Anda di halaman 1dari 10

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

(MKDU 4221)

Dosen Pembimbing
Dr. Muhammad Arfan Mu'ammar, M.Pd.I

DISUSUN OLEH

WARDAH AZIIZAH

Universitas Terbuka Jakarta


Fakultas Sains dan Teknologi
2021.2
Prodi/Nim : Agribisnis Pertanian/043564205

Materi Soal : Tugas 1

1.Konstruksi pengertian iman dalam Al-quran berkaitan dengan assyaddu


hubban (QS. Al-Baqarah (2): 165), qalbu, mata, dan telinga (QS. Al-A’raaf
(7):179).
a. Tuliskan ayat dan terjemah QS. Al- Baqarah (2) : 165 dengan teliti dan
benar!
b. Jelaskan pengertian hubban dalam ayat tersebut?
c. Jelaskan pengertian iman kepada Allah SWT menurut ayat tersebut?
d. Tuliskan ayat dan terjemah QS. Al-A’raaf (7):179 dengan teliti dan
benar!
e. Jelaskan pengertian iman kepada Allah SWT menurut ayat QS. Al-
A’raaf (7):179 tersebut?
f. Jelaskan secara ringkas pengertian iman kepada Allah SWT dari kedua
ayat tersebut?
2. Manusia berbeda dengan makhluk lainnya dari segi fisik, non fisik dan
tujuan penciptaannya. Namun, kesempurnaan manusia lebih ditekankan
kepada aspek non fisik dan pencapaian tujuan penciptaan tersebut daripada
aspek fisik. Hal ini diantaranya diisyaratkan dalam kandungan ayat-ayat Q.S.
Ali-Imran (3): 190-191 dan Q.S. Qaaf (50):16.
a. Tuliskan terjemah Q.S. Ali-Imran (3): 190-191 dan jelaskan secara
ringkas hakikat manusia menurut kedua ayat tersebut!
b. Tuliskan terjemah Q.S. Qaaf (50): 16 dan jelaskan secara ringkas
hakikat manusia menurut ayat tersebut!
c. Jelaskan hakikat kesempurnaan manusia menurut ketiga ayat tersebut!
3. Manusia dari sisi perwujudannya sebagai makhluk sosial, bertempat
tinggal dan berinteraksi dengan sesamanya dalam waktu yang lama dalam
suatu masyarakat.
a. Jelaskan pengertian terminologis tentang masyarakat ?
b. Jelaskan asal-usul masyarakat menurut fitrah manusia dalam QS. Al-
Hujuraat: 13 dan QS. Az-Zukhruf: 32
c. Jelaskan kriteria masyarakat beradab dan sejahtera dari sudut
pandang masyarakat madani!
d. Sebutkan dan jelaskan prinsip-prinsip umum masyarakat beradab dan
sejahtera!

Jawab :

1. Konstruksi pengertian iman dalam Al-quran berkaitan dengan assyaddu


hubban (QS. Al-Baqarah (2): 165), qalbu, mata, dan telinga (QS. Al-A’raaf
(7):179).

A. Ayat dan terjemah QS. Al- Baqarah (2) : 165.

ۗ‫َو ِم َن ٱلَّناِس َم ن َيَّتِخ ُذ ِم ن ُدوِن ٱِهَّلل َأنَداًدا ُيِحُّب وَنُهْم َك ُح ِّب ٱِهَّللۖ َو ٱَّل ِذ يَن َء اَم ُن ٓو ۟ا َأَش ُّد ُح ًّب ا ِهَّلِّل‬
‫َو َلْو َيَر ى ٱَّلِذ يَن َظَلُمٓو ۟ا ِإْذ َيَر ْو َن ٱْلَعَذ اَب َأَّن ٱْلُقَّو َة ِهَّلِل َج ِم يًعا َو َأَّن ٱَهَّلل َش ِد يُد ٱْلَعَذ اِب‬

Artinya: “Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah


tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana
mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman amat sangat
cintanya kepada Allah. Dan jika seandainya orang-orang yang berbuat
zalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari kiamat),
bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya, dan bahwa Allah amat
berat siksaan-Nya (niscaya mereka menyesal)”.

B. Pengertian hubban dalam ayat tersebut.

Berdasarkan ayat tersebut, iman identik dengan asyaddu hubban lillah.


Hub artinya kecintaan atau kerinduan. Asyaddu adalah kata superlatif
syadid (sangat). Asyaddu hubban berarti sikap yang menunjukkan
kecintaan atau kerinduan luar biasa. Lillah artinya kepada atau terhadap
Allah. Dari ayat tersebut tergambar bahwa iman adalah sikap (attitude),
yaitu kondisi mental yang menunjukkan kecenderungan atau keinginan
luar biasa terhadap Allah. Orang-orang yang beriman kepada Allah berarti
orang yang rela mengorbankan jiwa dan raganya untuk mewujudkan
harapan atau kemauan yang dituntut oleh Allah kepadanya. Sekiranya
orang-orang yang berbuat zalim itu melihat, ketika mereka melihat azab
(pada hari Kiamat), bahwa kekuatan itu semuanya milik Allah dan bahwa
Allah sangat berat azab-Nya (niscaya mereka menyesal).
Ibnu Majah dalam sunannya meriwayatkan bahwa nabi pernah bersabda
sebagai berikut.
"Iman adalah ketertarikan antara qolbu, ucapan dan perilaku". (menurut
Al-Sakawy dalam, Al Maqasid, Al Hasanah, hlm 140, kesahihan hadis
tersebut dapat dipertanggungjawabkan).

C. Pengertian iman kepada Allah SWT menurut ayat tersebut.

Didalam Q.S. Al-Baqarah (2): 165 tergambar bahwa iman adalah sikap,
yaitu kondisi mental yang menunjukan kecenderungan atau keinginan luar
biasa terhadap Allah. Orang-orang yang beriman kepada Allah berarti
orang yang rela mengorbankan jiwa dan raganya untuk mewujudkan
harapan atau kemauan yang dituntut oleh Allah kepadanya. Keimanan
berasal dari kata dasar “Iman”. Untuk memahami pengertian Iman secara
utuh dan mendalam, strateginya yaitu mengumpulkan ayat-ayat al-qu’an
atau hadist yang redaksionalnya terdapat kata “iman” atau kata lain yang
terbentuk dari kata “Iman”, seperti “Aamana” (fi’il madhi/bentuk telah),
“Yu’minu” (fi’il mudhari/bentuk sedang atau akan) dan “Mukminun”
(pelaku/orang yang beriman) .

D. Ayat dan terjemah QS. Al-A’raaf (7):179.

‫َو َلَقْد َذ َر ْأَنا ِلَج َهَّنَم َك ِثْيًر ا ِّم َن اْلِج ِّن َو اِاْل ْنِۖس َلُهْم ُقُل ْو ٌب اَّل َيْفَقُه ْو َن ِبَه ۖا َو َلُهْم َاْع ُيٌن اَّل ُيْبِص ُرْو َن‬
‫ٰۤل‬ ‫ٰۤل‬
‫ِبَهۖا َو َلُهْم ٰا َذ اٌن اَّل َيْس َم ُعْو َن ِبَهۗا ُاو ِٕىَك َك اَاْلْنَعاِم َبْل ُهْم َاَض ُّل ۗ ُاو ِٕىَك ُهُم اْلٰغ ِفُلْو َن‬
Artinya: “Dan sesungguhnya Kami menunjukkan untuk (isi neraka
Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka memiliki hati, tetapi
tidak digunakan untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka memiliki
mata (tetapi) tidak digunakan untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan)
Allah), dan telinga mereka (tetapi) tidak digunakan untuk mendengar
(ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih
sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai”.

E. Pengertian iman kepada Allah SWT menurut ayat QS. Al-A’raaf (7):179
tersebut.

Dari tafsiran QS. Al-A’raf(7): 179 diketahui bahwa rukun (struktur) iman
ada tiga aspek yaitu kalbu, lisan, dan perbuatan. Orang yang beriman
berarti orang yang memiliki kecerdasan, kemauan, dan keterampilan.
Pengertian iman menurut Al-Quran Surah Al-A'raf ayat 179 bahwa iman
adalah meyakini dengan hati dan dibuktikan dalam amal perbuatan dengan
menggunakan seluruh indera yang dimiliki. Manusia dan jin
dianugerahkan Allah dengan hati, namun sayangnya hati tersebut tidak
digunakan untuk meyakini ayat-ayat Allah serta tidak mengimani Allah.
Manusia dan jin lebih mendahulukan hawa nafsunya sehingga tidak
menggunakan segala yang diberikan oleh Allah untuk menguatkan
keimanan dan ketakwaannya. Seharusnya dengan hati, akal, dan seluruh
anggota tubuh yang dianugerahkan oleh Allah, manusia dan jin
dapat semakin yakin akan keberadaan Allah, kebesaran, dan kekuasaan
Allah. Manusia dan jin akan semakin taat dan mau beribadah hanya
kepada Allah.

F. Pengertian iman kepada Allah SWT dari kedua ayat tersebut.

 (QS. Al-Baqarah (2) : 165), Keimanan berasal dari kata dasar “Iman”.
Untuk memahami pengertian iman dalam ajaran Islam strateginya
yaitu mengumpulkan ayat-ayat Al-quran atau hadits yang
redaksionalnya terdapat kata iman, atau kata lain yang dibentuk dari
kata tersebut yaitu “aamana”, “yu’minu”, dan mukminun .

 (QS. Al-A’raaf (7):179), Manusia dan jin dianugerahkan Allah


dengan hati, namun sayangnya hati tersebut tidak digunakan untuk
meyakini ayat-ayat Allah serta tidak mengimani Allah. Seharusnya
dengan hati, akal, dan seluruh anggota tubuh yang dianugerahkan
oleh Allah, manusia dan jin dapat semakin yakin akan keberadaan
Allah, kebesaran, dan kekuasaan Allah. Manusia dan jin
akan semakin taat dan mau beribadah hanya kepada Allah.

2. Manusia berbeda dengan makhluk lainnya dari segi fisik, non fisik dan
tujuan penciptaannya. Namun, kesempurnaan manusia lebih ditekankan
kepada aspek non fisik dan pencapaian tujuan penciptaan tersebut daripada
aspek fisik. Hal ini diantaranya diisyaratkan dalam kandungan ayat-ayat Q.S.
Ali-Imran (3): 190-191 dan Q.S. Qaaf (50):16.

A. Terjemah Q.S. Ali-Imran (3): 190-191 dan jelaskan secara ringkas


hakikat manusia menurut kedua ayat tersebut.

 Terjemah Q.S. Ali-Imran (3): 190

“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya


malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal”.

Penjelasan : Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi yang tanpa ada
contoh sebelumnya dan dalam pergantian malam dan siang
dan perbedaan waktu keduanya dengan memanjang dan memendek
benar-benar merupakan petunjuk-petunjuk dan bukti-bukti yang agung
atas keesaan Allah bagi orang-orang yang mempunyai akal-akal yang
selamat.

 Terjemah Q.S. Ali-Imran (3): 191

“(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk


atau dalam keadan masalah dan mereka tentang penciptaan langit dan
bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan
ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa
neraka”.

Penjelasan : Yaitu orang-orang yang mengingat Allah dalam semua


kondisi mereka, baik berdiri,duduk dan dalam keadaan mereka
berbaring. Mereka mentadaburi dalam penciptaan langit dan bumi seraya
berkata, ”wahai tuhan kami, Engkau tidaklah menciptakan makhluk ciptaan
ini dengan sia-sia. Dan Engkau Maha suci dari hal itu. Maka jauhkanlah
dari kami siksaan neraka.

B. Terjemah Q.S. Qaaf (50):16 dan jelaskan secara ringkas hakikat manusia
menurut ayat tersebut.

“Dan sungguh, Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang
dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat
lehernya”.

Penjelasan : Sungguh Kami telah menciptakan manusia, dan Kami


mengetahui apa yang dibicarakan oleh hatinya. Kami lebih dekat
kepadanya daripada hablil warid, yaitu urat lehernya yang bersambung
dengan hati.

C. Hakikat kesempurnaan manusia menurut ketiga ayat tersebut.

Dari dua ayat diatas (Q.S. Ali-Imran (3): 190-191) bisa kita simpulkan
bahwa Allah menciptakan langit, bumi dan pergantian malam dan siang
sebagai tanda - tanda kekuasannya bagi orang yang berakal dan tidaklah
Allah menciptakan semua hal tersebut dengan sia - sia. Dari pengertian ayat
diatas (Q.S. Qaaf (50):16) bisa kita simpulkan bahwa Allah sangatlah dekat
dengan manusia, sangat mengetahui apa yang dibisikan hati bahkan lebih
dekat daripada urat leher manusia itu sendiri.
Dan di antara bukti kekuasaan Allah bahwasanya Allah menciptakan
manusia dan menjadikannya ada dari ketiadaan, dan bahwasanya Allah
mengetahui hal yang membahayakan, serta apa yang disembunyikan dalam
hati. Sungguh Allah Maha Dekat daripada urat leher, yaitu urat yang
mengalirkan darah yang terhubung kepada jantung, maka tiada yang
tersembunyi bagi Allah sesuatu pun selamanya.

3. Manusia dari sisi perwujudannya sebagai makhluk sosial, bertempat


tinggal dan berinteraksi dengan sesamanya dalam waktu yang lama dalam
suatu masyarakat.

A. Pengertian terminologis tentang masyarakat.

Pengertian terminologis sendiri adalah suatu penjelasan atas istilah, kata,


konsep, maupun hal-hal tertentu yang dapat memberikan pemahaman bagi
manusia. Terminologis dalam masyarakat artinya suatu konsep, gabungan yang
digunakan masyarakat untuk mencakup pembentukan suatu budaya. Sejumlah
individu yang hidup bersama dalam suatu wilayah tertentu, bersosialisasi
dalam jangka yang lama sehingga menimbulkan kesadaran sebagai suatu
kesatuan.

B. Asal-usul masyarakat menurut fitrah manusia dalam QS. Al-Hujuraat: 13


dan QS. Az-Zukhruf: 32.

Allah membagi rahmatnya dan penghidupan didunia. Ditinggikan setengah


diatas yang lain beberapa derajat agar saling melengkapi dalam
penghidupan. Melalui surat ini Allah SWT memberitahukan bahwa tujuan
penciptaan Adam dan Hawa untuk mewariskan keturunan yang tersebar di
muka bumi ini.Kemudian Allah SWT menyebarkan laki-laki dan
perempuan dalam jumlah yang banyak serta menjadikan mereka
berbangsa-bangsa dan bersuku-suku. Tujuan mereka membentuk suku
bangsa atau kelompok tertentu agar saling mengenal. Dengan mengenal
satu sama lain, mereka bisa saling tolong-menolong, bantu-membantu, dan
saling memenuhi hak-hak kerabat sekitar mereka.

C. Kriteria masyarakat beradab dan sejahtera dari sudut pandang


masyarakat madani.

Menurut sudut pandang masyarakat madani, kriteria masyarakat beradab


itu adalah masyarakat yang adil, terbuka dan demokratis dengan landasan
ketakwaan kepada Allah, dan taat kepada ajarannya serta taat kepada
hukum dan aturan. Taqwa kepada Allah adalah semangat ketuhanan yang
diwujudkan dengan membangun hubungan yang baik dengan Allah dan
manusia. Hubungan itu tentu saja harus dilandasi dengan berbudi luhur
dan akhlak mulia. Dalam konteks ini menjadi jelas masyarakat madani
adalah masyarakat berbudi luhur mengacu kepada kehidupan masyarakat
berkualitas dan beradab.

D. Prinsip-prinsip umum masyarakat beradab dan sejahtera.

Prinsip – prinsip umum masyarakat beradab dan sejahtera itu ada 5 yaitu :

1) Keadilan Secara horizontal keadilan berarti kesejahteraan umum. Ini


merupakan sunnatullah dimana allah menciptakan alam semesta
dengan prinsip keadilan dan keseimbangan, keadilan adalah sikap
yang paling dekat dengan takwa.

2) Supremasi hukum Yaitu menempatkan hukum diatas segalanya dan


menetapkannya tanpa memandang “atas” atau “bawah”, yang artinya
keadilan tidak akan tercapai tanpa adanya supremasi hukum.

3) Agalitarianisme Yaitu kesamaan tanpa diskriminasi baik etnis,


agama, suku, dll. Dengan prinsip ini maka akan terwujud keterbukaan
seluruh anggota masyarakat untuk berpartisipasi dalam tatanan sosial
masyarakat, menentukan kebijakan – kebijakan publik misalnya.
4) Pluralisme Adalah sikap menghormati kemajemukan dengan
menerimanya secara tulus sebagai anugerah dan kebajikan. Ini
menjadi dasar terwujudnya masyarakat yang bertoleransi, saling
menghormati satu sama lain.

5) Pengawas sosial Secara fitrah manusia itu suci dan baik, namun
banyak faktor – faktor dari luar yang memengaruhi sehingga
terjadinya hal – hal penyelewengan, kejahatan dan lain – lain sehingga
pengawas sosial menjadi sesuatu yang penting disini untuk
perwujudan masyarakat beradab dan sejahtera baik pengawasan
sosial secara individu maupun lembaga tentunya dengan atas dasar
asas- asas tidak bersalah.

Sumber Referensi Belajar :

- BMP MKDU4221 Modul 1-3


- https://www.merdeka.com/quran/al-baqarah/ayat-165
- https://quranweb.id/7/179/
- https://risalahmuslim.id/quran/qaaf/50-16/
- https://pdfcoffee.com/hakikat-manusia-19-pdf-free.html

Anda mungkin juga menyukai