Anda di halaman 1dari 21

CRITICAL BOOK REVIEW

EKONOMI KOPERASI DAN UMKM


Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah ekonomi koperasi dan umkm
Dosen Pengampuh Mata Kuliah: Sulaiman lubis SE,MM

Oleh kelompok 5 :

Rahel Emmanuela Arauli Panjaitan (7203210038)

Sindy Aliffiyah Saragih (7202210003)

Mega Angel Viestika Naibaho (7203210031)

Fathir Alfath Din Harahap ( 7203210022 )

Jay Hocthon Silalahi (7203210010)

FAKULTAS EKONOMI
PROGRAM STUDI MANAJEMEN
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
TP.2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa , atas hadiratNya,
yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayahNya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah Critical Book Review mata kuliah ekonomi koperasi dan umkm.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapat bantuan dari dosen
pengampu sehingga dapat memperlancar kami dalam membuat makalah ekonomi koperasi
dan umkm ini .
Terlepas dari itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan, baik dari
segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini
untuk kedepannya.
Akhir kata kami berharap semoga makalah Critical Book Review ini bermanfaat bagi
pembaca dan terimakasih atas perhatiannya.

Medan, 31 oktober 2020

KELOMPOK 5

2
DAFTAR ISI

BAB I : PENDAHULUAN .....................................................................................................1

A. Raasionalisasi pentingnya cbr......................................................................................1


B. Tujuan penuisan cbr.....................................................................................................1
C. Mamfaat cbr.................................................................................................................1

BAB II : RINGKASAN ISI BUKU........................................................................................6

-PENTINGNYA KONSEP-KONSEP TEORITIS DALAM ANALISIS KOPERASI..........6

-BADAN USAHA YANG BERBENTUK KOPERASI ........................................................6

-PARTISIPASI DALAM KOPERASI..................................................................................10

-ANALISIS TEORI HARGA PADA KOPERASI...............................................................13

-BIAYA TRANSAKSI DAN KINERJA KOMPERATIF KOPERASI...............................15

-TEORI KETIDAKPASTIAN KOPERASI..........................................................................17

BAB III : PEMBAHASAN...................................................................................................19

a. Kelebihan buku.........................................................................................................19
b. Kelemahan buku.......................................................................................................19

BAB IV : PENUTUP ...........................................................................................................20

A. KESIMPULAN.........................................................................................................20
B. SARAN.....................................................................................................................20

DAFTAR ISI.........................................................................................................................21

3
BAB I
PENDAHULUAN

A.     Rasionalisasi Pentingnya CBR


Keterampilan membuat CBR pada penulis dapat menguji kemampuan dalam meringkas dan
menganalisi sebuah buku serta membandingkan buku yang dianalisis dengan buku yang lain,
mengenal dan memberi nilai serta mengkritik sebuah karya tulis yang dianalisis

Seringkali kita bingung memilih buku referensi untuk kita baca dan pahami, terkadang  kita
hanya memilih satu buku untuk dibaca tetapi hasilnya masih belum memuaskan misalnya dari
segi analisis bahasa dan pembahasan, oleh karena itu penulis membuat CBR pengantar
manajemen ini untuk mempermudah pembaca dalam memilih buku referensi terkhusus pada
pokok bahasa tentang pengantar manajemen.

B.     Tujuan Penulisan CBR


Mengkritisi atau membandingkan sebuah buku tentang kepemimpinan serta membandingkan
dengan dua buku yang berbeda dengan topik yang sama. Yang dibandingkan dalam buku
tersebut yaitu kelengkapan pembahasannya, keterkaitan antar babnya, dan kelemahan dan
kelebihan pada buku-buku yang dianalisis.

C.      Manfaat CBR
Manfaat yang dapat kita simpulkan pada hal diatas ialah:
i. Menambah wawasan pengetahuan tentang pengertian kepemimpinan, ciri-ciri
kepemimpinan, teori-teori kepemimpinan dan lainnya,
ii. Mempermudah pembaca mendapatkan inti dari sebuah buku yang telah di lengkapi
dengan ringkasan buku , pembahasan  isi buku, serta kekurangan dan kelebihan buku
tersebut,
iii. Melatih siswa merumuskan serta mengambil kesimpulan-kesimpulan atas buku-
buku yang dianalisis tersebut.

4
IDENTITAS BUKU YANG DIREVIEW

 Judul buku utama : EKONOMI KOPERASI : TEORI DAN MANAJEMEN


 Edisi : Pertama
 Pengarang : Sri Djatnika S. Ariffin, dan Jochen Ropke
 Penerbit : Salemba Empat
 Kota Terbit : Jakarta
 Tahun Terbit : 2000
 ISBN : No. 979-691-018-7

5
BAB II
RINGKASAN ISI BUKU

BAB 1
PENTINGNYA KONSEP KONSEP TEORITIS DALAM ANALISIS KOPERASI
1.1 Pendekatan lembaga komperatif

Koperasi pada negara negara yang sedang berkembang, pada umumnya tidak memiliki kesempatan
untuk tumbuh secara bertahap serta meningkatkan efisiensi ekonominya sejajar dengan para pesaing
swasta utama dan (lembaga) ekonomi pemerintah (“govermental economic competitors”) lainnya.
Pengetahuan koperasi tradisional dihambat oleh defenisi yang lemah, pendekatan pendekatan
esensialis, pemikiran yang bersifat intutif dan induktif serta cara berpikr dogmatik. Salah satu
pendorong utama dari pengetahuan yang akan dipakai dalam bangun kelembagaan/institusi adalah
pengetahuan teoritis.
Lembaga koperasi hanya meliputi bagian yang sangat kecil dari keseluruhan transaksi ekonomi.
Lembaga koperasi hanya memiliki keunggulan komparatif yag terbatas untuk mampu bersaing dengan
jenis lembaga lain, terutama dengan perusahaan kapitalis.
Dengan memakai analisis kelembagaan komparatif, kita mencoba untuk menilai masalah ekonomi
yang akan kita pecahkan. Seluruh alternatif kelembagaan perlu diperiksa secara mikroanalitis dan
dinilai dari sikap kelembagaan komparatifnya.
1.2 Penjelasan tentang ilmu koperasi

Jika kita ingin memahami kinerja komparatif koperasi, kita harus mempertimbangkan sejumlah
penyebab yang mempengaruhi kualitas dan kuantitas kinerja tersebut.

BAB 2
BADAN USAHA YANG BERBENTUK KOPERASI
2.1 Masalah dalam membuat definisi: "apakah koperasi itu?"
2.1.1 Kepentingan untuk mendefinisikannya
Apakah yang dimaksud dengan koperasi? Pertanyaan tersebut sering dijawab dengan esensialis, yaitu:
"koperasi, adalah...." atau "pada pokoknya, koperasi itu mencakup hal-hal sebagai berikut...." atau
"suatu koperasi yang sejati memiliki sifat...."
Cara para esensialis mendefenisikan koperasi kurang dapat membantu mencapai tugas-tugas yang
secara konvensional dijadikan pelengkap bagi ilmu empiris; untuk menjelaskan kenyataan,
membimbing kegiatan pemecahan masalah maupun untuk pembuatan prediksi.
2.1.2 Mendefinisikan koperasi

6
Fungsi terpenting dari definisi itu hendaknya dapat membedakan dengan jelas antara organisasi/badan
usaha koperasi dan non-koperasi. Hampir semua pemimpin koperasi memiliki konsepnya sendiri
mengenai definisi koperasi yang baik, berdasarkan pengalaman pribadinya. Kita tidak tertarik pada
intisari (esensi) koperasi, maupun dengan definisi hukumnya, melainkan tertarik pada definisi yang
pragmatis.
Apa yang merupakan koperasi adalah suatu objek yang akan menjadi bahan perdebatan panjang
diantara para ahli sosial, yang tidak saja tergantung pada tradisi penelitian maupun tujuan yang
berbeda tetapi juga karena tak adanya definisi yang benar atau sejati bagi seluruh maksud/tujuan-
tujuan ilmiah.
Menurut beberapa ahli koperasi(akademisi), karakteristik fungsional dasar dari koperasi disebut
"kriteria identitas". Berbicara mengenai kegiatan koperasi, jika sekelompok orang yang merdeka
secara hukum atau unit-unit ekonomi bekerja sama untuk memiliki dan bertanggungjawab atas
manajemen suatu badan usaha, dan bermaksud menggunakan output-output ekonomi dari badan usaha
tersebut, maka kita menanamkan badan usaha semacam itu sebagai badan usaha koperasi.
Menurut kriteria identitas, pandangan yang menjadi acuan/pedoman bagi kegiatan para pemilik
koperasi adalah pandangan para pemilik usaha yang juga merupakan para pelanggan dan pengguna
jasanha. Kriteria identifikasi dari suatu koperasi akan merupakan prinsip identitas: para pemilik dan
pengguna jasa dan dari pelayanan suatu unit usaha adalah orang yang sama.
Prinsip identitas untuk mengidentifikasi koperasi adalah suatu hal yang agak baru, dengan demikian
banyak koperasiawan yang belum mengenalnya dan masih saja berpaut pendekatan-pendekatan
esensialis maupun hukum yang lebih dahulu, yang membuatnya sulit atau bahkan tidak mungkin
untuk membedakan suatu koperasi dari unit-unit usaha lainnya seperti kemitraan, perusahaan saham
atau PT.
Jika para pemilik dan pelanggan adalah orang yang sama, kita dapat mendefinisikan organisasi ini
sebagai suatu koperasi pembelian. Koperasi pemasaran adalah koperasi yang para anggotanya
menjual produk dari usahanya sendiri; jika produk yang dibeli dari suatu badan usaha merupakan
barang konsumen akhir dan konsumen tersebut adalah orang-orang yang sama dengan pemilik badan
usahanya. Organisasi tersebut dinamakan koperasi konsumen. Koperasi produksi dapat didefenisikan
sebagai suatu perusahaan yang dimiliki oleh para karyawan/pekerjanya (koperasi produsen). Koperasi
yang menerima simpanan-simpanan dan deposito dari para anggotanya serta memberikan pinjaman
bagi anggota yang dama disebut koperasi simpan pinjam.
2.1.3 Prinsip-prinsip Koperasi dan Kegiatan Self-help (Swadaya)
Koperasi harus memiliki prinsip-prinsip khusus yang memberikan pedoman bagi kegiatan koperasi.
Serangkaian prinsip yang sering dikemukakan adalah tujuh prinsip koperasi yang dikembangkan
oleh koperasi modern "pertama" yang didirikan pada tahun 1844 oleh 28 orang pekerja Lancashire di
Rochdale. Prinsip-prinsip tersebut masih menjadi dasar (basis) dari gerakan koperasi internasional,
yaitu:
1. Keanggotaan terbuka
2. Satu anggota, satu suara
3. Pengembalin (bunga) yang terbatas atas modal
4. Alokasi SHU sebanding dengan transaksi yang dilakukan anggota
5. Penjualan tunai
6. Menekankan pada unsur pendidikan

7
7. Netral dalam hal agama dan politik
Para pakar maupun ahli ilmu koperasi telah memakai prinsip-prinsip Rochdale maupun prinsip
lainnya untuk mendefinisikan koperasi yang asli atau benar atau sejati itu. Mereka juga menjadikan
prinsip-prinsip tersebut sebagai suatu alat utama dari kebijakannya yang menyangkut manajemen
koperasi baik secara mikro maupun makro, bahkan sering membuat prekondisi bagi keberhasilan
suatu koperasinya tersebut.
"Koperasi merupakan organisasi ekonomi yang dikelolah oleh para anggotanya, dengan daaar satu
orang satu suara, dengan SHU yang didistribusikan diantara para anggotanya sesuai dengan aturan
yang telah disetujui.
2.1.4 Masalah-masalah Usaha dengan Non-anggota
Sejauh ini kita telah melukiskan situasi koperasi yang tidak berkecimpung dalam usaha dengan non-
anggota. Dalam kerja sama murni jenis ini, para pemilik perusahaan tidak lebih dari "para kapitalis"
(pemegang saham), yang menginvestasikan modalnya dengan cara spekulasi untuk meraih
keuntungan (pembagian deviden, pertambahan modal), tetapi mereka kurang memanfaatkan jasa
(pelayanan) yang diberikan oleh organisasinya. Akan tetapi, situasi seperti ini sering tidak nyata
(realistis)
Diantara Koperasi Murni dan Perusahaan Murni terlihat kasus yang sebenarnya terjadi; yaitu
organisasi campuran baik yang lebih cenderung kearah koperasi maupun kearah perusahaan. Sebuah
perusahaan pemegang saham dapat merupakan suatu koperasi, baik dari segi materi maupun
ekonominy, jika para pemegang saham itu adalah dan hanya mereka yang merupakan pengguna jasa
utama dari pelayanan yang diberikan oleh perusahaannya, atau jika mereka itu berkedudukan bukan
hanya sebagai karyawan, tetapi juga marupakan pemegang saham dari perusahaannya tersebut
(koperasi produsen).
Kita harus melihat dari balik tabir hukum, untuk menemukan apakah kita berurusan dengan sebuah
koperasi atau bukan. Setidaknya pada negara-negara yang lebih bersifat industrial, kita dapat
menelaah suatu trend kearah tipe campuran organisasi. Tipe yang paling ekstrim tampak mati secara
perlahan.
2.2 Persaingan dan Kerja sama
2.2.1 Kerja Sama Mikro yang Direncanakan versus Kerja Sama Pasar yang tidak
Direncanakan: hirearkhi dan pasar
Untuk mencapai tujuan-tujuan yang khusus (tertentu) dibutuhkan kerja sama ekonomj baik yang dapat
direncanakan atau tidak direncanakan. Kerja sama yang direncanakan akan melahirkan bakal hasil
yang diharapkan (visible hand) contohnya kerja sama dalam organisasi / hirearkhi. Sedangkan kerja
sama yang tidak direncanakan tidak melahirkan bakal hasil yang diharapkan (invisible hand)
contohnya kerja sama dalam sistem pasar.
Penting untuk membedakan kedua jenis kerja sama ini, karena kerja sama koperasi termasuk kedalam
koordinasi bidang "visible hand". Semua itu akan memberikan insentif bagi para anggota koperasi
untuk memberikan input (sumber daya) dan bagi manajemen, agar dapat mengalokasikan sumber-
sumber daya dalam proporsi yang lebih disukai oleh anggota.
2.2.2 Tingkat Kerja Sama
Setiap pelaku ekonomi manapun dapat mengisi fungsi atau kegiatan koperasi, baik bagi dirinya
sendiri (alone) maupun (not alone), yaitu suatu kegiatan khusus yang dikerjakan bukan hanya untuk
dirinya sendiri melainkan juga bagi pelaku lainnya.

8
Alternatif-alternatif Kerja Sama
Kemungkinan ke-1 : Kedua pelaku mengisi fungsinya oleh diri mereka sendiri.
Kemungkinan ke-2 : Seorang pelaku mengisi fungsi khususnya tidak hanya untuk dirinya sendiri
melainkan juga untuk pelaku lainnya
Kemungkinan ke-3 : Kedua pelaku tidak mengisi fungsi khusus oleh diri mereka sendiri melainkan
mendelegasi fungsinya kepada perusahaan baru yang kemudian mengisi fungsi-fungsi baik untuk A
maupun untuk B
2.3 Mengapa Menjadi Anggota Koperasi? Suatu Pendekatan Kelembagaan Komparatif
2.3.1 Hipotesis Dasar
Seseorang itu mau menjadi anggota koperasi jika mereka mengharapkan bahwa "kegunaan" yang
dapat mereka peroleh dari koperasi lebih besar daripada manfaat tidak menjadi anggota koperasi,
misalnya dengan melakukan usaha dalam organisasi non-koperasi atau pesaing koperasi.
Hipotesis dasar yang membahas tentang keanggotaan koperasi dapat diformulasikan sebagai berikut:
Manfaat koperasi > manfaat non-koperasi, atau
Manfaat koperasi > manfaat pesaing, atau
Keunggulan/keuntungan berkoperasi > keunggulan pesaing
Jika manfaat/keunggulan > keadaan yang merugikan maka seseorang akan memasuki/tetap menjadi
anggota koperasi atau meningkatkan kegiatannya dalam koperasi.
Jika manfaat/keunggulan < keadaan yang merugikan maka seseorang akan meninggalkan koperasi
/menurunkan tingkat kegiatannya dalam koperasi.
2.3.2 Keunggulan-keunggulan Khusus Koperasi
Jika koperasi ingin menarik anggota, koperasi harus menawarkan keunggulan khusus atau tambahan
yang tidak dapat diberikan organisasi-organisasi pesaingnya. Dengan kata lain, keunggulan khusus
yang tidak akan ditentukan dalam lembaga lain, hanya dapat diwujudkan oleh individu-individu itu
jika mereka menjadi anggota koperasi, dan ini berarti: pada saat mereka menjadi pemilik, dalam
waktu yang sama mereka juga menjadi pengguna jasa.
Dalam pengertian yang sangat umum, dapat kita katakan bahwa ada 2 kondisi yang harus dipenuhi
oleh suatu koperasi agar menjadi alternatif yang menarik bagi anggota-anggota prospektifnya.
1. Koperasi harus mampu memberikan keunggulan yang sama dengan alternatif-alternatif non-
koperasi: Koperasi harus berhasil dalam persaingan, koperasi harus memiliki kemampuan untuk
memberikan keunggulan "khusus" bagi anggotanya.
2. Bahkan jika koperasi mampu menyaingi organisasi-organisasi lain dalam kondisi, waktu dan
tempat yang khusus, tetapi para anggotanya tidak dapat berpartisipasi: maka dalam keunggulan
semacam ini, para anggota itu akan kehilangan minatnya untuk menjadi anggota koperasi yang aktif.
2.3.3 Koperasi dalam "Segitiga Strategis"
Untuk menganalisis strategi koperasi, tiga "pelaku" utama harus diperhitungkan: koperasi,
anggota/pelanggang koperasi dan pesaing koperasi. Masing-masing ketiga pelaku C strategis ini
memiliki tujuan dan kepentingannya sendiri-sendiri. Strategis tiga ini meliputi tiga pelaku. Untuk

9
keberhasilan pelaksanaan dalam segitiga ini, koperasi harus mengetahui cara menggunakan hubungan
diantara ketiga C ini dengan sebaik-baiknya.
Secara tradisional, pemikiran koperasi dibangun oleh adanya hubungan antara perusahaan koperasi
dengan para anggotanya. Untuk dapat mempertahankan kelangsungan hidupnyapun tidaklah
mencukupi, jika koperasi tidak berhasil bersaing dengan organisasi-organisasi lain.

BAB 3
PARTISIPASI DALAM KOPERASI
3.1. Mengapa berpartisipasi ?
Partisipasi memainkan peranan yang penting dalam pembangunan koperasi.partisipasi merupakan
bagian penting dalam koperasi. Hal itu tidak dapat di asumsikan sebagai suatu yang “given”atau
sebagai sesuatu yang demikian saja terjadi secara otomatis setelah keberadaan suatu koperasi Kita
tidak dapat mengasumsikan bahwa manajemen koperasi memilkiinformadi yang diperlukan setiap
saat . Sebalik nya informasi itu haruslah dicari, demikian pula mekanisme untuk menemukan
informasi yang dibutuhkan untuk menyesuaikan pelayanan yang akan diberikan oleh perusahaan
koperasi bagi kepentingan/kebutuhan anggotanya,merupakan proses partisipasi juga 3.2. Masalah-
masalah partisipasi
3.2.1 konflik kepentingan
Sering kali koperasi hanya “koperasi” dalam nama saja, sebagaimana telaahan Uphoff: 1. Fungsi
koperasi tidak seperti yang dinilai atau dimengerti oleh anggota. 2. Struktur organisasi dan proses
pengambilan keputusannya,sulit dimengerti dan dikontrol.kompleksitas organisasi terlalu tinggi 3.
Tujuan koperasi menurut sudut pandang anggota,terlalu sempit 4. Koperasi terbuka juga bagi non-
anggota dan udaha-non anggota ini mungkin justru akan menyerap sebagian sumber daya koperasi
yang penting. Hasil-hasil berikut dapat dicapai oleh partisipasi yang efektif. 1. Para anggota akan
menentukan jumlah fungsi koperasinya . 2. Para anggota akan menentukan struktur koperasinya akan
menjadi organisasi yang sederhana . Konflik mungkin juga terjadi antara direktorat dan eksekutif
,terlebih lagi pada koperasi yang besar ,multi fungsi dan kegiatan kegiatan komersil yang luas sebagai
mana yang kita lihat. Kuantitas dan kualitas pengaruh koperasi sangat tergantung jenis solusi konflik
yang akan dipecahkan sekaligus dapat diatasi.
3.2.2 biaya partisipasi
Dalam posisi ini ,masalah biaya partisipasi mungkin akan menjadikan masalah yang diperdebatkab,
bahwa semakin tinggi partisipasi akan semakin tinggi pulak kesejahteraan anggotanya. 1. Ukuran
koperasi Hipotesis yang diformulasikan untuk membalas mengenai ukuran koperasi,semakin besar
suatu ukuran koperasi, maka semakin tinggi biaya untuk berpartisipasi. 2. Struktur keanggotaan
Hipotesis mengenai struktur keanggotaan dan partisipasi ,adalah semakin heterogen keanggotaan
suatu koperasi ,akan semakin tinggi biaya (transaksi) untuk berpartisipasi 3. Jumlah fungsi kegiatan
Dengan semakin banyak nya fungsi/kegiatan yang dimiliki oleh koperasi,maka semakin rendah
tingkat partisipasi .
3.2.3 kesimpulan bukti empiris
Kesimpulan nya adalah bahwa: 1. Mengadopsi suatu kegiatan fungsi tunggal 2. Keanggotaan
sebaiknya homogen 3. Membatasi jumlah keanggotaan koperasi Relevansi empiris Mengenai
homogenitas ekonomi anggota yang dihubungkan secara signifikan dengan beberapa hasil khusus dari
organisasi-organisasi lokal tersebut ,termasuk akses pendapatan dan pelayanan bagi anggota yang
miskin,merupakan tujuan yang dikedepankan oleh beberapa koperasi

10
3.3 Model “kesesuaian” partisipasi
Partisipasi dalam organisasi yang ditandai oleh hubungan identitas,dapat diwujudkan jika pelayanan
yang diberikan oleh perusahaan koperasi “sesuai” dengan kepentingan dan kebutuhan daripada
anggotanya . Mutu partisipasi tergantung pada interaksi dari ketiga variabel berikut: a. Anggota atau
penerima manfaat b. Manajemen organisasi c. Program Partisipasi anggota dalam pelayanan yang
diberikan oleh koperasi akan terwujud jika ketiga kesesuaian itu terjalin diantara anggota,program dan
organisasi yang ada
3.4 Alat partisipasi : voice,vote,dan exit. Ketiga alat utama yang dapat digunakan para anggota
koperasi untuk mencapai pengambilan keputusan dalam perusahaan koperasi yang merefleksikan
permintaan mereka adalah voice, voice,exit . Dengan “voice” anggota koperasi dapat dipengaruhi
manajemen dengan cara bertanya,dengan cara mencari ,atau memberi informasi maupun dengan
mengajukan ketidak sepakatan dan kritik. Dengan”vote”anggota koperasi dapat mempengaruhi atau
siapa yang akan dipilih menjadi Manager atau Anggota Badan Pengawasan lain dalam koperasinya.
Dengan “exit”anggota dapat mempengaruhi manajemen dengan meninggalkan koperasinya atau
dengan cara mengancam keluar dari keanggotaan koperasinya,maupun mengurangi kegiatan mereka
Dengan Satu Perbedaan Besar:
Kekuasaan memilih dari seseorang pemegang saham tergantung pada jumlah saham yang ia miliki,
dimana dalam koperasi kekuasaan memilih dari para anggota tidak ada hubungannya dengan modal
yang ditanamkan: one man, one vote
Dengan vote, pemilik koperasi berusaha untuk menjamin bahwa perusahaan dikelola menurut
kepentingan mereka, yaitu kepentingan "principals" pemilik.
Terdapat beberapa masalah dengan "vote" dalam koperasi yang serupa dengan masalah siperusahaan
umum, yaitu:
1. Beberapa pemegang saham skala kecil menemukan kesulitan untuk mengawasi manajemen secara
elektif
2. Memonitor manajer oleh pemilik, sulit dilakukan sehubungan dengan informasi pihak dalam
(insider) dan kekuatan/keahlian para manajer itu sendiri
3. Pada saat tujuan para pemilik tersebut berbeda dari tujuan pemilik lainnya sehubungan dengan
faktor heterogenitas keanggotaan dan perbedaan program/kegiatan dari usaha koperasinya, para
anggota menghadapi kesulitan yang terus bertambah dalam hal mengawasi manajemen kearah yang
lebih khusus
Voice melibatkan dialog, perusasi, dan upaya terus menerus lainnya yang dilakukan oleh anggota
untuk mempengaruhi kepemimpinan koperasi khususnya manajemen ,untuk bertindak menurut (atas
dasar) kepentingan anggota.
Exit berfungsi jika anggotanya memiliki alternatif yang nyata tersedia untuk melakukan usahanya
diluar koperasi. Jika alternatif-alternatif tersebut tidak tersedia dan jika koperasi merupakan satu-
satunya kemungkinan yang nyata untuk melakukan transaksi, jika biaya transaksi untuk berpartisipasi
dalam perusahaan non-koperasi terlalu besar dan menjadi hambatan maka ancama exit akan tidak
berdaya dan exit yang sebenarnya dapat diartikan sebagai menghentikan usaha khusus anggota secara
keseluruhan.
Jika exit dipadukan dengan biaya transaksi yang tinggi dan biaya produksi yang lebih tinggi bagi
anggota maka anggota mungkin akan "terikat" pada koperasinya dan harus membuat alat partisipasi
lainnya berfungsi untuk melindungi kepentingan mereka.

11
BAB 4
ANALISIS TEORI HARGA PADA KOPERASI
4.1 Masalah Koperasi dan rantai pemasaran
Dalam bab ini kami hanya akan memperlihatkan sebab-sebab (faktor-faktor) yang akan
mengakibatkan kinerja komperato]if koperasi pada suatu tingkat yang given dari parupisi: hal ini
berarti pada “market test” (uji pasarnya) saja. Dari sudut pandang konvesional/tradisional dala
menganalisis keunggulan komperatif koperasi. Argumen ini lahir dari teori neoklasik tentang harga
dan pasar yaitu dengan menerapkan teori harga pada organisasi koperasi.
Solusi Koperasi pada rantai perdagangan dan kegiatan pemasaran yang ingin diungkapkan di sisni
maksud membahasnya adalah memalkuka situasi pemilik sumber daya manusia SDM(human capital).
4.2 Pendekatan Kinerja “Struktur Conduct”
Didalam kondisi pasar yang bagaimana koperasi dengan level kemampuan yang give dapat mencaai
hasil ekonomis yang lebih baik bagi anggotanya., memfokuskan pada kebijakan harga pasar bagi
koperasi dan sedikit tentang aturan harga intra koperasi(the intra coopetarive pracing rules).
Ada dua pandangan teoritis yaitu;
1. Pendekatan pertama, model struktur pasad neo-klasik standar, adalah suatu pendekatan yang paling
umum dipakai dalam keputusan koperasi.
2. Pendekatan kedua, teori klasik mengenai proses pasar, sejauh yang saya ketahui belum dipakai
secara sistematis dalam pemikiran koperasi.
Berkenaan dengan koperasi, kini kita mampu menentukan secara lebih seksama tujuan dari seksama
tujuan dan analisi harga. Untuk maksud penjelasan dan analisis, ahli ekonomi cenderung
mengindentifikasi empat jenis dasar stuktur pasang. Persaingan sempurna(murni), monopoli,
persaingan monopolistik dan oligopoli. Oleh karena itu, kita dapat menarik beberapa kesimpulan
penting dari pembahasan tersebut, yaitu berguna sebagai pendekatan pertamandan merupakan langkah
yang penting dalam analisis selanjutnya.
4.3 Koperasi dalam persaingan sempurna
4.3.1 Hakikat Persaingan sempurna
Persaingan sempurna adalah stuktur pasar yang banyak digunakan oleh ahli ekonomi. Model
persingannya merupakan basis bidang analitis dan riset terapan yang luas. Karakterisktik apa dari
suatu industri atau pasar yang mempromosikan keberadaannya persaingan sempurna? Model
persaingan sempurna berdasar atas asumsi berikut:
1. Banyak pembeli dan penjual, jumlah yang "besar merupaka gambaran struktural dasar.
2. Seluruh perusahaan menjual produk yang identuk (homogenitas produk).
3. Free ntry dan Exit (bebas masuk dan keluar) bagi perusahaan.

12
4. Pengetahuan yang sempurna dari para pemberi dan penjual.
3.2 Ekuilibrium Usaha Koperasi dalam persaingan pasar
4.3.2.1 Tujuan-tujuan Usaha Koperasi
Dalam teori koperasi tradisional, tujuan koperasi yang ditolak tampaknya adalah meminimalkan harga
input yang harus dibayar oleh anggota. Misalnya, dengan memaksimalkan profit, yang kemudian akan
dibagikan lagi kepada anggotanya.
Lima aturan penetapan harga bagi koperasi berikut ini.
1. Maksumisasi Profit, ketika memaksinasi profitnya yang diindetifikasi sebagai perbedaan perbedaan
antara Total Cost (TC) dan total Revenue (TR).
2. Maksimisasi Output, dalam konsidi tidak bahwa tidak ada kerugian yang diderita oleh koperasi.
3. Meminimasi Everage Cost, memberikan pelayanan kepada anggota dengan tingkat alharga yang
serendah-rendahnya.
4. Kompetitif Ekuilibrium, hanya ia berada dalam struktur pasar yang kimpetitif.
5. Maksimisasi SHU/Devidend (patribage refund), dapat didistribusikan kepada anggotanya, koperasi
tersebut harus memproduksi output tang merupakan hasuk terbesar dari perbedaan antara harga yang
dibebankan, dengan rata-rata biaya produksinya.
4.3.2.2 Kinerja Jangka Pendek Koperasi
Suatu koperasi yang mengecerkan barang atau jasa kepada anggotanya memasuki suatu pasar denga
struktur pasar persaingan. Jika koperasi itu ingin berhasil, maka ia harus memberikan paling sedikit,
manfaat yang sama dengan oasar, bagi para anggotanya.
4.4 Kinerja Keperasi dakam Persaingan tidak sempurna
4.4.1 Defenisi
Persaingan tidak sempurna dapat ditandai oleh karakteristik sebagai struktur pasar pesainan
sempurna(terdapat banyak pembelu dan penjual) dengan perkecualuan bahwa setiap pemasok
merupakan kelompok besar).
Dalam persaingan tidak sempurna, para penjual bersaing melalui deferensiasi produk. Setiap
perusahaan penjual berupaya agar produknya memiliki sedikit perbedaan dari produk yang dijual oleh
produsen lain.
4.4.2 Analisis Jangka Pendek
Karena disetiap persaingan monopolistik, setiap pemasok merupaka "monopilis kecil", maka kurva
permintaannya tidak elastis sempurna seperti dalam persaingan sempurna. Jadi perusahaan memiliki
kekuatan untuk menentukan harga, terutama juka banyak perusahaan menjadi monopolis, oleh kareb
aitu kurva permintaannya lebih menurun lagi. Semakin bersar jumlah perusahaan semkain sedikit
direfesensi peroduknya dan semakin elastis kecendrungan kurva permintaannya pagi setiap
perusahaan.
4.4.3 Analisis jangka panjang
Dibandingkan dengan pasar persaingan sempurna, koperasi dalam persaingan monopolisyik memiliki
sedikitnya keunggulan kinerja jangka pendek, jika kesenjangan kemampuannya tidak terlalu besar. Ini
dapat memberikan keleluasaan yang cukup bagi setiap koperasi untuk membangun kemampuan
manajerialnya agar dapat bersaing secara lebih baik dalam jangka oanhang.

13
4.5 Koperasi dalam pasra oligopoli
4.5.1 Defenisi & Asumsi
Banyak koperasi koperasi didirikan atau muncuk dalam stuktur pasar oligopoli. Pangsa-pangsa di
pasar ini hanya dikuasai oleh beberapa penjual saja. Jka situasi oligopi benar-benar secara empiris
penting bagi koperasi, maka sangat disesalkan, bahwa para ahli ekonomi sejauh jni belum sampai
pada teori yang meyakinkan tentang perilaku lembaga usaha pasar oligopoli.
Asumsi yamg menyatukan hampur seluruh model oligopoli adalah jumlah penjual dipasar hanya
sedikit, sehingga mereka menyadari akan kesaling-tergantungan yang saling menguntungkan dari
kegiatan-kegiatan yang dilakukan.
4.5.2 Strategi-strategi Harga koperasi
Dua strategi dasar yang terbuka bagi koperasi dapat dibedakan menjadi menggunakan harga sebagai
perameter kegiatan('senjata') dan persaingan non-harga (melalui pengurangan/reduksi biaya,
didefenisikan produk, kualitas, dan lain-lain).
Asumsi ini tidaklah nyata jika diterapkan pada usaha kontemporer pada umumnya, karena bagian
yang penting dari memasuki pasar telah meliba+an perusahaan yang terlebih dahulu ada.
4.5.3 Hambatan Masuk dan Integrasi Vertikal Koperasi
Masuknya kopersasi ini juga dapat dianggap sebagi integrasi vertikal yang terkordinasi secara
koperasi, yang dilakukan oleh perusahan (milik anggota). Keunggulan potensial yang dimiliki oleh
usaha koperasi baru telah diperbandingkan dengan usaha penanaman modal hatus beroperasi dalam
tingakt pasar yang sama (misalnya menjual input bagi petani) yang keduanya dapat terlahur dari
indentitas pemilik dan pengguna jasa.
Karena koperasi memasok pelayanan bagi pemilik perusahaan maka biaya yang diperlukan untuk
menciptakan dan memelihara reputasi baik perusahaan, akan sangat kecil. Faktor-faktor tersebut
menekan biaya masuk dalam jumlah besar, juga ketidakpastian yang dihadapi oleh pendatang baru
yaitu koperasi.
4.5.4 Oligopoli & Monopoli Alami
Jika koperasi akan memasuki pasar, koperasi dapat mengurangi profit monopoli dengan memproduksi
Q² dan harga P². Namun hal.ini mengasumsikan bahwa koperasi berhasil dalam mengaluhkan /
menggantikan monopolis alami-monipilis dapat dengan mudah mencegah hasil/akibat ini dengan
mengurangi harga sendiri ke P² atau bahkan lebih rendah lagi, membuat koperasi tifak menarik lagi
dipasar.
Dengan peluang masuk yang potensial, bagi kegiatan koperasi maupun perusahaan lainnya, membuat
monopolis tidak dapat menggunakan kekuatan monopolisnya. Sejauh ini telah mengasumsikan produk
yang homogen (hanya persaingan harga, yang terjadi). Hal ini mempunyai konsekuensi menggeser
kurva permintaan ke kiri dan membuatnya lebih elastis.
Dengan skala ekonomi penggeseran kuva penawaran ini dapat terjadi pada saat keluarnya
monopolis; saat kurva permintaan baru bergeser ke kiri sejauh itu, biaya tak dapat ditutup.
4.6 Kinerja Koperasi dalam Pasar Monopoli
4.6.1 Masuknya Koperasi ke dalam Pasar Monopoli
Monopolis asli atau sejati merupakan monopolis yang anya dialah satu satunya penjual yang terdaapat
daalam pasar given. Kekuatan monopoli merupakan kemampuan untuk mempengaruhi harga atau

14
jumlahnya, di dalam pasar (persaingan tidak sempurna). Jika kopersi menghadapi monopolis,
beroperasi ia mampu membersihkan profit monopoli dengan mengikuti aturan harga optimalnya. Jika
monopolis menyerang balik, maka pemikirn yang sama akan diterapkan, sebagaimana yang dibahas
sebelumnya, jika kita berada di dalam pasar oligopoli.
4.6.2 Persaingan Potensial dan Koperasi
4.7 Skala Ekonomi & Kinerja Komperatif Koperasi
4.7.1 Masalah dan Arti Skala Ekonomi
Skala ekonomi dapat dianggap sebagai faktor faktor yang memungkinkan bagi suatu perusahaan
untuk memproduksi output lebih banyak dengan biaya rata rata lebih rendah daripada hanya
menghasilkan output yang lebih sedikit.
Skala ekonomi dapat lahir dari dua hukum yang utama, mengenai produksi :
1. The Law of Diminishing Returns
2. Hukum dimana seluruh input dalam proses produsinya bersifat variabel.
4.7.2 Skala Ekonomi dan Organisasi Koperasi
Faktor faktor untuk memperlihatka bahwa jika koperasi daapat meerealisasikan skaala ekonomi, hal
ini tidak berarti bahwa koperasi memang memiliki keunggulan alami dalam mewujudkannya.
1. koperasi harus memperlihatkan tingkat kemampuan yang sama dalam memproduksi dan
mendistribusikan air bagi para anggotanya dibandingkan dengan perusahaan air swasta
mauoun agen pemerintah.
2. Dengan memberi kesempatan dan kemampuan pada manajer irigasi, untuk meminimalkan
biaya produksi
3. Kita harus mengasumsikan bahwa teknologi juga given.
4. Seluruh argumen menyatakan secara tidak langsung bahwa masuknya suatu perusahaan ke
dalam industri manajemen irigasi air adalah bebas.
Jika koperasi mampu merealisasikan skala ekonomi, hampir merupaan satu pembuktian diri, tetapi
terdapat keterbatasan khusus pada koperasi yang sesungguhnya dapat membuat koperasi menjadi
suatu lembaga yang lebih mampu untuk merealisasikan skala ekonomi internall, jika hal tersebut
dapat ditingkatkan.
Jika skala ekonomi dapat terwujud maka sulit untuk melihat mengapa koperasi harus memiliki
manfaat komparatif dalam merealisasikan hal itu, dalam kondisi bebas masuk (free entry).

BAB 5
BIAYA TRANSAKSI DAN KINERJA KOMPARATIF KOPERASI
5.1 Masalah Biaya Transaksi

Menelaah sebab-sebab kinerja komperatif dari organisasi yang dimiliki oleh orang-orang
yang mempergunakan jasa/pelayanan organisasinya, kami akan membahas dua pendekatan
penting. Terdapat dua faktor ekonomis yang berperan secara menonjol, yaitu : aplikasi harga
konvensional dari teori pasar, serta penggunaan argumentasi teoritis biaya standar (skala
ekonomi) bagi koperasi.

15
Kedua argumen ini memiliki kebaikan yang sama, tetapi juga memiliki kelemahan yang
serius, yang memotivasi kita untuk mencari sebab-sebab lain bagi keberhasilan maupun
kegagalan koperasi.
Dalam teori pasar konvensional, perusahaan dianggap sebagai fungsi “produksi”. Jika dua
perusahaan menggunakan teknologi yang identik, maka perusahaan dianggap sama /identik.
perusahaan-perusahaan tersebut diperlakukan sebagai kontak hitam yang “inneworking”-nya
dapat diabaikan dalam menjelaskan tindakan-tindakan pasar.
Keanekaragaman organisasi, jika , diakui merupakan suatu data, akan tetapi tidak memiliki
konsekuensi ekonmis yang nyata.
Dengan dasar asumsi “biaya menggunakan mekanisme harga” sebesar nol (Coase,1937,386),
tidaklah mengherankan bila kemudian dapat disimpulkan bahwa harga neoklasik dan teori-
teori produk sulit disesuaikan dengan fenomena berbagai organisasi yang dituju, termasuk
kinerja koperasi.

5.2 Definisi Biaya Transaksi


Pendekatan biaya transaksi dipelopori oleh Ronald Coase dalam bukunya “The nature of the
firm”. Coase mengemukakan bahwa pilihan antara mengkoordinasikan produksi melalui
pasar atau hierarki (di dalam perusahaan), akan tergantung dari biaya (koomperatif) relatif
dari kedua alternatif tersebut.
Suatu perusahaan akan memperluas atau menginternalisasikan transaksi pasar ke dalam
batas-batas perusahaannya adalah jika biaya organisasi untuk menambah fungsi lain dalam
perusahaannya sama dengan biaya transaksi untuk mengkoordinasikan kegiatan yang sama,
melalui pasar (sistem harga).

5.4.2 Organisasi koperasi, biaya transaksi, dan hubungannya dengan monopoli


Aplikasi ekonomi biaya transaksi pada organisasi koperasi masih merupakan tugas utama
yang harus dikaji, sebelum digunakan terdapat upaya-upaya tentatif untuk itu, akan tetapi
teori terapannya belum dikemukakan.
Menjelaskan kinerja komperatif koperasi, berarti mencari transaksi yang melibatkan aset
khusus dan optunisme moral hazard tingkat tinggi.

5.5.2.2 Koperasi dan kepercayaan


koperasi tidak memiliki monopoli atas kepercayaan terutama dalam hubungan dengan
perkembangan ekonomi jepang, kebijaksanaan industrial, dan pekerjaan internal perusahaan,
unsur “kepercayaan” sering disebut dalam melukiskan hakikat koperasi pada pembuatan
kebijakan, hubungan industrial, juga dalam hubungan di antara perusahaan-perusahaannya.
Yang membuat koperasi secara khusus menarik adalah kenyataan bahwa banyak diantara
koperasi dibangun berdasarkan modal kepercayaan, dan juga bentukk utama rancangan

16
organisasinya (identitas para pemilik dan pengguna) sangat penting dalam menciptakan
hubungan terpercaya. Tidak hanya sebagian tujuan, tetapi sangat jelas, hasil yang sengaja
ataupun tidak adalah dicapaiya pengurangan biaya transaksi, yang demikian akan menambah
keuntungan komperatif koperasi.
Kepercayaan koperasi relevan terhadap segala keadaan, dimana para pelanggan/produsen
sangat tergantung pada penyediaan mutu dan jumlah tertentu suatu jasa. Dengan membuat
para pengguna menjadi pemilik perusahaan yang menghasilakan jasa, kemungkinan bahwa
hubungan vertikal dapat dibuat menjadi susunan hak properti dari sistem koperasi.

BAB 6
TEORI KETIDAKPASTIAN KOPERASI
6.1 Masalah ketidakpastian

Masalah utama ekonomi biaya transaksi dan teori ekonomi konvensional adalah perlakuan atau
masalah “ketidakpastian”.

6.2 Pengertian / makna ketidakpastian

Dalam literatur ekonomi, ketidakpastian sering dipakai dalam arti lain : ketidakpastian diberikan,
biala probabilitas numerikal subjektif dapat diterapkan pada suatu kejadian. Ketidakpastian
diberikan dengan suatu keadaan probabilitas yang dapat diukur secara subjektif seperti halnya yang
dipakai dalam teori utility yang diharapkan. Ketidakpastian timbul karena ada jarak di antara
kesulitan menguasai suatu keadaan dengan kemampuan atau kepaandaaian pribadi seorang aktor.

6.3 Ketidakpastian dan Evolusi Hierarki

Bila semua perantara diberitahu sepenuhnya, maka biaya transaksi tidak akan ada : tidak perlu adda
penelitian untuk tawar-menawar, untuk mengatur dan melaksanakan, tidak akan ada kerugian
sumber daya yang disebabkan oleh kurangnya informasi. Bila kesulitan atau ketidakpastian informasi
daapat dikurangi menjari risiko/ketidakpastian probabilitas, informasi menjadi suatu komoditi
seperti yang lainnya.

Dengan meningkatnya ketidakpastiaan, akan ada perubahan bertahap menuju jenis penyerapan
ketidakpastiaan yang lain. Jika ketidakpastian tetap meningkat, biaya kontrak masih tetap tidak
lengkap da secara bertahap akan digantikan dengan pengaturan kelembagaan yang terorganisir,
yang menyediakan cara cara baru untuk mengurangi ketidakpastian.

Penggantiaan hierarki pasar pada suatu perekonomian yang belum berkembang akan dimulai pada
tingkat ketidakpastian yang lebih rendah dibandingkan pada ekonomi maju.

6.4 Pengurangan Ketidakpaastian melalui Integrasi Vertikal

Munculnya integrasi vertikal disebabkan oleh ketidakpastian persediaan barang atau bahan baku
dari hulu sebagai akibat kebutuhan informasi dari perusahaan perusahaan hilir.
6.4.1 Penjelasan

1. Arrow
Mungkin terdapat suatu ketidakseimbangan informasi antara produsen hulu dan hilir.
Keterbatasan informasi ini menghambat kemampuan perusaahaan untuk membuat

17
keputusan keputusan yang efisien mengenai ketetapan bahan yang diguakan dalam
produksi.
2. Klein dkk
Suatu kenaikan tingkat harga yang meningkatkan biaya yang diharapkan dapat
meningkatkan fleksibilitas harga yang dapat diterima, dan memudahkan perusahaan untuk
meningkatkan pendapatan dengan caara menaikkan harga secara oportunistik.
3. Carlton
Pada suatu pasar kompetitif tanpa ketidakpasian harga merupakan satu satunya
karakteristik dari barang yang ada

6.4.2 Integrasi Vertikal, Koperasi dan Ketidakpastian

Melihat evolusi ini dari sudut pandang penciptaan ketidakpaastian dapat kita katakan bahwa
lahirnya suatu masyarakat pasar kapitalistik telah disertai dengan peningkatan yang besar pada
ketidakpastian.

18
BAB III

PEMBAHASAN

B.KELEBIHAN DAN KEKURANGAN JURNAL

a. Kelebihan buku

- banyak menyajikan pendapat-pendapat ahli dalam setiap bab nya


- informatif untuk mempelajari mengenai ekonomi koperasi
- menggunakan kata yang mudah dipahami

b. Kelemahan buku

- cover desain kurang menarik


- banyak memakai rumusan masalah
- ada beberapa penjelasan yang kurang diperjelas penulis

19
BAB IV

PENUTUP

A.KESIMPULAN

Koperasi dan umkm merupakan jenis organisasi yang bergerak di bidang ekonomi yang
cukup penting dalam mendoongkrak kemajuan bangsa

B.SARAN

Buku yang dihasilkan sudah bagus dan cukup rapih namun akan lebi baik penuulis lebih teliti
terhadap penggunaan istilah-istilah yang jarang diketahui karena itu membuat seseorang menjadi
enggan untuk membaca nya.

20
DAFTAR PUSTAKA

Ariffin, Sri Djatnika S, Ropke, Jochen. 2000. Ekonomi Koperasi : Teori dan Manajemen.
Jakarta : Salemba Empat.

21

Anda mungkin juga menyukai