KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Makalah ini yang alhamdulillah
tepat pada waktunya yang berjudul “Pelestarian Burung Jalak Bali”
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta
dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai
segala usaha kita. Amin.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 latar belakang
Indonesia mempunyai ± 1.539 jenis burung (Bird life, 1995). Dari total jenis burung yang ada di
Indonesia tercatat 104 jenis termasuk dalam katagori secara global terancam punah. Pentingnya
untuk mengetahui kondisi sebenarnya dan upaya untuk membantu upaya pelestarian burung-
burung yang ada dialam nampaknya banyak mendorong peneliti-peneliti melakukan penelitian
tentang burung tersebut sehingga nantinya dalam waktu kedepan jumlah jenis burung yang
terancam punah pun dapat lebih diminimalkan.
Mahluk hidup pada kenyataannya tidak selalu mempunyai kerapatan (density) yang sama dalam
ruang dan waktu. Ada mahluk hidup yang pada suatu saat tersebar luas dengan kerapatan yang
tinggi, tetapi pada saat lain menciut dan sulit dijumpai. Adanya kenyataan itu membuat mahluk
hidup itu mempunyai sifat emdemik, tersebar jarang dan menjadi relik (tersisa). Mahluk yang
endemik tersebar secara terbatas disuatu daerah atau bagian dari suatu daerah dan secara hidupan
liar tidak terdapat di tempat lain. Sedangkan mahluk yang tersebar jarang secara alami tidak
mempunyai populasi dengan kerapatan tinggi melalui kejarangan berbiak, persaingan antar
individu sejenis maupun tidak sejenis serta penyebab-penyebab alami lainnya tergolong pada
mahluk langka. Sementara itu mahluk akan menjadi langka apabila terjadi suatu persaiangan
hebat antar jenis pada habitatnya.
Jalak Bali (Leucopsar rothschildi) adalah salah satu contoh satwa langka dan endemik yang ada
di Indonesia tepatnya di pulau Bali dengan sebaran terluasnya antara Bubunan Buleleng sampai
ke Gilimanuk, namun pada saat ini menciut hanya terbatas pada kawasan Taman Nasional Bali
Barat tepatnya di Semenanjung tegal bunder,sumber kelampok yang habitatnya bertipe hutan
mangrove, hutan pantai, hutan musim dan savana .
Pemerintah sangat serius untuk memperhatikan kelestarian satwa endemic yang terancam akan
kepunahan ini, karena selain terletak di pulau dewata yang terkenal dengan wisatanya,
keberhasilan program pelestarian Jalak Bali (Leucopsar rothschildi) akan menunjukan kepada
dunia internasional bahwa Indonesia juga memperhatikan lingkungan melalui prinsip konservasi
serta merupakan kewajiban setiap insan untuk mempertahankan dan melestarikan kehidupan liar
sebagai wujud untuk mensyukurinya karena hutan dan isinya sangat berguna bagi manusia .
Namun diakui semakin kita giat dan berupaya keras untuk melakukan pelestarian Jalak
Bali (Leucopsar rothschildi) di alam melalui penerapan peraturan perundangan yang ada,
pembinaan habitat serta pemberdayaan masyarakat melalui penyuluhan-penyuluhan ternyata
tantangan dan permasalahannya semakin banyak ditemui dan dirasakan. Adapun faktor-faktor
yang menyebabkan terjadinya kelangkaan pada Jalak Bali (Leucopsar rothschildi) selain pada
faktor alamiah (kualitas habitat, adanya predator, penyakit, satwa pesaing, maupun mati karena
usia tua) juga faktor adanya ulah oknum manusia yang tidak bertanggung jawab. Dari latar
belakang inilah yang menuntun kami untuk menyusun makalah ini yang berjudul “pelestarian
burung jalak bali”
1.2 rumusan masalah
1. untuk mengetahui pelestarian burung jalak bali agar burung jalak bali tidak punah
1.4 manfaat
Bagi siswa:
Mengetahui proses pelestarian burung jalak bali di taman nasional bali barat
Bagi masyarakat:
Agar masyarakat turut andil dalam melestarikan burung jalak bali
BAB II
LANDASAN TEORI
Morfologi
· Phylum : Chordota
· Ordo : Aves
· Famili : Passeriformis
Ciri-Ciri
1. Bulu
Bulu seluruhnya putih kecuali ujung sayap dan ujung ekor yang berwarna hitam.
2. Mata
Matanya berwarna coklat tua, daerah sekitar kelopak mata tanpa bulu berwarna biru tua.
3. Jambul
Jalak Bali memiliki jambul yang berupa beberapa helai bulu, jantan bentuknya lebih indah dan
mempunyai jambul lebih panjang dari pada yang betina.
4. Kaki
Kakinya berwarna abu-abu pucat dengan jari jemari yaitu satu kebelakang, dan tiga jari lainnya
kedepan.
5. Paruh
Paruh runcing dengan panjang ± 2–5 cm, berbentuk khas yaitu dibagian atasnya terdapat
peninggian yang memipih tegak. Warna paruh abu-abu kehitaman dengan ujung kuning
kecoklatan.
6. Ukuran
Antara burung jantan dan betina sulit dibedakan, perbedaannya adalah bahwa yang jantan agak
lebih besar dan memiliki kuncir yang agak panjang.
7. Telur
Status
1. Sejak tahun 1966, IUCN (International Union for Conservation of Nature and Natural
Resources) telah memasukkan Jalak Bali kedalam red data book, yaitu buku yang memuat jenis
flora dan fauna yang terancam punah.
2. Pada konvensi perdagangan internasional bagi jasad liar CITES (Convention on International
Trade in Endegered Species of Wild Flora and Fauna), Jalak Bali terdaftar dalam Appendix I,
Yaitu kelompok yang terancam kepunahan dan dilarang untuk diperdagangkan .
Populasi
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 SUBJEK
Petugas penangkarang burung jalak bali di taman nasional bali barat
3.2 OBJEK
Metode yang digunakan dalam mendapatkan data adalah dengan wawancara yang
bersifat objektif
BAB IV
PEMBAHASAN
Penangkaran
Disamping usaha perlindungan dan pengawetan terhadap jenis-jenis satwa liar yang langka
dengan berbagai macam undang-undang dan peraturan pemerintah, serta melalui konservasi in-
situ, maka diperlukan pula bentuk perhatian lain seperti penangkaran.
Secara bebas penangkaran dapat diartikan sebagai suatu kegiatan untuk mengembangbiakan
jenis satwa liar dan tumbuhan alam, tujuan untuk memperbanyak populasi burung jalak bali
dengan mempertahankan kemurnian jenisnya, sehingga kelestarian dan keberadaannya dapat
dipertahankan lokasinya berada di taman nasional bali barat tepatnya di tegal bunder. Bahwa
prisip kebijaksanaan penangkaran jenis satwa liar adalah:
2. Upaya pelestarian jenis perlu dilakukan di dalam kawasan konservasi maupun di luar
habitat alaminya. Diluar habitat alami berbentuk penangkaran, baik di Kebun Binatang
maupun lokasi lainnya yang ditangani secara intensif.
Awal kegiatan
Awal pelaksanaan kegiatan mulai sejak bulan April tahun 1995, yaitu setelah berakhirnya
Proyek Penyelamatan Jalak Bali oleh ICBP yang bekerjasama dengan Direktorat Jenderal
Perlindungan Hutan dan Pelestarian Alam, Departemen Kehutanan atau Jenderal Perlindungan
Hutan dan Pelestarian Alam, Departemen Kehutanan atau PHKA saat ini. Dan kegiatan
penangkaran terus berkelanjutan hingga setiap tahun dapat memenuhi kebutuhan cikal bakal
peliaran dalam rangka pemulihan populasi liar Jalak Bali, mampu mengakomodir kebutuhan
masyarakat peminat penangkar, dan peneliti.
Sangkar biak
Sarana ini secara khusus diperuntukan untuk kepentingan pembiakan, terbuat dari bahan
tembok/beton dan teralis
Sarang Biak
Sarang biak disesuaikan dengan kebiasaan Jalak Bali menggunakan sarang biak di alam.
Pada hidupan liar Jalak Bali menggunakan media biaknya pada batang pohon yang berlubang,
jenis pohon yang umum digunakan antara lain pohon Talok (Grewia koordersiana), Walikukun
(Shoutenia ovata), Laban (Vitex pubescens), dan Pilang (Acacia leucoplopea).
Dipenangkaran media tersebut terbuat dari bahan kayu berbentuk silindris, dengan ukuran
diameter 15 cm, panjang/tinggi 50 cm, dibuat sedemikian rupa dengan bagian dalam gerowong.
Untuk keluar masuk burung di salah satu bagian depan dibuat lubang berbentuk lingkaran
dengan diameter 7 cm – 8 cm. media biak ini ditempatkan dengan posisi tegak, ditempelkan pada
dinding atau penyangga tertentu yang dipersiapkan.
Sangkar sapihan
Sarana ini diperuntukan guna menampung anakan usia sapihan, yaitu individu anakan
mulai usia mandiri (35 hari). Sangkar ini berukuran lebih lebar dari sangkar biak sesuai dengan
peruntukannya untuk dapat menampung setidaknya 10 ekor. Sangkar yang ada dan digunakan
untuk kepentingan ini yaitu 1 unit berukuran 4 m x 4 m x 2.5 m, 1 unit ukuran 3 m x 3 m x 2.5 m
dan 1 unit ukuran 4 m x 3 m x 2.5 m.
Makanan
Di alam bebas, pakan alam yang dikonsumsi oleh Jalak Bali dalam meniti hidupan
liarnya, antara lain untuk jenis pakan berkategori hewani terdiri dari : Semut, telor semut,
belalang, jangkrik, ulat, kupu-kupu, rayap, dan serangga tanah. Untuk pakan berkategori nabati
terdiri dari buah : kerasi (lamntana camara), bekul (Zyzyphus mauritiana), intaran (Azadirachta
indica), daging buah kepuh (Sterculuia foetida), talok (Grewia koordersiana), trenggulun, buni
(Antidesma bunius), kalak, ciplukan, kelayu.
Sedangkan makanan yang disajikan di penangkaran untuk kategori nabati antara lain pisang dan
pepaya. Sedangkan untuk hewani terdiri dari ulat hongkong, belalang, jangkrik, dan kroto basah
(telur semut). Jenis pakan pendukung lainnya yang disajikan yaitu jenis pakan olahan seperti
kroto kristal kroto voer 521, kroto fancy food. Penyajian pakan pisang 2 buah/ekor/hari, pepaya
2 iris/ekor/hari, ulat/kroto masing-masing 8 gram/ekor/hari, serangga 2-4 ekor/hari/ekor.
Metode
Pasangan induk yang dipersiapkan untuk kepentingan perbiakan terdiri dari satu ekor
jantan dan satu ekor betina dengan usia masing-masing telah mencapai usia dewasa kelamin
yaitu minimal 8 bulan.
Setiap sangkar hanya berisi satu pasangan induk dimana jantan dan betina telah menunjukan
harmonisasi jodohnya.
Populasi
Populasi saat ini di penangkaran adalah sebanyak 108 ekor,
Pemeliharaan
Tenaga yang betugas sebagai pemelihara burung berjumlah 2 orang dan rekruetmentnya
dipentingkan berkaitan dengan tugas-tugas sebagai berikut :
1. Menyajikan pakan dan air dua kali setiap harinya, yaitu pada pagi hari dan siang
menjelang sore hari.
4. Penyajian vitamin
Perawatan kesehatan
Perawatan kesehatan burung dilakukan setidaknya 1 sampai 2 setiap tahunnya yang
dilakukan oleh Balai Penyidikan Penyakit Hewan di Denpasar (BPPH). Test medis dilakukan
melalui contoh spesimen tinja atau bulu.
PROGRAM KERJA
Program kerja secara umum yaitu merupakan suatu rangkaian kegiatan yang tidak
terpisahkan dari keseluruhan konsep Program Pemulihan Populasi Liar Jalak Bali yang meliputi
kegiatan :
Pembiakan
Pengkayaan individu melalui pembiakan secara penangkaran adalah merupakan aktifitas
kegiatan prioritas terdepan dari seluruh mata rantai kegiatan yang dicanangkan, karena
produktifitas anakan yang dihasilkannya secara keseluruhan diperuntukan guna mendukung
pemulihan populasi liar di habitatnya. Distribusi anakan pada setiap tahunnya diatur untuk
memenuhi tiga kepentingan, yaitu satu bagian dipersiapkan sebagai cikal bakal lepas liar pada
tahun berjalan, satu bagian diperuntukan sebagai calon induk, dan satu bagian lagi dicalonkan
untuk lepas liar pada tahun berikutnya setelah masing-masing mencapai usia dewasa kelamin.
Pengelolaan induk
Pada saat pasangan induk memasuki masa istirahat dan tidak melakukan produktivitas
biaknya, maka diperlukan perlakuan-perlakuan agar induk tersebut tetap optimal melakukan
aktifitas biaknya.dengan dilakukan monitoring secara terus menerus sampai pasangan tersebut
menunjukan perilaku yang mengarah pada kecenderungan berbiak.
Penyapihan anak
Setiap anak yang telah memasuki usia 60 hari selanjutnya dilakukan penyapihan pada
sangkar sapihan yang berkapasitas hingga 10 ekor. Masa sapihan tersebut terutama lebih
diarahkan agar : bisa melakukan aktifitas sendiri seperti mengkonsumsi pakan, memudahkan
untuk penyeleksian kelamin, memudahkan monitoring pasangan serasi pilihannya sendiri,
penciptaan keserasian diantara mereka sebagai sub populasi buatan.
Pemeriksaan kesehatan
Kegiatan ini dilakukan agar seluruh individu yang akan dilepas liarkan betul-betul dalam
kondisi tidak mengidap suatu penyakit, sehingga mewabahnya penyakit bawaan terhadap
populasi liar lainnya yang lebih dulu berada di habitat dapat dihindari.
PENUTUP
5.1 SIMPULAN
Jalak Bali (Leucopsar rothschildi) adalah salah satu satwa endemik di Indonesia dan
secara istimewa merupakan satwa khas pulau Dewata, Bali. Burung ini, menjadi salah satu
spesies khas Bali yang masih tersisa setelah harimau Bali dinyatakan punah.
Burung dengan ciri khusus bulu warna putih di sekujur tubuh, kecuali pada ujung ekor dan sayap
yang berwarna hitam, serta pipi yang berwarna biru cerah dan kaki abu-abu ini kini semakin
diambang kepunahan. Tidak heran, jika IUCN (International Union for Conservation of Nature
and Natural Resources) memasukkan jalak Bali ke dalam daftar merah sebagai satwa yang
terancam punah sejak tahun 1966.
Demikian pula dengan konvensi perdagangan internasional untuk satwa liar CITES (Convention
on International Trade in Endangered Spesies of Wild Fauna and Flora) telah mengategorikan
jalak Bali ke dalam Appendix I, yaitu satwa yang terancam kepunahan dan terlarang untuk
diperdagangkan. Dalam sebuah survey yang dilakukan pada tahun 2005 di habitat jalak Bali,
yaitu di Taman Nasional Bali Barat, hanya ditemukan lima ekor individu yang tersisa.
Maka dari itu pemerintah berupaya dalam melestarikan burung jalak bali ini.segala carpun di
lakukan sperti di adakannya penangkaran di taman nasional bali barat yang terletak di tegal
bunder.dari penangkaran ini diharapkan populasi burung jalak bali di alam semakin bertambah
dan mampu untuk berkembang agar tidak punah.
5.2 SARAN
Sebaiknya pemerintah lebih serius lagi dalam melestarikan burung jalak bali ini karna
dalam pelstariannya masih banyak ada kendala-kendala sehingga dalam pelestariannya membuat
burung jalak bali semakin bertambah dan jauh dari kepunahan.