Anda di halaman 1dari 10

Makalah Pelestarian Burung Jalak Bali

KATA PENGANTAR

            Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Makalah ini yang alhamdulillah
tepat pada waktunya yang berjudul “Pelestarian Burung Jalak Bali”

            Makalah ini berisikan tentang informasi Perkembangan Transportasi di Indonesia,


diharapkan makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua khususnya para pelajar
tentang “Pelestarian Burung Jalak Bali”. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu
kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

            Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta
dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai
segala usaha kita. Amin.

Patas, Februari 2015

Penyusun

BAB I

PENDAHULUAN

1.1  latar belakang

Indonesia mempunyai ± 1.539 jenis burung (Bird life, 1995). Dari total jenis burung yang ada di
Indonesia tercatat 104 jenis termasuk dalam katagori secara global terancam punah. Pentingnya
untuk mengetahui kondisi sebenarnya dan upaya untuk membantu upaya pelestarian burung-
burung yang ada dialam nampaknya banyak mendorong peneliti-peneliti melakukan penelitian
tentang burung tersebut sehingga nantinya dalam waktu kedepan jumlah jenis burung yang
terancam punah pun dapat lebih diminimalkan.

Mahluk hidup pada kenyataannya tidak selalu mempunyai kerapatan (density) yang sama dalam
ruang dan waktu. Ada mahluk hidup yang pada suatu saat tersebar luas dengan kerapatan yang
tinggi, tetapi pada saat lain menciut dan sulit dijumpai. Adanya kenyataan itu membuat mahluk
hidup itu mempunyai sifat emdemik, tersebar jarang dan menjadi relik (tersisa). Mahluk yang
endemik tersebar secara terbatas disuatu daerah atau bagian dari suatu daerah dan secara hidupan
liar tidak terdapat di tempat lain. Sedangkan mahluk yang tersebar jarang secara alami tidak
mempunyai populasi dengan kerapatan tinggi melalui kejarangan berbiak, persaingan antar
individu sejenis maupun tidak sejenis serta penyebab-penyebab alami lainnya tergolong pada
mahluk langka. Sementara itu mahluk akan menjadi langka apabila terjadi suatu persaiangan
hebat antar jenis pada habitatnya.

Jalak Bali (Leucopsar rothschildi) adalah salah satu contoh satwa langka dan endemik yang ada
di Indonesia tepatnya di pulau Bali dengan sebaran terluasnya antara Bubunan Buleleng sampai
ke Gilimanuk, namun pada saat ini menciut hanya terbatas pada kawasan Taman Nasional Bali
Barat tepatnya di Semenanjung tegal bunder,sumber kelampok yang habitatnya bertipe hutan
mangrove, hutan pantai, hutan musim dan savana .

Pemerintah sangat serius untuk memperhatikan kelestarian satwa endemic yang terancam akan
kepunahan ini, karena selain terletak di pulau dewata yang terkenal dengan wisatanya,
keberhasilan program pelestarian Jalak Bali (Leucopsar rothschildi) akan menunjukan kepada
dunia internasional bahwa Indonesia juga memperhatikan lingkungan melalui prinsip konservasi
serta merupakan kewajiban setiap insan untuk mempertahankan dan melestarikan kehidupan liar
sebagai wujud untuk mensyukurinya karena hutan dan isinya sangat berguna bagi manusia .
Namun diakui semakin kita giat dan berupaya keras untuk melakukan pelestarian Jalak
Bali (Leucopsar rothschildi) di alam melalui penerapan peraturan perundangan yang ada,
pembinaan habitat serta pemberdayaan masyarakat melalui penyuluhan-penyuluhan ternyata
tantangan dan permasalahannya semakin banyak ditemui dan dirasakan. Adapun faktor-faktor
yang menyebabkan terjadinya kelangkaan pada Jalak Bali (Leucopsar rothschildi) selain pada
faktor alamiah (kualitas habitat, adanya predator, penyakit, satwa pesaing, maupun mati karena
usia tua) juga faktor adanya ulah oknum manusia yang tidak bertanggung jawab. Dari latar
belakang inilah yang menuntun kami untuk menyusun makalah ini yang berjudul “pelestarian
burung jalak bali”

1.2  rumusan masalah

1.      bagaimana pelestarian burung jalak bali di taman nasional bali barat ?


1.3  tujuan

1.  untuk mengetahui pelestarian burung jalak bali agar burung jalak bali tidak punah

1.4 manfaat

Bagi siswa:

      Mengetahui proses pelestarian burung jalak bali di taman nasional bali barat

Bagi masyarakat:

      Agar masyarakat turut andil dalam melestarikan burung jalak bali

BAB II

LANDASAN TEORI

1.      Burung Jalak Bali

Morfologi

Dalam ilmu biologi Jalak Bali (Leucopsar rothschildi) mempunyai klasifikasi sebagai berikut:

· Phylum : Chordota

· Ordo : Aves

· Famili : Passeriformis

· Spesies : Leucopsar rothschildi,  Stressmann, 1912

· Nama lokal : Curik Bali, Jalak Bali, Jalak Putih Bali

Ciri-Ciri
1. Bulu

Bulu seluruhnya putih kecuali ujung sayap dan ujung ekor yang berwarna hitam.

2. Mata

Matanya berwarna coklat tua, daerah sekitar kelopak mata tanpa bulu berwarna biru tua.

3. Jambul

Jalak Bali memiliki jambul yang berupa beberapa helai bulu, jantan bentuknya lebih indah dan
mempunyai jambul lebih panjang dari pada yang betina.

4. Kaki

Kakinya berwarna abu-abu pucat dengan jari jemari yaitu satu kebelakang, dan tiga jari lainnya
kedepan.

5. Paruh

Paruh runcing dengan panjang ± 2–5 cm, berbentuk khas yaitu dibagian atasnya terdapat
peninggian yang memipih tegak. Warna paruh abu-abu kehitaman dengan ujung kuning
kecoklatan.

6. Ukuran

Antara burung jantan dan betina sulit dibedakan, perbedaannya adalah bahwa yang jantan agak
lebih besar dan memiliki kuncir yang agak panjang.

7. Telur

Jalak Bali bertelur 2-3 butir, berwarna biru

Status

1. Sejak tahun 1966, IUCN (International Union for Conservation of Nature and Natural
Resources) telah memasukkan Jalak Bali kedalam red data book, yaitu buku yang memuat jenis
flora dan fauna yang terancam punah.

2. Pada konvensi perdagangan internasional bagi jasad liar CITES (Convention on International
Trade in Endegered Species of Wild Flora and Fauna), Jalak Bali terdaftar dalam Appendix I,
Yaitu kelompok yang terancam kepunahan dan dilarang untuk diperdagangkan .

3. Pemerintah Indonesia mengeluarkan Surat Kepmen. Pertanian Nomor 421/kpts/Um/70 tanggal


26 Agustus 1970, yang menerangkan antara lain bahwa Jalak Bali dilindungi .
4. Dikatagorikan sebagai satwa Endemik Bali karena Jalak Bali habitat aslinya hanya ada di
pulau Bali tidak ada di habitat lainnya (saat ini ruang hunian menyempit hanya ada dikawasan
Taman Nasional Bali Barat).

Populasi

Menurut Anonimous, (1999) bahwa kondisi populasi Jalak Bali Leucopsar rothschildi) sejak


tahun 1974 sampai tahun 1997 cenderung berfluktuasi lebih dipengaruhi oleh konflik
kepentingan kawasan dimana beberapa bagian habitat alaminya tergusur karena kepentingan
konversi (perubahan system), selain dari itu laju pertumbuhan penduduk dengan berbagai
kepentingannya berpengaruh nyata makin menekan laju pertumbuhan populasi . Sementara pada
saat ini ruang hunian (home ring) dari pada Jalak Bali (Leucopsar rothschildi) tidak lebih dari
1000 hektar pada 2 lokasi yaitu di Teluk Berumbun wilayah Semenanjung Prapat agung dan
Tanjung Gelap wilayah Pahlengkong.

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 SUBJEK

            Petugas  penangkarang burung jalak bali di taman nasional bali barat

3.2 OBJEK

            Burung jalak bali

3.3 WAKTU DAN TEMPAT

            Tanggal : Minggu,2 november 2014

            Tempat : taman nasional bali barat

3.4 CARA MENDAPATKAN DATA

            Metode yang digunakan dalam mendapatkan data adalah dengan wawancara yang
bersifat objektif

3.5 CARA PENGOLAHAN DATA


            Metode pengolahan data disajikan dalam bentuk deskriptif kualitatif

BAB IV

PEMBAHASAN

Penangkaran
       Disamping usaha perlindungan dan pengawetan terhadap jenis-jenis satwa liar yang langka
dengan berbagai macam undang-undang dan peraturan pemerintah, serta melalui konservasi in-
situ, maka diperlukan pula bentuk perhatian lain seperti penangkaran.

 Secara bebas penangkaran dapat diartikan sebagai suatu kegiatan untuk mengembangbiakan
jenis satwa liar dan tumbuhan alam, tujuan untuk memperbanyak populasi burung jalak bali
dengan mempertahankan kemurnian jenisnya, sehingga kelestarian dan keberadaannya dapat
dipertahankan lokasinya berada di taman nasional bali barat tepatnya di tegal bunder. Bahwa
prisip kebijaksanaan penangkaran jenis satwa liar adalah:

1. Mengupayakan jenis-jenis langka menjadi tidak langka, dan pemanfaatannya berazaskan


kelestarian.

2. Upaya pelestarian jenis perlu dilakukan di dalam kawasan konservasi maupun di luar
habitat alaminya. Diluar habitat alami berbentuk penangkaran, baik di Kebun Binatang
maupun lokasi lainnya yang ditangani secara intensif.

3. Peliaran kembali satwa hasil penangkaran ke habitat alaminya ditunjukan untuk


meningkatkan populasi sesuai dengan daya dukung habitatnya tanpa mengakibatkan
adanya polusi genetik ataupun sifat-sifat yang menyimpang dari aslinya.

Awal kegiatan
      Awal pelaksanaan kegiatan mulai sejak bulan April tahun 1995, yaitu setelah berakhirnya
Proyek Penyelamatan Jalak Bali oleh ICBP yang bekerjasama dengan Direktorat Jenderal
Perlindungan Hutan dan Pelestarian Alam, Departemen Kehutanan atau Jenderal Perlindungan
Hutan dan Pelestarian Alam, Departemen Kehutanan atau PHKA saat ini. Dan kegiatan
penangkaran terus berkelanjutan hingga setiap tahun dapat memenuhi kebutuhan cikal bakal
peliaran dalam rangka pemulihan populasi liar Jalak Bali, mampu mengakomodir kebutuhan
masyarakat peminat penangkar, dan peneliti.

Asal usul induk


      Asal-usul induk yang diberdayakan dalam kegiatan penangkaran ini, antara lain individu
yang berasal dari peninggalan ICBP (3 ekor), dan selanjutnya diperoleh secara kerjasama
pelestarian dengan Taman Burung Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Taman Safari Indonesia
(TSI), Kebun Binatang Surabaya (KBS), BKSDA DKI, hasil pertukaran individu dengan
individu dengan penangkar di Bandung, Madiun, dan Denpasar, serta berasal, serta berasal dari
hasil sitaan.

Sangkar biak
       Sarana ini secara khusus diperuntukan untuk kepentingan pembiakan, terbuat dari bahan
tembok/beton dan teralis

Sarang Biak
            Sarang biak disesuaikan dengan kebiasaan Jalak Bali menggunakan sarang biak di alam.
Pada hidupan liar Jalak Bali menggunakan media biaknya pada batang pohon yang berlubang,
jenis pohon yang umum digunakan antara lain pohon Talok (Grewia koordersiana), Walikukun
(Shoutenia ovata), Laban (Vitex pubescens), dan Pilang (Acacia leucoplopea).

Dipenangkaran media tersebut terbuat dari bahan kayu berbentuk silindris, dengan ukuran
diameter 15 cm, panjang/tinggi 50 cm, dibuat sedemikian rupa dengan bagian dalam gerowong.
Untuk keluar masuk burung di salah satu bagian depan dibuat lubang berbentuk lingkaran
dengan diameter 7 cm – 8 cm. media biak ini ditempatkan dengan posisi tegak, ditempelkan pada
dinding atau penyangga tertentu yang dipersiapkan.

Sangkar sapihan
           Sarana ini diperuntukan guna menampung anakan usia sapihan, yaitu individu anakan
mulai usia mandiri (35 hari). Sangkar ini berukuran lebih lebar dari sangkar biak sesuai dengan
peruntukannya untuk dapat menampung setidaknya 10 ekor. Sangkar yang ada dan digunakan
untuk kepentingan ini yaitu 1 unit berukuran 4 m x 4 m x 2.5 m, 1 unit ukuran 3 m x 3 m x 2.5 m
dan 1 unit ukuran 4 m x 3 m x 2.5 m.

Makanan
            Di alam bebas, pakan alam yang dikonsumsi oleh Jalak Bali dalam meniti hidupan
liarnya, antara lain untuk jenis pakan berkategori hewani terdiri dari : Semut, telor semut,
belalang, jangkrik, ulat, kupu-kupu, rayap, dan serangga tanah. Untuk pakan berkategori nabati
terdiri dari buah : kerasi (lamntana camara), bekul (Zyzyphus mauritiana), intaran (Azadirachta
indica), daging buah kepuh (Sterculuia foetida), talok (Grewia koordersiana), trenggulun, buni
(Antidesma bunius), kalak, ciplukan, kelayu.

Sedangkan makanan yang disajikan di penangkaran untuk kategori nabati antara lain pisang dan
pepaya. Sedangkan untuk hewani terdiri dari ulat hongkong, belalang, jangkrik, dan kroto basah
(telur semut). Jenis pakan pendukung lainnya yang disajikan yaitu jenis pakan olahan seperti
kroto kristal kroto voer 521, kroto fancy food. Penyajian pakan pisang 2 buah/ekor/hari, pepaya
2 iris/ekor/hari, ulat/kroto masing-masing 8 gram/ekor/hari, serangga 2-4 ekor/hari/ekor.
Metode
            Pasangan induk yang dipersiapkan untuk kepentingan perbiakan  terdiri dari satu ekor
jantan dan satu ekor betina dengan usia masing-masing telah mencapai usia dewasa kelamin
yaitu minimal 8 bulan.

Setiap sangkar hanya berisi satu pasangan induk dimana jantan dan betina telah menunjukan
harmonisasi jodohnya.

Populasi
            Populasi saat ini di penangkaran adalah sebanyak 108 ekor,

Pemeliharaan
            Tenaga yang betugas sebagai pemelihara burung berjumlah 2 orang dan rekruetmentnya
dipentingkan berkaitan dengan tugas-tugas sebagai berikut :

1. Menyajikan pakan dan air dua kali setiap harinya, yaitu pada pagi hari dan siang
menjelang sore hari.

2. Melaksanakan kegiatan kebersihan di dalam sangkar, dan lingkungan diluar sangkar.

3. Merawat anakan burung saat usia piyik

4. Penyajian vitamin

5. Pemantauan terhadap perilaku, aktifitas biak, dan keadaan kesehatan burung.

Perawatan kesehatan
            Perawatan kesehatan burung dilakukan setidaknya 1 sampai 2 setiap tahunnya yang
dilakukan oleh Balai Penyidikan Penyakit Hewan di Denpasar (BPPH). Test medis dilakukan
melalui contoh spesimen tinja atau bulu.

PROGRAM KERJA
            Program kerja secara umum yaitu merupakan suatu rangkaian kegiatan yang tidak
terpisahkan dari keseluruhan konsep Program Pemulihan Populasi Liar Jalak Bali yang meliputi
kegiatan :

Pembiakan
            Pengkayaan individu melalui pembiakan secara penangkaran adalah merupakan aktifitas
kegiatan prioritas terdepan dari seluruh mata rantai kegiatan yang dicanangkan, karena
produktifitas anakan yang dihasilkannya secara keseluruhan diperuntukan guna mendukung
pemulihan populasi liar di habitatnya. Distribusi anakan pada setiap tahunnya diatur untuk
memenuhi tiga kepentingan, yaitu satu bagian dipersiapkan sebagai cikal bakal lepas liar pada
tahun berjalan, satu bagian diperuntukan sebagai calon induk, dan satu bagian lagi dicalonkan
untuk lepas liar pada tahun berikutnya setelah masing-masing mencapai usia dewasa kelamin.
Pengelolaan induk
            Pada saat pasangan induk memasuki masa istirahat dan tidak melakukan produktivitas
biaknya, maka diperlukan perlakuan-perlakuan agar induk tersebut tetap optimal melakukan
aktifitas biaknya.dengan dilakukan monitoring secara terus menerus sampai pasangan tersebut
menunjukan perilaku yang mengarah pada kecenderungan berbiak.

Pemeliharaan dan pembesaran piyik


            Adalah kegiatan untuk meminimalisasi angka kematian piyik yaitu dengan dilakukan
pembesaran secara manual dengan media brooder, apabila pembesaran piyik yang dilakukan
sendiri oleh induknya selama masa pengasuhan didalam sarang biak, seringkali terjadi peristiwa
kematian.

Penyapihan anak
            Setiap anak yang telah memasuki usia 60 hari selanjutnya dilakukan penyapihan pada
sangkar sapihan yang berkapasitas hingga 10 ekor. Masa sapihan tersebut terutama lebih
diarahkan agar : bisa melakukan aktifitas sendiri seperti mengkonsumsi pakan, memudahkan
untuk penyeleksian kelamin, memudahkan monitoring pasangan serasi pilihannya sendiri,
penciptaan keserasian diantara mereka sebagai sub populasi buatan.

Pembentukan sub populasi buatan


            Program ini menitik beratkan pada terciptanya koloni dimana setiap anggota
pembentukannya bisa saling mengenal sebagai suatu populasi.

Pemeriksaan kesehatan
            Kegiatan ini dilakukan agar seluruh individu yang akan dilepas liarkan betul-betul dalam
kondisi tidak mengidap suatu penyakit, sehingga mewabahnya penyakit bawaan terhadap
populasi liar lainnya yang lebih dulu berada di habitat dapat dihindari.

Pelatihan pra liar


            Pelatihan ini diselengarakan terhadap semua anggota yang telah menjalani masa
pengkolonian yang dicanangkan untuk program lepas liar, dan pelatihan dilaksanakan
dihabitatnya dimana kelak lingkungan tersebut akan menjadi petualangan liarnya, rentang waktu
pelatihan yaitu selama 30 hari.

Monitoring pasca lepas liar


            Aktifitas lanjutan sesaat setelah dilaksanakan peliaran adalah dilakukannya kegiatan
monitoring yang dilaksanakan oleh tenaga fungsional Pengendali Ekosistem Hutan yaitu sejak
mulai diliarkan hingga periode peliaraan tahun berikutnya.
BAB

PENUTUP

5.1 SIMPULAN

            Jalak Bali (Leucopsar rothschildi) adalah salah satu satwa endemik di Indonesia dan
secara istimewa merupakan satwa khas pulau Dewata, Bali. Burung ini, menjadi salah satu
spesies khas Bali yang masih tersisa setelah harimau Bali dinyatakan punah.

Burung dengan ciri khusus bulu warna putih di sekujur tubuh, kecuali pada ujung ekor dan sayap
yang berwarna hitam, serta pipi yang berwarna biru cerah dan kaki abu-abu ini kini semakin
diambang kepunahan. Tidak heran, jika IUCN (International Union for Conservation of Nature
and Natural Resources) memasukkan jalak Bali ke dalam daftar merah sebagai satwa yang
terancam punah sejak tahun 1966.

Demikian pula dengan konvensi perdagangan internasional untuk satwa liar CITES (Convention
on International Trade in Endangered Spesies of Wild Fauna and Flora) telah mengategorikan
jalak Bali ke dalam Appendix I, yaitu satwa yang terancam kepunahan dan terlarang untuk
diperdagangkan. Dalam sebuah survey yang dilakukan pada tahun 2005 di habitat jalak Bali,
yaitu di Taman Nasional Bali Barat, hanya ditemukan lima ekor individu yang tersisa.

Maka dari itu pemerintah berupaya dalam melestarikan burung jalak bali ini.segala carpun di
lakukan sperti di adakannya penangkaran di taman nasional bali barat yang terletak di tegal
bunder.dari penangkaran ini diharapkan populasi burung jalak bali di alam semakin bertambah
dan mampu untuk berkembang agar tidak punah.

5.2 SARAN

            Sebaiknya pemerintah lebih serius lagi dalam melestarikan burung jalak bali ini karna
dalam pelstariannya masih banyak ada kendala-kendala sehingga dalam pelestariannya membuat
burung jalak bali semakin bertambah dan jauh dari kepunahan.

Anda mungkin juga menyukai