Anda di halaman 1dari 5

TUGAS 1 PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SESI 3

Nama : Dian Noviandi


NIM : 045082652
Prodi : S1-Ilmu Komunikasi
UPBJJ-UT : Bandung

Bacalah soal berikut dengan cermat, kemudian saudara jawab dan diunggah pada tempat
yang telah disediakan:

1. Konstruksi pengertian iman dalam Al-quran berkaitan dengan assyaddu hubban (QS. Al-
Baqarah (2): 165), qalbu, mata, dan telinga (QS. Al-A’raaf (7):179).

a. Tuliskan ayat dan terjemah QS. Al- Baqarah (2) : 165 dengan teliti dan benar!
b. Jelaskan pengertian hubban dalam ayat tersebut?
c. Jelaskan pengertian iman kepada Allah SWT menurut ayat tersebut?
d. Tuliskan ayat dan terjemah QS. Al-A’raaf (7):179 dengan teliti dan benar!
e. Jelaskan pengertian iman kepada Allah SWT menurut ayat QS. Al-A’raaf (7):179
tersebut?
f. Jelaskan secara ringkas pengertian iman kepada Allah SWT dari kedua ayat
tersebut?

2. Manusia berbeda dengan makhluk lainnya dari segi fisik, non fisik dan tujuan
penciptaannya. Namun, kesempurnaan manusia lebih ditekankan kepada aspek non fisik dan
pencapaian tujuan penciptaan tersebut daripada aspek fisik. Hal ini diantaranya diisyaratkan
dalam kandungan ayat-ayat Q.S. Ali-Imran (3): 190-191 dan Q.S. Qaaf (50):16.

a. Tuliskan terjemah Q.S. Ali-Imran (3): 190-191 dan jelaskan secara ringkas hakikat
manusia menurut kedua ayat tersebut!
b. Tuliskan terjemah Q.S. Qaaf (50): 16 dan jelaskan secara ringkas hakikat manusia
menurut ayat tersebut!
c. Jelaskan hakikat kesempurnaan manusia menurut ketiga ayat tersebut!

3. Manusia dari sisi perwujudannya sebagai makhluk sosial, bertempat tinggal dan
berinteraksi dengan sesamanya dalam waktu yang lama dalam suatu masyarakat.

a. Jelaskan pengertian terminologis tentang masyarakat ?


b. Jelaskan asal-usul masyarakat menurut fitrah manusia dalam QS. Al-Hujuraat: 13
dan QS. Az-Zukhruf: 32
c. Jelaskan kriteria masyarakat beradab dan sejahtera dari sudut pandang masyarakat
madani!
d. Sebutkan dan jelaskan prinsip-prinsip umum masyarakat beradab dan sejahtera!

1. Konstruksi pengertian iman dalam Al-quran berkaitan dengan assyaddu


hubban (QS. Al-Baqarah (2): 165), qalbu, mata, dan telinga (QS. Al-A’raaf (7):179).
a) ‫َوِم َن الَّناِس َم ْن َّيَّتِخ ُذ ِم ْن ُد ْو ِن ِهّٰللا َاْنَداًدا ُّيِح ُّبْو َنُهْم َك ُحِّب ِۗهّٰللا َو اَّلِذ ْيَن ٰا َم ُنْٓو ا َاَشُّد ُح ًّبا ِۙهّٰلِّل َو َلْو َيَر ى اَّلِذ ْيَن َظَلُم ْٓو ا ِاْذ َيَرْو َن اْلَع َذ اَۙب َاَّن‬
)١٦٥:‫اْلُقَّو َة ِهّٰلِل َج ِم ْيًع ۙا َّو َاَّن َهّٰللا َش ِد ْيُد اْلَع َذ اِب (البقرة‬

Artinya: “Di antara manusia ada yang menjadikan (sesuatu) selain Allah sebagai tandingan-
tandingan (bagi-Nya) yang mereka cintai seperti mencintai Allah. Adapun orang-orang yang
beriman sangat kuat cinta mereka kepada Allah. Sekiranya orang-orang yang berbuat zalim
itu melihat, ketika mereka melihat azab (pada hari Kiamat), bahwa kekuatan itu semuanya
milik Allah dan bahwa Allah sangat keras azab-Nya, (niscaya mereka menyesal)”
(QS al-Baqarah: 165).

b) Dalam surat Al Baqarah ayat 165 dikatakan bahwa hubban adalah mencintai (sangat)
Dijelaskan pula dalam surat Al Baqarah ayat 165 bahwa orang yang beriman adalah orang
yang amat sangat cinta kepada Allah SWT (asyyaddu hubban lillah). Beriman kepada Allah
berarti amat sangat rindu terhadap ajaran Allah, yaitu Al Qur'an dan Sunnah Rasul. Apa yang
dikehendaki Allah, menjadi kehendak orang yang beriman sehingga ia menjadi bertedak
untuk mengorbankan segalanya dan jika perlu mempertaruhkan nyawa

c) QS. Al-Baqarah Ayat 165 Iman kepada Allah adalah Orang yang sangat besar cintanya
kepada Allah (asyaddu hubban lillah), Mereka yang merindukan ajaran Allah, yaitu Al-Quran
menurut Sunnah Rasul.

d) ‫َو َل‍‍َقْد َذ َر ْأَنا ِلَج ‍‍َه‍‍َّنَم َك ِثيًر ا ‍‍ِّمَن اْل‍‍ِجِّن َو اِإْل ْن‍‍ِسۖ َلُهْم ُقُلوٌب اَّل َيْفَقُهوَن ِبَها َو َلُهْم َأْع ُيٌن اَّل ‍‍ُي‍‍ْبِص ُروَن ِبَها َو َلُهْم‬
‫آَذ اٌن اَّل َيْس َم ُعوَن ِبَهاۚ ُأوَٰل ِئَك َك اَأْلْنَع اِم َبْل ُهْم َأَض ُّل ۚ ُأوَٰل ِئَك ُهُم اْلَغاِفُلوَن‬

“Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan
manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat
Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-
tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk
mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat
lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.”

QS. Al-A’raaf (7):179

e) Iman kepada Allah SWT menurut surah Al-A'raaf ayat 179 yaitu bahwa hati, mata, telinga
dipergunakan untuk memahami, melihat dan mendengarkan ayat-ayat dan tanda-tanda
kekuasaan Allah SWT dengan itu kita tak akan tersesat dan menjadi orang yang lengah dan
senantiasa mengingat Allah SWT.

f) Menurut QS. Al-Baqarah Ayat 165 Iman kepada Allah adalah Orang
yang sangat besar cintanya kepada Allah (asyaddu hubban lillah),
Mereka yang merindukan ajaran Allah, yaitu Al-Quran menurut
Sunnah Rasul.

Menurut QS. Al-A'raf Ayat 179 Iman kepada Allah adalah meyakini
dengan hati dan dibuktikan dalam amal perbuatan dengan
menggunakan seluruh indra yang ada.

Iman kepada Allah SWT merupakan asas dan pokok akan adanya keimanan kepada kitab-
Nya, yakni keyakinan yang pasti bahwa Allah swt adalah Rabb dan pemilik segala sesuatu,
Dialah satu-satunya pencipta, pengatur segala sesuatu, dan Dialah satu-satunya yang berhak
disembah, tidak ada sekutu bagi-Nya.
2. Manusia berbeda dengan makhluk lainnya dari segi fisik, non fisik dan tujuan
penciptaannya. Namun, kesempurnaan manusia lebih ditekankan kepada aspek non fisik dan
pencapaian tujuan penciptaan tersebut daripada aspek fisik. Hal ini diantaranya diisyaratkan
dalam kandungan ayat-ayat Q.S. Ali-Imran (3): 190-191 dan Q.S. Qaaf (50):16.

a) ‫ِإَّن ِفى َخ ْلِق ٱلَّس َٰم َٰو ِت َو ٱَأْلْر ِض َو ٱْخ ِتَٰل ِف ٱَّلْيِل َو ٱلَّنَهاِر َل َء اَٰي ٍت ُأِّل۟و ِلى ٱَأْلْلَٰب ب‬
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang
terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal”
Q.S. Ali-Imran (3): 190

(Tafsir Al-Muyassar) Sesungguhnya di dalam penciptaan langit dan bumi, dari tidak ada
menjadi ada serta tanpa ada contoh sebelumnya, dan di dalam pergantian malam dan siang
serta perbedaan panjang dan pendeknya waktu, benar-benar terdapat bukti-bukti nyata bagi
orang-orang yang berakal sehat yang menunjukkan mereka kepada Sang Maha Pencipta alam
semesta, hanya Dia Yang berhak disembah.

‫ٱَّلِذ يَن َيْذ ُك ُروَن ٱَهَّلل ِقَٰي ًم ا َو ُقُعوًدا َو َع َلٰى ُج ُنوِبِهْم َو َيَتَفَّك ُروَن ِفى َخ ْلِق ٱلَّس َٰم َٰو ِت َو ٱَأْلْر ِض َر َّبَنا َم ا َخ َلْقَت َٰه َذ ا‬
‫َٰب ِط اًل ُسْبَٰح َنَك َفِقَنا َع َذ اَب ٱلَّناِر‬
“orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring
dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan
kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah
kami dari siksa neraka.”

Quran Surat Ali ‘Imran Ayat 191 Yaitu orang-orang yang mengingat Allah dalam semua
kondisi mereka, baik berdiri,duduk dan dalam keadaan mereka berbaring. Mereka
mentadaburi dalam penciptaan langit dan bumi seraya berkata, ”wahai tuhan kami, Engkau
tidaklah menciptakan makhluk ciptaan ini dengan sia-sia. Dan Engkau Maha suci dari hal itu.
Maka jauhkanlah dari kami siksaan neraka.

Ayat ini menjelaskan bahwa hakikat manusia adalah makhluk yang memilik pikiran dan akal
dan mampu menggunakan nya Untuk mengingat Allah SWT( Subhanahu Wataala).

b) Terjemahan Q. S. Qaf (50) : 16


"Dan sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan
oleh hatinya, dan kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya".
Hakikatnya adalah manusia dan Tuhan nya lebih dekat daripada dengan urat lehernya. Allah
SWT mengetahui apa yang diinginkan dan perkataan mereka yang berada di dalam hati
mereka, daripada orang lain yang tidak mengetahui apa yang dipikirkan orang tersebut. Hal
ini yang membuktikan bahwa Allah SWT. maha mendengar semua yang berada dilangit dan
dibumi.

c) Hakikat kesempurnaan manusia berdasarkan kandungan yang terdapat di dalam Surah Ali
Imran ayat yang ke 190-191 dan Surah Qaf ayat yang ke 16 adalah:
 Allah telah menciptakan manusia dengan sangat sempurna bentuknya tanpa ada
kekurangan.
 Allah menciptakan manusia dengan akal pikiran yang membuat manusia dapat
berpikir.
 Allah mencipatakan manusia dan makhluk lainnya tidak ada yang sia-sia.

3. Manusia dari sisi perwujudannya sebagai makhluk sosial, bertempat tinggal dan
berinteraksi dengan sesamanya dalam waktu yang lama dalam suatu masyarakat :

a) Secara terminologis masyarakat adalah salah satu bahan kajian sosiologi, karena itu untuk
pemahaman terminologis kita tentang masyarakat kita harus merujuk pada sosiologi. Untuk
mendapatkan sebuah pengertian yang disepakati, kita menghadapi kesulitan karena konsep
masyarakat digunakan untuk banyak konteks, misalnya, masyarakat agama, masyarakat kota,
masyarakat agraris dan sebagainya. Masyarakat tidak dipandang sebagai kumpulan individu
atau penjumlahan dari individu-individu semata-mata. Masyrakat merupakan suatu pergaulan
hidup, oleh karena manusia itu hidup bersama. Masyarakat merupakan suatu sistem yang
terbentuk karena hubungan dari anggotanya. Emile Durkheim menyatakan bahwa masyarakat
merupakan suatu kenyataan yang obyektif secara mandiri, bebas dari individu-individu yang
merupakan anggota-anggotanya. Muhammad Amin Al-Misri mengatakan bahwa masyarkat
adalah jalinan kesatuan yang terdiri dari hubungan-hubungan sosial. Dengan demikian dapat
disimpulkan, masyarakat adalah sejumlah individu yang hidup bersama dalam suatu wilayah
tertentu, bergaul dalam jangka waktu yang lama sehingga menimbulkan kesadaran pada diri
setiap anggotanya sebagai suatu kesatuan.

b) Asal Usul manusia berdasarkan isi kandungan Surah Al Hujuraat ayat yang ke-13 dan Surah
Az Zuhkruf ayat yang ke-32 adalah berasal dari ciptaan Allah. Manusia Allah ciptakan dari
tidak ada menjadi ada seperti yang sekarang ini. Sehingga manusia disebut dengan
makhluk dan Allah disebut sebagai khaliq

‫ٰٓيَاُّيَها الَّناُس ِاَّنا َخ َلْقٰن ُك ْم ِّم ْن َذ َك ٍر َّو ُاْنٰث ى َو َجَع ْلٰن ُك ْم ُش ُعْو ًبا َّو َقَبۤا ِٕى َل ِلَتَع اَر ُفْو اۚ ِاَّن َاْك َر َم ُك ْم ِع ْن َد ِهّٰللا َاْتٰق ىُك ْم ۗ ِاَّن‬
‫َهّٰللا َع ِلْيٌم َخ ِبْيٌر‬

“Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang
perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu
saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang
yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Mahateliti.”

Q.S. Al Hujuraat : 13

‫َاُه ْم َي ْق ِس ُمْو َن َر ْح َم َت َر ِّب َۗك َن ْح ُن َق َس ْم َن ا َب ْي َن ُهْم َّمِعْي َش َت ُهْم ِفى اْل َح ٰي وِة ال ُّد ْن َي ۙا َو َر َفْع َن ا َب ْع َض ُهْم َف ْو َق َب ْع ٍض‬
‫َد َر ٰج ٍت ِّلَي َّت ِخَذ َب ْع ُضُهْم َب ْع ًضا ُس ْخ ِر ًّي اۗ َو َر ْح َم ُت َر ِّب َك َخ ْيٌر ِّمَّما َي ْج َم ُعْو َن‬

“Apakah mereka yang membagi-bagi rahmat Tuhanmu? Kamilah yang menentukan


penghidupan mereka dalam kehidupan dunia, dan Kami telah meninggikan sebagian
mereka atas sebagian yang lain beberapa derajat, agar sebagian mereka dapat
memanfaatkan sebagian yang lain. Dan rahmat Tuhanmu lebih baik dari apa yang
mereka kumpulkan.”

Q.S. Az Zuhkruf : 32

c) Masyarakat madani yakni dengan ketaatan bersifat terbuka, rasional, kontraktual, dan
transaksional, membangun hubungan dengan sang maha pencipta dan memliki semangat yang
sama, yaitu suatu masyarakat yang adil, terbuka, demokrastis, dan sejahtera dengan kualitas
keadaban masyarakatnya.

d) Prinsip-prinsip umum masyarakat beradab dan sejahtera :

Keadilan merupakan sunnatullah di mana Allah SWT menciptakan alam semesta ini dengan
prinsip keadilan dan keseimbangan. Dalam Al-Quran keadilan itu disebut sebagai hukum
keseimbangan yang menjadi hukum jagat raya. Keadilan juga merupakan sikap yang paling
dekat dengan takwa. Karena itu setiap praktek ketidakadilan merupakan suatu bentuk
penyelewengan dari hakikat kemanusiaan yang dikutuk keras oleh oleh Al-Quran.Yang
ditegaskan pada (QS. Al-Takaatsur:1-8) dan (QS. Al-Humazah:1-9).

Supremasi hukum adalah upaya untuk memberikan jaminan terciptanya keadilan. Supremasi
hukum menempatkan hukum di atas segalanya dan menetapkannya tanpa memandang “atas”
dan “bawah”.

Egalitarianisme adalah bahwa semua manusia setara dalam nilai fundamental atau status
sosial, orang harus mendapatkan hak yang sama, diperlakukan sama atau diperlakukan sama
dalam beberapa hal.

Pluralisme adalah sebuah pemahaman untuk menghargai adanya perbedaan di tengah


kehidupan masyarakat sekaligus mengizinkan suatu kelompok berbeda untuk menjaga budaya
sebagai bentuk ciri khas mereka.
Pluralisme juga bisa diartikan sebagai kesediaan menerima keberagaman untuk hidup toleran
pada tatanan masyarakat yang memiliki banyak perbedaan. Mulai dari suku, golongan,
agama, adat hingga pandangan hidup.

Pengawasan sosial adalah sebuah mekanisme yang digunakan untuk memastikan bahwa
masyarakat dalam sebuah wilayah bertindak sesuai dengan nilai dan norma sosial yang ada
pada suatu wilayah. Proses dari pengawasan sosial ini bisa dilakukan dengan mempengaruhi,
mengajak, atau bahkan dengan memaksa seseorang agar bertindak sesuai dengan norma dan
nilai sosial yang berlaku di suatu wilayah.

(Referensi : BMP MKDU/4221/PENDIDIKAN AGAMA ISLAM/MODUL 03/HAL 3.4-3.14)


(Referensi : https://brainly.co.id/ )

Anda mungkin juga menyukai