NIM : 045176392
1. Konstruksi pengertian iman dalam Al-quran berkaitan dengan assyaddu hubban (QS. Al-Baqarah (2):
165), qalbu, mata, dan telinga (QS. Al-A’raaf (7):179).
a) Tuliskan ayat dan terjemah QS. Al- Baqarah (2) : 165 dengan teliti dan benar!
Jawaban :
ََّ َ َ َ ْ َ ْ َ َ ْ ْ ُ َ َ َ ْ َّ َ َ ْ َ َ ه َ ْ َ ً ُّ ُّ ْ َ ُ ْ َ ُ ّ ه َ َّ ْ َ ٰ َ ُ ْ َ َ ُّ ُ ًّ ّ ه ُ ْ ُ َّ ْ َ َّ َ َ
اب ان ِ ِ اّٰللۗ وال ِذين امنوْٓا اشد حبا
ّٰلل ولو يرى ال ِذين ظلموْٓا ِاذ يرون العذ ِ ي بونهم كح ِب ِ اس منَّيت ِخذ ِمن د ْو ِن
ِاّٰلل اندادا ح ِ ﴿ و ِمن الن
َ َ ْ ُ ْ َ َ ْ ُ َّ َ ه َ ْ ً َّ ََّ ه
)165 :2/ ﴾ ( البقرة١٦٥ اب ِ ّٰلل ج ِميعا وان اّٰلل ش ِديد العذ
ِ ِ القوة
Terjemah Kemenag 2019
165. Di antara manusia ada yang menjadikan (sesuatu) selain Allah sebagai tandingan-tandingan (bagi-Nya)
yang mereka cintai seperti mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman sangat kuat cinta mereka kepada
Allah. Sekiranya orang-orang yang berbuat zalim itu melihat, ketika mereka melihat azab (pada hari Kiamat),
bahwa kekuatan itu semuanya milik Allah dan bahwa Allah sangat keras azab-Nya, (niscaya mereka menyesal).
(Q.S. Al-Baqarah/2:165)
d) Tuliskan ayat dan terjemah QS. Al-A’raaf (7):179 dengan teliti dan benar!
Jawaban :
ْ
َ ْ َ ْ َ َ ٰۤ ُ َ َ ْ ُ َ ْ َ َّ ٌ َ ٰ ْ ُ َ َ َ َ ْ ُ ْ ُ َّ ٌ ُ ْ َ ْ ُ َ َ َ َ ْ ُ َ ْ َ َّ ٌ ْ ُ ُ ْ ُ َ ْ ْ َ ّ ْ َ ّ ً ْ َ َ َّ َ َ َ َ َ ْ َ َ َ
ِ صرون ِبهاِۖ ولهم اذان لا يسمعون ِبهاۗ اول ِٕىك كالانع
ام ِ الج ِن وال ِان ِسِۖ لهم قلوب لا يفقهون ِبهاِۖ ولهم اعين لا يب ِ ﴿ ولقد ذرأنا ِلجهنم ك ِثيرا ِمن
َ ُ ٰ ْ ُ َ ٰۤ ُ ُّ َ َ ُ ْ
)179 :7/ ﴾ ( الاعراف١٧٩ َبل ه ْم اضلۗ اول ِٕىك ه ُم الغ ِفل ْون
Terjemah Kemenag 2019
179. Sungguh, Kami benar-benar telah menciptakan banyak dari kalangan jin dan manusia untuk (masuk
neraka) Jahanam (karena kesesatan mereka). Mereka memiliki hati yang tidak mereka pergunakan untuk
memahami (ayat-ayat Allah) dan memiliki mata yang tidak mereka pergunakan untuk melihat (ayat-ayat Allah),
serta memiliki telinga yang tidak mereka pergunakan untuk mendengarkan (ayat-ayat Allah). Mereka seperti
hewan ternak, bahkan lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lengah.
(Q.S. Al-A'raf/7:179)
e) Jelaskan pengertian iman kepada Allah SWT menurut ayat QS. Al-A’raaf (7):179 tersebut?
Jawaban :
Berdasarkan tafsiran tersebut diketahui, bahwa rukun (struktur) iman ada tiga aspek yaitu; kalbu, lisan, dan
perbuatan. Iman didefinisikan dengan pendirian yang diwujudkan dalam bentuk bahasa dan perilaku. Jika
pengertian ini diterima, maka istilah iman identik dengan kepribadian manusia seutuhnya, atau pendirian yang
konsisten. Orang yang beriman berarti orang yang memiliki kecerdasan, kemauan dan keterampilan.
f) Jelaskan secara ringkas pengertian iman kepada Allah SWT dari kedua ayat tersebut?
Jawaban :
Iman merupakan perilaku/perbuatan berupa kecerdasan manusia yang memiliki kecenderungan/keinginan
yang sangat kuat untuk mewujudkan harapan yang dituntut oleh Allah kepadanya.
2. Manusia berbeda dengan makhluk lainnya dari segi fisik, non fisik dan tujuan penciptaannya. Namun,
kesempurnaan manusia lebih ditekankan kepada aspek non fisik dan pencapaian tujuan penciptaan tersebut
daripada aspek fisik. Hal ini diantaranya diisyaratkan dalam kandungan ayat-ayat Q.S. Ali-Imran (3): 190-191
dan Q.S. Qaaf (50):16.
a) Tuliskan terjemah Q.S. Ali-Imran (3): 190-191 dan jelaskan secara ringkas hakikat manusia menurut
kedua ayat tersebut!
Jawaban :
Terjemah Kemenag 2019.
190. Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi serta pergantian malam dan siang terdapat tanda-tanda
(kebesaran Allah) bagi orang yang berakal.
191. (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk, atau dalam keadaan berbaring, dan
memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), “Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan
semua ini sia-sia. Mahasuci Engkau. Lindungilah kami dari azab neraka.
(Q.S. Ali 'Imran/3:190-191)
Sesuai dengan ayat diatas, pada hakikatnya manusia adalah makhluk yang berakal. Dari penciptaan langit
dan bumi serta pergantian malam dan siang, ada manusia-manusia yang berpikir kritis tentang hal itu. Baik dalam
keadaan berdiri, duduk, atau berbaring, mereka terus memikirkan tentang kebesaran-Nya yang dimana tidaklah
mungkin hal-hal itu diciptakan dengan sia-sia. Mahasuci Allah.
b) Tuliskan terjemah Q.S. Qaaf (50): 16 dan jelaskan secara ringkas hakikat manusia menurut ayat
tersebut!
Jawaban :
Terjemah Kemenag 2019
16. Sungguh, Kami benar-benar telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh
dirinya. Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya.
(Q.S. Qaaf/50:16)
Pada ayat ini diterangkan bahwa Allah mengetahui apa yang dibisikkan oleh manusia dan tidak ada
sesuatu pun yang samar atau tersembunyi bagi-Nya. Dan sungguh, Kami, yakni Allah dengan kuasa-Nya bersama
ibu bapak yang dijadikannya sebagai perantara telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan
oleh hatinya, baik kebaikan maupun kejahatan, dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya. Yakni
Allah Maha Mengetahui keadaan manusia walau yang paling tersembunyi sekali pun.
3. Manusia dari sisi perwujudannya sebagai makhluk sosial, bertempat tinggal dan berinteraksi dengan sesamanya
dalam waktu yang lama dalam suatu masyarakat.
b) Jelaskan asal-usul masyarakat menurut fitrah manusia dalam QS. Al-Hujuraat: 13 dan QS. Az-Zukhruf:
32
Jawaban :
Asal usul masyarakat menurut fitrah manusia dalam; Q.S. Al-Hujurat ayat 13 adalah kita yang diciptakan oleh
Allah dari laki-laki dan perempuan (ibu dan bapak), yang kemudian hidup berbangsa-bangsa dan bersuku-suku
agar kami saling berkenalan, dan; Q.S. Az-Zukhfur ayat 32 adalah pembagian penghidupan diantara kita semua
dengan derajat yang berbeda agar dapat saling membantu satu sama lain dan rahmat Tuhan lebih baik dari
hartanya.
c) Jelaskan kriteria masyarakat beradab dan sejahtera dari sudut pandang masyarakat madani!
Jawaban :
Masyarakat madani adalah masyarakat yang beradab karena taat kepada hukum dan aturan. Ketaatan dalam
masyarakat madani bersifat terbuka, rasional, kontraktual, dan transaksional, bukan pola ketaatan yang tertutup,
tidak rasional, tidak kritis dan bersifat hanya satu arah. Kriteria masyarakat madani adalah masyarakat yang adil,
terbuka, demokratis dan sejahtera dengan kualitas keadaban warganya, dengan landasan takwa kepada Allah dan
taat kepada ajaran-Nya. Takwa kepada Allah adalah semangat ketuhanan yang diwujudkan dengan membangun
hubungan yang baik dengan Allah dan manusia. Hubungan itu tentu saja harus dilandasi dengan berbudi luhur
dan akhlak mulia. Dalam konteks ini menjadi jelas masyarakat madani adalah masyarakat berbudi luhur mengacu
kepada kehidupan masyarakat berkualitas dan beradab.
Sumber :
Nurdin, Ali, dkk. (2022). Pendidikan Agama Islam. Tangerang Selatan : Universitas Terbuka.
MKDU4221. Edisi 2. Modul 1, 2, dan 3. Hal 1.4, 1.5, 1.6, 2.6, 3.4, 3.6, 3.8, 3.9, 3.10, 3.11, 3.12, 3.13, dan 3.14.