Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

POTENSI TANAMAN JERUK TERHADAP PERKEMBANG BIAKAN


KUPU-KUPU

Oleh : Nur Hafid Kurniawan


(2027021008)

PASCASARJANA BIOLOGI
FMIPA
UNIVERSITAS LAMPUNG
2021
PRAKATA

Assalamu’alaikumWr. Wb.

Puji dan syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
banyak memberikan beribu-ribu nikmat kepada kita umatnya. Rahmat beserta salam
semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita, pemimpin akhir zaman yang sangat
dipanuti oleh pengikutnya yakni Nabi Muhammad SAW. Alhamdulilah penulis dapat
menyelesaikan makalah ini sebagai tugas wajib, yang berjudul “Potensi Tanaman
Jeruk terhadap Perkembang Biakan Kupu-Kupu”. Atas semua bimbingan dan
bantuan, dukungan dan perhatian yang telah diberikan, kami mengucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada:orang tua, para pendidik dan teman-teman, yang
sudah banyak membantu dan mendukung. Tidak lupa juga kepada Bapak/Ibu dosen
dan teman-teman yang lain untuk memberikan sarannya kepada penyusun agar
penyusunan makalah ini lebih baik lagi.

Demikian, semoga makalah ini bermanfaat khususnya bagi penulis dan


umumnya semua yang membaca makalah ini.

Wassallamu’alaikum Wr. Wb.

Bandar Lampung, Juli 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................i

PRAKATA................................................................................................................ii

DAFTAR ISI.............................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................1

A. Latar Belakang....................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................................2
C. Tujuan.................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................3

A. Potensi Tanaman Jeruk terhadap Perkembang Biakan Kupu-Kupu...................3


1. Potensi berbagai tanaman jeruk terhadap perkembang biakan P. demoleus. .3
2. Potensi tanaman jeruk lemon terhadap perkembang biakan P. demoleus......4
3. Potensi tanaman jeruk purut (C. arantifolia) terhadap perkembang biakan
Papilio memnon..............................................................................................5
4. Potensi tanaman jeruk purut (C. arantifolia) dan Citrus hystrix (Rutaceae)
terhadap perkembang biakan Papilio memnon..............................................7
B. Dampak Negatif Kupu-Kupu terhadap Tanaman Jeruk......................................7

BAB III KESIMPULAN..........................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Lepidoptera merupakan salah satu ordo dari Classis Insecta. Kupu-kupu


(butterfly) dan ngengat (moth) merupakan termasuk lepidoptera di alam
(Triplehorn et al, 2005). Kupu-kupu adalah kelompok serangga yang mudah
dijumpai dalam lingkungan sekitar. Kupu-Kupu banyak diminati oleh masyarakat
umum, kolektor serangga sampai ilmuwan karena warnanya yang beraneka
ragam dan memiliki cara terbang yang elegan serta mudah ditangkap.
Keberadaan kupu-kupu tersebar diseluruh bagian dunia pada tanaman berbunga
yang terdapat diwilayah tersebut.
Secara ekologi kupu-kupu berperan sebagai bioindikator kesehatan
ekosistem, artinya dengan semakin banyak jenis kupu-kupu disuatu tempat atau
wilayah maka menandakan kualitas lingkungan tersebut masih baik. Selain
sebagai bioindikator suatu ekosistem, kupu-kupu juga berperan dalam
penyerbukan yang paling efisien dari bunga di samping ngengat (moth) dan lebah
(Perveen dan Fazal, 2013). Hal ini karena mulut kupu-kupu beradaptasi
berbentuk tabung (tabung probosis) menyesuaikan makanannya yaitu menghisap
nektar tumbuhan. Secara bersamaan pula serbuk putik/benang sari tertempel pada
mulut dan ketika berpindah ke tanaman lainnya maka terjadi penyerbukan atau
polinasi, sehingga kupu-kupu membantu dalam kelangsungan hidup tumbuhan
Rohman dkk, 2019. Tanpa polinasi ini, beberapa spesies tumbuhan akan menjadi
berkurang atau punah, dan berdampak pada menurunnya persediaan pangan
untuk hewan yang bergantung padanya, akibat lebih lanjut akan berkurangnya
laju reproduksi banyak spesies tumbuhan.

Kupu-kupu juga merasakan dampaknya bila reproduksi pada banyak


spesies tumbuhan berkurang, karena pada umumnya tiap spesies kupu-kupu
memilih satu atau beberapa spesies tumbuhan tertentu yang berkerabat dekat

1
untuk dijadikan sebagai tanaman inang atau sebagai pakan saat fase larva/ulat
pada kupu-kupu (Peggie, 2014). Salah satu contoh spesies kupu-kupu yaitu
Papilio memnon dan Papilio demoleus yang tidak hanya ditemukan pada satu
jenis tanaman jeruk melainkan pada jenis-jenis tanaman jeruk yang lainnya yang
berada di sekitar rumah, misalnya Citrus sinensis, Citrus hystrix, Citrus
aurantifolia, Citrus medica, dan Citrus maxima. Pemilihan tanaman inang yang
berbeda ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu kualitas dari tanaman inang,
morfologi dan fisiologinya, serta perlindungan terhadap predator. Oleh karena
itu, artikel ini menyajikan perkembang biakan kupu-kupu terhadap inangnya
yaitu genus Citrus.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam makalah ini sebagai berikut.


1. Apakah tanaman jeruk (genus citrus) berpotensi untuk perkembang biakan
kupu-kupu?
2. Apakah kupu-kupu berdampak negatif terhadap tanaman jeruk?

C. Tujuan

Adapun tujuan makalah ini sebagai berikut.


1. Mengetahui tanaman jeruk (genus citrus) berpotensi untuk perkembang
biakan kupu-kupu.
2. Mengetahui kupu-kupu berdampak negatif terhadap tanaman jeruk.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Potensi Tanaman Jeruk terhadap Perkembang Biakan Kupu-Kupu

Di bawah ini terdapat empat penetilan tentang potensi tanaman jeruk


terhadap perkembang biakan kupu-kupu

1. Potensi berbagai tanaman jeruk terhadap perkembang biakan P.


demoleus

Berdasarkan penelitian Leila dkk, 2017 yang menggunakan tanaman


jeruk terdiri dari Citrus sinensis (Tarocco), C. limon (Eureka), C. sinensis
(Valencia), dan C. paradise (Shambarg). Daun tanaman inang spesies yang
disebutkan (di mana pemeliharaan dilakukan tempat) dikumpulkan dari kebun
jeruk di dekat kota Rudsar, utara Iran, provinsi Guilan. Larva dipelihara pada
daun jeruk segar varietas di laboratorium di ruang pertumbuhan dalam kondisi
terkendali. Eksperimen ini dimulai dengan lima puluh telur P. demoleus
dipertahankan dalam cawan Petri di dalam ruang pertumbuhan.

Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini menunjukkan bahwa tanaman


inang sangat terpengaruh perkembangan, kelangsungan hidup, dan fekunditas
kupu-kupu jeruk. Waktu perkembangan tahap yang belum matang, kupu-kupu
jeruk lebih pendek bila dipelihara pada C. sinensis (Tarocco) dan tingkat
kelangsungan hidupnya adalah lebih tinggi bila dipelihara pada C. paradise
(Shambarg). Umur panjang baik betina maupun jantan P. demoleus dewasa
tidak terpengaruh. Total waktu perkembangan terendah pada C. sinensis
(Valencia) (9,67 ± 1,51) dan tertinggi pada C. sinensis (Tarocco) (12,38 ±
0,39), C. paradise (Shambarg) (12,29 ± 0,57) dan C. limon (Eureka) (12,09 ±
0,49).

3
Parameter tabel kehidupan, khususnya tingkat intrinsik kenaikan alami
(r m ) mencerminkan banyak faktor seperti fekunditas, kelangsungan hidup dan
waktu generasi, dan menunjukkan potensi populasi untuk meningkat di bawah
kondisi optimal. Nilai r m yang lebih tinggi dari P. demoleus pada C. sinensis
(Tarocco) mungkin karena lebih besar fekunditas, mortalitas lebih rendah dan
lebih pendek waktu perkembangan. Oleh karena itu, P. demoleus memakan
C.sinensis (Tarocco) dan C. paradise dapat memiliki potensi yang lebih besar
untuk meningkatkan populas. Namun, nilai r m yang lebih rendah pada
C.sinensis (Valencia) dapat dikaitkan dengan miskin fekunditas dan
kelangsungan hidup P. demoleus pada varietas ini. Selain itu, hasil
menunjukkan bahwa C. limon (Eureka) adalah host yang tidak cocok untuk P.
demoleus.

2. Potensi tanaman jeruk lemon terhadap perkembang biakan P.


demoleus

Hal yang sama pada penelitian Wali Muhammad Mangrio dkk, 2020


yang menggunakan tanaman lemon sebagai inang perkembang biakan dari P.
demoleus. Setelah pembuahan, betina bertelur di bawah dan permukaan atas
ranting yang lembut. . Ketika telur menetas menjadi larva, tahap pertama larva
ditempatkan di cawan petri terpisah dan diberi daun jeruk segar untuk
selanjutnya perkembangan setelah melewati larva empat hari masuk ke larva
tahap kedua. Setiap tahap larva berubah ke tahap berikutnya dengan casting /
mengelupasnya kutikula dan kutikula ini dijadikan makanan mereka sendiri.
Larva yang meningkatkan panjang dan strukturnya tidak hanya bergantung pada
lapisan kutikula tetapi mereka membutuhkan lebih banyak jumlah makanan
kemudian memakan daun lemon yang baru tumbuh.

Tahap kedua larva stadium secara morfologis mirip dengan tahap satu
dengan mengkonsumsi di tepi sampai pelepah daun segar. Tahap ketiga larva
makan hingga setengah porsi dan bagian terminal dari tunas yang tumbuh.

4
Larva tahap keempat mengkonsumsi lebih banyak makanan. Tahap kelima
larva memakan makanan segar secara maksimum. Jadi tanaman jeruk lemon
berpotensi sebagai inang perkembang biakan kupu-kupu P. demoleus.

Hal serupa jugaa pada perlakuan dengan P0 (daun jeruk pomelo segar)
memberikan hasil tertinggi menghasilkan individu kupu-kupu P. demoleus (8
ekor), diikuti oleh P2 (25% tepung kacang merah + 25% tepung kedelai + 25%
tumbukan daun jeruk pomelo + 25% vitamin, agar-agar, air) adalah 3 ekor dan
P1 (35% tepung kacang merah + 35% tumbukan daun jeruk pomelo + 30%
vitamin, agar-agar, air) adalah 1 ekor. Nisbah kelamin tertinggi berupa kupu-
kupu P. demoleus betina dihasilkan oleh perlakuan P0 (3 ekor), perlakuan P2 (1
ekor) dan P1 tidak menghasilkan kupu-kupu betina. Lama stadium larva P.
demoleus sampai menjadi kupu-kupu yang dibiakkan pada perlakuan P0 sekitar
21 hari, P1 sekitar 14 hari dan P2 sekitar 19 hari pada suhu lingkungan sekitar
22 - 25°C. Helmiyati et al. (2010) melaporkan bahwa siklus hidup P. demoleus
yang dibiakkan secara alami pada tanaman jeruk pomelo berkisar 22 – 24 hari
pada kondisi suhu lingkungan 26-28°C dengan kelembaban nisbi 67-84%.
Siklus hidup P. demoleus yang singkat pada perlakuan P1 terjadi karena nutrisi
pakannya tidak dapat mendukung perkembangan larva secara optimal sehingga
pertumbuhannya mengalami kondisi prematur (Ngatimin, 2020). Taylor et al.,
1981 (dalam Ngatimin, 2020) mengemukakan bahwa nutrisi yang tidak sesuai
akan menghasilkan serangga prematur dengan kondisi yang rentan (gampang
mati).

3. Potensi tanaman jeruk purut (C. arantifolia) terhadap perkembang


biakan Papilio memnon

Penelitian Ratna Komala dkk, 2018 yang menggunakan daun C.


aurantifolia sebagai pakan untuk Papilio memnon menunjukkan bahwa tidak
ada pengaruh yang nyata antara daun C. arantifolia memberi makan untuk

5
pertumbuhan  larva P. memnon pada fase instar 1, 2, 3, 4, dan 5. Struktur umum
larva dapat berubah secara dramatis dari satu instar ke instar
berikutnya. Berdasarkan pengamatan, instar P. m. memnon juga memiliki
morfologi yang berbeda. Larva instar 1 adalah agak runcing, dengan warna
badan putih keabu-abuan dan coklat tua pada bagian lateral dan panjang tubuh
awal sekitar 4 mm. Pada larva instar 2, segmen tubuh menjadi lebih jelas. Di
larva instar 3, warna larva menjadi coklat tua sampai hijau agak
kekuningan. Larva instar 4 terlihat seperti kotoran burung, berwarna hijau tua
bercampur belang putih dan banyak bintik-bintik di kepala larva. Larva instar 5
berubah drastis, terdapat 2 tempat mata pada ruas toraks ketiga, berwarna putih
pita di perut dan tubuh hijau mulus. Serangga dewasa baru yang muncul dari
telur disebut instar 1.

Hasil analisis statistik menunjukkan tidak ada pengaruh antara


pemberian makan daun C. aurantiifolia terhadap pertumbuhan lebar kapsul
larva P.m memnon pada larva instar fase 1, 2, dan instar 3. Sebaliknya, instar 4
dan instar 5 menunjukkan bahwa ada pengaruh antara pemberian pakan
daun C. aurantiifolia terhadap pertumbuhan lebar kapsul kepala larva P.
memnon. Menjelang instar akhir, morfologi tubuh larva mulai
berubah. Kulitnya larva mulai mengering, tampak seperti akan terkelupas dan
warna kulit mulai berbeda. Di final instar, larva mempersiapkan diri untuk fase
pupa, ukuran tubuh larva instar akhir akan menyusut, maka pra-pupa
menggantung di substrat. Pengelupasan kulit terakhir terjadi pada akhir instar 5
larva. Saat pra-pupa menggantung di substrat, pra-pupa akan menggoyangkan
tubuhnya hingga kulit luarnya larva berubah dengan kulit pupa yang baru. Jadi
daun  C. aurantiifolia berpotensi sebagai inang untuk berkembang biak P.
memnon karena komposisi nutrisi C.aurantifolia terdiri dari air, karbohidrat,
serat kasar, protein, lemak dan abu yang dibutuhkan oleh kupu-kupu saat
bentuk larva.

6
4. Potensi tanaman jeruk purut (C. arantifolia) dan Citrus hystrix
(Rutaceae) terhadap perkembang biakan Papilio memnon

Hasil penelitian Asih Zulnawati dkk, 2018 tentang pemilihan pakan


larva Papilio memnon linnaeus, 1758 (lepidoptera) terhadap tumbuhan inang
Citrus aurantifolia dan Citrus hystrix (rutaceae) menunjukkan jumlah konsumsi
daun dan persentase konsumsi larva P. memnon instar III-V bahwa dapat
diketahui daun C. aurantifolia lebih disukai dan dipilih oleh larva P. memnon
dibandingkan dengan daun C. hystrix. Hal ini disebabkan karena larva P.
memnon mendapatkan kandungan nutrisi daun sesuai dengan kebutuhan.

Selama fase larva instar IV, konsumsi daun lebih mendominasi pada
daun C. hystrix dibanding C. aurantifolia. Sedangkan, pada fase larva instar III
dan V lebih memilih mengkonsumsi daun C. aurantifolia dibanding daun C.
hystrix. Larva instar V P. memnon cenderung lebih memilih mengkonsumsi
daun C. aurantifolia dibanding C. hystrix. Namun, pemilihan jenis makanan
pada fase ini tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan. Hal ini disebabkan
karena tingkat konsumsi paling aktif berada pada fase larva instar V. Cadangan
energi pada proses pupasi didapatkan dari daun yang dikonsumsi selama fase V.
Jadi, tanaman C. aurantifolia lebih berpotensi sebagai inang berkembang biak
P. memnon dibandingkan tanaman C. hystrix.

B. Dampak Negatif Kupu-Kupu terhadap Tanaman Jeruk

Mencari varietas tahan memainkan peran kunci dalam program


pengendalian hama terpadu. Dalam penelitian ini perbedaan antara varietas
dapat dikaitkan dengan perbedaan kualitas komponen varietas tanaman inang
(seperti: karbon, nitrogen, dan metabolit defensif). Selain itu, kualitas tanaman
sangat bervariasi tergantung pada faktor lingkungan eksternal (seperti
perubahan yang dapat diprediksi antar musim dan perubahan yang kurang dapat
diprediksi dimulai dari tekanan lingkungan) dan ini dapat dikutip sebagai alasan
lain untuk perbedaan. Penelitian Leila dkk, 2017 menunjukkan kemungkinan

7
pada tanaman kehadiran larva C.sinensis (Tarocco) dan C. paradise, dan P.
demoleus (Shambarg) bisa menjadi hama karena merupakan inang yang cocok
dengan kandungan nutrisi yang dibutuhkan.

Hal yang sama juga ditunjukkan pada penilitian Wali Muhammad


Mangrio dkk, 2020 bahwa tanaman jeruk lemon yang dimakan oleh P.
demoleus yang dianggap sebagai hama karena telah diadikan inangnya sehingga
merusak daun dan mengambil nutrisi yang ada pada tanaman jeruk lemon.
Sehingga petani menghadapi hasil yang sangat buruk dan kerugian ekonomi.
Sedangkan penelitian Ratna Komala dkk, 2018  dan Asih Zulnawati dkk, 2018
tidak menjelaskan dampak negatif kupu-kupu terhadap tanaman jeruk.

8
BAB III

KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan yang telah dipaparkan maka dapat disimpulkan


bahwa ada beberapa tanaman jeruk yang cukup berpotensi dan disukai sebagai inang
untuk perkembang biakan kupu-kupu, seperti tanaman C.sinensis (Tarocco), C.
paradise, jeruk lemon, dan C. arantifolia. Sedangkan spesies kupu-kupu seperti P.
demoleus menyukai tanaman C.sinensis (Tarocco), C. paradise, jeruk lemon, dan
daun jeruk pamelo sebagai inang untuk berkembang biak karena mengandung nutris
yang sesuai dengan kebutuhannya. Spesies kupu-kupu Papilio memnon lebih
menyukai inang C. aurantifolia dibandingkan Citrus hystrix karena komposisi
nutrisi C. aurantifolia terdiri dari air, karbohidrat, serat kasar, protein, lemak dan
abu yang dibutuhkan oleh kupu-kupu saat bentuk larva.

Dampak negatif kupu-kupu terhadap tanaman jeruk dipaparkan hanya pada


kupu-kupu kehadiran larva C.sinensis (Tarocco), C. paradise, dan P.demoleus  bahwa
bisa menjadi hama karena merupakan inang yang cocok dengan kandungan nutrisi
yang dibutuhkan. P. demoleus yang dianggap sebagai hama karena telah diadikan
inangnya sehingga merusak daun dan mengambil nutrisi yang ada pada tanaman jeruk
lemon.

9
DAFTAR PUSTAKA

Kholghi-Eshkalak, Leila, et al. 2017. Life table parameters and biological


characteristics of citrus butterfly Papilio demoleus (Lepidoptera: Papilionidae)
on various citrus hosts. J. Crop Prot. 2017, 6 (3): 315-325

Komala, Ratna, et al. 2018. Larval Growth of Great Mormon Butterfly (Papilio
memnon memnon) Fed with Citrus aurantifolia Leaves. Journal of Physics,
doi :10.1088/1742-6596/1097/1/012037

Mangrio, Wali Muhammad, et al. 2020. Food and feed consumption of lemon
butterfly, Papilio demoleus under laboratory conditions. Pure Appl. Biol.,
9(1): 340-351, doi.org/10.19045/bspab.2020.90039

Ngatimin, Sri Nur Aminah, et al. 2020. Konservasi Kupu-kupu Papilio demoleus
Linn. (Lepidoptera: Papilionidae) dengan Teknologi Pakan Buatan. Jurnal
Hutan dan Masyarakat. Vol. 12(1), ISSN: 1907-5316, ISSN ONLINE: 2613-
9979

Zulnawati, Asih, et al. 2018. Pemilihan Pakan Larva Papilio memnon Linnaeus, 1758
(Lepidoptera) terhadap Tumbuhan Inang Citrus aurantifolia dan Citrus
hystrix (Rutaceae). Jurnal Metamorfosa V (2): ISSN: 2302-5697

Peggie, D. 2014. Mengenal Kupu-kupu. Bogor : Pandu Aksara Publishing

Perveen, F. dan Fazal, F. 2013. Biology and Distribution Of Butterfly Fauna Of


Hazara University, Garden Campus, Mansehra, Pakistan. Open Journal Of
Animal Sciences, 3

Rohman, Fatchur, et al. 2019. Bioekologi Kupu-Kupu. Semarang: Universitas Negeri


Malang

Triplehorn, Charles A., Norman F. Johnson, and Donald Joyce Borror. 2005. Borror
and DeLong’s introduction to the study of insects. 7th ed. Australia: Thomson,
Brooks/Cole

10
11

Anda mungkin juga menyukai