Arab-Latin:
Wa minan-nāsi may yattakhiżu min dụnillāhi andādayyuḥibbụnahum kaḥubbillāh,
wallażīna āmanū asyaddu ḥubbal lillāhi walauyarallażīna ẓalamū iż yaraunal-'ażāba
annal-quwwata lillāhi jamī'aw waannallāha syadīdul-'ażāb
Artinya :
Di antara manusia ada yang menjadikan (sesuatu) selain Allah sebagai tandingan-
tandingan (bagi-Nya) yang mereka cintai seperti mencintai Allah. Adapun orang-orang
yang beriman sangat kuat cinta mereka kepada Allah. Sekiranya orang-orang yang
berbuat zalim itu melihat, ketika mereka melihat azab (pada hari Kiamat), bahwa
kekuatan itu semuanya milik Allah dan bahwa Allah sangat keras azab-Nya, (niscaya
mereka menyesal).
3. Pengertian Iman kepada Allah SWT menurut Ayat QS. Al-Baqarah (2) : 165
Asyaddu hubban lillah dan iman adalah sama. Cinta atau keinginan disebut
sebagai "hub." Kata keterangan asyaddu lebih unggul dari syadiid (sangat). Sikap yang
menunjukkan rasa rindu atau cinta yang berlebihan disebut asyaddu hubban. Lillah
adalah bahasa Arab untuk "untuk atau terhadap Allah. "Dari ayat tersebut jelaslah bahwa
beriman adalah suatu sikap (attitude), yaitu suatu keadaan pikiran yang menunjukkan
suatu kecenderungan atau kerinduan yang luar biasa kepada Allah.
Orang-orang yang beriman kepada Allah berarti orang yang rela mengorbankan
jiwa dan raganya untuk mewujudkan harapan atau kemauan yang dituntut oleh Allah
kepadanya.
Artinya :
Sungguh, Kami benar-benar telah menciptakan banyak dari kalangan jin dan manusia
untuk (masuk neraka) Jahanam (karena kesesatan mereka). Mereka memiliki hati yang
tidak mereka pergunakan untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan memiliki mata yang
tidak mereka pergunakan untuk melihat (ayat-ayat Allah), serta memiliki telinga yang
tidak mereka pergunakan untuk mendengarkan (ayat-ayat Allah). Mereka seperti hewan
ternak, bahkan lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lengah.
5. Pengertian Iman kepada Allah SWT menurut Ayat Al-A’raaf (7) : 179
6. Ringkasan Pengertian Iman Kepada Allah SWT dari QS. Al-Baqarah (2) : 165 dan
Al-A’raaf (7) : 179
Dari ayat tersebut tergambar bahwa iman adalah sikap (atitude) dan ucapan ,
yaitu kondisi mental yang menunjukkan kecenderungan atau keinginan luar biasa
terhadap Allah. Orang- orang yang beriman kepada Allah berarti orang yang rela
mengorbankan jiwa dan raganya untuk mewujudkan harapan atau kemauan yang
dituntut oleh Allah kepadanya . Pengertian iman yang sesungguhnya adalah meliputi
aspek kalbu, ucapan dan perilaku.
1. Terjemahan Ayat QS. Ali-Imran (3) : 190-191 dan Penjelasan Secara Hakikat Manusia
Terjemahan ayat 190
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi serta pergantian malam dan
siang terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang berakal,
Terjemahan ayat 191
(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk, atau dalam
keadaan berbaring, dan memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya
berkata), “Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan semua ini sia-sia.
Mahasuci Engkau. Lindungilah kami dari azab neraka.
Ayat ini menjelaskan bahwa Hakikat Manusia adalah makhluk yang memiliki
Akal dan mampu menggunakannya untuk mengingat allah, mengetahui keagungan-Nya,
kebijaksanaan-Nya, keadilan-Nya, dan kekuasaan-Nya. Baik dengan melihat tanda-
tanda kekuasaan allah melalui ayat kauniyah maupun ayat qouliyah.
2. Terjemahan Ayat QS. Qaaf (50) : 16 dan Penjelasan Secara Hakikat Manusia
3. Hakikat Kesempurnaan Manusia Menurut Ayat QS. Ali-Imran (3) : 190-191 dan Ayat
QS. Qaaf (50) : 16
2. Asal-usul Masyarakat menurut Fitrah Manusia dalam QS. Al-Hujuraat : 13 dan QS. Az-
Zukhruf : 32
Dari kedua ayat tersebut maka asal usul masyarakat menurut fitrah manusia adalah
sebagai berikut:
Allah Subhanahu wa ta'ala pada awalnya menciptakan manusia dari seorang laki-
laki dan seorang perempuan. Yang dimaksud disini adalah Nabi Adam dan Hawa.
Kemudian Allah jadikan berbangsa bangsa dan bersukur suku yaitu menjadi
sebuah masyarakat. Untuk bisa saling mengenal.
Namun suku-suku ini tidak ada manfaatnya di sisi Allah Subhanahu Wa Ta'ala.
Karena sesungguhnya yang paling mulia disisi Allah adalah orang yang paling
bertakwa.
Kemudian di dalam kehidupan masyarakat Allah meninggikan sebagian dari
sebagian yang lain beberapa derajat agar bisa bermanfaat orang sebagian tersebut
untuk sebagian yang lain.
Maksudnya meninggikan derajat pada ayat 32 surat Az Zukhruf adalah sebagian
diberikan kekayaan lebih agar bisa membantu sebagian yang lain (orang yang
kekurangan harta).
3. Kriteria Masyarakat Beradab dan Sejahtera dari Sudut Pandang Masyarakat Madani
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) disebutkan bahwa kedua kata
tersebut memiliki arti sebagai berikut Masyarakat adalah sejumlah manusia dalam arti
seluas-luasnya dan terikat oleh suatu kebudayaan yang mereka anggap sama, sedangkan
Madani adalah menjunjung tinggi nilai, norma, hukum yang ditopang oleh penguasaan
iman, ilmu, dan tekhnologi yang berperadaban.