Anda di halaman 1dari 8

TUGAS TUTORIAL ONLINE 1

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

NAMA : ALAN TEO DINER

NIM : 044012868

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA

FAKULTAS HUKUM, ILMU SOSIAL, DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS TERBUKA

2022
Soal :

1. Konstruksi pengertian iman dalam Al-quran berkaitan dengan assyaddu hubban


(QS. Al- Baqarah (2) : 165), qalbu, mata, dan telinga (QS. Al-A’raaf (7):179).

a. Tuliskan ayat dan terjemah QS. Al- Baqarah (2) : 165 dengan teliti dan benar!

(i) Jelaskan pengertian hubban dalam ayat tersebut?

(ii) Jelaskan pengertian iman kepada Allah SWT menurut ayat tersebut?

b. Tuliskan ayat dan terjemah QS. Al-A’raaf (7):179 dengan teliti dan benar!

c. Jelaskan pengertian iman kepada Allah SWT menurut ayat QS. Al-A’raaf (7):179
tersebut?

d. Jelaskan secara ringkas pengertian iman kepada Allah SWT dari kedua ayat
tersebut?

2. Manusia berbeda dengan makhluk lainnya dari segi fisik, non fisik dan tujuan
penciptaannya. Namun, kesempurnaan manusia lebih ditekankan kepada aspek non
fisik dan pencapaian tujuan penciptaan tersebut daripada aspek fisik. Hal ini
diantaranya diisyaratkan dalam kandungan ayat-ayat Q.S. Ali-Imran (3) : 190-191 dan
Q.S. Qaaf (50) : 16.

a. Tuliskan terjemah Q.S. Ali-Imran (3) : 190-191 dan jelaskan secara ringkas hakikat
manusia menurut kedua ayat tersebut!

b. Tuliskan terjemah Q.S. Qaaf (50) : 16 dan jelaskan secara ringkas hakikat manusia
menurut ayat tersebut!

c. Jelaskan hakikat kesempurnaan manusia menurut ketiga ayat tersebut!

3, Manusia dari sisi perwujudannya sebagai makhluk sosial, bertempat tinggal dan
berinteraksi dengan sesamanya dalam waktu yang lama dalam suatu masyarakat.

a. Jelaskan pengertian terminologis tentang masyarakat ?

b. Jelaskan asal-usul masyarakat menurut fitrah manusia dalam QS. Al-Hujuraat: 13


dan QS. Az-Zukhruf: 32

c. Jelaskan kriteria masyarakat beradab dan sejahtera dari sudut pandang masyarakat
madani!

d. Sebutkan dan jelaskan prinsip-prinsip umum masyarakat beradab dan sejahtera!


Jawaban :
1. Konstruksi pengertian iman dalam Al-quran berkaitan dengan assyaddu hubban
(QS. Al- Baqarah (2) : 165), qalbu, mata, dan telinga (QS. Al-A’raaf (7):179).
a. QS. Al-Baqarah(2):165

Terjemahan : Dan diantara manusia ada orang yang menyembah Tuhan selain Allah
sebagai tandingan yang mereka cintai seperti mencintai Allah. Adapun orang-orang
yang beriman sangat besar cintanya kepada Allah. Sekiranya orang-orang yang
berbuat zalim itu melihat, ketika mereka melihat azab (pada Hari Kiamat), bahwa
kekuatan itu semuanya milik Allah dan bahwa Allah sangat berat azab-Nya (niscaya
mereka menyesal).
(i) . hubban dalam ayat tersebut artinya kecintaan atau kerinduan, hal ini berasal dari
kata hub. Hubban dalam potongan asyaddu hubban lillaahi berarti sikap yang
menunjukkan kecintaan atau kerinduan luar biasa kepada Allah.
(ii) Berdasarkan ayat tersebut, pengertian iman identik dengan asyaddu hubban
lillaahi berarti sikap yang menunjukkan kecintaan atau kerinduan luar biasa kepada
Allah. Maka oleh sebab itu, pengertian iman adalah sikap (attitude) yaitu kondisi
mental yang menunjukkan kecenderungan atau keinginan luar biasa terhadap Allah,
dimana orang-orang yang beriman kepada Allah berarti orang yang rela
mengorbankan jiwa dan raganya mengabdi kepada Allah untuk mewujudkan harapan
atau kemauan yang dituntut oleh Allah kepadanya.

b. QS. Al-A’raaf(7):179
Terjemahan : Dan sungguh, akan Kami isi Neraka Jahanam banyak dari kalangan jin
dan manusia. Mereka memiliki hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami
(ayat-ayat Allah) dan mereka memiliki mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk
melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak
dipergunakannya untuk mendengarkan (ayat-ayat Allah). Mereka seperti hewan
ternak, bahkan lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lengah.

c. Berdasarkan QS. Al-A’raaf(7):179, pengertian iman berkaitan dengan aspek kalbu


(hati), lisan (ucapan), dan perbuatan (tindakan). Jika iman didefinisikan dengan
pendirian yang diwujudkan dalam bentuk bahasa dan perilaku, maka iman identik
dengan kepribadian manusia seutuhnya atau pendirian yang konsisten, dimana
orang-orang yang beriman ialah orang yang memiliki kecerdasan, kemauan, dan
keterampilan.

d. Iman menurut QS. Al- Baqarah (2):165 berkaitan dengan asyaddu hubban dan
QS. Al-A’raaf (7):179 berkaitan dengan aspek kalbu (hati), lisan (ucapan), dan
perbuatan (tindakan). Maka pengertian iman kepada Allah berdasarkan kedua ayat
tersebut adalah suatu kepercayaan kepada Allah Swt yang tertanam dalam hati,
diikrarkan secara lisan, dan dilakukan dalam perbuatan sehari-hari dengan
kepribadian yang seutuhnya dan pendirian yang konsisten serta rela mengorbankan
jiwa dan raga mengabdi kepada Allah Swt sebagai perwujudan kecintaan/kerinduan
yang luar biasa kepada Allah Swt untuk mewujudkan harapan atau kemauan yang
dituntut oleh Allah kepadanya.

2. Manusia berbeda dengan makhluk lainnya dari segi fisik, non fisik dan tujuan
penciptaannya. Namun, kesempurnaan manusia lebih ditekankan kepada aspek non
fisik dan pencapaian tujuan penciptaan tersebut daripada aspek fisik. Hal ini
diantaranya diisyaratkan dalam kandungan ayat-ayat Q.S. Ali-Imran (3) : 190-191 dan
Q.S. Qaaf (50) : 16.

a. Terjemahan Q.S. Ali-Imran (3) : 190-191 :


Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian malam dan
siang terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang-orang yang berakal (190).
(Yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk, atau dalam keadaan
berbaring, dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya
berkata),”Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan semua ini sia-sia; Maha Suci
Engkau, lindungilah kami dari azab neraka”(191).

Hakikat manusia berdasarkan kedua ayat tersebut ialah bahwa manusia diciptakan
oleh Allah Swt dan diberi akal pikiran tentu memiliki alasan tertentu bukan tak ada
artinya (sia-sia), seperti Allah menciptakan langit dan bumi, serta pergantian waktu
siang dan malam. Semua itu untuk mengingatkan kepada manusia bahwa ia
diciptakan untuk mengabdi kepada Allah, beribadah kepada-Nya dan selalu
mengingat-Nya dalam kondisi apapun.

b. Terjemahan Q.S. Qaaf (50) : 16 :


Dan sungguh, Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang
dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya.

Hakikat manusia berdasarkan ayat tersebut ialah bahwa Allah mengetahui segala hal
yang berkaitan dengan ciptaan-Nya, terutama manusia, sebab Allah itu sangat dekat
daripada urat leher manusia itu sendiri. Olehnya manusia harus mawas diri karena
Allah selalu mengawasi sikap dan perbuatan manusia.

c. Hakikat kesempurnaan manusia menurut Q.S. Ali-Imran (3) : 190-191 dan Q.S.
Qaaf (50) : 16 ialah manusia adalah makhluk ciptaan Allah SWT yang paling
sempurna dibandingkan dengan makhluk lainnya, karena manusia mempunyai akal
dan pikiran untuk berfikir secara logis dan dinamis, dan bisa membatasi diri dengan
perbuatan yang tidak dilakukan. Manusia bisa memilih perbuatan mana yang baik
(positif) atau buruk (negartif) untuk diri mereka sendiri. Secara umum manusia
sebagai makhluk pribadi dan makhluk sosial, karena bukan hanya diri sendiri saja
tetapi manusia perlu bantuan dari orang lain.

3. Manusia dari sisi perwujudannya sebagai makhluk sosial, bertempat tinggal dan
berinteraksi dengan sesamanya dalam waktu yang lama dalam suatu masyarakat.

a. Secara terminologis, masyarakat merupakan salah satu bahan kajian sosiologi,


olehnya pemahaman tentang masyarakat merujuk pada sosiologi. Terminologis adalah
suatu penjelasan atas istilah, kata, konsep, maupun hal-hal tertentu yang dapat
memberikan pemahaman bagi manusia. Terminologis dalam masyarakat artinya suatu
konsep gabungan yang digunakan masyarakat untuk mencakup pembentukan suatu
budaya. Maka dapat disimpulkan, masyarakat adalah sejumlah individu yang hidup
bersama dalam suatu wilayah tertentu, bergaul dalam jangka waktu yang lama
sehingga menimbulkan kesadaran pada diri setiap anggotanya sebagai suatu kesatuan.

b. Asal-usul masyarakat menurut fitrah manusia dalam QS. Al-Hujuraat: 13 dan QS.
Az-Zukhruf: 32 yaitu fitrah manusia sebagai makhluk sosial yang senantiasa
membutuhkan orang lain, karena manusia hidup bersama orang lain. Dari fitrah ini
kemudian mereka berinteraksi satu sama lain dalam jangka waktu yang lama sehingga
menimbulkan hubungan sosial yang melahirkan aturan atau norma hidup
bermasyarakat untuk menumbuhkan kesadaran akan kesatuan. Unsur pembentuk
masyarakat yaitu individu-individu yang membangun kelompok, hubungan sosial dan
aturan. Semakin bertambahnya individu dan tingkat kebudayaan, maka melahirkan
suatu sistem yang kompleks yang melibatkan berbagai macam unsur.

c. Kriteria masyarakat beradab dan sejahtera dari sudut pandang masyarakat madani
adalah masyarakat yang adil, terbuka, demokratis, berbudi luhur mengacu pada
kehidupan masyarakat yang sejahtera dengan kualitas dan keadaban, serta taat kepada
hukum dan aturan yang mana ketaatan dalam mayarakat madani bersifat terbuka,
rasional, kontraktual daan transaksional dengan landasan takwa kepada Allah dan
ajaran-Nya.

d. Prinsip-prinsip umum masyarakat beradab dan sejahtera :


i. Keadilan.
Merupakan sunnatullah dimana Allah menciptakan alam semesta dengan
prinsip keadilan dan keseimbangan. Keadilan sangat dekat dengan takwa, oleh
sebab itu setiap tindakan ketidakadilan adalah bentuk penyelewengan dari hakikat
kemanusiaan yang tidak sesuai dengan Al Qur’an yaitu QS. Al-Takaatsur: 1-8
dan QS. Al-Humazah: 1-9.
ii. Supremasi hukum.
Menempatkan hukum di atas segalanya dan menetapkannya tanpa
memandang “atas” dan “bawah”. Penegakkan hukum yang adil merupakan
amanah yang diperintahkan untuk dilaksanakan kepada yang berhak sesuai QS.
An-Nisaa’:58. Perwujudan supremasi hukum kepada siapapun tanpa pandang
bulu, bahkan kepada orang yang membenci kitta sekalipun, kita tetap harus
berlaku adil, QS. Al-Maai’dah:8.
iii. Egalitarianisme (persamaan).
Merupakan konsep kesamaan tanpa mengenal sistem dinasti geneologis atau
diskriminasi baik etnis, agama, suku, dll. Artinya masyarakat madani tidak
melihat keutamaan atas dasar keturunan, ras, etnis, dan sebagainya melainkan
atas prestasi. Hal ini tertuang dalam QS. Al-Hujuraat:13.
iv. Pluralisme.
Seperti halnya Indonesia dikenal sebagai negara majemuk, karena
kemajemukkan dan keberagaman inilah kehidupan masyarakat pasti memiliki
perbedaan pendapat, suku, agama, dan lain sebagainya. Untuk membentuk
masyarakat madani harus adanya sikap menerima keragaman yang dimiliki oleh
seluruh warga yang ada, dan menganggap hal itu sebagai bagian dari karunia
Allah dan rahmat-Nya. Dengan dapat menerima hal tersebut akan membuat
masyarakat dapat hidup berdampingan, bersikap toleran, dan saling menghormati
perbedaan, sesuai anjuran dalam QS. Yunus:99 dan QS.Al-An’aam:108.
v. Pengawasan sosial.
Suatu mekanisme untuk mencegah penyimpangan sosial serta mengajak dan
mengarahkan masyarakat untuk berperilaku dan bersikap sesuai norma dan nilai
yang berlaku. Karena manusia secara fitrah adalah baik dan suci, maka kejahatan
yang diperbuat bukan karena bersumber dalam dirinya melainkan oleh
faktor-faktor luar yang mempengaruhinya, olehnya diperlukan pengawasan sosial.
Hal ini tertuang dalam QS. Al-Ashr:1-3.
Sumber referensi :
1. BMP MKDU4221 Pendidikan Agama Islam
2. Materi Inisiasi 1-3
3. https://quran-id.com
4. https://www.kompasiana.com/idasafitri4577/5f027a4ed541df410b0bd5f2/peran-u
mat-beragama-dalam-mewujudkan-masyarakat-beradab-dan-sejahtera-masyarakat-ma
dani?page=all#section2
5. https://guruppkn.com/ciri-ciri-masyarakat-madani
6. https://media.neliti.com/media/publications/121296-ID-konsep-masyarakat-madan
i-dii-indonesia-d.pdf

Anda mungkin juga menyukai