Anda di halaman 1dari 9

TUGAS

(Tugas Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam)

Dikerjakan Oleh :
Suci Duwi Safitri

NIM. 855733786

UNIVERSITAS TERBUKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PGSD S1
2021
1. Pengertian iman dalam Al-quran berkaitan dengan assaddu hubban (QS. Al-
Baqarah (2):165) yang berarti sikap yang menunjukkan kecintaan atau kerinduan
luar biasa. Qalbu, mata, dan telinga (QS. Al-A’raaf (7):179) yang berarti Qalbu
adalah potensi psikis yang berfungsi untuk memahami informasi. Qalbu ini juga
dapat diartikan hati/perasaan. Manusia mempunyai qalbu (hati), mata, dan telinga
namun hanya digunakan untuk matrealistik semata. Seharusnya dengan memiliki
qalbu, mata, dan telinga manusia dapat menggunakannya untuk menambah
kecintaan dan kerinduan pada Allah SWT dengan mengaguni segala ciptaannya
sehingga menambah nilai iman dalam qolbu.
a. Ayat dan Terjemahan QS. Al-Baqarah (2):165

Artinya: Dan sungguh Kami telah sediakan untuk (isi) neraka jahanam
kebanyakan dari jin dan manusia; mereka mempunyai hati (tetapi)
tidak mau memahami dengannya, mereka mempunyai mata, mereka
tidak melihat dengannya tetapi mereka mempunyai telinga (tetapi)
tidak mendengar dengannya. Mereka itu seperti binatang ternak
bahkan mereka lebih sesat. Mereka itulah orang-orang yang lalai.

i. Pengertian hubban adalah mencintai (sangat). Asyaddu hubban berarti


sikap yang menunjukkan kecintaan atau kerinduan luar biasa. Lillah
artinya kepada atau terhadap Allah. Orang-orang yang beriman kepada
Allah berarti orang yang rela mengorbankan jiwa dan raganya untuk
mewujudkan harapan atau kemauan yang dituntut oleh Allah kepadanya.
ii. Pengertian iman kepada Allah SWT menurut ayat tersebut adalah Iman
identik dengan asyaddu hubban lillah. Hub artinya kecintaan atau
kerinduan. Asyaddu adalah kata superlatif syadiid (sangat). Asyaddu
hubban berarti sikap yang menunjukkan kecintaan atau kerinduan luar
biasa. Lillah artinya kepada atau terhadap Allah. Dari ayat tersebut
tergambar bahwa iman adalah sikap (atitude), yaitu kondisi mental yang
menunjukkan kecenderungan atau keinginan luar biasa terhadap Allah.
Orang-orang yang beriman kepada Allah berarti orang yang rela
mengorbankan jiwa dan raganya untuk mewujudkan harapan atau
kemauan yang dituntut oleh Allah kepadanya.
b. Ayat dan terjemah QS. Al-A’raaf (7):179.

Artinya: Dan sungguh Kami telah sediakan untuk (isi) neraka jahanam
kebanyakan dari jin dan manusia; mereka mempunyai hati (tetapi)
tidak mau memahami dengannya, mereka mempunyai mata,
mereka tidak melihat dengannya tetapi mereka mempunyai telinga
(tetapi) tidak mendengar dengannya. Mereka itu seperti binatang
ternak bahkan mereka lebih sesat. Mereka itulah orang-orang yang
lalai.
c. Pengertian iman kepada Allah SWT menurut ayat QS. Al-A’raaf (7):179
tersebut Iman adalah keterikatan antara kalbu, ucapan dan perilaku.

d. Dari ayat tersebut tergambar bahwa iman adalah sikap (atitude) dan ucapan ,
yaitu kondisi mental yang menunjukkan kecenderungan atau keinginan luar
biasa terhadap Allah. Orangorang yang beriman kepada Allah berarti orang
yang rela mengorbankan jiwa dan raganya untuk mewujudkan harapan atau
kemauan yang dituntut oleh Allah kepadanya . Pengertian iman yang
sesungguhnya adalah meliputi aspek kalbu, ucapan dan perilaku

2. Manusia berbeda dengan makhluk lainnya dari segi fisik, non fisik dan
tujuan penciptaannya. Namun, kesempurnaan manusia lebih ditekankan kepada
aspek non fisik dan pencapaian tujuan penciptaan tersebut daripada aspek fisik.
Hal ini diantaranya diisyaratkan dalam kandungan ayat- ayat Q.S. Ali-Imran (3) :
190-191 dan Q.S. Qaaf (50) : 16.
a. Terjemah Q.S. Ali-Imran (3) : 190-191 kedua ayat tersebut yaitu Arti atau
terjemahan surah Ali imran ayat 190 adalah “Sesungguhnya dalam
penciptaan langit dan bumi, dan pergantian malam dan siang terdapat tanda-
tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang berakal”, Arti atau terjemahan surah
Ali imran ayat 191 adalah "(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil
berdiri, duduk atau dalam keadaan berbaring, dan mereka memikirkan
tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), “Ya Tuhan kami,
tidaklah Engkau menciptakan semua ini sia-sia; Maha Suci Engkau, maka
peliharalah kami dari siksa neraka."
Secara ringkas hakikat manusia menurut kedua ayat 190-191 tersebut adalah
Surat Ali Imran ayat 190 ini menjelaskan bahwa dalam penciptaan langit dan
bumi serta silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda kekuasaan
Allah bagi ulul albab. Yakni orang-orang yang berakal. Orang-orang yang
mau berpikir. Orang-orang yang mau memperhatikan alam. Orang-orang
yang kritis. Orang yang memahami bahwa penciptaan langit dan bumi serta
pergantian siang dan malam merupakan tanda-tanda kekuasaan Allah, mereka
itulah ulul albab. Sedangkan orang-orang bodoh, meskipun ia melihat langit
dan bumi serta melihat pergantian siang dan malam setiap hari, mereka tidak
sampai pada kebenaran itu. Siapakah ulul albab yang disebutkan dalam Surat
Ali Imran ayat 190? Ayat 191 ini menjelaskannya. Bahwa ulul albab adalah
orang yang banyak berdzikir dan bertafakkur. Ia berdzikir dalam segala
kondisi baik saat berdiri, duduk ataupun berbaring. Ia juga mentafakkuri
(memikirkan) penciptaan alam ini hingga sampai pada kesimpulan bahwa
Allah menciptakan alam tidak ada yang sia-sia. Maka ia pun berdoa kepada
Allah, memohon perlindungan dari siksa neraka.
b. Terjemah Q.S. Qaaf (50) : 16 “Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan
manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih
dekat kepadanya daripada urat lehernya”.
Hakikat manusia menurut ayat tersebu adalah Quran Surat Qaf Ayat 16 Dan
Kami telah menciptakan manusia dan Kami mengetahui apa yang dibisikkan
oleh jiwanya berupa lintasan-lintasan dan pemikiran- pemikiran, dan Kami
lebih dekat kepadanya daripada urat yang berada di lehernya yang
tersambung dengan jantungnya. Jadi hakikat manusia yang beriman dengan
Allah yaitu sangat dekat melebihi urat yang berada di lehernya.

c. Hakikat kesempurnaan manusia menurut ketiga ayat tersebut adalah manusia


adalah makhluk ciptaan Allah SWT yang paling sempurna dibandingkan
dengan makhluk lainnya, karena manusia mempunyai akal dan pikiran untuk
berfikir secara logis dan dinamis, dan bisa membatasi diri dengan perbuatan
yang tidak dilakukan. Manusia bisa memilih perbuatan mana yang baik
(positif) atau buruk (negartif) untuk diri mereka sendiri. Secara umum
manusia sebagai makhluk pribadi dan makhluk sosial, karena bukan hanya
diri sendiri saja tetapi manusia perlu bantuan dari orang lain.

3. Manusia dari sisi perwujudannya sebagai makhluk sosial, bertempat tinggal dan
berinteraksi dengan sesamanya dalam waktu yang lama dalam suatu masyarakat.
a. Terminologis dalam masyarakat artinya suatu konsep, gabungan yang
digunakan masyarakat untuk mencakup pembentukan suatu budaya.
Pengertian terminologis sendiri adalah suatu penjelasan atas istilah, kata,
konsep, maupun hal-hal tertentu yang dapat memberikan pemahaman bagi
manusia.
b. Asal usul pembentukan masyarakat ini bermula dari fitrah manusia sebagai
makhluk sosial sesuai dengan penjelasan dalam Q.S Al Hujuraat ayat 13 dan
Q.S Az Zukhruf ayat 32 yang menjelaskan bahwa manusia itu mahluk sosial
dan dari fitrah tersebut manusia harus melakukan interaksi sosial dengan
sesamanya. Dengan adanya interaksi dan pergaulan tersebut terbentuklah
hubungan sosial yang melahirkan aturan atau norma sehingga melahirkaan
Masyarakat. Ada tiga unsur dalam pembentukan masyarakat ini antara lain :
individu yang membangun kelompok, hubungan social, dan aturan

c. Kriteria masyarakat beradab dan sejahtera dari sudut pandang masyarakat


madani sebagai berikut.
1) Menjunjung tinggi nilai, Menjunjung tinggi nilai, norma, dan hukum
yang ditopang dengan iman, ilmu, dan tekhnologi. Itu artinya
masyarakat madani hidup berdasarkan aturan-aturan yang berlaku,
seperti nilai, dan tekhnologi yang telah dipelajari dan dikembangkannya
beserta kekuatan iman atau keyakinannya kepada Sang Maha Penipta.
2) Memiliki perabadan yang tinggi, Sebagai makhluk yang memiliki
keyakinan atau iman kepada Sang Maha Pencipta, masyarakat madani
telah membuktikan bahwa mereka merupakan manusia yang memiliki
peradaban, yaitu beradab atau bertata krama. Selain bertata krama
terhadap Tuhan, tentunya juga bertata krama pada sesama manusia.
3) Mengedepankan kesederajatan dan transparansi, masyarakat
madani dalam hal ini adalah mereka menganggap bahwa status mereka
sama, baik pria atau perempuan. Transparansi atau keterbukaan berarti
mereka menjalankan hidupnya harus dengan sikap jujur dan tidak perlu
ada hal-hal yang harus ditutupi sehingga menumbuhkan rasa saling
percaya antar satu sama lain. Hal ini dikarenakan dalam masyarakat
sosial memiliki kaitan dengan wacana kritik rasional masyarakat yang
secara eskplisit atau jelas mensyarakat munculnya demokrasi.
Sedemikian sehingga masyarakat madani hanya bisa dijamin di negara
yang menganut sistem demokrasi, seperti Indonesia.
4) Ruang publik yang bebas, Ruang publik yang bebas atau dikenal
dengan istilah free public sphere merupakan wilayah yang
memungkinkan masyarakat sebagai warga negara untuk memiliki
hak dan kewajiban warga negara melalui akses penuh terhadap
kegiatan politik, menyampaikan pendapat dengan status orang yang
merdeka (yang berarti bebas), berserikat atau bekerjasama, berkumpul
serta mempublikasikan pendapat dan informasi kepada publik atau
masyarakat luas.
5) Supremasi hokum, Supremasi hukum atau dalam KBBI diartikan
sebagai kekuasaan tertinggi dalam hukum memiliki arti bahwa
terdapat jaminan terciptanya keadilan yang bisa dicapai bila
menempatkan hukum sebagai kekuasaan tertinggi dalam sebuah
negara. Tentu keadilan tersebut akan tercipta apabila hukum
diberlakukan secara netral, dalam artian tidak adanya pengecualian
untuk memperoleh suatu kebenaran atas nama hukum.
6) Keadilan social, Keadilan sosial atau social justice merupakan suatu
keseimbangan dan pembagian yang proporsional atau sesuai antara
hak dan kewajiban antar warga dan negara yang meliputi seluruh
aspek kehidupan. Artinya seorang warga negara memiliki hak dan
kewajiban terhadap negaranya. Begitupula pula sebuah negara juga
memiliki hak dan kewajiban atas warganya. Yang mana hak dan
kewajiban tersebut memiliki porsi atau ukuran yang sama sehingga
berimbang. Plural atau keberagaman pasti akan terjadi dalam
kalangan masyarakat terlebih dalam suatu negara yang merupakan
kesatuan atau kumpulan dari berbagai kelompok masyarakat, terlepas
dari masyarakat asli maupun pendatang yang menutuskan untuk
tinggal di dalamnya. Sedemikian sehingga yang dimaksud dengan
pluralisme adalah sebuah sikap menerima dan mengakui fakta serta
tulus bahwa masyarakat itu bersifat majemuk atau beragam dan dapat
menjadi penyebab terciptanya masyarakat majemuk dan multicultural.
d. Prinsip-prinsip umum masyarakat beradab dan sejahtera
1) Keadilan merupakan keseimbangan dan pembagian yang proporsional
terhadap hak dan kewajiban setiap warga masyarakat yang mencakup
seluruh aspek kehidupan. Keadilan ini erat kaitanya dengan takwa
sehingga praktik ketidakadilan ini dikutuk keras oleh Allah SWT.
Kutukan tersebut dijelaskan dalam Q.S Al Takaatsur ayat 1-8 dan Al
Humazah ayat 1-9.
2) Supremasi hukum merupakan upaya untuk memberikan jaminan
terciptanya keadilan. Perintah menegakkan hukum yang adil ditegaskan
dalam Q.S An Nisaa’ ayat 58: “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu
menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan
(menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya
kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran
yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha
mendengar lagi Maha melihat.” Dalam mewujudkan supermasi hukum
harus diposisikan secara netral, artinya setiap orang memiliki kedudukan
dan perlakuan hukum yang sama tanpa kecuali. Hal ini ditegaskan dalam
Q.S. Al Maai’dah ayat 8 : “Hai orang-orang yang beriman hendaklah
kamu Jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena
Allah, menjadi saksi dengan adil. dan janganlah sekali-kali kebencianmu
terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk Berlaku tidak adil.
Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. dan
bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa
yang kamu kerjakan.”
3) Egalitarianisme adalah kesamaan tanpa diskriminasi baik etnis, agama,
suku, dll. Hal ini dijelaskan dalam Q.S Al Hujuraat ayat 13 : “Hai
manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki
dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan
bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang
yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling
taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha
Mengenal.”
4) Pluralisme adalah sikap menghormati kemajemukan dengan
menerimanya secara tulus sebagai sebuah anugerah dan kebajikan.
Kesadaran pluralisme ini akan mewujudkan sikap toleransi dan saling
menghormati yang dinyatakan dalam Q.S Yunus ayat 99.
5) Pengawasan social merupakan suatu konfigurasi untuk mencegah
penyimpangan sosial serta mengajak dan mengarahkan masyarakat untuk
berperilaku dan bersikap sesuai norma dan nilai yang berlaku. Dalam Q.S
Al ‘Ashr ayat 1-3 hal ini di tegaskan : “Demi masa. Sesungguhnya
manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang
beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya
mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi
kesabaran.”

Anda mungkin juga menyukai