َوِم َن الَّناِس َم ْن َّيَّتِخ ُذ ِم ْن ُد ْو ِن ِهّٰللا َاْنَداًدا ُّيِح ُّبْو َنُهْم َك ُحِّب ِهّٰللاۗ َو اَّلِذ ْيَن ٰا َم ُنْٓو ا َاَش ُّد ُح ًّب ا ِهّٰلِّلۙ َو َل ْو َي َر ى اَّل ِذ ْيَن َظَلُم ْٓو ا ِاْذ َيَر ْو َن اْلَع َذ اَۙب َاَّن اْلُقَّو َة ِهّٰلِل َجِم ْيًعاۙ َّو َاَّن َهّٰللا َش ِد ْيُد اْلَع َذ اِب Artinya: Dan di antara manusia ada orang yang menyembah tuhan selain Allah sebagai tandingan, yang mereka cintai seperti mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman sangat besar cintanya kepada Allah. Sekiranya orang-orang yang berbuat zalim itu melihat, ketika mereka melihat azab (pada hari Kiamat), bahwa kekuatan itu semuanya milik Allah dan bahwa Allah sangat berat azab-Nya (niscaya mereka menyesal).
B. Berdasarkan redaksi ayat tersebut, iman identik dengan asyaddu hubban
lillah. Hub artinya kecintaan atau kerinduan. Asyaddu adalah kata superlatif syadiid (sangat). Asyaddu hubban berarti sikap yang menunjukkan kecintaan atau kerinduan luar biasa. Lillah artinya kepada atau terhadap Allah.
C. Menurut ayat tersebut iman adalah sikap (attitude), yaitu kondisi mental yang menunjukan kecenderugan atau keinginan luar biasa terhadap Allah.
D. QS. Al-A’raaf (7):179
َو َلَقْد َذ َر ْأَنا ِلَجَهَّنَم َك ِث يًرا ِّم َن ٱْلِج ِّن َو ٱِإْل نِسۖ َلُهْم ُقُل وٌب اَّل َيْفَقُه وَن ِبَه ا َو َلُهْم َأْع ُيٌن اَّل ُيْبِص ُروَن ِبَه ا َو َلُهْم َٰٓل َٰٓل َء اَذ اٌن اَّل َيْس َم ُعوَن ِبَهٓاۚ ُأ۟و ِئَك َك ٱَأْلْنَٰع ِم َبْل ُهْم َأَض ُّل ۚ ُأ۟و ِئَك ُهُم ٱْلَٰغ ِفُلوَن Artinya: Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai. E. Iman didefinisikan dengan pendirian yang diwujudkan dalam bentuk Bahasa dan perilaku. F. Dari QS. Al-Baqarah (2): 165 Iman adalah sikap (attitude), yaitu kondisi mental yang menunjukan kecenderugan atau keinginan luar biasa terhadap Allah. Dari QS. Al- A’raaf (7):179 Iman didefinisikan dengan pendirian yang diwujudkan dalam bentuk Bahasa dan perilaku. Jika pengertian ini diterima, maka istilah iman identik dengan kepribadian manusia seutuhnya, atau pendirian yang konsisten. Orang yang beriman berarti orang yang memiliki kecerdasan, kemauan dan keterampilan.
2. A. Terjemahan QS. Ali-Imran (3):190-191
”Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi serta silih berganti malam dan siang terdapat tanda- tanda bagi orang- orang yang berakal (190). (Yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambal berdiri dan duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan Kami, tidalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka perihalalah kami dari siksa neraka”(191). QS. Ali-Imran(3):190-191 Menjelaskan bahwa manusia adalah makhluk berakal. Manusia senantiasa memikirkan ciptaan Allah SWT, mengingat-Nya dan merenungkan keindahan atas yang di ciptakan-Nya.
B. Terjemahan QS. Qaaf (50):16
“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya”(16) QS. Qaaf (50):16 Menjelaskan bahwa Allah mengetahui apa yang dibisikan oleh manusia dan tidak ada sesuatu pun yang samar atau bersembunyi bagi- Nya. C. Dari ketiga ayat diatas, disimpulkan bahwa Allah menciptakan manusia dengan ketida sia-siaan dan Allah sangatlah dekat dengannya.
3. A. Secara terminologis, masyarakat merupakan salah satu bahan kajian
sosiologi. B. Berdasarkan isi kandungan QS. Al-Hujuraat:(13) QS. Az-Zukhuf:(32) asal usul pembentukan masyarakat bermula dari fitrah manusia untuk bersama dengan orang, lalu terbentuklah hubungan sosial yang melahirkan aturan atau norma.
C. Kriteria masyarakat beradab dan sejahtera dari sudut pandang masyarakat
madani adalah masyarakat yang adil, terbuka, demokraris, sejahtera, dengan kesadaran ketuhanan yang tinggi yang diimplimentasikan dalam kehidupan sosial
D. Terdapat lima prinsip-prinsip umum masyarakat beradab dan sejahtera
1. Keadilan merupakan sunnatullah dimana Allah menciptakan alam semesta ini dengan prinsip keadilan dan keseimbangan. 2. Supremasi hukum adalah menempatkan hukum diatas segalanya dan menetapkannya tanpa memandang “atas” dan “bawah” 3. Egalitarianisme adalah kesamaan tanpa diskriminasi baik etnis, agama, suku dll. 4. Pluralisme adalah sikap menghormati kemajemukan dengan menerimanya secara tulus sebagai sebuah anugerah dan kebajikan. 5. Pengawasan sosial baik secara individu maupun Lembaga merupakan suatu keharusan dalam usaha pembetukan masyarakat beradab dan sejahtera. Namun demikian, pengawasan tersebut harus didasarkan atas prinsip fitrah manusia baik sehingga senantiasa bersikap husnu al-dzan. Pengawasan sosial harus berdasarkan asas-asas tidak bersalah sebelum terbukti sebaliknya.
Sumber Referensi: Buku Pendidikan Agama Islam MKDU4221/MODUL 1,