Anda di halaman 1dari 7

BUKU JAWABAN TUGAS MATA KULIAH

TUGAS 1

Nama Mahasiswa : MUHAMMAD HUDAYA

Nomor Induk Mahasiswa/ NIM : 044421163

Kode/Nama Mata Kuliah : MKWU4101/Pendidikan Agama Islam

Kode/Nama UPBJJ : 16/PEKANBARU

Masa Ujian : 2020/21.2 (2022.1)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS TERBUKA
--JAWABAN—

1. Konstruksi pengertian iman dalam Al-quran berkaitan dengan assyaddu hubban (QS.Al- Baqarah
(2) : 165), qalbu, mata, dan telinga (QS. Al-A‟raaf (7):179).

a. Tuliskan ayat dan terjemah QS. Al- Baqarah (2) : 165 dengan teliti dan benar!

Jawab :

َ َ ‫اَّلل ۖ َوالَّذِينَ آ َمنُوا أ‬


ِ‫شدُّ ُحبا ِ ََّّلل‬ ِ َّ ِ ّ‫اَّلل أ َ ْندَادًا يُ ِحبُّونَ ُه ْم َك ُحب‬ ِ ‫اس َم ْن يَت َّ ِخذُ ِم ْن د‬
ِ َّ ‫ُون‬ ِ َّ‫َو ِمنَ الن‬
ِ ‫شدِيدُ ْال َعذَا‬
‫ب‬ ِ َّ ِ َ ‫اب أ َ َّن ْالقُ َّوة‬
َ َّ ‫َّلل َج ِميعًا َوأ َ َّن‬
َ ‫اَّلل‬ َ َ‫ظلَ ُموا ِإ ْذ يَ َر ْونَ ْال َعذ‬
َ َ‫َولَ ْو يَ َرى الَّذِين‬
Arab-Latin : Wa minan-nāsi may yattakhiżu min dụnillāhi andādayyuḥibbụnahum
kaḥubbillāh, wallażīna āmanū asyaddu ḥubbal lillāhi walauyarallażīna ẓalamū iż yaraunal-'ażāba
annal-quwwata lillāhi jamī'aw waannallāha syadīdul-'ażāb

Terjemahan : Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-


tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah.
Adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah. Dan
jikaseandainya orang-orang yang berbuat zalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada
hari kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya, dan bahwa Allah amat berat siksaan-
Nya (niscaya mereka menyesal).

(i) Berdasarkan ayat tersebut, iman identik dengan asyaddu hubbanlillah. Hubban artinya
kecintaan atau kerinduan. "Asyaddu Hubban Lillah" yang artinya adalah "Sangat besar
Cintanya kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala". Hal tersebut merupakan ciri-ciri dari orang yang
beriman. Asyaddu adalah kata superlative syadiid (sangat). Asyaddu hubban berarti sikap yang
menunjukkan kecintaan atau kerinduan luar biasa. Lillah artinya kepada atau terhadap Allah.
(ii) Ibnu Majah dalam Sunannya meriwayatkan bahwa nabi pernah bersabda sebagai berikut.“Iman
adalah keterikatan antara kalbu, ucapan dan perilaku”. (Menurut Al-Sakawy dalam, Al-
Maqasid, Al-Hasanah, hlm 140, kesahihan hadits tersebut dapat dipertanggung jawabkan).
Maka dapat disimpulkan bahwa Iman adalah keterikatan antara ucapan, hati dan perbuatan
dalam mewujudkan kepercayaan dengan kecenderungan atau kecintaan yang luar biasa teradap
Allah SWT yang dibuktikan dengan pengorbanan jiwa dan raga dengan semboyan inna shalati,
wanusuki,wamahyaya, wamamati lillahirabbil „alamin (sesunggunya shalatku, ibadahku, hidup
dan matiku hanya untuk Allah Tuhan semesta alam). Dari ayat tersebut tergambar bahwa iman
adalah sikap (atitude), yaitu kondisi mental yang menunjukkan kecenderungan atau keinginan
luar biasa terhadap Allah. Orang-orang yang beriman kepada Allah berarti orang yang rela
mengorbankan jiwa dan raganya untuk mewujudkan harapan atau kemauan yang dituntut oleh
Allah kepadanya.
b. Surat Al-A‟raf Ayat 179

‫ب َّْل يَ ْفقَ ُه ْىىَ بِ َه ِۖا َولَ ُه ْن ا َ ْعيُ ٌي َّْل‬


ٰٰۤ ُ
ٌ ‫س لَ ُه ْن قُلُ ْى‬
ٰۤ ِ ْ ‫َولَقَ ْد ذَ َرأًَْا ِل َج َهٌَّ َن َكثِي ًْرا ِ ّهيَ ْال ِج ِّي َو‬
ِۖ ِ ًْ ‫اْل‬
‫ض ُّل ۗ اول ِٕى َك هُ ُن‬َ َ ‫ول ِٕى َك َك ْاْلَ ًْ َع ِام بَ ْل هُ ْن ا‬ ٰ ُ ‫اى َّْل يَ ْس َوعُ ْىىَ ِب َه ۗا ا‬ ٌ َ‫ْص ُر ْوىَ ِب َه ِۖا َولَ ُه ْن ٰاذ‬ ِ ‫يُب‬
َ‫ْال ٰغ ِفلُ ْىى‬
Arab-Latin: Wa laqad żara`nā lijahannama kaṡīram minal-jinni wal-insi lahum qulụbul lā yafqahụna
bihā wa lahum a'yunul lā yubṣirụna bihā wa lahum āżānul lā yasma'ụna bihā, ulā`ika kal-an'āmi bal
hum aḍall, ulā`ika humul-gāfilụn

Terjemahan : Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan
manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah)
dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan
Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat
Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-
orang yang lalai.

c. Pengertian iman menurut Al-Quran Surah Al-A'raf ayat 179 adalah bahwa iman adalah meyakini
dengan hati dan dibuktikan dalam amal perbuatan dengan menggunakan seluruh indera yang ada.
Manusia dan jin dianugerahkan Allah dengan hati, namun sayangnya hati tersebut tidak digunakan
untuk meyakini ayat-ayat Allah serta tidak mengimani Allah. Manusia dan jin lebih mendahulukan
hawa nafsunya sehingga tidak menggunakan segala pemberiannya untuk semakin menguatkan
keimanan dan ketakwaannya. Seharusnya dengan hati, akal, dan seluruh anggota tubuh yang
dianugerahkan oleh Allah, manusia dan jin dapat semakin yakin akan beradaan Allah, kebesaran, dan
kekuasaan Allah. Manusia dan jin akan semakin taat dan mau beribadah hanya kepada Allah.

d. Dari ayat tersebut tergambar bahwa iman adalah sikap (atitude) dan ucapan, yaitu
kondisi mental yang menunjukkan kecenderungan atau keinginan luar biasa terhadap Allah yang
mana sikap dan ucapan tersebut sejalan dengan kalbu (hati). Orang- orang yang beriman kepada
Allah berarti orang yang rela mengorbankan jiwa dan raganya untuk mewujudkan harapan atau
kemauan yang dituntut oleh Allah kepadanya. Quran Surat Al-Baqarah Ayat 165 cinta orang-orang
mukmin kepada Allah lebih besar daripada cinta orang-orang tersebut kepada tuhan-tuhan
sesembahan mereka. Karena orang-orang mukmin itu tidak menyekutukan Allah dengan siapapun,
dan mereka mencintai Allah di kala senang maupun susah. Sedangkan orang-orang (musyrik) itu
hanya mencintai tuhan-tuhan mereka di kala senang saja. Namun di kala susah mereka hanya
memohon kepada Allah. Quran Surat Al-A‟raf Ayat 179 memiliki arti bahwa Allah telah
menciptakan banyak manusia dan jin untuk mengisi neraka jahanam dimana mereka tidak
mempunyai akal dan tidak mau beriman kepada Allah dan hari Akhir.

2. Manusia berbeda dengan makhluk lainnya dari segi fisik, non fisik dan tujuan penciptaannya.
Namun, kesempurnaan manusia lebih ditekankan kepada aspek non fisik dan pencapaian tujuan
penciptaan tersebut daripada aspek fisik. Hal ini diantaranya diisyaratkan dalam kandungan ayat-ayat
Q.S. Ali-Imran (3) : 190-191 dan Q.S. Qaaf (50) : 16.

a. Arti atau terjemahan surah Ali imran ayat 190 adalah “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan
bumi, dan pergantian malam dan siang terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang
berakal”.
Arti atau terjemahan surah Ali imran ayat 191 adalah "(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah
sambil berdiri, duduk atau dalam keadaan berbaring, dan mereka memikirkan tentang penciptaan
langit dan bumi (seraya berkata), “Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan semua ini sia-sia;
Mahasuci Engkau, lindungilah kami dari azab neraka.".

Kedua ayat tersebut menjelaskan bahwa hakikat manusia adalah makhluk yang memiliki Akal dan
mampu menggunakannya untuk mengingat allah, mengetahui keagungan-Nya, kebijaksanaan-Nya,
keadilan-Nya, dan kekuasaan-Nya. Baik dengan melihat tanda-tanda kekuasaan allah melalui ayat
kauniyah maupun ayat qouliyah.

b. Terjemahan Q.S. Qaaf (50) : 16 adalah ” Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan
mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat
lehernya”.
Dalam ayat ini hakikat manusia yang dimaksud adalah untuk selalu muraqabah terhadap Pencipta
yang maha mengetahui hati dan batinnya, yang lebih dekat kepadanya dalam berbagai keadaannya
sehingga manusia akan merasa malu ketika Allah melihatnya melakukan yang dilarang atau tidak
melaksanakan yang diperintahkan. Manusia secara keseluruhan baik itu orang beriman maupun orang
kafir memiliki malaikat pencatat di setiap sisinya

c. Manusia adalah makhluk ciptaan Allah SWT yang paling sempurna dibandingkan dengan makhluk
lainnya, karena manusia mempunyai akal dan pikiran untuk memikirkan kebesaran dan kekuasaan
Allah. Melalui penciptaan langit, pergantian malam dan siang serta perbedaan panjang dan
pendeknya waktu, benar-benar terdapat bukti-bukti nyata bagi orang-orang yang berakal sehat yang
menunjukkan mereka kepada Sang Maha Pencipta alam semesta, hanya Dia Yang berhak disembah.
Dengan akal dan pikiran tersebut manusia harusnya bisa membatasi diri dengan perbuatan yang tidak
boleh dilakukan. Manusia bisa memilih perbuatan mana yang baik (positif) atau buruk (negatif)
untuk diri mereka sendiri.

3. Manusia dari sisi perwujudannya sebagai makhluk sosial, bertempat tinggal dan berinteraksi
dengan sesamanya dalam waktu yang lama dalam suatu masyarakat.

a. Pengertian masyarakat secara terminologi oleh para ahli sosiologi untuk memberikan definisi
masyarakat (society) seperti berikut :

1) Ralph Linton mendefinisikan masyarakat sebagai setiap kelompok manusia yang telah hidup dan
bekerja bersama cukup lama sehingga mereka dapat mengatur diri mereka dan menganggap diri
mereka sebagai suatu kesatuan sosial dengan batas - batas yang dirumuskan dengan jelas.

2) Selo Sumarjan mendefinisikan masyarakat adalah orang -orang yang hidup bersama yang
menghasilkan kebudayaan.

Berdasarkan definisi yang telah dikemukakan diatas baik secara etimologi maupun terminologi dapat
diketahui bahwa sesuatu kelompok dapat disebut masyarakat jika memiliki sekelompok manusia
yang hidup bersama, bercampur untuk waktu yang cukup lama, mereka sadar bahwa mereka
merupakan suatu kesatuan, dan mereka merupakan suatu sistem hidup bersama.

b. Apakah mereka yang membagi-bagi rahmat Tuhanmu? Kami telah menentukan antara mereka
penghidupan mereka dalam kehidupan dunia, dan kami telah meninggikan sebahagian mereka atas
sebagian yang lain beberapa derajat, agar sebagian mereka dapat mempergunakan sebagian yang lain.
Dan rahmat Tuhanmu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan. (Az Zukhruf 32).
Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan
dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal.
Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa
diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. (Al Hujrat 13).

Dari kedua ayat tersebut maka asal usul masyarakat menurut fitrah manusia adalah sebagai berikut:

 Allah Subhanahu wa ta'ala pada awalnya menciptakan manusia dari seorang laki-laki dan seorang
perempuan. Yang dimaksud disini adalah Nabi Adam dan Hawa.
 Kemudian Allah jadikan berbangsa bangsa dan bersukur suku yaitu menjadi sebuah masyarakat.
Untuk bisa saling mengenal.
 Namun suku-suku ini tidak ada manfaatnya di sisi Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Karena
sesungguhnya yang paling mulia disisi Allah adalah orang yang paling bertakwa.
 Kemudian di dalam kehidupan masyarakat Allah meninggikan sebagian dari sebagian yang lain
beberapa derajat agar bisa bermanfaat orang sebagian tersebut untuk sebagian yang lain.
 Maksudnya meninggikan derajat pada ayat 32 surat Az Zukhruf adalah sebagian diberikan
kekayaan lebih agar bisa membantu sebagian yang lain (orang yang kekurangan harta).

c. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) disebutkan bahwa kedua kata tersebut memiliki arti
sebagai berikut: Masyarakat adalah sejumlah manusia dalam arti seluas-luasnya dan terikat oleh
suatu kebudayaan yang mereka anggap sama, sedangkan Madani adalah menjunjung tinggi nilai,
norma, hukum yang ditopang oleh penguasaan iman, ilmu dan teknologi yang berperadaban.

Berikut kriteria masyarakat beradab dan sejahtera dari sudut pandang masyarakat madani :

I. Memiliki perabadan yang tinggi

Sebagai makhluk yang memiliki keyakinan atau iman kepada Sang Maha Pencipta,
masyarakat madani telah membuktikan bahwa mereka merupakan manusia yang memiliki peradaban,
yaitu beradab atau bertata krama. Selain bertata krama terhadap Tuhan, tentunya juga bertata krama
pada sesama manusia.

II. Mengedepankan kesederajatan dan transparansi.

Ciri masyarakat madani dalam hal ini adalah mereka menganggap bahwa status mereka sama, baik
pria atau wanita. Transparansi atau keterbukaan berarti mereka menjalankan hidupnya harus dengan
sikap jujur dan tidak perlu ada hal-hal yang harus ditutupi sehingga menumbuhkan rasa saling
percaya antar satu sama lain. Hal ini menunjukkan bahwa dalam masyarakat madani terdapat nuansa
demokrasi, di mana demokratisasi dapat diwujudkan dengan adanya fungsi Lembaga Swadaya
Masyarakat (LSM), pers yang bebas, supremasi atau kekuasaan tertinggi dalam hukum, partai politik,
perguruan tinggi, dan toleransi. Hal ini dikarenakan dalam masyarakat sosial memiliki kaitan dengan
wacana kritik rasional masyarakat yang secara eskplisit atau jelas mensyarakat munculnya
demokrasi. Sedemikian sehingga masyarakat madani hanya bisa dijamin di negara yang menganut
sistem demokrasi, seperti Indonesia. Toleransi memiliki artian bahwa kesediaan individu atau
perseorangan untuk menerima pandangan, pendapat serta sikap yang berbeda mengenai politik dan
sosial. Toleransi yang demikian juga merupakan sikap yang dikembangkan dalam
masyarakat madani sebagai bentuk dari rasa saling menghargai dan menghormati antar sesama, baik
perorangan maupun kelompok terkait pendapat dan sikap yang berbeda-beda.
III. Ruang publik yang bebas

Ruang public yang bebas atau dikenal dengan istilah free public sphere merupakan wilayah yang
memungkinkan masyarakat sebagai warga negara untuk memiliki hak dan kewajiban warga negara
melalui akses penuh terhadap kegiatan politik, bebas menyampaikan pendapat, berserikat atau
bekerjasama, berkumpul serta mempublikasikan pendapat dan informasi kepada publik atau
masyarakat luas.

IV. Supremasi hukum

Supremasi hukum atau dalam KBBI diartikan sebagai kekuasaan tertinggi dalam hukum memiliki
arti bahwa terdapat jaminan terciptanya keadilan yang bisa dicapai bila menempatkan
hukum sebagai kekuasaan tertinggi dalam sebuah negara. Tentu keadilan tersebut akan
tercipta apabila hukum diberlakukan secara netral, dalam artian tidak adanya pengecualian untuk
memperoleh suatu kebenaran atas nama hukum.

V. Keadilan sosial

Keadilan sosial atau social justice merupakan suatu keseimbangan dan pembagian yang
proporsional atau sesuai antara hak dan kewajiban antar warga dan negara yang meliputi seluruh
aspek kehidupan. Artinya seorang warga negara memiliki hak dan kewajiban terhadap
negaranya. Begitupula pula sebuah negara juga memiliki hak dan kewajiban atas warganya. Yang
mana hak dan kewajiban tersebut memiliki porsi atau ukuran yang sama sehingga berimbang.

VI. Partisipasi sosial

Berpatisipasi dalam lingkungan sosial merupakan salah satu cara untuk menjalin hubungan dan
kerjasama antar individu maupun kelompok untuk mencapai sebuah tujuan tertentu. Partisipasi sosial
yang bersih tanpa rekayasa merupakan awal yang baik untuk menciptakan masyarakat madani. Hal
ini bisa saja terjadi apabila terdapat nuansa yang memungkinkan otonomi (hak dan kewajiban)
individu terjaga dengan baik. Artinya dalam masyarakat madani harus seimbang antara hak dan
kewajibannya sesama individu. Sedemikian sehingga tercipta keadilan sosial atau social justice
sebagaimana telah disebutkan sebelumnya pada poin kelima.

Masyarakat di anggap sudah beradap dan sejahtera apa bila sudah menerapkan studi agama,
menumbuhkan kesadaran pluralism (ada interaksi beberapa kelompok kelompok yang menunjukkan
rasa saling menghormat dan toleransi satu sama lain) dalam kehidupan sehari hari, menjaga
perdamaian tidak memicu konflik, selalu bermusyawarah dalam mengambil keputusan, dan bersikap
adil.

d. Masyarakat madani adalah masyarakat yang beradab dalam membangun, menjalani dan memaknai
kehidupannya. Prinsip-Prinsip umum masyarakat beradab dan sejahtera adalah :

1. Free public sphere (ruang publik yang bebas), yaitu masyarakat memiliki akses penuh terhadap
setiap kegiatan publik, mereka berhak melakukan kegiatan secara merdeka dalam menyampaikan
pendapat, berserikat, berkumpul, serta mempublikasikan informasikan kepada publik.

2. Demokratisasi, yaitu proses untuk menerapkan prinsip-prinsip demokrasi sehingga muwujudkan


masyarakat yang demokratis.
3. Toleransi, yaitu kesediaan individu untuk menerima pandangan-pandangan politik dan sikap sosial
yang berbeda dalam masyarakat, sikap saling menghargai dan menghormati pendapat serta
aktivitas yang dilakukan oleh orang/kelompok lain.

4. Pluralisme, yaitu sikap mengakui dan menerima kenyataan mayarakat yang majemuk disertai
dengan sikap tulus, bahwa kemajemukan sebagai nilai positif dan merupakan rahmat dari Tuhan
Yang Maha Kuasa.

5. Keadilan sosial (social justice), yaitu keseimbangan dan pembagian yang proporsional antara hak
dan kewajiban, serta tanggung jawab individu terhadap lingkungannya.

6. Partisipasi sosial, yaitu partisipasi masyarakat yang benar-benar bersih dari rekayasa, intimidasi,
ataupun intervensi penguasa/pihak lain, sehingga masyarakat memiliki kedewasaan dan
kemandirian berpolitik yang bertanggung jawab.

Anda mungkin juga menyukai