PUJI ROSANTI
044132682
UPBJJ PURWOKERTO
UNIVERSITAS TERBUKA
2021
1. Konstruksi pengertian iman dalam Al-quran berkaitan dengan assyaddu
hubban (QS. Al- Baqarah (2) : 165), qalbu, mata, dan telinga (QS. Al-A’raaf (7):179)
Artinya :
Dan di antara manusia ada orang yang menyembah tuhan selain Allah sebagai
tandingan,yang mereka cintai seperti mencintai Allah. Adapun orang-orang yang
beriman sangat besar cintanya kepada Allah. Sekiranya orang-orang yang
berbuat zhalim itu melihat, ketika mereka melihat azab (pada hari Kiamat),
bahwa kekuatan itu semuanya milik Allah dan bahwa Allah sangat berat azab-
Nya (niscaya mereka menyesal).
Dalam surat Al Baqarah ayat 165 dikatakan bahwa hubban adalah mencintai
(sangat) yaitu bahwa orang yang beriman adalah orang yang amat sangat
cinta kepada Allah SWT (asyyaddu hubban lillah). Beriman kepada Allah
berarti amat sangat rindu terhadap ajaran Allah, yaitu Al Qur'an dan Sunnah
Rasul. Hal itu karena apa yang dikehendaki Allah, menjadi kehendak orang
yang beriman, sehingga dapat menimbulkan tekad untuk mengorbankan
segalanya dan kalau perlu mempertaruhkan nyawa.
(ii) Pengertian iman kepada Allah SWT menurut QS. Al- Baqarah (2) : 165 :
Artinya :
Dan sungguh, akan Kami isi neraka Jahanam banyak dari kalangan jin dan
manusia. Mereka memiliki hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami
(ayat-ayat Allah) dan mereka memiliki mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk
melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi)
tidak dipergunakannya untuk mendengarkan (ayat-ayat Allah). Mereka seperti
hewan ternak, bahkan lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lengah.
c. Pengertian iman kepada Allah SWT menurut QS. Al-A’raaf (7):179 adalah :
Iman menurut QS. Al-A’raaf (7):179 merupakan rukun (struktur) iman yang
mencakup tiga aspek yaitu; kalbu, lisan, dan perbuatan. Tepatlah jika iman
didefinisikan dengan pendirian yang diwujudkan dalam bentuk bahasa dan
perilaku. Jika pengertian ini diterima, maka istilah iman identik dengan
kepribadian manusia seutuhnya, atau pendirian yang konsisten. Orang yang
beriman berarti orang yang memiliki kecerdasan, kemauan dan keterampilan.
d. Pengertian iman kepada Allah SWT dari QS. Al- Baqarah (2) : 165 dan QS. Al-
A’raaf (7):179 adalah :
Berdasarkan redaksi QS. Al- Baqarah ayat 165, iman identik dengan asyaddu
hubban lillah. Hub artinya kecintaan atau kerinduan. Asyaddu adalah kata
superlatif syadiid (sangat). Asyaddu hubban berarti sikap yang menunjukkan
kecintaan atau kerinduan luar biasa. Lillah artinya kepada atau terhadap Allah.
Dari ayat tersebut tergambar bahwa iman adalah sikap (atitude), yaitu kondisi
mental yang menunjukkan kecenderungan atau keinginan luar biasa terhadap
Allah.
Kata iman dalam Al-quran, pada umumnya dirangkaikan dengan kata lain. Kata
rangkaian itulah yang memberikan nilai tentang sesuatu yang diimaninya. Jika
kata iman dirangkaikan dengan kata-kata yang negatif berarti nilai iman tersebut
negatif. Dalam istilah Al-quran, iman yang negatif disebut kufur. Pelakunya
disebut kafir.
Dalam Surah Al-A’raaf ayat 179, Allah menjelaskan bahwasanya yang akan
menjadi penghuni neraka adalah orang-orang yang lalai dan tidak mau
menggunakan akal pikiran dan telinga mereka baik untuk menyimpulkan segala
yang diketahuinya dan mengambil ilmu-ilmu maupun untuk mengetahui tanda-
tanda kebesaran Allah yang ada pada alam ciptaan-Nya, dan tanda-tanda
kebesaran-Nya yang tertera dalam kitab-kitab-Nya yang kedua-duanya adalah
merupakan sebab kesempurnaan iman dan menjadi dorongan jiwa untuk
menyempurnakan Islam seseorang.
Makna yang terkandung dalam Surah Al-A’raaf ayat 179 ini meliputi : Neraka
Jahanam disediakan bagi Jin dan manusia, orang yang mempunyai akal/otak,
orang yang mempunyai mata, orang yang mempunyai telinga diumpamakan
seperti binatang bahkan lebih buruk lagi.
2. Manusia berbeda dengan makhluk lainnya dari segi fisik, non fisik dan tujuan
penciptaannya. Namun, kesempurnaan manusia lebih ditekankan kepada aspek
non fisik dan pencapaian tujuan penciptaan tersebut daripada aspek fisik. Hal ini
diantaranya diisyaratkan dalam kandungan ayat-ayat Q.S. Ali-Imran (3) : 190-191.
a. Terjemah Q.S. Ali-Imran (3) : 190-191 dan pejelasan secara ringkas hakikat
manusia menurut Q.S. Ali-Imran (3) : 190-191
Bahwa dalam penciptaan langit dan bumi serta silih bergantinya malam dan
siang terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi ulul albab. Yakni orang-
orang yang berakal. Orang-orang yang mau berpikir. Orang-orang yang mau
memperhatikan alam. Orang-orang yang kritis. Inilah hakikat manusia menurut
Q.S. Ali-Imran (3) : 190-191
Ibnu Katsir menjelaskan, surat Ali Imran ayat 190 ini memotivasi untuk
memperhatikan ketinggian langit dan keluasan bumi, tata letak dan semua
yang ada padanya mulai gunung hingga lautan. Mulai padang pasir hingga
hutan. Mulai hewan hingga tumbuhan dan pepohonan. Juga bintang-bintang.
Ulul albab menurut Ibnu Katsir adalah orang yang memiliki akal sempurna lagi
memiliki kecerdasan. Sedangkan menurut Sayyid Qutb, ulul albab adalah
orang-orang yang memiliki pemikiran dan pemahaman yang benar. Orang
yang memahami bahwa penciptaan langit dan bumi serta pergantian siang
dan malam merupakan tanda-tanda kekuasaan Allah, mereka itulah ulul
albab.
Dalam surat Ali Imran ayat Ayat 191 ini menjelaskan tentang ciri-ciri ulul albab
adalah orang yang banyak berdzikir dan bertafakkur. Ia berdzikir dalam segala
kondisi baik saat berdiri, duduk ataupun berbaring. Ia juga mentafakkuri
(memikirkan) penciptaan alam ini hingga sampai pada kesimpulan bahwa
Allah menciptakan alam tidak ada yang sia-sia. Maka ia pun berdoa kepada
Allah, memohon perlindungan dari siksa neraka.
b. Terjemah Q.S. Qaaf (50) : 16 dan jelaskan secara ringkas hakikat manusia
menurut Q.S. Qaaf (50) : 16
Dan sungguh, Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang
dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat
lehernya.
c. Hakikat kesempurnaan manusia menurut Q.S. Ali-Imran (3) : 190-191 dan Q.S.
Qaaf (50) : 16 adalah :
Bahwa kesempurnaan manusia adalah memiliki akal, mau menggunakan akal itu
untuk berpikir dan memperhatikan alam semesta ciptaan Allah sehingga dari
ciptaan itu manusia bias bersikap kritis. Manusia dalam bertindak dan berbuat
selalu diawasi oleh Allah sampai sangat dekat seolah lebih dekat dari urat
nadinya.
3. Manusia dari sisi perwujudannya sebagai makhluk sosial, bertempat tinggal dan
berinteraksi dengan sesamanya dalam waktu yang lama dalam suatu masyarakat.
b. Asal-usul masyarakat menurut fitrah manusia dalam QS. Al-Hujuraat: 13 dan QS.
Az-Zukhruf: 32
Allah SWT memberitahukan bahwa tujuan penciptaan Adam dan Hawa untuk
mewariskan keturunan yang tersebar di muka bumi ini.
Kemudian Allah SWT menyebarkan laki-laki dan perempuan dalam jumlah
yang banyak serta menjadikan mereka berbangsa-bangsa dan bersuku-suku.
Tujuan mereka membentuk suku bangsa atau kelompok tertentu agar saling
mengenal (masyarakat).
Hal ini terlaksana apabila semua bidang pembangunan bergerak secara terpadu
yang menjadikan manusia sebagai subjek. Pengembangan masyarakat sebagai
sebuah kajian keilmuan dapat menyentuh keberadaan manusia yang
berperadaban. Masyarakat Madani adalah masyarakat yang beradab dalam
membangun, menjalani, dan memaknai kehidupannya.
1. Prinsip keadilan
adalah tindakan adil terhadap setiap orang dan membebaskan segala
penindasan, dalam Islam sudah diterangkan dalam Al Quran tentang aspek
kehidupan dalam masyarakat :
- QS. At-Takaatsur ayat 1-8
- QS. Al-Humazah ayat 1-9
yang menjelaskan tentang para pengumpat dan pencela yang
mengumpulkan harta benda, dan menghitung-hitungnya, ia mengira bahwa
hartanya akan mengekalkannya.
4. Prinsip pluralisme
adalah sikap menghormati kemajemukan dengan menerimanya secara tulus
sebagai sebuah anugerah dan kebajikan, sebagaimana termaktub dalam Al
Quran :
- QS. Yunus ayat : 99
- QS. Al-An'am ayat :108
bersikap toleran dan saling menghormati diantara sesama manusia yang
berbeda etnis, suku bangsa maupun agama.
5. Prinsip pengawas sosial.
adalah keterbukaan sebagai konsekuensi logis dari pandangan positif dan
optimis terhadap manusia, bahwa manusia pada dasarnya baik karena
manusia secara fitrah baik dan suci :
- QS. Al-A'raf ayat : 172
- QS. Ar-Rum ayat : 30
- QS. Al-'Ashr ayat : 1-3
kejahatan yang dilakukan manusia bukan karena sifat dalam dirinya, akan
tetapi dipengaruhi oleh faktor-faktor dari luar dirinya
Sumber :
1. Al Quran
2. MKDU4221 Sesi 3 Masyarakat Beradab, Peran Umat Beragama, Hak Asasi
Manusia Dan Demokrasi (Samsul AR, M.Pd)
3. Materi pembelajaran diskusi 3 Masyarakat Beradab dan Sejahtera
4. Artikel "Ajaran Islam tentang Manusia sebagai Makhluk Sosial",
https://tirto.id/cpKp
5. Jurnal Khazanah: Jurnal Studi Islam dan Humaniora Vol. 14. No. 1 Juni 2017
MASYARAKAT IDEAL DALAM AL-QUR’AN (Pergulatan Pemikiran Ideologi
Negara dalam Islam antara Formalistik dan Substansialistik) Oleh: Sulaiman
Kurdi
6. Peran Umat Beragama Dalam Mewujudkan Masyarakat Beradab Dan Sejahtera (
Masyarakat Madani) https://www.kompasiana.com