NIM : 044012868
UNIVERSITAS TERBUKA
2022
Soal :
a. Tuliskan ayat dan terjemah QS. Al- Baqarah (2) : 165 dengan teliti dan benar!
(ii) Jelaskan pengertian iman kepada Allah SWT menurut ayat tersebut?
b. Tuliskan ayat dan terjemah QS. Al-A’raaf (7):179 dengan teliti dan benar!
c. Jelaskan pengertian iman kepada Allah SWT menurut ayat QS. Al-A’raaf (7):179
tersebut?
d. Jelaskan secara ringkas pengertian iman kepada Allah SWT dari kedua ayat
tersebut?
2. Manusia berbeda dengan makhluk lainnya dari segi fisik, non fisik dan tujuan
penciptaannya. Namun, kesempurnaan manusia lebih ditekankan kepada aspek non
fisik dan pencapaian tujuan penciptaan tersebut daripada aspek fisik. Hal ini
diantaranya diisyaratkan dalam kandungan ayat-ayat Q.S. Ali-Imran (3) : 190-191 dan
Q.S. Qaaf (50) : 16.
a. Tuliskan terjemah Q.S. Ali-Imran (3) : 190-191 dan jelaskan secara ringkas hakikat
manusia menurut kedua ayat tersebut!
b. Tuliskan terjemah Q.S. Qaaf (50) : 16 dan jelaskan secara ringkas hakikat manusia
menurut ayat tersebut!
3, Manusia dari sisi perwujudannya sebagai makhluk sosial, bertempat tinggal dan
berinteraksi dengan sesamanya dalam waktu yang lama dalam suatu masyarakat.
c. Jelaskan kriteria masyarakat beradab dan sejahtera dari sudut pandang masyarakat
madani!
Terjemahan : Dan diantara manusia ada orang yang menyembah Tuhan selain Allah
sebagai tandingan yang mereka cintai seperti mencintai Allah. Adapun orang-orang
yang beriman sangat besar cintanya kepada Allah. Sekiranya orang-orang yang
berbuat zalim itu melihat, ketika mereka melihat azab (pada Hari Kiamat), bahwa
kekuatan itu semuanya milik Allah dan bahwa Allah sangat berat azab-Nya (niscaya
mereka menyesal).
(i) . hubban dalam ayat tersebut artinya kecintaan atau kerinduan, hal ini berasal dari
kata hub. Hubban dalam potongan asyaddu hubban lillaahi berarti sikap yang
menunjukkan kecintaan atau kerinduan luar biasa kepada Allah.
(ii) Berdasarkan ayat tersebut, pengertian iman identik dengan asyaddu hubban
lillaahi berarti sikap yang menunjukkan kecintaan atau kerinduan luar biasa kepada
Allah. Maka oleh sebab itu, pengertian iman adalah sikap (attitude) yaitu kondisi
mental yang menunjukkan kecenderungan atau keinginan luar biasa terhadap Allah,
dimana orang-orang yang beriman kepada Allah berarti orang yang rela
mengorbankan jiwa dan raganya mengabdi kepada Allah untuk mewujudkan harapan
atau kemauan yang dituntut oleh Allah kepadanya.
b. QS. Al-A’raaf(7):179
Terjemahan : Dan sungguh, akan Kami isi Neraka Jahanam banyak dari kalangan jin
dan manusia. Mereka memiliki hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami
(ayat-ayat Allah) dan mereka memiliki mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk
melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak
dipergunakannya untuk mendengarkan (ayat-ayat Allah). Mereka seperti hewan
ternak, bahkan lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lengah.
d. Iman menurut QS. Al- Baqarah (2):165 berkaitan dengan asyaddu hubban dan
QS. Al-A’raaf (7):179 berkaitan dengan aspek kalbu (hati), lisan (ucapan), dan
perbuatan (tindakan). Maka pengertian iman kepada Allah berdasarkan kedua ayat
tersebut adalah suatu kepercayaan kepada Allah Swt yang tertanam dalam hati,
diikrarkan secara lisan, dan dilakukan dalam perbuatan sehari-hari dengan
kepribadian yang seutuhnya dan pendirian yang konsisten serta rela mengorbankan
jiwa dan raga mengabdi kepada Allah Swt sebagai perwujudan kecintaan/kerinduan
yang luar biasa kepada Allah Swt untuk mewujudkan harapan atau kemauan yang
dituntut oleh Allah kepadanya.
2. Manusia berbeda dengan makhluk lainnya dari segi fisik, non fisik dan tujuan
penciptaannya. Namun, kesempurnaan manusia lebih ditekankan kepada aspek non
fisik dan pencapaian tujuan penciptaan tersebut daripada aspek fisik. Hal ini
diantaranya diisyaratkan dalam kandungan ayat-ayat Q.S. Ali-Imran (3) : 190-191 dan
Q.S. Qaaf (50) : 16.
Hakikat manusia berdasarkan kedua ayat tersebut ialah bahwa manusia diciptakan
oleh Allah Swt dan diberi akal pikiran tentu memiliki alasan tertentu bukan tak ada
artinya (sia-sia), seperti Allah menciptakan langit dan bumi, serta pergantian waktu
siang dan malam. Semua itu untuk mengingatkan kepada manusia bahwa ia
diciptakan untuk mengabdi kepada Allah, beribadah kepada-Nya dan selalu
mengingat-Nya dalam kondisi apapun.
Hakikat manusia berdasarkan ayat tersebut ialah bahwa Allah mengetahui segala hal
yang berkaitan dengan ciptaan-Nya, terutama manusia, sebab Allah itu sangat dekat
daripada urat leher manusia itu sendiri. Olehnya manusia harus mawas diri karena
Allah selalu mengawasi sikap dan perbuatan manusia.
c. Hakikat kesempurnaan manusia menurut Q.S. Ali-Imran (3) : 190-191 dan Q.S.
Qaaf (50) : 16 ialah manusia adalah makhluk ciptaan Allah SWT yang paling
sempurna dibandingkan dengan makhluk lainnya, karena manusia mempunyai akal
dan pikiran untuk berfikir secara logis dan dinamis, dan bisa membatasi diri dengan
perbuatan yang tidak dilakukan. Manusia bisa memilih perbuatan mana yang baik
(positif) atau buruk (negartif) untuk diri mereka sendiri. Secara umum manusia
sebagai makhluk pribadi dan makhluk sosial, karena bukan hanya diri sendiri saja
tetapi manusia perlu bantuan dari orang lain.
3. Manusia dari sisi perwujudannya sebagai makhluk sosial, bertempat tinggal dan
berinteraksi dengan sesamanya dalam waktu yang lama dalam suatu masyarakat.
b. Asal-usul masyarakat menurut fitrah manusia dalam QS. Al-Hujuraat: 13 dan QS.
Az-Zukhruf: 32 yaitu fitrah manusia sebagai makhluk sosial yang senantiasa
membutuhkan orang lain, karena manusia hidup bersama orang lain. Dari fitrah ini
kemudian mereka berinteraksi satu sama lain dalam jangka waktu yang lama sehingga
menimbulkan hubungan sosial yang melahirkan aturan atau norma hidup
bermasyarakat untuk menumbuhkan kesadaran akan kesatuan. Unsur pembentuk
masyarakat yaitu individu-individu yang membangun kelompok, hubungan sosial dan
aturan. Semakin bertambahnya individu dan tingkat kebudayaan, maka melahirkan
suatu sistem yang kompleks yang melibatkan berbagai macam unsur.
c. Kriteria masyarakat beradab dan sejahtera dari sudut pandang masyarakat madani
adalah masyarakat yang adil, terbuka, demokratis, berbudi luhur mengacu pada
kehidupan masyarakat yang sejahtera dengan kualitas dan keadaban, serta taat kepada
hukum dan aturan yang mana ketaatan dalam mayarakat madani bersifat terbuka,
rasional, kontraktual daan transaksional dengan landasan takwa kepada Allah dan
ajaran-Nya.