Anda di halaman 1dari 5

Assalamualaikum Wr.

Wb
Yth.Tutor
Bapak. H. THOMAS HERI KURNIAWAN, M.Pd.I., M.Pd.

1. a. Keimanan berasal dari kata dasar “Iman” untuk memahami pengertian iman dalam ajaran islam
strateginya yaitu mengumpulkan ayat-ayat Al-quran atau Hadits yang redaksionalnya terdapat kata
iman, atau kata lain yang dibentuk dari kata tersebut yaitu “aamana” (fi’il madhi/bentuk telah),
“yu’minu” (fi’il mudhari/bentuk sedang atau akan), dan mukminun (pelaku/orang yang beriman).
Selanjutnya dari ayat-ayat atau hadits tersebut dicari pengertianya. Diantaranya terdapat dalam
QS. Al-Baqarah (2): 165.

‫هّٰلِّل‬ ‫هّٰللا‬ ‫هّٰللا‬


ِ ‫اس َم ْن يَّتَّ ِخ ُذ ِم ْن ُدوْ ِن ِ اَ ْندَادًا ي ُِّحبُّوْ نَهُ ْم َكحُبِّ ِ ۗ َوالَّ ِذ ْينَ ٰا َمنُ ْٓوا اَ َش ُّد ُحبًّا‬ ِ َّ‫َو ِمنَ الن‬
‫هّٰللا‬ ‫هّٰلِل‬
ِ ‫اب اَ َّن ْالقُ َّوةَ ِ َج ِم ْيعًا ۙ َّواَ َّن َ َش ِد ْي ُد ْال َع َذا‬
‫ب‬ َ ۙ ‫ۙ َولَوْ يَ َرى الَّ ِذ ْينَ ظَلَ ُم ْٓوا اِ ْذ يَ َروْ نَ ْال َع َذ‬
Artinya: Dan ada diantara manusia mengambil dari selain Allah sebagai tandingan, mereka
mencintainya sebagaimana mencintai Allah. Dan orang yang beriman, bersangatan cintanya kepada
Allah. Dan jika sekiranya orang orang yang berbuat zalim itu mengetahui ketika mereka melihat azab
(tahulah mereka) bahwa sesungguhnya seluruh kekuatan itu kepunyaan Allah dan sesungguhnya
Allah itu sangat keras azab-Nya (pasti mereka menyesal).

(i) Pengertian Hubban dalam QS. Al-Baqarah (2): 165 adalah: Iman identik dengan kata
Asyaddu hubban lillah. Hub artinya kecintaan atau kerinduan. Asyaddu adalah kata superlatif syadiid
(sangat). Asyaddu Hubban berarti sikap yang menunjukkan kecintaan atau kerinduan luar biasa.
Lillah artinya kepada atau terhadap Allah.

(ii) Pengertian Iman kepada Allah SWT menurut QS. Al-Baqarah (2): 165 adalah: dari ayat
tersebut tergambar bahwa iman adalah sikap (atitude), yaitu kondisi mental yang menunjukkan
kecenderungan atau keinginan luar biasa terhadap Allah. Orang-orang yang beriman kepada Allah
berarti orang yang rela mengorbankan jiwa dan raganya untuk mewujudkan harapan atau kemauan
yang dituntut oleh Allah kepadanya.

b. QS. Al-A’raaf (7): 179.

‫صرُوْ نَ بِهَ ۖا‬


ِ ‫س لَهُ ْم قُلُوْ بٌ اَّل يَ ْفقَهُوْ نَ بِهَ ۖا َولَهُ ْم اَ ْعي ٌُن اَّل يُ ْب‬ ‫ْأ‬
ۤ ِ ۖ ‫َولَقَ ْد َذ َر نَا لِ َجهَنَّ َم َكثِ ْيرًا ِّمنَ ْۤال ِجنِّ َوااْل ِ ْن‬
َ‫ك هُ ُم ْال ٰغفِلُوْ ن‬
َ ‫ول ِٕى‬ٰ ُ‫ضلُّ ۗ ا‬
َ َ‫ك َكااْل َ ْن َع ِام بَلْ هُ ْم ا‬ ٰ ُ‫ان اَّل يَ ْس َمعُوْ نَ بِهَ ۗا ا‬
َ ‫ول ِٕى‬ ٌ ‫َولَهُ ْم ٰا َذ‬

Artinya: Dan sungguh kami telah sediakan (isi) neraka jahanam kebanyakan dari jin dan manusia;
mereka mempunyai hati (tetapi) tidak mau memahami denganya, mereka mempunyai mata, mereka
tidak melihat denganya tetapi mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak mendengar dengannya.
Mereka itu seperti binatang ternak bahkan mereka lebih sesat. Mereka itulah orang orang yang lalai.
 Pengertian Iman dalam ayat QS. Al-A’raaf (7): 179 adalah : Berdasarkan tafsiran tersebut
diketahui, bahwa rukun (struktur) iman ada tiga aspek yaitu: Kalbu, Lisan dan Perbuatan.

- Kalbu: manusia mempunyai hati tetapi tidak melakukan perintah Allah lewat ayat ayat Al-
Quran
- Lisan: Manusia mempunyai mulut untuk berbicara tetapi tidak digunakan dengan baik seperti
membaca ayat-ayat Allah dalam Al-Quran.
- Perbuatan: Manusia mempunyai sikap tetapi masih banyak manusia melanggar larangan
Allah dengan tidak mengerjakan kebaikan yang diperintahkan kepadanya.

Tepatlah jika iman didefinisikan dengan pendirian yang diwujudkan dalam bentuk bahasa dan
perilaku. Maka istilah iman identik dengan kepribadian manusia seutuhnya, atau pendirian yang
konsisten. Orang yang beriman berarti prinsip-prinsip umum masyarakat beradab dan
sejahtera prinsip-prinsip umum masyarakat beradab dan sejahtera orang yang memiliki
kecerdasan, kemauan dan keterampilan untuk taat hanya kepada Allah SWT.

 Pengertian iman kepada Allah SWT dari kedua ayat tersebut : Dari QS. Al-
Baqarah (2): 165 dan QS. Al-A’raaf (7): 179 dapat disimpulkan bahwa orang yang
beriman berarti orang yang rela mengorbankan jiwa dan raganya untuk menyembah
hanya kepada Allah dan juga orang yang mempunyai pendirian dan konsisten dalam
menyembah Allah SWT. dengan mengerjakan perintah-Nya dan menjauhi segala
larangan-Nya. Dalam hal ini manusia memanfaatkan karunia Allah (Kalbu, Lisan dan
Perbuatan). Untuk mengerjakan perintah agama. Manusia juga harus mengetahui jika
azab Allah sangatlah pedih bagi orang orang yang lalai.

2. a. QS. Ali-Imran (3) : 190-191 :

َ‫) الَّ ِذين‬190( ‫ب‬ ِ ‫ت ُأِلولِي اَأْل ْلبَا‬ ِ َ‫ف اللَّ ْي ِل َوالنَّه‬
ٍ ‫ار آَل يَا‬ ِ ‫اختِاَل‬ْ ‫ض َو‬ِ ْ‫ت َواَأْلر‬ ِ ‫ق ال َّس َما َوا‬
ِ ‫خَل‬ْ ‫ِإ َّن فِي‬
ِ ْ‫ت َواَأْلر‬
‫ض َربَّنَا َما‬ ِ ‫ق ال َّس َما َوا‬ِ ‫يَ ْذ ُكرُونَ هَّللا َ قِيَا ًما َوقُعُودًا َو َعلَ ٰى ُجنُوبِ ِه ْم َويَتَفَ َّكرُونَ فِي خ َْل‬
)191( ‫ار‬ ِ َّ‫اب الن‬
َ ‫اطاًل ُسب َْحانَكَ فَقِنَا َع َذ‬ِ َ‫خَ لَ ْقتَ ٰهَ َذا ب‬
Artinya: Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi serta silih bergantinya malam
dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal (190). (yaitu) orang-orang
yang mengingat Allah sambil berdiri dan duduk atau dalam keadaan berbaring dan
mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “ya Tuhan
kami, tiadakan Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka
periharalah kami dari siksa neraka” (191).

 Hakikat manusia menurut kedua ayat tersebut: Allah menciptakan seluruh dunia,
alam semesta, serta langit dan bumi dan seisinya dengan sempurna dengan tujuan
untuk menyembah-Nya. manusia sebagai mahluk paling sempurna dan dijadikanlah
sebagai pemimpin atau khalifah untuk beriman dan bertakwa kepada sang pencipta
yaitu Allah SWT.
b. QS. Qaaf (50): 16

‫َولَقَ ْد َخلَ ْقنَا ااْل ِ ْن َسانَ َونَ ْعلَ ُم َما تُ َوس ِْوسُ بِ ٖه نَ ْف ُسهٗ ۖ َونَحْ ُن اَ ْق َربُ اِلَ ْي ِه ِم ْن َحب ِْل ْال َو ِر ْي ِد‬
Artinya: “Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang
dibisikan oleh hatinya, dan kami lebih dekat kepadanya dari pada urat lehernya”.

 Hakikat manusia menurut ayat tersebut: Allah menciptakan manusia dan Dia
mengetahui semua perbuatan bahkan isi hati manusia lebih dari yang manusia itu
bayangkan, maka dari itu malulah manusia jika dihatinya terdapat niat yang jahat dan
zolim terhadap dirinya sendiri dan orang lain.
 Hakikat kesempurnaan manusia menurut ketiga ayat tersebut: Dari QS. Ali-
Imran (3) : 190-191 dan QS. Qaaf (50): 16 terdapat hakikat kesempurnaan manusia
adalah dimana manusia mahluk paling sempurna yang diciptakan Allah SWT
memimpin di bumi untuk beribadah kepada-Nya, serta manusia juga dikasih
kesempurnaan dengan mempunyai hati dan pikiran untuk berpikir. Dari ayat tersebut
juga menegaskan bahwa semua ciptaan Allah itu sempurna dan sebagai manusia kita
wajib mengimani ayat ayat Allah SWT, beribadah kepada-Nya, serta bermanfaat bagi
diri sendiri dan sekitarnya.
3.
a. Pengertian terminologis tentang masyarakat : Secara bahasa masyarakat yang
merupakan serapan dari bahasa Arab bermakna “bersama”. Secara Terminologis,
masyarakat merupakan salah satu bahan kajian sosiologi. Karna itu untuk membantu
pemahaman terminologis kita tentang masyarakat kita harus merujuk pada sosiologi.
Masyarakat merupakan pergaulan hidup, oleh karna itu manusia hidup bersama.

Yang dimaksud disini adalah bahwa masyarakat adalah mahluk sosisal, dimana manusia
harus saling tolong menolong dalam segala hal. Manusia membutuhkan orang lain dalam
suatu kehidupan.

b. Asal-usul masyarakat menurut fitrah manusia : dalam QS. Al-Hujuraat: 13 dan QS.
Az-Zukhruf: 32 Asal Usul pembentukan masyarakat bermula dari fitrah manusia untuk
bersama dengan orang, lalu terbentuklah hubungan sosial yang melahirkan aturan atau
norma. Ada tiga unsur pokok pembentukan masyarakat: Individu-individu yang
membangun kelompok, hubungan sosial dan aturan.

c. Kriteria masyarakat beradab dan sejahtera dari sudut pandang masyarakat


madani : Dimana semua aturan hukum harus berdasarkan musyawarah, dimana semua
warga merasa ikut memberikan gagasanya secara terbuka mengenai apa yang menjadi
aspirasinya yang kemudian diputuskan bersama, oleh karena itu dalam masyarakat
madani bersifat terbuka, rasional, kontraktual, dan transaksional, bukan pola ketaatan
yang tertutup, tidak rasional, tidak kritis dan bersifat hanya satu arah. Masyarakat madani
yang dideklarasikan oleh Nabi adalah masyarakat yang adil, terbuka, dan demokratis,
dengan landasan takwa kepada Allah dan taat kepada ajaran-Nya. Takwa kepada Allah
adalah semangat ketuhanan yang diwujudkan dengan membangun hubungan yang baik
dengan Allah dan manusia. Hubungan itu tentu saja harus dilandasi dengan berbudi luhur
dan akhlak mulia. Dalam konteks ini menjadi jelas masyarakat madani adalah
masyarakat berbudi luhur mengacu kepada kehidupan masyarakat berkualitas dan
beradab.

d. Prinsip-prinsip umum masyarakat beradab dan sejahtera :


 Keadilan : Keadilan merupakan Sunatullah dimana Allah menciptakan alam semesta
ini dengan prinsip keadilan dan keseimbangan yang menjadi hukum jagat raya.
Keadilan juga merupakan sikap yang paling dekat dengan takwa. Karena itu setiap
praktik ketidakadilan merupakan suatu bentuk penyelewengan dari hakikat
kemanusiaan yang dikutuk keras oleh Al-Quran.

 Egalitarianisme (Persamaan) : Egalitarianisme artinya adalah persamaan, tidak


mengenal sistem dinasti geneologis. Artinya adalah bahwa masyarakat madani tidak
melihat keutamaan atas dasar keturunan, ras, etnis, dll. melainkan atas prestasi. Bukan
prestise tetapi prestasi. Karna semua manusia dan warga masyarakat dihargai bukan
atas dasar geneologis di atas melainkan atas dasar prestasi yang dalam Al-Quran
adalah Takwa.

 Pluralisme : sikap dimana kemajemukan merupakan sesuatu yang harus diterima


sebagai bagian dari realitas obyektif. Pluralisme yang dimaksud tidak sebatas
mengakui bahwa masyarakat itu plural melainkan juga harus disetai dengan sikap
yang tulus bahwa keberagaman merupakan bagian dari karunia Allah dan rahmat-Nya
karna akan memperkaya budaya melalui interaksi dinamis dengan pertukaran budaya
yang beraneka ragam. Kesadaran pluralisme itu kemudian diwujudkan untuk bersikap
toleran dan saling menghormati diantara sesama anggota yang berbeda baik berbeda
dalam hal etnis, suku bangsa, maupun agama.

 Pengawasan Sosial : Yang disebut dengan amal saleh pada dasarnya adalah suatu
kegiatan demi kebaikan bersama. Kegiatan manusia apapun merupakan suatu
konsekuensi logis dari adanya keterbukaan dimana setiap warga memiliki kebebasan
untuk melakukan tindakan. Keterbukaan itu sebagai konsekuensi logis dari pandangan
positif dan optimis terhadap manusia.
Karna manusia secara fitrah baik dan suci, maka kejahatan yang dilakukan bukan
karena inheren di dalam dirinya akan tetapi lebih disebabkan oleh faktor-faktor luar
yang mempengaruhinya. Karena itu, agar manusia dan warga tetap berada dalam
kebaikan sebagaimana fitrahnya diperlukan adanya pengawasan sosial.
Demikian jawaban Tugas.1 saya, Apabila ada kekeliruan dalam mengerjakan tugas mohon di koreksi,
Terima kasih
Sumber :

 Modul BMP MKWU 4101 PAI


Wassalamualaikum Wr.Wb
Abdul hapiz
NIM : 043948227

Anda mungkin juga menyukai