasa akan berubah sesuai dengan kebutuhan
penuturnya. Sebagai contoh, bahasa yang digunakan saat seseorang berpidato atau
berceramah dalam sebuah seminar akan berbeda dengan bahasa yang digunakannya saat
mengobrol atau bercengkrama dengan keluarganya. Bahasa itu akan berubah lagi saat ia
menawar atau membeli sayuran di pasar.
Kesesuaian antara bahasa dan pemakaiannya ini disebut ragam bahasa. Dalam
penggunaan bahasa (Indonesia) dikenal berbagai macam ragam bahasa dengan pembagiannya
masing-masing, seperti ragam formal-semi formalnonformal; ujaran-tulisan; jurnalistik; iklan;
populer dan ilmiah. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001) dijelaskan bahwa ilmiah
adalah bersifat ilmu; secara ilmu pengetahuan; memenuhi syarat (kaidah) ilmu pengetahuan.
Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa karya tulis ilmiah adalah karya tulis
yang bersifat keilmuan. Sifat keilmuan ini terlihat pula dalam penggunaan bahasanya. Ragam
bahasa yang digunakan dalam sebuah karya tulis ilmiah adalah ragam bahasa ilmiah. Ragam
bahasa ilmiah merupakan bahasa dalam dunia pendidikan. Karena penutur ragam bahasa ini
adalah orang yang berpendidikan, bahasa yang digunakan adalah bahasa yang dipelajari di
sekolah/institusi pendidikan. Ragam bahasa ini dikenal pula dengan istilah ragam bahasa
baku/standar. Menurut Hasan Alwi dkk. (2003: 13?14), ragam bahasa ini memiliki dua ciri,
yaitu kemantapan dinamis dan kecendikiawan.
Kemantapan dinamis berarti aturan dalam ragam bahasa ini telah berlaku dengan
mantap, tetapi bahasa ini tetap terbuka terhadap perubahan (terutama dalam kosakata dan
istilah). Ciri kecendikiawan terlihat dalam penataan penggunaan bahasa secara teratur, logis,
dan masuk akal. Ragam bahasa ini bersifat kaku dan terikat pada aturan-aturan bahasa yang
berlaku. Sebagai bahasa baku, terdapat standar tertentu yang harus dipenuhi dalam
penggunaan ragam bahasa ilmiah.
tandar tersebut meliputi penggunaan tata bahasa dan ejaan bahasa Indonesia baku.
Tata bahasa Indonesia yang baku meliputi penggunaan kata, kalimat, dan paragraf yang sesuai
dengan kaidah baku. Kaidah tata bahasa Indonesia yang baku adalah kaidah tata bahasa
Indonesia sesuai dengan aturan berbahasa yang ditetapkan oleh Pusat Bahasa Indonesia.
Sementara itu, kaidah ejaan bahasa Indonesia yang baku adalah kaidah ejaan bahasa Indonesia
yang disempurnakan. Sesuai dengan ragam bahasanya, aturanaturan ini mengikat penggunaan
bahasa dalam karya tulis ilmiah. Karya tulis ilmiah terbagi menjadi enam jenis, yaitu skripsi,
tesis, disertasi (tugas akhir dalam pendidikan tinggi)
10
laporan penelitian; makalah seminar; artikel ilmiah; makalah; dan laporan eksekutif.
Pembahasan karya tulis ilmiah dalam tulisan ini akan difokuskan pada artikel ilmiah.
Pemilihan ini dilakukan dengan dasar pemikiran artikel ilmiah yang dimuat dalam jurnal/
majalah ilmiah merupakan salah satu bentuk karya tulis ilmiah yang sudah dipublikasikan.
 Format Penulisan Artikel
ilmiah merupakan tulisan ilmiah yang diterbitkan dalam jurnal ilmiah. Setiap jurnal
memiliki syarat penyajian tulisan yang berbeda-beda. Walaupun begitu, unsur-unsur
tulisan yang biasa dapat ditemui adalah abstrak, kata kunci, pendahuluan (latar belakang,
tujuan, masalah penelitian, dan metode penelitian), batang tubuh (hasil dan pembahasan
penelitian), dan kesimpulan.

 Pilihan Kata (Diksi)

Pilihan kata atau diksi dalam sebuah karya tulis ilmiah akan mempengaruhi kesan dan
makna yang ditimbulkan. Hal ini merupakan salah satu unsur 33 dalam artikel ilmiah.
Pemilihan kata dalam satu ragam bahasa berkaitan dengan ketepatan pemilihan kata dan
kesesuaian pemilihankata. Menurut Gorys Keraf (2005: 87), ketepatan pemilihan kata
berkaitan dengan menggunakan kata secara tepat yang berarti menggunakan kata sesuai
dengan makna yang ingin dicapai. Sementara itu, kesesuaian pemilihan kata berkaitan
dengan suasana dan lingkungan berbahasa. Dalam artikel ilmiah, suasana dan lingkungan
bahasa yang digunakan adalah formal dengan bahasa standar/baku. Dalam makalah ini,
dibahas beberapa hal yang berkaitan dengan ketepatan dan kesesuaian pemilihan kata
dalam artikel ilmiah, yaitu:
a) Sinonim
b) Kata Umum, kata khusus
c) Kata indria
d) Kelangsungan pilihan kata
e) Istilah dan jargon
f) Kata populer dan ilmiah
g) Kata slang
h) Idiom
i) Kalimat Efektif

Ragam bahasa yang digunakan dalam karya tulis ilmiah adalah ragam bahasa ilmiah
atau disebut juga bahasa standar (baku). Sebagai salah satu jenis dari karya tulis ilmiah,
artikel ilmiah pun ditulis dengan menggunakan ragam bahasa ilmiah. Bahasa standar ini
11

adalah bahasa yang dipelajari dalam institusi pendidikan. Sebagai bahasa standar, ada aturan-
aturan tata bahasa dan pedoman ejaan yang perlu diikuti. Standar berbahasa yang perlu
diperhatikan dalam ragam bahasa ini meliputi pemilihan kata yang tepat, kalimat efektif,
kepaduan paragraf, dan pedoman penulisan. Berdasarkan pengamatan dapat diketahui bahwa
dalam artikel ilmiah masih dapat ditemui penggunaan bahasa yang tidak sesuai dengan
standar aturan berbahasa Indonesia. Penggunaan bahasa yang tidak sesuai tersebut dapat
ditemukan berupa ketidaktepatan dalam penggunaan/ penyusunan kata, kalimat, paragraf, dan
pedoman penulisan.
BAB III

KELEBIHAN DAN KEKURANGAN JURNAL

1. Jurnal I
a) kelebihan
pada jurnal pertama, menggunakan teori atau pernyataan dari para ahli, sehingga
pembaca dapat percaya dengan teori yang dipaparkan dalam jurnal relevan sesuai
dengan permasalahan yang ditelitidalam penelitian ini. Selain itu penulis
menggunakan sumber-sumber dan literatur yang banyak sekali, tersusun secara
sistematis, dan bahasa yang digunakan mudah dipahami.berdasarkan beberapa
kelebihan ini dapat disimpulkan jurnal ini layak dijadikan referensi dans ambutan
yang baik dari pembaca.
b) kekurangan
Susunan format yang tidak biasa menyebabkan pembaca mengalami kesulitan dalam
menemukan beberapa data.Terdapat beberapa bahasa yang sulit dimengerti
khususnya bagi pembaca kalangan umum.

2. jurnal II
a) kelebihan
pada jurnal ke-II menggunakan banyak teori, bahasa yang digunakan pada jurnal
tidak banyak menggunakan kata-kata istilah sehingga pembaca mudah memehami isi
dari jurnal tersebut.
b) Kekurangan
Tidak mendorong dilakukannya penelitian lanjutan dan terkadang mengandung
istilah yang hanya berlaku pada bidang tertentu

3. jurnal III
a) Kelebihan
pada jurnal ketiga Terdapat kesesuaian antara tujuan jurnal dengan kesimpulan yang
akan didapatkan. Dalam penyajian data berupa tabel yang di mana akan dijelaskan
kembali sehingga dapat mudah dipahami.
b) Kekurangan
Tidak mendorong dilakukannya penelitian lanjutan
Terkadang mengandung istilah yang hanya berlaku pada bidang tertentu
12
4. Jurnal IV
a) Kelebihan
Kelebihan pada jurnal ini adalah
Disetiap pembahasan atau sub-sub bab diberikan contoh berdasarkan teori yang ada
pada jurnal
b) Kekurangan
Bahasa yang digunakan terlalu bertele-tele serta penggunaan istilah yang asing,
sehingga pembaca umum banyak tidak mengerti

5. Jurnal V
a) Kelebihan
Kelebihan pada jurnal ini adalah jurnal relevan sesuai dengan permasalahan yang
ditelitidalam penelitian ini. Selain itu penulis menggunakan sumber-sumber dan
literatur yang banyak sekali, tersusun secara sistematis, dan bahasa yang digunakan
mudah dipahami
b) Kekurangan
Tidak memuat banyak pernyataan atau teori penegas sehingga dapat membuat
pembaca ragu-ragu atas teori yang dipaparkan.
13
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bahasa ragam ilmiah merupakan ragam bahasa berdasarkan pengelompokkan menurut
jenis pemakaiannya dalam bidang kegiatan sesuai dengan sifat keilmuannya. Bahasa
Indonesia harus memenuhi syarat diantaranya benar (sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia
baku), logis, cermat dan sistematis
Fungsi bahasa ada beberapa macam, di antaranya adalah sebagai alat komunikasi.
Mahasiswa sebagai penulis karya ilmiah berupaya mengomunikasikan hasil pikirannya
kepada pembaca. Untuk itu diperlukan sarana dalam melakukannya, yakni bahasa Indonesia
ragam tulis, khususnya adalah ragam baku tulis. Ragam baku adalah ragam yang
dilembagakan dan diakui oleh sebagian besar warga masyarakat pemakainya sebagai bahasa
resmi dan sebagai kerangka rujukan norma bahasa dalam pengunaannya.

B. Saran
kami sarankan kepada pembaca agar membudayakan pengunaan bahasa ilmiah dalam
keadaan resmi (formal) supaya bahasa Indonesia melekat pada diri kita masing-masing, agar
kita lebih berani berbicara didepan umum meskipun dalam lingkungan informal terlebih
dalam lingkungan formal.
14

Anda mungkin juga menyukai